POLIEUGENOKSI ASETIL TIOPEN METANOLAT (PEATM) SEBAGAI CARRIER MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBRAN CAIR RUAH (BLM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLIEUGENOKSI ASETIL TIOPEN METANOLAT (PEATM) SEBAGAI CARRIER MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBRAN CAIR RUAH (BLM)"

Transkripsi

1 REVERY IN LGAM u 2+, d 2+ dan r 3+ DENGAN PLIEUGENKSI ASETIL TIPEN METANLAT (PEATM) SEBAGAI ARRIER MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBRAN AIR RUA (BLM) Titi Wulan Utami, dengan Pembimbing I: M. holid Djunaidi, M.Si dan Pembimbing II: Retno A. Lusiana, M.Si Abstrak Telah dilakukan sintesis senyawa polieugenoksi asetil tiopen metanolat (suatu turunan asam polieugenoksi asetat dengan gugus aktif S) dari eugenol. asil sintesis digunakan sebagai ekstraktan ion logam u 2+, d 2+ dan r 3+ dalam recovery ion logam u 2+, d 2+ dan r 3+ dengan metode membran cair. Analisis struktur polimer yang terbentuk dilakukan dengan spektrometer infra merah, 1 NMR, dan uji kelarutan. Penentuan berat molekul relatif polimer ditentukan dengan metode viscometer Ubbelohde. Transport Logam dilakukan dengan Membran air Ruah (BLM) menggunakan tabung pipa U terhadap campuran ion logam u 2+, d 2+ dan r 3+ kesemuanya dalam bentuk garam klorida. Transport dilakukan pada fasa umpan dan penerima l, konsentrasi logam masing-masing 30 ppm. Transport ion logam dilakukan dengan pengadukan selama 24 jam dengan variasi massa membran 0,7 g; 0,5 g; dan 0,3 g. Penentuan konsentrasi ion logam di fasa penerima sebelum dan sesudah transport dilakukan dengan spektrofotometer serapan atom, sedangkan perubahan p yang menyertai diukur dengan p meter. asil sintesis polieugenoksi asetil tiopan metanolat berupa cairan kental berwarna coklat kehitaman, dengan berat molekul 7019,8 gmol -1. asil transport terhadap campuran ion logam u 2+, d 2+ dan r 3+ menunjukkan polieugenoksi asetil tiopen metanolat mampu menstransport campuran ion logam ke fasa penerima dengan urutan ion logam lunak d 2+, ion logam boderline u 2+ dan ion logam keras r 3+. Kata kunci: polieugenol, membran cair,sintesis Pendahuluan. Pemisahan unsur-unsur yang terkandung dalam suatu senyawa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pengendapan, penguapan, elektroanalisis, dan ekstraksi pelarut. Metode pemisahan yang paling baik dan populer adalah ekstraksi pelarut, karena dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro (Khopkar, 1990). Teknik pemisahan ion logam berat dengan membran cair merupakan salah satu pengembangan metode ekstraksi pelarut yang dapat digunakan untuk recovery ion logam berat dari air limbah, eksplorasi logam berharga dari bahan tambang serta untuk kepentingan analisis. Keuntungan

2 metode dengan sistem membran cair adalah mempunyai selektivitas dan efisiensi sistem tinggi, penggunaan pelarut, pemisahan ion yang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam satu unit operasi, pengoperasian sederhana, dan biaya pengoperasian yang murah (Misra and Gill, 1996). Membran cair ruah (BLM, Bulk Liquid Membrane) merupakan metode yang sering digunakan dalam teknik membran cair yang menggunakan cairan sebagai membran sehingga dibutuhkan senyawa membran yang lebih banyak. Metode ini cukup baik untuk mempelajari mekanisme transport dan pengaruh dari struktur carrier dalam efisiensi dan selektivitasnya. (Misra dan Gill, 1996). Keberhasilan ekstraksi pelarut dan teknik pemisahan menggunakan membran cair ditentukan oleh kestabilan kompleks antara ion logam dengan senyawa pembawa (carrier). Kestabilan kompleks tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis atom donor (gugus aktif) senyawa pembawa yang sesuai dengan konfigurasi elektron logam (Peterson, 1996). Efisiensi dan selektivitas dari transport pada berbagai teknik ekstraksi sangat ditentukan oleh carrier dalam membran cair (Bartsch and Way, 1996). Sumber carrier dapat diperoleh dari bahan alam yang melimpah sebagai contoh eugenol yang diekstrak dari minyak cengkeh. Eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh, memiliki tiga gugus fungsional, yaitu alil, hidroksi dan metoksi. Melalui ketiga gugus tersebut eugenol dapat dirubah struktur senyawanya menjadi senyawa carrier yang selektif terhadap ion logam tertentu. Polimerisasi terhadap eugenol, menghasilkan polieugenol yang mulai dikembangkan dan dimanfaatkan secara luas (andayani dan Wuryati, 2001). ahyono (2007) telah meneliti bahwa turunan eugenol hasil sintesis dengan gugus aktif N yang berasal dari piridilkarbinol terbukti selektif terhadap ion logam borderline seperti u 2+. Turunan eugenol hasil sintesis dengan gugus aktif N dan atom donor S yang berasal dari 4-metil-5-tiazoetanol terbukti selektif terhadap ion logam borderline seperti u 2+ dan ion logam lunak seperti d 2+ (Murti, 2008). Prinsip kerja dari senyawa-senyawa pembawa ini didasarkan pada teori SAB (pengelompokan asam basa berdasarkan kekerasan dan kelunakan) yang menyatakan bahwa secara umum ion-ion logam keras seperti

