Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati"

Transkripsi

1 Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan Setyowati

2 Perempuan sebagai anggota keluarga dalam menerima pelayanan kesehatan karena dia harus berperan dalam keluarga Anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Perempuan perlu mendapat perhatian dan pelayanan kesehatan khusus dalam mempertahankan kesehatan reproduksinya Perawat adalah ujung tombak suatu profesi kesehatan Mempertinggi derajat kesehatan masyarakat

3 Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Shg pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit saja melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000)

4 Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Perempuan (WHO, 2009) Perempuan menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya Kesehatan perempuan secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan. Kesehatan perempuan sering dilupakan dan hanya sebagai objek dengan mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk. Masalah kesehatan reproduksi perempuan sudah menjadi agenda Internasional Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.

5 Program kerja WHO terkait masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, A. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak perempuan (seperti mutilasi,genital, deskriminasi nilai anak, dsb); kebiasaan2 yang meningkatkan kerentanan kesehatan anak perempuan 1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa memberikan informed consent. 2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan mengarah pada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan perempuan

6 Masalah kesehatan reproduksi remaja bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual tindakan seksual yang tidak aman

7 Masalah kesehatan reproduksi perempuan dewasa Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-kb, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak aman; Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah; Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual

8 Masalah kesehatan reproduksi perempuan lansia Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ reproduksi; Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan lainnya.

9 Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas A. Masalah reproduksi: Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan, masalah gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan.

10 Intervensi pemerintah terhadap masalah reproduksi Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi Perubahan lingkungan terhadap kesehatan reproduksi

11 B. Masalah gender dan seksualitas 1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas; 2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian; 3. Seksualitas dikalangan remaja; 4. Status dan peran perempuan; 5. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

12 C. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan 1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban; 2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan; 3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur; 4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

13 D. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual 1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea; 2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes; 5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial); 6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. 3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency Syndrome); 4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;

14 E. Masalah pelacuran 1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran 2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya 3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya

15 F. Masalah terkait teknologi 1. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung); 2. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening); 3. Pelapisan genetik (genetic screening); 4. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan; 5. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

16 Hak-hak reproduksi kesehatan reproduksi dan seksual (ICPD 1994, FWCW 1995 ) a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut; b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.

17 Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual 1. Hak untuk hidup 8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak 9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan 2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan 3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi 4. Hak privasi 7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga 6. Hak atas informasi dan edukasi 5. Hak kebebasan berpikir 10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan 11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik 12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

18 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil) Faktor budaya dan lingkungan (praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga perempuan Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual

19 Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi Meningkatkan kesadaran kemandiriaan perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya.

20 Tujuan Khusus 1. Meningkatnya kemandirian perempuan dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya 4. Dukungan yang menunjang perempuan untuk menbuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal. 2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial perempuan dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan 3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya;

21 Strategi Yan kes pro komprehensif sepanjang daur kehidupan perempuan Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak (pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus dan pelayanan postnatal atau masa nifas) Komponen Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja Komponen Usia Lanjut. Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi (menopouse/adropause)

22 Hasil akhir yang diharapkan a. Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat diperlukan. b. Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab kebutuhan perempuan maupun pria. c. Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif d. Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman e. Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tidak aman. f. Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS). g. Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.

23 Laporan akhir tentang kesehatan reproduksi perempuan (WHO,2009) Masih terdapat ketidaksamaan gender secara luas dalam pelayanan kesehatan Permulaan masalah kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja perempuan dan semakin berat dan kritis pada masa dewasa perempuan Kematian perempuan yang sangat besar penyebab utamanya adakah masalah reproduksi misalnya: kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan pasca bersalin, masalah HIV dan lain2. Masih banyaknya masalah penyakit kronis, kecelakaan dan gangguan mental pada perempuan Masalah social dan system kesehatan masih gagal dalam memberikan pelayanan kepada perempuan.

24 Peran dan tanggung jawab Perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil

25 Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional

26 Perawat professional (Potter and Perry, 1998) Care Giver memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks Client Advocate (Pembela Klien). membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien Conselor membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik

27 Perawat professional Educator : Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku Menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem

28 Peran perawat dalam pelayanan kesehatan reproduksi (CHS,1989) Pemberi asuhan keperawatan: memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pelayanan kesehatan reproduksi besar dan berat krn sebagian besar perawat perempuan, Lebih memahami ttp stress krn refleksi dirinya Edukator: meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan Kolaborator: mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya Advokat klien: membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan keputusan, melindungi hak-hak pasien Pembaharu dan peneliti: mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan Konsultan: tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan

29 Kesimpulan Perempuan memerlukan pelayanan yang khusus dalam kesehatan reproduksinya karena kondisi fisik, psikologis dan social budaya yang mempengaruhinya Peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan angka kematian dan kesakitan dan dibutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi pada perempuan yang lebih baik Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan yang berada disamping klien selama 24 jam yang mengetahui kebutuhan kliennya diharapkan dapat menerapkan perannya secara profesional

30 Peningkatan kesehatan perempuan adalah peningkatan dunia.

ISU KESEHATAN REPRODUKSI

ISU KESEHATAN REPRODUKSI MAKALAH ISU KESEHATAN REPRODUKSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas Disusun oleh : EKO BETHAVIA S. NIM : 2011.032 AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANG Jl. Brigjen Katamso No

Lebih terperinci

MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Konsep Kesehatan Reproduksi. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Konsep Kesehatan Reproduksi. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes MATA KULIAH WAKTU DOSEN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes TOPIK Konsep Konsep 1 SUB TOPIK 1. Definisi kesehatan reproduksi 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan. 3. Hak-hak reproduksi. OBJEKTIF

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapannya

Lebih terperinci

Konsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI

Konsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI KESEHATAN REPRODUKSI Windhu Purnomo Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR 2006 Konsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI Windhu Purnomo FKM Unair 2006 1 Definisi Kesehatan Reproduksi (Konperensi Kependudukan

Lebih terperinci

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai dasar kesehatan reproduksi 1. Defenisi 2. Sasaran

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya KESEHATAN REPRODUKSI Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya Definisi Kespro Suatu Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak sematamata bebas dari penyakit

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan 1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi. Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi melipui :

Kesehatan Reproduksi Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi. Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi melipui : Kesehatan Reproduksi Sehat adalah suatu keadaan sejahtera isik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi,

Lebih terperinci

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Konsep Dasar Gender dalam kespro Konsep dasar gender Pengertian

Lebih terperinci

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Defmisi dan Cakupan Makna kesehatan dalam undang-undang pokok kesehatan nomor 32, tahun 1992 adalah meliputi kesehatan badan, rohaniah ( mental)

Lebih terperinci

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI I. UMUM Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN PEREMPUAN SEBAGAI BAGIAN DARI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT

PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN PEREMPUAN SEBAGAI BAGIAN DARI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN PEREMPUAN SEBAGAI BAGIAN DARI PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT Pokja Keperawatan Perempuan Jawa Timur IKATAN PERAWAT MATERNITAS INDONESIA (IPEMI) JAWA TIMUR PERAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

: 1. Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. 2. Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. Pengembang Desain Instruksional : Dr. Ir. Nurmala Pangaribuan, M.S.

: 1. Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. 2. Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. Pengembang Desain Instruksional : Dr. Ir. Nurmala Pangaribuan, M.S. Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Desember 2016 Penulis : 1. Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. 2. Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes. Pengembang Desain Instruksional : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi kesehatan reproduksi yang dianut saat ini merupakan gambaran dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi kesehatan reproduksi yang dianut saat ini merupakan gambaran dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi Defenisi kesehatan reproduksi yang dianut saat ini merupakan gambaran dari pengertian yang disepakati dalam International Conference on Population and Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Admin, 2008).

Lebih terperinci

Praktek Profesional Bidan. Kebidanan Sebagai Profesi :

Praktek Profesional Bidan. Kebidanan Sebagai Profesi : Program Studi Mata kuliah Topik Sub topik : Kebidanan : Konsep Kebidanan : Peran Fungsi Bidan : Peran Fungsi Bidan Praktek Profesional Bidan Kebidanan Sebagai Profesi : - Profesi Bidan - Profesionalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN Peran perawat Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengartuhi oleh keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

