PROFESOR RISET PERTAMA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFESOR RISET PERTAMA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 MENGENAL LEBIH DEKAT Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, MP PROFESOR RISET PERTAMA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN YOGYAKARTA Pada hari Selasa, 6 September 2016 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Dr. Ir. Budi Leksono, MP. Hari itu adalah prosesi pengukuhan Prof. Riset bidang Pemuliaan Tanaman Hutan di Ruang Sudiarto, Kampus Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Bogor. Profesor Riset pertama di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta asal Pekalongan saat orasi pengukuhan Profesor Risetnya berjudul Seleksi Berulang pada Spesies Tanaman Hutan Tropis untuk Kemandirian Benih Unggul. Disela-sela kesibukanya, Maya Retnasari berhasil mewawancarai Prof. Riset ke-19 di BLI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berikut biodata dan hasil wawancara di Kantor B2P2BPTH Yogyakarta yang asri sebagai berikut: Tempat/Tanggal lahir: Pekalongan/ 15 Desember 1963 Istri: Masti ah Adi, S.Pd. Anak: 1. Alphytodia Ananta Pratama 2. Avicenia Dewanti Rintakasari 3. Canavalia Astriana Shavira Pendidikan: Strata 1: Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Strata 2: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Strata 3: Graduate School of Agricultural and Life Sciences, The University of Tokyo, Jepang Riwayat pekerjaan: : Staf pada Balai Pengujian dan Produksi Benih Sumatera Selatan, Palembang : Staf pada Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan, Bogor (Karya Siswa) : Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan, Yogyakarta : Peneliti pada Balai Teknologi Reboisasi Palembang, Pelembang : Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta : Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor 2009 sekarang : Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta

2 Maya: Bagaimana perasaan Bapak setelah mencapai gelar tertinggi menjadi seorang peneliti, yaitu Profesor Riset di BLI? Sebagai seorang peneliti, sudah semestinya kita bersyukur kepada Allah karena sudah mencapai puncak karir dengan perjalanan yang cukup panjang. Mudah-mudahan amanah ini memberikan berkah bagi negeri yang kita cintai ini, khususnya di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana kita mengabdi. Pencapaian ini juga dengan harapan akan mendorong semangat temanteman peneliti yang masih muda di BLI untuk dapat meraih hal yang sama, terutama yang di daerah (UPT BLI) karena ini kali pertama dari UPT BLI. Disamping itu juga untuk menyemangati anak-anak saya untuk terus belajar dengan baik tanpa mengenal umur dan waktu. Maya: Apa yang mendorong Bapak menekuni penelitian pemuliaan tanaman hutan? Bidang pemuliaan tanaman hutan mulai saya tekuni sejak bekerja pertama kali di Balai Pengujian dan Produksi Benih Sumatera Selatan (1988). Saat itu pimpinan saya mengajak kami untuk membangun kebun benih semai Acacia mangium di Kemampo (Sumatera Selatan), dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki. Dan ternyata sangat menarik, karena setelah membaca bukubuku pustaka tentang Pemuliaan Tanaman Hutan, benih unggul merupakan kunci keberhasilan program Hutan Tanaman pada era Hutan Tanaman ke depan. Pada saat itu belum banyak orang tertarik pada bidang pemuliaan karena memerlukan ketekunan dan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan benih unggul, sementara itu lebih banyak yang tertarik untuk menekuni hutan alam karena HPH masih sangat eksis, sebelum akhirnya mulai rusak. Tidak lama kemudian, saya ditugaskan untuk mengikuti kursus Pemuliaan Pohon ( ) yang diselenggarakan oleh Universitas Bengkulu (UNIB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejak itulah saya mulai mencintai bidang Pemuliaan Tanaman Hutan yang menjadi bagian dari tantangan pengembangan hutan tanaman di masa datang dan kita sudah jauh tertinggal dari negara-negara maju. Pada tahun yang sama (1991), alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kehutanan untuk melanjutkan studi S-2 pada Program Pasca Sarjana UGM, dan sejak saat itu dengan mantap saya memilih Pemuliaan Tanaman Hutan sebagai bidang studi yang saya tekuni dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Oemi Hani in Soeseno (almh) dan Dr. Eko Bhakti Hardiyanto. Selesai studi S-2 (1994) saya mengajukan diri sebagai peneliti di bidang Pemuliaan Tanaman Hutan, yang kebetulan Balai Litbang yang mempunyai tupoksi Pemuliaan Tanaman Hutan baru berdiri di Yogyakarta. Maya: Apakah kepakaran ini merupakan cita-cita Bapak waktu kecil? Kalau dibilang cita-cita diwaktu kecil, saya kira tidak. Karena diwaktu kecil bapak saya sering menimang saya agar kelak menjadi dokter. Tapi perjalanan waktu, selepas pendidikan SMA ibu saya yang kebetulan bekerja di Dinas Pertanian, memberikan arahan kepada saya bahwa ke depan Kehutanan dan Pertanian merupakan dunia pekerjaan yang banyak bersentuhan dengan kepentingan masyarakat dan mempunyai tantangan yang luar biasa untuk kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, 2 bidang tersebut yang menjadi pilihan saya. Dan karena saya diterima di fakultas Kehutanan UGM, maka saya yakin Allah telah menunjukkan yang terbaik buat saya. Maya: Bagaimana kiat-kiat dalam mencapai gelar tertinggi seorang peneliti ini? Saya masuk di dunia penelitian tidak dari awal bekerja di Kementerian Kehutanan, namun setelah golongan III/b dan selesai dari studi S-2, untuk kemudian saya mengajukan diri sebagai peneliti. Sehingga menjadi peneliti adalah pilihan bagi saya. Dengan bekal pengalaman dan pendidikan yang saya miliki, serta selalu berusaha mendekatkan diri pada Ilahi, maka saya selalu mencoba menekuni pekerjaan dengan senang hati dan mencoba berbuat sesuatu agar memberikan manfaat kepada

3 masyarakat. Alhamdulillah sejak awal bekerja di Litbang, penelitian yang saya lakukan untuk menjawab kebutuhan benih unggul pada era pembangunan HTI dalah dengan cara mengajak kerja sama dengan para pelaksana HTI. Langkah ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang saya lakukan bisa langsung diaplikasikan oleh pengguna. Selain itu, pola penelitian dengan bekerjasama atau berorientasi pada kebutuhan pengguna akan menuntut kita bekerja dengan baik karena harus menghasilkan progres yang juga dapat dipublikasikan pada jurnal maupun prosiding. Dari penelitian yang kami lakukan, pada generasi pertama ( ) bekerjasama dengan 4 HPHTI dan memasuki generasi kedua ( ) meningkat dengan 9 HPHTI. Hasil kerjasama tersebut selain menghasilkan karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal maupun prosiding (nasional dan internasional) juga diterbitkan dalam bentuk buku oleh Lambert Academic Publishing (LAB) di Jerman yang dipasarkan di Eropa dan Amerika. Setelah studi S-3 (2008), issue yang berkembang adalah masalah krisis energi dan sejak itu sampai dengan sekarang, saya menekuni bidang bioenergi untuk menghasilkan benih unggul dalam pengembangan hutan tanaman energi ke depan. Untuk mencapai puncak karir sebagai peneliti, selain harus rajin menulis dan menghasilkan karya nyata, tentu saja kita memerlukan bekal ilmu dan pengalaman sehingga hasilnya akan menjadi acuan bagi para pengguna. Oleh karena itu sebagai peneliti jangan bosan belajar dan belajar, serta menuangkan hasil karyanya dalam bentuk tulisan ilmiah. Jangan mudah puas dengan ilmu yang sudah kita peroleh, tapi berusaha selalu meningkatkan pengetahuan dengan banyak membaca maupun mengikuti pelatihan/ training sesuai dengan bidang yang kita tekuni, yang dapat menginspirasi penelitian dan karya imiah yang kita lakukan. Sejak memasuki dunia penelitian, alhamdulilllah saya banyak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti training sehingga bisa diksusi dan belajar langsung dengan para pemulia (breeder) terkenal di negara-negara yang maju di bidang pemuliaan tanaman hutan, seperti: Australia (1995), Malaysia (2000), Afrika Selatan (2000), Jepang (2003), dan Amerika (2014). Pengalaman juga dapat kita peroleh dengan bekerjasama para pihak/ pengguna dan mengikuti seminar atau konggres internasional yang selalu mengagendakan in congress tour/field trip dalam rangkaian kegiatan tersebut. Menumbuhkan tantangan dan kompetisi positif dalam diri peneliti, menurut saya sangat penting sehingga memacu kita untuk berprestasi lebih baik dan meraih apa yang kita harapkan selain bisa menambah komunikasi dengan peneliti dari luar negeri. Hal tersebut bisa kita lakukan saat ada kesempatan untuk submit abstrak dan mendapatkan fellowship/sponsorship dalam mengikuti event internasional serta proposal pada kompetisi hibah penelitian dan penerimaan penghargaan. Dengan mencoba hal tersebut, alhamdulillah telah mendapatkan kesempatan mengikuti even internasional dengan mengirimkan abstrak ke IUFRO Conference di Queensland, Australia (1996), mengikuti IUFRO World Congress ke 23 di Seoul, Korea Selatan (2010) dan IUFRO World Congress ke 24 di Salt Lake City, USA (2014); IUFRO Eucalypt Conference di Zhanjiang, China (2015) dan akan mengikuti IUFRO Regional Congress for Asia and Oceania di Beijing, China (2016). Selain itu juga mendapatkan beberapa penghargaan, seperti: Peripi Muda Awards dari PERIPI (Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia) tahun 2001, Pemulia tanaman Acacia dan Eucalyptus F-1 dan F-2 dari Menteri Kehutanan (2004, 2013, 2015), Peneliti Utama Terbaik dari Menteri Kehutanan (2013), Anugerah Sobat Bumi dari Pertamina Foundation (2014), Peneliti Berprestasi dari Menteri Kehutanan (2014), Pertamina Awards 2014 dari PT. Pertamina (Persero) dan Nominatior Penerima Penghargaan Energi Ke-5 tahun 2015 dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kategori Prakarsa Energi. Sebagai seorang peneliti yang memperoleh kesempatan dapat naik jabatan fungsional setiap tahun dan kenaikan pangkat setiap 2 tahun, maka sebaiknya kesempatan tersebut harus kita raih agar dapat mencapai puncak karir dalam waktu yang lebih singkat. Dalam tingkatan jabatan fungsional yang sebetulnya terdapat 9 tingkatan (Peneliti Pertama III/a sd Peneliti Utama IV/e), maka untuk kenaikan jabatan fungsional setiap 2 tahun memerlukan waktu 18 tahun. Apabila setiap tingkatan jabatan fungsional diperoleh lebih dari 2 tahun atau bahkan 4 tahun sekali, mungkin tidak akan sampai pada puncak karir. Untuk itu, seorang peneliti perlu memanage waktu dengan baik agar dapat meraih kenaikan jabatan fungsional lebih cepat termasuk dalam managemen dokumen penelitian. Alhamdulillah, saya pernah melewati 1 dan 2 jabatan fungsional, sehingga kenaikan pangkat reguler akan mengikuti jabatan fungsional setiap 2 tahun. Namun untuk sukses dalam pekerjaan, tidak cukup hanya berbekal pendidikan tinggi, pengalaman dan ketekunan, akan tetapi juga harus ikhlas dan senantiasa berusaha untuk berbuat yang terbaik sehingga insyaa Allah akan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat.

4 Maya: Apa pendapat Bapak tentang peran pemuliaan tanaman hutan ini dalam pembangunan sektor kehutanan? Dalam pembangunan kehutanan yang berbasis tanaman hutan, maka benih unggul memegang peranan penting dalam menghasilkan tanaman dengan tujuan tertentu, seperti: meningkatkan produktivitas hutan dengan daur yang lebih pendek, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit serta toleran pada kondisi lingkungan yang ekstrim, bahkan untuk tujuan yang sangat spesifik seperti untuk bentuk batang yang mempunyai nilai seni tinggi dan kesehatan manusia dengan kandungan polen yang rendah. Benih unggul tersebut hanya dihasilkan melalui program pemuliaan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Untuk itu dalam program pembangunan hutan tanaman sejak awal sudah seharusnya dipersipakan perencanaan yang matang, terutama dalam kesediaan benih unggul dari species yang akan dikembangkan. Dengan demikian pengembanalian investasi pembangunan hutan tanaman yang tidak sedikit akan segera kembali dan membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegagalan program penanaman HTI pada rotasi pertama sekitar tahun 1990 an, salah satunya adalah akibat dari kesalahan dalam pemilihan jenis maupun sumber benih yang digunakan sebagai materi tanaman. Hal ini dikarenakan pada saat itu, belum banyak tersedia sumber benih dengan kualitas yang memadai dan terbatasnya informasi ketersediaan benih unggul dari jenis-jenis yang akan dikembangkan, sehingga banyak digunakan benih yang tidak diketahui asal-usulnya. Kesesuaian jenis-jenis pohon yang akan dibudidayakan dengan kondisi tempat tumbuh yang tersedia dalam areal hutan tananam, baik yang bersifat potensial maupun aktual, mempunyai peranan yang penting dalam menjamin keberhasilan pembangunan hutan. Sumber benih yang akan menghasilkan benih unggul tersebut dapat terpenuhi melalui program pemuliaan tanaman hutan. Maya: Apakah peran pemuliaan tanaman hutan sudah berjalan dengan baik? Pada awal tahun 1990 saat program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dicanangkan, belum semua pelaksana HTI familer dengan benih unggul dan bahkan menilai sangat mahal harganya, sehingga banyak diantara mereka menggunakan benih asalan yang tidak diketahui kualitasnya. Demikian juga masyarakat umum pada pembangunan Hutan Rakyat (HR), pemahaman akan pentingnya benih unggul dan program pemuliaan tanaman hutan dirasa tidak mungkin dilakukan, apalagi aplikasi bioteknologi dengan teknik kultur jaringan dan genetika molekuler. Pada saat itu, kami dari BBPPBPTH Yogyakarta mulai mengenalkan pemuliaan tanaman hutan dan mulai melakukan kerjasama dengan beberapa HTI yang menyadari pentingnya benih unggul untuk program pembangunan Hutan Tanaman. Pada dekade terakhir ini, kesadaran para pelaku usaha maupun masyarakat dalam menggunakan benih unggul untuk membangun HTI, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan HR semakin meningkat, seiring dengan kegiatan pemuliaan tanaman hutan yang berkembang sangat pesat diikuti dengan aplikasi bioteknologi. Selain itu peneliti maupun praktisi yang menekuni bidang pemuliaan dan bioteknologi semakin meningkat, demikian pula fasilitas laboratorium untuk mendukung program pemuliaan sudah banyak dimiliki oleh instansi pemerintah maupun swasta. Bahkan produsen bibit tanaman hutan, saat ini sudah melakukan perbanyakan bibit secara masal dari klon-klon unggul hasil pemuliaan tanaman hutan melalui teknologi kultur jaringan, dan benih unggul tersebut untuk tujuan komersial secara ekonomi juga sudah menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya benih unggul hasil pemuliaan tanaman hutan dalam program pembangunan hutan tanaman sudah menjadi suatu keniscayaan. Untuk memacu ketersediaan dan kemandirian benih unggul di seluruh Indonesia, Badan Litbang dan Inovasi (BLI) melaksanakan program pembangunan sumber benih spesies unggulan lokal pada 15 UPT BLI dari tahun 2010 hingga tahun Dan mulai tahun 2015, Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) juga mengembangkan kebun benih Semai (KBS) dan Kebun Benih Klon (KBK) dengan spesies prioritas pada dua wilayah Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) di 6 region Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ( ).

5 Maya: Apakah B2P2BPTH Yogyakarta sudah berkonstribusi secara nyata? Sejak B2P2BPTH Yogyakarta berdiri pada tahun 1994, penelitian yang dilakukan sudah fokus pada penyediaan IPTEK dalam pengadaan benih unggul untuk species prioritas sesuai dengan kebutuhan pengguna secara nasional. Sehingga Untuk mengantisipasi kegagalan penanaman HTI pada rotasi berikutnya, B2P2BPTH mulai membuat program pemuliaan untuk spesies tanaman hutan tropis yang akan dikembangkan. Pada saat itu, sebagian besar perusahaan HTI produknya diarahkan untuk industri pulp dan kertas, sehingga strategi pemuliaan suatu spesies, dibangun untuk tujuan tersebut disamping untuk HR. Dua puluh spesies tanaman hutan tropis yang dijadikan pedoman dalam pembangunan HTI, tidak sepenuhnya dapat diaplikasikan dalam skala luas, bukan saja karena tujuan pengusahaan cenderung pada satu produk saja, tapi juga dikarenakan tapak untuk pengembangan HTI tidak hanya pada lahan mineral yang tidak produktif (lahan alang-alang) tetapi juga pada hutan sekunder dan lahan gambut. Awal tahun 1990, KBS generasi pertama (F-1) untuk A. mangium, A. crassicarpa dan E. pellita dibangun menggunakan materi genetik dari provenan terbaik (Queensland, Papua Nugini dan Indonesia) untuk menghasilkan peningkatan genetik yang tinggi. Sebagai bahan untuk rekomendasi nasional, KBS dibangun di beberapa tapak pengembangan HTI bekerjasama dengan perusahaan HTI di Sumatera dan Kalimantan sebagai sentra pengembangan HTI. KBS F-1 tersebut menghasilkan benih unggul pada awal tahun 2000 dan digunakan sebagai materi tanaman pada rotasi kedua baik oleh perusahaan HTI yang membangun KBS maupun pada perusahaan HTI yang lain. Pemuliaan dilanjutkan dengan pembangunan KBS generasi kedua (F-2) dengan menggunakan materi genetik dari pohon plus hasil seleksi pada KBS F-1 untuk meningkatkan perolehan genetik yang lebih tinggi. Benih unggul dari KBS F-2 mulai digunakan pada pertengahan periode Saat ini telah memasuki KBS generasi ketiga (F-3). Disamping itu jenis kayu putih juga dikembangkan dan telah menghasilkan benih unggul dari KBS F-1 lebih dari satu dekade, dan saat ini telah memasuki generasi kedua (F-2). Benih unggul hasil pemuliaan A. mangium, E. pellita dan M. cajuputi dari KBS (F-1) di atas, telah dilepas oleh Menteri Kehutanan pada tahun Benih tersebut merupakan benih unggul tanaman hutan yang pertama kali dilepas di Indonesia. Pada tahun 2013, benih unggul dari KBS A. mangium dan E. pellita (F-2) kembali dilepas Menteri Kehutanan dan pada tahun 2015 benih unggul A. auriculiformis (F-2) dan klon unggul T. grandis dilepas oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penelitian tersebut dilakukan dengan pola kerjasama antara B2P2BPTH Yogyakarta dengan perusahaan HTI, Pemerintah Daerah dan Produsen Benih. Dalam upaya mewujudkan kemandirian benih unggul tanaman hutan, pembentukan jaringan kerja di lingkungan pemuliaan tanaman hutan juga dibentuk dengan nama Jaringan Kerja Pemuliaan Pohon Hutan (JKPPH)" yang dideklarasikan pada tahun 2001 dan dikoordinasikan oleh B2P2BPTH Yogyakarta dengan 9 perusahaan HTI dalam pembangunan KBS F-1 dan KBS F-2 untuk spesies akasia dan ekaliptus. Disamping itu B2P2BPTH juga melakukan pendampingan dalam program pembangunan sumber benih spesies unggulan lokal pada 15 UPT BLI serta pengembangan KBS dan KBK dengan spesies prioritas pada dua wilayah BPTH di 6 region Indonesia. Saat ini kerjasama denga para pihak terus dilakukan dengan pengembangan species prospektif guna menghasilkan benih unggul untuk industri kayu (pertukangan, pulp, energi) dan non kayu (pangan, energi, obat-obatan/kosmetik). Maya: Apa yang harus dibenahi di B2P2BPTH Yogyakarta agar konstribusinya bisa lebih baik? Kebutuhan IPTEK dalam pengadaan benih unggul tentu saja sangat dinamis sesuai dengan issue yang berkembang di masa yang akan datang. Selama ini penelitian yang dilakukan di B2P2BPTH Yogyakarta sudah mengikuti kebutuhan benih unggul dari species yang diprioritaskan untuk kebutuhan benih unggul nasional dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Roadmap Litbang Kehutanan yang telah dibuat dalam kurun waktu 15 tahun ( ), yang didalamnya memuat

6 target capaian produktivitaas hutan yang dihasilkan untuk setiap tujuan industri kehutanan, perlu dilakukan penyesuaian agar pada saat diperlukan, IPTEK maupun benih unggul sudah tersedia. Sekarang dan dimasa yang akan datang, disamping benih unggul, masalah hama dan penyakit serta kondisi lingkungan yang ekstrim sebagai dampak dari perubahan iklim memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Untuk itu, program akselerasi peningkatan kualitas benih hendaknya dipadukan dengan teknik-teknik yang lebih modern. Aplikasi bioteknologi melalui rekayasa genetik dan pemuliaan molekuler untuk menghasilkan benih unggul dengan produktivitas tinggi dan resisten atau toleran terhadap hama dan penyakit serta adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan ekstrim, merupakan pilihan bagi pemulia tanaman hutan guna mempercepat proses pemuliaan dan perakitan varietas baru. Itulah tantangan yang harus segera diantisipasi untuk program pemuliaan tanaman hutan di masa datang. Maya: Apa pesan-pesan kepada peneliti muda agar bisa mengikuti jejak Bapak meraih gelar ini? Peneliti muda merupakan pemegang estafet peneliti dimasa datang sehingga merupakan harapan bangsa dalam menelurkan berbagai inovasi dan solusi bagi permasalahan bangsa, khususnya di dunia kehutanan yang masih banyak tantangan dan membutuhkan karya ilmiah yang akan menjadi dasar kebijakan negara. Oleh karena itu, seorang peneliti harus dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar dapat menghasilkan temuan-temuan baru dan konsisten dalam penelitiannya serta sesuai bidang kepakarannya. Untuk itu perlu mengikuti informasi terkini (state of the art) dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya serta tantangan yang akan dihadapi dimasa datang, sehingga perlu mempersiapkan IPTEKnya sejak dari sekarang. Yang sering dilupakan oleh para peneliti dalam melakukan penelitian adalah tidak membuat master plan atau research planning dengan target output pada setiap milestone (5 tahunan). Hal tersebut sangat diperlukan agar tahapan penelitian baik yang harus dilakukan dapat direncanakan dengan dan memacu penelitian dengan berbagai sumber dana yang memungkinkan untuk mencapai goal yang dicanangkan. Goal dari penelitian seharusnya merupakan cita-cita yang akan menjadi kepuasan batin seorang peneliti. Untuk itu seorang peneliti harus mampu menjadi research manager dalam menjalankan penelitian dan sekaligus menjadi public relation untuk menawarkan hasil penelitiannya kepada pengguna. Keberhasilan dari penelitian yang dilakukan adalah melalui suatu proses yang terkadang memerlukan waktu cukup lama, sehingga memerlukan ketekunan dan keberlanjutan. Kegagalan dalam melakukan penelitian terkadang bisa terjadi, namun sebagaimana pepatah Kegagalan adalah sukses yang tertunda maka jangan mudah menyerah dan selalu semangat dalam meraih keberhasilan. Belajar untuk mencapai pendidikan tertinggi dan meningkatkan pengetahun melalui pendidikan non formal juga merupakan fondasi yang kuat, sangat diperlukan bagi seorang peneliti. Untuk itu raihlah pendidikan setinggi mungkin dan mencarilah pengetahuan sebanyak mungkin, karena ilmu tidak akan hilang, tapi akan selalu melekat pada diri kita dimanapun kita berada. (MY) Editor : Lukman Hakim

7

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat tumbuh yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan musim kering tidak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini, industri pulp dan kertas di Indonesia berkembang pesat sehingga menyebabkan kebutuhan bahan baku meningkat dengan cepat. Sementara itu,

Lebih terperinci

KODEFIKASI RPI 9. Pemuliaan Tanaman Hutan

KODEFIKASI RPI 9. Pemuliaan Tanaman Hutan KODEFIKASI RPI 9 LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 2014 PEMULIAAN TANAMAN HUTAN Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh: Kepala Pusat, Koordinator, Dr. Bambang Trihartono,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jabon merah ( Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang cepat tumbuh (fast growing species) dan relatif tahan terhadap

Lebih terperinci

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 Program Kementerian Kehutanan saat ini banyak bermuara pada kegiatan rehabillitasi hutan dan lahan serta kegiatan

Lebih terperinci

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN Tujuan Menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi dalam mendukung kemandirian KPH Sasaran Tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. adalah sengon (Falcataria moluccana). Jenis ini dipilih karena memiliki beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu program untuk penyediaan kayu dalam jumlah cukup, berkualitas baik secara terus menerus dan lestari. Salah

Lebih terperinci

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK Oleh : TERIMA Ir. Nana Suparna KASIH Ketua Bidang Produksi Hutan Tanaman APHI Disampaikan dalam acara : Workshop Pembangunan Sumber Benih : Pemanfaatan Benih

Lebih terperinci

SINTESA RPI RPI - 10 BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

SINTESA RPI RPI - 10 BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN SINTESA RPI RPI - 10 BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN Koordinator: Budi Leksono LUARAN (OUTPUT) 1. IPTEK pengadaan benih unggul untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell merupakan salah satu tanaman kehutanan penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia

Lebih terperinci

Oleh : Mohammad Na iem. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Oleh : Mohammad Na iem. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Oleh : Mohammad Na iem SISTEM PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Perguruan Tinggi, Universitas Masy. Silvikultur Mapeki LIPI Instansi lain terkait Dinas Kehutanan Litbang Kehutanan Breeding, Pemuliaan, Silvikultur

Lebih terperinci

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Latar Belakang Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Acacia mangium merupakan salah satu spesies Acacia yang tumbuh secara luas di daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini ditanam dengan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1

PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1 PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1 Arif Irawan 2, Budi Leksono 3 dan Mahfudz 4 2,4 Balai Penelitian kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kel. Kima Atas, Kec. Mapanget Manado, E-mail : arif_net23@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat

Lebih terperinci

SELEKSI BERULANG PADA SPESIES TANAMAN HUTAN TROPIS UNTUK KEMANDIRIAN BENIH UNGGUL

SELEKSI BERULANG PADA SPESIES TANAMAN HUTAN TROPIS UNTUK KEMANDIRIAN BENIH UNGGUL ORASI PENGUKUHAN PROFESOR RISET BIDANG PEMULIAAN TANAMAN HUTAN SELEKSI BERULANG PADA SPESIES TANAMAN HUTAN TROPIS UNTUK KEMANDIRIAN BENIH UNGGUL OLEH: BUDI LEKSONO KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pinus merkusii merupakan spesies pinus yang tumbuh secara alami di Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman P. merkusii banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BPTPTH

STRUKTUR ORGANISASI BPTPTH BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTPTH) Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105. Bogor-Indonesia 16001 Telp./Fax : +62 251 8327768 http: //www. bptpbogor.litbang.go.id STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN

KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TIMUR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXV TAHUN, 2015 KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN INSTANSIONAL BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. Namun akhir-akhir ini ekosistem hutan luasnya sudah sangat berkurang. Melihat hal ini pemerintah menggalakkan

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

27/05/2015. Bogor, 26 Mei 2015

27/05/2015. Bogor, 26 Mei 2015 Bogor, 26 Mei 2015 1. RPPI Sebagai Instrumen Program menjawab IKK 2. Skema dan Format RPPI 3. Aspek Integratif RPPI dan Kegiatan Multiyears 4. Problem Statement dan State of The Art 5. Lokus dan Fokus

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map) 19 IV. KONDISI UMUM 4.1 Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) adalah bagian dari Asia Pasific Resources International Holdings Limitied (APRIL) Group, perusahaan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN DESA MITRA (PPDM)

PROGRAM PENGEMBANGAN DESA MITRA (PPDM) MULTI TAHUN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA MITRA (PPDM) YOHANA S. KUSUMA DEWI 089647892831 yohana@ps-itp.untan.ac.id WORKSHOP PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LPPKM UNTAN, 31 MARET 1 APRIL 2017 MOTIVASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kayu meningkat setiap tahun, sedangkan pasokan yang dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu dunia diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.704, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Bakti Sarjana. Kehutanan. Pembangunan Hutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.30/MENHUT-II/2013 TENTANG BAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. F) merupakan salah satu jenis penghasil kayu pertukangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk berbagai macam keperluan pertukangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat banyak dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam

Lebih terperinci

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014 RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, 19-20 NOPEMBER 2014 Seminar Nasional Benih Unggul untuk Hutan Tanaman, Restorasi

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PROGRAM KERJA FAKULTAS PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, Mei 2004 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Yogyakarta, 26-27 Mei 2004 Para Pejabat eselon I dan II lingkup Badan Ltbang Pertanian, Para peneliti dan penyuluh,

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan EDARAN KE DUA Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II Tema: Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan BUKITTINGGI, 9-11 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JL. RAGUNAN 29, PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN 2011 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan rakyat telah menjadi bagian yang sangat penting dalam perkembangan dunia kehutanan dewasa ini. Di Pulau Jawa khususnya, perkembangan hutan rakyat dirasakan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Haryono KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan EDARAN KE DUA Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II Tema: Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan BUKITTINGGI, 16-18 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERUBAHAN PROGRAM STUDI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERUBAHAN PROGRAM STUDI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PERUBAHAN PROGRAM STUDI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA DARI EMPAT PROGRAM STUDI: NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK, PRODUKSI TERNAK, SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN, DAN TEKNOLOGI HASIL TERNAK MENJADI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROGRES PEMBANGUNAN SUMBER BENIH

PROGRES PEMBANGUNAN SUMBER BENIH PROGRES PEMBAGUA SUMBER BEIH 2010-2013 PROGRAM Prgram Kementerian Kehutanan: Penanaman Satu Milyar Phn Prgram Badan Litbang Kehutanan: Pembangunan Sumber Benih Jenis Unggulan Lkal di Setiap UPT Balitbanghut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

KEBUN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (KP4) UNIVERSITAS GADJAH MADA: Menelisik Perkembangan Kelembagaan Berdasar Arsip.

KEBUN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (KP4) UNIVERSITAS GADJAH MADA: Menelisik Perkembangan Kelembagaan Berdasar Arsip. KEBUN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (KP4) UNIVERSITAS GADJAH MADA: Menelisik Perkembangan Kelembagaan Berdasar Arsip 1 Zaenudin TELISIK Sejarah KP4 Kebun Pendidikan, Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI Dr. Ir. Adang Agustian, MP PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Oleh: Samaun Samadikun Makalah disampaikan dalam seminar : Penerapan Teknologi Digital

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Pembangunan aparatur negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KODE JUDUL: X-130 PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN Perekayasa/ Peneliti: Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, MSc Ir. M. Hidayat Ir. D.A.Budiman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P.03/V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA UNTUK KEGIATAN PENANAMAN MASSAL DALAM RANGKA PROGRAM GREEN SCHOOL

Lebih terperinci

Proses penyusunan RPPI Kebijakan Penyusunan dan Profil RPPI Arahan Pimpinan untuk RPPI Implikasi RPPI terhadap IKK Rekomendasi dan Tindak

Proses penyusunan RPPI Kebijakan Penyusunan dan Profil RPPI Arahan Pimpinan untuk RPPI Implikasi RPPI terhadap IKK Rekomendasi dan Tindak Proses penyusunan RPPI 2015-2019 Kebijakan Penyusunan dan Profil RPPI Arahan Pimpinan untuk RPPI Implikasi RPPI terhadap IKK Rekomendasi dan Tindak Lanjut 2 1 Isu Aktual atau Lokal Kebutuhan Eselon 1 Road

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat 2016-2020 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Kata Pengantar Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri

Lebih terperinci

Organisasi Sumber Daya Manusia

Organisasi Sumber Daya Manusia Organisasi Sumber Daya Manusia Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam jumlah relatif besar yaitu 7.780 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.344 orang (42,%) adalah tenaga

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

Yayat Hidayat, Ir. MSi Sopandi Sunarya, Ir. MSi Susana P. Dewi, Ir. MSi Alimudin Yusuf, Ir. MP

Yayat Hidayat, Ir. MSi Sopandi Sunarya, Ir. MSi Susana P. Dewi, Ir. MSi Alimudin Yusuf, Ir. MP TIM PENGAJAR : Yayat Hidayat, Ir. MSi Sopandi Sunarya, Ir. MSi Susana P. Dewi, Ir. MSi Alimudin Yusuf, Ir. MP POKOK BAHASAN 1. KONSEP UMUM PEMULIAAN POHON 2. KERAGAMAN GENETIK DAN KEGUNAANNYA 3. POLYPLOIDI

Lebih terperinci

Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida

Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida 1 Pengembangan Hutan Tanaman 1 Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida paya untuk membangun hutan tanaman yang berproduktivitas Utinggi dan menghasilkan kualitas kayu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyedia bahan baku untuk industri kayu nasional dan peningkatan. ketahanan pangan masyarakat di desa sekitar hutan.

I. PENDAHULUAN. penyedia bahan baku untuk industri kayu nasional dan peningkatan. ketahanan pangan masyarakat di desa sekitar hutan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan tanaman hutan Jati di Jawa khususnya di Perum Perhutani merupakan pengembangan komoditas di bidang kehutanan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis L.f) tumbuh secara alami di seluruh Asia Tenggara dan merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar internasional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP BAB V. PENUTUP Sekretariat Badan Litbang Pertanian sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur Badan Litbang Pertanian, pada tahun 2014 mengimplementasikan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013) Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013) Muhammad Satriadi, S.P. Pengendali Ekosistem Hutan Pertama BPTH Bali dan Nusa Tenggara Intisari

Lebih terperinci

INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN. Deskripsi Diri IDENTITAS DOSEN

INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN. Deskripsi Diri IDENTITAS DOSEN LAMPIRAN P.V INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN Deskripsi Diri IDENTITAS DOSEN 1. Nama Dosen yang diusulkan : DR. Ir. ABDUL KALIM M.Sc (Nick Name) 2. NIP/NIK/NRP : 130 756 298 3. Perguruan Tinggi Pengusul : UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah hasil hutan yang sangat diminati di pasaran. Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat

Lebih terperinci

2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI

2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI 2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI Departemen Pendayagunaan IPTEK MITI Mahasiswa 2011 PETUNJUK TEKNIS Program Hibah MITI untuk Pemberdayaan Masyarakat LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah Negara

Lebih terperinci