3 logam alkali, alkali tanah, dan ion kromium (III) lebih kuat kompleksnya dengan atom donor keras (seperti ) dan ion logam lunak (seperti d 2+ ) akan membentuk kompleks yang lebih kuat dengan atom donor lunak (seperti S yang berasal dari 2- tiopenmetanol) dan ion-ion logam boderline (seperti u 2+ ) lebih kuat kompleksnya dengan atom donor boderline seperti N (Peterson, 1996). Dengan melihat keberhasilan-keberhasilan diatas maka pada penelitian ini disintesis Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) dari eugenol dengan gugus aktif S yang berasal dari 2-tiopenmetanol. PEATM yang terbentuk diharapkan dapat digunakan sebagai carrier dalam recovery ion logam berat r 3+, d 2+, dan u 2+. Metode Penelitian. Alat Yang Digunakan: Peralatan gelas laboratorium, neraca analisis (Mettler-200), p meter (A E 20), viscometer ubbelohde, spektrofotometer serapan atom (Perkin Elmer), FT-IR (Nicolete Avatar 360), 1 NMR (JEL-MY60) 60 Mz, seperangkat alat refluks. Bahan Yang Digunakan: Eugenol p.a, Sl 2 p.a, BF 3 -dietil eter p.a, 2- tiopenmetanol p.a, Na 2 S 4 anhidrat p.a, l pekat, Na 3 p.a, Na p.a, asam kloroasetat p.a, kloroform teknis, dietileter teknis, akuades, metanol teknis, rl p.a, ul p.a, dl 2. 2 p.a. Prosedur Penelitian. 1. Sintesis Polieugenol 5 gram eugenol dimasukkan dalam labu leher tiga kemudian ditambahkan 0,5 ml BF 3 -dietileter. ampuran diaduk menggunakan stirer selama 1 jam dan setiap 1 jam sekali dilakukan penambahan BF 3 -dietileter selama 3 jam. Setelah reaksi tersebut berlangsung selama 4 jam, polimerisasi dihentikan dengan menambahkan 1 ml metanol. Gel yang terbentuk kemudian dilarutkan dengan dietil eter dan dicuci dengan akuades hingga p netral. Larutan tersebut kemudian dikeringkan dengan menambahkan Na 2 S 4 anhidrat. Setelah benar-benar bebas dari air, larutan diuapkan pada suhu kamar sampai eter menguap semua kemudian diukur berat molekulnya dengan viscometer Ubbehlohde. Gel yang terbentuk

4 dilarutkan dengan akuades kemudian ditumbuk hingga diperoleh padatan amorf. Selanjutnya dilakukan penyaringan, pengeringan dan penimbangan. asil yang diperoleh diuji titik lelehnya, dan diidentifikasi dengan FTIR dan 1 NMR. 2. Sintesis Asam Polieugenoksi Asetat Sebanyak 5 gram (0,03 mol) polieugenol dimasukan ke dalam labu didih ukuran 100 ml, lalu ditambahkan larutan Na 33% ( 33 gram Na dalam 100 ml) sebanyak 17,5 ml (0,144 mol). Selanjutnya campuran diaduk selama kurang lebih 30 menit, dan ditambahkan 12,5 ml larutan asam kloroasetat 50% (50 gram dalam 100 ml air) (0,066 mol) sedikit demi sedikit dengan pipet tetes sambil terus diaduk. campuran dipanaskan dalam penangas air dengan suhu o. Pemanasan dilakukan selama 2 jam, kemudian didinginkan, dan diasamkan dengan l 6 M sampai p 1. Selanjutnya diekstraksi dengan dietil eter sebanyak 3 kali masing-masing 50 ml. Ekstrak eter digabung dan diekstraksi dengan natrium bikarbonat 5% b/v sebanyak 3 kali masing-masing 30 ml, kemudian lapisan air diasamkan dengan l 6 M sampai p 1. Selanjutnya dilakukan penyaringan, pengeringan dan penimbangan. asil yang diperoleh diuji titik lelehnya dan diidentifikasi dengan FTIR dan 1 NMR. 3. Sintesis Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Sejumlah 3 g (0,0135 mol) asam polieugenoksi asetat dimasukkan ke dalam labu leher tiga ukuran 100 ml dengan peralatan tambahan (corong penambah, refluks). Asam polieugenoksi asetat tersebut ditambahkan 1,6 ml (2,624 g, 0,022 mol) tionil klorida secara tetes demi tetes. Kemudian campuran direfluks selama 150 menit dalam penangas air hangat (40 0 ), lalu dibiarkan dingin. Selanjutnya ke dalam campuran ditambahkan 2 ml (2,262 g, 0,0207 mol) 2-tiopenmetanol tetes demi tetes dan direfluks kembali dalam penangas air hangat (40 0 ) selama 6 jam. Setelah dingin hasil yang didapat dilarutkan dalam kloroform dan dicuci dengan air. asil ekstraksi dikeringkan dengan natrium

5 sulfat anhidrit, disaring kemudian dievaporasi untuk menghilangkan pelarut yang tersisa. Selanjutnya hasil yang di dapat dianalisis dengan FTIR dan 1 NMR. 4. Pengukuran Berat Molekul Polimer Sebanyak 1 gram polieugenol dan polieugenoksi asetil tiopen metanolat (PEATM) dilarutkan dalam metanol hingga konsentrasi 0,04 gml -1, dan dibuat variasi konsentrasi larutan melalui pengenceran dengan metanol: 0,02 gml -1 ; dan 0,01 gml -1. Kemudian dilakukan pengukuran waktu alir pelarut murni (t o ), yaitu metanol dan masing-masing konsentrasi larutan polimer menggunakan viskosimeter Ubbelohde, sehingga diperoleh t 0, t 1, t 2, dan t 3. Melalui perhitungan, diperoleh viskositas relatif (η rel ) dan viskositas spesifik (η sp ). Kemudian dibuat kurva viskositas tereduksi (η sp /) lawan konsentrasi (). Selanjutnya grafik tersebut diektrapolasi ke konsentrasi nol, sehingga akan diperoleh viskositas intrinsik [η sp ]. Dengan persamaan Mark-ouwink-Sakurada [η] = KM a v (artomo, Keterangan: K = Tetapan a = Tetapan 0,725 M = Massa Molekul Relatif t o t η η 0 η sp = waktu alir pelarut (detik) = konsentrasi polimer (gram/ml) = waktu alir polimer (detik) = viskositas larutan = viskositas pelarut = viskositas spesifik Prosedur Transport Ion Logam melalui membran cair dengan carrier polieugenoksi asetil tiopen metanolat. Fasa Umpan: 13 ml (30 ppm campuram ion logam u 2+, d 2+ dan r 3+ dalam garam klorida pada p 5)

6 Fasa rganik/membran: 0,7 g; 0,5 g; 0,3 g polieugenoksi asetil tiopen metanolat (PEATM) dalam 30 ml klorofom Fasa Penerima: 13 ml l p 1 Lama pengadukan 24 jam dengan kecepatan pengadukan yang konstan. asil dan Pembahasan. 1. Sintesis Polieugenol Bahan awal yang digunakan untuk sintesis polieugenol adalah eugenol. Eugenol mempunyai 3 gugus fungsional yaitu alil, hidroksi, dan metoksi. Melalui gugus alil, eugenol dipolimesisasi menjadi polieugenol. Polimerisasi eugenol ini dilakukan dengan menggunakan katalis BF 3 -dietileter. Reaksi polimerisasi dihentikan dengan menambahkan metanol. Mekanisme pembentukkan poliegenol dapat ditunjukkan pada gambar 4.1 di bawah ini. Tahap Inisiasi : Tahap Propagasi : eugenol karbokation Tahap Terminasi : 2 2 karbokation + 3 rantai polimer n rantai polimer metanol rantai akhir polimer Gambar 4.1. Mekanisme Pembentukan Polieugenol Proses polimerisasi polieugenol merupakan proses polimerisasi adisi kationik, karena gugus alil dari eugenol mengalami reaksi adisi. Mekanisme polimerisasi secara teoritis ditunjukan pada gambar 4.1.

7 Pada tahap inisiasi, terjadi genol mengalami pemutusan ikatan rangkap karena proton ( + ) dialihkan dari reaksi adisi karena adanya katalis asam lewis BF 3 -dietil eter. Gugus alil pada eu katalis asam lewis BF 3 -dietil eter ke monomer eugenol, sehingga terbentuk karbokation. Pada tahap propagasi, terjadi pembentukan rantai dari monomer eugenol. Proses ini berkelanjutan sampai terbentuk rantai polimer yang panjang. Tahap terminasi merupakan tahap berakhirnya proses polimerisasi yaitu dengan menambahkan metanol untuk menghentikan pertumbuhan rantai. Dengan penambahan metanol maka diharapkan ujung akhir dari polimer tersebut adalah gugus metoksi. Polieugenol yang dihasilkan berbentuk gel, kental, berwarna coklat kehitaman Dari 5 gram eugenol dihasilkan 3,57 gram polieugenol (rendemen 71,4 %). Polieugenol mempunyai sifat fisik antara lain : titik lebur : o ; o, berat molekul : 9799 gmol -1. Dari uji kelarutannya polieugenol larut dalam metanol, kloroform, eter, benzene, dan tidak larut dalam karbon tetraklorida, heksana, dan kerosene (minyak tanah). Gel yang terbentuk kemudian dilarutkan dalam akuades, dikeringkan sampai terbentuk padatan amorf 1.1 Analisis polieugenol dengan FTIR asil analisis FTIR polieugenol nampak bahwa hilangnya spektra vinil pada bilangan gelombang 996,25 cm -1, dan 914,83 cm -1. al ini menunjukan telah terjadi polimerisasi n (Kartikawati, 2007) Gambar 4.2. Spektra FTIR Senyawa Polieugenol

8 Tabel 4.1. Data Spektra FTIR Eugenol dan Polieugenol Serapan (cm- 1 ) Gugus Karakterisitik Eugenol Polieugenol 3525 Gugus idroksil Ada Ada 2972 dan 2841 Gugus Karbon jenuh Ada Ada 1636 Gugus Karbon tak Ada Tidak ada 1608,25 dan 1513,37 jenuh Ada Ada 1431,1 996,25 dan 914,83 818,63 Gugus aromatik Gugus metilen Gugus Vinil Aromatik tersubstitusi Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Ada 1.2 Analisis polieugenol dengan 1 NMR asil analisis 1 NMR juga menunjukkan bahwa telah terjadi polimerisasi. Ini dapat dilihat dari spektra 1 NMR polieugenol dibandingkan dengan spektra 1 NMR eugenolnya (Gambar 4.3). Terjadinya polimerisasi ditunjukkan dengan hilangnya pergeseran kimia δ = 4,75 5,2 ppm doublet, yang menunjukkan adanya gugus 2 = pada eugenol. Dan pada polieugenol muncul spektra baru antara 2,4 3,0 ppm yang menunjukkan adanya gugus -- pada polimer. Munculnya sinyal baru dengan harga pergeseran kimia 0,7 1,5 ppm merupakan karakteristik dari tiga atom hidrogen pada gugus metil ( 3 -) pada tulang punggung polimer. asil analisis yang sama juga didapat oleh andayani (2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa reaksi polimerisasi eugenol telah terjadi.

9 A E 3 D -3 B 2 A B A A --- (Kartikawati, 2007) Gambar 4.3. Spektra 1 NMR Senyawa Eugenol (A) dan Polieugenol (B) Tabel 4.2. Data Spektra 1 NMR Polieugenol Sinyal Pergeseran Kimia δ (ppm) Kenampaan Jumlah dan kedudukan atom A 6,2 7,1 Multiplet 3 dari benzena B 5,3 5,8 Singlet 1 dari + D 3,5 3,9 ; 2,4 2,9 Singlet 3 dari 3 dan 2 dari 2-/ E 0,7 1,5 Multiplet 3 dari 3

10 2. Sintesis Asam Polieugenoksi Asetat Sintesis asam polieugenoksi asetat ini dilakukan dengan penambahan Na dan asam kloroasetat. Melalui gugus hidroksil, polieugenol bereaksi dengan basa membentuk garam polieugenolat. Proton dalam ini mudah lepas karena anionnya terstabilkan oleh resonansi cincin benzena. Basa Na yang ditambahkan dibuat berlebih agar menghasilkan garam semaksimal mungkin. Garam natrium polieugenolat yang terbentuk direaksikan dengan asam kloroasetat membentuk asam polieugenoksi asetat. Reaksi pembentukan asam polieugenoksi asetat ditunjukan pada gambar 4.4 di bawah ini Na Na + Polieugenol Na Polieugenol Na + + l 2 Kloroasetat + Nal Asam polieugenoksi asetat Gambar 4.4. Reaksi Pembentukan Asam Polieugenoksi Asetat Asam polieugenoksi asetat yang telah terbentuk dimurnikan dengan cara ekstraksi menggunakan dietileter untuk menghilangkan pengotor yang bersifat polar dan ekstraksi dengan Na 3 untuk menghilangkan pengotor yang bersifat non polar. Asam polieugenoksi asetat hasil sintesis berbentuk endapan berwarna coklat kehitaman, titik lebur: 105 o, berat molekul relatif: 5980,54 gmol -1 dan mempunyai rendemen sebesar 92,4%. Uji kelarutan dengan senyawa organik pada

11 temperatur 28 0 menunjukan senyawa ini larut dalam eter, metanol, kloroform, dan sedikit larut dalam benzena 2.1 Analisis Asam Polieugenoksi Asetat dengan FTIR asil Analisis FTIR dapat dilihat pada gambar 4.5. Pada spektra FTIR terdapat pita serapan 3441,70 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus hidroksil (-). Pita serapan pada range cm -1 merupakan gugus karbon jenuh (sp 3 -), pita serapan 1607,10 cm -1 dan 1512,23 cm -1 merupakan gugus aromatis (=), pita serapan 1431,13 cm -1 menunjukkan gugus metilen (- 2 -) dan pita serapan pada pita serapan 814,05 cm -1 dan 823,17 cm -1 menunjukkan bahwa aromatik tersebut tersubstitusi. Gugus karbonil asam ditunjukan oleh serapan pada 1739,12 cm (Kartikawati, 2007) Gambar 4.5. Spektra FTIR Senyawa Asam Polieugenoksi Asetat Berdasarkan pita-pita serapan pada spektra FTIR dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dianalisis mengandung inti aromatis tersubstitusi, gugus, metilen, aromatis, karbon jenuh dan karbonil asam. 2.2 Analisis Asam Polieugenoksi Asetat dengan 1 NMR asil analisis 1 NMR sampel polieugenoksi asetat diperoleh perbedaan yang nampak pada spektra 1 NMR polieugenoksi asetat dengan spektra polieugenol. Pada spektra polieugenoksi asetat terjadi pergeseran kimia δ = 6,7-7

12 ppm (A) menunjukkan adanya gugus (singlet), adanya serapan pada δ = 4,6 ppm (B) menunjukkan adanya gugus - 2 -(singlet), adanya serapan pada δ = 3,8 ppm () menunjukkan adanya gugus (singlet) dan serapan pada δ = 0,5 1,5 ppm (D) menunjukkan adanaya gugus (multiplet). Ini ditunjukkan dari gambar 4.6 di bawah ini. D 2 2 A A A B (Kartikawati, 2007) Gambar 4.6. Spektra 1 NMR Senyawa Asam Polieugenoksi Asetat Berdasarkan hasil analisis FTIR dan 1 NMR maka dapat disimpulkan bahwa asam poliegenoksi asetat telah terbentuk. 3. Sintesis Senyawa Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Senyawa Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) disintesis dari asam polieugenoksi asetat. Asam polieugenoksi asetat merupakan asam karboksilat yang dapat bereaksi dengan alkohol membentuk ester. Namun karena reaksi esterifikasi bersifat reversibel (Fessenden dan Fessenden, 1984) maka rendemen yang dihasilkan kurang memuaskan. leh karena itulah dalam penelitian ini tidak dilakukan sintesis ester secara langsung, melainkan pengubahan asam polieugenoksi asetat menjadi klorida asam terlebih dahulu menggunakan tionil klorida, kemudian klorida asam yang terbentuk baru

13 direaksikan dengan alkohol. Metode ini dapat menghasilkan ester dengan rendemen yang lebih baik. Mekanisme esterifikasi secara teoritis ditunjukkan pada gambar n l S l l S l Sl l n n 2 Asam polieugenoksi asetat S l 2 l 2 l - n n + S 2 + l l + n S l S n S + l n 2-tiopenmetanol Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Gambar 4.7. Reaksi Pembentukan Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) PEATM yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki rendemen hasil 93,3 %, berbentuk cair, kental dan berwarna coklat kehitaman. Uji kelarutan dengan senyawa organik menunjukkan senyawa ini larut dalam klorofom dan benzena namun sukar larut dalam n-heksan.

14 3.1 Analisis Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) dengan FTIR asil analisis FTIR senyawa Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) dapat dilihat pada gambar 4.8 dan Tabel S 2 n Gambar 4.8. Spektra FTIR Senyawa Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Tabel 4.3. Data Spekta FTIR Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Gugus karakteristik Jenis Ikatan Serapan (cm -1 ) Aromatik tersubstitusi Ar-R (bending) Gugus metilen (- 2 -) sp3- (bending) (stretching) 1465 Gugus karbonil ester = (stretching) 1756,59 Gugus aromatik = (stretching) sp2- (stretching) Terbentuknya ester dapat diketahui dari spektra inframerah pada bilangan gelombang 1756,59 cm -1 yang merupakan spektra dari gugus karbonil ester. Perbedaan dengan karbonil asam adalah pada ester muncul pada bilangan gelombang yang lebih besar (endayana, 1993). Bukti lain telah terbentuknya ester adalah hilangnya spektra karakteristik dari gugus ikatan hidrogen yang

15 membentuk pita yang lebih lebar pada bilangan gelombang sekitar cm - 1 karena reaksi esterifikasi. 3.2 Analisis Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) dengan 1 NMR Spektroskopi 1 NMR akan memberikan keterangan tentang jumlah setiap tipe atom hidrogen. Spektroskopi 1 NMR juga akan memberikan keterangan tentang sifat lingkungan setiap tipe atom hidrogen tersebut (Sastrohamidjojo, 1988). asil analisis Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) dengan menggunakan 1 NMR dapat dilihat pada gambar 4.9 di bawah ini. -tiopen -metilen F 2 2 D -metil B E B B 2 A S 2 n -benzena -metilen Gambar 4.9. Spektra 1 NMR Senyawa Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) Perbedaan yang nampak pada spektra 1 NMR PEATM dengan spektra asam polieugenol asetat adalah munculnya spektra baru pada serapan δ 6,83-7,40 ppm (A) menunjukkan adanya senyawa tiopen (Lampiran E), adanya serapan pada δ 4,46 ppm (D) menunjukkan adanya gugus metilen (- 2 -) dan serapan pada δ 4,89 ppm () menunjukkan adanya gugus metilen (- 2 -). Jadi dapat disimpulkan bahwa reaksi esterifikasi telah terjadi.

16 4. Penentuan Berat Molekul Polimer Polieugenol dan Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) yang diperoleh ditentukan massa molekul relatifnya berdasarkan pengukuran waktu alir masing-masing larutan yang dibuat. Pengukuran berat molekul ini dilakukan untuk mengetahui polieugenol dan PEATM hasil sintesis telah menjadi polimer. Suatu senyawa dapat disebut polimer jika mempunyai derajat pengulangan (n) minimal adalah 60. Penentuan nilai viskosiitas intrinsik [η] berdasarkan persamaan (Rosenthal, 1990): η sp / = [η] + k[η] 2..(9) Selanjutnya dengan cara membuat grafik, maka akan diketahui nilai viskositas intrinsik [η] polimer yang terbentuk. Setelah diketahui nilai viskositas intrinsiknya, massa molekul relatif dihitung dengan persamaan Mark-ouwink-Sakurada yaitu (Rosenthal, 1990): [η] = k Mv a. (10) Nilai k dan a merupakan ketetapan dengan k = dan a = 0,725 (Bandrup, 1975). Pada penentuan berat molekul polimer ini dilakukan dengan cara menentukan waktu alir polimer dalam metanol dengan variasi konsentrasi yaitu 0,01 mg/l, 0,02 mg/l, 0,04 mg/l dan didapatkan data sebagai berikut: Perhitungan berat molekul polieugenol adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Waktu alir Polieugenol dalam pelarut metanol (t) Konsentrasi polimer 0,01 mg/l 0,02 mg/l 0,04 mg/l Waktu alir (detik) Rata-rata Dengan waktu alir metanol adalah sebagai berikut:

17 Tabel 4.5. Waktu alir metanol (t o ) No Waktu alir metanol (detik) Rata-rata Dari data di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: Tabel 4.6. Perhitungan untuk membuat grafik penentuan berat molekul polimer t o t η sp =( t-t o )/t o η sp / ,076 0,01 7, ,121 0,02 6, ,161 0,04 4,03 Kemudian dibuat grafik antara konsentrasi dengan η sp / Grafik penentuan Berat Molekul Polieugenol y = x R 2 = y Linear (y) Gambar Grafik Penentuan Berat Molekul Polieugenol Dari grafik di atas diperoleh intersep 8,6102 yang merupakan nilai viskositas intrinsik [η] sehingga massa molekul relatif dapat ditentukan. Dari perhitungan diperoleh massa molekul relatif polieugenol adalah 9799 gmol -1 dengan derajat pengulangan n = 60. Ini menunjukkan bahwa polieugenol hasil sintesis merupakan polimer. Sedangkan perhitungan berat molekul PEATM adalah sebagai berikut :

18 Tabel 4.7. Waktu alir PEATM dalam pelarut metanol (t) Konsentrasi polimer 0,01 mg/l 0,02 mg/l 0,04 mg/l Waktu alir (detik) 34,632 36,202 37,622 35,418 36,326 36,978 34,530 36,624 37,586 Rata-rata 34,860 36,384 37,395 Sedangkan waktu alir metanol adalah sebagai berikut: Tabel 4.8. Waktu alir metanol (t o ) No Waktu alir metanol (detik) Rata-rata Dari data di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut: Tabel 4.9. Perhitungan untuk membuat grafik penentuan berat molekul polimer t o t η sp =( t-t o )/t o η sp / ,860 0,058 0,01 5, ,384 0,104 0,02 5, ,395 0,135 0,04 3,380 Kemudian dibuat grafik antara konsentrasi dengan η sp / Grafik Penentuan Berat Molekul Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) ,02 0,04 0,06 y = -83,364x + 6,7605 R 2 = 0,991 Y Linear (Y) Gambar Grafik Penentuan Berat Molekul Poli Eugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM)

19 Dari grafik di atas diperoleh intersep 6,7605 yang merupakan nilai viskositas intrinsik [η] sehingga massa molekul relatif dapat ditentukan. Dari perhitungan diperoleh massa molekul relatif adalah 7019,8 gmol -1 dengan derajat pengulangan n = 22. Berkurangnya derajat pengulangan (n) ini disebabkan karena pemutusan rantai polimer akibat dari pembentukan rantai polimer yang tidak stabil. 5. Transport Logam dengan Polieugenoksi Asetil Tiopen Metanolat (PEATM) sebagai carrier denganteknik BLM (Bulk Liquid Membrane) Pada penelitian ini, kemampuan PEATM sebagai carrier pada pemisahan logam dipelajari dengan teknik BLM. Pada teknik ini, digunakan pipa U yang berisi fase umpan, fase organik (membran cair) dan fase penerima. Fase umpan sebanyak 13 ml berisi campuran ion logam berat yang diuji, yaitu u(ii), d(ii) dan r(iii) masing-masing 30 ppm (p 5,01). Pada penelitian ini menggunakan larutan buffer fosfat p 5,01 karena semua logam dapat terekstraksi pada p mendekati netral (iratani and Kasuga., 1996). Membran cair yang digunakan adalah PEATM dengan variasi massa membran cair 0,7 gram, 0,5 gram dan 0,3 gram dalam pelarut klorofom sebanyak 30 ml. Fase penerima adalah larutan l 0,1 M sebanyak 13 ml (p 1,07). Pada penelitian ini dipilih sistem membran dengan menggunakan fase penerima l 0,1 M (p 1,07) sebagai kondisi optimum untuk pemisahan ion u 2+,d 2+, dan r 3+ (iratani and Kasuga., 1996). p larutan penerima harus lebih asam dibandingkan larutan umpan karena larutan penerima yang digunakan harus larutan yang mempunyai sifat asam yang lebih kuat sehingga mampu memecah kompleks yang terbentuk di antarmuka fasa membran-fasa penerima. Pemilihan p 5 pada fase umpan dan p 1 pada fase penerima dalam larutan kloroforn juga berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh leij, dkk, 1997 dengan menggunakan N,N - dioktiglisilglisin sebagai membran cair dengan teknik BLM. Proses transport dilakukan selama 24 jam dan dilakukan pengadukan terus menerus pada kecepatan yang konstan.

20 Proses BLM dilakukan tiga kali dengan massa PEATM sebagai carrier yang berbeda. Pada BLM I, PEATM sebanyak 0,7 gram, BLM 2 menggunakan PEATM sebanyak 0,5 gram dan BLM 3 menggunakan PEATM sebanyak 0,3 gram. Dalam proses recovery ion logam berat dengan teknik BLM ini terjadi perubahan p pada fase umpan dan penerima dari keadaan semula. Perubahan p ini menunjukan adanya mekanisme pertukaran ion logam dan ion + antara kedua fase tersebut. Mekanisme transport ion-ion logam dari fase umpan ke fase penerima melalui membran klorofom (iratani and Kasuga, 1996), dapat dilihat pada gambar Gambar Mekanisme pertukaran kation A : fase umpan B : fase organik : fase penerima L : pembawa M: ion logam Setelah proses pengadukan selama 24 jam diperoleh p pada fase umpan menurun dan p pada fase penerima meningkat. al ini terjadi karena adanya pertukaran ion + yang dilepaskan oleh ligan (carrier) dengan ion logam yang terdapat pada fasa umpan, kemudian ion logam tersebut membentuk kompleks ion logam-ligan dan akan dibawa ke fasa penerima untuk melepas ion logam yang akan dipertukarkan dengan ion + pada fasa penerima. Proses ini terjadi secara berulang-ulang sampai tidak ada ion logam yang dapat dipertukarkan. al ini mengindikasikan bahwa telah terjadi proses transport ion logam dari fasa umpan ke fasa penerima.

21 Tabel Perubahan p sebelum dan sesudah pengadukan pada BLM. BLM 1 BLM 2 BLM 3 Transport p Umpan p Penerima Mula-mula p sesudah Mula-mula p sesudah 5,01 4,84 1,07 3,56 5,01 4,61 1,07 2,15 5,01 4,42 1,07 1,98 Keterangan: BLM 1 : BLM dengan massa PEATM 0,7 gram BLM 2 : BLM dengan massa PEATM 0,5 gram BLM 3 : BLM dengan massa PEATM 0,3 gram Untuk membuktikan adanya proses transport tersebut, konsentrasi ion logam fasa umpan dan fasa penerima ditentukan dengan menggunakan AAS. asil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel asil % transport ion logam dari fasa umpan ke fasa penerima dengan teknik BLM Transport % Transport Logam u(ii) Logam d(ii) Logam r(iii) BLM 1 12,59 56,80 5,14 BLM 2 BLM 3 10,66 3,15 47,77 41,50 2,48 1,68 Keterangan: BLM 1 : BLM dengan massa PEATM 0,7 gram BLM 2 : BLM dengan massa PEATM 0,5 gram BLM 3 : BLM dengan massa PEATM 0,3 gram

22 60 Persen Transport (%) u(ii) d(ii) r(iii) BLM I (0,7 gram) BLM II (0,5 gram) BLM III (0,3 gram) Logam Gambar Diagram Transport Ion Logam di Fasa Penerima Berdasarkan hasil proses transport yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada BLM 1, BLM 2 dan BLM 3 logam yang tertransport paling besar adalah ion logam d 2+ kemudian diikuti ion logam u 2+ dan r 3+. Ini menunjukkan senyawa pembawa (carrier) PEATM lebih selektif terhadap ion logam d 2+, karena senyawa PEATM mengandung gugus S. Gugus S termasuk golongan basa lunak sehingga akan membentuk kompleks kuat dengan asam lunak yaitu ion logam d 2+. Ini sesuai dengan teori SAB (ard Soft Acid Base) senyawa dengan atom donor lunak seperti atom S akan selektif terhadap ion logam lunak d 2+ (Peterson, 1996). d(ii) merupakan ion logam asam lunak sehingga dapat berikatan dengan ligan bergugus aktif S yang merupakan atom donor lunak lebih kuat dibandingkan ion logam lain. Ikatan antara PEATM sebagai senyawa pembawa dengan ion logam d 2+ belum diketahui secara pasti. Diperkirakan ikatan tersebut seperti terlihat pada gambar 4.14.

23 S S S d 2+ S Gambar Perkiraan bentuk komplek ligan-ion logam Dari perkiraan bentuk kompleks ligan-ion logam, maka atom menjadi disfungsi karena adanya halangan sterik yang menyebabkan atom tidak bisa membentuk kompleks dengan r 3+ sehingga persen transport r 3+ menjadi kecil. Masih adanya ion logam u 2+ yang ikut tertranspor ke fase penerima disebabkan kompleks ligan S dengan ion u 2+ tetapi kompleks yang terbentuk mempunyai stabilitas yang lemah. Sehingga transport ion logam terbanyak adalah d 2+, selanjutnya u 2+ dan r 3+. Dalam penelitian ini dipelajari pula pengaruh massa senyawa pembawa terhadap besar transport ion logam dengan membandingkan hasil transport ion logam menggunakan massa membran PEATM yang berbeda, yakni 0,7 g; 0,5g dan 0,3 g. Dari data yang diperoleh diketahui BLM 1 yang menggunakan 0,7 g senyawa pembawa PEATM menghasilkan persen transport d 2+ yang lebih besar dibandingkan dengan BLM 2 dan BLM 3 yang menggunakan 0,5 g dan 0,3 g senyawa pembawa PEATM. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak massa membran cair yang digunakan akan semakin banyak pula ion logam yang akan tertansport ke fase penerimanya. Perilaku ini mungkin berkaitan dengan semakin

24 besarnya peluang ion logam untuk berikatan dengan senyawa pembawa pada massa yang semakin besar. Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Senyawa pembawa (carrier) polieugenoksi asetil tiopen metanolat (PEATM) telah berhasil disintesis dari eugenol. 2. Pemisahan logam berat u 2+, d 2+ dan r 3+ dengan teknik BLM dapat dilakukan menggunakan carrier polieugenoksi asetil tiopen metanolat (PEATM). 3. Dari hasil transport diperoleh bahwa polieugenoksi asetil tiopen metanolat (PEATM) lebih selektif terhadap d 2+ daripada u 2+ dan r 3+ dengan persen transport berturut-turut adalah 56,80%; 12,59%; 5,14% dengan menggunakan massa PEATM 0,7 g, 47,77%; 10,66%; 2,48% dengan menggunakan massa PEATM 0,5 g dan 41,50%; 3,15%; 1,68% dengan menggunakan massa PEATM 0,3 g. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang optimalisasi teknik BLM (Bulk Liquid Membrane) agar diperoleh hasil recovery logam berat yang maksimal. Daftar Pustaka. Anonim, 7 Juli 2008, thiophenemethanol.

25 Bartsch, R. A., and Way, J. D., 1996, hemical Separation With Liquid Membrane: An verview, Journal American hemical Society, Washington, page 1-6. Brandrup, J., and Immergut, 1975, Polymer andbook, Second Edition, John Willey & Sons, New York. ahyono,., 2007, Polieugenol Bergugus Aktif N Sebagai arrier Selektif dan Efektif Bagi Recovery Logam Berat Dengan Teknik Membran air, Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, al leij, M.., Scrimin, P., Tecilla, P., and Tonellato, U., 1997, Efficient and igly Selective opper (II) Transport across a Bulk Liquid loroform Membrane mediated by Liphophilic Dipeptides, J. rg. hem., 62, otton, and Wilkinson, 1989, Basic Inorganic hemistry, John Willey & Sons, Texas and University ollege Station, Texas, USA. Djunaidi, M.., dkk., 2007, Sintesis Polieugenol Sebagai Ekstraktan Selektif Logam Krom (III), Jurnal Alchemy Jurusan Kimia FMIPA UNS, Vol 6 No,1. Fessenden, R.., dan Fessenden J. S., 1997, Kimia rganik Jilid 2; a.b.: Pudjaatmaka, A.., Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta, al Greenwood, N.N and Earnshaw, A., 1997, hemistry of the Element, Second Edition, Butterworth-einemann, U.K. Guenther, E., 1948, The Essential ils: Individual Essential ils of The Plant Familier, Vol. 4, D. Van strand o. Inc., New York. andayani, Wuryanti., 2001, Sintesis Polieugenol dengan Katalis Asam Sulfat, Jurnal Ilmu Kimia Dasar, FMIPA Universitas Jember, Volume 2, Nomor 2 hal artomo, 1993, Dasar-Dasar Profesi Politeknik Pemrosesan Polimer Praktis, Andi, Yogyakarta. endayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, AA., dan Supriatna, A., 1993, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press, Semarang. iratani, K., and Kasuga., 1996, ighly Selective Transport of eavy Metal Ions by Novel Amide ompounds, Journal American hemical Society, Washington, page 170. Kartikawati, N. G., 2007, Pemisahan Logam Berat Dengan Polieugenol Sebagai arrier Menggunakan Teknik BLM (Bulk Liquid Membrane), Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, al Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, al Misra, B. M., and Gill, J. S., 1996, Supported Liquid Membranes In Metal Separation, Jornal American hemical Society, Washington, page Murti, R.., 2008, Recovery Logam u2+, d2+ Dan r3+ Dengan Teknik Membran air Menggunakan arrier Tiazoetil Metil Eugenoksi Asetat asil Sintesis, Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNDIP, al Peterson, R. T., 1996, Design of Macrocyclic arriers for Liquid Membrane, In hemical Separations with Liquid Membranes, Journal American hemical Society, Washington D. Rosenthal, L.., 1990, A Polymer Viscosity Experiment with No Right Answer, J. hem. Educ, page 67,

26 Sastrohamidjojo,., 1988, Spektroskopi, Edisi 1, etakan 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, al Underwood, A.L. dan R. A. Day, Jr., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, a.b.: Pudjaatmaka, A.., Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta, al Vogel., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro Jilid I, a.b.: Pudjaatmaka, A.., Edisi Kelima, PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta, al dan 270. Wilcox,.F., and Wilcox, M.F., 1995, Experimental rganic hemistry, 2nd edition, Prentice-all, New Jersey, page

SINTESIS ASAM EUGENOKSI ASETAT (EOA) DARI EUGENOLUNTUK EKSTRAKTAN LOGAM BERAT DAN RECOVERY KROM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

SINTESIS ASAM EUGENOKSI ASETAT (EOA) DARI EUGENOLUNTUK EKSTRAKTAN LOGAM BERAT DAN RECOVERY KROM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING SINTESIS ASAM EUGENKSI ASETAT (EA) DARI EUGENLUNTUK EKSTRAKTAN LGAM BERAT DAN RECVERY KRM DARI LIMBAH ELEKTRPLATING M. Cholid Djunaidi, Khabibi, Dede Trisna Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro Abstrak.

Lebih terperinci

Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*), Khabibi*) *)Kimia Analitik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang

Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*), Khabibi*) *)Kimia Analitik Jurusan Kimia Universitas Diponegoro Semarang Pemisahan kation Cu 2+, Cd 2+ dan Cr 3+ menggunakan senyawa carrier poli(metil tiazol etil eugenoksi asetat) hasil sintesis dengan teknik BLM (Bulk Liquid Membrane) Ihya Ulumudin*), M. Cholid Djunaidi*),

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 12 ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 12 ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 13 (1) (2010) : 12 17 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Lebih terperinci

STUDIES ON LEWIS ACID REACTION OF ISOEUGENOL AND ISOEUGENYL ACETATE

STUDIES ON LEWIS ACID REACTION OF ISOEUGENOL AND ISOEUGENYL ACETATE 1 STUDIES ON LEWIS AID REATION OF ISOEUGENOL AND ISOEUGENYL AETATE Kajian Reaksi Asam Lewis pada Isoeugenol dan Isoeugenol Asetat Bambang Purwono, Retno Dwi Soelistyowati, Mudasir hemistry Department,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Mensintesis Senyawa rganotimah Sebanyak 50 mmol atau 2 ekivalen senyawa maltol, C 6 H 6 3 (Mr=126) ditambahkan dalam 50 mmol atau 2 ekivalen larutan natrium hidroksida,

Lebih terperinci

Polimerisasi Eugenol Minyak Daun Cengkeh Hasil Redistilasi, Ekstraksi, dan Fraksinasi Menggunakan Katalis Asam Sulfat Pekat

Polimerisasi Eugenol Minyak Daun Cengkeh Hasil Redistilasi, Ekstraksi, dan Fraksinasi Menggunakan Katalis Asam Sulfat Pekat Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 3(1), Mei 2017, 50-58 Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi Polimerisasi Eugenol Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN ASAM p-t-butilkaliks[]arena-tetrakarboksilat SEBAGAI ION CARRIER Andi Dzulviana

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh berbagai macam zat pencemar (polutan) merupakan permasalahan lingkungan yang terus berlanjut tanpa henti. Salah satu polutan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN

LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN LAPORAN PRAKTIKUM ASPIRIN I. Tujuan Praktikum 1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhibrida 2. Menjelaskan prinsip asetilasi II. Landasan Teoritis Reaksi asam salisilat (asam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat

4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat NP 4019 Sintesis metil asetamidostearat dari metil oleat C 19 H 36 2 (296.5) 10 9 SnCl 4 H 2 Me (260.5) + H 3 C C N C 2 H 3 N (41.1) NH + 10 10 9 9 Me Me C 21 H 41 N 3 (355.6) NH Klasifikasi Tipe reaksi

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO

PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO PERCOBAAN 2 KONDENSASI SENYAWA KARBONIL DAN REAKSI CANNIZARO Septi Nur Diana 10510036 K-02 Kelompok J septinurdiana92@yahoo.com Abstrak Pada percobaan ini telah dilakukan sintesis senyawa organik dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

FRIES REARRANGEMENT OF EUGENYL ACETATE

FRIES REARRANGEMENT OF EUGENYL ACETATE eaksi Penataan Ulang Fries pada Eugenil Asetat... (Kusmiyati, dkk) 1 EAKSI PENATAAN ULANG FIES EUGENIL ASETAT PADA FIES EAANGEMENT F EUGENYL AETATE Kusmiyati 1,*, Sabirin Matsjeh 2, Jumina 2 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain

Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Sintesis Organik Multitahap: Sintesis Pain-Killer Benzokain Safira Medina 10512057; K-01; Kelompok IV shasamedina@gmail.com Abstrak Sintesis ester etil p-aminobenzoat atau benzokain telah dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol

4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol 4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol OH I + 1/2 I 2 + 1/3 P x + 1/3 P(OH) 3 C 3 H 8 O (60.1) (253.8) (31.0) C 3 H 7 I (170.0) (82.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam-logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), krom (Cr), merkuri (Hg) yang diantaranya berasal dari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL

REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL REAKSI-REAKSI ALKHL DAN FENL TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan alkohol dengan fenol berdasarkan reaksinya dengan asam karboksilat 2. Membedakan alkohol dan fenol berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) MENGGUNAKAN SENYAWA PEMBAWA TANIN TERMODIFIKASI DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH

EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) MENGGUNAKAN SENYAWA PEMBAWA TANIN TERMODIFIKASI DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH Ekstraksi Ion Logam Zn ( II )..( Dedi Setiyawan ) 75 EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) MENGGUNAKAN SENYAWA PEMBAWA TANIN TERMODIFIKASI DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH THE EXTRACTION OF Zn(II) METAL IONS USING

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Proposal Skripsi Kimia. SINTESIS POLIEUGENOL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT (HNO 3 ) DENGAN MEDIA GARAM NATRIUM KLORIDA (NaCl)

Proposal Skripsi Kimia. SINTESIS POLIEUGENOL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT (HNO 3 ) DENGAN MEDIA GARAM NATRIUM KLORIDA (NaCl) Proposal Skripsi Kimia SINTESIS POLIEUGENOL MENGGUNAKAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT (HNO 3 ) DENGAN MEDIA GARAM NATRIUM KLORIDA (NaCl) Oleh : SAIFUL IMAN 04630022 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 1 No. 1, September 2007 TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Olly Norita Tetra, Admin Alif, Hermansyah A dan Emriadi Laboratorium Elektrokimia/Fotokimia, Jurusan

Lebih terperinci

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol

4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol 4026 Sintesis 2-kloro-2-metilpropana (tert-butil klorida) dari tert-butanol OH + HCl Cl + H 2 O C 4 H 10 O C 4 H 9 Cl (74.1) (36.5) (92.6) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Substitusi nukleofilik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer C BAB 3 BAHAN DAN METDE PENELITIAN 3.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Labu leher tiga Pyrex - Termometer 210 0 C Fisons - Kondensor bola Pyrex - Buret (10 ml ± 0,05 ml)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang

REAKSI PENATAAN ULANG. perpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke atom yang lain yang EAKSI PENATAAN ULANG eaksi penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. eaksi ini dapat terjadi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKOHOL DAN ASAM BENZOAT LAPRAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA RGANIK DASAR I SENTESIS BENZIL ALKL DAN ASAM BENZAT LABRATRIUM KIMIA RGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM UNIVERSITAS GADJA MADA YGYAKARTA 2005 SINTESIS BENZIL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Paraf Asisten LAPRAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA RGANIK Judul : Sintesis Para Nitroasetanilida Tujuan Percobaan : Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis Pendahuluan Asetanilida adalah senyawa turunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro

Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro Sintesis Benzil Alkohol dan Asam Benzoat dengan Menggunakan Prinsip Reaksi Cannizzaro Kezia, Akbar Saputro, Septianty Magdalena, Widhi Susanti Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

SINTESIS 2 STEAROIL TRIMETIL SITRAT YANG DITURUNKAN DARI ASAM SITRAT DAN ASAM STEARAT

SINTESIS 2 STEAROIL TRIMETIL SITRAT YANG DITURUNKAN DARI ASAM SITRAT DAN ASAM STEARAT Edy Batara Mulya Siregar Emmy Harso Khardinata SINTESIS 2 STEAROIL TRIMETIL SITRAT YANG DITURUNKAN DARI ASAM SITRAT DAN ASAM STEARAT Gunawan Mimpin Ginting Darwis Surbakti Fakultas MIPA USU Medan Abstract

Lebih terperinci

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida NP 5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida CH CH + H H 2 S 4 + CH 3 CH C 4 H 6 3 C 7 H 6 3 C 9 H 8 4 C 2 H 4 2 (120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA

SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA SINTESIS TURUNAN KALKON DARI MIRISTISIN MINYAK PALA Hery Muhamad Ansory *, Anita Nilawati Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta Jl. Let. Jend. Sutoyo,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri EKSTRAKSI PELARUT I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri II. TEORI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

SINTESIS POLIEUGENOL DARI EUGENOL DENGAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT DAN MEDIA NATRIUM KLORIDA. I Wayan Suirta, Ni Luh Rustini, dantaka Iqbal Prakasa

SINTESIS POLIEUGENOL DARI EUGENOL DENGAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT DAN MEDIA NATRIUM KLORIDA. I Wayan Suirta, Ni Luh Rustini, dantaka Iqbal Prakasa ISSN 1907-9850 SINTESIS POLIEUGENOL DARI EUGENOL DENGAN KATALIS ASAM NITRAT PEKAT DAN MEDIA NATRIUM KLORIDA I Wayan Suirta, Ni Luh Rustini, dantaka Iqbal Prakasa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Paraf Asisten Judul LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK : Reaksi Pembuatan Alkena dengan Dehidrasi Alkohol Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari reaksi dehidrasi dari suatu alkohol untuk menghasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ACARA 4 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER Oleh: Kelompok 5 Nova Damayanti A1M013012 Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena

4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena 4009 Sintesis asam adipat dari sikloheksena C 6 H 10 (82.2) + 4 H H 2 2 H + 4 H 2 (34.0) + sodium tungstate dihydrate + Aliquat 336. Na 2 W 4 2 H 2 (329.9) C 6 H 10 4 C 25 H 54 ClN (404.2) (146.1) Klasifikasi

Lebih terperinci

4002 Sintesis benzil dari benzoin

4002 Sintesis benzil dari benzoin 4002 Sintesis benzil dari benzoin H VCl 3 + 1 / 2 2 + 1 / 2 H 2 C 14 H 12 2 C 14 H 10 2 (212.3) 173.3 (210.2) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan ksidasi alkohol, keton, katalis logam transisi

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris BAB IV ASIL DAN PEMBAASAN 4.1. Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris Serbuk daun (10 g) diekstraksi dengan amonia pekat selama 2 jam pada suhu kamar kemudian dipartisi dengan diklorometan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPRA PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ARGAIK II PEMBUATA IKEL-DMG KAMIS, 11 April 2014 DISUSU LEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELMPK 4 1. Annisa Etika Arum 1112016200009 2. Aini adhokhotani Herpi 1112016200016

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat menyebabkan korosi atau karat pada reaktor

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik BAB IV HASIL DA PEMBAHASA Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik berbasis garam benzotriazolium yaitu 1,3-metil oktadesil-1,2,3-benzotriazolium bromida 1, 1,3- metil heksadesil-1,2,3-benzotriazolium

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metanol, NaBH 4, iod, tetrahidrofuran (THF), KOH, metilen klorida,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh

Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura Dan Kenaikan Titik Leleh Jumat, 4 April 2014 Raisa Soraya*, Naryanto, Melinda Indana Nasution, Septiwi Tri Pusparini Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci