HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA
|
|
- Doddy Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TTIINJJAUAN PPUSSTTAKA HAK KESEHATAN REPRODUKSI, DEFINISI, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBATNYA Staf Pengajar Bagian Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Many women are not appreciating about the health reproduction rights. The low of that awareness result in something serious problems, especially for the women and then cause maternal mortality To disregard about the health reproduction rights have consequences maternal mortality rate is high. Extent the problems result the low awareness about the health reproduction rights must be to cope with analyze as distinct definition, purpose, extend the problem and factors that cause become obstacle to increase women s awareness about the health reproduction rights. Key words: A. MEMAHAMI HAK KESEHATAN REPRODUKSI Pemikiran mengenai hak-hak reproduksi perempuan merupakan perkembangan dari konsep hak-hak asasi manusia. Dalam perkembangannya, konsep hak-hak asasi manusia dapat dibagi dalam dua ide dasar. Pertama pandangan yang berpijak pada keyakinan bahwa tiap manusia lahir dengan hakhak individu yang tidak dapat dipisahkan darinya, dan kedua pandangan yang menekankan kewajiban masyarakat dan negara, untuk menjamin tidak saja kebebasan dan kesempatan bagi warga negara, tetapi juga memastikan bahwa warga negara mampu memperoleh, melaksanakan kebebasan, dan apa yang menjadi haknya (Kartono Muhammad,1998). Masalah reproduksi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari seksualitas dan tubuh manusia. Seksualitas bukan semata-mata dorongan naluri, atau kebutuhan biologis (khususnya alat kelamin), tetapi merupakan bentuk interaksi sosial atau bersifat relasional. Banyak perempuan yang tidak mengetahui haknya, karena dalam kehidupan perempuan, masalah hak sangat langka di bicarakan. Fungsi reproduksi mereka yang diperankan hanya pada wilayah domestik membuat perempuan lebih biasa dengan berbagai kewajiban, misalnya sebagai seorang ibu dan istri, harus atau wajib mendidik anak, mengatur rumah tangga, mendampingi dan melayani suami. Mungkin lebih mudah bagi perempuan untuk membuat daftar kewajiban mereka dari pada haknya. Begitu juga dengan arti sehat, perempuan lebih menganggap kesehatan adalah yang berkaitan dengan organ tubuhnya, padahal makna kesehatan tidak hanya demikian. Apalagi kata reproduksi, masih banyak perempuan yang belum mengetahuinya (Mariana Amiruddin, 2003). B. DEFINISI HAK KESEHATAN REPODUKSI Penyadaran terhadap perempuan atas reproduksinya perlu diberi beberapa pengertian yang lebih khusus, yaitu apa yang disebut dengan hak, kesehatan, dan reproduksi itu sendiri. Dikutip dari Nani Zulifarni (2003), yaitu: 191
2 Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau tidak melakukan, memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak sebagai manusia dan sebagai perempuan sebagai kekuatan bagi perempuan untuk melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri, keluarga, dan masyarakat. Sehat adalah tidak hanya berkaitan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga mental dan sosial. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lainnya dan saling mempengaruhi, yang dapat membuat seseorang sakit atau sehat. Reproduksi adalah menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk menghasilkan keturunan secara berulang. Dari definisi di atas maka makna hak kesehatan reproduksi menjadi serangkaian kata yang memiliki visi, misi, dan program, bahwa hak dan kesehatan reproduksi menjadi dua konsep yang tidak terbatas pada persoalan medis organ reproduksi saja. Konsep pertama adalah hak reproduksi; kedua, kesehatan reproduksi. Dikutip dari Implication of the ICPD (International Congress Population and Development) Programme of Action, 1994 bahwa yang dimaksud dengan ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah: 1. Kesejahteraan fisik mental dan sosial yang utuh. 2. Segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya. 3. Mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman. 4. Memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana, dan berapa seringkah 5. Mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi pilihan mereka dan metode metode yang mereka pilih. 6. Hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang memungkinkan para wanita selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak. 7. Memberikan kesempatan terbaik kepada pasangan untuk memiliki bayi yang sehat. Atau dengan kata lain kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang bertalian dengan reproduksi penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Definisi hak-hak reproduksi secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Hak reproduksi mencakup hak-hak asasi manusia tertentu yang sudah di akui dalam hukum hukum nasional, dokumen-dokumen hak-hak asasi internasional. 2. Hak-hak yang berdasarkan pada pengakuan hak hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak dan menentukan waktu kelahiran anak anak mereka. 3. Mempunyai informasi dan cara untuk memperoleh anak dan hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. 4. Hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai reproduksi yang bebas diskriminasi, paksaan, dan kekerasan. 5. Memperhitungkan kebutuhan hidup dari anak-anak mereka yang sekarang dan pada masa mendatang serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. 6. Hak hak ini harus didukung oleh kebijakan pemerintah dan masyarakat di bidang kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana. C. TUJUAN KESEHATAN DAN HAK REPRODUKSI Tujuan kesehatan dan hak reproduksi adalah sebagai berikut: 1. Untuk memastikan informasi yang menyeluruh dan faktual serta beragam pelayanan pemeliharaan kesehatan reproduksi, tersedia, terjangkau, dan dapat diterima serta cocok untuk semua pemakai. 2. Untuk memungkinkan dan mendukung keputusan sukarela yang bertanggung jawab dalam hal kehamilan dan metode keluarga berencana pilihan mereka, dan metode lain pilihan mereka dalam hal pengaturan kesuburan yang tidak bertentangan dengan 192 Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, Permasalahan ( )
3 hukum serta mempunyai informasi, pendidikan, dan cara untuk memperolehnya. 3. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi yang mengalami perubahan sepanjang siklus hidup dan melakukan hal itu dengan cara yang peka terhadap keanekaragaman keadaan masyarakat setempat. (Mariana Amiruddin, 2003) D. AREA PERMASALAHAN YANG MENJADI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI 1. Reproduksi, faktor-faktor yang jadi masalah dalam hal ini adalah kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan, peranan, atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi (contoh: pandangan masyarakat terhadap reproduksi perempuan), intervensi pemerintah atau negara terhadap masalah reproduksi (contoh: program Keluarga Berencana), tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik dan sebagainya. Pembangunan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan lingkungan terhadap kesehatan reproduksi. 2. Jender dan Seksualitas. Faktor faktor yang menjadi masalah mencakup pengaturan negara terhadap masalah seksualitas, misalnya kebijakan tentang pornografi, pelacuran, dan pendidikan seks, pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana normanorma sosial yang berlaku tentang prilaku seks, homo seks, poligami, dan perceraian, seksualitas di kalangan remaja, status dan peranan perempuan, perlindungan terhadap perempuan pekerja. 3. Kehamilan yang tidak diinginkan. Faktor yang menjadi masalah dalam hal ini adalah pembunuhan bayi, pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan tidak secara aman. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan terhadap kesehatan perempuan dan keluarga. Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan serta pengguguran yang tidak aman. Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut. 4. Kekerasan dan perkosaan. Permasalah yang menjadi sorotan dalam hal ini adalah demografi pekerja seks komersial atau pelacuran, norma-norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, sikap masyarakat mengenai kekerasan dan perkosaan terhadap pelacur, dan berbagai langkah untuk mengatasi hal tersebut. 5. Penyakit menular seks, faktor-faktor yang menjadi masalah adalah masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis dan gonorhea, masalah penyakit menukar seksual yang relatif baru seperti herpes, chlamydia, masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome). Dampak sosial ekonomi dari penyakit menular seksual dan kebijakan dan program pemerintah dalam mengatasinya (termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial) dan sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. 6. Pelacuran. Faktor-faktor yang menjadi masalah dalam hal ini mencakup demografi pekerja seks komersial atau pelacuran. Faktor-faktor yang menjadi pendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya dan dampak pelacuran terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumen dan keluarganya. 7. Teknologi. Faktor-faktor yang menjadi masalah dalam hal ini adalah teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung, pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening), penapisan genetik, keterjangkauan dan kesamaan kesempatan serta etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah tehnologi reproduksi (Mariana Amiruddin, 2003). Hal ini di dukung oleh pernyataan A. August Burns, tahun 2000, yaitu latar belakang masalah kesehatan reproduksi berlatar belakang faktor sosial. Wanita sering tidak mempunyai kontrol terhadap kebiasaan seksual dan sering tidak bisa menolak hubungan seksual yang tidak aman. Beberapa hal yang dianggap menjadi permasalahan dalam kesehatan reproduksi adalah: Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, Permasalahan ( ) 193
4 1. Hamil terlalu sering. Di sebagian negara, 1/3 sampai ½ jumlah wanita akan menjadi ibu sebelum mencapai usia 20 tahun. Tanpa menggunakan cara KB (keluarga berencana), banyak wanita yang tidak akan sempat memulihkan tenaga antara jarak kehamilan. Hal ini membuat wanita lebih sering mengalami tingkat kesehatan yang buruk dan komplikasi kehamilan dan persalinan. Terlalu sering melahirkan juga berarti wanita akan kurang bisa mengontrol hidupnya, mengenyam pendidikan, dan menambah keterampilan untuk mandiri. 2. Komplikasi kehamilan dan persalinan. Dalam 30 tahun terakhir ini, jumlah kematian bayi telah turun dengan tajam. Tetapi jumlah kematian ibu ibu karena kehamilan dan persalinan tetap tinggi. Setiap menit 30 wanita mengalami gangguan kesehatan yang berkelanjutan yang berhubungan dengan kehamilannya. Ini berarti bahawa secara keseluruhan hampir seperempat jumlah wanita di negara miskin akan mengalami gangguan kesehatan karena komplikasi kehamilan dan persalinan. 3. Aborsi. Bila wanita mencoba untuk menggugurkan kandungan dengan cara tidak aman, dia akan mempertaruhkan nyawa. Setiap hari sekitar wanita mencoba untuk menggugurkan kandungannya dengan cara yang tidak aman karena mereka tidak punya pilihan lain. Banyak yang akhirnya menjadi mandul atau merasa kesakitan yang terus menerus, infeksi, dan gangguan kesehatan lainnya. 4. Sirkumsisi wanita. Sirkumsisi wanita di mana sebagian atau seluruh alat genitalia luar gadis dipotong, bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, bila dilakukan tanpa memperhatikan kebersihan dan yang melakukan hal tersebut bukan tenaga medis. Gangguan kesehatan yang terjadi dapat berupa infeksi urine dan panggul, gangguan seksual dan emosi, dan kesulitan melahirkan. Meskipun akibatnya sangat buruk, sirkumsisi di lakukan secara luas. Setiap tahun sekitar 2 juta gadis kecil akan disirkumsisi terutama di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penghambat terwujud kesehatan reproduksi di masyarakat luas, yaitu: 1. Tingkat pengetahuan yang lemah tentang seksualitas manusia 2. Informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang tidak tepat atau kurang bernilai 3. Kelaziman perilaku seksual berisiko tinggi 4. Praktik-praktik sosial yang mendiskriminatif. 5. Sikap-sikap negatif terhadap perempuan dewasa dan remaja. 6. Kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak perempuan atas kehidupan seksual dan reproduksi mereka. 7. Kaum remaja mudah terkena karena kekurangan mereka akan informasi dan pelayanan yang relevan di kebanyakan negeri. 8. Perempuan dan pria yang lebih tua mempunyai masalah kesehatan reproduksi dan seksual yang khas yang sering kurang ditanggapi. Menurut Kartono Muhammad tahun 2001, hambatan yang terjadi di Indonesia sebagai negara yang ikut menandatangani Deklarasi Kairo tahun 1994 dalam ICPD adalah: 1. Penyempitan penafsiran kesehatan reproduksi pada masalah kehamilan dan persalinan. Ini terlihat dari prioritas program yang berupa penyebaran bidan di desa yang harus diakui lebih dibekali dengan pendekatan medis teknis dan klinikal. Tentu saja hal ini dilandasi dengan fakta nyata sebagian besar persalinan dilakukan secara tidak profesional dan aman. Tetapi, pemecahannya kemudian lebih bersifat simtomatis dan belum kausal. Promosi safe motherhood pun masih sebatas setelah kehamilan terjadi. 2. Melihat masalah ini hanya secara sektoral, yaitu seolah-olah hanya masalah Departemen Kesehatan dan Kantor Menteri Kependudukan serta KB, atau kedua instansi itu memang enggan melibatkan sektor lain. 3. Ada semacam ketakutan menghadapi risiko politis, terutama jika berbicara mengenai pendidikan seks dan penenganan abortus (sesuai) dengan kesepakatan Kairo, akan menghilangkan praktik aborsi yang ilegal dan tidak aman. Demikian pula mengenai 194 Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, Permasalahan ( )
5 pelacuran, dengan akibat tidak pernah ada program yang konkrit yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan para pelacur. 4. hukum yang belum memihak kepada kesehatan reproduksi perempuan, misalnya dalam kasus perkosaan. Hambatan dari kalangan masyarakat, yaitu: 1. Masih banyaknya adat yang mempunyai risiko tinggi bagi kesehatan reproduksi yang lebih didasari kebiasaan dan kepercayaan. Ketakutan terhadap tenaga kesehatan modern, pemahaman tentang penyakit pada perempuan, budaya kelaki-lakian (budaya sifon, gowokan, dan terkena go sebagai bukti kelaki-lakian, serta kepercayaan yang lain. 2. Masih tingginya budaya paternalistik, sehingga hak untuk hamil atau mempunyai anak (dan juga pengggunaan kontrasepsi) ditetapkan oleh laki-laki tanpa melihat kepentingan istri yang juga perlu sehat. 3. Penafsiran nilai-nilai moral yang sering tidak konsisten, khususnya mengenai nilai keperawanan, janda pelacuran, dan abortus. Demikian pula mengenai pendidikan seks yang cenderung di tolak tanpa kesediaan untuk memahami tujuan dan isi pendidikan. Selain sebab-sebab di atas sering sekali wanita terpaksa hidup dengan tingkat kesehatan yang buruk. Meskipun tidak semua wanita mengalami gangguan kesehatan, sebagian besar akan mengalami 3 masalah: kurang gizi, terlalu sering hamil, dan kelelahan. Setiap masalah tersebut akan mempengaruhi kesehatan umum wanita dan melelahkan tubuh, sehingga rentan terhadap penyakit. Kehamilan juga membuat gangguan kesehatan lainnya bertambah parah, seperti malaria, hepatitis, diabetes, dan anemia, dan penyakit tersebut juga menyebabkan kehamilan sulit. Semua hal tersebut membuat wanita lebih sering kurang sehat dari pada pria. DAFTAR PUSTAKA Ana Nadhya Abrar, Wini Tamtiari, Konstruksi Seksualitas (Antara Hak dan Kekuasaan), Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, 2001 Dadang Juliantoro, 30 Tahun Cukup (Keluarga Berencana dan hak Konsumen).Hal Pustaka Sinar harapan bekerja sama dengan PKBI dan The Ford Foundation Jakarta, Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan, Penerbit UI press Fikarwin Zuska dan Rakan-rakan, Kesehatan Maternal di Sipirok Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Henrietta L. Moore, Feminisme & Antropologi, Proyek Studi Jender Dan Pembangunan FISIP UI, UNIFEM, Hasbih Berliani, Perilaku Seksual Pekerja Migran, PPK UGM & Ford Foundation, 1999 Istiadah (dra, MA), Pembagian kerja Rumah Tangga Dalam Islam, Lembaga Kajian Agama dan Gender, Solidaritas Wanita, Penerbit The Asia Foundation, Jakarta ILO Indonesia, Penyadaran Gender, Buku Panduan untuk para pekerja Maria Ulfah Subadio T.O.Ihromi, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Ieda Poernomo Sidhi. Hak-hak Wanita dalam kesehatan. PKBI, 1989; Hal 1-3 Mansour Fakih (DR), Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Marge koblinsky, Judith Timyan, Jill Gay, Penterjemah dr Adi Utarini, MSc (Kesihatan wanita, Sebuah Perspektif Global, editor, Gadjah Mada university press dalam kesihatan Wanita: Harga dari sebuah Kemiskinan oleh Jodi L.Jacobson hal 2-3), 1997 Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan, Kesehatan Perempuan Dan Perlindungan Konsumen, YLKI dan Ford Foundation Ratna batara Munti, Wanita Sebagai kepala Rumah Tangga, Lembaga Kajian Agama dan Gender, Solidaritas Wanita, Penerbit The Asia Foundation, Jakarta Ratna Saptari dan Brigitte Holzner (pengantar Saparinah Sadli (Prof.Dr)), Wanita Kerja dan Perubahan Sosial (Sebuah Pengantar Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, Permasalahan ( ) 195
6 Studi Wanita), Penerbit Grafiti, Jakarta, Roziah Omar, Health bridging the Gaps (Social Cultural Interpretations of Health), University of Malaya, 2000 Ria Manurung dan rakan-rakan, Kekerasan Terhadap Perempuan Pada Masyarakat Multi Etnik Pusat Penelitian Kependudukan, Ford Foundation, 2002 Siti Nurul Qomariah, dan rakan-rakan. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) Pada Perempuan Indonesia (Sebuah Telaah Literatur) Pusat Komunikasi Kesehatan Berperspektif jender, Ford Foundation, 2001: hal 7-9 Seri Perempuan Mengenali Dirinya, Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan, YLKI, Forum Kesehatan perempuan dan Ford Foundation, 2002 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Forum Kesehatan Perempuan, Ford Foundation, Perempuan Dan Hak Kesehatan Reproduksi, Ford Foundation, Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan, Permasalahan ( )
Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan. Setyowati
Peran dan Tanggung Jawab Perawat dalam Pencapaian Kesehatan Perempuan Setyowati Perempuan sebagai anggota keluarga dalam menerima pelayanan kesehatan karena dia harus berperan dalam keluarga Anak tumbuh
Lebih terperinciMinggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI Defmisi dan Cakupan Makna kesehatan dalam undang-undang pokok kesehatan nomor 32, tahun 1992 adalah meliputi kesehatan badan, rohaniah ( mental)
Lebih terperinciKonsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI
KESEHATAN REPRODUKSI Windhu Purnomo Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR 2006 Konsep & Ruang Lingkup KESEHATAN REPRODUKSI Windhu Purnomo FKM Unair 2006 1 Definisi Kesehatan Reproduksi (Konperensi Kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciISU KESEHATAN REPRODUKSI
MAKALAH ISU KESEHATAN REPRODUKSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas Disusun oleh : EKO BETHAVIA S. NIM : 2011.032 AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN SUBANG Jl. Brigjen Katamso No
Lebih terperinciJENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE
JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI Pile Patiung, SE DASAR PEMIKIRAN CEDAW 1984 ICPD CAIRO 1994 KONFERENSI WANITA SEDUNIA DI BEIJING 1995 KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA HAM DAN HAK-HAK REPRODUKSI
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan 1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan telah terpengaruh oleh HIV sejak awal epidemi terjadi dan dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). Secara global HIV dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan
Lebih terperinciGENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi
Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan Masyarakat GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN Sesi 2: Retna Siwi Padmawati 1 Topik diskusi Gender dan terminologinya Kesehatan reproduksi Permasalahan
Lebih terperinci2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya
KESEHATAN REPRODUKSI Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya Definisi Kespro Suatu Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak sematamata bebas dari penyakit
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI I. UMUM Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang pembangunan seperti yang
Lebih terperinciMATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Konsep Kesehatan Reproduksi. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes
MATA KULIAH WAKTU DOSEN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes TOPIK Konsep Konsep 1 SUB TOPIK 1. Definisi kesehatan reproduksi 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan. 3. Hak-hak reproduksi. OBJEKTIF
Lebih terperinciKonferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Remaja dalam beberapa literatur biasanya merujuk pada usia 10-19 tahun. Badan Koordinasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di
Lebih terperinciPendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas
Lebih terperinciTAK ADA PILIHAN RINTANGAN ATAS KESEHATAN REPRODUKTIF DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF
TAK ADA PILIHAN RINTANGAN ATAS KESEHATAN REPRODUKTIF DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF Amnesty International Publications Pertama diterbitkan pada tahun 2010 oleh Amnesty International Publications Sekretariat
Lebih terperinciKesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST
Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapannya
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciUniversitas Gadjah Mada
Minggu ke 10, 11, 12 Kesehatan Reproduksi Perempuan dan anak, Remaja Kesehatan Reproduksi Perempuan dan anak Kesehatan reproduksi perempuan menyangkut semua hal yang berhubungan dengan keamanan sosial
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah
Lebih terperinciPeningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK
60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)
Lebih terperinciDasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes
Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai dasar kesehatan reproduksi 1. Defenisi 2. Sasaran
Lebih terperinciPENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI
PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI Oleh : Putu Mas Ayu Cendana Wangi Sagung Putri M.E. Purwani Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan
I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan seharihari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan,
Lebih terperinciBerbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY
Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh. Reproduksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja
Lebih terperinciADVOKASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DI KALANGAN PELAJAR SMU NEGERI 4 PADANG
Program PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Rinaldy Eka Putra, Fachrina, Azwar, Nini Anggraini dan Havizatul hanim Fakultas ISIP Lokasi Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Admin, 2008).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Pengertian Keluarga Berencana dalam arti sempit adalah upaya pengaturan kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan
Lebih terperinciPenyebab dan Akar Masalah
Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (647-655) KAJIAN PERSEPSTIF GENDER PERAN PRIA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI Maryatun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Abstrak : Rendahnya Peran serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja
Lebih terperinciTUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19
Lebih terperinciKUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI
KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
Lebih terperinci2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang
Lebih terperinciPERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU
PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Abstrak. Kata kunci : perempuan, Human Development Report, angka kematian ibu, indikator dan kesehatan.
PEREMPUAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI Oleh: 1 Abdul jalil dan 2 Imamah 1. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2. Mahasiswa Jurusan Matematika Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas manusia merupakan salah satu dorongan naluriah yang paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas mengeksploitasi seks. Agama dengan
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id dinilai masih rendah. Hasil penelitian Pakasi dan Kartikawati (2013)
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA: NILAI PENTING, PERMASALAIIAN SERTA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA Oleh: Endah Sri Palupi, S.Si., M.Sc. *) PENDAHULUAI{ International Conference on Population and Development
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciKESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015
KESEHATAN IBU DAN ANAK dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015 LATAR BELAKANG : MILENIUM DEVELOPMENT GOALS ( MDG S ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu
Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciSKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,
10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada manusia secara alami sejak ia di lahirkan, bahkan jika kepentingannya dikehendaki, walaupun masih dalam kandungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seseorang wanita dikatakan hamil secara normal apabila di dalam rahimnya bertumbuh kembang manusia baru. Kehamilan dapat pula terjadi di luar rahim (dinamakan
Lebih terperinciPerempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women
Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Stand Alone Goal Prinsip Stand Alone Goal: 1. Kesetaraan Gender 2. Hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia. 3. Pemberdayaan
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Hal ini menunjukkan sudah adanya perhatian dunia dalam meningkatkan derajat kesehatan
Lebih terperinciPENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL Widya Hary Cahyati, Muhammad Azinar Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 menyatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu mencakup kesehatan reproduksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and Development (ICPD) yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam
Lebih terperinciKEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
Lebih terperinci