PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN"

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : NURWATI S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

2 2 PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS Nurwati, Samsi Haryanto 1, Leo Agung S 2 Magister Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstak Penelitian ini bertujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Evaluasi terhadap (1) Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus; (2) Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus; (3) Hasil penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus; (4) kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan mengirim guru dalam penataran/workshop yang menunjang guru dalam pembelajaran, Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. (2) Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Kabupaten Kudus kegiatan awal dimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. (3) Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif. Kelas menjadi produktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. (4) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.. Kata Kunci : model discovery. Mata Pelajaran IPA

3 3 PENDAHULUAN Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Kabupaten Kudus memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas. (dokumen nilai SD 2 Karangbener tahun 2013). Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di lapangan. Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dengan judul penelitian, Evaluasi Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Evaluasi merupakan deskripsi yang jelas atau menunjukkan hubungan sebab-sebab dan akibat tetapi tidak memberikan penilaian. Untuk memperkara deskripsi, evaluator dapat mengajukan asumsi-asumsi yang didukung data (Arikunto, 2006: 13). Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan

4 4 pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pembelajaran IPA menjadi hal yang perlu diperhatikan karena konsep pembelajaran IPA yang perlu sebuah perbaikan supaya siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah discovery.model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Dengan mengaplikasikan model Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Pada pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa aspek yang dievaluasi yaitu perencanaan, pelaksanaan, hasil dan kendala. Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran sebagai pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai alat control dan evaluasi. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (Rusman, 2010: 581). Dari rangkaian tersebut maka Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penelitian ini mengungkapkan sebuah evaluasi terhadap pengelolaan pembelajaran IPA yang amenerapkan model discovery. Hal senada juga diungakapkan oleh peneliti terdahulu yaitu Rahmin T. Husain (2000), yang berjudul Penerapan Model discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Qur an Hadits di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Bahwa

5 5 dalam pembelajaran menggunakan discovery dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alquran. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah Bagaimana evaluasi perencanaan, hasil dan kendala yang dihadapi dalam penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? METODE PENELITIAN Menurut jenisnya, model penelitian ini termasuk penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Penelitian ini mengambil lokasi di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah melaksanakan berbagai model pembelajaran kecuali model discovery khususnya pada mata pelajaran IPA. Su,mber data dalam penelitian ini yaitu dengan : (1) Nara Sumber: Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. (2) Tempat dan aktitivitas: Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA menggunakan model discovery. (3) Dokumentasi: teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan 4 cara yaitu dengan cara wawancara, observasi, Content analisys, dan Dokumentasi.Teknik analisis data ialah cara untuk

6 6 menganalisis data yang diperoleh selama penelitian sehingga akan diketahui kebenarannya atas suatu permasalahan. Analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji analisis dilakukan uji persyaratan dahulu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus. Perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Kabupaten Kudus dilakukan dengan cukup matang.kepala sekolah menyiapkan guru dengan pemberian motivasi serta peninjauan langsung dalam rapat sebelum memulai ajaran baru. Selain itu guru dikirim dalam penataran/workshop yang menunjang mereka dalam pembelajaran. Adapun persiapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. Hal tersebut menguatkan teori George R. Terry dan Leslie W. Rue (2009) bahwa perencanaan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Dengan kata lain dalam perencanaan penerapan model discovery pada pelajaran IPA di SDN 2 Kabupaten Kudus Guru dituntut menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.guru membuat rencana skenario (tahaptahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Menurut Rusman, (2010) Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) juga sangat diperlukan karena penyusunan ini menentukan keberhasilan pada tahap pelaksanaan. Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD 2 Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada siswa sehingga perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam

7 7 pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus. Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudusdimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan model discovery. Dalam model discovery guru diharapkan dapat menghidupkan suasana kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Diperkuat juga dalam teori Bruner (2002) bahwa didalam kelas siswa harus berperan aktif. Hal ini diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja, namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kemampuannya kurang. Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar LCD. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,

8 8 penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. 3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus. Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, hal senada disampaikan Hamalik (2006: 159), hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Peserta didik terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif.kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.suasana kelas selalu ramai dan gembira dalam belajar. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. Pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V pada mata pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus. Pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara holistik yang tidak hanya menekankan pada hasil saja, namun juga proses pembelajaran. Guru melakukan kegiatan penilaian selama proses pembelajaran terutama untuk aktivitas belajar siswa dengan menggunakan teknik penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau product), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio, Checklist, dan penilaian sikap. Soal-soal evaluasi yang diberikan berkaitan dengan dunia nyata siswa dan hasil evaluasi dibuat laporan setiap tengah dan akhir semester.tindak lanjut dari hasil evaluasi adalah penyelenggaraan kegiatan remedial dan juga

9 9 pengayaan. Kemudian dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Rismayani (2013), bahwa dalam penelitiannya dulu menghadapi kendala dalam pelaksanaan model discovery salah satunya nya bahwa siswa masih asing dengan konsep discovery ini. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada siswa sehingga evaluasi perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 2. Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

10 10 pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. 3. Hasil penerapan model discoverydi kelas V pada mata pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 4. Dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penerapan model discovery siswa kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ditemui kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi B. Implikasi 1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini. 2. Jika Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai. Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam rangkain RPP 3. Jika Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Kabupaten Kudus mengacu pada standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa

11 11 dijadikan sebuah evaluasi pada pembelajaran berikutnya 4. Jika Kendala Yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera, maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. C. Saran-Saran Saran-saran penulis untuk SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah : 1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah DAFTAR PUSTAKA Arikunto S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Budimansyah, Dasim Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung : PT. Genesindo. Rusman Model Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. dasar dalam proses pembelajaran 2. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar. 3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari. 4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model discovery. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hamalik, Oemar Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara Hamalik, Oemar Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara Khalimah Ilmu Pengetahuan Alamhttp://wartawarga.gun adarma.ac.id/2011/08/ilmu -Pengetahuan-Alam

12 12 Usman Samatowa Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta : Depdiknas.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan modifikasi alat bola dan lembing berekor dalam pembelajaran aktivitas lempar

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013

Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 1) Linna Listia Diana Wahyu, 2) Endang Purwaningsih, 3) Asim Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus dan terencana dalam kehidupan kita. Pengetahuan yang luas, kecerdasan, pengendalian diri, akhlak mulia dan keluhuran

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen saling terkait bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, pembelajaran masih berpusat pada guru. Jadi guru lebih aktif selama proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SDN 2 BANDA ACEH. Febi Febrina, Hajidin, Mahmud

KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SDN 2 BANDA ACEH. Febi Febrina, Hajidin, Mahmud Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah Volume 1 Nomor 1, 40-50 Agustus 2016 KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SDN 2 BANDA ACEH Febi Febrina, Hajidin, Mahmud Prodi Pendidikan Guru

Lebih terperinci

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) Siti Halimatus Sakdiyah, Didik Iswahyudi Universitas Kanjuruhan Malang halimatus@unikama.ac.id,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SRI SUDARMI A54A100076

JURNAL PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SRI SUDARMI A54A100076 MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MELALUI STRATEGI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT BAGI SISWA KELAS IV

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN ULFA ZAINUL MUBAROK Mahasiswa Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang Email: zainulmubarok.zm@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA Kiswadi 1, Widha Sunarno 2, Soeparmi 3 1 Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Rachmad Lasaka Guru Matematika SMP Negeri 2 Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Siti Rusminah A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Siti Rusminah A PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SMS (SERIUS MENGERJAKAN SOAL) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MANGGUNG 2 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan model pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolavoli

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, bahkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, karena dengan pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 3, no 1Februari2016 PERANAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOKDENGAN MEDIA BELAJAR GAMBARTERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Ratna Arifin Djana, Amran Rede, dan Marungkil Pasaribu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 75-80 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS MASALAH Ike Suci Pariska 1, Sri Elniati 2, Syafriandi 3 1 FMIPA UNP.Email: ic3_pariska@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 3, No. 2, Desember 2016 256 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF Saepuloh 1, Dede Suhayat

Lebih terperinci

pembelajaran berbasis paikem

pembelajaran berbasis paikem TUT WURI HANDAYANI pembelajaran berbasis paikem (CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik) Materi Pelatihan Penguatan Penguatan Pengawas Sekolah DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh: RIZNA PERICLESERI RUFI ATNA NIM: A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh: RIZNA PERICLESERI RUFI ATNA NIM: A PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETIS 01 KECAMATAN BAKI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGTALUN 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGTALUN 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGTALUN 1 TANON SRAGEN TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena data yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.3 (2016) : 121-127 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Ria Mayasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang salah satu isi program pembelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun : PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TEGALGONDO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau penurunan rumus dan teori saja, melainkan merupkan produk dari sekumpulan fakta yang

Lebih terperinci

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN PENDAHULUAN Mata pelajaran biologi berdasarkan Standar Isi (SI) bertujuan agar peserta didik dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII C SMPN 3 DONGKO TRENGGALEK TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) atau Classroom Action Reseach (CAR). Menurut wijaya (2009:9)

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENERAPAN METODE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 01 KARTASURA SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F34211056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam menyiapkan mahasiswa untuk menghadapi lingkungan hidup yang selalu mengalami perubahan yang semakin

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA

PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG III LAWEYAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU YANG TELAH DISERTIFIKASI DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN PADA SEKOLAH BINAAN DI SAMBAS

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki 31 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Herniwati Wahid 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 herniwati.wahid@yahoo.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR Dyaristya P. E. Wismasari, Agus Wedi, Eka Pramono Adi Universitas Negeri Malang Email: dyaristya.putri@gmail.com,

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA (TEATER) DI SMAN 1 KRUENG BARONA JAYA YANG DILAKSANAKAN OLEH GURU BIDANG STUDI NON SENI ABSTRAK

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA (TEATER) DI SMAN 1 KRUENG BARONA JAYA YANG DILAKSANAKAN OLEH GURU BIDANG STUDI NON SENI ABSTRAK PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA (TEATER) DI SMAN 1 KRUENG BARONA JAYA YANG DILAKSANAKAN OLEH GURU BIDANG STUDI NON SENI Dina Febriani 1*, Ahmad Syai 1, Lindawati 1 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk perkembangan, kelangsungan hidup serta merupakan suatu kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

Mukhtarom Gunawan NIM. A54A10048

Mukhtarom Gunawan NIM. A54A10048 PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 03 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2012/2013. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX- 3 SMP NEGERI I SECANGGANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX- 3 SMP NEGERI I SECANGGANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX- 3 SMP NEGERI I SECANGGANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Mujianto Surel : pakmujianto27@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rika Nurjanah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek yang berorientasi pada aktivitas siswa. Seperti yang dikemukakan pada Bab IV pasal

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tindakan 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Rencana Tindakan Praktek pembelajaran pada siklus 1 dengan Standar Kompetensi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan segala potensi diri melalui proses belajar atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia merupakan pendidikan yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang salah satunya adalah Peraturan Menteri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang bertanya, jarang menjawab, pasif dan tidak dapat mengemukakan pendapat, sering ditemui oleh peneliti

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR Oleh: Venny Eka Putri vennyekaputri882@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

*Keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 115-121 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI.2 WANGLU, TRUCUK, KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014. Jurnal Publikasi Program

Lebih terperinci