FERRY EFENDI MAKHFUDLI

FERRY EFENDI MAKHFUDLI FERRY EFENDI MAKHFUDLI DAFTAR ISI Tentang Penulis Kata Pengantar Daftar Isi iii v vii BAB 1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas 1 Pendahuluan 3 Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas 4 Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan seharihari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh. Reproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsifungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan hasil penelitian Universitas Indonesia dan Australian National University pada 2010, Sebanyak 20,9 persen remaja putri di Indonesia telah hamil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelayanan yang sensitif terhadap kebutuhan remaja. Seringnya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. oleh para pelayanan yang sensitif terhadap kebutuhan remaja. Seringnya pelayanan BAB I PENDAHULUAN Pentingnya tahap remaja dalam perkembangan hidup seorang individu telah menyita perhatian internasional. Tahap remaja secara tradisional dikenal sebagai periode yang relatif bebas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS Masalah Kebidanan di Komunitas Kematian Ibu dan Bayi ( AKI dan AKB) Kehamilan Remaja Unsafe Abortion BBLR Pertolongan Persalinan oleh tenaga Non Nakes PMS (Penyakit Menular

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan

Lebih terperinci

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

Sgmendung2gmail.com

Sgmendung2gmail.com Sgmendung2gmail.com sgmendung@yahoo.co.id PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KB BKKBN 2011 Menjelaskan Konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Menjelaskan masalah-masalah dalam memenuhi hak-hak reproduksi pada

Lebih terperinci

Peran, Fungsi, Tugas perawat dalam Pengembangan Sistem Pelayanan Kesehatan. Rahmad Gurusinga

Peran, Fungsi, Tugas perawat dalam Pengembangan Sistem Pelayanan Kesehatan. Rahmad Gurusinga Peran, Fungsi, Tugas perawat dalam Pengembangan Sistem Pelayanan Kesehatan Rahmad Gurusinga Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat, perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC) KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC) No. Dokumen : No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS KEPALA PUSKESMAS DR. IYOS ROSMAWATI NIP. 19740416 200801 2 003 KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC) A.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id dinilai masih rendah. Hasil penelitian Pakasi dan Kartikawati (2013)

bio.unsoed.ac.id dinilai masih rendah. Hasil penelitian Pakasi dan Kartikawati (2013) KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: NILAI PENTING, PERMASALAIIAN SERTA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Oleh: Endah Sri Palupi, S.Si., M.Sc. *) PENDAHULUAI{ International Conference on Population and Development

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA

HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA TTIINJJAUAN PPUSSTTAKA HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA Staf Pengajar Bagian Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

ANALISA SITUASI & PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA

ANALISA SITUASI & PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA ANALISA SITUASI & PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI Pile Patiung, SE DASAR PEMIKIRAN CEDAW 1984 ICPD CAIRO 1994 KONFERENSI WANITA SEDUNIA DI BEIJING 1995 KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA HAM DAN HAK-HAK REPRODUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Melalui program pelayanan

Lebih terperinci

Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Mata Kuliah. Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta

Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Mata Kuliah. Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta Pertemuan III Praktek & Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP. 197401121998031002 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas I Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL Widya Hary Cahyati, Muhammad Azinar Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL, PERSALINAN, DAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN, PENYELENGGARAAN PELAYANAN KONTRASEPSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan Masyarakat GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN Sesi 2: Retna Siwi Padmawati 1 Topik diskusi Gender dan terminologinya Kesehatan reproduksi Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengingat dampak yang buruk depresi postpartum yang diderita seorang wanita terhadap perkembangan intelektual, tingkah laku, dan emosi anak yang dilahirkan pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization), penyebab kematian terbanyak pada wanita golongan reproduktif disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pandangan bahwa hubungan seksual adalah tabu, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain. Menurut WHO remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, bidan. berwenang memberikan asuhan kebidanan. Asuhan Kebidanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, bidan. berwenang memberikan asuhan kebidanan. Asuhan Kebidanan adalah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, bidan berwenang memberikan asuhan kebidanan. Asuhan Kebidanan adalah prosedur yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan sesuatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sosial Budaya 2.1.1. Pengertian Sosial Budaya Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. GASTER, Vol. 4, No. 2 Agustus 2008 (260-267) ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. SUKOHARJO Maryatun, Wahyuni Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan potensi dasar dan alami dari setiap individu yang sangat diperlukan pada awal kehidupan dan pertumbuhan manusia. Apabila unsur dasar tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencapai kehamilan yang berkualitas harus didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien. Kehamilan di definisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci