PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) INDUSTRI PERKEBUNAN DI KABUPATEN ASAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) INDUSTRI PERKEBUNAN DI KABUPATEN ASAHAN"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Volume 9, No 1 : PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) INDUSTRI PERKEBUNAN DI KABUPATEN ASAHAN Aplicated of Corporate Social Responsibility of Industries Plantation in Asahan Muh. Saleh Malawat) 1 dan Asprin Tamba) 2 Abstract Research aimed find out CSR value realization and its mechanism distributed of Industries Plantation in Asahan. Observated were concluded that: The mechanism of aid dtion varies between companies, support the realization of CSR in many areas were very low, and Synchronization plantation development programs can done through sharing program and sharing between government and corporate funding generated through activities Musrembang., The concept of plantation development policy can be obtained through the formula with the urgency and priority development territories and local communities. Key Words : CSR, Industri, Asahan PENDAHULUAN. Dampak kehadiran perusahaan perkebunan (kelapa sawit dan karet) bagi perkembangan ekonomi regional membutuhkan kajian tersendiri. Bahwa perusahaan berpartisipasi mempercepat perubahan sosial ekonomi komunitas masyarakat sekitar (pendekatan teori akselerasi) sekaligus mampu mendobrak dan fasilitator ketertinggalan menjadi kemajuan 1) Dosen Kopertis Wil I Sumut dan NAD Dpk Universitas Asahan 2) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Asahan pembangunan wilayah. Artinya sektor usaha ini diyakini memiliki pengaruh yang signifikan untuk menstimulasi perkembangan wilayah baik dilihat dari infrastuktur daerah, pola pemukiman dan dinamika sosial baru seperti membuka peluang ekonomi baru sehingga mendorong akses masyarakat sekitar pada kehidupan yang lebih baik, namun hal ini masih sangat diragukan baik dilihat dari realitas kehidupan masyarakat sekitar perkebunan maupun komunitas tertentu didalam perkebunan seperti kelompok buruh tetap dan tidak tetap. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga memuat kebijakan mengenai tanggung jawab dimaksud, antara lain: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 43

2 Kabupaten Asahan dikenal sebagai sentral perkebunan asing dan nasional skala besar di Sumatera Utara. Produk perkebunan merupakan unggulan eksport dan ekonomis penting. Keberadaan perusahaan sangat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat di sekitaranya yang cenderung terbelakang dan kurang sentuhan perkembangan teknologi, informasi, pendidikan dan aspek sosial. Disisi lain perusahaan memiliki kewajiban membangun masyarakat di sekitarnya melalui program CSR. Kesenjangan kesejahteraan yang terjadi diduga merupakan imbas ketidakseriusan dalam penerapan CSR atau kekurangtepatan dalam pendistribusiannya. Penelitian ini bertujuan (1) Mencari model pembangunan khususnya di sekitar wilayah perkebunan Kabupaten Asahan dengan melibatkan pihak perusahaan dalam pembangunan, dan (2) Menginventarisir dan menjelaskan potensi pembangunan daerah di sekitar wilayah perkebunan Kabupaten Asahan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan dengan mengumpulkan data karasteristik masyarakat perkebunan, karakesteristik perkebunan, interaksi masyarakat dengan perkebunan, dan penerapan CSR oleh pihak perkebunan melalui lembaran pertanyaan. Populasi amatan adalah seluruh penduduk Kabupaten Asahan yang sebagian atau seluruh aktivitas pekerjaannya berkaitan dengan perkebunan di Kabupaten Asahan dengan jumlah sampel sebanyak 1000 orang. Pemilihan responden bersifat keterwakilan menyeluruh unsur pemerintahan, masyarakat baik berdasarkan pekerjaan, domisili dan jenis kelamin. Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah teknik probability sampling. Sumber data primer yang diperoleh melalui questioner dari masyarakat dan data sekunder diperoleh dari intansi terkait. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, kuesioner, wawancara mendalam dan data sekunder yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Asahan berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis berada pada LU, BT dengan rata-rata ketinggian wilayah ± 200 m dpl, memiliki lereng yang terjal dengan kemiringan 30 50%. Daerah Kabupaten Asahan menjadi sentra pembangunan dan pengembangan perkebunan dengan berbagai komoditas. Pada prinsipnya perkebunan memiliki ciri yakni : (1) ditinjau dari jenis komoditasnya, meliputi sekitar 126 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim. Komoditas perkebunan unggulan yang ada di Kabupaten Asahan adalah sawit, karet dan kakao. (2) ditinjau dari hasil produksinya, merupakan bahan baku industri atau ekspor, sehingga melekat keterkaitan dengan berbagai kegiatan sektor dan sub-sektor lainnya, dan (3) ditinjau dari pengusahaannya, sekitar 85% merupakan usaha perkebunan rakyat yang tersebar diberbagai daerah. 44

3 Malawat dan Tamba Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Industri Pekerbunan Tabel 1. Perkembangan Industri di Kabupaten Asahan Tahun No Kecamatan B. P. Mandoge Bandar Pulau Pulau Rakyat Aek Kuasan Sei Kepayang Tanjung Balai Simpang Empat Air Batu Buntu Pane Meranti Air Joman Kisaran Barat Kisaran Timur Jumlah / Total Sektor Industri di Kabupaten Asahan mengalami perkembangan dari Tahun 2005, namun 3 tahun terakhir jumlah industri cenderung statis. Industri yang paling berkembang perkebunan. Pembangunan perkebunan ditempuh melalui pola PIR, UPP, perkebunan besar dan swadaya. Menyikapi perubahan lingkungan dan tuntutan pembangunan, dalam 5 tahun terakhir, pengembangan perkebunan telah mengadopsi pola pengembangan yang mengedepankan peran masyarakat melalui kemitraan. Berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki masyarakat, selaras dengan potensi topografi daerah dan pekerjaan turun temurun, pekerjaan utama masyarakat sebagian besar adalah petani dengan berbagai komoditas yang dikembangkan. Selain potensi pertanian yang tinggi di Kabupaten Asahan, kemampuan masyarakat untuk mengembangkan dan mengelola secara mandiri perkebunan rakyat merupakan pekerjaan utama, kemampuan masyarakat menyediakan pekerjaan masih tergantung kepada potensi yang dimiliki dan kebiasaan berkelanjutan. Tabel 2. Persentase Jenis Pekerjaan Masyarakat Kawasan Perkebunan. No Persen Jenis Jumlah Tase Pekerjaan (Jiwa) (%) 1 Pertanian ,41 2 Perikanan 46 5,90 3 Pertambangan 4 0,51 4 Peternakan ,72 Perkebunan 5 Rakyat ,08 7 UKM ,33 8 Lainnya 16 2,05 Jumlah

4 Kehadiran industri atau perusahaan di suatu kawasan umumnya berdampak positif bagi wilayah maupun komunitas lokal. Kehadiran perusahaan menjadi pionir dan merangsang lahirnya aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat. Dampak positif lainnya adalah munculnya peluang pekerjaan baru bagi masyarakat. Pada tahun 2009, perusahaan industri besar di Asahan berjumlah 20 unit, industri sedang berjumlah 110 unit dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada tahun 2009 berjumlah 669 unit. Corporate Sosial Responsibility (CSR) sangat penting diterapkan perusahaan perkebunan, dalam kerangka keberlanjutan operasional perusahaan dan mengamankan investasi jangka panjang dalam menghindari gangguan/klaim (ganti rugi) yang sulit dipecahkan, apalagi terkait dengan isu lingkungan hidup. Perusahaan perkebunan di Kabupaten Asahan seharusnya mengoordinasikan dan mengaktifkan peran bidang safety-health and environment departement melalui program CSR yang diimplementasikan melalui pemberdayaan masyarakat. Implementasi CSR oleh perusahaan perkebunan dapat dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan persepsi masyarakat terhadap perusahaan, tingkat tekanan (tuntutan) akan kompensasi atas dampak negatif operasional perkebunan dan kesiapan manajemen. Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Produksi Perkebunan Kab. Asahan Tahun Luas Perkebunan Karet (Ha) Tahun No Perusahaan BUMN/PTPN 6.137, , , ,42 2 SWASTA , , , ,42 Jumlah , , , ,84 Luas Perkebunan Sawit (Ha) 1 BUMN/PTPN , , , ,66 2 SWASTA , , , ,03 Jumlah , , , ,69 Produksi Karet (ton) 1 BUMN/PTPN 6.818, , , ,50 2 SWASTA , , , ,14 Jumlah , , , ,64 Produksi Sawit (ton) 1 BUMN/PTPN , , , ,00 2 SWASTA , , , ,12 Jumlah , , , ,12 Sumber: Asahan Dalam Angka (ASDA)

5 Penerapan Corporate Social Malawat Responsibility dan Tamba (CSR) Industri Pekerbunan Prinsip keseimbangan Tripple Bottom Line (profit, people and planet) dalam perusahaan perkebunan. Tiga pondasi kepentingan program CSR sebagai suatu upaya menciptakan kesinambungan operasional perusahaan dalam memperoleh keuntungan, komunitas lokal memperoleh manfaat sosial ekonomi dan kelestarian lingkungan/sumberdaya alam tercipta. Sebagian besar (60,3 %) komunitas lokal menyatakan bahwa kehadiran perusahaan memberikan kontribusi positif (bermanfaat), namun sebanyak 39,7 % menyatakan kurang atau tidak bermanfaat. Keberadaan Perusahaan diharapkan memberikan kontribusi positif bagi komunitas lokal dalam aspek sosial, ekonomi maupun budaya yang biasanya dialokasikan melalui program CSR. Kontribusi positif tersebut dilakukan melalui penguatan kapasitas masyarakat. Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Untung, 2008). Umumnya komunitas lokal tidak mengetahui adanya program CSR oleh perusahaan, padahal seharusnya program CSR melekat secara inherent dengan manajemen perusahaan dan terpublikasi kepada masyarakat luas, sehingga kegiatan dalam CSR pun masih dalam kontrol manejemen perusahaan (Freemand, 1984). Pemanfaatan fasilitas umum yang digunakan secara bersama oleh masyarakat dan pihak perusahaan, dengan harapan bahwa pembangunannya seharusnya saling bekerjasama. Beberapa perusahaan memiliki keperdulian dalam pembangunan fasilitas umum, namun terdapat juga yang sebaliknya Jumlah Responden Rahuning Aek Ledong Kisaran Timur P.Rakyat Buntu Pane Rawang P.Arga Meranti Setia Janji Sei Dadap P.Bandring Bandar Selamat Aek Kuasan Air Joman Bandar Pulau Tanjungbalai Tinggi Raja Simp.Empat Kec.Kisaran Barat Kecamatan Ya Tidak Tidak Tahu Gambar 2. Sebaran Adanya Kepedulian Perusahaan terhadap Masyarakat 472

6 40 Jumlah Rahuning Aek Ledong Kisaran Timur P.Rakyat Buntu Pane Rawang P.Arga Meranti Setia Janji Sei Dadap P.Bandring Aek Songsongan Kecamatan Aek Kuasan Air Joman Bandar Pulau Tanjungbalai Tinggi Raja Simp.Empat Kec.Kisaran Barat Pemerintah Daerah Perusahaan Swadaya Lainnya Gambar 3. Sebaran Partisipasi dalam Pembangunan Pada Gambar 3 tampak sebaran pelaku pembangunan kawasan perkebunan. Pembangunan daerah tertentu murni hanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah seperti di Kecamatan Meranti, Aek Songsongan, Tanjungbalai, Simpang Empat, dan Kisaran Barat. Pembangunan di Kecamatan Aek Ledong, Buntu Pane, Rawang Panca Arga, Setia Janji, Sei Dadap, Pulau Banding, Aek Kuasan, Air Joman dan Bandar Pulau dilakukan secara bersama-sama oleh Pemda dengan pihak perusahaan maupun adanya swadaya masyarakat. Wujud dukungan pembangunan yang dilakukan oleh PT. Socfindo Kebun Aek Loba Partisipasi yang sama ditunjukkan oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate di Kecamatan Bandar Pulau dengan dukungan Berdasarkan persentase partisipasi pembangunan kawasan yang dilakukan, bahwa peranan pemerintah dalam pembangunan masyarakat di kawasan perkebunan masih dominan mencapai 64,9 %, sedangkan pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan mencapai 28,4 % dan pembangunan oleh kesadaran masyarakat melalui swadaya mencapai 6,4% dan bentuk lainnya mencapai 0,5%. Mekanisme pemberian CSR sangat bervariasi tergantung kepada pola yang diterapkan oleh perusahaan. Berdasarkan pengamatan lapangan di Kabupaten Asahan pola yang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui pembagian secara merata, pembagian bergiliran, tergantung kepala desa dan berdasarkan proposal. Berdasarkan sebaran memperlihatkan bahwa penyebaran secara merata hanya diterapkan sekitar 15,2 %, pembagian secara bergiliran 10,7 %, pembagian oleh keputusan kepala desa mencapai 20,4 % dan berdasarkan proposal mencapai 47,8 %. Pola waktu pengalokasian program CSR dilakukan setiap ada hari besar sebesar 0,8 %, pengalokasian pada setiap adanya permintaan 21,3 %, pengalokasian CSR berdasarkan pengamatan perusahaan (tidak menentu) mencapai 44,2 %, sedangkan secara rutin 3 kali dalam setahun sebanyak1,4 % dan setiap tahun sebanyak 26,4 %, sehingga tidak ada waktu baku dalam pengalokasian CSR oleh perusahaan. 48 2

7 Penerapan Corporate Social Malawat Responsibility dan Tamba (CSR) Industri Pekerbunan Tabel 7. Persepsi Mekanisme Penyaluran CSR oleh Perusahaan Perkebunan Persentase Mekanisme Penyaluran CSR Dibagikan Dibagikan Ditentukan No Kecamatan Berdasarkan secara secara Kepala proposal merata bergiliran Desa 1 Rahuning 25,9 0,0 14,8 59,3 2 Aek Ledong 23,7 0,0 7,9 68,4 3 Kisaran Timur 26,3 5,3 5,3 63,2 4 P.Rakyat 0,0 30,8 30,8 38,5 5 Buntu Pane 14,3 14,3 7,1 64,3 6 Rawang P.Arga 0,0 100,0 0,0 0,0 7 Meranti 21,4 0,0 0,0 78,6 8 Setia Janji 12,0 32,0 52,0 4,0 9 Sei Dadap 14,3 0,0 42,9 42,9 10 P.Bandring 0,0 0,0 55,2 44,8 11 Aek Kuasan 0,0 0,0 0,0 100,0 12 Air Joman 0,0 0,0 42,9 57,1 13 Bandar Pulau 20,6 0,0 0,0 79,4 14 Tanjungbalai 100,0 0,0 0,0 0,0 15 Simp.Empat 0,0 0,0 0,0 100,0 Kec.Kisaran 16 Barat 0,0 0,0 87,2 12,8 Rata-rata 15,2 10,7 20,4 47,8 Pembangunan yang dilakukan oleh Perusahaan dilakukan berdasarkan kebutuhan yang diusulkan oleh masyarakat, tokoh masyarakat atau oleh pengamatan perusahaan. Pengalokasian biaya pembangunan fasilitas umum umumnya dilakukan atas dan oleh inisiatif perusahaan, sedangkan pembangunan yang melibatkan masyarakat berlaku di Kecamatan Meranti, Rahubung, Aek Ledong, Sei Dadap dan Aek Kuasan. Sedangkan di kecamatan Sei Dadap selain oleh inisiatif perusahaan juga oleh usul BPD dan masyarakat, sebagaimana tampak pada Gambar berikut ini. Keterlibatan komunitas lokal dalam aktivitas pembangunan khususnya infrastruktur desa di Kawasan Perkebunan khususnya program yang dirancang oleh pihak perusahaan kurang memberdayakan komunitas lokal, pelaksanapun cenderung menggunakan pihak ketiga, sedangkan kesempatan masyarakat untuk memperoleh upah melalui partisipasi dalam pembangunan daerahnya masih sangat rendah yakni 4,9 %, sedangkan pekerjaan bersifat sukarela melibatkan masyarakat 21,3 %. Partisipasi perusahaan perkebunan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia komunitas lokal memperlihatkan perhatian yang sangat rendah. Berdasarkan Gambar 5, memperlihatkan hanya 8 Kecamatan yang memperoleh perhatian pendidikan dari perusahaan perkebunan kepada masyarakat sekitarnya. Beberapa perusahaan mengklaim telah memberikan dukungan pelaksanaan pendidikan baik bentuk beasiswa maupun pembangunan infrastruktur pendidikan. 49 1

8 Bentuk dukungan lain yang memungkinkan dilakukan oleh perusahaan adalah pelatihan keterampilan, bantuan ternak, 25 pengobatan gratis, bantuan modal usaha, bantuan pertanian, dan maupun bantuan lainnya. 20 Jumlah Rahuning Aek Ledong Kisaran Timur P.Rakyat Buntu Pane Rawang P.Arga Meranti Setia Janji Sei Dadap P.Bandring Aek Songsongan Aek Kuasan Kecamatan Air Joman Bandar Pulau Tanjungbalai Tinggi Raja Simp.Empat Kec.Kisaran Barat Pelatihan keterampilan Pengobatan gratis Bantuan Pertanian Bantuan Ternak Bantuan modal usaha Bantuan Lainnya Gambar 6. Sebaran Jenis Dukungan Perusahaan Dukungan perusahaan yang dialokasikan melalui CSR dalam kegiatan melalui pengembangan kapasitas (SDM) bagi masyarakat sangat terbatas, bahkan laporan realisasi CSR Persepsi diatas menggambarkan bahwa dukungan perusahaan dalam pembangunan sarana olahraga yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dilakukan oleh perusahaan yang ada di Kecamatan Rahuning, Buntu Pane dan Sei Dadap. Kegiatan pelaksanaan pertandiangan rutin baik dalam rangka hari besar, hari besar perusahaan maupun pertandingan persahabatan biasanya dilakukan dengan dukungan penyediaan lapangan dan sarana bagi perusahaan. hanya menggambarkan peran PT. Socfindo Aek Loba dalam kegiatan yang sangat terbatas, bentuk bantuan oleh perusahaan pada Tabel 9. berikut KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : (1) Mekanisme penyaluran bantuan bervariasi antar perusahaan, (2) Dukungan realisasi CSR dalam berbagai bidang masih sangat rendah, bahkan beberapa perusahaan tidak sewajarnya melakukan realisasi CSR baik jumlah, jenis, kontiniutas serta pertimbangan masyarakat. Perhatian terhadap pendidikan dan pengembangan kapasitas SDM khususnya melalui beasiswa 502

9 memperoleh porsi yang terbanyak, sedangkan perhatian dari sektor kesehatan, kepemudaan, olahraga, sarana umum, aspek perekonomiam masyarakat lokal masih sangat rendah dan cenderung parsial, dan (3) Sinkronisasi pelaksanaan program pembangunan kawasan perkebunan dapat dilakukan melalui sharing program maupun sharing dana antara pemerintah dan perusahaan yang dirumuskan melalui kegiatan Musrembang Daerah. (4) Konsep Kebijakan pembangunan perkebunan dapat diperoleh melalui rumusan bersama atas urgensi dan skala prioritas pembangunan wilayah dan masyarakat lokal Berdasarkan kesimpulan ini maka disarankan perlunya koordinasi dan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Asahan dalam membangun kawasan penetapan kewajiban dan komunitas local sekitar. Selanjutnya perlu adanya kebijakan mekanisme ketentuan prioritas penerima realisasi CSR bagi stakeholder khususnya masyarakat loal serta perlu adanya publikasi resmi perusahaan dalam mendukung pembangunan kawasan sehingga masyarakat mengetahui adanya peran aktif perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN Yogyakarta Freemand, R.E Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston, MA: Pitman. Kim, K.S Corporate Social Responsibility And Strategic Management : An Empirical Study of Korean MNCs in The United States. Unpublished Dissertation. West Heaven, Connecticut: The University Of Heaven. Nuryana, M. (2005). Corporate Social responsibility dan Kontribusi bagi Pembangunan Berkelanjutan, makalah yang disampaikan pada Diklat Pekerjaan Sosial Industri, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 5 Desember. Untung, H.B Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. 512

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS BADAN KABUPATEN PUSAT STATISTIK ASAHAN No. 2/12/128/Th.VI, 2 Desember 213 HASIL SENSUS PERTANIAN 213 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 213 SEBANYAK 3.825 RUMAH TANGGA, TURUN 38,81 PERSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara biasanya dilihat dari pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA CALON MAHASISWA BARU UNIVERSITAS ASAHAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA CALON MAHASISWA BARU UNIVERSITAS ASAHAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA CALON MAHASISWA BARU UNIVERSITAS ASAHAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN Zuriah Sitorus Fisika, FMIPA, Universitas Sumatera Utara Jl. Palas Raya Gg. Inpres No. 6 Medan, lexan_der@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2019

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2019 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2019 1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Arah Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Asahan untuk tahun 2019 sesuai RPJMD Kabupaten Asahan Tahun 2016-2021,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Arutmin adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. PT. Arutmin pertama kali menandatangani kontrak penambangan batubara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENATAAN KECAMATAN DALAM DAERAH KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN FORUM SKPD TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN FORUM SKPD TAHUN 2017 A. PENGERTIAN PETUNJUK PELAKSANAAN FORUM SKPD TAHUN 2017 Forum SKPD adalah Forum musyawarah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang tahunan tingkat

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH Disampaikan pada FIELD TRIP THE FOREST DIALOGUE KE PT. WINDU NABATINDO LESTARI PUNDU, 17 MARET 2014 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin. mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh

BAB V PENUTUP. Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin. mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan melalui program CSR untuk masyarakat

Lebih terperinci

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG -1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang berbasis desa dengan mengedepankan seluruh aspek yang terdapat di desa termasuk juga pola kegiatan pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 22 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perekonomian merupakan pelaku-pelaku ekonomi, baik pelaku. tidak lain yaitu masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pada perekonomian merupakan pelaku-pelaku ekonomi, baik pelaku. tidak lain yaitu masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, perekonomian suatu negara banyak sekali didukung dari berbagai pihak. Para pihak yang memberikan sumbangsihnya pada perekonomian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian, perkebunan dan nelayan. Semenjak ditemukan timah mulai terjadi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terjadi sungguh ironis, pasalnya kekayaan alam yang melimpah namun

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terjadi sungguh ironis, pasalnya kekayaan alam yang melimpah namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara kepulauan dengan 17.508 pulau dan daratan 1,9 juta km² serta perairan 5,4 juta km² didalamnya

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Menimbang BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang menjadi fokus di Indonesia untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010, dari 31,02 juta penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan bisnis semakin berkembang dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan teknologi dunia yang semakin canggih. Salah satu kegiatan bisnis yang terus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tanggung jawab perusahaan tersebut dituangkan dalam bentuk kepedulian Bank Riau Kepri dengan menyediakan dana bagi kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social. Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social. Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Eksistensi suantu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jenis tanah yang subur. Berdasarkan karakteristik geografisnya Indonesia selain disebut sebagai negara

Lebih terperinci

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI Koordinator DEDEN DJAENUDIN TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA OUTPUT 1: OUTPUT 2: OUTPUT 3: OUTPUT 4: OUTPUT 5: Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modal Asing) sudah begitu akrab. Jika suatu saat kita jalan ke desa mereka dan

BAB I PENDAHULUAN. Modal Asing) sudah begitu akrab. Jika suatu saat kita jalan ke desa mereka dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Community Development bagi sebagian besar masyarakat, khususnya di lokasi yang berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) sudah

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang pertama adalah ditemukan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input),

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa (output) bagi pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan

BAB I PENDAHULUAN. lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak dari kerusakan lingkungan masih terpusat pada perusakan hutan dan lahan, pencemaran air, urbanisasi, perusakan pencemaran laut dan pantai, dan imbas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk mengisi devisa. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat terkait dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu produk pertanian unggulan Provinsi Lampung dengan jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi juga merupakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI WILAYAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa setiap perusahaan harus

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan merupakan lembaga yang paling berpengaruh dan yang paling diharapkan bagi masyarakat luas seperti memberikan lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PERUSAHAAN GO PUBLIC

KEWAJIBAN PERUSAHAAN GO PUBLIC KEWAJIBAN PERUSAHAAN GO PUBLIC UNTUK MELAKSANAKAN CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) Oleh Putu Dyva Dhamahadi Yadnya Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tanggung Jawab

Lebih terperinci

PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SALINAN PARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas

PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu. diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas PENDAHULUAN Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. GBHN pun telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Perumusan Strategi Analisis yang digunakan dalam perumusan strategi RPJMD Minahasa Utara tahun 2010-2015 ini digunakan Metode Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini sangat penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: a. bahwa setiap perusahaan harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini membahas tentang tingkat pengetahuan pelajar SMP-SMA Surabaya mengenai pendidikan lingkungan melalui program Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Jumlah penduduk yang terus bertambah mendorong meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci