BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya dan waktu penelitian dilaksanakan pada Februari Mei Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya sebanyak 28 orang Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dimana seluruh anggota populasi menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 28 orang. 44

2 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pengujian kelelahan kerja secara subjektif dengan skala Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) untuk mengetahui hubungan faktor umur, masa kerja, status perkawinan, status gizi, jenis kelamin, jarak tempuh ke tempat kerja, beban kerja, dan metode pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat. Skor tiap Jawaban terhadap kuesioner dikategorikan berdasarkan skala likert yaitu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = sangat sering. Pengkategorian hasil skor kuesioner yaitu : 1. Tidak lelah = Kelelahan ringan = Kelelahan menengah = Kelelahan berat = Beban kerja diukur menggunakan kuesioner SWAT (Subjective Workload Assesment Tecnique). Skala yang diukur dalam kuesisoner menggunakam skala Likert. Kategori dari skala likert meliputi 5 kategori yang memiliki skor antara lain:

3 46 1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju Tahap penilaian kuesioner SWAT menggunakan ukuran pemusatan. Ukuran pemusatan bertujuan untuk menerangkan secara akurat tentang skor atau penilaian suatu objek yang sedang diteliti, baik secara individual maupun berkelompok, melalui pengukuran tunggal. Ukuran pemusatan adalah ukuran statistik yang menyatakan bahwa satu skor dapat mewakili keseluruhan distribusi skor atau penilaian yang diteliti. Dengan demikian, ukuran pemusatan merupakan penyederhanaan data untuk mempermudah dalam membuat interpretasi dan mengambil suatu kesimpulan. Ada tiga cara mengukur central tendency, yaitu modus, median, dan ratarata. Modus dan median dapat diaplikasikan pada data berskala ordinal, interval, dan rasio, sdeangkan rata-rata hanya dapat diaplikasikan pada data berskala interval dan ratio. Pada penelitian ini data yang digunakan berskala ordinal maka digunakan modus dan median. 1. Modus Pada penelitian ini modus dapat diketahui dengan membuat tabel distribusi frekuensi kategori jawaban setiap variabel. Ada lima kategori jawaban dalam penelitian ini, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RG(Ragu-ragu), TS( Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). 2. Median Data yang berada diatas median merupakan kelompok data urutan tinggi, dan data yang berada di bawah median merupakan kelompok data urutan rendah.

4 47 Untuk mengetahui median dalam data dalam bentuk distribusi frekuensi, caranya adalah dengan menambahkan satu kolom yaitu kolom frekuensi kumulatif. Jika frekuensi kumulatif merupakan angka ganjil, urutan kategori yang tepat berada di tengah adalah mediannya. Jika frekuensi kumulatif merupakan angka genap, maka cari dua nilai tengah, kedua nilai tersebut dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan 2. Kategori jawaban mencakup angka hasil perhitungan merupakan median data Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data data di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun mengenai data karyawan, metode pekerjaan, gambaran umum Inspektorat Kabupaten Simalungun dengan wawancara tidak terstruktur. Data data pendukung lainnya tentang informasi yang berkaitan dengan kelelahan diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, dsb. 3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel Terikat/ dipengaruhi (Dependen Variabel) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian kelelahan. 2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independen variabel) Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah umur,

5 48 jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, status gizi/imt, jarak tempuh ke tempat kerja, beban kerja, dan metode pekerjaan Defenisi Opersional Berdasarkan defenisi konsep, maka dibuat beberapa defenisi operasional yang digunakan pada saat penelitian di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun sebagai berikut : 1. Pegawai Negeri Sipil adalah responden yang bekerja sebagai pegawai di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun. 2. Keluhan kelelahan adalah keadaan lelah yang dirasakan responden yang diukur dengan menggunakan skala IFRC tentang gambaran kelelahan kerja. 3. Umur adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan, terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden di Kantor Inspetorat (tahun). 4. Jenis kelamin adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan(laki-laki/perempuan). 5. Status perkawinan adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan(kawin,belum kawin). 6. Masa kerja adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan, yang dihitung dari jumlah waktu yang sudah ditempuh untuk bekerja dari awal masuk kerja sampai waktu pengambilan data di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun(tahun).

6 49 7. Status gizi/imt adalah berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi ( ) dinyatakan dengan Body Mass Index (BMI) / indeks massa tubuh yang terdiri atas kategori Normal bila BMI 18,5-24,9, Tidak Normal bila BMI > Jarak tempuh ke tempat kerja adalah jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan, yang di hitung jarak lokasi objek pemeriksaan dengan Kantor Inspektorat dan lokasi objek pemeriksaan dalam satuan Km. 9. Beban kerja adalah beban kerja mental pegawai yang di ukur menggunakan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dengan penskalaan subjektif tiga dimensi yaitu faktor yaitu beban waktu, beban usaha mental,dan beban tekanan psikologis. 10. Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel terhadap objek pemeriksaan. 3.6 Metode Pengukuran 1. Umur di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ( Median, > Median) 2. Jenis kelamin dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan (laki-laki atau perempuan). 3. Status perkawinan dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan (sudah menikah,belum menikah). 4. Masa kerja dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah responden ( Mean, > Mean).

7 50 5. Status gizi/imt di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi kategori Normal bila BMI 18,50 24,9 dan kategori Kelebihan berat badan bila BMI > Jarak Tempuh Tempat Kerja di analisis di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data berkelompok ( Mean, > Mean). 7. Beban kerja dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) mengukur tiga dimensi beban waktu, beban usaha mental,dan beban tekanan psikologis dengan Tahap penskalaan (Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring). 8. Metode pekerjaan dianalisis terlebih dahulu dan di buat menjadi ketegori sesuai standar opersional prosedur (SOP) dan tidak memenuhi standar opersional prosedur (SOP). 9. Kelelahan kerja diukur dengan metode pengukuran yakni berupa kuesioner pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang diadopsi dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC Jepang).

8 51 Tabel 3.1 Tabel Pegukuran Variabel Penelitian Varibel Variabel Dependen 1.Kelelahan kerja Pegawai Cara dan alat ukur Wawancara dan kuesioner dengan Skala IFRC Hasil ukur 1. Tidak lelah = Kelelahan ringan = Kelelahan menengah = Kelelahan berat = Skala Ordinal Variabel Independen 1. Umur Wawancara dan Kuesioner 2. Jenis Kelamin Wawancara Dan kuesoner 3. Status Wawancara dan Perkawinan Kuesioner 4. Masa Kerja Wawancara dan kuesioner 5. Status gizi/ IMT Timbangan dan meteran 6. Jarak Tempuh ke tempat kerja Wawancara dan Kuesioner 7. Beban kerja Wawancara dan kuesioner 8. Metode pekerjaan Wawancara dan kuesioner > median 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Beum menikah 2. Sudah menikah > mean 1. Normal 2. Kelebihan berat badan 1. Dekat 2. Jauh 1. ringan 2. sedang 3. berat 1. sesuai SOP 2. tidak sesuai SOP Ordinal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Ordinal Nominal

9 Metode Analisis Data Teknik Pengolahan Data Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Numbering, memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan diberikan. 2. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner. 3. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode. 4. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS. 5. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer. 6. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala kelelahan. 7. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat Teknik Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002).

10 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi- Square (X2).Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika uji chi-square tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji Exact Fisher.

11 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum pelayanan Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 bahwa pelayanan Inspektorat adalah pengawasan pemerintah dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah dan desa. Dalam melaksanakan pelayanan tersebut tertuang di dalam PKPT ( Program Kerja Pengawasan Tahunan ) Inspektorat Kabupaten Simalungun. Lokasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun berada di Jl. Sutomo Kompleks SKPD Pematang Raya Kabupaten Simalungun. Kantor Inpektorat Kabupaten Simalungun berbatasan dengan: Utara : Dinas Pengelolaan Keuangan Selatan : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Barat : Dinas Kesehatan Timur : Dinas Pelayanan Ijin Terpadu Satu Unit Visi Inspektorat VISI Inspektorat Kabupaten Simalungun adalah terwujudnya Pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Penjelasan Makna : 54

12 55 Pengawasan yang optimal adalah pengawasan dengan memberdayakan secara kuantitas dan kualitas aparat pengawas yang ada dalam rangka pencapaian penyelenggaraan pemerintahan yang GOOD GOVERNANCE Kabupaten Simalungun Misi Inspektorat MISI Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai dengan Tupoksi ditetapkan untuk mencapai VISI sebagai berikut : a. Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas. a. Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem Desentralisasi yang beroriented output. b. Meningkatkan Pengawasan dengan Pendekatan Pelayanan. c. Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan pemeriksaan. Penjelasan masing-masing MISI a. Penjelasan MISI : Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas. Untuk mengetahui pengawasan yang optimal, maka dibutuhkan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknis pengawasan melalui diklat, diskusi dan studi kasus serta melengkapi jumlah aparat yang mencukupi untuk tugas-tugas kepengawasan. b. Penjelasan MISI : Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem Desentralisasi yang beroriented output. Manajemen yang sudah baik akan dapat menentukan kelancaran pengawasan untuk mencapai pengawasan optimal. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

13 56 meningkatnya manajemen kepengawasan mulai dari pembuatan PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan), penganggaran pengawasan dan saran, penetapan/ penyusutan Aparat Pengawasan serta mengidentifikasi masalah yang bakal timbul, sehingga dengan pengelolaan manajemen yang sudah baik dalam rangka melaksanakan tugas-tugas kepengawasan akan dapat mendukung perwujudan desentralisasi/ otonomi daerah Kabupaten Simalungun yang bersih sesuai dengan tuntutan UU. Nomor 34 Tahun c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan dengan pendekatan pelayanan. Pendekatan pelayanan dimaksud adalah pendekatan yang lebih mengutamakan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pemeriksaan/ pengawasan secara etika, komunikasi yang baik dan wawasan yang tinggi sehingga setiap objek pemeriksaan dapat secara transparansi adanya keterbukaan pelaksanaan tugasnya. Dengan meningkatnya pendekatan pelayanaan ini akan dapat mencapai pengawasan yang optimal. c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan Pemeriksaan. Pembinaan dalam pemeriksaan adalah mendorong ketaatan aparat pada setiap instansi terhadap peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Aparat yang sudah berpedoman kepada peraturan dan undang-undang yang berlaku dalam kinerjanya akan menjamin perwujudan pemerintahan yang bersih dari unsur KKN serta keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

14 Struktur Organisasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun STRUKTUR ORGANISASI KANTOR INSPEKTORAT KANTOR KABUPATEN SIMALUNGUN Inspektur Sekretaris Inspektur Pembantu I Inspektur Pembantu II Inspektur Pembantu III Inspektur Pembantu IV Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Kelompok Fungsional Umum Proses Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Simalungun Inspektur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati, serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengawasan. Dalam melaksanakan tugasnya Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip

15 58 koordinasi, intregrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal baik di lingkungan Inspektorat maupun antar satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas masing-masing. Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu Wilayah, bertanggung jawab memimpin, mengawasi dan mengoordinasikan bawahan masing-masing dan berkewajiban memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya, dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris, Para Inspektur Pembantu Wilayah, Kelompok Fungsional wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada Inspektur serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh pimpinan unit satuan organisasi bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing pimpinan satuan organisasi mengadakan rapat secara berkala. Setiap laporan yang diterima oleh Inspektur dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Sekretaris, para Inspektur Pembantu Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Inspektorat menyampaikan laporan kepada Inspektur dan selanjutnya Sekretaris menyusun laporan berkala Inspektur kepada Bupati.

16 59 Dalam penyusunan laporan Inspektur secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. Para Inspektur Pembantu Wilayah di lingkungan Inspektorat bertanggung jawab kepada Inspektur dan dalam operasional pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekretaris. 4.2 Karakteristik Individu Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Analisis Univariat digunakan untuk untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, status gizi/imt, jarak tempuh ke tempat kerja, beban kerja, metode pekerjaan) dan variabel terikat (kelelahan kerja) yang telah diperoleh dari hasil penelitian Karakteristik Umur Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Umur pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Umur (Tahun) Frekuensi % ,0 > ,0 Jumlah Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 43 tahun dan > 43 tahun. Dari data hasil penelitian, umur responden yang terendah adalah 30 tahun dan yang tertinggi

17 60 adalah 58 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur pegawai Inspektorat 43 tahun yaitu 7 orang (25%), dan > 43 tahun yaitu 21 orang (75%) Karakteristik Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Jenis Kelamin pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki Perempuan Jumlah Berdasarkan tabel diatas, bahwa pegawai Inspektorat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (50%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang (50%) Karakteristik Status Perkawinan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Pegawai Inspektorat yang sudah menikah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Seluruh pegawai Kantor Inspektorat sudah menikah.

18 Karakteristik Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Masa kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Masa kerja (tahun) Frekuensi % ,3 > ,7 Jumlah Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 14 tahun dan > 14 tahun. Dari data hasil penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang tertinggi adalah 34 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja pegawai Inspektorat 14 tahun yaitu 18 orang (64,3 %), dan masa kerja > 14 tahun yaitu 10 orang (37,5%) Karakteristik Status Gizi/ IMT Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Status gizi/imt pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

19 62 Tabel 4.4 Distribusi Status Gizi/IMT Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Status gizi/imt Frekuensi % Normal Obesitas I ,7 82,1 Obesitas II 2 7,1 Jumlah Staus gizi/imt responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 18,5-24,9 (normal) dan > 25 (kelebihan berat badan). Dari data hasil penelitian, status gizi/imt responden yang terendah adalah 20,81 kg/ dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa status gizi/imt pegawai Inspektorat normal yaitu 3 orang (10,7 %), Obesitas I yaitu 23 orang (82,1%) dan Obesitas II yaitu 2 orang (7,1%) Karakteristik Jarak Tempuh ke Tempat Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Distribusi Jarak Tempuh ke Tempat Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Jarak Tempuh ke Frekuensi % Tempat Kerja (Km) 30 > ,3 85,7 Jumlah

20 63 Jarak tempuh ke tempat kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 30 Km dan > 30 Km. Dari data hasil penelitian, jarak tempuh ke tempat kerja responden yang terendah adalah 2 Km dan yang tertinggi adalah 38 Km. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Inspektorat 30 Km yaitu 4 orang (14,3%), dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km yaitu 24 orang (85,7%) Karakteristik Beban Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Tabel 4.6 Distribusi Pegawai Berdasarkan Kuesioner SWAT pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 No. Dimensi Pertanyaan STS TS RG S SS 1. Beban Waktu 2. Beban Usaha Saya memiliki waktu luang yang sedikit Saya sering sekali mendapat gangguan saat melakukan pekerjaan Saya sering sekali mengerjakan dua/lebih pekerjaan dalam waktu bersamaan Saya membutuhkan N % N % N % N % N %

21 64 Mental 3. Beban Psikologi konsentrasi yang tinggi saat melakukan pekerjaan Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya Pekerjaan saya memiliki tingkat risiko yang tinggi Dari tabel di atas diketahui bahwa beban kerja yang dirasakan pegawai paling banyak pada kategori sangat setuju adalah beban usaha mental dengan pertanyaan Saya membutuhkan konsentrasi yang tinggi saat melakukan pekerjaan dan Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak masiangmasing 1 orang (3.2%), kategori setuju adalah beban kerja waktu dengan pertanyaan Saya memiliki waktu luang yang sedikit sebanyak 25 orang (89.3%), kategori ragu-ragu adalah beban usaha mental dengan pertanyaan Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak 10 orang (35.8%), kategori tidak setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan saya sering sekali mengerjakan dua/lebih pekerjaan dalam waktu bersamaan sebanyak 5 orang (17.8%), dan kategori sangat tidak setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan Saya sering sekali mendapat gangguan saat melakukan pekerjaan sebanyak 1 orang (3.2%). Beban kerja pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

22 65 Tabel 4.7 Distribusi Beban Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Beban Kerja Frekuensi % ringan 27 96,4 sedang 1 3,6 Jumlah Beban kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Dari data hasil penelitian, beban kerja responden ringan adalah 27 orang (96,4%) dan yang sedang adalah 1 orang (3,6%) Karakteristik Metode Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: Metode pekerjaan responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sesuai SOP dan tidak sesuai SOP. Dari data hasil penelitian, metode pekerjaan responden yang sesuai SOP adalah 28 orang (100%)

23 Karakteristik Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Tabel 4.8 Distribusi Pegawai Berdasarkan Kuesioner International Fatigue Research Commite Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 No. Gejala Kelelahan Kerja Sangat Sering Sering Kadang- Kadang Tidak Pernah N % N % N % N % 1 Kepala terasa berat Merasa lelah di seluruh badan 3 Kaki terasa berat Frekuensi menguap Pikiran kacau Merasa ngantuk Mata terasa berat (ingin dipejamkan) 8 Kaku dan canggung untuk bergerak 9 Merasa tidak stabil saat sedang berdiri 10 Merasa ingin berbaring 11 Merasa susah untuk berpikir 12 Malas berbicara Merasa gugup Tidak dapat berkonsentrasi 15 Sulit memusatkan perhatian 16 Mudah melupakan sesuatu 17 Kurang percaya diri Merasa cemas Sulit mengontrol sikap 20 Tidak tekun dalam pekerjaan 21 Sakit di bagian kepala 22 Kaku di bagian bahu

24 67 23 Nyeri di bagian punggung 24 Sesak napas Merasa haus Suara serak Merasa pening Merasa ada yang mengganjal di kelopak mata 29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu 30 Merasa kurang sehat Dari tabel di atas diketahui bahwa gejala kelelahan kerja yang dirasakan pegawai paling banyak pada kategori sangat sering adalah gejala kepala terasa berat sebanyak 6 orang (21.4), kategori sering adalah gejala kaki terasa berat yaitu sebanyak 18 orang (64.3%), kategori kadang-kadang adalah gejala merasa mengantuk sebanyak 20 orang (71.4%) dan kategori tidak pernah adalah gejala suara serak sebanyak 6 orang (21.4%). Sementara itu, gejala kelelahan kerja paling sedikit pada kategori sangat sering adalah merasa ingin berbaring, malas berbicara, sulit memusatkan perhatian, merasa cemas, nyeri dibagian punggung dan sesak nafas masingmasing sebanyak 1 orang (3.5%). Sedangkan gejala kelelahan kerja paling sedikit pada kategori sering adalah gejala suara serak sebanyak 5 orang (17.9%), kategori kadang-kadang adalah gejala malas berbaicara sebanyak 6 orang (21.4%), dan kategori tidak pernah adalah gejala merasa haus, gejala mudah melupakan sesuatu dan gejala merasa ngantuk merasa cemas masing-masing sebanyak 1 orang (3.5%).

25 68 Kelelahan kerja yang dirasakan oleh pegawai kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Distribusi Kelelahan Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Kelelahan Frekuensi % Kelelahan ringan 6 21,4 Kelelahan menengah 22 78,6 Jumlah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pegawai kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun yang termasuk dalam kategori kelelahan ringan 6 orang (21,4%), kategori kelelahan menengah 22 orang (78,6%). 4.3 Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun Hubungan Faktor Umur dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel umur dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

26 69 Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Umur Kelelahan Kerja (Tahun) Ringan Menengah Jumlah P value n % N % N % ,3 3 10, ,021 > , , Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan umur 43 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) dan umur > 43 tahun sebanyak 2 orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah umur 43 tahun yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan umur > 43 tahun sebanyak 19 orang (67,8%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara umur dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan kelelahan kerja Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel jenis kelamin dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

27 70 Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Jenis Kelelahan Kerja Kelamin Ringan Menengah Jumlah P value n % N % N % Laki-laki 2 7, , ,648 Perempuan 4 14, , Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian kelelahan pada pegawai dengan jenis kelamin laki-laki kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang (7,1%), kelelahan menengah yaitu 12 orang (42,9%), dan, sedangkan untuk pegawai dengan jenis kelamin perempuan kategori kelelahan ringan yaitu 4 orang (14,3%), kategori kelelahan menengah yaitu 10 orang ( 35,7%). Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat Kabuapaten Simalungun Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Status perkawinan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan status perkawinan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan

28 71 sampel sudah menikah. Oleh karena itu, hasil uji statistik dinyatakan error (pada lampiran) Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel Masa kerja dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Masa kerja Kelelahan Kerja (tahun) Ringan Menengah Jumlah P value n % n % N % , ,3 0,001 > ,4 4 14, ,7 Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa kerja 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun sebanyak 4 orang (14,3%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara masa kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja dengan kelelahan kerja.

29 Hubungan Faktor Status Gizi/ IMT dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel status gizi/imt dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.13 Hubungan Status Gizi/IMT dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Status Kelelahan Kerja Gizi/IMT Ringan Menengah Jumlah P value n % n % N % 18,5-24,9 3 10, ,7 0,006 > , , ,3 Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan IMT 18,5-24,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25 kg/ sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara status gizi/imt dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel status gizi dengan kelelahan kerja.

30 Hubungan Faktor Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14 Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Jarak Tempuh ke Kelelahan Kerja Tempat Ringan Menengah Jumlah P value Kerja (Km) n % n % N % , ,3 0,001 > , , ,7 Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja 30 Km yaitu sebanyak 4 orang (14,3%) dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak 2 orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja.

31 Hubungan Faktor Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Untuk menguji hubungan variabel beban kerja dengan kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Beban Kelelahan Kerja Kerja Ringan Menengah Jumlah P value n % n % N % Ringan 5 17, , ,4 0,214 sedang 1 3, ,6 Jumlah 6 21, , Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 5 orang (17,9%) dan beban kerja sedang sebanyak 1 orang (3,6%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 22 orang (78,6%) dan tidak ada pegawai yang merasa kelelahan menengah dengan beban kerja sedang. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara beban kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,214 > 0.05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel beban kerja dengan kelelahan kerja.

32 Hubungan Faktor Metode Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel terhadap objek pemeriksaan. Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan peneliti, metode pekerjaan responden yang sesuai SOP adalah 28 orang (100%). Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan sampel bekerja sesuai dengan SOP. Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan sampel bekerja sesuai dengan SOP. Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspektorat dilakukan dengan pemeriksaan berkas administrasi dan keuangan dan pemeriksaan langsung pengadaan barang ke tempat objek pemeriksaan. Survei yang dilakukan peneliti di laksanakan pada tanggal 23 mei Lokasi pemeriksaan berada di empat lokasi yaitu Kelurahan atau Nagori Pematang Simalungun, Siantar Estate, Laras II, dan Sitalasari. Pada awalnya pegawai kantor Inspektorat mengadakan pertemuan bersama kepala Camat dan Pangulu yang berada di Kecamatan Siantar. Kemudian dilakukan pemeriksaan langsung ke objek pemeriksaan dengan teknik sampel yaitu 4 kelurahan yang menjadi sampel pemeriksaan.

33 76 Tabel 4.16 Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Kelelahan Kerja Variabel Ringan Menengah Jumlah P value n % n % N % Faktor Internal Umur 6 21, , ,021 Jenis 0, , , Kelamin Status Tidak dapat diuji perkawinan Masa kerja 6 21, , ,001 Status 0, , , gizi/imt Faktor Eksternal Jarak tempuh 0,001 ke tempat 6 21, , kerja Beban kerja 6 21, , ,214 Metode Pekerjaan Tidak dapat di uji Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor Internal yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah umur (p value : 0,021), masa kerja (p value: 0.001), dan status gizi/imt (p value:0,006), sedangkan faktor eksternal yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah jarak tempuh ke tempat kerja (p value: 0,001).

34 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Grandjean (dalam Tarwaka 2004 ) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma mur 1994), Payne (1995) internal yang mempengaruhi kelelahan kerja sbb: 1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin, usia. 2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress Hubungan Umur Dengan Kelelahan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pegawai. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang ( Muftia, 2005). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan Exact diperoleh nilai p value = 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara 77

35 78 variabel umur dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Mutaqien, 2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang berumur > 25 tahun dan umur 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan yang dirasakan. Penelitian ini tidak sejalan Darmawan tahun 2011 yang menyatakan tidak ada hubungan umur dengan kelelahan kerja tetang hubungan faktor internal dan eksternal terhadap kelelahan (fatigue) pada pengemudi bus antar kota trayek Semarang Jepara di Terminal Terboyo Semarang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat Kabuapaten Simalungun. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Faiz (2014) dengan hasil uji statistik chi square yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel dependen (kelelahan) dengan variabel independen (jenis kelamin) dengan Pvalue sebesar 0,883. Penelitian ini sejalan dengan Perwitasari 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kelelahan kerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan Kroemer dan Grandjean (1997) dalam Tarwaka, (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh

36 79 periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi. Hal serupa juga oleh Tarwaka tahun 2004 yang mengatakan secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Namun berdasarkan survei yang dilakukan beban kerja antara wanita dan pria pada pegawai adalah sama sehingga jenis kelamin tidak berpengaruh untuk terjadinya lelah. Proporsi laki-laki dan perempuan pada pegawai adalah sama yaitu masing-masing 14 orang Hubungan Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Status Perkawinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan. Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu setelah bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk beristirahat. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pegawai Inspektorat yang sudah menikah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Uji statistik tidak dapat dilakukan karena seluruh pegawai sudah menikah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mauludi (2009) yang dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb (paper bag division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan dengan kelelahan. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahawa pegawai melakukan pekerjaan dengan baik walau sudah menikah

