KESIAPAN SMK N I KALASAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESIAPAN SMK N I KALASAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 KESIAPAN SMK N I KALASAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN OLEH : DRS. MARSUDI, M.PD. WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap empat aspek penting dalam pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah di SMK N 1 Kalasan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Pengelolaan SDM, Implemnetasi Kurikulum 2013, pelaksanaan Pembelajaran Scientific dan Penilaian Authentic. Penelitian ini menggunakan data kualitatif, analisis datanya menggunakan Model Interaktif dari Miles dan Huberman, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan teknik observasi, wawancara, dan pencermatan dokumen. Sementara pengujian keabsahan data dilakukan dengan cara memperpanjang waktu penelitian, triangulasi data, dan auditing atau penelusuran data. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa secara umum pengelolaan SDM pada SMK N 1 Kalasan sebagai sekolah yang mengimplentasikan kurikulum 2013 telah berjalan dengan baik, dan beberapa kendala yang muncul dapat ditemukan solusinya. Kepala SMKN 1 Kalasan melaksanakan pengelolaan SDM pertama melalui Rapat koordinasi Kepala Sekolah, guru, karyawan dan dewan sekolah, melakukan pendataan yang sedang dan akan dilaksanakan menghitung dana dan biaya, menyususn analisis kegiatan, program, prioritas sesuai program sekolah. kedua melalui IHT sosialisasi Implementasi kurikulum 2013 kepada seluruh warga sekolah. Implementasi Kurikulum 2013 Secara umum di SMKN 1 Kalasan Sleman menunjukkan kondisi yang cukup baik. Kendala-kendala yang ada di sekolah tersebut dapat diatasi salah satunya dengan pola kerja kepala sekolah yang kreatif dan tidak menyalahi aturan. Dalam hal membangun Komitmen mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 mendukung pelaksanaan kurikulum Kegiatan pembelajaran SMK N 1 Kalasan setelah melaksanaan implementasi kurikulum 2013 guru berubah metode pembelajarannya yaitu dari konvensional ke pendekatan saintifik yang bervariasi. Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Kedua sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran sebelumnya yang mengacu pada KTSP 2006 di sekolah. Penilaian Autentik pelaksanaan penilaian autentik di SMK N 1 Kalasan guru sudah menggunakan instrument sesuai yang ada pada pedoman penilaian kurikulum 2013 dan namun teknik dan bentuk penilaian Authentik, Guru baru melaksanakan penilaian pengetahuan (dalam bentuk tulis dan lesan) dan penilaian sikap belum maksimal. Demikianlah semua temuan penelitian dan pembahasannya telah disampaikan secara komprehensif, menyeluruh yang didasarkan atas rumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini. 1 Kata kunci : Pengeloaan SDM, Implemenntasi, Pembelajaran Scientific dan Penilaian Authentic

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh sekolah yang memiliki sumber daya manusia yang baik, akan memberikan efek yang positif terhadap lulusan yang akan dihasilkan, terlebih lagi apabila didukung dengan pelaksanaan proses belajar mengajar yang komprehensif. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang komprehensif meliputi perencanaan pembelajaran yang terprogram, pelaksanaan pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami ilmu yang diajarkan guru, pengawasan pembelajaran yang melekat, dan evaluasi pembelajaran yang menyeluruh meliputi seluruh unsur dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan, Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas) Adapun fokus sasaran penelitian adalah Kepala sekolah dan guru, peran Kepala sekolah adalah pengelolaan SDM dalam implementsai kurikulum 2013, mata pelajaran, serta peminatan peserta didik di SMK, terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang memperkuat pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian autentik. Peran guru adalah implementasi konsep kurikulum 2013, analisis materi ajar, merancang model dan evaluasi pembelajaran, melaksanakan pembelajaran scientific, melakukan evaluasi pembelajaran autentik. A. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan SDM dalam mempersiapkan Implementasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan.? 2. Bagaimana pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam aspek pelaksanan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik proses belajar mengajar di SMK N 1 Kalasan? B. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan SDM dalam mempersiapkan Implementasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 dalam aspek pelaksanan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik proses belajar mengajar di SMK N 1 Kalasan. 2

3 C. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan SDM dan pelaksanaan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan pembinaan Sekolah oleh dinas pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya berkaitan dengan pengelolaan SDM dan pelaksanaan pembelajaran saintifik dan penilaian autentik dalam proses belajar mengajar di SMK N 1 Kalasan. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan tema penelitian ini. II. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Pengeloaan Sumber Daya Manusia (SDM) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan disusun dengan tujuan untuk menyediakan acuan nasional bagi semua pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Berikut ini para pengembang kurikulum dengan segala perannya di dalam pengembangan kurikulum. Peranan para administrator pendidikan menurut M Ihsan Dacholfany M.Ed, Dosen Imam Al-Ghozali Yayasan Tunas Islam Jakarta. 1. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah. 2. Peranan para ahli Mengacu pada kebijaksanaan yang ditetapakan pemerintah, maka peranan para ahli yakni 3

4 a. Memeberikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan tuntuatan di atas. b. Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum baik dalam tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah seperti: c. Memilih materi bidang ilmu yang mutakhir dan sesuai dengan pengembangan tuntutan masyarakat. d. Menyusun materi ajaran dalam sekuens yang sesuai dengan struktur keilmuan, tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya. 3. Peranan Guru. Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaankurikulum. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah Kalau kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah, maka guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan layanan pendidikan sekolah. Gurulah pemeran utama aktivitas sekolah. Karena itu tugas guru merupakan profesi yang menuntut keahlian. Guru sebagai pelaksana pengembangan kurikulum sekolah. Konsep ini dapat ditarik kedalam dua konteks. - Guru sebagai pelaksana proses pengembangan kurikulum sekolah terlibat sebagai tim yang ditunjuk untuk membuat kurikulum sekolah - Guru sebagai pelaksana kurikulum yang dikembangkan sekolah 4. Peran Komite Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah Keberadaan komite sekolah (dan dewan pendidikan) secara legal formal tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002. Dalam keputusan menteri ini, komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. 5. Peranan orang tua murid Peranan orang tua murid dalam pengembng kurikulum yaitu : Melalui pengamatan dalam kegiatan belajat di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh. Kegiatankegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum. 6. Peran siswa dalam pengembangan kurikulum Pada umumnya siswa kurang dipertimbangan dalam pengembangan kurikulum karena memang mereka belum mempunyai kompetensi dalam bidang itu. Namun pada tingkat kegiatan kelas, bila guru bertanya, bagaimana pendapatnya tentang pelajaran, apa yang ingin dipelajarinya tentang suatu topik, atau bila guru mengajak siswa turut-serta dalam perencanaan suatu kegiatan belajar, pada pokoknya mereka sudah dilibatkan dalam kurikulum. Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa : (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses 4

5 pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru disyaratkan mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus untuk menunjang pencapaian kompetensi lulusan pada satuan pendidikan. Khusus bagi guru sekolah kejuruan, mereka disyaratkan memiliki sertifikat kompetensi atau profesi. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, dan melakukan bimbingan pelatihan. Kepala sekolah bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, serta pengawasan dan pelayanan profesional untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tiap satuan pendidikan. Adapun pengawas bertugas merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan. Pengawas juga bertugas memberi pelayanan profesional kepada kepala sekolah dan guru, termasuk menyebarkan gagasan baru atau pelaksanaan pembelajaran yang bermutu secara efisien. 2. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut. Dalam bidang pendidikan kejuruan disebutkan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah memberikan isyarat akan pentingnya peningkatan mutu guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut, guru wajib memiliki kualifikasi kompetensi dan sertifikat sebagai pendidik sesuai bidang ajarnya Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih 5

6 menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. 3. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian aneh atau ganjil (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa a. Pembelajaran berbasis proyek (PBP) Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Strategi ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun 6

7 berkelompok dalam mengkostruksikan produk otentik yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana telah diurakan di atas bahwa sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi dalam PBP menggunakan tugas proyek sebagai strategi pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara nyata, memecahkan persoalan di dunia nyata yang dapat menghasilkan solusi berupa produk atau hasil karya secara nyata atau realistis. Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah: 1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. 2) Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. 3) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporan atau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek berikutnya. b. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. PBM sejalan dengan filosofi konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan masalah nyata. PBM merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Kolaborasi antarpeserta didik sangat diperlukan karena masalah yang harus diselesaikan sangat kompleks yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. c. Konsep dan Prinsip Pembelajaran Discovery Learning Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya 7

8 untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. 4. Penilaian dengan Pendekatan Autentik Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Assessment autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru. a. Penilaian proses dan hasil proyek Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan. b. Penilaian PBM Penilaian kinerja dipandang cocok dalam PBM. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan bila dihadapkan pada situasi-situasi masalah nyata, sehingga dapat digunakan untuk mengukur potensi pemecahan masalah peserta didik di samping kemampuan kerja kelompok. Penilaian kinerja tersebut dilakukan dalam bentuk checklists dan rating scale. c. Penilaian Discovery Learning Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu. 8

9 d. Penilaian Portofolio Untuk menilai portofolio harus lebih dulu tersedia rubrik (pedoman terperinci) penilaian. Penilaian portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi portofolio. Salah satu cara penilaian portofolio, atau pembuatan rubrik, adalah cara dengan menggunakan kriteria berikut. Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan itu? Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola, dsb? Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya? Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya? 5. Teknik dan Bentuk Instrumen Teknik observasi Penilaian diri Jurnal Penilaian antar peserta didik (Daftar cek, Skala Penilaian ) a. Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan melalui: 1) observasi saat siswa bekerja kelompok, 2) bekerja individu, 3) berdiskusi, 4) presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. b. Penilaian Produk Pemahaman Konsep, Prinsip, Dan Hukum Dilakukan Dengan Tes Tertulis. c. Penilaian sikap, melalui : 1) Observasi Saat Siswa Bekerja Kelompok, 2) Bekerja Individu, 3) Berdiskusi, 4) Saat Presentasi Dengan Menggunakan Lembar Observasi Sikap 9

10 III. METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, karena permasalahannya belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis statistika. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, yang berhubungan pengaruh implementasi kurikulum B. TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Kalasan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sekolah yang melaksanakan implementasi kurikulum Dengan pertimbangan, bahwa : SMK N 1 Kalasan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu sekolah seni budaya yang sedang melaksanakan implementasi kurikulum 13 di Kabupaten Sleman Yogyakarta. C. SUMBER DATA Penentuan pihak-pihak sebagai sumber informasi dan kepala sekolah merupakan seorang manager yang sangat berperan dalam pembuatan kebijakan sekolah. Begitu juga dengan guru yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas yang mengetahui secara langsung tentang kondisi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya, informasi juga digali dari staf TU dan Komite Sekolah. Hal ini dikarenakan staf TU merupakan bagian dari sekolah yang mengetahui dokumen-dokumen. Demikian juga dengan orangtua peserta didik dan peserta didik, karena merupakan pihak yang terlibat dalam kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini desesuaikan dengan tujuan dan rumusan permasalahan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, angket dan pencermatan dokumen. a. Observasi b. Wawancara c. Studi Dokumentasi E. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data dilakukan dengan analisis data diskriptif kualitatif menggunakan model siklus interaksi menurut Miles dan Hubermen (1992: 12). Proses ini dilakukan selama proses penelitian ditempuh melalui serangkaian proses, pengumpulan, reduksi, penyajian dan verifikasi data. Dalam pengertian ini 10

11 analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data penyajian data dan penarikan data kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Pengelolaan SDM dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan Berdasarkan dokumen Rencana Kerja Implementasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan tahun digunakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran kegiatan siswa dan peningkatan professional guru di sekolah. Untuk program sekolah terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya adalah untuk pengelolaan SDM, berkenaan dengan kesiapan sumber daya manusia di SMK Negeri 1 Kalasan Sleman dalam implementasi Kurikulum 2013 Kepala sekolah melakukan pengelolaan tewrhadap seluruh warga sekolah Wakil Kepala Sekolah, Guru Kelas, Tata Usaha, Komite Sekolah, Orang /Wali murid dan Peserta didik utamanya kepada guru adalah sebagai berikut: a. Guru Normatif & Adaptif b. Guru Produktif c. Penguasaan dalam Bidang Komputer d. Pengalaman mengajar e. Pengembangan Profesi Peningkatkan kemampuan guru melalui diklat, IHT / workshop kurikulum 2013 untuk guru dan pemasyarakan kurikulum 2013 pada warga sekolah serta reward bagi yang berhasil dan panishment bagi yang gagal melaksanakan kurikulum Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 Perlu adanya bahan ajar dan buku sebgai pegangan dan revernsi guru sesuai dengan kondisi anak dalam melaksanakan kurikulum 2013 Struktur program dan KD yang belum ada perlu dinformasikan dikoordinasikan dengan instansi terkait perlu team kusus dari PPPPTK Seni Budaya dan bentuk penilaian perlu disederhanakan Struktur program dilengkapi KI, KD dan silabus segera dimunculkan, metoda penilaian agar mudah dipahami oleh guru, siswa maupun orang tua siswa. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik walaupun terkesan belum siap, adapun gambaran pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMKN 1 Kalasan adalah sebagai berikut : a. Sosialisasi Kurikulum 2013 terhadap seluruh warga sekolah. 11

12 b. Pembinaan dalam Menyusun Program Tahunan, Program Semester, Rencana pelaksanaan Pembelajaran, c. Sharring, diskusi, tanya jawab mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013, kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh guru dilihat dari segi administrasi (Buku guru dan penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran) juga dalam sistem penilaian authentik d. Membuat kesepakatan waktu untuk melaksanakan supervisi, terutama pada guru yang sudah mendapat diklat e. Melakukan refleksi dan pertemuan dengan guru membahas hal hal yang mungkin perlu didiskusikan guna memperbaiki kekurangan kekurangan pada tahap pengamatan. 3. Proses Pembelajaran Pendekatan Saintifik Dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 di SMKN 1 Kalasan adalah kelengkapan administrasi pembelajaran sebagai berikut : a. Analisis Kurikulum b. Bahan Ajar c. Buku Pegangan d. Administrasi Pengajaran dan Proses Belajar Mengajar e. Jadwal Pembelajaran dan jurnal f. Proses Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. 4. Penilaian dengan Pendekatan Autentik Dalam penilaan autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Assessment autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian 12

13 mengubahnya menjadi pengetahuan baru. Evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah dilakukan dan instrumen penilaian diseserhanakan. B. PEMBAHASAN 1. Pengelolaan SDM Pada tahap pengelolaan SDM dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut : a. Peratama Kepala SMKN 1 Kalasan melaksanakan pengelolaan SDM melalui Rapat koordinasi Kepala Sekolah, guru, karyawan dan dewan sekolah, melakukan pendataan yang sedang dan akan dilaksanakan menghitung dana dan biaya, menyususn analisis kegiatan, program, prioritas sesuai program sekolah. Yang direncanakan fasilitas/ kelengkapan sarana prasarana, kegiatan KBM, kesiswaan, humas dalam rencana kegiatan, alokasi dana dan sumber dana. Berdasarkan dokumen Rencana Kerja Implementasi Kurikulum 2013 di SMK N 1 Kalasan tahun pada elemen perubahan memfokuskan 4 standar yaitu standar SKL, Standar ISI, Standar Proses dan Standar Penilaian yang digunakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran kegiatan siswa dan peningkatan professional guru di sekolah. Sementara itu untuk programprogram prasarana sekolah yang ditetapkan adalah pengadaan media pembelajaran. Melakukan refleksi dan pertemuan dengan guru membahas hal-hal yang mungkin perlu didiskusikan guna memperbaiki kekurangankekurangan pada tahap pengamatan. b. Kedua Kepala SMKN 1 Kalasan melaksanakan pengelolaan SDM melalui IHT sosialisasi Implementasi kurikulum 2013 di sekolah kepada seluruh warga sekolah yang dipandu nara sumber dari Dikpora Kabupaten Sleman untuk melakukan pembimbingan dalam implementasi kurikulum Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 Pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik walaupun terkesan belum siap, adapun gambaran persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMKN 1 Kalasan adalah sebagai berikut : a. Sosialisasi Kurikulum 2013 seluruh warga sekolah oleh Dinas Dikpora Kabupaten Sleman b. Pembinaan dalam Menyusun Program Tahunan, Program Semester, Rencana pelaksanaan Pembelajaran, Pemahaman terhadap orang tua siswa tentang pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 ada perbedaan dengan sekolah reguler ke depan untuk prioritas dengan dana terbatas oleh Kepala Sekolah pada awal tahun Pembelajaran. c. Sharring, diskusi, tanya jawab mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013, kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh guru dilihat dari segi administrasi (Buku guru dan penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran) juga dalam sistem penilaian authentik d. Membuat kesepakatan waktu untuk melaksanakan supervisi, terutama pada guru yang sudah mendapat diklat 13

14 e. Penerimaan peserta didik baru (PPDB) yaitu sekolah menyiapkan jurnal f. Masa orientasi sekolah (MOS), diberikan materi penjelasan tentang Kurikulum 2013 terkait dengan peminatan dan lintas minat siswa kelas X dipimpin oleh wakil kepala sekolah urusan Kurikulum dan guru Bimbingan Konseling. g. Kemudian setelah siswa dapat ditempatkan sesuai dengan bakat dan minat maka guru mulai diatur dengan jadwal baru yaitu sebagian menggunakan KTSP 2006 dan sebagian menggunakan Kurikulum 2013, bahkan sedikit timbul keresahan karena ada beberapa guru kekurangan jam mengajar. 3. Proses Pembelajaran Pendekatan Saintifik Dalam melakukan proses pelaksanaan pembelajaran, guru-guru di SMK N 1 Kalasan Sleman selalu melakukan persiapan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, setiap guru membagi dalam tiga fase pembelajaran yaitu mulai dari pendahuluan, kegiatan inti (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan), dan penutup. Kegiatan pembelajaran SMK N 1 Kalasan setelah melaksanaan implementasi kurikulum 2013 berubah metode pembelajarannya yaitu dari konvensional ke pendekatan scientific yang bervariasi. Dalam proses perencanaan yang meliputi perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber belajar/media pembelajaran, skenario/kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar di SMK N 1 Kalasan dilakukan oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan sekolah, dan semua guru yang ada di sekolah tersebut. Berikutnya berkaitan dengan pengawasan pembelajaran di SMK N 1 Kalasan dilakukan oleh kepala sekolah yang langsung melakukan supervisi KMB ke dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi. Adapun aspek yang disupervisi meliputi perencanaan mengajar hingga penutupam pembelajaran. Pembelajaran dimulai dari kegotan Pendahuluan, Kegiatan inti(mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan) dan Penutup adalah pencapaian ketuntasan belajar yang belum mencapai tujuan yang diharapkan, dilakukan dengan remedial bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dalam proses pembelajaran ini guru terkadang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran ini akibat kurangnya motivasi dari siswa, maka dari itu pemberian motivasi kepada siswa senantiasa diberikan kepada siswa agar memiliki semangat belajar yang tinggi, karena tanpa motivasi atau semangat yang tinggi dari siswa untuk belajar maka proses pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan maksimal. Sebelum melakukan pengamatan terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran, telah diawali dengan pertemuan dan kesepakatan dengan Guru, untuk shering dan berdiskusi dengan pendekatan memacu kerjasama, saling berbagi pengetahuan, berlandaskan kepercayaan dan rasa hormat, guna membahas permasalahan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disiapkan, untuk mengoptimalkan penilaian pelaksanaan pembelajaran, dengan fokus pada aspek aspek yang diamati sebagaimana terdapat pada instrumen pengamatan pelaksanaan pembelajaran. 14

15 1) Dalam mengajukan pertanyaan menantang belum optimal, terkesan belum siap hanya pertanyaan biasa terkait dengan mater yang akan dibahas 2) Untuk bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik, keterampilan guru masih perlu dilatih 3) Menerapkan model/ Metode/ pendekatan yang inovatif belum optimal karena Guru cenderung ingin segera menyelesaikan materi pelajaran 4) Dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat melakukan percobaan, pengamatan, penalaran, belum optimal karena guru belum mempersiapkan acuan sebagai cara / metode, agar peserta didik mampu melakukan hal tersebut 5) Walaupun penilaian lesan atau tertulis sudah dilakukan pada kegiatan penutup / di bagian konfirmasi dan evaluasi, namun lembar pengamatan Sikap (Observasi) dan Keterampilan (portofolio, unjuk kerja) belum optimal. 4. Penilaian Autentik Pelaksanaan penilaian autentik di SMK N 1 Kalasan Penilaian mata pelajaran Dasar-dasar Desain sudah menggunakan instrument sesuai yang ada pada pedoman penilaian kurikulum Penilaian sudah sesuai dengan KI, penilaian sesuai dengan KD, penilaian sesuai dengan Indikator, penilaian telah menggunakan teknik penilaian autentik, penilaian telah menggunakan bentuk penilaian sesuai pendekatan scientific dalam pembelajaran, penilaian sesuai dengan materi yang diberikan, penilaian sesuai waktu yang direncanakan penilaian mendukung penilaian autentik. Penilaian sikap spiritual dengan teknik penilaian diri yang disi oleh peserta didik. Penilaian sikap sosial dengan teknik penilaian pengamatan yang disi oleh guru melalui lembar observasi. Penilaian sikap sosial dengan teknik penilaian soal tertulis yang disi oleh guru melalui lembar tes obyektif, tes isian singkat Penilaian ketrampilan dengan teknik tes praktik yang disi oleh guru melalui lembar tes uji petik kerja Dari semua temuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dan berdasarkan pembahasan yang sudah disampaikan di atas maka pelaksanaan proses Belajar Mengajar di SMK N 1 Kalasan sebagai berikut: a. Guru dan Kepala Sekolah memahami adanya perubahan 4 elemen (Standar Isi, Proses, SKL, Penilaian) pada kurikulum 2013 b. Terjadi perubahan mind - set guru tentang paradigma pembelajaran, yaitu adanya tuntutan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif efektif dan menyenangkan c. Guru memiliki kemampuan merencanakan, melaksanakan, menilai dalam pembelajaran, berbasis kurikulum 2013 yaitu menerapkan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Tujuan yang telah disediakan dalam Buku Guru d. Guru memiliki keterampilan menumbuhkan Sikap (attitut) dan Keterampilan (Skill), tidak hanya pengetahuan (knowledge) saja. Demikianlah semua temuan penelitian dan pembahasannya telah disampaikan secara komprehensif, untuk selanjutnya peneliti akan mengambil 15

16 beberapa kesimpulan penting secara menyeluruh yang didasarkan atas rumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari serangkaian pengamatan disekolah dan hasil temuan penelitian yang telah dibahas secara komprehensif, maka peneliti mengambil kesimpulan secara menyeluruh yang didasarkan pada rumusan masalah penelitian Implementasi Kurikulum 2013 di SMKN 1 Kalasan sebagai sekolah sasaran dapat disimpulkan beberapa hal yang terkait : 1. Pengelolaan SDM dalam Implementasi Kurikulum 2013 Kepala SMKN 1 Kalasan melaksanakan pengelolaan SDM pertama melalui Rapat koordinasi Kepala Sekolah, guru, karyawan dan dewan sekolah,hasil warga sekolah dapat melakukan sesuai dengan arahan dan petunjuk kepala Sekolah. Kedua melalui IHT sosialisasi Implementasi kurikulum 2013 kepada seluruh warga sekolah yang dipandu nara sumber dari Dikpora Kabupaten Sleman untuk melakukan pembimbingan dalam implementasi kurikulum Implementasi Kurikulum 2013 Secara umum pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013 di SMKN 1 Kalasan Sleman menunjukkan kondisi yang telah berjalan cukup baik. Kendala-kendala yang ada di sekolah tersebut dapat diatasi salah satunya dengan pola kerja kepala sekolah yang kreatif dan tidak menyalahi aturan. Dalam hal membangun Komitmen mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 mendukung pelaksanaan kurikulum 2013, Kepala Sekolah telah melakukan segala daya upaya dan terus mengupayakan menjadi Budaya sekolah. 3. Pembelajaran Saintifik Kegiatan pembelajaran SMK N 1 Kalasan setelah melaksanaan implementasi kurikulum 2013 Pertama sudah berubah metode pembelajarannya yaitu dari konvensional ke pendekatan Saintifik yang bervariasi. Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiaisi, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Kedua penilaian lesan atau tertulis sudah dilakukan pada kegiatan evaluasi, namun lembar pengamatan Sikap (Observasi) dan Keterampilan (portofolio, unjuk kerja) belum optimal. 4. Penilaian Autentik Pelaksanaan penilaian autentik di SMK N 1 Kalasan Pertama ada sebagian guru yang sudah menggunakan instrument sesuai yang ada pada pedoman penilaian kurikulum 2013, Penilaian sudah sesuai dengan KI, penilaian sesuai dengan KD, penilaian sesuai dengan Indikator, penilaian telah menggunakan teknik penilaian autentik. 16

17 Kedua Teknik dan bentuk penilaian Authentik, Guru baru melaksanakan penilaian pengetahuan (dalam bentuk tulis dan lesan ), sikap (Observasi) dan Keterampilan (portofolio, unjuk kerja) belum optimal. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, beberapa saran ditujukan kepada pihak yang secara langsung ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 dan proses belajar mengajar di SMK N 1 Kalasan. 1. Pemerintah. Pemerintah hendaknya ikut memperhatikann sekolah berperan dalam pelaksanaan implementasi kurikulum a. Segera diterbitkan buku Peminatan mata pelajaran tidak hanya buku wajib saja agar guru dalam melaksanakan kegiatan pemebelajaran lebih mudah b. Agar Penyusunan Perencanaan Pembelajaran dan pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 segera melengkapi/ mengirim buku guru dan buku siswa untuk setiap mapel. c. Ada sosialisasi Sistem Penilaian Hasil Belajar secara berkesinambungan agar tidak menimbulkan kebingungan d. Perlu ada Dikilat Kurikulum 2013 untuk Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum dan guru BK, terkait kelengkapan administrasi sekolah 2. Pihak SMK N 1 Kalasan. Pihak Sekolah merekomendasikan hal-hal yang terkait dalam Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: a. Buku Guru dan Buku Siswa untuk semua mata pelajaran agar secepatnya dapat diadakan sehingga semua guru mengajar dengan sumber belajar yang sesuai dengan karakter dan tuntutan Kurikulum b. KI, KD dan Silabus untuk mata pelajaran Kelompok C (Kejuruan) yang belum ada agar segera diupayakan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum 2013 c. Semua guru kelas X sebaiknya diikutsertakan pelatihan kurikulum 2013 agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sama tentang karakteristik dan tuntutan kurikulum d. Kepala Sekolah dan Guru masih perlu diberikan pendampingan secara rutin dalam pelaksanaan implementasi Kurikulum Peneliti Selanjutnya. Untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di SMK N 1 Kalasan yang memiliki tema sama dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran konkrit bagi setiap aspek yang diteliti sehingga hal tersebut akan membantu pihak-pihak yang akan ikut berperan serta dalam pemecahan segala permasalahan yang ada di sekolah tersebut. 17

18 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Seutuhnya ( PSS ) atau Integreted School Development ( ISD ) Depdiknas Pedoman Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Menengah Kejuruan Depdiknas Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen Depdiknas, 2006, Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah, Panduan KTSP SMK-SB Lembaga Administrasi Negara, 2007, Manajemen Kurikulum /Proses Belajar Mengajar, Jakarta Djemari Mardapi Analisis butir dengan teori klasik dan teori respon Butir. Yogyakarta: Lemlit I IKIP Yogyakarta Hamalik, O Proses Belajar Mengajar, Kurikulum dan Pembelajaran, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Husaini Usman Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Kemdikbud, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Jakarta, 2013 M Ihsan Dacholfany M.Ed, Model-model Pengembangan Kurikulum Dosen Imam Al-Ghozali Yayasan Tunas Islam Jakarta Miles, M.B. & Hebermen, AM 1994 An expanted sour cebook : Qualitatif data analisis London : SAGE Publication. Mulyasa, E Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Jurnal Pendidikan Penabur - No.12/Tahun ke-8/juni 2009 Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan Berbasis Kompetensi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. 18

19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 70. Th Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Jakarta, 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor Nomer : 81 A tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum 2013 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: C.V. Alfabeta Suharsimi Arikunto Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi dan kejuruan. Jakarta: Ditjendikti, PPL.PTK, Dekdikbud. Sukardi, Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan : Yogyakarta Usaha Keluarga (sumber: 2003). BIODATA PENELITI 1. a. Judul Penelitian : Kesiapan SMK N I Kalasan dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran 19

20 b. Bidang Ilmu : Manajemen Pendidikan c. Jenis Penelitian : Penelitian Kualitatif 2. Peneliti a. Nama lengkap : Drs. Marsudi, M.Pd b. Tempat/Tgl.lahir : Ponorogo, 24 Januari 1965 c. Nip : d. Jenis Kelamin : Laki-laki e. Pangkat / golongan : Pembina Tk.1 / IV b f. Jabatan : Widyaiswara Madya g. Institusi : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta h. Alamat Kantor : Jln. Kaliurang KM. 12.5, Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Seman Yogyakarta i. Alamat Rumah : RT.04. RW.11 Kandangsari,Sukoharjo,Ngaglik, Sleman, Yogyakarta j. No.Tlp.HP, / HP ,marsudi_anni@yahoo.com 3. Lokasi Penelitian : SMKN 1 Kalasan Sleman Yogyakarta 4. Lama Penelitian : 4 bulan Yogyakarta, 01 Juni 2015 Peneliti Drs.Marsudi, M.Pd NIP

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan tentang implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATAN MUTU TAMATAN SMK- SB Oleh : Marsudi

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATAN MUTU TAMATAN SMK- SB Oleh : Marsudi PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATAN MUTU TAMATAN SMK- SB Oleh : Marsudi A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju turut juga mewarnai situasi dan kondisi sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Implementasi Kurikulum

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Nurul Aprianingsih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: nurul.aprianingsih93@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Seni Tari di SMA Negeri 2 Semarang

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Seni Tari di SMA Negeri 2 Semarang Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Seni Tari di SMA Negeri 2 Semarang Desi Kusuma Sari Alumni mahasiswa Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang desykoesumasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Untuk mengetahui pembelajaran mengabstraksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Terbanggi Besar, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai

Lebih terperinci

HAKEKAT KURIKULUM DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

HAKEKAT KURIKULUM DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN KURIKULUM HAKEKAT KURIKULUM DAN PRISIP-PRISIP PENGEMBANGAN KURIKULUM Oleh : MARSUDI WIDYAISWARA PPPPTK SENI BUDAYA Abstrak Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membantu manusia menjadi insan yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga mengalami perubahan. Begitu pula dengan kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut bahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, akan diperoleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2013: 14). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek alamiah

BAB III METODE PENELITIAN. 2013: 14). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek alamiah 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: M. Lazim A. PENDAHULUAN Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RJPN) Periode 2005-2025 ditegaskan bahwa visi pembangunan nasional adalah mewujudkan manusia dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Guru-guru PKn SMP Negeri Sekecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen) Oleh : KARTIKA MEGA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

KENDALA GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PADA PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR GUGUS DELIMA BANDA ACEH

KENDALA GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PADA PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR GUGUS DELIMA BANDA ACEH KENDALA GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PADA PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR GUGUS DELIMA BANDA ACEH Mahmud (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD )FKIP Unsyiah) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SD Negeri Kebumen yang beralamat di Jalan Kaswari nomer 2 Kelurahan Kebumen

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat. SMP Terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman

Pedoman Wawancara. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat. SMP Terhadap Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman 91 Lampiran 1. Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara a. : b. NIP : c. : d. : e. Riwayat Pendidikan : f. Riwayat Mengajar : g. Lama Mengajar : h. Jabatan : i. Waktu Pengambilan Data : Pemahaman Guru Mata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati 93 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) TAILOR MADE PELAKSANAAN PLPG PSG RAYON 107 UNIVERSITAS LAMPUNG UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 Panitia Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA MATERI TEKS EKSPOSISI KELAS X SMAN 11 KOTA JAMBI DENGAN KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK ARTIKEL

ANALISIS KESESUAIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA MATERI TEKS EKSPOSISI KELAS X SMAN 11 KOTA JAMBI DENGAN KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK ARTIKEL ANALISIS KESESUAIAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA MATERI TEKS EKSPOSISI KELAS X SMAN 11 KOTA JAMBI DENGAN KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK ARTIKEL OLEH FATIMAH MELIA NIM A1B111004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI.2 WANGLU, TRUCUK, KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014. Jurnal Publikasi Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif 68 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan

Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Pemahaman Guru Fisika SMA Kota Medan dalam Mengimplementasikan Standar Evaluasi Pendidikan Alkhafi Maas Siregar 1 dan Rahmansyah 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Unimed dan 2. Jurusan Fisika FMIPA Unimed Jln.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 15,

Lebih terperinci

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN MATERI PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR Diterbitkan oleh: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan secara

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan secara BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran dan mengajar tidak lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Media Konkret dalam Peningkatan Pembelajaran Bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci