BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sejarah Keluarga Berencana Pada zaman Yunani Kuno Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain atau minyak. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim. Umpamanya dengan memasukkan rumput daun-daunan atau sepotong kain perca ke dalam vagina (Arum, 2011). Di Indonesia sejak dulu sudah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia KB modern mulai dipakai sejak tahu pada waktu itu sekelompok orang kesehatan kebidanan dan tokoh masyarakat namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang KB maka akan membantu masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PBKI) dan bergerak membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan KB yang sampai sekarang masih aktif membantu program KB nasional yang dikoordinir oleh Bidang Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (Arum, 2011). Arah kebijakan pelayanan KB yang bermutu dituangkan dalam GBHN Hal serupa tentang pentingnya peningkatan kualitas program KB ditegaskan

2 kembali pada GBHN 1999 menjelaskan bahwa kebijaksanaan kependudukan di Indonesia dilakukan melalui upaya-upaya pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, serta peningkatan kualitas program KB. Visi program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera( NKKBS), dengan anak dua cukup, laki-laki perempuan sama saja dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas tahun Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas Keluarga (Pinem, 2005). 2. Pola Dasar Kebijakan Program Keluarga Berencana Pola dasar kebijakan program KB pada saat ini adalah : a. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20 tahun b. Menjarangkan kelahiran dan menganjurkan a. Catur warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak b. Panca warga yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak c. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama di dalam usia reproduksi sehat waktu umur ibu 20 sampai 30 tahun d. Mengakhiri kesuburan pada usia 30 sampai 35 tahun (Rostam Mochtar, 1998).

3 3. Definisi Keluarga Berencana Definisi KB menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dengan membatasi kelahiran. Sedangkan definisi keluarga berencana menurut World Health Organization (WHO) Expert Commite 1970, adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami untuk : a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval diantara kelahiran e. Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dalam unsur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2009). 4. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah mencegah terjadinya pembuahan (konsepsi) dengan cara alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). Syarat-syarat Kontrasepsi a. aman pemakaiannya dan dipercaya b. efek samping yang tidak merugikan c. lama kerjanya dapat diatur sesuai dengan keinginan d. tidak mengganggu hubungan seksual e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya

4 f. cara penggunaannya sederhana g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas h. dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998) 5. Akseptor Keluarga Berencana a. Pengertian Akseptor Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti program keluarga berencana (KB) (kamus Besar bahasa Indonesia, Edisi III, 2005). 6. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant a. Pengertian implan Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang berjangka waktu lima tahun yang terdiri dari enam batang susuk lembut terbuat dari sejenis karet elastis yang mengandung hormon, (Kamus Kebidanan, 2005). b. Mekanisme kerja Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 gr levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 gr. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran lendir, servik dan menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi (Manuaba, 1998).

5 c. Jenis-jenis implant a. Norplant Norplant adalah alat kontrasepsi terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan lama kerja 5 tahun. b. Implanon Implanon adalah suatu alat kontrasepsi hormonal jangka panjang yang dapat melindungi pemakai selama 3 tahun. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrel. c. Jadena dan Indoplant Jadena dan indoplant adalah suatu alat kontrasepsi hormonal yang melindungi pemakai selama 3 tahun. Jadena dan indoplant ini terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonogestrel. (Pinem, 2009) d. Indikasi dan kontra indikasi KB implant a. Indikasi metode KB implant Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak. Mengiginkan kontrasepsi dengan efektivitasa tinggi dan jangka panjang. b. Kontra indikasi metode KB implant Kehamilan atau diduga hamil Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya Trombofeblitis aktif atau penyulit trombo emboli

6 Penyakit hati akut Tumor hati jinak atau ganas Karsinoma payudara atau tersangka karsinoma payudara Tumor atau neoplasma ginekologik Penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus (Pinem, 2009). e. Keuntungan dan Kerugian KB Implant a. Keuntungan Metode KB Implant yaitu : a) Efektivitas tinggi 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan. b) Perlindungan jaka panjang (sampai 5 tahun). c) Pengebalian kesuburan yang cepat. d) Tidak perlu pemeriksaan dalam. e) Tidak mengandung horm estrogen, sehingga tidak mengandung efek samping yang disebabkan oleh estrogen. f) Tidak menggagu kegiatan senggama. b. Kerugian Metode KB implant a) Perdarahan haid yang tidak teratur, seperti amenore, perdarahan bercak. b) Perubahan perasaan mood dan kegelisaan. c) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. d) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menularan seksual termasuk HIV/AIDS. e) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.

7 f) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-abatan tuberculosis atau obat epilepsy(ellya, 2010) f. Waktu Pemasangan KB Implant Waktu terbaik untuk insersi atau pemasangan KB implant adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah haid g. Efek samping KB implant a. Pengertian efek samping Efek samping adalah suatu kelainan yang terjadi akibat suatu pemakaian alat kontrasepsi atau obat kontrasepsi. Jadi yang dimaksud dengan efek samping KB implant adalah semua kelainan yang terjadi akibat pemakaian alat kontrasepsi KB implant (Sarwono, 1999). b. Bentuk Efek Samping KB implant c. Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah gangguan menstruasi atau perubahan pola haid, terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi (Mochtar, 1998). Yang paling sering terjadi karena efek samping KB implant ini adalah: a) Bertambahan hari-hari perdarahan dalam 1 siklus. b) Perdarahan bercak (spotting) c) Berkurangnya panjang siklus haid d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.

8 Umumnya perubahan-perubahan haid tidak mempunyai efek yang membahayakan akseptor, meskipun terjadi perdarahan lebih sering dari pada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah, perdarahan hebat jarang terjadi, dan efek samping lainnya dari pemakaian implant ini adalah sedikit peningkatan berat badan (Hartanto, 2004). h. Teknik Insersi/Pemasangan dan Pencabutan KB Implant Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah, kira-kira 6 8 cm di atas atau di bawah siku melalui insersi tunggal, dalam bentuk kipas dan dimasukkan tepat di bawah kulit (Hartanto, 2004). Menurut Manuaba (1998) prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atau pemasangan seperti kipas mekar dengan enam kapsul. Sebelum tehnik insersi KB implant dilakukan maka harus dipersiapkan misalnya : kontrasepsi implant yang terdiri dari enam kapsul silastik dengan panjang masing-masing 34 mm dan lebar 2,4 mm serta lebih kurang 36 mg levonogestrel. 1) Sabun antiseptik 2) Kasa steril 3) Cairan antiseptik 4) Anastesi lokal 5) Kain steril 6) Sebuah trokar 7) Sepasang sarung tangan steril 8) Satu set kapsul implant (6 buah)

9 9) Sebuah skalpel dengan ujung yang tajam a. Teknik pemasangan implant yaitu : 1) Cuci daerah insersi, lakukan tindakan antiseptic dan tutup sekitar daerah insersi dengan kain teril. 2) Lakukan anastesi lokal (lidocain 1%) pada daerah insersi, mula-mula lakukan suntikan anastesi pada daerah insisi, kemudian anastesi diperluas sampai keenam atau dua daerah sepanjang 4 4,4 cm 3) Daerah pisau scapel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku. 4) Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda batas pada trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm. trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan di atas dan tanpa merubah sudut pemasukan. 5) Masukan implant ke dalam trokarnya. Dengan batang pendorong implant di dorong perlahan-lahan ke ujung trokar sampai terasa adanya tahanan, dengan batang pendorong tetap stasioner, trocar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas dekat ujung trokar terlihat pada insisi dan terasa implantnya meloncat keluar dari trokarnya. Jangan dikeluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implant sudah berada pada tempatnya dengan baik. 6) Ubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 15 0 dari implant sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya. Masukan kembali trokar sepanjang pinggir jari tengah sampai ke garis batas dekat pangkal trokar. Masukan implant ke dalam trokar, selanjutnya sampai pada

10 butir kelima, ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implant telah terpasang. 7) Setelah semua implant terpasang lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plaster. 8) Luka insisi ditutup dengan kering, lalu lengan dibalut dengan kasa steril untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan tetap bersih selama tiga hari(hartanto, 2004). b. Teknik Pencabutan KB Implant Alat yang diperlukan sama dengan alat insersi, hanya ditambah dengan dua pasang forceps, satu model lurus dan satu model bengkok. Teknik pencabutan KB implant yaitu: 1) Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku) kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama, maka insisi dibuat pada tepat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama (hal ini mencegah terpotongnya kapsul pada saat insisi). 2) Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan menggunakan scalpel, jangan membuat insisi yang besar. 3) Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi. 4) Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Masukan klem lengkung (mosquito atau crile) dengan kelengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.

11 5) Masukan klem lengkung melalui luka insisi dengan lingkungan jepitan mengarah ke kulit teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilinginya. 6) Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi, sambil menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Masukan lagi klem lengkung (lingkungan jepit mengarah ke kulit) sampai berada di bawah ujung kapsul di dekat ujungnya (5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi. 7) Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok dengan kain steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul. Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai kain steril, dapat dengan menggunakan skapel secara ber hati-hati. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari skapel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul. 8) Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua, lepas klem pertama, dan cabut kapsul secara perlahan, dan hati-hati dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada kawat silikon. Bila kapsul sulit dicabut pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa dan skapel. 9) Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut, gunakan tehnik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Sebelum mengakhiri tindakan,

12 hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut, tunjukkan keenam kapsul kepada klien, hal ini sangat penting untuk menyakinkan klien. Metode pencabutan KB implant tehnik U : Klem yang dipakai mencabut kapsul pada teknik "U", merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm. (Gambar 1) Gambar 1. Klem pemegang implant Norplant Untuk menggunakan teknik ini, raba tempat pencabutan secara hati-hati untuk menentukan dan menandai kapsul. Selanjutnya cuci tangan dan pakai sarung tangan steril atau DTT. Usap lengan dengan larutan antiseptik dan suntikkan obat anestesi lokal seperti yang telah diuraikan sebelumnya (Persiapan dan Tindakan sebelum pencabutan).

13 a. Tentukan lokasi insisi pada kulit di antara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari ujung kapsul dekat siku. Gambar 2. Lokasi insisi pada tehnik U b. Buat insisi kecil (4 mm) memanjang sejajar di antara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan skalpel. c. Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati melalui luka insisi. (Dengan teknik ini tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti pada metode standar). d. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul. Gambar 3. Memfiksasi kapsul

14 e. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5 mm di atas ujung bawah kapsul (Gambar 20-39). Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi (1) dan balikkan pegangan klem 180 ke arah bahu klien (2) untuk memaparkan ujung bawah kapsul. Gambar 4. Menjepit kapsul dan membalik klem f. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-- gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut (Gambar 20-32). Bila tidak bisa dengan kasa, boleh menggunakan scalpel. g. Gunakan klem lengkung (Mosquito atau Crile) untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang Norplant dan cabut kapsul dengan pelan-pelan dan hati-hati (Gambar 20-35). Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok kecil yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang. Kapsul akan keluar dengan mudah karena jaringan ikat tidak melekat pada kapsul. Bila kapsul tidak bisa ke luar dengan mudah, bersihkan kembali

15 jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok pakai kasa atau sisi yang tidak tajam dari scalpel. h. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya. Metode pencabutan KB implant tehnik Pop Out (Darney, Klaise, dan Walker): Cara ini merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak terlalu muda untuk mengerjakannya. a. Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujung kapsul lainnya. Dorong ujung bagian atas kapsul (dekat bahu klien) yang telah dipilih tadi dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul (dekat siku) tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2-3 mm) di atas ujung kapsul dengan menggunakan skalpel. Gambar 5. Membuat Insisi

16 b. Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi. Gambar 6. Menempatkan posisi ujung bawah kapsul berada di bawah insisi c. Masukkan ujung tajam skapel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Gambar 7. Memotong jaringan ikat

17 d. Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar. Gambar 8. Memaparkan ujung bawah kapsul e. Tekan sedikit ujung atas kapsul (dekat bahu) sehingga kapsul muncul (pop out) pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut. Gambar 9. Memunculkan kapsul (popping out)

18 2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap KB Implant a) Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), Pendidikan adalah suatu kemahiran menyerap pengetahuan. Sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemampuan ini sangat berhubungan erat dengan sikap seseorang pengetahuan seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya, sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola fikir dan perilaku masyarakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama. b. Tujuan Pendidikan Adapun tujuan pendidikan menurut Sukijo Notoadmodjo (1997), adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan dan pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru. c. Sasaran Pendidikan Sasaran pendidikan merupakan objek dari pendidikan melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan dan cara mendidik.

19 d. Tingkat Pendidikan Dalam sistem pendidikan nasional mulai tahun 1992 dicanangkan wajib belajar 9 tahun untuk sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama (Depdikbud, 1992), kemudian ditetapkan jenjang pendidikan formal yaitu: a) Sekolah Dasar (SD/MI) dan pendidikan yang sederajat. b) Sekolah lanjutan Tingkat pertama (SLTP) dan pendidikan yang sederajat. c) Sekolah Menengah Umum (SMU/MA) dan pendidikan yang sederajat d) Perguruan Tinggi b) Pengetahuan Menurut Mubarak(2011) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Mubarak (2011) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati 5 tahap yaitu awarenest (kesadaran), interest (tertarik pada stimulus), evaluation (mengevaluasi atau menimbang baik tidaknya stimulus) dan trial (mencoba) serta adoption (subjek telah berprilaku baru). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

20 (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan, dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

21 4) Analisis (analysis) Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

22 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. c) Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dengan kategori: a. Tenaga kesehatan b. Media elektronik c. Media cetak d. Keluarga d) Ekonomi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga, cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi negara). Persoalan yang bersifat ekonomi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi seseorang dalam suatu masyarakat biasanya adalah persoalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

23 Penggolongan masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan dalam tiga tingkatan yaitu : 1) Tingkat atas (Upper Class) Yang menduduki upper class (tingkat atas) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang tinggi dan juga mereka yang memiliki barang berharga seperti uang, tanah, emas, mobil, dan sebagainya. Biasanya pekerjaan mereka seperti wiraswasta, banker, manager dan sebagainya. 2) Tingkat menengah (Middle Class) Yang menduduki middle Class (tingkat menengah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kepemilikan barang-barang berharga terbatas seperti tabungan. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai negeri, pedagang dan sebagainya. 3) Tingkat bawah (Lower Class) Yang menduduki lower class (tingkatan bawah) adalah mereka yang pada umumnya mempunyai pendapatan yang rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka pun tidak tetap. Biasanya pekerjaan mereka seperti buruh, pedagang dan sebagainya. Ekonomi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut penghasilan perbulan responde menurut Berdasarkan hasil Survei Sosial

24 Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010 dari BPS Kota Medan di klasifikasikan sebagai berikut: a. Rendah apabila penghasilan kurang dari Rp b. Menengah apabila penghasilan Rp Rp c. Tinggi apabila penghasilan lebih dari e) Sikap Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Allport (1954) yang dikutip oleh Mubarak (1997) menjelaskan bahwa sikap IBI mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan

25 keyakinan dan emosi sangat memegang peranan penting sebagai contoh misalnya seorang ibu mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan sebagainya) pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dam keyakinan ibu bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya, untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Seperti halnya dalam pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang untuk mengerjakan /mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko. Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tersebut, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus objek tersebut.

26 Pada variabel sikap ini peneliti menggunakan skala linkert sebagai alat ukur variabel. Pada skala linkert disediakan lima alternatif jawaban, dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam skala linkert item ada yang bersifat favorable (positif) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya, ada juga yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap masalah yang diteliti. Alternatif yang positif terhadap masalah penelitian : Sangat setuju skore 5 Setuju skore 4 Ragu-ragu skore 3 Tidak setuju skore 2 Sangat tidak setuju skore 1 Alternatif penelitian terhadap item yang negatif terhadap permasalahan penelitian : Sangat setuju skore 1 Setuju skore 2 Ragu-ragu skore 3 Tidak setuju skore 4 Sangat tidak setuju skore 5 Untuk penelitian yang netral yakni angka 3 boleh dihilangkan, sehingga jenjang menjadi empat (Machfoedz, 2005)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut : DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau

Lebih terperinci

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling Implan-2 ini dirancang untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Salam sejahtera buat kita semua Dengan hormat Nama saya Ermi witasano, sedang menjalani pendidikan D-IV di Program Bidan Pendidk Fakultas keperawatan USU. Saya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

SOP PENCABUTAN IMPLANT No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD Puskesmas Tanjungsari

SOP PENCABUTAN IMPLANT No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD Puskesmas Tanjungsari UPTD Puskesmas KOTA SURABAYA 1. Pengertian Pencabutan Implant adalah melakukan pencabutan alat kontrasepsi yang diletakkan di bawah kulit lengan atas dengan jumlah kapsul berbeda yang bekerja untuk menekan

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi menurut Saifuddin (2006), merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

I. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasien 2.1.1 Defenisi Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 1 Bejo, 2 Sondang 1,2 Akademi Keperawatan Prima

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM KB

KERANGKA ACUAN PROGRAM KB KERANGKA ACUAN PROGRAM KB I. PENDAHULUAN Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang 2.1.1 Letak Lokasi Desa Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program KB 2.1.1 Sejarah Program KB di Indonesia Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian konsep dasar alat kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari Tahu dan ini akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objekobjek tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar atau hak fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, Tiongkok Kuno dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, Tiongkok Kuno dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1. Sejarah KB Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal yang baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite 1970, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan dengan tujuan membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

Lab Ketrampilan Medik/PPD-UNSOED

Lab Ketrampilan Medik/PPD-UNSOED KONTRASEPSI SUSUK (IMPLANT) Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan jenis-jenis implant 2. Menjelaskan indikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Keluarga Berencana. membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1) Mendapatkan objektif objektif tertentu

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Keluarga Berencana. membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1) Mendapatkan objektif objektif tertentu BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis 1. Keluarga Berencana ( KB ) a. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin. (guided respons), mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin. (guided respons), mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Akseptor KB 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi

Lebih terperinci

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. 25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci