DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT"

Transkripsi

1 DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2 PRINSIP DASAR DAN KELEMBAGAAN PENERAPAN KPBU BIDANG PUPR DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3 DISCLAIMER Pedoman ini dirancang untuk memberikan informasi tentang ruang lingkup Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR saja. Informasi yang diberikan tidak bermaksud untuk memberikan saran profesional, legal atau lainnya. Dalam hal membutuhkan keahlian semacam itu, berkonsultasilah kepada profesional yang sesuai. Pedoman ini bukanlah informasi lengkap tentang masalah tersebut diatas dan hanya berfungsi sebagai panduan umum atau materi pendukung, bukan sebagai sumber utama informasi subjek. Pedoman ini diterbitkan pada bulan Oktober 2017 dimaksudkan hanya untuk tujuan publikasi pada saat dicetak. Tim Penyusun tidak bertanggung jawab terhadap perubahan informasi yang diterbitkan kemudian.

4 Daftar Isi 4 Daftar Isi 13 Glossary 18 Daftar Singkatan 19 Sambutan Direktur Bina Investasi Infrastruktur 20 Pengantar Tim Penyusun I. Konsepsi, Definisi, Tujuan, Keuntungan dan Prinsip KPBU A. Konsepsi KPBU 1. Karakteristik Infrastruktur 2. Konsepsi Skenario Tripple Win 3. Kesalahpahaman Terhadap KPBU 4. KPBU Bukan Privatisasi B. Definisi KPBU 1. Definisi KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun Definisi KPBU Berdasarkan Para Ahli

5 Daftar Isi C. Tujuan KPBU 1. Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Para Ahli 3. Tujuan Skema KPBU Secara Umum D. Keuntungan Skema KPBU 1. Keuntungan Pemerintah Memilih KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur 2. Ilustrasi Skema KPBU 3. Keuntungan Skema KPBU dari Sektor Publik 4. Keuntungan Skema KPBU dari Sektor Badan Usaha E. Prinsip Dasar KPBU 1. Prinsip-Prinsip KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun Prinsip Utama KPBU 3. Prinsip Mengoptimalkan Alokasi Resiko 4. Ilustrasi Optimalisasi Alokasi Resiko

6 VI. Kerangka Hukum KPBU A. Perkembangan Kebijakan Peraturan KPBU 1. Sejarah Peraturan Kebijakan untuk Mendukung KPBU 2. Perubahan Peraturan Presiden Pengaturan KPBU B. Peraturan-Peraturan Terkait KPBU 1. Pokok-pokok Perpres No. 38/2015 Tentang KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur 2. Peraturan Terkait KPBU 3. Peraturan Terkait KPPIP 4. Peraturan LKPP 5. Peraturan Pengadaan Tanah 6. Peraturan Pengusahaan Sumber Daya Air 7. Peraturan Penjaminan Infrastruktur 8. Peraturan Proyek Strategis Nasional 9. Peraturan Rencana Umum Jalan Nasional 10.Peraturan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 11.Peraturan Berkaitan Dengan Pemanfaatan BMN/BMD 12.Peraturan Berkaitan Dengan Kerjasama Daerah

7 Daftar Isi 5. Prinsip Pembagian Peran pada KPBU untuk Pencapaian Value for Money, Peningkatan Pelayanan, Teknologi dan Inovasi F. Bentuk Skema KPBU 1. Kategori Kerjasama dalam KPBU 2. Taksonomi Kontrak KPBU dengan Varian II. Perbedaan Penyediaan Infrastruktur PBJ versus KPBU A. Perbedaan Pengadaan antara PBJ dan KPBU 1. Perbedaan Pengadaan Secara Umum 2. Perbedaan dari Aspek Waktu 3. Perbedaan dari Aspek Proses 4. Perbedaan dari Aspek Pendanaan 5. Perbedaan dari Aspek Pembagian Resiko B. Bentuk Struktur Proyek 1. Bentuk Struktur Proyek Pemerintah (Public Finance) 2. Bentuk Struktur Proyek Privat (Corporate Finance) 3. Bentuk Struktur Proyek KPBU (Project Finance)

8 Daftar Isi III. Penyediaan Infrastruktur PUPR dengan Skema KPBU A. Dokumen Perencanaan 1. Arah Kebijakan KPBU 2. Strategi KPBU 3. Arah Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur PUPR 4. Strategi, Program dan Kegiatan Renstra PUPR B. Urusan Pemerintah Bidang PUPR 1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang PUPR 2. Lingkup KPBU Infrastruktur PUPR IV. Tantangan dan Hambatan Isu Strategis dan Solusi Pelaksanaan KPBU A. Faktor Kunci Keberhasilan Skema KPBU B. Permasalahan Pelaksanaan KPBU C. Permasalahan dalam Pengembangan Proyek KPBU D. Hambatan Pelaksanaan KPBU di Indonesia E. Solusi Pelaksanaan KPBU

9 Daftar Isi V. Tipologi Pembiayaan, Pola Pembiayaan, Skema Dukungan dan Jaminan KPBU Bidang PUPR A. Tipologi Pembiayaan Skema KPBU 1. Tipologi Pembiayaan KPBU Berdasarkan Kelayakan Finansial B. Pola Pembiayaan, Financial Close dan Pengembalian Investasi 1. Pola Pembiayaan Proyek Solicited KPBU 2. Pola Pembiayaan Proyek Unsolicited KPBU 3. Perolehan Pembiayaan dan Skema Pengembalian Investasi 4. Skema Availability Payment (AP) 5. Performance Base Payment

10 Daftar Isi C. Skema Dukungan KPBU 1. Skema Dukungan Pemerintah untuk Proyek KPBU 2. Konsep Viability Gap Fund (VGF) 3. Konsep Project Development Facility (PDF) D. Fasilitas Penjaminan KPBU 1. Penjaminan Infrastruktur

11 Daftar Isi VII. Kerangka Kelembagaan KPBU PUPR A. Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha 1. Struktur Kelembagaan KPBU Tingkat Nasional 2. Peran dan Fungsi Unit Organisasi Kementerian PUPR dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan KPBU B. Organisasi dalam Pelaksanaan KPBU 1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) 2. Tugas dan Fungsi PJPK

12 Daftar Isi 3. PJPK untuk Gabungan Infrastruktur 4. Simpul KPBU 5. Tim KPBU 6. Panitia Pengadaan 7. Para Pihak KPBU Lainnya VIII. Tata Kelola Program KPBU Bidang PUPR (Studi Kasus Keberhasilan dan Hambatan) A. Perencanaan dan Penganggaran 1. Alur Perencanaan dan Penganggaran 2. Bagan Alur Proses Perencanaan Identifikasi Proyek KPBU 3. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Nasional/Sektor 4. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Daerah B. Pemrakarsa Proyek KPBU 1. Solicited dan Unsolicited 2. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Solicited Project 3. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Unsolicited Project

13 Daftar Isi C. Tahapan Proyek KPBU 1. Tahap 1 : Perencanaan Proyek Kerjasama 2. Tahap 2 : Penyiapan Proyek Kerjasama 3. Tahap 3 : Transaksi Proyek Kerjasama a. Tahap Transaksi Proyek Kerjasama b. Kerangka Waktu Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU c. Negosiasi d. Manajemen Kontrak 4. Tahap 4 : Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (MPPK) D. Bentuk Struktur Proyek KPBU 1. Struktur KPBU Tipikal Model KPBU 2. Struktur KPBU Tipikal Stakeholder KPBU untuk Sektor Air di Indonesia E. Studi Kasus 1. KPBU SPAM Umbulan 2. KPBU AP Palapa Ring Referensi

14 Glossary Affermage Availability Payment Badan Usaha Barang Milik Negara/ Barang Milik Daerah Build Own Operate Kontrak pemberian penggunaan atau pendudukan properti selama waktu yang ditentukan untuk pembayaran tertentu Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha). (Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU dalam penyediaan Infrastruktur) Kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada kenyataannya berbeda Bemua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah dan barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Model proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di mana sebua organisasi swasta membangun, memiliki dan mengoperasikan beberapa fasilitas atau struktur dengan sedikit dorongan dari pemerintah. Meskipun pemerintah tidak memberikan pendanaan langsung dalam model ini, namun pemerintah mungkin menawarkan insentif keuangan lainnya seperti status bebas pajak. Pengembang memiliki dan mengoperasikan fasilitas ini secara independen

15 Glossary Build Own Operate Transfer Capital Expenditure Design Build Finance Operate Feasibility Study Konsesi Suatu kontrak KPBU dimana pihak swasta bertanggung jawab terhadap desain, konstruksi, operasi dan memiliki suatu fasilitas infrastruktur selama kontrak dan selanjutnya melakukan pengalihan kepemilikan pada saat kontrak tersebut berakhir. Biaya bisnis yang dikeluarkan untuk menciptakan manfaat akuisisi yaitu masa depan aset yang akan memiliki masa manfaat luar tahun pajak. misalnya pengeluaran untuk aset seperti bangunan, mesin, peralatan atau upgrade fasilitas yang ada sehingga nilai sebagai aset meningkat Kepemilikan secara hukum dari fasilitas tetap pada otoritas publik selama kontrak dengan kepentingan sektor swasta dalam proyek yang hanya didasarkan pada hak kontraktual untuk mengoperasikan fasilitas tersebut dan menerima pendapatan dari pembeli untuk melakukannya, daripada kepemilikan fisik aktiva Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha /proyek dan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha /proyek yang direncanakan Pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah, perusahaan, individu, atau entitas legal lain. Konsesi antara lain diterapkan pada pembukaan tambang dan penebangan hutan. Model konsesi umum diterapkan pada Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau kontrak bagi hasil

16 Glossary Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha Penyediaan Infrastruktur bertujuan untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah/ BUMN/ BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak Operating Expenditure Pengadaan Barang/Jasa Project Development Facility Biaya yang dikeluarkan dalam perjalanan bisnis biasa, seperti penjualan, beban umum dan administrasi (dan tidak termasuk harga pokok penjualan - atau HPP, pajak, depresiasi dan bunga) Kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Keuangan untuk membantu PJPK menyusun kajian prastudi kelayakan, dokumen lelang, dan mendampingi PJPK dalam transaksi proyek KPBU hingga mencapai pembiayaan dari lembaga pembiayaan (financial close)

17 Glossary Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Solicited Project Unsolicited Project Value for Money Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Hibah Luar Negeri adalah penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelati Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK sektor infrastruktur yang menjadi tanggung jawab Kementerian/Lembaga/Daerah-nya, apabila dalam perundangundangan diatur KPBU diselenggarakan oleh BUMN/BUMD, maka BUMN/BUMD tersebut yang akan bertindak selaku PJPK Proyek KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah, disiapkan oleh Pemerintah, didukung dan dijamin oleh lembaga keuangan Pemerintah Proyek KPBU yang diprakarsai, disiapkan oleh, didukung secara non fiskal oleh Pemerintah dan dijamin oleh lembaga keuangan Pemerintah Metode untuk menilai penerimaan publik akan manfaat maksimal dari barang dan jasa yang diperolehnya dengan sumber daya yang tersedia dalam memberikan pelayanan publik. VfM juga diartikan dengan kombinasi optimal dari total biaya keseluruhan dan kualitas dari dilaksanakannnya proyek infrastruktur melalui skema KPBU. VfM digunakan sebagai salah satu alasan atau tujuan dilaksanakannya skema KPBU melalui kompensasi atau tarif harga pasar yang kompetitif.

18 Glossary Viability Gap Fund Dana talangan yang diberikan oleh pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur. VGF diberikan untuk proyek infrastruktur yang tidak memiliki keuntungan besar atau memiliki waktu balik modal yang lama supaya investor msasih tetap tertarik untuk mengikuti tender tersebut.

19 Daftar Singkatan AP BMN/BMD BOO BOOT Capex DBFO PBJ PDF Opex PHLN PJPK VfM VGF Availability Payment Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah Build Own Operate Build Own Operate Transfer Capital Expenditure Design Build Finance Operate Pengadaan Barang/Jasa Project Development Facility Operating Expenditure Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Value for Money Viability Gap Fund

20 Sambutan Direktur Bina Investasi Infrastruktur Dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sangat besar Pemerintah Republik Indonesia sedang berupaya keras untuk mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah. Program pembangunan infrastruktur tentu membutuhkan dana dan biaya yang tidak sedikit. Terbatasnya anggaran fiskal pemerintah, membuat Pemerintah harus menemukan pola-pola pembiayaan alternatif dalam rangka mendukung program pembangunan infrastruktur tersebut. Pemerintah pun memiliki aset-aset yang sebenarnya dapat dioptimalisasi untuk meningkatkan nilai tambah aset tersebut sekaligus memberikan alternatif solusi bagi pendanaan proyek-proyek infrastruktur. Sebagai respons dari kebutuhan alternatif pendanaan tersebut, Direktorat Bina Investasi Infrastruktur berinisiatif untuk menerbitkan buku pedoman pola pembiayaan investasi infrastruktur yang dapat digunakan investor dalam mendorong pembiayaan alternatif non APBN/D di bidang infrastruktur di Indonesia serta mengoptimalisasikan aset-aset infrastruktur PUPR. Saya menyambut baik terbitnya buku Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR. Semoga buku pedoman ini dapat menjadi rujukan bagi para investor dan masyarakat yang berminat mendukung Pemerintah dalam pembiayaan investasi infrastruktur bidang PUPR. Jakarta, Oktober 2017 Direktur Bina Investasi Infrastruktur Dr. Ir. H. Masrianto, MT

21 Pengantar Tim Penyusun Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga Prinsip Dasar dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR dapat terselesaikan pada TA Buku pedoman ini merupakan perwujudan dari tugas yang diamanatkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Buku pedoman ini menyajikan informasi tentang ruang lingkup prinsip dasar dan kelembagaan penerapan KPBU bidang PUPR yang dihimpun dari berbagai sumber, baik dari unit kerja di lingkungan Kementerian PUPR maupun dari K/L terkait. Penyusun menyadari buku pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun redaksional. Kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua narasumber yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan kepada semua yang telah berperan serta dalam menyusun buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Oktober 2017 Tim Penyusun

22 I. KONSEPSI, DEFINISI, TUJUAN, KEUNTUNGAN DAN PRINSIP KPBU A. Konsepsi KPBU 1. Karakteristik Infrastruktur Cenderung bersifat monopoli alamiah Cenderung bersifat tidak eksklusif In-elastic demand Dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk pembangunan dan pemeliharaannya 2. Konsep Skenario Triple Win Pengembalian investasi yang lama (longterm investment, short yielding) Biasanya dilihat sebagai kewajiban pemerintah dalam menyediakan atau membangunnya Penyelenggaraan infrastruktur biasanya dilihat sebagai satu kesatuan, dan kurang dikembangkan konsep pembagian penyelenggaraan (unbundling) 22

23 2. Konsep Skenario Triple Win Memiliki aset dan otoritas Kewajiban Pelayanan Publik Pemerintah Kontrak Badan Usaha Memiliki keahlian, dan finansial Profit oriented Output Spec Pelayanan Terbaik Alokasi risiko yang tepat Keuntungan yang layak Definisi lain KPBU adalah kontrak jangka panjang antara pemerintah dan sektor badan usaha untuk melaksanakan perencanaan, pembangunan, pembiayaan, dan pengoperasian infrastruktur publik oleh pihak swasta (Yescombe, 2007). KPBU memberikan skenario triple win yang mengakomodir pemerintah, konsorsium badan usaha dan kepentingan publik yang diilustrasikan dalam gambar di atas. 23

24 3. Kesalahpahaman Terhadap KPBU KPBU bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan layanan kepada masyarakat, tetapi KPBU merupakan pembiayaan untuk merancang, membangun, dan mengoperasikan proyek-proyek infrastruktur kepada BADAN USAHA; Investasi BADAN USAHA bukan sumbangan gratis kepada pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik; KPBU bukan merupakan privatisasi barang publik; KPBU bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang akan membebani masyarakat dalam pemberian pelayanan umum; KPBU bukan merupakan pinjaman (utang) pemerintah kepada BADAN USAHA. 24

25 4. KPBU Bukan Privatisasi KPBU bukan berarti privatisasi, pada konsepsi KPBU bahwa pemerintah tetap mempunyai otoritas dalam pengaturan, pengawasan, dan pengendalian terhadap kualitas standar pelayanan, misalnya: Standar Kualitas Air Minum; Pengalihan aset akan dilakukan pada akhir masa konsesi/kontrak, dan dimungkinkan untuk dikerjasamakan kembali. Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPBU dan privatisasi. Dalam konsep KPBU, pihak publik dan swasta melakukan kerjasama dalam pembiayaan, pendapatan, dan tanggung jawab. Sedangkan dalam privatisasi pemerintah melakukan transfer tugas dan tanggung jawabnya ke sektor swasta, dengan biaya, risiko, dan pendapatan berada di tangan swasta. 25

26 B. Definisi KPBU 1. Definisi KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 KPBU adalah Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko antara para pihak. 2. Definisi KPBU Berdasarkan Para Ahli Definisi lain diberikan oleh Yescombe yang menyatakan bahwa KPBU adalah kontrak jangka panjang antara pemerintah dan badan usaha untuk melaksanakan perencanaan, pembangunan, pembiayaan, dan pengoperasian infrastruktur publik oleh pihak swasta. (Alfen, et al., 2009) KPBU memiliki 4 karakteristik meliputi: (1) kontrak jangka panjang, (2) investasi pihak BADAN USAHA dimana siklus hidup proyek merupakan hal yang penting bagi pihak BADAN USAHA, (3) inovasi dalam penyediaan jasa yang dilakukan pihak BADAN USAHA dan; (4) adanya keuntungan yang didapatkan baik dari pihak BADAN USAHA maupun dari 26

27 C. Tujuan KPBU 1. Tujuan Skema KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Mencukupi Kebutuhan Pendanaan penyediaan infrastruktur melalui dana swasta Penyediaan infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran dan tepat waktu Mendorong iklim investasi yang mendorong peran serta badan usaha dalam pembangunan Mendorong prinsip pakai bayar atau mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna Memberikan kepastian pengembalian invetasi Badan Usaha melalui pembayaran secara berkala oeh pemerintah kepada badan usaha 27

28 2. Tujuan Skema KPBU Berdasarkan Para Ahli Skema KPBU bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya, meningkatkan kualitas dari produk-produk dan pelayanan publik, dengan menanggung secara bersama-sama dalam hal modal, risiko, ilmu pengetahuan, SDM. (Spiering & Dewulf, 2007) Tujuan lain yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan nilai lebih (Value for Money) dibandingkan dengan pengadaan proyek secara tradisional, mereduksi Life Cycle Costing, alokasi risiko yang lebih baik, mempercepat pembangunan dan meningkatkan kualitas layanan (Spiering & Dewulf, 2007) Keuntungan skema KPBU yang utama adalah efisiensi dalam proses transaksi proyek yang antara lain ditandai oleh menurunnya biaya konstruksi secara signifikan dan dapat membatasi potensi cost-overrun yang terjadi. Keuntungan dari kerjasama ini memberi daya saing kepada investor swasta dalam pemanfaatan efisiensi dan inovasi teknologi yang lebih baik. (Dikun, 2010) 28

29 3. Tujuan Skema KPBU Secara Umum Dalam mengembangkan program KPBU, pemerintah perlu mendefinisikan faktor pendorong dan tujuannya untuk program KPBU, sehingga dipahami dengan jelas, sehingga pasar dapat memberikan respon yang baik Terdapat beberapa tujuan yang mendorong KPBU secara global diantaranya : Kebutuhan untuk mengatur pinjaman sektor publik Akselerasi penyediaan layanan infrastruktur Transfer risiko yang pantas kepada pihak BADAN USAHA Mendapatkan inovasi dan efisiensi ekonomis 29

30 D. Keuntungan Skema KPBU 1. Keuntungan Pemerintah Memilih KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur... untuk memberikan layanan publik yang lebih baik dan memanfaatkan nilai uang (value for money), melalui pembagian risiko, pengelolaan yang sinergi, mendorong inovasi, pemanfaatan dan pengelolaan aset yang efisien selama umur rencananya. PRICE is what you pay OUT, VALUE is what you get in RETURN Aspek lain adalah optimasi desain, fokus pada spesifikasi output, dan proses desain lebih diorientasikan pada kinerja operasional. Optimalisasi dan transfer risiko yang tepat; Pembiayaan oleh badan usaha dalam penyediaan infrastruktur akan mengurangi beban pemerintah dalam jangka pendek, sehingga dana pemerintah dapat digunakan untuk membiayai kepentingan lainnya, seperti penanggunglangan kemiskinan. a Long Term Partnership with Mutual Benefits 30

31 2. Ilustrasi Keuntungan Skema KPBU 31

32 3. Keuntungan Skema KPBU Dari Sektor Publik Meningkatnya kualitas pelayanan Investor Badan Usaha menyediakan tenaga ahli, manajemen, dan teknologi yang akan memperbaiki kualitas pelayanan yang dapat menciptakan kompetisi untuk meningkatkan kualitas dalam arti pengembangan dan inovasi. Biaya proyek yang lebih rendah Skema KPBU meliputi akivitas yang luas, yaitu desain, pembangunan, dan penyediaan pelayanan di masa datang, bila dilakukan dalam satu proyek akan meningkatkan skala ekonomi dari proyek itu sendiri, artinya dapat menurunkan biaya. Pembangunan lebih awal dan lebih cepat. Artinya jika sektor publik tidak mempunyai kemampuan untuk mendanai proyek-proyek yang dari sudut pandang ekonomi menguntungkan, maka sektor BADAN USAHA dapat berpartisipasi untuk mendanai sebagai proyek KPBU. Pelaksanaan proyek KPBU aktivitas design dan konstruksi dapat digabungkan secara paralel pelaksanaannya dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. 32

33 Keuntungan Skema KPBU Dari Sektor Publik...(lanjutan) Penganggaran lebih baik, KPBU apabila dilaksanakan taat asas dapat menurunkan biaya tak terduga. Dari beberapa pengalaman internasional, proyek KPBU hanya mengalami 22% over budget dibandingkan 75% proyek yang dilakukan oleh sektor publik. Risk Sharing, Pembagian risiko merupakan salah satu kunci kesuksesan pelaksanaan KPBU apabila alokasinya tepat sesuai dengan pihak yang mempunyai kapabilitas untuk menanggung risiko. 3. Keuntungan Skema KPBU Sektor Badan Usaha Keuntungan disisi BADAN USAHA antara lain adalah mendapatkan akses di sektor baru dan dapat meraih lebih banyak aktivitas bisnisnya, mendapatkan keuntungan yang lebih baik, dan mendapatkan kepastian pasar yang lebih lama. 33

34 E. Prinsip Dasar KPBU 1. Prinsip-Prinsip KPBU Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 KEMITRAAN KEMANFAATAN BERSAING EFISIEN EFEKTIF PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN RISIKO Kemitraan, Kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak; Kemanfaatan, Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah dengan Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat; Bersaing, Pengadaan mitra kerjasama Badan Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat; Efisien, Kerja sama Penyediaan Infrastruktur mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana BADAN USAHA. Efektif, Kerja sama Penyediaan Infrastruktur mampu mempercepat pembangunan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur; dan Pengendalian dan pengelolaan risiko, Kerja sama Penyediaan Infrastruktur dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko; 34

35 2. Prinsip Utama KPBU Mengoptimalkan alokasi risiko Mencapai Value For Money Mempertahankan atau meningkatkan tingkat layanan Akses pada keahlian, teknologi dan inovasi yang baru atau yang lebih baik 3. Prinsip Mengoptimalkan Alokasi Resiko Perlu adanya tanggung jawab alokasi risiko antara Pemerintah dan BADAN USAHA Dasar negosiasi Risiko dan hasil akan tercermin dalam mekanisme pembayaran Mitigasi risiko melalui garansi risiko yang baik Untuk mengevaluasi dan mengatur program risiko Menyusun strategi menanggapi risiko Untuk mengkonfirmasi kemampuan proyek Menggunakan referensi proyek Untuk mengkonfirmasi VfM dari proyek Menggunakan sektor publik pembanding 35

36 4. Ilustrasi Optimalisasi Alokasi Resiko Risiko diasumsikan oleh pihak yang lebih baik dalam mengatasi risiko Pemerintah Pembagian Risiko Badan Usaha Regulasi/Politik Lingkungan Proses Tender Pembangunan Ekonomi Kerusakan/Damage Force Majeure Inflasi Nilai Tukar Pembangunan Desain Konstruksi Operasi Pemeliharaan Inflasi dan Suku Bunga Alokasi risiko setiap proyek menentukan tingkat bank ability dan VfM bagi Pemerintah 36

37 5. Prinsip Pembagian Peran pada KPBU untuk Pencapaian Value for Money, Peningkatan Pelayan, Teknologi dan Inovasi Peran Pemerintah Visi, Misi, Arah, Tujuan Penetapan Output Kepastian Pengaturan (kerangka hukum, keuangan, tax), Komitmen & pembagian risiko Komitmen pembayaran Penyediaan tanah (konsesi jangka panjang), Kelayakan proyek (publik & Badan Usaha) Hasil yang ingin dicapai: Investasi yang layak Tersedia infrastruktur publik yang berkualitas dan efisien Tersedia tingkat layanan yang berkualitas tinggi Desain & operasional yang terpadu Inovasi (uptodate) Peran Badan Usaha Pengelola risiko Pendekatan pada pemanfaatan umur Aset Inovasi dan Kreativitas Desain yang optimal dan terpadu Pendanaan Tambahan pendapatan dengan Optimalisasi pemanfaatn aset Penyedia layanan 37

38 F. Bentuk Skema KPBU 1. Kategori Kerjasama dalam KPBU Bentuk kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha (KPBU) mempunyai spektrum yang sangat luas, tergantung pada kepemilikan aset modal; tanggung jawab berinvestasi; Asumsi risiko yang akan ditanggung/dikelola; dan durasi lamanya kontrak SEKTOR SWASTA KLASIFIKASI 5 (LIMA) KATEGORI BENTUK KERJASAMA PFI & PRIVATISASI 1. kontrak pengadaan dan manajemen/pengelolaan I N V E S T A S I TURN-KEY LEASING KONSESI 2. kontrak turn-key 3. kontrak leasing/sewa 4. kontrak konsesi 5. Private Finance Initiative (PFI) & Privatisasi. SEKTOR PUBLIK PENGADAAN & MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK Risks, Obligations & Durations SEKTOR SWASTA Sumber: PPP Guideline 38

39 2. Taksonomi Kontrak KPBU dengan Varian Klasifikasi dari 5 (lima) kategori di atas masing-masing memiliki banyak varian. Setiap kategorisasi bentuk KPBU dengan karakteristik utamanya ditunjukkan pada tabel 1 berikut. Jenis Kontrak Varian Kepemilikan Aset/Modal Tanjung Jawab Investasi Risiko yang diambil Durasi Lamanya Kontrak Pengadaan & Manajemen Kontrak Kontrak Pengadaan Publik Publik Publik 1-3 Kontrak Pemeliharaan Publik Publik/ Private Private/ Public 3-5 Kontrak Operasional Public Public Public 3-5 Turn-Key BTO Public Public Private/ Public 1-3 Affermage/ Lease Kontrak Konsesi Private/Badan Usaha Affermage Public Public Private/ Public 5-20 Leasing Public Public Private/ Public 5-20 Francise Public/Private Private/ Public Private/ Public 3-10 BOT/BOOT Public/Public Private/ Public Private/ Public BOO/DBFO rivate Private Private Tak terbatas PFI Private/Public Private Private/ Public Divestasi Private Private Private Tak terbatas 39

40 II. KERANGKA HUKUM KPBU A. Perkembangan Kebijakan Peraturan KPBU 1. Sejarah Peraturan Kebijakan Untuk Mendukung KPBU Sebelum Tahun 1990 Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 hingga Sekarang Pengaturan Partisipasi Swasta: Inpres 5/1998 KMK 740/KMK.00/1989 UU 11/1974 tentang Pengairan UU 15/1985 tentang Ketenagalistikan UU 13/1987 tentang jalan UU 3/1989 tentang Telekomunikasi PP tentang Jalan Tol PP 10/1989 tentang Ketenagalistrikan Sektor: Jalan Tol IPP Memperkenalkan Partisipasi Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur Pengaturan Partisipasi Swasta: Kepres 37/1992 tentang Usaha Penyediaan Listrik oleh Swasta Sektor: Jalan Tol Air Minum Ketenagalistrikan Lahirnya Peraturan KPBU Lahirnya Kepres 7/1998 Krisis Finansial di Asia yang mengakibatkan perubahan: Sistem Politik Desentralisasi Lahirnya peraturan perundang-undangan yang mengatur infrastruktur Negosiasi ulang IPP Reformasi Regulasi Infrasctructure Summit 2005 Perpres 42/2005 tentang KKPPI yang kemudian direvitalisasi dengan Perpres 75/2014 Perpres 67/2005 jo Perpres 66/2013 Perpres 78/2010 PMK 260/2010 PMK 223/2012 Reformasi Peraturan Perundang-Undangan Sektor (Open Business) Pembentukan PT SMI dan PT IIF Pembentukan PT PII PPP Book Perpres 38/2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Permen PPN No 4/2015 tentang Panduan Umum KPBU PMK 190/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Perka LKPP 19/2015 tentang Pengadaan Badan Usaha PPP Book 40

41 Keterbatasan alokasi sumber dana dalam penyediaan infrastruktur dapat menjadi peluang bagi badan usaha swasta untuk ikut berpartisipasi didalamnya. Pada periode sebelum tahun 1998 Pemerintah telah berupaya mengundang partisipasi swasta dalam penyediaan infrastruktur. Bentuk kebijakan pada periode sebelum tahun 1998 adalah dengan diundangkannya peraturan perundangan yang mendukung, misalnya Keppres 37/1992 tentang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta. 2. Perubahan Peraturan Presiden Pengaturan KPBU diubah diubah Perpres Nomor 67 Tahun 2005 Perpres Nomor 13 Tahun 2005 Perpres Nomor 56 Tahun 2011 Perpres Nomor 66 Tahun 2013 Perpres Nomor 38 Tahun 2015 diubah diubah Dasar penyempurnaan: Pemerintah berupaya untuk mencitakan iklim investasi yang baik. Pemerintah akomodatif terhadap penyempurnaan regulasi berdasarkan masukan dari berbagai pihak dan hambatan yang terjadi berdasarkan pengalaman pelaksanaan proyek. Harmonisasi dengan peraturan terkait. Perpres 38/2015 Mencabut Perpres 67/2005 beserta perubahannya Dasar Penyusunan: Harmonisasi dengan regulasi terkait Percepatan business process KPBU Perluasan jenis infrastruktur KPBU 41

42 B. Peraturan-Peraturan Terkait KPBU 1. Pokok-pokok Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Tentang KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur Subyek Kerjasama Obyek Kerjasama Kontribusi Pemerintah Pengembalian Investasi Badan Usaha Tahapan Pengaturan Pemerintah 1. Menteri 2. Kepala Lembaga 3. Kepala Daerah 4. BUMN/BUMD Badan Usaha 1. BUMN/BUMD 2. Badan Usaha Asing 3. Perseroan Terbatas 4. Koperasi PERPRES 38/2015 PERMEN PPN NO. 4/2015 TENTANG PANDUAN UMUM PANDUAN SEKTORAL OLEH KEMENTERIAN SEKTOR Infrastruktur Ekonomi dan Infrastruktur Sosial PERATURAN KEPALA LKPP NO 19 TAHUN 1. Pembangunan sebagian infrastruktur 2015 TENTANG PENGADAAN BADAN 2. Dukungan pemerintah USAHA 3. Jaminan pemerintah 1. Pembayaran oleh pengguna dalam PEMBAYARAN KETERSEDIAAN bentuk tarif LAYANAN 2. Pembayaran ketersediaan layanan (Availability Payment) PERMENDAGRI NO Bentuk lain sepanjang tidak TAHUN 2016 bertentangan dengan Perundangundangan 1. Tahap Perencanaan PMK 190/PMK.08/ Tahap Penyiapan 3. Tahap Transaksi PENJAMINAN PEMERINTAH PERATURAN PRESIDEN NO. 78/2010 PMK No.8/PMK.08/2016 DUKUNGAN PEMERINTAH PMK No. 170/PMK.08/2015 (VGF) 42

43 2. Peraturan Terkait KPBU Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Permen PPN Nomor 4 Tahun 2015 Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 PMK Nomor 190 Tahun 2015 PMK No 260 Tahun 2016 Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur 43

44 3. Peraturan Terkait KPPIP Peraturan Perpres Nomor 122 Tahun 2016 Perpres Nomor 75 Tahun 2014 Kepmenko Nomor 127 Tahun 2015 Permenko Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas 4. Peraturan LKPP Peraturan Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 Presentasi Sosialisasi Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 Lampiran Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Lampiran Perka LKPP Nomor 19 Tahun 2015 Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur 44

45 5. Peraturan Pengadaan Tanah a) UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; b) PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; c) Perpres Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; d) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; e) Kepmenko Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tim Kerja Percepatan Pengadaan Tanah Untuk Infrastruktur Prioritas; f) Permen ATR Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan; g) Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. 45

46 6. Peraturan Pengusahaan Sumber Daya Air Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air 7. Peraturan Penjaminan Infrastruktur a) Perpres Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur b) PMK Nomor 260 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha 8. Peraturan Proyek Strategis Nasional a) Inpres Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional b) Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional 46

47 9. Peraturan Rencana Umum Jalan Nasional Keputusan Menteri PUPR Nomor 250 Tahun 2015 Perubahan ketiga atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 567 Tahun 2010 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional 10. Peraturan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 Sistem Penyediaan Air Minum 47

48 11. Peraturan Berkaitan Dengan Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN)/ Barang Milik Daerah (BMD) Dasar Hukum : PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.06/2014 tentang Tatacara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan SEWA Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) KSPI Lingkup Infrastruktur 1. Sesuai dengan PP 27/2014; dan/atau 2. Sesuai dengan Perpres 38/2015 Sesuai dengan PP 27/2014 Sesuai dengan Perpres 38/2015 Hasil Pemanfaatan 1. Uang Sewa 2. Infrastruktur beserta fasilitasnya, jika diperjanjikan 1. Kontribusi tetap 2. Pembagian keuntungan 3. Infrastruktur beserta fasilitasnya 1. Pembagian kelebihan keuntungan (clawback) 2. Infrastruktur beserta fasilitasnya 48

49 12. Peraturan Berkaitan Dengan Kerjasama Daerah Dasar Hukum : PP Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Kerjasama Daerah Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah Obyek Kerjasama Hasil Kerjasama Pengaturan Seluruh urusan pemerintahan yg tlh mjd kewenangan daerah otonom dan dpt berupa penyediaan pelayanan publik. uang, surat berharga dan aset, atau nonmaterial berupa keuntungan. Tahapan 1. Penjajakan; 2. Negosiasi; 3. Penandatanganan; 4. Pelaksanaan; 5. Pengakhiran. 49

50 III. PERBEDAAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PBJ VERSUS KPBU A. Perbedaan Pengadaan antara PJB dan KPBU 1. Perbedaan Pengadaan Secara Umum Pengadaan Barang & Jasa (PJB) Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) Privatisasi Anggaran Fiskal Risiko Keterlibatan Pemerintah 50

51 2. Perbedaan dari Aspek Waktu PBJ Pemerintah Durasi pada PBJ Pemerintah maksimal 1 periode pemerintahan (< 5 tahun) KPBU Durasi pada KPBU bisa lebih 20 tahun, tergantung sektor dan kelayakan. KPBU Mulai Kontrak Kontrak jangka menengah hingga panjang Akhir Kontrak KPBU PBJ Akhir Konstruksi/ Penyediaan Kontrak jangka pendek hingga menengah Pemantauan & Evaluasi diperlukan > 20 tahun Kepemilikan beralih ke pemerintah 51

52 3. Perbedaan dari Aspek Proses PBJ Pemerintah - PBJ lebih menekankan pada INPUT layanan yang dikompetisikan. KPBU - KPBU lebih menekankan OUTPUT layanan yang dikompetisikan. Inovasi menjadi kata kunci! Lingkup inovasi dan perbedaan mindset KPBU INPUT PROSES OUTPUT INPUT PROSES OUTPUT Spesifikasi material jalan Konstruksi jalan Pemeliharaan jalan Jalan yang tak berlubang Spesifikasi konstruksi dan jasa Pemasaran Kawasan Konstruksi pabrik dan gudang Operasional kawasan Kawasan Industri 1000 tenan 52

53 4. Perbedaan dari Aspek Pendanaan PBJ Pemerintah KPBU - Pendanaan pada PBJ Pemerintah memerlukan dana besar di awal karena sumber dana sepenuhnya dari pemerintah, termasuk konstruksi Rp - Pendanaan pada KPBU tidak memerlukan dana pemerintah dalam jumlah besar, ditanggung swasta. A. Sepenuhnya dana swasta Akhir Kontrak Rp Tahun Tahun Rp B. Dana pemerintah sebagian pada tahap konstruksi Keterangan: Tahun Konstruk Masa OM Rp C. Pemerintah membayar hanya saat beroperasi Tahun Transfer aset ke Pemerintah 53

54 5. Perbedaan dari Aspek Pembagian Resiko PBJ PBJ Pemerintah Sebagian besar risiko ditanggung. pemerintah Rp risiko Pembayaran Konstruksi Pembayaran Operasi & Pemeliharaan) risiko Risiko/ Biaya tak terduga ditanggung publik Tahun KPBU Rp KPBU Biaya konstruksi tanggung jawag swasta Kewajiban Pemerintah Risiko ditransfer ke swasta dan diatur oleh swasta. Sebagian besar risiko dialihkan ke Badan Usaha Tahun 54

55 B. Bentuk Struktur Proyek 1. Bentuk Struktur Proyek Pemerintah (Public Finance) Lender Pengembalian Pinjaman Kontraktor Loan agreement Pembayaran Pekerjaan Pemerintah Pajak/Tarif/ Retribusi Aset / Jasa Pembayaran Pekerjaan Kontraktor Penyediaan Aset/Jasa Pengguna Aset / Jasa 55

56 2. Bentuk Struktur Proyek Privat (Corporate Finance) 56

57 3. Bentuk Struktur Proyek KPBU (Project Finance) 57

58 III. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PUPR DENGAN SKEMA KPBU A. Dokumen Perencanaan 1. Arah Kebijakan KPBU Melanjutkan reformasi strategis kelembagaan dan peraturan perundang-undangan pada sektor dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan KPBU, Mempersiapkan proyek KPBU secara matang sehingga dapat menekan biaya transaksi yang tidak perlu, dan Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung investasi dalam pembangunan dan pengoperasian proyek KPBU, termasuk menyediakan dana pendukung di dalam APBN. Penyediaan infrastruktur yang efektif, efisien, dan berkelanjutan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan dan pemerataan perekonomian jika dilaksanakan melalui kompetisi secara terbuka, adil, dan akuntabel. Untuk itu, pemerintah akan mengurangi perannya sebagai penyedia keseluruhan layanan infrastruktur, yaitu menjadi sebagai fasilitator atau enabler sarana dan prasarana yang sudah dapat dilakukan melalui peran serta masyarakat (termasuk badan usaha swasta). Perubahan peran tersebut diwujudkan melalui perubahan peraturan perundang-undangan, baik sektor maupun lintas sektor dengan membuka peluang penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU. 58

59 2. Strategi KPBU a. Membentuk jejaring dan meningkatkan kapasitas untuk mendorong perencanaan dan persiapan proyek KPBU, melakukan promosi KPBU, peningkatan kapasitas dalam pengembangan, dan memantau pelaksanaan KPBU; b. membentuk fasilitas-fasilitas yang mendorong pelaksanaan proyek KPBU, seperti: fasilitasi dalam penyediaan tanah dan pendanaan seperti infrastructure funds dan guarantee funds; c. mendorong terbentuknya regulator ekonomi sektoral yang adil dalam mewakili kepentingan pemerintah, badan usaha, dan konsumen; d. memfasilitasi penyelesaian sengketa pelaksanaan proyek KPBU secara efisien dan mengikat e. mempersiapkan proyek KPBU yang akan ditawarkan secara matang melalui proses perencanaan yang transparan dan akuntabel; f. memberi jaminan adanya sistem seleksi dan kompetisi yang adil, transparan, dan akuntabel; g. meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana daerah melalui peningkatan pengeluaran pemerintah daerah yang didukung oleh kerangka insentif yang lebih baik. 59

60 3. Arah Kebijakan Pembiayaan Infrastruktur PUPR Kebijakan pembiayaan dalam kerangka pendanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah sebagai berikut: Optimalisasi terhadap sumber-sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah yang sudah ada; Pengembangan potensi baru pembiayaan/investasi pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah seperti skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha/Public Private Partnership (KPBU/PPP) dan dsb. 4. Strategi, Program dan Kegiatan Renstra PUPR Infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat diperlukan dukungan kerangka pendanaan yang maksimal. Perhitungan pendanaan memperhatikan antara lain: 1) Alokasi pendanaan Program adalah penjumlahan dari alokasi pendanaan kegiatan; 2) Alokasi pendanaan Kegiatan merupakan penjumlahan dari alokasi pendanaan Output; dan 3) Alokasi pendanaan Output merupakan hasil proyeksi berdasarkan volume target. 60

61 B. Urusan Pemerintah Bidang PUPR 1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang PUPR (Dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014) dengan Skema KPBU BIDANG PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) a.l. : Saluran Pembawa Air Baku; dan atau Jaringan Irigasi dan Prasarana Penampung air beserta bangunan pelengkapnya a.l.: Waduk, Bendungan, dan Bendung. a. Pengelolaan SDA dan bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai lintas Daerah provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha, daerah irigasi lintas Daerah provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis a. Pengelolaan SDA dan bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai lintas Daerah kabupaten/kota. b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1000 ha ha, dan daerah irigasi lintas Daerah kabupaten/kota. a. Pengelolaan SDA dan bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota. b. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1000 ha dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan jalan (infrastruktur jalan) a.l.: Jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal; Jalan Tol Jembatan Penyelenggaraan jalan secara umum & penyelenggaraan jalan nasional. Penyelenggaraan jalan tol Penyelenggaraan jalan provinsi. Penyelenggaraan jalan Kabupaten/kota. 61

62 BIDANG PEMERINTAH PUSAT DAERAH PROVINSI DAERAH KABUPATEN/KOTA Penyediaan perumahan a.l.: Penyediaan rumah bagi Penyediaan rumah Penyediaan rumah Perumahan Rakyat utk MBR; masyarakat berpenghasilan bagi masyarakat bagi masyarakat Rusun Sederhana Sewa rendah (MBR) termasuk terkena dampak terkena dampak Rusun Sederhana Sewa bencana bencana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan a.l.: pengembangan SPAM pengembangan SPAM pengembangan Unit air baku lintas Provinsi, & SPAM lintas kabupaten/kota. SPAM dalam satu Unit Produksi untuk kepentingan strategis kabupaten/ kota Unit Distribusi nasional. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL): Pengelolaan dan Pengelolaan dan Pengelolaan dan Terpusat a.l.: unit pelayanan, pengembangan sistem pengembangan sistem pengembangan pengumpulan, pengolahan, pengelolaan air limbah air limbah domestik sistem air limbah pembuangan akhir, saluran domestik lintas Daerah regional (antar domestik dalam satu pembuangan air dan sanitasi. provinsi, dan sistem kabupaten/kota). kabupaten/kota. Setempat a.l: unit pengolahan, pengelolaan air limbah pengangkutan, pengolahan domestik untuk kepentingan lumpur tinja, pembuangan akhir, strategis nasional. saluran pembuangan air & sanitasi. 62

63 2. Lingkup KPBU Infrastruktur PUPR Mengacu pada Pasal 3 Perpres No. 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, penyediaan infrastruktur sesuai dengan lingkup fungsi Kementerian Pekerjaan Umum meliputi: Pengelolaan Sumber Daya Air; Penyelenggaraan Jalan (Termasuk Jalan Tol); Penyediaan Perumahan Dan Pengembangan Kawasan Permukiman; Sistem Penyediaan Air Minum; dan Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Drainase Lingkungan Serta Persampahan. 63

64 IV. TANTANGAN DAN HAMBATAN ISU STRATEGIS DAN SOLUSI PELAKSANAAN KPBU A. Faktor Kunci Keberhasilan Skema KPBU Investasi KPBU memerlukan suatu tahap kajian kelayakan yang harus dilakukan secara baik dan benar. Keberhasilan penyerapan proyek-proyek infrastruktur yang ditawarkan sangat tergantung pada berbagai faktor di setiap tahapan pelaksanaan proyek KPBU baik solicited maupun unsolicited. Studi kelayakan proyek kerjasama yang dipersyaratkan dalam Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 mencakup komponen kajian hukum, teknis, ekonomi dan keuangan, sosial dan lingkungan, risiko, dukungan dan jaminan serta bentuk kerjasama proyek. Kajian ini dapat dilaksanakan dengan melibatkan konsultan yang andal dan berpengalaman serta berkoordinasi dengan seluruh stakeholder pada proyek tersebut sehingga mengahasilkan kajian studi kelayakan yang menggambarkan secara jelas terhadap proyek kerjasama tersebut. Dalam hal, kajian studi kelayakan menyatakan proyek tidak layak secara finansial maka perlu adanya dukungan pemerintah baik secara fiskal maupun non fiskal. 64

65 B. Permasalahan Pelaksanaan KPBU Penyiapan Proyek kurang memadai; Kerangka kebijakan yang belum sinkron; Investor (lokal) tidak memiliki kecukupan ekuitas; Kurangnya pemahaman terhadap proses KPBU; Beberapa aspek KPBU belum diatur; Kurangnya dukungan dan jaminan Pemerintah. 65

66 C. Permasalahan dalam Pengembangan Proyek KPBU Belum tersedianya dukungan dan jaminan pemerintah atau pemerintah daerah (direct dan contingent). Dukungan dan jaminan tersebut sangat berpengaruh terhadap keinginan investor berpartisipasi dalam transaksi KPBU di Indonesia. Pada umumnya penanggung jawab kerjasama memiliki kapasitas kelembagaan dan kemampuan yang kurang memadai dalam melaksanakan proyek KPBU, terutama dalam proses penyiapan dan proses transaksinya. Lambatnya proses pembebasan lahan. Pembebasan lahan juga merupakan salah satu faktor kritis dalam implementasi proyek KPBU. Masih terdapat tumpang tindih peraturan baik itu secara sektoral, maupun lintas sektor, maupun antara pusat dan daerah yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam pelaksanaan proyek KPBU. 66

67 D. Hambatan Pelaksanaan KPBU di Indonesia Penyiapan Proyek KPBU: Jumlah dana masih terbatas; Konsep penyiapan proyek KPBU masih belum dipahami dengan benar oleh PJPK; Dukungan Pemerintah: Dukungan Tanah dan Dukungan dalam Bentuk Fiskal termasuk sebagian konstruksi; Fasilitas Pembiayaan Proyek KPBU: Terbatasnya fasilitas pembiayaan oleh PT Indonesia Infrastructure Finance dan masih kurangnya minat pembiayaan oleh bank domestik; Kelembagaan: Ketidakpastian dalam menetapkan instansi PJPK yang diakibatkan oleh kurangnya kapasitas instansi PJPK dan adanya perubahan peraturan; Perizinan: Tersebarnya proses perizinan di berbagai instansi dalam pengembangan dan pelaksanaan proyek KPBU; Kepastian Waktu: Investor kerap merasakan proses pelaksanaan proyek selain harus melalui banyak tahap juga tidak ada kepastian jangka waktu untuk memproses setiap langkah pelaksanaan proyek KPBU. 67

68 E. Solusi Pelaksanaan KPBU Isu-isu Tindakan yang diperlukan Proyek-Proyek 'investor-ready' Ke-ekonomi-an Proyek yang Kurang Menarik Kelembagaan Proyek-proyek belum terstruktur dengan baik bagi para investor swasta Lemahnya komunikasi dengan investor potensial Proyek-proyek investor ready seringkali dilaksanakan oleh K/L sendiri Ketidakjelasan status tanah Pemerintah Indonesia kurang berinvestasi pada KPBU Subsidi menyimpangkan pasar dan mengurangi minat investasi Akses investor yang kurang jelas kepada pembiayaan Guarantee Fund dan dukungan untuk pembebasan lahan Lemahnya keterkaitan proses penentuan tarif dengan biaya operasional proyek yang aktual Terlalu banyak pihak dengan tanggung-jawab dan mandat yang tumpang tindih Tidak sinkron antara prioritas Pusat dan Daerah Permasalahan transparansi dan perlindungan hukum Mengidentifikasi proyek-proyek prioritas yang memenuhi syarat untuk proyek PPP Menentukan KPI untuk manajemen BUMN utama pada promosi PPP dan pengembangan proyek-proyek infrastruktur Mengembangkan pencapaian target profesional ke sumberdaya global pembiayaan institusional Melibatkan sektor swasta dan pengalaman membentuk kesepakatan dalam proses persiapan proyek PPP Mempercepat implementasi reformasi land acquisition Mengurangi biaya dengan mengefektifkan birokrasi proses persetujuan Benchmark kontribusi Pemerintah Indonesia pada proyek-proyek PPP dengan yang terjadi pada pemerintah negara-negara lain Memperoleh dukungan DPR untuk ketentuan penyesuaian tarif otomatis Menyederhanakan proses PPP dengan menunjuk satu lembaga sebagai pengelola para investor PPP Memperjelas tanggung jawab dan kewenangan antar institusi dan antara pusat / daerah untuk proyek-proyek PPP Membentuk fungsi pengawasan untuk mengatasi keterlambatan dalam proyek Sumber: KADIN Roadmap; wawancara 68

69 V. TIPOLOGI PEMBIAYAAN, POLA PEMBIAYAAN, SKEMA DUKUNGAN DAN JAMINAN KPBU BIDANG PUPR A. Tipologi Pembiayaan Skema KPBU 1. Tipologi Pembiayaan KPBU Berdasarkan Kelayakan Finansialnya KELAYAKAN PROYEK SUMBER PENDANAAN POLA KERJASAMA SKEMA PENDANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA APBN LAYAK SECARA EKONOMI TETAPI TIDAK LAYAK SECARA FINANSIAL BADAN USAHA PEMERINTAH PENUGASAN BUMN PENGADAAN BADAN USAHA (PERPRES 38/2015) 1. PMN 2. CADANGAN KAS & KAS OPERASIONAL 3. SURAT HUTANG & OBLIGASI PERUSAHAAN 4. PINJAMAN LANGSUNG BUMN/D AVAILABILITY PAYMENT LAYAK SECARA EKONOMI DAN FINANSIAL MARJNINAL PEMERINTAH BADAN USAHA BADAN USAHA KPBU DENGAN DUKUNGAN PEMERINTAH 1. VIABILITY GAP FUND (VGF) 2. SEBAGIAN KONSTRUKSI 3. BENTUK LAINNYA SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN ATURAN YANG BERLAKU LAYAK SECARA EKONOMI DAN FINANSIAL BADAN USAHA BADAN USAHA KPBU MURNI BADAN USAHA 69

70 B. Pola Pembiayaan, Financial Close & Pengembalian Investasi 1. Pola Pembiayaan Proyek KPBU Solicited RP Murni PROYEK KPBU (SOLICITED) TAHAPAN KPBU Perencanaan Penyiapan Transaksi Manajemen Perjanjian TAHAPAN KONSTRUKSI & OM CAPEX (Capital Expenditure) OPEX (operational Expenditure) Keuntungan (profit) Sumber : Olahan Penulis APBN BADAN PENYIAPAN Konsultan (PT) Lembaga Keuangan PHLN DUKUNGAN PEMERINTAH Untuk CAPEX Pengadaan Tanah Sebagian Konstruksi VGF (Viability Gap Fund) DUKUNGAN PEMERINTAH untuk OPEX Subsidi Operasional BADAN USAHA PELAKSANA (BUP) RETURNED FEE: Biaya penyiapan Biaya Transaksi SUCCESS FEE RP Murni EQUITY LOAN PHLN RP Murni Dibayar oleh BUP pemenang lelang (bagian dari CAPEX) PENGEMBALIAN INVESTASI: 70

71 2. Pola Pembiayaan Proyek KPBU Unsolicited Penyiapan Proyek berupa : Penyusunan Pra FS Penyusunan FS BADAN USAHA PEMRAKARSA HAK Pemrakarsa: a.10 % bonus point, b.right to Match, c. Pembelian prakarsa KPBU oleh Pemerintah atau pemenang lelang PROYEK KPBU (UNSOLICITED) Review dan Evaluasi Pra FS dan FS Transaksi Manajemen Perjanjian APBN RP Murni PHLN TAHAPAN KONSTRUKSI & OM CAPEX (Capital Expenditure) OPEX (operational Expenditure) Keuntungan (profit) BADAN USAHA PELAKSANA (BUP) EQUITY LOAN Pengembalian Investasi Sumber : Olahan Penulis 71

72 3. Perolehan Pembiayaan dan Skema Pengembalian Investasi Perolehan Pembiayaan (Financial Close) Pengembalian Investasi Perolehan pembiayaan paling lama dalam 12 bulan dan dapat diperpanjang dari waktu ke waktu dalam hal kegagalan bukan karena kelalaian badan usaha pelaksanan Perolehan pembiayaan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan proyek. Setiap perpanjangan waktu perolehan pembiayaan diberikan paling lama 6 (enam) bulan Tarif (user charge) Bentuk lainnya, misal TOD atau pengelolaan kawasan Availability Payment Performance Based Payment (User) 72

73 C. Skema Dukungan KPBU 1. Skema Dukungan Pemerintah Untuk Proyek KPBU Viability Gap Fund (VGF) Sebagian Konstruksi Bentuk Lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku Project Development facility (PDF) Penjaminan Infrastruktur 73

74 VII. KERANGKA KELEMBAGAAN KPBU PUPR A. Kelembagaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha 1. Struktur Kelembagaan KPBU Tingkat Nasional KPPIP Kem. BUMN Kem. ATR/BPN Kementerian sektor (Kem. PU, Kemenhub, Kem. ESDM, Kemenkominfo) Kem. Dalam Negeri Sekretariat KPPIP Kemenko Perekonomian, Bappenas Kementerian Keuangan Simpul KPBU/P3 Nodes identifikasi dan penyiapan proyek Monitoring & kontrol kualitas: -- Screening -- Uji tuntas -- Dokumen tender -- transaksi & paska proses transaksi Usulan Proyek KPBU Pusat KPBU/P3CU Analisa kebijakan, pengembangan, perencanaan dan koordinasi, pemantauan identifikasi proyek yg membthkan dukungan pemerintah, menyelesaikan permasalahan lintas sektor PPRF Menyusun Kebijakan Dukungan Pemerintah K/L Pengembangan proyek Pelaksanaan & monitoring proyek BUMN Pengembangan proyek Pelaksanaan & monitoring proyek Badan Pemberi Kontrak/GCA PEMDA Pengembangan proyek Pelaksanaan & monitoring proyek Dukungan terhadap Proyek Fasilitas Penyiapan Proyek (PDF) IIGF/ PT.PII Menilai dukungan pemerintah dan mengelola dukungan pemerintah Fasilitas Proyek IIF/ PT.SMI Land Fund, dll 82

75 2. Peran dan Fungsi Unit Organisasi Kementerian PUPR dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan KPBU Function Air Limbah Persampahan Air Bersih Jalan & Jembatan Perumahan DAM, Saluran Pembawa Policy & Strategy Ditjen Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Ditjen Bina Marga Ditjen Penyediaan Perumahan Ditjen Sumber Daya Air KPBU Contracting Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah PDAM/BUMN/ BUMD BPJT/Ditjen Bina Marga/ Pemda Pemda/DJ Investasi Ditjen Sumber Daya Air Regulatory Ditjen Cipta Karya & Pemerintah Daerah Ditjen Cipta Karya & Pemerintah Daerah Ditjen Cipta Karya & Pemerintah Daerah Ditjen Bina Marga Ditjen Penyediaan Perumahan Ditjen Sumber Daya Air Operations BUMD/Swasta/ Konsorsium BUMD/Swasta/ Konsorsium BUMD/Swasta/ Konsorsium BUMD/Swasta/ Konsorsium BUMD/Swasta /Konsorsium BUMD/Swasta /Konsorsium 83

76 B. Organisasi Dalam Pelaksanaan KPBU Koordinasi Pembentukan Menteri/ Kepala Lembaga/ Kepala Daerah PJPK SIMPUL KPBU TIM KPBU PANITIA PENGADAAN Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Kepala BUMN/ BUMD Menteri/Kepala Lembaga adalah pimpinan kementerian/kepala lembaga atau pihak yang didelegasikan untuk bertindak mewakili kementerian/lembaga berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor infrastruktur. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi, atau bupati/walikota bagi daerah kabupaten/kota atau pihak yang didelegasikan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk mewakili kepala daerah bersangkutan 84

77 1. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) P J P K 2. Tugas dan Fungsi PJPK P J P K PJPK merupakan Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dalam rangka pelaksanaan KPBU. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat mewakili kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan sektor. Tugas & Fungsi PJPK: Menyusun anggaran untuk tahap pendahuluan, penyiapan, transaksi, & implementasi Membentuk tim KPBU; Mengidentifikasi kebutuhan tanah dan aset untuk KPBU, serta menyiapkan penetapan lokasi dan usulan pemanfaatan BMN/BMD Melaksanakan konsultasi publik dan penjajakan minat pasar Membentuk panitia lelang dan melaksanakan pengadaan BUP Melakukan penandatanganan kontrak dengan BUP terpilih Membentuk Simpul KPBU untuk memonitor dan mengevaluasi implementasi KPBU 85

78 3. PJPK Untuk Gabungan Infrastruktur 1. KPBU dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur. 2. Dalam hal gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur yang melibatkan lebih dari 1 (satu) PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan terhadap masing-masing sektor Infrastruktur yang akan dikerjasamakan, bertindak bersama-sama sebagai PJPK. 3. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah yang memiliki kewenangan menandatangani nota kesepahaman yang memuat sekurang-kurangnya: a) kesepakatan pihak yang menjadi koordinator PJPK; b) kesepakatan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing PJPK, termasuk hak dan kewajiban masing masing PJPK dalam perjanjian KPBU; c) kesepakatan penganggaran dalam rangka tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen KPBU; d) jangka waktu berlakunya nota kesepahaman; dan e) jangka waktu pelaksanaan KPBU. 4. Koordinator PJPK bertindak sebagai pihak yang menandatangani perjanjian KPBU dengan Badan Usaha Pelaksana mewakili PJPK sebagaimana diatur dalam nota kesepahaman. 86

79 4. Simpul KPBU Dibentuk oleh oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah Melekat pada unit kerja yang ada atau unit baru di K/L atau Pemda Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: 1. TIM KPBU dalam melaksanakan kegiatan tahapan penyiapan & Transaksi 2. Panitia Pengadaan dalam melaksanakan kegiatan pengadaan Badan Penyiapan dan Badan Usaha Pelaksana SIMPUL KPBU Tugasnya melaksanakan: melakukan perumusan kebijakan; sinkronisasi; koordinasi; pengawasan & evaluasi thdp kegiatan KPBU 87

80 5. Tim KPBU Dibentuk oleh PJPK Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim KPBU berkoordinasi dgn Simpul KPBU dan Panitia Pengadaan TIM KPBU Dalam melaksanakan penyiapan proyek dapat dibantu oleh Badan Penyiapan atau Konsultan Tim KPBU memiliki peran dan tanggung jawab untuk: a) melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan; b) melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close), kecuali kegiatan c) pengadaan Badan Usaha Pelaksana; d) menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui Simpul KPBU; dan e) melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan tugasnya. 88

81 6. Panitia Pengadaan Dibentuk oleh PJPK Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim KPBU berkoordinasi dgn Simpul KPBU dan Tim KPBU PANITIA PENGADAAN Dalam melaksanakan penyiapan proyek dapat dibantu oleh Badan Penyiapan atau Konsultan Panita Pengadaan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan melaksanakan proses Pengadaan Badan Usaha setelah menyelesaikan Dokumen Prastudi Kelayakan, mulai dari proses prakualifikasi, pengadaan, penyiapan dan pemasukan penawaran, evaluasi dan penetapan pemenang, serta finalisasi pengadaan dengan ditandatanganinya perjanjian KPBU. Ketentuan Panitia Pengadaan: 1. Minimal 5 (lima) orang,dapat ditambah sesuai kebutuhan; 2. Berasal dari personil instansi sendiri, instansi terkait dan dapat berasal dari personil Unit Layanan Pengadaan (ULP) setempat; 3. Dalam hal direksi BUMN/BUMD sebagai PJPK, berasal dari personil BUMN/BUMD tersebut; 4. Panitia Pengadaan terdiri dari anggota yang memahami tentang: a) prosedur Pengadaan; b) prosedur KPBU; c) ruang lingkup pekerjaan proyek kerjasama; d) hukum perjanjian dan ketentuan perundang-undangan sektor bersangkutan; e) aspek teknis terkait dengan proyek kerjasama; dan f) aspek bisnis dan finansial terkait dengan proyek kerjasama. 5. Dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan anggota lainnya dan/atau dengan PJPK dan/atau Peserta dalam Pengadaan Proyek KPBU yang sama; dan 6. Menandatangani Pakta Integritas. 89

82 7. Para Pihak KPBU Lainnya No Lembaga Peran 1 Kementerian Sektoral Berperan dalam mengatur kebijakan di sektor, termasuk penyusunan rencana induk nasional, dan penerbitan perizinan sesuai dengan kewenangannya. 2 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS 3 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian/Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KPPIP) Berperan untuk melakukan penyusunan Daftar Rencana KPBU (screening) dan penilaian (assesment) terhadap proyek-proyek berdasarkan dokumen pendukung. Selain itu, pada tahap penyiapan dan transaksi, BAPPENAS berperan untuk mengawasi setiap proses pada kedua tahap tersebut. Kemenko Perekonomian melalui KPPIP memiliki peran dalam tahap perencanaan dalam kaitannya penetapan penyediaan infrastruktur berdasarkan penetapan daftar rencana KPBU (PPP Book). 4 Kementerian Keuangan Memberikan dukungan pemerintah, serta memberikan fasilitas dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan transaksi KPBU. 5 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) 6 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 7 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) 8 Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) / PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) Berperan dalam pelaksanaan proyek KPBU yang berkaitan dengan pertanahan. Penerbitan izin-izin yang terkait dengan proyek yang telah di delegasikan kepada BKPM. Pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU harus sesuai dengan peraturan yang dibentuk oleh LKPP. Badan Usaha yang dibentuk untuk memberikan Jaminan Pemerintah berupa Penjaminan Infrastruktur kepada proyek KPBU. 90

83 VIII. TATA KELOLA PROGRAM KPBU BIDANG PUPR (STUDI KASUS KEBERHASILAN DAN HAMBATAN) A. Perencanaan Dan Penganggaran 1. Alur Perencanaan dan Penganggaran 91

84 2. Bagan Alur Proses Perencanaan Identifikasi Proyek KPBU Bappenas Kementerian Sektor RPJP (20 tahun) RPJM Nas (5 tahun) Renstra K/L (5 tahun) Daftar Panjang Proyek Prasarana Daftar Proyek KPS Sub Sektor dari saringan awal oleh AMK Instansi Pemberi Kontrak CAKUPAN SUB SEKTOR Daftar Proyek KPBU Sektor dari saringan sektor oleh AMK Kementerian Sektor & Simpul KPBU CAKUPAN SEKTOR RKP Nas (1 tahun) Renja K/L (1 tahun) KPPIP & Pusat KPBU CAKUPAN NASIONAL APBN Nas (1 tahun) APBN K/L (1 tahun) Kemenkeu & UPR Daftar Proyek Sektor Publik 92

85 3. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Nasional/Sektor Instansi Pemberi Kontrak Non KPBU Daftar Proyek KPBU Subsektor setelah melalui penyaringan awal menggunakan AMK Prioritas KPS sub-sektor Prioritas KPBU sektor Melaksanakan Kajian Kelayakan * Pengadaan Badan Usaha Persiapan Pelaksanaan Proyek KPBU Laporan Pelaksanaan & Pengelolaan Kontrak Laporan Lingkup subsektor Kementerian Terkait & Simpul P3 Non KPBU Daftar Proyek KPBU Sektor setelah melalui penyaringan lingkup sektor menggunakan AMK Kementerian mengajukan proyek KPS sektor Laporan Laporan Lingkup Sub Sektor KKPPI & Pusat P3 Kementerian Keuangan & Unit Pengelola Risiko Daftar Proyek Sektor Publik (APBN) Laporan ke Kementerian Memerlukan tambahan kajian bagi kesiapan proyek Dukungan pemerintah belum tersedia Dukungan pemerintah dianggap tidak cocok untuk proyek KPBU ini Daftar proyek KPBU nasional setelah melalui penyaringan lingkup nasional menggunakan AMK Kaji Ulang Anggaran (pasca persetujuan KPPIP/ Kemenkeu) Dukungan pemerintah tidak diperlukan Dukungan pemerintah diperlukan Dukungan pemerintah tersedia Lingkup Nasional Catatan: KPBU : Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha rute utama; rute pilihan AMK : Analisa Multi Kriteria Untuk proyek KPBU yang memerlukan dukungan pemerintah, harus dilakukan studi kelayakan penuh. 93

86 4. Proses Identifikasi Proyek KPBU pada Tingkat Daerah Pemegang Kewenangan (untuk melakukan kontrak) Pemerintah Daerah & Simpul KPBU KPPIP & Pusat KPBU Kementerian Keuangan & Unit Pengelola Resiko Daftar Proyek Sektor Publik (APBD) Non KPBU Daftar Usulan Proyek KPBU Daerah per sektor Daftar Proyek KPBU Daerah setelah melalui penyaringan awal menggunakan AMK Laporan ke Kepala Daerah Perlu tambahan kajian bagi kesiapan proyek Dukungan pemerintah belum tersedia Dukungan pemerintah dianggap tidak cocok untuk proyek KPBU ini Melaksanakan Kajian Kelayakan * Prioritas KPBU Daerah Daftar proyek KPBU Daerah setelah melalui penyaringan akhir dengan AMK Proyek KPBU yg memerlukan dukungan Pusat Penyaringan lingkup nasional menggunakan AMK Kaji Ulang Anggaran (pasca persetujuan KPPIP) Dukungan pemerintah diperlukan Dukungan pemerintah tersedia Pengadaan Badan Usaha Dukungan pemerintah tidak diperlukan Persiapan Pelaksanaan Proyek KPBU Laporan Laporan untuk Proyek dg dukungan Pusat Pelaksanaan & Pengelolaan Kontrak Laporan Laporan untuk Proyek dg dukungan Pusat LINGKUP DAERAH LINGKUP NASIONAL Catatan: KPBU : Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha rute utama; rute pilihan AMK : Analisa Multi Kriteria Untuk proyek KPBU yang memerlukan dukungan pemerintah, harus dilakukan studi kelayakan penuh. 94

87 B. Pemrakarsa Proyek KPBU 1. Solicited dan Unsolicited SOLICITED PROJECT UNSOLICITED PROJECT Prakarsa dari Pemerintah Prakarsa dari Badan Usaha Penyiapan proyek dilakukan oleh Pemerintah (Pra FS) Dukungan Pemerintah (fiskal dan non fiskal) Penyiapan proyek dilakukan oleh Badan Usaha (FS) Dukungan Pemerintah non fiskal Jaminan Pemerintah Jaminan Pemerintah 95

88 2. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Solicited Project Dilaksanakan Oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah Selaku PENANGGUNG JAWAB PROYEK KERJASAMA (PJPK) Perencanaan Proyek Kerjasama Penyiapan Proyek Kerjasama Transaksi Proyek Kerjasama Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (MPPK) Identifikasi dan Pemilihan Penetapan Prioritas Dokumen Studi Pendahuluan Penyiapan Kajian Awal PraStudi Kelayakan Dokumen Outline Business Case Penyiapan Kajian Kesiapan Dokumen Penyiapan Proyek Kerjasama 1. Penyelesaian Kajian Akhir Pra-SK (Final Business Case) 2. Rancangan Rencana Pengadaan 1. Perencanaan Pengadaan 2. Pelaksanaan Pengadaan 3. Penandatang anan Perjanjian Kerjasama Perencanaa n MPPK: Pembentukan Unit Manajemen Penyusunan Rencana Kerja Pelaksanaan MPPK Tahap Pra- Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasi Dokumen Prastudi Kelayakan Dokumen Perjanjian Kerjasama Dokumen Perjanjian Penjaminan Dokumen Perjanjian Regress 96

89 3. Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama Unsolicited Project 1 Badan Usaha Mengajukan Minat Terhadap Usulan Proyek 3 Mengajukan Dokumen Pra FS 5 7 Penyempurnaan Substansi Dokumen Pra FS Mengajukan Dokumen FS dan Kelengkapannya Membalas Surat Persetujuan Membuat Dokumen Pra-FS Mereview Kesesuaian Kriteria Unsolicited dan Substansi Dokumen Pra-FS Persetujuan Melanjutkan Pembuatan Dokumen FS Evaluasi Terhadap Substansi FS dan Kelengkapannya Tidak termasuk dalam rencana induk pada sektor yang bersangkutan Kesesuaian lokasi proyek dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Terintegrasikan secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah Layak secara ekonomi dan finansial Tidak memerlukan Dukungan Pemerintah yang berupa kontribusi fiskal dalam bentuk finansial 9 11 Menyempurnakan Dokumen FS dan Kelengkapannya Pemilihan Bentuk Kompensasi Penetapan Sebagai Pemrakarsa dan Penawaran Bentuk Kompensasi Penetapan Nilai Kompensasi Rencana bentuk kerjasama Rencana pembiayaan proyek dan sumber dana Rencana penawaran kerjasama mencakup jadwal, proses dan cara penilaian Legenda: PEMERINTAH Tender 13 BADAN USAHA Tim Independen 97

90 C. Tahapan Proyek KPBU Tahapan Pelaksanaan Proyek Kerjasama: TAHAP I: PERENCANAAN PROYEK KERJASAMA TAHAP II: PENYIAPAN PROYEK TAHAP III: TRANSAKSI PROYEK KERJASAMA TAHAP IV: MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK KERJASAMA Identifikasi dan Pemilihan Proyek Kerjasama Penetapan Prioritas Kajian Awal Prastudi Kelayakan Proyek Kerjasama Kajian Kesiapan Proyek Kerjasama Penyelesaian Prastudi Kelayakan Rencana Pengadaan Badan Usaha Pelaksanaan Pengadaan BU Penyiapan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Perencanaan Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Output: Daftar Prioritas Proyek Dokumen Studi Pendahuluan Output: Dokumen Penyiapan Proyek Kerjasama Proses Permohonan Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP / PJPK Output Dokumen Prastudi Kelayakan PROSES PENGADAAN TANAH Output: Dokumen Perjanjian Kerjasama Dokumen Pejaminan & Dokumen Regress Konfirmasi/ Persetujuan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah Output: Perolehan Pembiayaan; Kontrak EPC; Kontrak Operasi Output: Laporan Berkala Pelaksanaan Manajemen PK Proses alokasi, pencairan, pengawasan & pemantauan Pemberian Dukungan Pemerintah dan/atau pemantauan & evaluasi pelaksanaan Perjanjian Penjaminan & Perjanjian Regress KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP/BU PERAN SERTA INSTANSI / LEMBAGA Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)/BAPPENAS PJPK, KPPIP, BKPM, BAPPENAS, Kementerian Keuangan (PPRF), BUPI, BPN, PJPK, KPPIP, PPRF, BUPI, BKPM, PJPK, PPRF, BUPI, BKPM, BAPPENAS, KLH Konsultasi Publik: Penyebarluasan Informasi Konsultasi Publik: Interaksi Konsultatif Konsultasi Publik: Penjajakan Minat Pasar 98

91 1. Tahap 1: Perencanaan Proyek Kerjasama IDENTIFIKASI DAN PEMILIHAN PROYEK KERJASAMA PENETAPAN PRIORITAS PROYEK KERJASAMA DOKUMEN STUDI PENDAHULUAN 1. Analisis Kebutuhan a. Termasuk dalam rencana dan program pembangunan Pemerintah b. Memiliki dasar pemikiran teknis & ekonomi c. mendapat dukungan dari pemangku kepentingan 2. Kriteria Kepatuhan : a. Kesesuaian dengan RPJM Nasional/ daerah & rencana strategis sektor infrastruktur b. Kesesuaian lokasi dengan RTRW c. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah 3. Kriteria Faktor Penentu Manfaat Keterlibatan Swasta a. Investasi modal besar yang memerlukan pengelolaan resiko b. Swasta memiliki keahlian dalam pelaksanaan yang dapat memberikan nilai manfaat uang c. Pelayanan yang memungkinkan diswastakan agar efektif, pemerataan, dan akuntabilitas dpt terjamin selama periode proyek d. Teknologi dan aspek lain pada sektor terkait relatif stabil dan tidak rentan terhadap perubahan e. Terdapat insentif yang kuat untuk sektor swasta 1. Penyaringan menggunakan metode Analisis Multi Kriteria: a. kejelasan deskripsi Proyek Kerjasama; b. hambatan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya utama bagi pelaksanaan Proyek Kerjasama; c. kejelasan hasil keluaran Proyek Kerjasama; d. dampak sosial dan lingkungan yang mampu untuk dikelola dan dikendalikan; e. potensi permintaan yang berkelanjutan; f. potensi kemudahan pengadaan tanah dan pemukiman kembali; g. tingkat kemampuan pemerintah untuk memberikan dukungan pemerintah; h. kesiapan aspek kelembagaan; dan i. Proyek Kerjasama masuk dalam prioritas strategis dan/atau perencanaan pemerintah. 2. Dari hasil evaluasi Dokumen Studi Pendahuluan, Proyek Kerjasama dinyatakan tidak memenuhi persyaratan sebagai prioritas proyek yang akan dikerjasamakan apabila tidak memenuhi ketentuan berdasarkan analisis kebutuhan, kriteria kepatuhan, kriteria faktor penentu manfaat keterlibatan badan usaha serta mendapat skor yang rendah dalam penetapan prioritas yang dilakukan melalui AMK. 3. Proyek Kerjasama yang memenuhi persyaratan sebagai prioritas proyek yang akan dikerjasamakan dimasukkan dalam Daftar Prioritas Proyek. 1. Latar belakang Proyek Kerjasama 2. Deskripsi Proyek Kerjasama, yang mencakup sekurangnya landasan hukum, kondisi Proyek Kerjasama saat ini, dan permasalahan, kebutuhan infrastruktur 3. Manfaat Proyek Kerjasama,yang mencakup sekurangnya konsep Proyek Kerjasama, potensi untiuk dikerjasamakan, layak teknis, layak ekonomis, potensi dan hambatan lingkungan, hasil konsultasi publik, serta kebutuhan manajemen proyek 4. Lingkup pekerjaan dan metode pemilihan pengadaan. 5. identifikasi perkiraan lokasi dan kebutuhan luas tanah. 99

92 2. Tahap 2: Penyiapan Proyek Kerjasama PENYELESAIAN PRA-STUDI KELAYAKAN PENYIAPAN KESIAPAN DOKUMEN PENYIAPAN PROYEK KERJASAMA 1. Kajian Hukum & Kelembagaan a. Analisis Peraturan perundang undangan b. Analisis Kelembagaan 2. Kajian Teknis a. Analisis Teknis b. Penyiapan Tapak c. Rancang Bangun Awal d. Lingkup Proyek Kerjasama e. Spesifikasi Keluaran 3. Kajian Kelayakan Proyek a. Analisis Biaya dan Manfaat Sosial b. Analisis Pasar c. Analisis Keuangan d. Analisis Risiko 4. Analisis Struktur Tarif a. Kajian Lingkungan dan Sosial b. Kajian lingkungan hidup bagi Proyek yang wajib AMDAL c. Kajian lingkungan hidup bagi Proyek wajib UKL-UPL d. Analisis Sosial e. Rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali 5. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur 6. Kajian Kebutuhan Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah 1. Kajian kesiapan dilakukan oleh PJPK. 2. Kajian Kesiapan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan memerhatikan hal-hal sebagai berikut: a. persetujuan para pemegang kepentingan mengenai konsep Proyek Kerjasama; b. permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, dalam hal diperlukan; c. Tim Pengelola Proyek Kerjasama telah dibentuk, disahkan dan berfungsi sesuai dengan peran dan tanggungjawab yang telah ditentukan; dan d. penyusunan rancangan anggaran serta rencana jadwal pelaksanaan kesiapan tapak/tanah, pemukiman kembali, kepatuhan lingkungan hidup serta penyelesaian permasalahan hukum. 3. Dalam hal hasil Kajian Awal Prastudi Kelayakan dan Kajian Kesiapan menyatakan bahwa Proyek Kerjasama tersebut layak secara teknis, ekonomi dan finansial, maka proyek tersebut dilanjutkan ke tahap Transaksi Proyek Kerjasama. 4. Dalam hal hasil Kajian Awal Prastudi Kelayakan dan Kajian Kesiapan menyatakan bahwa Proyek Kerjasama tersebut tidak layak secara teknis, ekonomi dan finansial, maka PJPK dapat mempertimbangkan proyek tersebut sebagai non Proyek Kerjasama. 1. Dokumen Penyiapan Proyek Kerjasama terdiri dari : a. Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan; dan b. Laporan Kesiapan Proyek Kerjasama. 2. Dokumen Penyiapan Proyek Kerjasama sekurang-kurangnya menggambarkan mengenai: a. Kelayakan proyek terkait dengan analisa biaya dan risiko; b. Kelayakan manfaat sosial, ketertarikan pasar; c. Kebutuhan Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah; dan d. Analisis mengenai dampak lingkungan dan sosial, serta rencana pengadaan tanah dan program pemukiman kembali. 100

93 3. Tahap 3: Transaksi Proyek Kerjasama a. Tahap Transaksi Proyek Kerjasama PENYELESAIAN PRA-STUDI KELAYAKAN PENGADAAN BADAN USAHA DOKUMEN TRANSAKSI PROYEK KERJASAMA 1. Kajian Akhir Prastudi Kelayakan a. persetujuan pemegang kepentingan mengenai Proyek Kerjasama; b. pemutakhiran dan konfirmasi Kajian Awal Prastudi Kelayakan; c. konfirmasi kesiapan Proyek Kerjasama; d. konfirmasi mengenai ketertarikan pasar; e. penetapan struktur tarif; f. konfirmasi mengenai ketersediaan anggaran untuk pengadaan tanah; dan g. penetapan mekanisme pelaksanaan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah serta struktur pembiayaan. 2. Penyiapan rencana Pengadaan Badan Usaha a. Rancangan rencana pengadaan Badan Usaha b. Rancangan Ketentuan Perjanjian Kerjasama (term sheets) 3. PJPK mengadakan penjajakan minat pasar untuk memperoleh masukan dan mengetahui minat para calon investor terhadap Proyek Kerjasama yang akan ditawarkan dan membuat daftar calon investor yang diindikasikan berminat pada Proyek Kerjasama. 1. Rencana Pengadaan Badan Usaha (BU) a. Pembentukan Panitia Pengadaan BU b. Penyusunan jadwal pengadaan BU c. Penjajakan Minat d. Perhitungan HPS e. Penyusunan Dokumen Perjanjian Kerjasama f. Penyusunan Dokumen Pengadaan 2. Pelaksanaan Pengadaan BU a. Pengumuman Prakualifikasi dan pengadaan b. Prakualifikasi c. Penyusunan daftar peserta,penyampaian undangan & pengambilan dokumen pengadaan d. Penjelasan Pengadaan e. Penyampaian Dokumen penawaran f. Pembukaan Dokumen penawaran g. Evaluasi Dokumen Penawaran dari BU h. Pembuatan Berita Acara hasil pengadaan. i. Penetapan Pemenang j. penetapan penawar tunggal k. Pengumuman pemenang penetapan penawar tunggal l. Sanggahan Peserta m. Penerbitan surat penetapan pemegang penetapan n. Penerbitan surat penetapan penawar tunggal 3. Penyiapan Penanda-tanganan Perjanjian Kerjasama a. Pembentukan BU b. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama 1. Dokumen Pra-studi Kelayakan. 2. Dokumen Pelelangan Umum; 3. Dokumen Perjanjian Kerjasama; 4. Dokumen Perjanjian Penjaminan; dan 5. Dokumen Perjanjian Regres. 101

94 b. Kerangka Waktu Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU Penyiapan Dokumen Lelang (6 minggu) Pra-Kualifikasi (12 minggu) Pelelangan (16-20 minggu) Evaluasi dan Penetapan Pemenang Lelang (10 minggu) Finalisasi dan Tandatangan Perjanjian Kerjasama (2 minggu) Total = Minggu 102

95 c. Negosiasi Tujuan negosiasi adalah: Mengidentifikasikan rintangan yang dapat menghambat proyek; Mengidentifikasikan faktor-faktor yang berubah semenjak RFP diterbitkan dan semenjak pelelangan dilakukan. Beberapa isu kunci yang kemungkinan menjadi topik negosiasi diantaranya: Tarif Lahan/tanah Masa konsesi Alokasi resiko Perhitungan biaya modal Klausul-klausul dalam perjanjian yang bersifat spesifik Aspek teknis Spesifikasi output 103

96 d. Manajemen Kontrak Aspek-aspek penting dalam Manajemen Kontrak Mengatur bagaimana pengelolaan proyek dan interaksi antara instansi pemberi kontrak dan Badan Usaha pemegang konsesi selama masa konsesi. Harus dipersiapkan dan disepakati sebelum perjanjian/kontrak KPBU ditandatangani. Memastikan kesesuaian dengan aturan yang berlaku (dalam hal ini Perpres 38/2015). Memastikan penyediaan jasa/layanan berdasar kontrak (contracted services). Berurusan dengan berbagai kinerja (performance variations). Memastikan dan menangani Value for Money. Menangani dan menyelesaikan perselisihan. Memastikan pemindah-tanganan kepemilikan aset (jika ada). Mengelola negosiasi kontrak (jika ada) 104

97 4. Tahap 4 : Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (MPPK) PERENCANAAN MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK KERJASAMA MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK KERJASAMA DOKUMEN/LAPORAN PELAKSANAAN PROYEK KERJASAMA 1. Pembentukan unit manajemen pelaksanaan Perjanjian Kerjasama. 2. Penyusunan Rencana Kerja 3. Penyusunan rencana Manajemen 4. Persiapan peningkatan kapasitas anggota Unit Manajemen. 1. Prakonstruksi, sejak penanda tanganan perjanjian s/d perolehan pembiayaan (financial close) 2. Konstruksi, sejak dimulai konstruksi s/d Perjanjian Kerjasama beroperasi secara komersial 3. Operasi komersial, sejak Perjanjian Kerjasama beroperasi komersial s/d berakhirnya jangka waktu kerjasama 4. Berakhirnya Perjanjian Kerjasama Dokumen-dokumen yang harus disampaikan oleh Badan Usaha kepada PJPK: 1. Pada masa pra konstruksi meliputi: a. rencana terperinci pelaksanaan Proyek Kerjasama termasuk Rancang Bangun Rinci (Detail Engineering Design); b. seluruh salinan perjanjian yang telah ditandatangani oleh Badan Usaha dengan pihak ketiga meliputi perjanjian perancangan, penyediaan dan pembangunan (engineering procurement construction contract) atau perjanjian pengoperasian dan pemeliharaan (operation and maintenance contract); c. laporan administrasi; d. laporan kemajuan pekerjaan, terutama dalam kaitannya dengan upaya Badan Usaha untuk mencapai perolehan pembiayaan (financial close); dan e. persetujuan pemutakhiran Izin Lingkungan. 2. Pada masa konstruksi meliputi: a. laporan administrasi; b. laporan kemajuan pekerjaan (laporan bulanan dan laporan tahunan dan/atau laporan khusus); c. laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan tahunan dan/atau laporan khusus); dan d. laporan keuangan tahunan. 3. Pada masa operasi meliputi: a. laporan administrasi; b. laporan kinerja (laporan bulanan dan laporan tahunan dan/ atau laporan khusus); dan c. laporan keuangan tahunan. 4. Pada saat berakhirnya Perjanjian Kerjasama meliputi: a. laporan keuangan tahunan terakhir; b. laporan penilaian aset; c. berita acara pemeriksaan aset; dan d. berita acara pengalihan aset; 105

98 D. Bentuk Struktur Proyek KPBU 1. Struktur KPBU Tipikal Model KPBU Dukungan atas Pelayanan Umum PEMERINTAH Menetapkan Persyaratan Layanan Pengguna Jasa (masyarakat) Pembayaran Keahlian (Desain, Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan) KONSORSIUM SPC Pembangunan fasilitas Layanan pendukung Ketrampilan Pembiayaan Sumber Daya 106

99 2. Struktur KPBU Tipikal Stakeholder KPBU untuk sektor Air di Indonesia Pemerintah Pusat (Cipta Karya) (BPP SPAM) Perjanjian Recourse Pemerintah Kota/Kabupaten Perjanjian KPBU Guarantor / Bantuan Pemerintah (PII / RMU) Perjanjian Jaminan SPV Pembeli dan Penjual PDAM Perjanjian Pemegang Saham Perjanjian Kredit Jaminan Kontrak EPC Penyedia Ekuitas Pendanaan Kontraktor 107

100 Dari struktur KPBU Tipikal Stakeholder KPBU untuk Sektor Air Minum di atas terdapat pembagian tanggung jawab masingmasing stakeholder sebagai berikut: Pemerintah Pusat Pemerintah Kabupaten/Kota PDAM SPV PT PII Kerangka peraturan/kebijakan Memberikan dukungan teknis Memonitor proyek Memberikan dukungan pendanaan (jika diperlukan) Memberikan dukungan kebijakan/peraturan (mencakup area layanan) Kepastian tarif Perencanaan kota (industri) Persetujuan anggaran untuk akuisisi lahan Perjanjian recourse dengan PT PII Peningkatan NRW Perluasan implementasi area layanan Efisiensi biaya dalam operasi Implementasi jaringan distribusi Akusisi lahan Pekerjaan administratif lainnya Mendanai proyek Membawa keahlian ke dalam proyek Operasi dan Pemeliharaan fasilitas Konstruksi Perjanjian KPS dengan Pemerintah Daerah Memberikan Garansi kepada investor Perjanjian Resource dengan Pemerintah Kota/Kabupaten Memberikan dukungan Pemerintah dalam bentuk Viability Gap Fund 108

101 E. Studi Kasus 1. KPBU SPAM Umbulan Profil Umum dan Struktur Proyek: KPBU SPAM Umbulan 1 BOOSTER PUMP 1 Instansi PJPK Pemda Penerima Air Pemerintah Provinsi Jawa Timur Kab Pasuruan, Kota Pasuruan, Kab Sidoarjo, Kota Surabaya, Kab Gresik Peran Swasta Bangun Guna Serah (BOT) Sistem Penyediaan Air Minum (sistem produksi, transmisi dan Meter Induk) Umbulan. Peran Pemerintah Pembangunan JDU dari Offtake ke Reservoir PDAM Peran PDAM- PDAM Nilai Capex Masa Konstruksi Pembangunan dan pengelolaan Sistem Distribusi dari Reservoir PDAM s.d. Sambungan Rumah Rp. 2,050 Triliun (penawaran BU) 2 tahun sejak Tgl Efektif Masa Konsesi 25 tahun sejak COD 1 Tarif Air Minum Curah Rp2.370/m3 (PPP Company-PDAB) Rp2.444/m3 (PDAB-PDAM) SUMBER UMBULAN VGF yang diajukan IRR Proyek 12 % Rp 818,01 M (hasil Negosiasi) 109

102 Struktur Proyek PEMERINTAH Cq. Menkeu. PENYIAPAN PROYEK PKS VGF Cq. Men PU DUKUNGAN PEMB. FISIK Perjanjian Regres Kapitalisasi PT PII Perjanjian I Konsesi antara PJPK dg Badan Usaha Perjanjian II Penyediaan Air Curah antara PDAB dg Badan Usaha Perjanjian Penjaminan Keterangan: Dalam struktur proyek ini: 1. Perjanjian Konsesi mengatur hak & kewajiban PJPK dan Badan Usaha untuk BOT SPAM Umbulan tidak termasuk jual beli 2. Kewajiban pembayaran tarif diatur dalam Perjanjian Jual Beli Air Minum antara PDAB dan Badan Usaha 3. Dalam Perjanjian KPS juga diatur Jaminan PJPK kepada Badan Usaha atas gagal bayar PDAB 5 PDAM Perjanjian Jual Beli Air Curah antara PDAB dan PDAM 110

103 Milestones & Waktu Penyelesaian Transaction Stage** Implementation Stage Pemerintah Badan Usaha Pra Kualifi kasi Dok Lelang Awal Adendum Dok Lelang I-IV 1on1 Meeting dengan Peserta Lelang Dok Lelang Final Dok Penawaran Evaluasi Penetapan Pemenang Ttd Perjanjian KPBU Financial Close Konstruksi COD 2011 Feb 2012 Feb 2012 Sep Sep Nov Nov-Des Feb 2016 Mei 2016 Des Juli 2019 PEMENANG LELANG: KONSORSIUM PT MEDCO GAS INDONESIA PT BANGUN CIPTA KONTRAKTOR saat ini Daftar Pendek Peserta Lelang: 1. Konsorsium Medco dan PT Bangun Cipta Kontraktor 2. Konsorsium Sound Global Ltd, China CAMC Engineering Limited, dan PT Manggala Purnama Sakti 3. Konsorsium PT Amerta Bumi Capital, PT Bakrieland Development Tbk, Beijing Enterprise Water Group Ltd. *proses penyiapan proyek dilakukan paralel pada tahap transaksi ** PT SMI terlibat setelah PJPK menerbitkan dokumen prakualifikasi 111

104 Pengelolaan Risiko dalam Proyek KPBU SPAM Umbulan 5 (lima) Bupati/Walikota Perjanjian Kerjasama Daerah (PKD) PJPK (Pemprov Jatim) Perjanjian Kerjasama KPBU Badan Usaha No Risiko Pemprov Mitigasi Kuota permintaan air minum curah tidak terpenuhi Kualitas air minum curah di bawah Permenkes 492/2010 Penyerapan PDAM di bawah kuota PDAM telat atau tidak bayar tarif Denda ke Badan Usaha Denda ke Badan Usaha Penerapan prinsip take or pay ke PDAM (90% minimum charge) Dukungan Pemerintah Kab/Kota (sudah tertuang dalam PKD) Risiko Utama PJPK Kuantitas Air Baku Kualitas Air Baku Demand Risk Risiko Utama BU Alokasi Risiko PJPK PJPK PJPK Alokasi Risiko Tata Cara Pengaturan dalam Perjanjian Salah satu komponen tarif dengan metode fixed cost (tidak terpengaruh kuantitas) Kompensasi atas biaya pengolahan tambahan/ Formula tarif dengan Fixed Cost dan Variable Cost. Fixed cost harus tetap dibayar walau penyerapan kurang. Tata Cara Pengaturan dalam Perjanjian Risiko Pemerintah Kab/Kota & PDAM: Gagalnya Pembangunan & pengoperasian jaringan distribusi Tidak terserapnya air minum curah oleh masyarakat PDAM gagal membayar tarif air minum curah sesuai kuota dalam PKD (take or pay) Risiko Pembiayaan Risiko Konstruksi Risiko Operasi Badan Usaha Badan Usaha Badan Usaha Penalti/terminasi bila BU gagal mendapatkan pembiayaan Denda keterlambatan Denda kegagalan kinerja 112

105 Peran, Biaya, Manfaat Proyek KPBU SPAM Umbulan Pemprov Jatim & PDAB Badan Usaha Pemkab/ Pemkot & PDA Pemerintah Pusat Peran Bertindak sebagai PJPK sesuai regulasi Memberikan dukungan perizinan, pengadaan tanah, konservasi wilayah resapan Menerima air dan membayar tarif ke BU & suplai air dan Membangun dan mengelola: 1. Unit produksi 2. Pipa transmisi Titik Offtake Mendanai proyek. Mengembalikan fasilitas setelah 25 tahun. Membangun & mengelola jaringan distribusi Menerima air dari PDAB dan menyalurkan ke masyarakat Membayar tarif kepada PDAB Dukungan Kemenkeu: 1. VGF 2. Penjaminan melalui PT PII Dukungan PUPR: 1. Pipa tapping & 16 reservoir 2. IPA Rejoso 3. Ijin dan diskon sewa lahan tol Biaya Penanaman Modal PDAB Pengadaan tanah Biaya konservasi lingkungan Investasi Capex Cost of money Biaya O & M Risiko-risiko (sospol, konstruksi, operasi) Biaya pembangunan jaringan distribusi Biaya operasi & pemeliharaan distribusi VGF: Rp.818 miliar Biaya pembangunan pipa tapping & reservoir Biaya pembangunan IPA Rejoso Manfaat Finansial: Potensi PAD Aset setelah 25 tahun Pendapatan pajak. Non Finansial: Peningkatan cakupan pelayanan, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, penghematan biaya kesehatan, perbaikan lingkungan. Finansial: Potensi keuntungan Badan Usaha. Non Finansial: - Finansial Potensi keuntungan PDAM & kontribusi PAD Pendapatan pajak Non Finansial: Peningkatan cakupan pelayanan, memiliki FS DED & Business Plan, tenaga kerja, peningkatan kesehatan masyarakat, perbaikan lingkungan. Finansial: Tarif terjangkau ke masyarakat Non Finansial: Program RPJMN 100% pelayanan air minum & proyek strategis nasional Peningkatan cakupan pelayanan, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, penghematan biaya kesehatan, perbaikan lingkungan. 113

106 Stakeholders Mapping PJPK Struktur Utama Pembentuk Demand Penguat Struktur Stakeholders Perizinan Stakeholders Lain Pemprov Jatim : 1. Champion: Gubernur Jatim Badan Penanaman Modal Dinas PU Cipta Karya 2. Pendukung: Biro Hukum Biro Administrasi Pembangunan Dinas Pengairan Biro Perekonomian BPKAD Bappeda UPT Pengadaan Barang/Jasa BLH Asisten Gubernur Protokoler Gubernur 1. Badan Usaha (PT Meta Adhya Tirta Umbulan) 2. Lenders (IIF, SMI, BNI) 3. Sponsor (PT Medco Gas & PT Bangun Cipta Kontraktor) Pemerintah Kab/Kota, DPRD, dan PDAM: 1. Kab Pasuruan 2. Kota Pasuruan 3. Kab Sidoarjo 4. Kota Surabaya 5. Kab Gresik 1. Kementerian Keuangan: PDF VGF Dukungan Lain (DAK Kab Pasuruan) 2. Kementerian PUPR: Kementerian Sektor Dukungan Pipa Offtake & Reservoir Dukungan Fasilitas untuk Sumber Air Cadangan Dukungan Perizinan di Jalan Tol & Jalan Nasional 3. PT PII: Penjaminan Inrastruktur 4. Kemenko Perekonomian & KPPIP: Koordinasi stakeholders & debottlenecking 5. DPRD: Persetujuan Kerjasama 6. Kejaksaan Tinggi Jatim Legal Opini Perjanjian Kerjasama 1. 4 Operator Jalan Tol 2. Balai Jalan Nasional 3. 5 Dinas Bina Marga Kab/Kota 4. 4 Developer Swasta 5. Balai Besar Wilayah Sungai Brantas 6. BBWS Bengawan Solo 7. BLH Kab Pasuruan 8. PTPN X & XI 9. Ditjen Perkeretaapian 10. PT KA 11. Kantor Tanah Kab Pasuruan (untuk Pengadaan Tanah 1. Bappenas 2. LKPP 3. BKPM 4. BPJT 5. Konsultan 6. Lembaga Int l 7. LSM 8. Universitas 9. dsb + 13 instansi 6 institusi 15 instansi 6 instansi 22 instansi + 8 institusi + 80 instansi/institusi 114

107 2. KPBU Palapa Ring Profil Umum dan Struktur Proyek KPBU Palapa Ring RINGKASAN EKONOMI DAN KEUANGAN Estimasi Biaya Modal Rencana Masa Kerjasama Target Post Tax WACC Paket Barat: USD Rp 1,28 Triliun Paket Tengah: USD Rp 1,38 Triliun Paket Timur: Rp ,- *keterangan: USD 1 Rp ± 18 bulan konstruksi dan 15 tahun masa operasi untuk masing-masing paket - Paket Barat dan Tengah: 12,5% (DER 80:20, Equity Return 20%, Senior debt rate 14%) - Paket Timur: 12,5% (DER 80:20, Equity Return 25%, Senior debt rate 12,3%) Target nasional Kebutuhan telekomunikasi Peran serta pemerintah PJPK Peran Swasta RASIONALITAS PROYEK Proyek Nasional yang tercantum dalam RPJMN Tulang punggung (backbone) sistem telekomunikasi nasional Daerah yang belum terjangkau merupakan daerah terpencil dengan kontur geografis yang sulit dan potensi pengguna yang relatif kecil STRUKTUR KERJA SAMA Kementerian Komunikasi dan Informatika Penyusunan desain teknis & pekerjaan sipil Penyediaan dan pengoperasian jaringan tulang punggung Pendanaan selama masa konsesi Availability Payment STATUS PROYEK (PER 30 OKTOBER 2016) Persetujuan Prinsip dari Menteri Keuangan telah diperoleh tanggal 6 Oktober 2015 Penjaminan Persetujuan prinsip penjaminan dari PT PII telah diperoleh tanggal 20 November 2015 (Paket Barat dan Tengah) dan 20 Mei 2016 (Paket Timur) Status Proyek Teknologi - Paket Barat: Financial Close telah dipenuhi pada tanggal 11 Agustus Paket Tengah: Financial Close telah dipenuhi pada tanggal 29 September Paket Timur: Financial Close telah dipenuhi pada tanggal 29 Maret 2017 ASPEK TEKNIS Jaringan serat optik atau microwave jika kondisi geografis tidak memungkinkan 115

108 Skema Bisnis dan Struktur Kerjasama: Proyek KPBU Palapa Ring Existing Backbone Network BP3TI Service Operator Procured Backbone Network Network Operator Last Mile Lingkup Proyek yang ditawarkan Struktur Kerja Sama Peran PJPK Kementerian Komunikasi dan Informatika (akan dialihkan ke BP3TI menunggu pejabat BP3TI definitif) PJPK berkewajiban melakukan pembayaran periodik (AP) kepada Badan Usaha Pelaksana Peran Swasta Penyusunan desain teknis & pekerjaan sipil Penyediaan dan pengoperasian jaringan tulang punggung Pendanaan selama masa konsesi Access Charge Access Charge yang diterima dari pengguna jaringan merupakan pendapatan BP3TI dan tidak mempengaruhi jumlah AP. Demand Risk menjadi risiko yang ditanggung oleh PJPK. Kominfo BP3TI Perjanjian Regres Access Charge Availability Payment Perjanjian Penjaminan Layanan Jaringan Badan Usaha Pengguna Jaringan Ekuitas/ Sponsor Kreditor 116

109 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Skema Ketersediaan Layanan Availability Payment PJPK Badan Usaha Perjanjian Kerjasama Penyediaan Layanan Formula Availability Payment (AP) = CAPEX + OPEX + MARJIN Pengguna Akhir Pembayaran Tarif a) Pembayaran dari Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)/Pemilik Proyek atas ketersediaan layanan kepada Badan Usaha b) Diberikan untuk proyek dimana: Badan Usaha tidak menerima pembayaran tarif dari pengguna akhir. Output dari layanan mudah untuk didefinisikan atau dimonitor. Permintaan/pendapatan sulit untuk diprediksi dan sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi operasional. Kualitas layanan lebih penting dibanding maksimalisasi pendapatan. Mendorong risiko permintaan ke publik sehingga dapat menurunkan premi risiko cost of capital dari Badan Usaha. Memberikan insentif kepada Badan Usaha untuk melakukan efisiensi dalam konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Jika output dari layanan kurang dari yang dipersyaratkan di dalam Perjanjian Kerjasama maka akan dilakukan pengurangan nilai Availability Payment yang dibayarkan. 117

110 Avaibility Payment dalam Proyek KPBU Palapa Ring Universal Service Obligation (USO) dan BP3TI Setiap penyelenggara jasa dan jaringan telekomunikasi yang telah mendapatkan izin penyelenggaraan wajib membayar Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KPU/USO). Besaran Kontribusi KPU/USO dipungut sebesar 1,25% dari pendapatan kotor penyelenggaraan telekomunikasi (Permen Kominfo No 45 Tahun 2012). Kontribusi KPU/USO merupakan PNBP. Penggunaan Kontribusi KPU/USO adalah penyediaan Infrastruktur Telekomunikasi Informatika dan Komunikasi (TIK) dan penyediaan Ekosistem TIK di wilayah pelayanan universal telekomunikasi dan informatika dan untuk kelompok masyarakat dengan ketidakmampuan. (Permen Kominfo Nomor 25 tahun 2015) Pengelolaan Kontribusi KPU/USO dan pelaksanaan penggunaannya dikelola oleh BLU milik Kominfo yaitu BP3TI. Keuntungan menggunakan BLU: 1. BLU memiliki fleksibilitas untuk mengelola organisasinya 2. Penganggaran multiyears 3. Dapat merekrut profesional ke dalam organisasi 4. Implementasi good corporate governance, termasuk kontrol terhadap kualitas sistem organisasi Program yang telah dilaksanakan BP3TI dengan menggunakan Kontribusi KPU/USO: 1. Pembangunan BTS di daerah terpencil, tertinggal dan terluar 2. Penyiaran di daerah perbatasan 3. Desa Broadband Terpadu 4. Palapa Ring Cap I 5 tahun Cap II Cap III Cara Perhitungan Avaibility Payment di Palapa Ring AP Service Level Agreement = CCRP + OPEX CCRP = (debt and interest payment) + equity repayment CCRP = capital cost recovery payment Opex = operation and maintenance cost (termasuk biaya jika terjadinya cable cut, dan besaran opex dilakukan annual adjustment inflation) Metoda perhitungan AP Service Level Agreement belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ketentuan Pembayaran AP di Palapa Ring Pembayaran akan dilakukan setelah proyek selesai dibangun dan siap beroperasi secara komersial Pembayaran dilaksanakan setiap bulan dalam Rupiah Nilai pembayaran AP setiap bulan merupakan nilai AP tahunan dibagi 12 Pembayaran AP bulanan disesuaikan dengan aktual SLA pada setiap kota Walaupun mayoritas biaya dalam USD, perubahan atas kurs menjadi risiko yang perlu ditanggung/dimanage oleh Badan Usaha Pelaksana 118

111 Referensi Dikun, Suyono et al. (2010). Merancang Model Kerjasama Pemerintah dan Swasta Pada Pembiayaan Proyek Infrastruktur Kereta Api, Laporan Akhir Hibah Strategis Nasional 2010 LKPP & MCAI Basic Module: Capacity Building on Public Private Partnership. Indonesia PPIAF Publik-Private Infrastructure Advisory Facility (PPIAF). PPPs: An Introduction UNESCAP. N.d. E-learning series: Module 1. PPP Concept, Benefits and Limitations. Thailand Yescombe, E.R. (2007). Public-Private Partnerships: Principles of Policy and Finance. Butterworth-Heinemann, Oxford: Elsevier Ltd. Republik Indonesia Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. LKPP. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Menteri Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK. 08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian Keuangan. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan. Jakarta 119 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR

112 Republik Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 83 Tahun 2010 tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Kementerian Perhubungan. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun 2010 tentang Pembentukan Simpul Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sekretariat Negara. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sekretariat Negara. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Penyediaan Infrastruktur Sesuai Dengan Lingkup Fungsi Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta Republik Indonesia Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III , Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta Republik Indonesia Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 19 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa. Jakarta 120 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR

113 Republik Indonesia Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK. 08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian Keuangan. Jakarta Republik Indonesia Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta Republik Indonesia Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional III Sekretariat Negara. Jakarta Republik Indonesia Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta 121 Pedoman Prinsip Dasar Dan Kelembagaan Penerapan KPBU Bidang PUPR

114 Tim Penyusun

115

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU? Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK OLEH PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Jakarta, 14 September 2017 OUTLINE TUGAS DAN FUNGSI LKPP DALAM PENGADAAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN OVERVIEW KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 Disampaikan Oleh Robin A. Suryo Deputi Pengembangan Strategi dan Kebijakan OVERVIEW 1. Konsep Pengelolaan Persampahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN MATERI PEMBAHASAN MATERI PEMBAHASAN RAPAT: LATAR BELAKANG POKOK DISKUSI PERBANDINGAN KERANGKA

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai

Lebih terperinci

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Jakarta 31 Desember 2015 Pada bulan Maret 2015, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 ( Perpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA Buku ini disusun oleh Tim IIGF Institute : Bely Utarja, Reni F. Zahro, Ratna Widianingrum didukung oleh berbagai narasumber;

Lebih terperinci

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN PAPARAN PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN P EMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Berdasarkan Peraturan Presiden No.38 Tahun 2015 dan Permen PPN/Bappenas No.4 Tahun 2015 Mohammad Taufiq Rinaldi Jatinangor, 11 November

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

2017, No sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan perundangundangan yang ada sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2017, No sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan perundangundangan yang ada sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.299, 2017 KEMENPU-PR. Pengusahaan Jalan Tol. Pangadaan Badan Usaha. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT 1. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah 2. PP 121/2015 tentnag Pengusahaan Sumber Daya Air 3. PP 122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum 4. Perpres 38/2015

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM. Penulis: Ahmad Rofi ud Darojat PENDANAAN BAGI KEPERLUAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM www.imagebali.net I. PENDAHULUAN Infrastruktur yang memadai akan memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 193 Tahun 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA BANDAR

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang Penjajakan Minat Pasar 2. Tahap

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

2015, No Mengingat b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah d

2015, No Mengingat b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah d No.829, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Kerja Sama. Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

National Summit 2009

National Summit 2009 National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG of 33 06/11/2014 11:19 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun -, ;' MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 43 TAHUN 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA BANDAR

Lebih terperinci

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMER 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAN INFRASTRUKTUR DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR

PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER-03 /M.EKON/06/2006

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.Ol/2006 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.Ol/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.Ol/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN RESIKO ATAS PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 12 TAHUN : 2006 SERI : E NO. :5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionall Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR 6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Latar Belakang Tujuan Toolkit KPBU Penerima Manfaat... 2

DAFTAR ISI Latar Belakang Tujuan Toolkit KPBU Penerima Manfaat... 2 DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Toolkit KPBU... 2 1.3. Penerima Manfaat... 2 1.4. Apa Itu Kerjasama Pemerintah dan Badan Badan Usaha (KPBU)?... 3 1.5. Mengapa Perlu KPBU?...

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Ir. M. Saiful Imam, MM. Mantan Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk email: m.saiful.imam@gmail.com; saiful@adhi.co.id ABSTRAK Pada makalah ini akan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG PENDANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah

Lebih terperinci