BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Yuliana Vera Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang pertama adalah ditemukan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap praktik CSR melalui Kemitraan Inti-Plasma yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi. Temuan ini terkait dengan regulasi pemerintah yang belum mengatur secara spesifik, rinci, dan tegas mengenai praktik CSR yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai contoh, regulasi pemerintah yang berlaku saat ini belum secara tegas mengatur mengenai besaran alokasi dana CSR yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang lazimnya berupa persentase tertentu dari keuntungan bersih yang diraih perusahaan setiap tahunnya. Selain itu, sanksi-sanksi yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar regulasi mengenai CSR juga belum dijabarkan pada dokumen kebijakan yang bersifat teknis, sehingga penegakannya masih lemah. Dengan kondisi tersebut, maka praktik CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi melalui Kemitraan Inti-Plasma lebih bersifat mandiri, yaitu dengan memerhatikan arahan kebijakan dari Kelompok Usaha Bakrie dan Kantor Pusat BSP di Jakarta, selain best practices CSR di berbagai negara.unit-unit bisnis di lingkungan BSP, termasuk BSP Unit Jambi, telah lebih dahulu menjalankan berbagai bentuk CSR sebelum lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang 369
2 370 menyangkut dengan CSR. Meskipun demikian, dengan mencermati diktumdiktum yang tertuang di dalam berbagai peraturan perundang-undangan, diketahui bahwa beragam program dan kegiatan CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi pada umumnya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait, tanpa memerlukan penyesuaian yang berarti. Hal ini dimungkinkan, karena rancangan CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi pada dasarnya telah disusun dengan mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan CSR yang berlaku umum pada tataran global.di samping itu, praktik CSR melalui Kemitraan Inti-Plasma kelapa sawit telah memerhatikan pula kondisi dan kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan, yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain memenuhi ketentuan undang-undang mengenai perseroan terbatas, jenis-jenis kegiatan CSR yang dijalankan juga mendukung berbagai kebijakan pemerintah yang terutama terkait dengan upaya perluasan kesempatan kerja, penanggulangan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan. Kondisi lokal yang dimaksudkan di dalam penelitian ini antara lain adalah karakteristik wilayah yang secara alamiah diyakini memengaruhi praktik CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi. Kondisi masyarakat di sekitar lokasi operasi perusahaan (transmigran dan penduduk lokal) yang pada awalnya dibelit kemiskinan yang akut merupakan fakta dan tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan ketika memulai operasi. Oleh karena itu, desain CSR dalam bentuk Kemitraan Inti-Plasma kelapa sawit diarahkan pada aspek pemberdayaan, sehingga memungkinkan bagi masyarakat setempat untuk berkontribusi kepada
3 371 perusahaan, namun sekaligus juga memperbaiki kesejahteraannya, sehingga dari waktu ke waktu, setiap petani plasma kelapa sawit dan anggota keluarganya dapat hidup dengan semakin berkualitas secara mandiri. Aspek lainnya yang terkait dengan karakteristik wilayah adalah bahwa jenis bisnis yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi adalah perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang memanfaatkan sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan, meskipun perkebunan masuk dalam kategori sumber daya yang terbarukan, akan mengubah rona ekosistem. Sebagai konsekuensinya, dalam menjalankan aktivitasnya, BSP Unit Jambi harus memerhatikan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Misalnya dengan menjaga eksistensi hutan konservasi. Dengan demikian, BSP Unit Jambi tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam dan masyarakat (petani plasma) untuk kepentingan bisnisnya, yaitu mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, namun juga berkontribusi signifikan terhadap pelestarian lingkungan hidup (planet), dan kesejahteraan masyarakat sekitar (people). Ketiga aspek merupakan tren praktik CSR global yang dijalankan oleh berbagai perusahaan di dunia. Program CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi mencakup berbagai bidang, yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, lingkungan, infrastruktur, dan tanggap bencana. Bidang ekonomi menjadi prioritas Program CSR yang dijalankan oleh perusahaan, yaitu melalui KemitraanInti-Plasma dalam perkebunan kelapa sawit, dan sekaligus menjadi trade mark BSP Unit Jambi. Perusahaan bertindak selaku inti, sedangkan para petani yang mengolah lahan kelapa sawit menjadi plasma. Sebagai inti, BSP Unit
4 372 Jambi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan petani plasma dalam mengelola kebun dan menangani kegiatan pasca panen. Tujuannya adalah agar TBS kelapa sawit yang dihasilkan dapat tiba di pabrik dengan kualitas yang sesuai dengan standar, sehingga memiliki harga jual yang kompetitif. Berbagai upaya yang ditempuh mencakup sosialisasi dan penyuluhan, pembinaan teknis berkebun (pemilihan bibit, perawatan tanaman, penggunaan pupuk, dan pemanenan), hingga pemantauan dan evaluasi. Upaya-upaya ini telah menciptakan situasi win-win solution, di mana para petani memperoleh pendapatan yang memadai dan terus meningkat, sedangkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja produksinya. Berbagai Program CSR yang dirancang oleh BSP Unit Jambi hanya dapat berlangsung secara optimal apabila didukung oleh strategi perusahaan yang tepat yang dilandasi dan diawali oleh komitmen yang kuat. Dari berbagai catatan (data sekunder) dan diskusi (data primer), diketahui bahwa sejak awal berdirinya, Kelompok Usaha Bakrie selaku pemilik BSP telah memiliki komitmen yang kuat untuk memastikan bahwa setiap rupiah yang dihasilkan perusahaannya harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Komitmen ini terus dijaga, ditingkatkan, dan diejawantahkan secara nyata di dalam praktik pengelolaan bisnis yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Salah satu indikator yang paling nyata dilihat adalah komitmen BSP Unit Jambi untuk selalu menyediakan dana untuk mendukung berbagai kegiatan CSR sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dana CSR yang disediakan senantiasa meningkat setiap tahun dan selalu terserap dalam proporsi yang tinggi, bahkan
5 373 terkadang realisasinya melampui dari yang ditargetkan atau dialokasikan. Dalam kondisi krisis ekonomi global sekalipun, di saat perusahaan dalam faktanya menghadapi penurunan permintaan internasional atas produk-produknya, BSP dan unit-unit bisnisnya tetap konsisten menjalankan CSR, karena menyadari penuh akan manfaat yang dihasilkannya. Indikator lainnya yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap CSR adalah intensitas keterlibatan langsung pimpinan maupun karyawan BSP dalam pelaksanaan agenda-agenda CSR. Komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR secara optimal sepertinya akan terus ditingkatkan sebagaimana diindikasikan dari telah dibentuknya kelembagaan yang menangani CSR di dalam manajemen perusahaan, baik pada tingkat kantor pusat maupun unit-unit bisnis, yang dilengkapi pula dengan perekrutan sumber daya manusia untuk mengisi pos-pos yang diperlukan. Komitmen BSP Unit Jambi dalam menjalankan CSR dituangkan secara eksplisit di dalam strategi perusahaan. Fenomena ini sejalan dengan berbagai penelitian empiris yang menemukan bahwa pelaksanaan CSR oleh suatu perusahaan akan berlangsung dengan optimal apabila mendapatkan perhatian yang memadai dari manajemen perusahaan dengan menuliskannya sebagai elemen yang penting di dalam strategi perusahaan. Bersama dengan komitmen perusahaan, strategi perusahaan merupakan urusan internal perusahaan, sehingga bisa dikendalikan secara langsung oleh manajemen perusahaan. Strategi yang ditempuh oleh BSP Unit Jambi dalam menjalankan program CSR difokuskan pada kemitraan di antara perusahaan sebagai inti dengan masyarakat di sekitar perusahaan sebagai petani plasma kelapa sawit. Dalam
6 374 praktiknya, petani plasma bergabung dalam wadah kelompok dan koperasi, sehingga proses pembinaan oleh perusahaan dapat dilakukan secara komprehensif dan holistis. Meskipun belum sepenuhnya berhasil, dapat diamati bahwa BSP Unit Jambi telah melaksanakan CSR dengan mendekatkan diri pada pemenuhan kebutuhan aktual masyarakat. Hubungan dan komunikasi yang dibangun terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan tidak terjadi konflik yang dapat merugikan perusahaan maupun masyarakat sendiri. Semua sendi kehidupan masyarakat berupaya disentuh oleh program CSR BSP Unit Jambi, baik yang mencakup aspek-aspek ekonomi maupun sosial. Masyarakat telah dilibatkan secara aktif sejak proses perencanaan, pelaksanaan, maupun ketika melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan CSR. Hal-hal yang diuraikan ini merupakan kekuatan dari Kemitraan Inti-Plasma sebagai strategi utama BSP Unit Jambi dalam menjalankan CSR-nya. Meskipun demikian, selain kekuatan, masih ditemukan adanya berbagai kelemahan dalam penerapan strategi CSR oleh BSP Unit Jambi. Sebagai contoh, ditemukan bahwa kebijakan dan strategi CSR yang ditempuh masih lebih bersifat atas-bawah dibandingkan bawah-atas.keterlibatan masyarakat dapat dikatakan belum memadai, baik dari segi durasi maupun kuantitas keterwakilan. Bahkan, sebagian petani plasma memandang bahwa pihak BSP Unit Jambi melaksanakan CSR dengan pilih kasih dan tidak merata. Selanjutnya, intensitas kunjungan dan komunikasi di antara karyawan perusahaan yang menangani CSR dengan masyarakat dipandang masih kurang, sehingga banyak informasi mengenai CSR
7 375 yang tidak tersebar dengan baik. Kegiatan CSR juga dikatakan belum terdistribusi dengan baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik CSR oleh BSP Unit Jambi telah menghasilkan beragam manfaat bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Manfaat utama yang ditemukan dari praktik CSR oleh BSP Unit Jambi adalah berupa peningkatan pendapatan yang signifikan. Selain itu, terjadi pula perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendidikan dan kesehatan, perbaikan infrastruktur, terciptanya hubungan kekeluargaan, serta peningkatan hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal.oleh karena itu, dari perspektif yang lebih luas, praktik CSR tersebut juga dapat dikatakan berkontribusi terhadap penyelesaian permasalahan pembangunan nasional, yaitu pengangguran, kemiskinan, dan disparitas kesejahteraan antargolongan masyarakat maupun antarwilayah. Dari data yang dikumpulkan, termasuk testimoni oleh tokoh-tokoh kunci, diketahui bahwa masyarakat yang pada awalnya berada dalam kondisi kemiskinan, karena minimnya pendapatan dan akses terhadap aset-aset produktif, telah mengalami perbaikan tingkat pendapatan secara drastis pasca berpartisipasi di dalam Kemitraan Inti-Plasma. Program konversi lahan telah memungkinkan petani plasma memiliki kekayaan atas namanya sendiri, sehingga bermanfaat untuk digunakan sebagai agunan tatkala memerlukan permodalan untuk meningkatkan produksi kebun kelapa sawit maupun untuk keperluan konsumtif. Permasalahan kemiskinan dapat dituntaskan, karena petani plasma telah dapat mengangkat kesejahteraan seluruh anggota keluarganya di berbagai bidang. Anak-
8 376 anak petani plama berada dalam kondisi sehat dan dapat bersekolah dengan baik, bahkan hingga ke beberapa perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa. Prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan selalu diperbaiki setiap tahun, termasuk pemberian beasiswa dan tunjangan kepada para guru. Di samping itu, kegiatan-kegiatan positif masyarakat juga ditunjang sepenuhnya oleh dana CSR, seperti kegiatan keagamaan dan kepemudaan. Infrastruktur transportasi setempat tidak luput dari perhatian perusahaan, sehingga mobilitas masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Demikian pula dengan pengelolaan lingkungan hidup melalui penataan hutan konservasi dan pemanfaatan lahan-lahan kosong dengan berbagai tanaman produktif. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa BSP Unit Jambi melalui Kemitraan Inti-Plasma telah menjalankan agenda-agenda CSR yang bersifat komprehensif dan holistis dengan memerhatikan perkembangan situasi lokal, khususnya dinamika kebutuhan masyarakat. Sebagian aktivitas CSR yang dilaksanakan bersifat filantropi atau derma untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Aktivitas-aktivitas sejenis ini kebanyakan dilakukan pada saat perusahaan mulai menginisiasikan CSR di tengah-tengah masyarakat, yaitu para petani plasma kelapa sawit beserta keluarganya. Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan mulai meningkatkan porsi kegiatan CSR yang mengarah pada penciptaan nilai dan pengembangan jaringan produksi serta mitigasi risiko, meskipun aktivitas-aktivitas CSR yang bersifat derma tetap dilanjutkan.upaya-upaya tersebut dilandasi dengan langkah menegaskan keberpihakan kepada para petani plasma kelapa sawit melalui
9 377 pemberian sertifikat hak milik untuk tanah yang dikelola mereka. Penelitian ini mampu membuktikan bahwa keberpihakan merupakan kata kunci bagi efektifnya pelaksanaan program-program CSR oleh perusahaan.dengan kondisi masyarakat yang semakin kondusif, maka pada akhirnya, perusahaan dapat menjalankan Kemitraan Inti-Plasma dengan fokus pada peningkatan keberdayaan masyarakat. Dalam konteks empiris, penelitian ini menunjukkan bahwa praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit melalui Kemitraan Inti-Plasma dapat menerapkan prinsip-prinsip CSR yang berlaku umum pada bidang-bidang usaha lainnya yang telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya di berbagai negara. Apabila prinsipprinsip dimaksud dapat diterapkan dengan baik, maka hasil yang diperoleh juga sesuai dengan yang diharapkan, yaitu perbaikan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya citra dan kinerja perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini telah memberikan kontribusi empiris dengan memperkaya bidang kajian mengenai CSR, yaitu praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit yang masih jarang dilakukan. Selain itu, ditemukan bahwa Kemitraan Inti-Plasma dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam menjalankan CSR, sebagaimana dapat dilihat dari dampak positif yang dihasilkan Saran Untuk menyempurnakan praktik CSR di masa mendatang, khususnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada para penerima manfaat, maka dikemukakan beberapa saran berikut ini.
10 378 (1) Pemerintah dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan, seperti pelaku usaha, LSM, dan perguruan tinggi, perlu menyusun master plan atau blue print praktik CSR di Indonesia yang mencakup pembagian tugas di antara para pemangku kepentingan dalam perspektif jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. (2) Pemerintah melalui instansi terkait sebaiknya segera menerbitkan peraturan pelaksanaan yang secara spesifik dan rinci mengatur pelaksanaan CSR oleh berbagai perusahaan di Indonesia, termasuk sanksi-sanksi yang dikenakan apabila terjadi pelanggaran. Peraturan pelaksanaan yang dimaksud menjadi acuan bagi perusahaan dan sekurang-kurangnya memuat unsur-unsur perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan CSR oleh perusahaan. Di samping itu, perlu ditetapkan secara tegas besaran dana yang wajib disediakan oleh perusahaan untuk membiayai CSR-nya yang merupakan persentase tertentu dari keuntungan bersih perusahaan setiap tahun. (3) Pemerintah daerah (Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat) perlu mempertimbangkan untuk menyinergikan praktik CSR oleh BSP Unit Jambi dengan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah yang didanai melalui APBD, sehingga upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai secara optimal. Untuk itu, BSP Unit Jambi harus meningkatkan intensitas komunikasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan terjadinya sinergi penggunaan sumber daya dalam melaksanakan pembangunan di daerah.
11 379 (4) Penyusunan strategi perusahaan dalam melaksanakan CSR perlu disempurnakan dengan memberikan peluang lebih besar bagi adanya masukan-masukan dari bawah sebelum dilakukan pengambilan keputusan mengenai jenis-jenis kegiatan CSR yang akan dilaksanakan oleh BSP Unit Jambi di lapangan. (5) Program CSR perlu dijalankan oleh BSP Unit Jambi secara konsisten dan kontinu dengan prioritas pada pemenuhan kebutuhan aktual masyarakat.distribusi dan pemerataan kegiatan CSR perlu ditata dengan lebih baik, yaitu dengan memerhatikan kebutuhan aktual masyarakat. (6) Diperlukan sosialisasi dan penyampaian informasi mengenai Program CSR secara lebih intensif, terjadwal dengan baik, dan menjangkau semua lapisan masyarakat yang menjadi penerima manfaat.karyawan BSP Unit Jambi yang bertugas menangani Program CSR perlu meningkatkan frekuensi kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan masyarakat. (7) Partisipasi masyakarat dalam perencanaan Program CSR perlu ditingkatkan, sehingga penentuan kebutuhan dan sasaran penerima manfaat dapat dilakukan dengan lebih akurat. Untuk itu, diperlukan unit kerja khusus di BSP Unit Jambi untuk menangani Program CSR. Unit kerja dimaksud perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana kerja, dana, serta SDM yang memadai. (8) BSP Unit Jambi perlu menyusun laporan pelaksanaan CSR secara sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca (user-friendly) sebagai wujud akuntabilitas dalam praktik CSR.
12 380 (9) Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat memperkaya faktor-faktor yang memengaruhi praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit, selain faktorfaktor yang telah dianalisis di dalam penelitian ini. Penelitian juga dapat dikembangkan untuk mengkaji praktik CSR melalui pendekatan Kemitraan Inti-Plasma pada perusahaan perkebunan lainnya, seperti perkebunan karet, kopi, kelapa, kakao, teh, tebu, dan komoditas-komoditas perkebunan strategis lainnya.
BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN
BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciSituasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim global yang menuntut Indonesia harus mampu membangun sistem penyediaan pangannya secara mandiri. Sistem
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan
Lebih terperinciREKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005
BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciCapacity Building SPKS (Serikat Petani Kelapa Sawit)
Capacity Building SPKS (Serikat Petani Kelapa Sawit) Salah satu stakeholders terpenting di Indonesia adalah petani kelapa sawit. Petani mengelola 36% perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan luasan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciVISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG
VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE 2016-2021 LATAR BELAKANG Periode 2016-2021 adalah bagian integral dari rangkaian aktifitas pembangunan sepanjang tahun 2010-2015.
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBab II Perencanaan Kinerja
Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
Lebih terperinciDaya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari pembangunan ekonomi nasional pada hakekatnya merupakan suatu pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciPENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Secara umum indikator keberhasilan pemerintah daerah untuk untuk melaksanakan fungsi ekonomi pada masing-masing bidang sebagai berikut : 9.1. Indikator Kinerja Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan
Lebih terperinciBAB IV P E N U T U P
BAB IV P E N U T U P Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal telah memperlihatkan pencapaian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK
PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai
Lebih terperinci- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus
- 9 - Strategi 1: Penguatan Institusi Pelaksana RANHAM Belum optimalnya institusi pelaksana RANHAM dalam melaksanakan RANHAM. Meningkatkan kapasitas institusi pelaksana RANHAM dalam rangka mendukung dan
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciI. Permasalahan yang Dihadapi
BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan
Lebih terperinci5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,
KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciSAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016
MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciIV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan
13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi
BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Perangkat Daerah Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan merupakan unsur pelaksana teknis urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperincipenyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah
Lebih terperinciPengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Lebih terperinciMANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)
56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat
Lebih terperinciInisiatif Accountability Framework
Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Sasaran Pokok dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tujuan akhir pelaksanaan pembangunan jangka panjang daerah di Kabupaten Lombok Tengah
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah Kabupaten Pinrang bersama seluruh pemangku kepentingan mencapai tujuan
Lebih terperinciRANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013
BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam
KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan umum pembangunan perkebunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan 2010 sd 2014, yaitu mensinergikan seluruh sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci