PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR"

Transkripsi

1 PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2 PEDOMAN PELAKSANAAN KPBU DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) BIDANG PUPR DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

3 DISCLAIMER Pedoman ini dirancang untuk memberikan informasi tentang ruang lingkup Pelaksanaan KPBU Dengan Mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Bidang PUPR saja. Informasi yang diberikan tidak bermaksud untuk memberikan saran profesional, legal atau lainnya. Dalam hal membutuhkan keahlian semacam itu, berkonsultasilah kepada profesional yang sesuai. Pedoman ini bukanlah informasi lengkap tentang masalah tersebut diatas dan hanya berfungsi sebagai panduan umum atau materi pendukung, bukan sebagai sumber utama informasi subjek. Pedoman ini diterbitkan pada bulan Oktober 2017 dimaksudkan hanya untuk tujuan publikasi pada saat dicetak. Tim Penyusun tidak bertanggungjawab terhadap perubahan informasi yang diterbitkan kemudian.

4 4

5 5 Daftar Isi 9 Glossary 11 Daftar Singkatan 12 Sambutan Direktur Jenderal Bina Konstruksi 13 Sambutan Direktur Bina Investasi Infrastruktur 14 Pengantar Tim Penyusun 15 I. Konsepsi Availability Payment Daftar Isi Definisi Umum Availability Payment Definisi AP Menurut Perpres No 38 Tahun Mekanisme Pengembalian Investasi Badan Usaha Konsepsi Pembayaran AP Indikator Kinerja AP Contoh Indikator Kinerja AP Sektor PUPR Struktur Pembayaran AP Flowchart Struktur Pembayaran AP Perhitungan Pembayaran AP Ilustrasi Proyeksi Pembayaran AP Keunggulan Skema AP Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Skema AP 5

6 28 II. Prosedur Pelaksanaan KPBU Skema AP Di Lingkungan Kementrian PUPR Ketentuan Umum Kriteria Proyek KPBU AP Ketentuan Umum Pembayaran AP Alur Kerja Skema AP Dalam Timeline KPBU Tahapan Proyek KPBU Prosedur Perencanaan Prosedur Perencanaan KPBU AP Solicited Penjelasan Prosedur Perencanaan KPBU AP Solicited Rencana Penggunaan Skema AP Kajian Kemampuan Fiskal PJPK Prosedur Perencanaan KPBU AP Unsolicited Surat Konfirmasi Pendahuluan Prosedur Penyiapan Prosedur Penyiapan (flowchart) Penjelasan Prosedur Penyiapan Penerbitan Surat Konfirmasi Final Prosedur Transaksi Prosedur Pembayaran Berkala AP Prosedur Pembayaran Berkala AP (flowchart) Penjelasan Prosedur Pembayaran Berkala AP 6

7 49 III. Prosedur Pelaksanaan KPBU AP Bidang PUPR dengan Pembiayaan APBD Ketentuan Umum Kriteria Pembayaran AP Prosedur Perencanaan Prosedur Perencanaan KPBU AP Solicited Penjelasan Prosedur Perencanaan KPBU AP Solicited Rencana Penggunaan Skema AP Kajian Kemampuan Fiskal Daerah Prosedur Perencanaan KPBU AP Unsolicited Prosedur Penyiapan Prosedur Penyiapan (flowchart) Penjelasan Prosedur Penyiapan Prosedur Transaksi Prosedur Pembayaran Berkala AP Prosedur Pembayaran Berkala AP (flowchart) Penjelasan Prosedur Pembayaran Berkala AP 7

8 66 IV. Penerapan Skema AP Pada KPBU sektor PUPR Struktur AP Sektor Jalan Struktur AP Sektor Persampahan Struktur AP Sektor Pengolahan Limbah Struktur AP Sektor Perumahan Struktur AP Sektor Air Minum 72 V. Q & A dan Rekomendasi Q & A Rekomendasi 80 Lampiran 81 - Simulasi Perhitungan Skema AP untuk KPBU AP dengan Pembiayaan APBN 84 - Simulasi Perhitungan Skema AP untuk KPBU AP dengan Pembiayaan APBD 89 Referensi 8

9 Glossary AP Capex Availability Payment, merupakan pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan infrastruktur sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU (Perpres No 38 Tahun 2015 Tentang KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur) Capital expenditure, adalah biaya yang digunakan untuk memperoleh atau menambah aktiva tetap atau set fisik seperti properti, konstruksi, atau peralatan. DBFOM Design-Build-Finance-Operate-Maintenance, merupakan pendekatan struktur kerjasama dalam KPBU yang mencakup fungsi perancangan, membangun, pembiayaan, operasional dan pemelihataan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha DSCR Debt Service Coverage Ratio, merupakan perbandingan antara penjumlahan seluruh Pendapatan Asli Daerah setelah dikurangi Belanja Wajib dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. FBC FS OBC Final Business Case, dikenal sebagai Feasibility Study atau studi kelayakan. Feasibility Study atau studi kelayakan yaitu suatu kajian akhir yang dilakukan untuk menilai kelayakan sebuah proyek berdasarkan beberapa parameter. Outline Business Case dikenal juga sebagai preliminary feasibility studi atau Pra Studi Kelayakan. 9

10 Opex Pre-FS Risiko Demand/risiko permintaan Risiko Pendapatan RoI KPBU Solicited KPBU Unsolicited Simpul KPBU Operational expenditure atau biaya operasional, yaitu pengeluaran operasional mencakup biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya manajemen, utilitas, pajak, asuransi, bahan baku, dan sebagainya. Preliminary Feasibility Studi atau Pra Studi Kelayakan, yaitu kajian awal untuk menilai kelayakan sebuah proyek berdasarkan parameter tertentu. Risiko yang terkait dengan permintaan atas produk atau jasa/layanan BUP. Penyediaan layanan yang berkualitas sangat penting artinya bagi seluruh KPBU, risiko permintaan adalah salah satu risiko paling signifikan yang dihadapi BUP. Risiko yang terkait dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dari penyediaan layanan oleh BUP KPBU untuk pengembalian investasi dan biaya operasional. Return on Investment, yaitu tingkat pengembalian keuntungan/kerugian dari suatu investasi. Tahapan perencanaan proyek KPBU yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Tahapan perencanaan proyek KPBU dengan prakarsa berasal dari usulan Badan Usaha. Unit kerja di kementerian/lembaga pada tingkat nasional atau unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk baru atau melekat pada unit kerja atau bagian yang sudah ada, dengan tugas dan fungsi perumusan kebijakan dan/atau sinkronisasi dan/atau koordinasi tahap perencanaan dan tahap penyiapan dan/atau pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen pelaksanaan KPBU. 10

11 Daftar Singkatan AP BUP KPBU DBII DIPA DJA DPA DSCR FBC KUA-PPAS KPBU PDPPI DJPPR MAP RFP PA KPA OBC PJPK PPKD Renstra RKA RKPD SKF SKP SKPD SPD SP2D Availability Payment Badan Usaha Pelaksana KPBU Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Debt Service Coverage Ratio Final Business Case (Studi Kelayakan) Kebijakan Umum Anggaran Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur, DJPPR Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Maksimum Availability Payment Request For Proposal Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran Outline Business Case (Pra Studi Kelayakan) Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Rencana Strategis Rencana Kegiatan dan Anggaran Rencana Kerja Pemerintah Daerah Surat Konfirmasi Final Surat Konfirmasi Pendahuluan Satuan Kerja Perangkat Daerah Surat Penyediaan Dana Surat Permintaan Pencairan Dana 11

12 Sambutan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan dana pemerintah yang terbatas, maka diperlukan alternatif pembiayaan investasi infrastruktur yang dapat digunakan untuk memenuhi pendanaan infrastruktur, Pemerintah menawarkan solusi alternatif dalam pola pembiayaan investasi infrastruktur, antara lain dengan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan Infrastruktur dengan mekanisme AP (Avaibility Payment) atau Pembayaran Ketersediaan Layanan. Solusi pembiayaan alternatif non APBN/D tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan pembangunan infrastruktur nasional dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saya menyambut gembira terbitnya Pedoman Pelaksanaan KPBU Dengan Mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Bidang PUPR yang dapat dijadikan rujukan bagi investor dan masyarakat yang ingin melakukan investasi infrastruktur bidang PUPR. Semoga pedoman ini dapat direspons dengan baik oleh investor dan masyarakat sehingga makin banyak pihak yang berinvestasi di bidang infrastruktur PUPR. Jakarta, Oktober 2017 Direktur Jenderal Bina Konstruksi DR. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng. 12

13 Sambutan Direktur Bina Investasi Infrastruktur Dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur yang sangat besar Pemerintah Republik Indonesia sedang berupaya keras untuk mendorong pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah. Program pembangunan infrastruktur tentu membutuhkan dana dan biaya yang tidak sedikit. Terbatasnya anggaran fiskal pemerintah, membuat Pemerintah harus menemukan polapola pembiayaan alternatif dalam rangka mendukung program pembangunan infrastruktur tersebut, salah satunya Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan Infrastruktur dengan mekanisme AP (Avaibility Payment) atau Pembayaran Ketersediaan Layanan. Sebagai respons dari kebutuhan alternatif pendanaan tersebut, Direktorat Bina Investasi Infrastruktur berinisiatif untuk menerbitkan buku pedoman pola pembiayaan investasi infrastruktur yang dapat digunakan investor dalam mendorong pembiayaan alternatif non APBN/D di bidang infrastruktur di Indonesia serta mengoptimalisasikan aset-aset infrastruktur PUPR. Saya menyambut baik terbitnya Pedoman Pelaksanaan KPBU Dengan Mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Bidang PUPR. Semoga buku pedoman ini dapat menjadi rujukan bagi para investor dan masyarakat yang berminat mendukung Pemerintah dalam pembiayaan investasi infrastruktur bidang PU Jakarta, Oktober 2017 Direktur Bina Investasi Infrastruktur Dr. Ir. H. Masrianto, MT 13

14 Pengantar Tim Penyusun Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga Pedoman Pelaksanaan KPBU Dengan Mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Bidang PUPR dapat terselesaikan pada TA Buku pedoman ini merupakan perwujudan dari tugas yang diamanatkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Direktorat Jenderal Bina Konstruksi cq. Direktorat Bina Investasi Infrastruktur. Direktorat Bina Investasi Infrastruktur mempunyai tantangan yang cukup berat terkait penyiapan perumusan kebijakan investasi infrastruktur dan peran yang hendak diemban sebagai Simpul Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Salah satu wujud pelaksanaan peran tersebut adalah penyediaan acuan teknis dalam Pelaksanaan KPBU Skema AP ini. Buku pedoman ini menyajikan informasi tentang ruang lingkup dan konsepsi AP, prosedur perencanaan, penyiapan, transaksi dan pembayaran KPBU skema AP bidang PUPR baik di Pusat maupun di Daerah. Penerapan skema AP untuk penyediaan infrastruktur ini dinilai dapat meningkatkan efisensi dan optimalisasi dana APBN/APBD dalam mendanai program-program Pemerintah lainnya tanpa harus mengurangi porsi belanja infrastruktur. Penyusun menyadari buku pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun redaksional. Kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua narasumber yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyusun buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Jakarta, Oktober 2017 Tim Penyusun 14

15 I. Konsepsi Availability Payment 15 Pedoman Pelaksanaan KPBU dengan Mekanisme Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Bidang PUPR

16 1.1. Definisi Umum Availability Payment (AP) Pembayaran langsung dari Pemerintah kepada BUP KPBU untuk mendesain, membangun, mendanai, mengoperasikan dan memelihara aset infrastruktur/layanan dalam kontrak kerjasama jangka panjang dan tidak terikat pada pendapatan layanan Biaya untuk penyediaan layanan, bukan merupakan penggantian biaya yang dikeluarkan oleh BUP KPBU AP tidak dapat dianggap sebagai hutang, tetapi sebagai kewajiban mengikat yang membutuhkan komitmen alokasi pendanaan dalam dokumen pelaksanaan anggaran 16

17 1.2. Definisi AP Menurut Perpres No 38 Tahun 2015 Perpres 38/2015 Menurut Perpres 38/2015, Pembayaran Ketersediaan Layanan/availability payment adalah pembayaran secara berkala oleh Menteri/ Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian KPBU Konteks Dalam konteks pembiayaan penyediaan infrastruktur di Indonesia, skema AP dimaksudkan untuk optimalisasi nilai guna, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendanaan APBN/APBD, sehingga keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah tidak menjadi faktor utama penunda penyediaan infrastruktur yang berkualitas Sumber pendanaan Sumber pendanaan proyek KPBU skema AP, dapat berasal dari pendanaan non APBN/APBD yaitu antara lain pendanaan BUMN/BUMD. 17

18 1.3. Mekanisme Pengembalian Investasi Badan Usaha 18

19 1.4. Konsepsi Pembayaran AP Pembayaran maksimum Pembayaran AP merupakan pembayaran kewajiban maksimum untuk penyediaan layanan penuh sesuai dengan Perjanjian KPBU dan memperhitungkan pengurangan pembayaran untuk ketidaktersediaan layanan dan tingkat kinerja Anuitas Pembayaran AP dilakukan setelah fasilitas infrastruktur tersedia dan beroperasi, beban fiskal flat dan dilakukan secara anuitas berdasar ketersediaan layanan 19

20 1.5. Indikator Kinerja AP 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan struktur dan pembayaran AP berbeda-beda tergantung pada tipe proyek. Penetapan indikator ketersediaan dan standar kinerja layanan dan formula pembayaran harus didesain secara khusus untuk setiap proyek 2. Penetapan indikator kinerja skema AP menentukan besarnya pembayaran berkala. Ketersediaan dan kualitas layanan harus definisikan secara objektif, terukur dan realistis. 3. Indikator Ketersediaan: tersedianya layanan publik oleh Badan Usaha Pelaksana KPBU selama berlangsungnya masa pengoperasian fasilitas infrastruktur berdasarkan perjanjian Kerjasama KPBU berupa: fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. 4. Indikator Kinerja Layanan: tingkat kualitas atau standar penyediaan layanan yang disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana sesuai dengan standar pelayanan yang disepakati dalam perjanjian kerjasama KPBU. 20

21 Contoh Indikator Kinerja AP Sektor PUPR Contoh pengembangan indikator dan target kinerja untuk pengukuran ketersediaan dan tingkat kinerja layanan: Sektor Indikator Ketersediaan Indikator Layanan Jalan tol Air Bersih Persampahan Pengolahan Limbah Perumahan 1. Ruas jalan tol a. Panjang dan kondisi jalan b. Aksesibilitas, mobilitas, kecepatan tempuh 2. Gerbang tol a. Jumlah dan posisi gerbang tol b. Jumlah dan lokasi exit tol 3. Rest area Jumlah dan fasilitas dalam rest area 4. Fasilitas pendukung lain Faktor keselamatan, dsb 1. Instalasi pengolahan air Jumlah produksi air berkualitas bersih 2. Jaringan distribusi % penduduk dilayani 1. Fasilitas pengangkutan % pengangkutan sampah 2. Fasilitas pengolahan % pengolahan sampah 3. Fasilitas pendukung lain % penanganan gas 1. Instalasi PAL % pengolahan limbah 2. Prosedur pengolahan % kualitas pengolahan limbah 1. Unit perumahan 1. Jumlah dan kondisi unit perumahan 2. % penduduk dilayani 2. Sarana parkir Daya tampung parkir 3. Fasilitas umum dan sosial Jalan lingkungan, tempat ibadah, taman, dst 4. Proteksi kebakaran Jumlah dan kesiapan proyeksi kebakaran 21

22 1.6. Struktur Pembayaran AP Pembayaran berkala dalam skema AP mencakup 3 (tiga) komponen, yaitu: Output Aset pembayaran untuk pengembalian biaya konstruksi, cicilan pinjaman dan bunga Output Fungsi pembayaran untuk beroperasinya fasilitas/layanan secara efektif terkait dengan operasional manajemen (SDM pengelola, daya jasa, dan sebagainya) Output Layanan pembayaran untuk operasional layanan dan pemeliharaan sesuai dengan standar yang disepakati (dengan kemungkinan penyesuaian/ pengurangan pembayaran/penalti secara terbatas) 22

23 Flowchart Struktur Pembayaran AP 23

24 Perhitungan Pembayaran AP 1. Formula alokasi Pembayaran AP Perhitungan alokasi pembayaran availability payment dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Availability Payment = Capex + Opex + ROI Jangka Waktu Pengembalian AP AP : Jumlah besaran pembayaran AP pertahun Jangka Waktu : Jangka waktu kerjasama operasional KPBU dalam tahun Capex : Capital expenditure (mencakup debt service, belanja barang modal, beban penggantian) Opex : Operating expenditure (mencakup biaya operasional dan pemeliharaan, biaya manajemen) ROI : Return on Investment/tingkat pengembalian investasi 2. Formula Pembayaran Berkala AP : MAP = AP - Penalti MAP : Jumlah maksimum pembayaran berkala AP AP : Jumlah besaran pembayaran AP pertahun Penalti : Pengurangan pembayaran karena ketidaktersediaan layanan dan/atau kinerja layanan tidak memenuhi standar. Besaran dan kriteria penalti diatur dalam penjanjian KPBU 24

25 Ilustrasi Proyeksi Pembayaran AP 25

26 1.7. Keunggulan Skema AP Tidak ada pembayaran dari Pemerintah kepada BUP KPBU sampai layanan penuh tersedia, Pembayaran tersebar di masa kontrak. Hal ini memungkinkan Pemerintah untuk membayar BUP KPBU berdasarkan ketersediaan dan kinerja fasilitas sehingga beban anggaran tidak besar dan bisa membangun lebih banyak proyek.. Risiko (konstruksi, O&M, dan sebagainya) di BUP KPBU, Resiko penyelesaian proyek ada pada BUP KPBU, Tidak ada risiko over budget dari sisi pemerintah.. Meningkatkan kelayakan proyek menjadi bankable, Mendorong BUP KPBU lebih responsif terhadap ketersediaan dan kualitas layanan, KPBU AP mencakup skema DBFOM sehingga cukup dengan satu kontrak kerjasama, BUP KPBU dapat memperoleh financial close karena ada kepastian pembayaran anuitas. 26

27 1.8. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan AP Memerlukan pemeriksaaan/audit secara berkala oleh Pemerintah. Memerlukan upaya monitoring/pemantauan kinerja yang efektif dan kontinu. 27

28 II.Prosedur Pelaksanaan KPBU Skema AP Di Lingkungan Kementerian PUPR 28

29 2.1. Ketentuan Umum Kriteria Proyek KPBU AP 1. Penyediaan infrastruktur publik, ekonomi dan sosial yang memiliki manfaat besar bagi masyarakat sebagai pengguna layanan 2. Pengembalian investasinya tidak diperoleh dari pembayaran pengguna layanan kepada Badan Usaha 3. Kerjasama penyediaan infrastruktur mencakup perancangan, pembangunan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan (Design-Built-Finance- Operation- Maintenance atau DBFOM), dan jangka waktu kerjasama relatif panjang 4. Pengadaan Badan Usaha Pengadaan dilakukan Badan melalui Usaha dilakukan tahapan pemilihan melalui yang tahapan adil, terbuka pemilihan yang dan transparan, adil, terbuka serta dan memperhatikan transparan, serta prinsip memperhatikan persaingan usaha prinsip yang persaingan sehat. usaha yang sehat. 29

30 Ketentuan Umum Pembayaran AP Pembayaran availability payment dilakukan apabila dalam Perjanjian KPBU paling kurang memuat ketentuan mengenai: 1. Spesifikasi keluaran (output specification) dan indikator kinerja (performance indicator) yang obyektif dan terukur atas Layanan 2. Formula perhitungan Pembayaran Ketersediaan Layanan (agreed formula) yang menjadi dasar perhitungan kewajiban PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana 3. Sistem pemantauan (monitoring system) yang efektif terhadap indikator kinerja (performance indicator). 30

31 2.2. Alur Kerja Skema AP dalam Timeline KPBU Tahap Penyiapan Masa operasional dan Pembayaran AP Tahap Perencanaan Tahap Transaksi 31

32 Tahapan KPBU AP Prosedur pelaksanaan KPBU dengan skema pembayaran AP dilakukan dalam tahapan kegiatan: I. Tahap Perencanaan: Penyusunan Studi Pendahuluan, Rencana Penggunaan Skema AP dan Kajian Kemampuan Fiskal, Surat Konfirmasi Pendahuluan, Daftar Rencana KPBU II. Tahap Penyiapan: Penyusunan OBC dan FBC, Rancangan Perjanjian KPBU dan Komitmen Pembayaran AP, Surat Konfirmasi Final, Dokumen RFP III. Tahap Transaksi: Proses pengadaan BUP, Penandatanganan perjanjian KPBU, Pemenuhan Pembiayaan IV. Tahap Pembayaran: Masa operasional kerjasama dan pembayaran AP 32

33 Maksud : Hasil : Prosedur: 2.3. Prosedur Perencanaan KPBU AP Penyusunan rencana oleh PJPK dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan tentative dan opsional, yang masih membuka kemungkinan untuk menetapkan skema pengembalian investasi lain yang paling baik untuk digunakan pada proyek KPBU dibandingkan Skema AP Hasil penyusunan rencana KPBU AP dituangkan dalam Studi Pendahuluan (memuat rencana penggunaan skema AP dan Kajian Kemampuan Fiskal), yang memuat: jenis, wujud, dan kualitas layanan yang diharapkan disediakan kepada Pengguna. 1. Perencanaan KPBU AP Solicited 2. Perencanaan KPBU AP Unsolicited 33

34 34

35 Penjelasan Prosedur Perencanaan KPBU AP (Perpres Nomor 38/2015 pasal 21) Dalam Identifikasi dan Penetapan Proyek KPBU dilakukan kajian: Kesesuaian dengan RPJMN dan Renstra sektor infrastruktur Kesesuaian dengan RTRW Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah Analisa biaya manfaat dan sosial Analisa nilai manfaat uang (Value for Money) Menyusun Studi Pendahuluan yang memuat (PMK Nomor 260/2016 pasal 7 dan Lampiran): Rencana penggunaan skema AP (proyeksi pembayaran berkala skema AP dan pengembangan indikator kinerja) Kajian Kemampuan Fiskal (persyaratan khusus) Output Tahap Perencanaan: Hasil Studi Pendahuluan Rencana Penggunaan Skema AP Kajian Kemampuan Fiskal Surat Konfirmasi Pendahuluan Daftar Rencana KPBU 35

36 Rencana Penggunaan Skema AP Rencana Penggunaan Skema AP atau proyeksi pembayaran AP yang mencakup: Perhitungan nilai total investasi (meliputi capex, opex, RoI, bunga, pajak, inflasi, dan sebagainya) Formula pembayaran AP dan indikator kinerja Perhitungan pembayaran berkala selama masa kerja sama Perhitungan alokasi pendanaan dalam anggaran Perhitungan potensi pendapatan dari layanan (jika ada) 36

37 Kajian Kemampuan Fiskal (1) Menyusun kajian/analisis profil pengelolaan keuangan mencakup: 1. Kualitas Pengelolaan Keuangan, yang mencakup : Kemampuan dalam membayar kewajiban di masa mendatang Akses kepada laporan keuangan (akuntabilitas dan transparansi) termasuk informasi tentang posisi keuangan dan penggunaan sumber-sumber pendanaan Kinerja penganggaran, mencakup penyusunan anggaran tepat waktu, asumsi anggaran yang realistis, dan konsistensi anggaran dan perencanaan Perencanaan keuangan dan modal jangka panjang, mencakup keandalan perencanaan jangka panjang pada tingkat K/L dan unit kerja Pengelolaan pendapatan dan belanja, mencakup kemampuan K/L menyusun target pendapatan dan belanja Manajemen utang, kajian tentang kebijakan Pemerintah Daerah terkait pinjaman, proporsi utang, tingkat suku bunga, dan profil jatuh tempo Pengelolaan likuiditas, mencakup kebijakan terkait pengelolaan arus kas dan adanya proyeksi arus kas Pengelolaan risiko eksternal, mencakup kemampuan Pemerintah Daerah mengidentifikasi, mengukur dan mitigasi risiko-risiko eksternal terkait kondisi keuangan negara, bencana alam atau force majeure. 37

38 Kajian Kemampuan Fiskal (2) 2. Fleksibititas Anggaran mencakup bagaimana Pemerintah meningkatkan pendapatan atau mengurangi belanja apabila diperlukan dengan tujuan menjaga kinerja keuangan 3. Kinerja Anggaran mengukur efisiensi kebijakan pengelolaan keuangan Pemerintah mencakup tingkat volatilitas arus kas dalam membiayai kegiatan dan investasi, dan melunasi utang 4. Pengelolaan Likuiditas mengukur sumber likuiditas internal KL (kas, surat berharga, dsb) dan likuiditas eksternal (fasilitas pinjaman efektif, dsb) yang cenderung mempengaruhi kemampuan melunasi kewajiban dalam perspektif ke depan 5. Beban Utang mencakup pengukuran tingkat, struktur dan pengelolaan utang yang cenderung berpengaruh terhadap kemampuan keuangan dalam prespektif ke depan (forward looking), yaitu beban utang dan bunga terhadap sumber daya keuangan yang ada 6. Kewajiban Kontijensi kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. 38

39 39

40 Surat Konfirmasi Pendahuluan Penerbitan Surat Konfirmasi Pendahuluan - Diterbitkan sebelum dimulainya Tahap Penyiapan KPBU. - Penerbitan berdasarkan hasil Studi Pendahuluan dengan kesimpulan rencana PJPK menggunakan skema AP telah selaras dengan tujuan, kriteria dan prinsip AP. - Diterbitkan apabila Studi Pendahuluan telah memuat deskripsi umum mengenai jenis dan wujud layanan. Sifat Surat Konfirmasi Pendahuluan - Tidak dimaksudkan sebagai persetujuan atau penetapan penggunaan skema AP yang akan diputuskan PJPK dalam tahap penyiapan KPBU. - Dengan diterbitkannya Surat Konfirmasi Pendahuluan, diasumsikan PJPK telah siap untuk menyiapkan penggunaan skema AP pada proyek KPBU. 40

41 2.4. Prosedur Penyiapan KPBU AP Maksud Hasil Penyiapan dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang definitif mengenai dapat atau tidaknya PJPK melanjutkan rencana penggunaan skema Pembayaran AP pada Proyek KPBU bersangkutan. 1. Dokumen Prastudi Kelayakan, yang terdiri dari Kajian Awal dan Kajian Akhir 2. Dokumen Rancangan Perjanjian KPBU dan Komitmen Pelaksanaan Pembayaran AP. 41

42 42

43 Penjelasan Prosedur Penyiapan KPBU AP Penyusunan dokumen Pra Studi Kelayakan (PraFS), mencakup: Penyusunan Rancangan Perjanjian KBPU Output Tahap Penyiapan: Kajian awal dan kajian akhir Rancangan Perjanjian KPBU & Komitmen Pelaksanaan Pembayaran AP Kajian mengenai penggunaan skema AP yang memuat analisis mengenai terpenuhinya tujuan, kriteria dan prinsip mengenai Pembayaran AP Spesifikasi keluaran (output specification) dan indikator kinerja (performance indicator) Formula Pembayaran AP Sistem pemantauan terhadap indikator kinerja Dokumen Pra-FS atau OBC dan FS atau FBC Surat Konfirmasi Final Surat Komitmen PJPK Rancangan Perjanjian KPBU Dokumen Request for Proposal (RFP) 43

44 Penerbitan Surat Konfirmasi Final Surat Konfirmasi Final diterbitkan sebelum PJPK mengeluarkan Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal) dalam rangka pengadaan Badan Usaha. Surat Konfirmasi Final diterbitkan oleh PDPPI setelah terpenuhinya: - Kajian Final yang disampaikan oleh PJPK telah memuat kajian mengenai penggunaan skema AP. - Rancangan Final Perjanjian KPBU yang disampaikan PJPK telah memuat dengan lengkap dan jelas mengenai ketentuan pelaksanaan skema AP. - Rancangan Final Komitmen Pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan, dan rancangan tersebut telah dimasukkan sebagai lampiran dalam rancangan final Perjanjian KPBU. Sifat Surat Konfirmasi Final - Tidak dimaksudkan sebagai persetujuan atas tindakan PJPK selanjutnya dalam rangka pelaksanaan skema AP pada proyek KPBU. - Dengan penerbitan Surat Konfirmasi Final, diasumsikan bahwa PJPK telah siap untuk melakukan langkah penyiapan proyek berupa pengadaan Badan Usaha. - PJPK mencantumkan Surat Konfirmasi Final dalam dokumen RFP. 44

45 45

46 2.6. Prosedur Pembayaran Berkala AP Alokasi Dana Pendapatan Layanan PJPK PJPK mengalokasikan anggaran Dana Pembayaran AP setiap tahun selama Masa Pengoperasian Infrastruktur yang pengembalian investasinya tidak bersumber dari pembayaran tarif Layanan Pelaksana (PMK 260/2016 ps 8). Dalam hal proyek KPBU mendapatkan pemasukan dari pembayaran oleh pengguna atas tarif Layanan maka PJPK tidak dapat memperhitungkan jumlah pemasukan dari pembayaran pengguna Layanan tersebut untuk melaksanakan Pembayaran AP kepada Badan Usaha Pelaksana (PMK 260/2016 ps 5c). Menteri/ Kepala Lembaga selaku PJPK bertindak selaku PA (PMK 260/2016 ps 12) 46

47 47

48 Penjelasan Prosedur Pembayaran Berkala AP Berdasar Komitmen, 1. PJPK selaku PA menunjuk KPA pada Unit Organisasi untuk mengalokasikan dana pembayaran AP pada DIPA Unit Organisasi terkait KPA menganggarkan 2. Dana Pembayaran AP dalam DIPA terkait dalam kelompok belanja modal Pembayaran langsung 3. kepada BUP KPBU dilakukan dengan syarat: - Fasilitas telah selesai dibangun dan layanan beroperasi - Sistem pemantauan kinerja layanan - Persetujuan PJPK - Sesuai formula perhitungan AP dalam perjanjian. 48

49 III. Prosedur Pelaksanaan KPBU AP Bidang PUPR dengan Pembiayaan APBD 49

50 3.1. Ketentuan Umum 1. Dasar regulasi pelaksanaan KPBU skema AP oleh Pemerintah Daerah adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun Dana Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP) adalah dana yang dialokasikan dalam APBD dalam rangka pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP) untuk KPBU pada setiap tahun anggaran 3. Pembayaran Ketersediaan Layanan merupakan belanja daerah yang bertujuan untuk: - memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat secara kontinu, yang dihasilkan dari penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui KPBU - mengoptimalkan nilai guna dari APBD (Value for Money) untuk penyediaan layanan 50

51 3.2. Kriteria Pembayaran AP 1. Pembayaran AP kepada Badan Usaha Pelaksana dilakukan dengan kriteria: penyediaan infrastruktur yang memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat pengembalian investasi dalam rangka penyediaan infrastruktur tidak diperoleh dari pembayaran oleh Badan Usaha atau pengguna layanan melalui tarif. Kerjasama penyediaan infrastruktur mencakup DBFOM dengan jangka waktu panjang. 2. Pembayaran AP dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah, kesinambungan fiskal, pengelolaan risiko fiskal, dan ketepatan sasaran penggunaannya. Pelaksanaan pembayaran AP wajib disetujui oleh DPRD selama masa perjanjian KPBU 51

52 Maksud : Hasil : Prosedur: 3.3. Prosedur Perencanaan KPBU AP Penyusunan rencana oleh PJPK dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan tentative dan opsional, yang masih membuka kemungkinan untuk menetapkan skema pengembalian investasi lain yang paling baik untuk digunakan pada proyek KPBU dibandingkan Skema AP Hasil penyusunan rencana KPBU AP dituangkan dalam Studi Pendahuluan, yang memuat: jenis, wujud, dan kualitas layanan yang diharapkan disediakan kepada Pengguna. 1. Perencanaan KPBU AP Solicited 2. Perencanaan KPBU AP Unsolicited 52

53 53

54 Penjelasan Prosedur Perencanaan Tim KPBU SKPD Menyusun Studi Pendahuluan yang memuat: Output Tahap Perencanaan: Rencana penggunaan skema AP (proyeksi pembayaran AP dan pengembangan indikator kinerja) Kajian Kemampuan Fiskal Daerah Pelaksanakan konsultasi pubik untuk memperoleh pertimbangan manfaat dan dampak KPBU terhadap kepentingan masyarakat Studi Pendahuluan disampaikan kepada Kepala Daerah/PJPK Daftar Rencana KPBU diteruskan kepada Menteri PPN dan Menteri Dalam Negeri Hasil Studi Pendahuluan disampaikan kepada Kementerian Keuangan cq. PDPPI untuk mendapatkan Surat Konfirmasi Pendahuluan Studi Pendahuluan Rencana Penggunaan Skema AP Surat Komitmen PJPK Kajian Kemampuan Fiskal Daerah Surat Konfirmasi Pendahuluan Daftar Rencana KPBU 54

55 Rencana Penggunaan Skema AP Menyusun rencana penggunaan skema AP/proyeksi pembayaran AP yang mencakup: Perhitungan nilai total investasi (meliputi capex, opex, RoI, bunga, pajak, inflasi, dan sebagainya) Formula pembayaran AP dan indikator kinerja Perhitungan pembayaran berkala selama masa kerja sama Perhitungan alokasi pendanaan dalam anggaran Perhitungan potensi pendapatan dari layanan (jika ada) 55

56 Kajian Kemampuan Fiskal Daerah (1) Menyusun kajian/analisis profil pengelolaan keuangan mencakup: 1. Kualitas Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah, yang mencakup : Kemampuan dalam membayar kewajiban di masa mendatang Akses kepada laporan keuangan (akuntabilitas dan transparansi) termasuk informasi tentang posisi keuangan dan penggunaan sumber-sumber pendanaan Kinerja penganggaran daerah, mencakup penyusunan APBD tepat waktu, asumsi anggaran yang realistis, dan konsistensi anggaran dan perencanaan Perencanaan keuangan dan modal jangka panjang, mencakup keandalan perencanaan jangka panjang pada tingkat unit kerja dan Pemerintah Daerah Pengelolaan pendapatan dan belanja, mencakup kemampuan Pemerintah Daerah menyusun target pendapatan dan belanja Posisi surplus/defisit, kajian tentang kebijakan pembiayaan daerah dan pengelolaan surplus/defisit anggaran. Manajemen utang, kajian tentang kebijakan Pemerintah Daerah terkait pinjaman, proporsi utang, tingkat suku bunga, dan profil jatuh tempo Pengelolaan likuiditas, mencakup kebijakan terkait pengelolaan arus kas dan adanya proyeksi arus kas Pengelolaan keuangan entitas Pemerintah Daerah, mencakup kajian pengelolaan dan kinerja keuangan BUMD Pengelolaan risiko eksternal, mencakup kemampuan Pemerintah Daerah mengidentifikasi, mengukur dan mitigasi risiko-risiko eksternal terkait kondisi keuangan negara, bencana alam atau force majeure. 56

57 Kajian Kemampuan Fiskal Daerah (2) 2. Fleksibititas Anggaran mencakup bagaimana Pemerintah Daerah meningkatkan pendapatan atau mengurangi belanja apabila diperlukan dengan tujuan menjaga kinerja keuangan 3. Kinerja Anggaran mengukur efisiensi kebijakan pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah mencakup tingkat volatilitas arus kas dalam membiayai kegiatan dan investasi, dan melunasi utang 4. Pengelolaan Likuiditas mengukur sumber likuiditas internal Pemerintah Daerah (kas, surat berharga, dsb) dan likuiditas eksternal (fasilitas pinjaman efektif, dsb) yang cenderung mempengaruhi kemampuan melunasi kewajiban dalam perspektif ke depan 5. Beban Utang mencakup pengukuran tingkat, struktur dan pengelolaan utang yang cenderung berpengaruh terhadap kemampuan keuangan dalam prespektif ke depan (forward looking), yaitu beban utang dan bunga terhadap sumber daya keuangan yang ada 6. Kewajiban Kontijensi kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. 57

58 58

59 3.4. Prosedur Penyiapan KPBU AP Maksud Hasil Penyiapan dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan definitif mengenai dapat atau tidaknya PJPK melanjutkan rencana penggunaan skema Pembayaran AP pada Proyek KPBU yang bersangkutan, penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana, dan rencana Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah. 1. Dokumen Prastudi Kelayakan, yang terdiri dari Kajian Awal dan Kajian Akhir 2. Dokumen ancangan Perjanjian KPBU dan Komitmen Pelaksanaan Pembayaran AP. 59

60 60

61 Penjelasan Prosedur Penyiapan 1. PJPK dapat mengajukan fasilitas Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah kepada Kementerian Keuangan 2. PJPK menyiapkan penetapan lokasi KPBU dan dokumen kajian lingkungan hidup 3. Hasil PraFS dan FS disampaikan kepada Mendagri (oleh Gubernur selaku PJPK), atau disampaikan kepada Gubernur (oleh Bupati/ Walikota selaku PJPK) untuk mendapat pertimbangan kesesuaian dengan RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS, dan kelayakan kemampuan keuangan daerah. Output Tahap Penyiapan: Dokumen PraFS dan FS Kajian Lingkungan Hidup/Amdal Penetapan Lokasi Pengajuan Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Proyeksi Lengkap Perhitungan Pembayaran Skema AP Surat Konfirmasi Final 61

62 62

63 3.6. Prosedur Pembayaran Berkala AP Alokasi Dana Pengguna Anggaran Pencairan Dana PJPK menganggarkan dana Pembayaran AP dalam APBD. Dana Pembayaran AP dilakukan secara berkala pada setiap tahun anggaran selama jangka waktu yang diatur dalam Perjanjian KPBU dan dianggarkan dalam APBD pada kelompok belanja langsung serta diuraikan pada jenis, objek dan rincian objek belanja barang dan jasa pada SKPD berkenaan (Permendagri 96/2016 ps 35). PJPK menunjuk Satuan Kerja Perangkat Daerah berkenaan selaku PA (Permendagri 96/2016 ps 36). Pencairan belanja jasa layanan atas Pembayaran AP dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus sesuai dengan kesepakatan dalam Perjanjian KPBU (Permendagri 96/2016 ps 42). 63

64 64

65 Penjelasan Prosedur Pembayaran Berkala AP SKPD memastikan rencana KPBU tercakup dalam RPJMD, RKPD, KUA-PPAS PA melakukan pembayaran setelah mendapat persetujuan PJPK PA mengajukan Surat Penyediaan Dana kepada PPKD sebagai dasar penerbitan SP2D pembayaran AP kepada BUP KPBU SKPD mengalokasikan dana pembayaran AP dalam RKA- SKPD, dan menganggarkannya dalam DPA-SKPD dalam kelompok belanja langsung, dilakukan sebelum fasilitas KPBU beroperasi Besaran pembayaran/kewajiban disesuaikan dengan perjanjian KPBU. Pembayaran dilakukan berkala sesuai pencapaian output dan target kinerja Pencairan SP2D oleh BUP KPBU Kepala Daerah selaku PJPK menunjuk PA untuk melaksanakan pembayaran BUP mengajukan permohonan pembayaran AP setelah kontruksi selesai dan fasilitas/layanan siap beroperasi 65

66 IV. Penerapan Skema AP Pada KPBU sektor PUPR 66

67 4.1. Struktur AP untuk KPBU Sektor Jalan Lingkup KPBU: merancang, membangun, membiayai dan memelihara, atau hanya melakukan pemeliharaan jalan (DBFOM atau DBFM) Sumber pembiayaan: APBN Kriteria ketersediaan: ruas jalan Indikator kinerja: kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, faktor keselamatan Formula pembayaran: Capex + Opex + ROI Availability Payment = Jangka Waktu Pengembalian AP MAP = AP - Penalti Faktor pengurang pembayaran (penalti) diformulasikan berdasar indikator kinerja layanan 67

68 4.2. Struktur AP untuk KPBU Sektor Persampahan Lingkup kerjasama: pengangkutan sampah atau pengelolaan akhir (DBFOM) Sumber pembiayaan: APBD Kriteria ketersediaan: beroperasinya fasilitas pengangkutan atau pengolahan sampah Indikator Kinerja: %pengangkutan sampah, kualitas pengolahan sampah, %penanganan gas Formula pembayaran: Capex + Opex + ROI Availability Payment = Jangka Waktu Pengembalian AP MAP = AP - Penalti Faktor pengurang pembayaran (penalti) diformulasikan berdasar indikator kinerja layanan 68

69 4.3. Struktur AP untuk KPBU Sektor Pengolahan Limbah Lingkup kerjasama: mendesain, membangun, membiayai, pengoperasian dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Sumber pembiayaan: APBD Kriteria ketersediaan: beroperasinya IPAL Indikator kinerja: Kualitas pengolahan limbah, %penduduk dilayani Formula pembayaran: Capex + Opex + ROI Availability Payment = Jangka Waktu Pengembalian AP MAP = AP - Penalti Faktor pengurang pembayaran (penalti) diformulasikan berdasar indikator kinerja layanan 69

70 4.4. Struktur AP untuk KPBU Sektor Perumahan Lingkup kerjasama: mendesain, membangun, membiayai, pengoperasian dan pemeliharaan Sumber pembiayaan: APBD Kriteria ketersediaan: Tersedianya fasilitas perumahan dengan sarana pendukung. Indikator Kinerja: #unit perumahan, %penduduk dilayani, proteksi kebakaran, jalan lingkungan, fasum/fasos Formula pembayaran: Capex + Opex + ROI Availability Payment = Jangka Waktu Pengembalian AP MAP = AP - Penalti Faktor pengurang pembayaran (penalti) diformulasikan berdasar indikator kinerja layanan 70

71 4.5. Struktur AP untuk KPBU Sektor Air Minum Lingkup kerjasama: investasi pada salah satu atau kombinasi dari membangun, mengoperasikan dan memelihara unit air baku dan unit produksi, membangun unit distribusi, dan/atau mengadakan, mengoperasikan dan memelihara sistem teknologi operasi dan pemeliharaan Sumber pembiayaan: APBD Kriteria ketersediaan: Tersedianya fasilitas pengolahan air minum/air bersih. Indikator Kinerja: #produksi air bersih berkualitas, %penduduk dilayani Formula pembayaran: Capex + Opex + ROI Availability Payment = Jangka Waktu Pengembalian AP MAP = AP - Penalti Faktor pengurang pembayaran (penalti) diformulasikan berdasar indikator kinerja layanan 71

72 V. Q & A dan Rekomendasi 72

73 5.1. Q & A PERMASALAHAN Pemilihan mekanisme pembayaran AP dengan sumber pendanaan APBN/APBD tergantung pada kapasitas keuangan Pemerintah (Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah). Dalam proyek KPBU yang mengandalkan arus kas pembayaran AP, credit rating/kondisi pengelolaan keuangan PJPK untuk memenuhi komitmen menjadi faktor kritis dalam menentukan dan memperoleh pembiayaan bagi Mitra KPBU. STRATEGI MITIGASI Komitmen PJPK dalam mengalokasikan pendanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan akan meningkatkan kelayakan proyek KPBU berkenaan, menjadi bankable. Dengan kata lain, jika credit rating dinilai kurang bagus, maka BUP KPBU akan kesulitan mendapatkan investor dan mungkin proyek KPBU tersebut tidak bisa mencapai financial close; Memastikan bahwa komitmen pengalokasian pendanaan untuk Pembayaran Ketersediaan Layanan tertampung dalam perencanaan fiskal jangka panjang. Mengajukan Jaminan Pemerintah Melakukan kajian kemampuan keuangan PJPK 73

74 Q & A PERMASALAHAN Keterbatasan anggaran untuk melakukan proyeksi kebutuhan pembayaran AP. STRATEGI MITIGASI Melakukan kajian kemampuan keuangan PJPK secara menyeluruh untuk menghitung ruang fiskal yang tersedia dan mengelola alokasi belanja mengikat (mandatory spending) Melakukan re-prioritisasi program-program pembangunan infrastruktur dan menempatkan rencana KPBU sebagai prioritas. Melakukan realokasi pendanaan untuk program/kegiatan yang lebih prioritas. Mengkaji perpanjangan jangka waktu kerjasama sehingga besaran pembayaran setiap tahun lebih terjangkau Membatasi jumlah proyek KPBU dengan skema AP yang akan dilaksanakan 74

75 Q & A 75 PERMASALAHAN Pembayaran AP akan menjadi utang baru atau menambah utang. Menentukan formula perhitungan pembayaran AP STRATEGI MITIGASI Pembayaran AP tidak dapat dipandang sebagai utang, melainkan suatu kewajiban mengikat yang membutuhkan komitmen alokasi pendanaan dalam dokumen pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait berdasarkan kesepakatan dalam kontrak sepanjang masa kontrak penyediaan layanan berlaku. Komitmen pengalokasian pendanaan ini penting untuk menyakinkan investor/bu KPBU terhadap pengembalian investasi. Penetapan formula perhitungan pembayaran AP ditentukan oleh karakteristik proyek KPBU. Tidak ada formula perhitungan yang cocok untuk semua proyek KPBU. Secara umum faktor-faktor yang menentukan perhitungan pembayaran AP adalah: ketersediaan layanan dan tingkat kualitas layanan; Diperlukan pendefinisian yang jelas dan terukur terhadap ketersediaan layanan dan tingkat kualitas/kinerja agar formulasi perhitungan dapat ditetapkan secara adil; Sistem pemantauan yang efektif dan penetapan indikator kinerja yang jelas terkait kriteria ketersediaan dan tingkat layanan mutlak harus ada. Pemantauan yang efektif terhadap kinerja layanan menentukan perhitungan faktor pengurang pembayaran, yang pada akhirnya menentukan jumlah pembayaran AP. 75

76 Q & A PERMASALAHAN Apakah Skema AP bisa diterapkan untuk proyek KPBU yang sumber pembiayaannya tidak bersumber dari APBN/APBD? Apa saja persyaratan umum dan persyaratan khusus untuk skema AP? Proyek-proyek sektor apa saja yang dimungkinkan menggunakan skema pembayaran AP? STRATEGI MITIGASI Bisa. Pengembalian investasi pada skema AP dapat diperoleh dari userpay yang dipungut oleh Pemerintah/PJPK. Proyek Palapa Ring menggunakan skema AP, pembayaran bersumber dari dana USO. Demikian juga untuk proyek air minum, dan proyek-proyek lain yang mempunyai sumber pendapatan. Persyaratan umum (berdasar regulasi): Infrastruktur ekonomi dan sosial dengan manfaat utama untuk publik, yang pengembalian investasinya tidak diperoleh dari pembayaran pengguna layanan Persyaratan khusus: Kerjasama berjangka panjang, mencakup kontrak DBFOM Kajian Kemampuan fiskal Struktur KPBU Skema AP di Indonesia disiapkan dapat diterapkan untuk sektor jalan, pengolahan limbah, persampahan, air minum, perumahan, keretapi, pelabuhan, bandara, kelistrikan. 76

77 5.2. Rekomendasi untuk Perencana Proyek KPBU AP Menyusun kajian kemampuan fiskal PJPK dan rencana penggunaan skema AP yang dilengkapi dengan indikator kinerja layanan, untuk meningkatkan kepercayaan dan ketertarikan investor terhadap KPBU AP yang disusun. Pembahasan lebih lanjut terkait: - Besaran/prosentase ambang batas alokasi pendanaan pembayaran AP dalam DIPA - Besaran nilai proyek KPBU yang diperbolehkan menggunakan skema AP dengan sumber pendanaan dari APBN - Jangka waktu kerjasama KPBU, untuk menjaga kesinambungan kesehatan fiskal dan mengurangi beban fiskal dalam jangka panjang. 77

78 Rekomendasi dan Usulan Kepada Kementerian Keuangan Skema Pembayaran AP mensyaratkan komitmen alokasi pendanaan khusus untuk jangka waktu panjang. Perlu dipertimbangkan adanya persetujuan Menkeu c.q. DJA dalam Surat Komitmen Pelaksanaan Skema Pembayaran Ketersediaan Layanan sebagai afirmasi bagi PJPK serta meningkatkan prediktabilitas alokasi pendanaan pada bagian anggaran Kementerian PUPR Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan, diperlukan pengaturan khusus mengenai tatacara pembayaran ketersediaan layanan, sebagai dasar prosedur formal yang mencakup prosedur penganggaran, pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan 78

79 Rekomendasi Untuk KPBU-AP dengan Pembiayaan APBD Untuk meningkatkan kepercayaan investor, perlu dipertimbangkan bagi Kepala Daerah (PJPK) dengan menerbitkan Surat Komitmen Pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk melakukan pengalokasian Dana Pembayaran Ketersediaan Layanan secara berkala dalam APBD selama berlakunya kewajiban pembayaran AP sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian KPBU. Dalam Simpul KPBU sebaiknya terdapat untuk SKPD Pengelola Keuangan dan Aset Daerah untuk memperkuat penyusunan rencana penggunaan skema AP dan penyusunan kajian kemampuan fiskal. Setiap tahun Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD yang juga mengatur tentang Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah. Kapasitas Fiskal Daerah dikelompokkan dalam 4 kategori (sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah). Pengkategorian ini relevan dikaitkan dengan kemampuan pendanaan KPBU skema AP pada Pemerintah Daerah, sehingga bisa menjadi patokan/ambang batas untuk pembiayaan skema AP dengan sumber pendanaan APBD. Perlu pembahasan lebih lanjut diantara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan Bappenas. 79

80 Lampiran 80

81 Lampiran: Simulasi Perhitungan Pembayaran AP untuk KPBU Dengan Pembiayaan APBN 81

82 (dalam jutaan) Simulasi Perhitungan Skema AP/proyeksi (pembiayaan APBN) Pembayaran Tahun dasar Biaya investasi* masa konstruksi biaya OM* tidak ada masa kerjasama 20 tahun inflasi 3% 1,03 Perhitungan: (AP+OM) Penalti karena kinerja % 10% 5% MAP = AP - Penalti Selisih Uraian Pendanaan DIPA Belanja Modal (BM) pembiayaan PHLN program prioritas asumsi inflasi 4%** 1,04 pembayaran Ruang fiskal (RF) , , , , , , , ,53 pembayaran AP thd RF ( ) ( ) (94.200) (74.068) Perkiraan pendapatan , Perkiraan Pendapatan - AP ( ,00) (50.000) (50.000) (48.000) (49.500) (48.045) (49.636) (51.462) (52.167) (54.717) 82 *Asumsi perhitungan Biaya Investasi telah mencakup capex, debt service, pajak, ROI Asumsi biaya OM telah memperhitungkan operasional, biaya perbaikan, penggantian dan penyusutan MAP : Maksimum Pembayaran AP yaitu jumlah pembayaran setelah memperhitungkan capaian kinerja layanan ** sesuai asumsi inflasi APBN data-data keuangan dalam simulasi perhitungan AP ini bukan data riil yang sebenarnya. Kinerja diatas standar Kinerja standar minimal Kinerja dibawah standar 82

83 Simulasi Perhitungan Skema AP/proyeksi (pembiayaan APBN) Pembayaran Total Pembayaran % 100% 100% , , , , , , , , , , , (84.000) (84.000) (84.000) (62.091) (61.953) (60.872) (62.848) (64.884) (64.980) (67.140) (69.364) ( ) 83 kinerja 0 kinerja sesuai standar kinerja diatas standar 83

84 Lampiran: Simulasi Perhitungan Pembayaran AP Untuk KPBU Dengan Pembiayaan APBD 84

85 85

86 Simulasi Perhitungan Skema AP/proyeksi (pembiayaan APBD) (dalam jutaan) Pembayaran Tahun dasar Biaya investasi* masa konstruksi biaya OM* pembayaran asumsi inflasi 3%/thn 1,03 Perhitungan: (AP + OM) Penalti karena kinerja MAP = AP - Penalti Selisih Uraian Pembiayaan APBD Pendapatan APBD Pendapatan hibah DAK Dana Otsus Dana Penyesuaian - Dana Darurat - Belanja Pegawai Balanja Bunga Belanja mengikat lainnya asumsi inflasi 4%** 1,04 Ruang fiskal (RF) Pembayaran AP thd RF % Pembayaran AP thd RF 13,93% 16,98% 16,98% 16,99% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% Perkiraan Pendapatan Perkiraan Pendapatan - AP ( ) (60.000) (60.000) (60.000) (59.500) (60.045) (59.636) (61.275) (60.964) (59.703) (61.494) kinerja diatas standar kinerja sesuai standar *diasumsikan Biaya Investasi mencakup capex-opex-debt service-pajak-roi dan telah dianalisis dengan berbagai indikator keuangan Asumsi biaya OM telah memperhitungkan operasional, biaya perbaikan, penggantian dan penyusutan MAP : Maksimum Pembayaran AP yaitu jumlah pembayaran setelah memperhitungkan capaian kinerja layanan ** sesuai asumsi inflasi APBN data-data keuangan dalam simulasi perhitungan AP ini bukan data yang sebenarnya. 86

87 Simulasi Perhitungan Skema AP/proyeksi (pembiayaan APBD) Pembayaran Total Pembayaran % 10% 25% 25% 25% 50% 50% 50% 50% 50% ,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% 17,18% (63.172) (62.715) (55.397) (59.909) (63.466) (48.713) (50.815) (53.949) (58.118) (61.321) (95.122) (97.675) (98.306) (98.015) ( ) ( ) kinerja dibawah standar kinerja jauh dibawah standar kinerja standar minimal 87

88 88

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) DALAM APBD Oleh: Ir. BUDI ERNAWAN, MPPM Kasubdit

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No. 2024,2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemberian. Jaminan. Percepatan. Jalan Tol Sumatera. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/ PMK.08/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.07/2006 TENTANG TATACARA PENERBITAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PUBLIKASI INFORMASI OBLIGASI DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN PAPARAN PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU? Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 260 /PMK.08/2016 TENT ANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 260 /PMK.08/2016 TENT ANG MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR 260 /PMK.08/2016 TENT ANG. TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN PADA PROYEK KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

1 of 6 21/12/ :39

1 of 6 21/12/ :39 1 of 6 21/12/2015 14:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH 1 of 11 1/22/2013 2:37 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.07/2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PELAKSANAAN KPBU BIDANG PUPR

PEDOMAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PELAKSANAAN KPBU BIDANG PUPR PEDOMAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PELAKSANAAN KPBU BIDANG PUPR DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN PENJAMINAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 260/PMK.011/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENJAMINAN INFRASTRUKTUR DALAM PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 107/2000, PINJAMAN DAERAH *37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1 Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp LATAR BELAKANG PINJAMAN DAERAH Kebutuhan pendanaan infrastruktur sangat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PETIKAN q. PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN PINJAMAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

KAJIAN PINJAMAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK KAJIAN PINJAMAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK LATAR BELAKANG Keterbatasan sumber pembiayaan Peningkatkan pembangunan dan perekonomian daerah Pelayanan masyarakat MAKSUD DAN TUJUAN Untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com

PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH. Ilustrasi: https://www.cermati.com PINJAMAN OLEH PEMERINTAH DAERAH Ilustrasi: https://www.cermati.com I. Pendahuluan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai peran penting bagi Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK OLEH PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Jakarta, 14 September 2017 OUTLINE TUGAS DAN FUNGSI LKPP DALAM PENGADAAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 171

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH

PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1 OBLIGASI DAERAH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN DAERAH Sumber gambar erixonsihite.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENYUSUNAN RKA SKPD Sesi 10 Penyusunan RKA SKPD Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH...

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH... a b DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH... 2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah

Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah Obligasi Pemerintah Daerah : Alternatif Pendapatan Daerah http://ekbis.sindonews.com I. Pendahuluan II. Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial

Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Jakarta 31 Desember 2015 Pada bulan Maret 2015, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 ( Perpres

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN INVESTASI, KERJASAMA DAN PINJAMAN/UTANG BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 40 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SAR.ANA MULTI INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH A. PENGANTAR Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI DAERAH KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI DAERAH KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA Nomor : [NOMOR SURAT] [KOTA], [TGL, BLN, ] Sifat : [SIFAT SURAT] Lampiran : 5 (lima) Berkas Hal : Usulan Rencana Penerbitan

Lebih terperinci

Pengantar Obligasi Daerah

Pengantar Obligasi Daerah Pengantar Obligasi Daerah Dr. Ir. Perdana Wahyu Santosa, MM Email:perdana.ws@gmail.com PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI-TAHAP 3/LANJUTAN BAGI KARYAWAN BPKD PEMPROV DKI JAKARTA KERJASAMA LP3A FE UNPAD DAN PEMPROV

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 5 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1437, 2015 KEMENKEU. Obligasi Daerah. Penerbitan dan Pertanggungjawaban. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.07/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa Pinjaman Daerah merupakan Alternatif sumber Pembiayaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.07-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Definisi Akuntansi Sektor Publik menurut Bastian (2006:15) adalah sebagai berikut : Akuntansi Sektor Publik adalah

Lebih terperinci

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENELAAHAN, DAN PENETAPAN ALOKASI BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id 13 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PANDUAN UMUM PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 153/PMK.05/2008 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI,

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH Oleh: DR. MOCH ARDIAN N. Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH 2018 1 2 KEBIJAKAN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN/UTANG JANGKA PENDEK PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci