BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010,

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang menjadi fokus di Indonesia untuk dientaskan secara bersama-sama. Menurut data dari Bappenas tahun 2010, dari 31,02 juta penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010, bagian terbesar (55,83%) menetap di Pulau Jawa. Pulau Sumatera menempati peringkat kedua yaitu 21,44%, sementara itu Sulawesi menempati peringkat ketiga yaitu 7,1%, serta Bali dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah peringkat keempat sebesar 7,6%. Data Bappenas tahun 2010 juga menyebutkan bahwa permasalahan penurunan tingkat kemiskinan di berbagai provinsi ini tidak hanya terkait dengan peningkatan efektivitas program penanggulangan kemiskinan, tetapi juga tergantung pada pembangunan ekonomi lokal dan penciptaan kesempatan kerja. Untuk itu, pemerintah berpartisipasi dalam program Millenium Development Goals (MDGs) berkomitmen mengentaskan 8 pokok permasalahan pembangunan millennium, salah satu diantaranya adalah menanggulangi kemiskinan. Untuk itu, program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sudah menjadi tanggung jawab segenap komponen masyarakat, organisasi masyarakat madani, dan sektor swasta untuk berpartisipasi

2 secara produktif dalam suatu gerakan masyarakat berbasis akar rumput demi kemaslahatan seluruh masyarakat Indonesia. Komitmen tersebut ditunjukkan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan yang memiliki komitmen untuk menjadi mitra yang bertanggung jawab sosial bagi masyarakat, artinya mengembalikan kepada masyarakat yang dilayani sebagai upaya menciptakan tempat yang lebih baik untuk dihuni secara berkelanjutan. Melalui program CSR perusahaan mengalokasikan dana, sumber daya dan keahliannya untuk melayani masyarakat setempat. Melalui program CSR yang terintegrasi dengan proses bisnis, sekaligus dapat meningkatkan profit perusahaan (profit), pemberdayaan ekonomi komunitas masyarakat sekitar (people), dan penggunaan bahan baku energi terbarukan yang ramah lingkungan (planet) (Daniri: 2014). John Elkington mengembangkan suatu konsep, bahwa apabila perusahaan ingin tetap sustain, perusahaan diharapkan tidak sekedar mengejar keuntungan. Namun alangkah baiknya apabila menerapkan melalui konsep 3P (Profit, People, dan Planet), dengan juga memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people), dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Maka mengingat pentingnya CSR bagi keberlanjutan bisnis perusahaan serta pencitraan yang baik terhadap perusahaan, maka kegiatan-kegiatan CSR di 2

3 perusahaan harus dilakukan secara inovatif dan sustainable, seperti halnya kegiatan CSR di PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG). PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG) adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi bagi penempatan BTS oleh operator telekomunikasi. TBIG memiliki program CSR yang terdiri dari 4 pilar yaitu bidang Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan, dan Budaya. TBIG memandang bahwa batik adalah sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan. Pelestarian ini perlu dilakukan dari akar rumput yaitu para pembatik, dengan cara meningkatkan kesejahteraan mereka serta membangun generasi muda yang mampu menjaga agar batik tetap lestari baik secara proses maupun filosofi membatik. Penelitian ini akan membahas salah satu program CSR TBIG di Bidang Budaya. CSR bidang budaya ini memfokuskan diri pada pelestarian batik (teknik, motif, dan filosofi), serta program pemberdayaan ekonomi masyarakat di Pekalongan dengan menyediakan program Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama. Rumah Batik TBIG yang berlokasi di Wiradesa Pekalongan ini didirikan pada bulan Mei Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Rumah Batik TBIG ini meliputi program edukasi untuk pelestarian batik seperti pengenalan sejarah batik, filosofi batik, desain motif batik, proses membatik, dan mengenal tren fashion. Rumah Batik TBIG menyasar kepada para pembatik yang memerlukan 3

4 keahlian tambahan atau anak-anak putus sekolah yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Koperasi Bangun Bersama didirikan pada bulan November 2014 di Semarang Jawa Tengah. Koperasi Bangun Bersama memiliki program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program koperasi yang diperuntukan bagi para pembatik di Pekalongan khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Koperasi Bangun Bersama berbentuk koperasi serba usaha yang akan memberikan micro loan kepada para pembatik dan low-income entrepreneur dengan cara memaksimalkan output dan ekonomi demi peningkatan kesejahteraan mereka Untuk mendukung program Koperasi Bangun Bersama, maka para anggota koperasi diharuskan menjadi anggota Rumah Batik TBIG sehingga mereka juga akan diberikan pemahaman mengenai pengelolaan keuangan, disamping skill membatik. Diharapkan program Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama ini dapat bersinergi dan memberikan dampak bagi para pembatik di Pekalongan yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat. Program ini diharapkan mampu memberikan skill kepada 240 anak-anak muda dan pembatik, didukung dengan low income wiraswasta wanita, dan berdampak kepada jiwa. Untuk menjalankan program Rumah Batik dan Koperasi Bangun Bersama, TBIG bekerjasama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) sebagai pengelola Rumah Batik TBIG. Rumah Batik TBIG didirikan di 4

5 Pekalongan sebagai pilot project dari program CSR dengan konsep yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Diharapkan jika Rumah Batik di Pekalongan ini sukses, maka tidak menutup kemungkinan perusahaan akan mengembangkan program nya baik ke daerah lain maupun pengembangan aktivitas program nya. Pekalongan dipilih sebagai daerah untuk pelaksanaan program ini atas pertimbangan kedekatan area dengan daerah operasional menara-menara milik TBIG. 1.2 Rumusan Masalah Pendirian Rumah Batik TBIG ini dilatarbelakangi oleh fenomena kehidupan para pembatik di Pekalongan yang rata-rata masih berpenghasilan rendah, serta kurangnya pengetahuan menabung dan pemanfaatan jasa perbankan. Pembatik di Pekalongan memiliki kelompok kerja yang terdiri dari pengepul, perajin, dan buruh batik. Seperti yang dikemukakan oleh Corporate Communications TBIG, Wiyanna, sebagai berikut: Ide dasar pendirian Rumah Batik TBIG ini sebetulnya adalah berawal dari upaya pelestarian budaya. Kami tergerak untuk mensosialisasikan proses membatik kepada generasi muda. Karena Kami melihat bahwa banyak generasi muda yang sudah tidak tertarik membatik karena dianggap masa depan membatik tidak menjanjikan. Padahal para pembatik ini adalah aset warisan budaya batik itu sendiri. (Wiyanna : 2014: 3) Pengepul berperan sebagai pemasar, sehingga mereka yang akan menjual hasil produksi kain batik tersebut ke toko-toko dan mereka pulalah yang memberikan pekerjaan atau order kepada para perajin. Pengepul juga yang harus menyediakan bahan-bahan seperti mori (kain putih) dan pola batik. Sementara itu, perajin adalah pihak yang menerima pesanan dari pengepul lalu memberikan 5

6 pekerjaan tersebut kepada buruh-buruh batiknya. Buruh batik adalah pekerja yang mengerjakan proses membuat kain batik baik dari awal sampai akhir. Gambar Skema kerja pembatik Sumber : hasil wawancara pengepul, perajin, buruh batik, November 2014 Buruh batik umumnya berpenghasilan rendah, umumnya mereka menerima Rata-rata penghasilan buruh batik ini adalah Rp500-Rp1500 per lembar kain per hari. Tergantung spesifikasi pekerjaan yang mereka lakukan. Rata-rata buruh batik digaji harian Rp25.000,- kalau belum jago ya Rp15.000,- dikali 6 hari. Kamis kan kita pocokan. (Ida, 2015:25) Menurut keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor 560/60 tahun 2013 tentang Upah Minimum pada 35 (tiga puluh lima) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, UMR di kabupaten Pekalongan yang berlaku untuk 6

7 tahun 2014 adalah Rp ,- Sedangkan upah para buruh batik di Pekalongan masih di bawah UMR Pekalongan. Lain halnya dengan pengepul kelas menengah, dan seperti yang telah diungkapkan dalam penelitian sebelumnya oleh Akbar Bahtiar (2013) jika penjualan sedang tinggi pengepul dapat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda, bahkan sampai jutaan rupiah. Namun tidak sedikit risiko yang juga harus mereka tanggung. Sistem pencatatan keuangan mereka pun kurang baik, sehingga keuntungan ataupun kerugian yang mereka tanggung sering tidak akurat. Pengepul juga memiliki kesulitan dengan permodalan, karena umumnya toko melakukan pembayaran dengan sistem bilyet giro mundur tiga bulan setelah hasil pesanan kain batik diterima oleh toko. Maka untuk mendukung segi modal, pengepul sering meminjam ke rentenir dengan bunga yang cukup tinggi. Saat ini permodalan para pembatik didapatkan umumnya berasal dari sumber-sumber keuangan alternatif seperti dari pinjaman kerabat, rentenir dan pegadaian. Rentenir akan akan memotong sebesar 5 persen per bulan dari total pinjaman, ditambah biaya kliring dari pengumpul. Misalnya, pengumpul meminjam ke rentenir jangka waktunya tiga bulan seharga satu juta Rupiah, maka uang yang dibayarkan rentenir adalah satu juta Rupiah dikurangi potongan 15%. Potongan ini cukup besar dan membebani pengumpul. Saat ini belum ada lembaga keuangan mikro yang mewadahi para pembatik untuk membantu permodalan baik dari segi dana maupun bahan baku, sekaligus memberikan pelatihan-pelatihan pemberdayaan masyarakat. 7

8 Untuk membantu meningkatkan taraf hidup, memberdayakan ekonomi dan kreativitas masyarakat yang mengedepankan prinsip-prinsip triple bottom line (profit, people, planet), pemilihan model bisnis program Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama perlu diformulasikan secara tepat demi menjaga keberlanjutan program. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang akan diteliti lebih jauh adalah bagaimana model bisnis yang tepat bagi Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama agar usahanya dapat berlanjut? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah menganalisa model bisnis yang tepat untuk pelaksanaan dan pengembangan Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama TBIG agar sustainable atau berlanjut. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : Manfaat praktis 1. Memberikan usulan kepada manajemen mengenai bentuk model bisnis yang dapat diterapkan di Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama agar sustainable. 8

9 2. Memperkaya data dan informasi bagi penyusunan kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui program koperasi Manfaat akademis Bagi Magister Management UGM penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau referensi yang berhubungan dengan penelitian di bidang CSR. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya pada program CSR TBIG di bidang Budaya yaitu Rumah Batik TBIG dan Koperasi Bangun Bersama yang berlokasi di Pekalongan, Jawa Tengah. Analisa dari penelitian ini akan difokuskan kepada model bisnis Rumah Batik TBIG dengan menggunakan benchmark dari program CSR pemberdayaan masyarakat milik Chevron dan YCAB yang sudah berjalan yaitu Koperasi Amanah, agar didapatkan perbandingan demi memperkaya penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memuat tentang beberapa pokok pembahasan terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai buku dan jurnal ilmiah yang digunakan sebagai pendukung dalam pengumpulan, pengolahan dan analisis data. 9

10 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan, penentuan narasumber, teknik pengumpulan data, hasil wawancara dengan nara sumber sebagai subjek penelitian, dan informan sebagai objek dan teknik analisis. Di samping itu, pada bab ini juga memuat profil perusahaan yaitu PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk (TBIG). BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS HASIL Pada bab ini memuat kumpulan data yang diperoleh melalui teknik wawancara (kualitatif). Hasil dari wawancara tersebut digunakan untuk melakukan proses pengolahan data yang selanjutnya dilakukan analisis dan pemecahan masalah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang menjawab seluruh tujuan dari penelitian yang dilakukan dan memberikan saran yang bermanfaat 10