37 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Sidabalok (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin lama masa kerja berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun. Masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang tertinggi adalah 34 tahun Berdasarkan hasil penelitian bahwa kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa kerja 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun sebanyak 4 orang (14,3%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan Exact antara masa kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja dengan kelelahan kerja. Suma mur (2009) menyatakan bahwa tingkat keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja juga dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Faiz tahun 2014 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan faktor masa kerja dengan kejadian kelelahan pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan yang paling tinggi dialami oleh pegawai yang masa kerjanya lebih lama karena semaki lama ia bekerja maka

38 81 tingkat kejenuhan untuk berkeja juga tinggi dan merasa pekerjaannya monoton, hal ini yang menyebabkan terjadinya kelelahan Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu (Tarwaka, 2004). Hasil Analisis status gizi/imt responden yang terendah adalah 20,81 kg/ dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/. Status gizi/imt pegawai Inspektorat normal yaitu 3 orang (10,7 %), dan kelebihan berat badan yaitu25 orang (89,3%). Kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan IMT 18,5-24,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25 kg/ sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan Exact diperoleh nilai p value = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel status gizi dengan kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Herliani tahun 2012 yang meneliti tentang hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industri pembuatan gamelan di daerah Wirun Sukoharjo dengan p value = 0,039 (p < 0,05) bahwa terdapat hubungan status gizi dengan kelelahan pekerja.

39 82 Penelitian ini tidak senada dengan Sartono tahun 2013 mengenai hubungan faktor internal dan faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja pada karyawan laundry garment di bagian produksi CV. Sinergie laundry Jakarta Barat yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan status gizi/ IMT dengan kelelahan kerja (p value : 0,798). 5.2 Hubungan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma mur 1994), Payne (1995) faktor eksternal yang mempengaruhi kelelahan kerja sbb: 1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan. 2. Faktor kimia, seperti : zat beracun 3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur 4. Faktor ergonomi 5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Jarak tempat tinggal responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh responden menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka. Waktu yang terbuang semakin banyak, tingkat efisiensi waktu menurun. Menurut pendapat Hang Kueng dalam Fuad Mustofa (2006: 22) jarak dikatakan dekat

40 83 apabila jarak tempuh penduduk dengan berjalan kaki kurang atau sama dengan 1 km dan jarak dikatakan jauh apabila jarak tempuh penduduk lebih dari 1 km. Waktu tempuh penduduk dengan jalan kaki dikatakan sebentar apabila kurang dari atau sama dengan 15 menit, dan dikatakan lama bila waktu tempuh lebih dari 15 menit. Sedangkan menggunakan kendaraan jarak tempuh penduduk dikatakan dekat apabila kurang dari atau sama dengan 2 km dan dikatakan jauh apabila lebih dari 2 km, dan waktu tempuh penduduk dik atakan sebentar apabila kurang dari atau sama dengan 15 menit dan dikatakan lama apabila lebih dari 15menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tempuh ke tempat kerja responden yang terdekat adalah 2 Km dan yang terjauh adalah 38 Km. Hasil uji Chi-Square degan pilihan Exact antara jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Isti Fadah dan Istatuk Budi Yuswanto (2004), Jarak tempat tinggal responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh responden menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka waktu yang terbuang semakin banyak, tingkat efisiensi waktu menurun. Akibatnya curahan jam kerja akan semakin berkurang. Berdasarkan survei yang dilakukan jarak tempuh yang jauh dan kondisi jalan yang tidak bagus merupakan salah satu penyebab kelelahan pada pegawai Kantor Inspektorat. Kondisi ini menyebabkan energi pegawai semakin banyak untuk bekerja dan menempuh lokasi pemeriksaan lapangan.

41 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Menurut Astrand & Rodahl (1977) dan Rodahl (1989) dalam Tarwaka 2004 bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Beban kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan (Grandjean, 1988). Kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 5 orang (17,9%) dan beban kerja sedang sebanyak 1 orang (3,6%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 22 orang (78,6%) dan tidak ada pegawai yang merasa kelelahan menengah dengan beban kerja sedang. Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara beban kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,214 > 0.05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel beban kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Carlos,dkk tahun 2016 tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan kelelahan pengemudi truk tangki di terminal bbm PT Pertamina (persero) kec. Latambaga Kab. Kolaka Tahun 2016 tidak terdapatnya hubungan antara

42 85 beban kerja mental dengan kelelahan kerja dengan nilai p value = 0,075 (p value > 0,05). Penelitian ini tidak sejalan dengan Mubarok (2007) mengatakan dalam penelitiannya ada hubungan antara beban kerja mental (mental workload) dengan kelelahan (fatigue) kerja sales promotion girl/male (spg/ spm) PT Pasaraya\ Tosersajaya. Hal ini juga senada dengan penelitian Sartono tahun 2013 mengenai hubungan faktor internal dan faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja pada karyawan laundry garment di bagian produksi CV. Sinergie laundry Jakarta Barat yang menyatakan bahwa ada hubungan beban kerja mental (p-value 0,036) dengan kelelahan kerja. Penelitian Ahmad 2015 juga menyatakan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja p value: 0,004. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahwa beban kerja sedang di rasakan oleh 1 orang pegawai yaitu Inspektur Pegawai Kantor Inspektorat sehingga beban kerja setiap pegawai tidak memiliki pengaruh dengan terjadinya kelelahan. Beban kerja yang dirasakan oleh Inspektur Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun disebabkan karna memiliki tanggung jawab yang besar baik untuk Bupati dan bawahanya Hubungan Metode Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017 Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel terhadap objek pemeriksaan. Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan peneliti, metode pekerjaan responden yang sesuai SOP adalah 28 orang (100%).

Kuesioner Penelitian. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja. Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat

Kuesioner Penelitian. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja. Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 No. Respoden : Tanggal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK PULAU TIGA TAHUN 2015 Yth. Saudara/I Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antar variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. antar variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian penjelasan yaitu menjelaskan hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ilmu Kesehatan Jiwa. A.2 Waktu Penelilitian Bulan Oktober- November 2011. A.3 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek penelitian hanya di observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Variabel Terikat Masa Kerja Carpal Tunnel Syndrome Lama Kerja Sikap Kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep 31 32 B. Hipotesis 1.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional untuk mengetahui tingkat kelelahan (fatigue) kerja akibat kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Unsafe Action : Posisi gadget. Jarak pandang gadget Lamanya waktu gadget. Keluhan Subyektif Gangguan Kesehatan Mata Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor Karakteristik Pengemudi Karakteristik pengemudi meliputi umur, status gizi atau IMT dan Kondisi Tubuh. Di bawah ini akan ditampilkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang menjelaskan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan dan pelaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian non-eksperimental dengan menggunakan data primer untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel independen jenis kelamin, sikap terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independent

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang bersifat penjelasan pada setiap variabelnya melalui

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain studi korelasional yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan infrastruktur transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional, Alasan menggunakan ini yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik yang mana penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner, serta terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain 35 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory Research) karena hubungan dan pengaruh antara variabel-variabelnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional di bidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah tahapan yang dilakukan dalam penelitian yang harus digambarkan telebih dahulu agar penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan data primer dari semua pemulung di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi untuk mencari perbandingan dua sampel atau dua uji coba pada obyek penelitian. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. 1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan menerangkan masalah penelitian yang terjadi pada anak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah analitik observasional (Setiawan dan Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Metode penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross sectional dimana semua variabel yang ditetapkan diteliti pada waktu yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan PENELITIAN BAB III METODE METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggali. dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggali. dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2011). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggali bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional, yakni mengambil data pada satu waktu, dimana pengumpulan variabel dependen dan independen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian Non Experimen (Hidayat, 2007). Dalam rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Suhu Udara Kelembaban Udara Keluhan Sick Building Syndrome Angka Total Mikrobiologi Udara Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Bidang penelitian di bidang gizi masyarakat yang dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga desa Meteseh kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner

LAMPIRAN 1. Kuesioner LAMPIRAN 1 Kuesioner Kuesioner Penelitian Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan atas penelitian tentang Pengaruh Penempatan Karyawan terhadap Prestasi Kerja pada PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengkajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable Bebas Variable Terikat Status Gizi / IMT Tingkat aktivitas fisik Kelelahan Kerja Perawat Kecukupan Energi Kerja Shift kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan cara survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian studi survei analitik yaitu meneliti hal yang sudah ada

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu sebuah studi yang digunakan untuk mengestimasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode Observasional Analitik, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Peneliti mencoba

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci