BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudirman Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana Pengertian Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. (Hanafi, 2003) Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Rustam, 1998) Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangankelahiran. (Depkes RI Jakarta, 1996) Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana Keluarga berencana menurut WHO (World Health Organization) expert commite 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasanan suami istri untuk : 1. Mendapatkan objek-objek tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 7
2 8 3. Mendapatkan kelahiran yang diinginkan 4. Mengatur interval diantara kelahiran 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga Tujuan Tujuan keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. (Prawirohardjo, 1999) Manfaat Peningkatan dan perluasan pelayanan keluara berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yag dialami wanita. (Eriktapan, 2005) Sasaran Sasaran gerakan KB : 1. Pasangan usia subur, dengan PUS muda dengan paritas rendah 2. Generasi muda dan purna PUS 3. Pelaksana dan pengelola KB 4. Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. (Prawihardjo, 1999)
3 Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (Maryani, 2002) Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan atau dengan kata lain pembatasan kelahiran Akseptor Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti, melaksanakan program keluarga berencana. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997) Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman efektif, dengan metode yang dapat diterima, baik secara peseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. (Tempo, 2005) 2.4 Implant Pengertian Implant Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik-silicon dan disusukakkan dibawah kulit. (Hanifa 1999)
4 Jenis-jenis implant a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun. b. Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kirakira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. c. Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. ( Saifuddin 2003 ) Mekanisme kerja implant Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonogestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesterone, yakni : a. Mengentalkan lendir servik uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma. b. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehinga idak cocok untuk implantasi zygote. c. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi Efek kontrasepsi implan norplan meupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja tesebut. (Hanifa 1999) Efektifitas Implant 1. Angka kegagalan implant = < per 100 wanita-pertahun dalam 5 tahun pertama
5 11 2. Efektifitas implant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 5 kira-kira 2,5-3% akseptor hamil (Hartanto, 2003) Indikasi dan kontraindikasi 1. Indikasi pemakaian implant Yang boleh menggunakan KB implant : a. Wanita usia reproduksi b. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yan lama tetapi tidak bersedia menjalani atau menggunakan AKDR c. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen d. Menyusui dan membutuhkan kontasepsi e. Pasca persalinan tidak menyusui f. Pasca keguguran g. Tekanan darah < 180/100 mmhg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit 2. Kontraindikasi implant Yang tidak boleh menggunakan KB implant : a. Hamil atau diduga hamil b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya c. Kanker payudara d. Riwayat kehamilan ektopik e. Gangguan toleransi gula. (Safuddin, 2003)
6 Keuntungan kontrasepsi implant 1. Daya guna tinggi 2. Perlindungan jangka panjang 3. Pengembalian tingkat kesuburanyang cepat setelah pencabutan 4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam 5. Bebas dari pengaruh estrogen 6. Tidak menganggu kegiatan senggama 7. Tidak menganggu ASI 8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan 9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. (Prawihardjo, 2003) Kerugian implant 1. Perubahan haid berupa perdarahan bercak (spotting) 2. Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid 3. Amenorea 4. Nyeri kepala 5. Peningkatan atau penurunan berat badan 6. Nyeri payudara 7. Perasaan mual 8. Pening atau pusing kepala 9. Perubahan perasaan atau kegelisahan 10. Membutuhkan tindak pembedahan minor untukninsersi dan pencabutan
7 Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan 12. Efektifitasnya menrun apabila menggunakan obat-obatan tuberculosis atau obat epilepsy Waktu Pemasangan Implant 1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan 2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, bila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksal, atau menggunakan kontrasepsi lainnya untuk 7 hari saja 3. Bila menyusui antara 6 mingu sampai 6 bulan pasca persalinan insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain 4. Bila setelah 6 minggu melairkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangna melakuka hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja 5. Bila kontrasespsi sebelumnya adalah kotrasespsi suntuikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasespsi suntukan tersebut. Tidak diperlkan metode kontraespsi lainnya.
8 14 6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, Implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 hari dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja AKDR segera dicabut 7. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Prawihardjo,2003) Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. (Hanifa, 1999) Prosedur pemasangan dan pencabutan implant 1. Prosedur Pemasangan a. Persiapan klien Walaupun kulit dan integuman sulit untuk di sterilkan, pencucian dan penberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang dapat mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien. b. Persiapan alat Adapun alat-alat yang harus dipersiapkan untuk pemasangan implant adalah meja pireksa untuk berbaring klien, batang imoplan dalam kantumg, kain penutup steril serta mangkok untuk tempat meletakkan implan norplant, sepasang sarung tangan, karet yang steril atau DTT, sabun untuk mencuci tangan, larutan antiseptik untuk disinfeksi kulit, obat anastesi local, semprit dan jarum suntik,
9 15 trokar nomor 10, calpel nomor 11, kasa pembalut, ben aid, atau plrster, kasa steril, bak atau tempat instrumen. 2. Teknik insersi implant Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau bawah, kira-kira 6-8 cm, diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah kulit Untuk memasang norplant a. Letakkan lengan akseptor yang akan dipasang norplant diatas penyangga. b. Pakailah sarung tangan. Bukalah tempat alat-alat yang telah steril dan aturlah alat-alat sedemikian rupa agar mudah dicapai c. Cucilah daerah lengan tempat pemasangan tersebut dengan sabun antiseptik dan berila betadin (atau antiseptik lainnya) d. Pasanglah kain steril yang berlubang besar yang biasa dipakai untuk operasi pada lengan bawah danlenga atas e. Letakkan ke 6 kapsl berjejer seperti bentuk kipas f. Isilah semprit dengan zat anastesi local sebanyak 2,5 cc.suntikan jarum semprit yang berisi zat anastesi local tadi hingga dibawah kulit ditempat dimana norplant akan dimasukkan dan lepaskan 0,5 cc. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan kebawah kulit sekitar 4 cm, hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan seingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak
10 16 1 ml diantara tempat untuk memasang, kapsul 1 dan 2, selanjutnya diantara kapsul 3 dan 4 serta 5 dan 6. g. Dengan pisau scalpel dibuat insisi 2 mm sejajar dengan lengkung siku. h. Masukkan ujung trokar melalui insisi Terdapat 2 garis yanda batas pada trokar, satu dekat ujung, lainnya dekat pangkal trokar. Dengan perlahan-lahan trokar dimasukkan sampai mencapai garis batas dekat pangkal trokar, kurang lebih 4-4,5 cm, trokar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas dan tanpa merubah sudut pemasukan. i. Msukkan implan kedalam trokarnya Dengan batang pendorong, implan didorong perlahan-lahan keujung trokar sampai terasa adanya tahanan. Dengan batang tetap stationer, trokar perlahan-lahan ditarik kembali sampai garis batas di dekat ujung trokar terlihat pada insisi an terasa implan nya melonjat keluar dari trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya, raba lengan dengan jari untuk memastikan implan sudah berada pada tempatnya dengan baik. j. Ubah arah trokar sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai garis batas dekat pangkal trokar. Masukkan implan kedalam trokar. Selanjutnya seperti pada butir Ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua implan telah terpasang.
11 17 k. Setelah semua implan terpasang, lakukan penekanan pada tempat luka insisi dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu ke pinggir insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester. Tidak diperlukan penjahitan luka insisi. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa. l. Luka insisi ditutup dengan kompres kering, lalu lengan dibalut dengan kasa intuk mencegah perdarahan. m. Nasihatkan pada akseptor agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan-keluhan yang mengganggu. 3. Teknik pengeluaran dan pengangkatan Mengeluarkan implan umumnya lebih sulit dari pada insersi. Persoalan dapat timbul bila implant di pasang terlalu dalam atau timbul jaringan fibrous sekeliling implant. Cara mengeluarkan implant: a. Cuci lengan akseptor, lakukan tindakan antiseptis b. Tentukan lokasi dari implan dengan jari-jari tangan dan dapat diberi tanda dengan tinta atau apa saja. c. Suntikkan anastesi local dibawah implant d. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung-ujung implant pada daerah alas kipas
12 18 e. Keluarkan implant pertama yang trerletak paling dekat dengan insisi atau yang terletak paling dekat dengan permukaan. f. Sampai saat ini dikenal 4 cara pengeluaran/pencabutan norplant Cara pop-out Merupakan teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengeluarkannya. Dorong ujung proksimal kapsul kearah distal dengan ibu jari seingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung dital kapsul menekan kulit. Bila perlu, bebaskan jaringan yang menyelubungi ujun kapsul dengan scapel. Tekan dengan lembut ujung kapsul melaluui lubang insisi seinga ujung tersebut akan menyembut/pop-out melalui lubang insisi. Kerjakan prosedur yan sama untuk semua kapsul yang tertingal. Cara standard Bila cara pop-out tiak berhasil atau tidak mungkin dikerjakan, maka dapat dipakai cara standar. Jepit ujung distal kapsul dengan klem masquito, sampai kira-kira cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180 disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-jarinan yang menempel disekeliling klem dan kapsul dengan scapel ataiu kasa sterril sampai kapsul terlihat jelas. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem crille, lepaskan klem masquito, dan keluarkan
13 19 kapul dengan klem crille.cabut atau keluarkan kapsul-kapsul lainnya denan cara yang sama. Cara u Teknik ini dikembangkan oleh Dr.Untung Prawirohardjo dari semarang dibuat insisi memanjang selebar 4 mm, kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul, diantara kapsul ke 3 an kapsul 4. Kapsul yang akan dicabut difiksasi dengn meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar di samping kapsul. Kapsul dipegang kurang lebih 5 mm dari ujung distalnya. Kemudian klem diputar kearah pangkal lengan atas atau bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang insisi dan dapt dibersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan scapel, untuk seterusnya dicabut keluar. Cara tusuk Ma Memakai alat Bantu kawat atau jari roda sepeda, satu ujun dilengkungkan sepanjang cm dengan sudut 90 dan diperkecil serta diruncingkan, sedamkan ujung yang lain di lengkungkan satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan oprator. Setelah kapsul di kepit dengan pinset atau klem artetri, jaringan ikat di besihkan dengan pisau sampai kapsul tampak putih kemudian alat tusuk Ma ditusukkan pada kapsul serta terus dikait keluar. Atau setelah kapsul di jepit dengan pinset, alat tusuk Ma ditusukkan kedalam kapsul sambil diangkat kearah luka insisi, lalu
14 20 pinset dilepaskan dan dengan pissau kapsul di bebaskan dari ajringan ikat lalu diangkat keluar dari luka insisi. g. Berikan anastesi lagi bila diperlukan, untuk mengeluarkan implan yang lain h. Tutup dan lluka insisi seperti pada saat insersi. Bila akseptor ingin implan yang baru, hal ini apat segera dilakukan i. Upaya pencabutan keenam kapsul noorplandibatasi sampai 45 menit. Bila dala waktu tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur pencabutan dihentikan, dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul yang masih tertingal diulangi lagi kira-kira 2-4 minggu kemudian j. Setelah selesai dengan pencabutan keenam kapsul noorplant, rendam semua alat-alat yang sudah dipakai dalam cairan klorin untuk dekontaminasi alat-alat tersebut. (Harianto, 2003) 2.5. Faktor yang Mempengaruhi Akseptor Tidak Memilih Implant Usia Usia atau umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan hidup, nyawa. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, 2004) Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokkan metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai alat kontrasepsi remaja atau usia muda (20-30) dan wanita perimenapause atau usia tua (31-40) perlu mendapatkan perhatian khusus.
15 21 Secara umum remaja (usia muda) kecil kemungkinannya memiliki kontraindikasi medis terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berbeda dengan remaja wanita perimenaupause (usia tua) lebih besar kemunkinannya memiliki kontraindikasi medis, karena usia ibu relatif tua akan mengakibatkan sampingan dan komplikasi. Pada usia tua ini pil oral kurang dianjurkan Pelayanan kontrasepsi di Indonesia berdasarkan usia di katagorikan menjadi 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu ; fase menunda atau mencegah kehamilan dengan usia < 20 tahun, fase menjarangkan dengan usia tahun, fase mengakhiri > 35 tahun Penurunan fertilitas selain karena tingkat pemakaian kontrasepsi yang meningkat dari tahun ke tahun juga terkait dengan makin meningkatnya usia perkawinan pertama perempuan maupun usia melahirkan. Pada tahun 1994 di Indonesia ada pada kelompok usia tahun maka pada tahun 2003 telah bergeser ke kelompok usia Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan factor-faktor social prilaku demografi, seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru.
16 22 Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang terhadap memaknai pesan dan memahami sesuatu (Sobur, 2003). Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode (Wulansari, 2002). Menurut Siagian (1999), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi keinginannya untuk menggunakkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilkinya. Penggunaan pengetahuan akan meningkatkan pemahaman seseorang terhadap suatu objek yang tentu saja akan mempengaruhi persepsinya terhadap objek tertentu. Menurut GBHN Pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses belajar yang menghasilkan kemampuan tertentu, kemampauan itu diperoleh dari 3 tempat yakni, didalam keluarga (pendidikan informal), disekolah (Pendidikan Formal) dan didalam masyarakat (pendidikan non formal). (Notoatmodjo, 2005) Beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa metode kalender (alamiah) lebih banyak diunakkan oleh pasangan yang lebih berpendidikan Ekonomi Ekonomi merupakan bagian ilmu social yang berfungsi untuk meneliti, mempelajari, menganalisa, berbagai kesulitan yang muncul disaat manusia berkeinginan memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber-sumber ekonomi yang relatif terbatas.
17 23 Ekonomi merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam memproduksi maupun memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kehidupannya. Dalam keseharian kehidupan ekonomi manusia senantiasa akan berhadapan dengan kesulitan-kesulitan ekonomi yan dapat menghalangi manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. (Sutisna, 2002) Pemakai individual lebih memperhatikan keterbatasan anggaran harian mereka sendiri. Salah satu studi pada orang Indian Quechua di peru (34) mendapatkan hubungan yang signifikan antara pendapatan dan keputusan dalam pemilihan kontrasepsi. Dalam suatu survei di Brazil, biaya di cantumkan sebagai kendala utama. Tingkat kesejahteraan kehidupan keluarga Tingkat kesejahteran keluarga dapat dikatagorikan mejadi 3 kelompok : a. Keluarga sempurna sejahtera, yaitu keluarga yang sudah memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia sandang,pangan, perumahan,pendidikan,hiburan dan pekerjaan serta komunikasi dan informasi. Dengan jumlah penghasilan > / bulan b. Keluarga sejahtera, yaitu keuarga yang belum memenui kebutuhan dasar minimal yang berupa cukup sandang, pangan, dan perumahan yang layak. Dengan jula penghasilan / bulan c. Kelurga prasejahtera, yaitu keluarga yan belum memenuhi kebutuhan dasar minimal yag berupa cukup sandang, pangan, dan perumhan yang layak dengan jumla penghasilan < / bulan Upah minimum regional provinsi Riau Rp
18 24 Prevalensi penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling rendah masih jauh tertinggal dibandingkan di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi. Kelompok dengan tingkat kesejahteraan terendah cenderung memakai metode kontrasepsi suntikan, sedangkan kelompok dengan tingkat kesejahteraan lebih tinggi cenderung memakai metode kontrasepsi jangka panjang implant dan metode operatif, yang tingkat efektivitasnya cukup tinggi. Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan KB gratis kepada kelompok penduduk miskin. Namun demikian, kebijakan untuk memberikan gratis kontrasepsi kepada penduduk miskin tidak selalu diikuti dengan pembebasan biaya untuk pelayanan, terutama pada fasilitas pelayanan swasta. Oleh karena itu penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah masih mengeluarkan uang untuk membayar pelayanan KB Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, peninderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengetahuan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin tinggi tingkat intelektualnya. (Soekidjo 2002)
19 25 Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What misalnya apa air, apa manusia, dan sebagainya. (Soekidjo, 2002) Menurut Notoatmodjo, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu, sebagai berikut : 1. Pendidikan : Menurut GBHN Pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses belajar yang menghasilkan kemampuan tertentu, kemampauan itu diperoleh dari 3 tempat yakni, didalam keluarga (pendidikan informal), disekolah (pendidikan formal) dan didalam masyarakat (pendidikan non formal). 2. Pekerjaan : Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan enan pengalaman yang didapat di tempat kerjanya. Menurut Elizabet B. Harloek banyak orang bingung tentang apa yang mereka kerjakan dalam hidupnya setelah selesai dari pendidikan tinggi seperti SMA dan Akademi. Hal ini dilatarbelakangi karena memang tidak banyak mempunyai cukup bekal ilmu dan keterampilan serta pengalaman yang sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan. Sering mereka mengambil keputusan bekerja diluar ilmu dan pengetahuan yang mereka peroleh. 3. Pengalaman : Menurut sukandi (2003) sumber ilmu pengetahuan seseorang manusia bisa memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan tertentu melalui pengalaman, baik secara individual maupun dalam hidup masyarakat.
20 26 4. Media cetak : Mempunyai sumber pustaka yang cukup baik dan mudah diperoleh dimasyarakat. Mengingat bahwa informasi dari surat kabar dan majalah mempunyai informasi dari surat kabar dan majalah mempunyai informasi yang bersifat popular Sosial budaya Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya sikap, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. (Soemarjan 2004). Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompk tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk didalamnya adalah pemikiran, penuntun keputusan dan tindakan dan prilaku seseorang. Selain itu nilai budaya dalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), budaya adalah merupakan factor predisposisi yang dapat menjadi factor pendukung atau factor penghambat suatu prilaku kesehatan seperti Akseptor KB tidak memilih implant sebagai alat kontrasepsi. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi: a. Pengaruh tradisi Tradisi dari masyarakat dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, dikarenakan terbiasa dengan pola/kebiasaan yang lama.
21 27 b. Pengaruh sikap fatalistis Adalah sikap yang terbiasa pasrah dengan situasi yang ada, tanpa mencoba dan berusaha dengan alternatif lain yang lebih baik. c. Pengaruh sikap Ethnocentis Adalah sikap yang memandang kebudayaannya sendiri yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. d. Pengaruh bangga pada statusnya Perasan bangga terhadap budayanya, berlaku pada semua orang. e. Pengaruh norma Sikap yang disesuaikan dengan norma/kaidah- kaidah yang berlaku sesuai dengan kepercayaan/keyakinan yang dimiliki. (Notoatmodjo, 2005)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten
SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan
Lebih terperinciDAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :
DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
Lebih terperinciPENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah
PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata
Lebih terperinciPENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2
PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling Implan-2 ini dirancang untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
Lebih terperinciUpaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sejarah Keluarga Berencana Pada zaman Yunani Kuno Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciDAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi menurut Saifuddin (2006), merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015 1 Bejo, 2 Sondang 1,2 Akademi Keperawatan Prima
Lebih terperincicontoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan
contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya
Lebih terperinciAkseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :
SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program KB 2.1.1 Sejarah Program KB di Indonesia Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM KB
KERANGKA ACUAN PROGRAM KB I. PENDAHULUAN Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun 1960.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed Consent 2.1.1 Sejarah Informed Consent Informed consent menjadi kewajiban bagi tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan Eropa sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan
Lebih terperinciSAP KELUARGA BERENCANA
SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Lebih terperinciKONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)
1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin
Lebih terperinciPEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
PEMASANGAN AKDR Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Check List No Langkah 1 Konseling awal Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan tanyakan tujuan kedatangannya 2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
Lebih terperinciPELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS
PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang 2.1.1 Letak Lokasi Desa Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Lebih terperinciLab Ketrampilan Medik/PPD-UNSOED
KONTRASEPSI SUSUK (IMPLANT) Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan jenis-jenis implant 2. Menjelaskan indikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER
PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sektor kependudukan dan pembangunan keluarga berkualitas, pemerintah menggelar program keluarga berencana KB dengan paradigma baru program keluarga berencana Nasional
Lebih terperinciA. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan a. Definisi Pendidikan Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, pendidikan merupakan sistem proses menuju pendewasaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan dengan tujuan membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN
Lebih terperinciAspirasi Vakum Manual (AVM)
Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciPERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB
PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Salam sejahtera buat kita semua Dengan hormat Nama saya Ermi witasano, sedang menjalani pendidikan D-IV di Program Bidan Pendidk Fakultas keperawatan USU. Saya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK
GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997 Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk
Lebih terperinciTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalammualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Saya Ayu Azhar Hudyanti sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Keluarga Berencana. membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 1) Mendapatkan objektif objektif tertentu
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis 1. Keluarga Berencana ( KB ) a. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian konsep dasar alat kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan
Lebih terperinciMATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB
MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama di Indonesia dalam bidang kependudukan adalah masih tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai
Lebih terperinciKARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Lebih terperinci