Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT Jilid 1 Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2011

11 SEJARAH PROVINSI JAWA BARAT Ketua Tim Penulis: Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M. S. Anggota: Dr. Toni Djubiantono, DEA Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum. Dra. Etty Saringendyanti, M. Hum. Drs. Reiza D. Dienaputra, M. Hum. Kunto Sofianto, Ph.D. Drs. Awaludin Nugraha, M. Hum. Miftahul Falah, S. S., M. Hum.

12 PRAKATA Berbagai tumpukan peristiwa yang datang bertubi-tubi melanda persada tanah air tercinta ini, bisa saja menyebabkan sekian banyak peristiwa yang memberi arti bagi kehidupan kebangsaan terlewat saja dalam ingatan. Bukankah dalam tumpukan peristiwa dalam suasana kekinian, masa lalu bisa saja terasa hanya lewat seketika dalam ingatan, sedangkan masa depan bisa terasa sebagai mengimbau-imbau dengan berbagai corak janji dan ancaman. Peristiwa dan bahkan juga perubahan sosial-politik di tanah air yang datang silih berganti dapat menyebabkan kita lupa pada berbagai sumber kearifan yang terpancar dari peristiwa yang pernah dialami. Begitulah, dalam arus hasrat reformasi, yang ingin menciptakan tatanan sosial-politik yang sesuai dengan idaman bangsa, betapa mudahnya bangsa tergelincir pada pertengkaran yang menjengkelkan. Dalam kecenderungan seperti ini mestikah diherankan kalau salah satu perdebatan kreatif yang terjadi pada saat bangsa sedang mengayuh dalam arus kemerdekaan bangsa yang baru didapatkan, terlupakan begitu saja. Salah satu perdebatan yang kreatif itu terjadi antara dua tokoh Proklamator Kemerdekaan Bangsa, Sukarno dan Hatta. Peristiwa ini bermula ketika Presiden Sukarno, yang telah semakin tidak sabar dengan ketidakstabilan politik, yang ditandai oleh jatuh bangunnya kabinet dan bahkan juga keresahan berbagai daerah yang bahkan dinilainya telah mengancam keutuhan negara pada tahun 1950-an. Dalam suasana ketidakstabilan politik sedang menjadi-jadi dan ketika perjuangan untuk membawa kembali Irian Barat ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi sedang menaik pula Bung Karno pun mengajak bangsa untuk mendapatkan kembali élan revolusi yang dianggapnya telah memudar. Dalam pidato-pidatonya, bahkan juga dalam tindakannya, ia menekankan bahwa revolusi Indonesia masih harus terus berjalan. Revolusi adalah pantulan patriotisme ketika ketika segala hal yang diinginkan bagi kehidupan sosial dan kenegaraan harus dijalankan dengan tempo yang serba cepat. Revolusi adalah ketika penghancuran dan pembangunan, herordening, harus dijalankan tanpa henti. Akan tetapi, timbul juga pertanyaan iii

13 apakah kembali ke suasana revolusi yang serba-cepat harus berarti mengabaikan keharusan konstitusional dan segala kepastian? Ketika itulah Bung Hatta, yang akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden, mengecam seruan serba revolusioner yang dianjurkan Presiden Sukarno. Dalam pidato pengukuhannya sebagai penerima doctor honoris-causa, di Universitas Gadjah Mada (Desember 1956) yang juga dihadiri Presiden Sukarno, Bung Hatta menolak doktrin revolusi tanpa henti, sesuatu yang kemudian malah dirumuskan Bung Karno sebagai the summary of many revolutions in one generation, dengan mengutip pendapat seorang ilmuwan asing. Dalam pidato pengukuhan yang sangat bernas dan yang praktis merupakan ikhtisar pemikiran tentang berbagai masalah kenegaraan itu Bung Hatta antara lain mengatakan bahwa adalah suatu kekeliruan untuk membangkitkan suasana revolusi ketika roda pembangunan telah harus dijalankan. Revolusi, katanya, harus berakhir dalam beberapa minggu atau beberapa bulan saja, sebab revolusi pada dasarnya membangkitkan suasana sambil mengutip ucapan Nietzche yang terkenal-- Umwertung aller Werte, pembongkaran segala nilai-nilai. Revolusi, kata Bung Hatta, harus segera diakhiri dan tahap konsolidasi yang revolusioner harus dimasuki. Maka perdebatan terbuka antara dua sahabat, yang telah mengakhiri mitos dwitunggal, terjadi. Perdebatan itu berlanjut terus, meskipun Bung Hatta telah menjadi warga negara biasa dan tidak lagi menjawab tantangan Bung Karno. Sampai saat ia harus mengakhiri jabatannya sebagai Presiden, Bung Karno hampir-hampir tak pernah lupa membalas dan menyerang balik kritik yang sempat dilancarkan Bung Hatta, sahabat akrabnya yang sampai akhir hayatnya tetap dicintainya. Perdebatan itu terjadi ketika kedaulatan negara telah didapatkan, setelah lebih dulu bangsa harus mengalami gejolak revolusi yang keras dan pada saat negara kesatuan telah kembali berdiri setelah sempat mengalami situasi ketika Indonesia terdiri atas sekian banyak negara bagian. Pada saat berbagai keharusan struktural yang dibayangkan ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan dan kemerdekaan harus dipertahankan dengan darah dan air mata, mestikah suasana revolusi itu dihidupkan kembali? iv

14 Perdebatan intelektual dan ideologis bisa saja tidak menemukan keputusan definitif yang menentukan, tetapi revolusi nasional adalah pengalaman sejarah yang tidak terlupakan. Ketika hasrat kemerdekaan telah menemukan salurannya dan pada saat semangat patriotisme yang telah ditempa oleh kesadaran nasionalisme yang kental tidak lagi terbendung, ketika itu revolusi nasional tidak lagi terelakkan, bahkan dengan begitu saja menampilkan diri sebagai keharusan sejarah. Ketika itulah, ketika revolusi telah dilancarkan, segala hal harus dijalankan serba cepat dan serba- revolusioner. Segala keteraturan yang sistematis, apalagi yang bercorak protokoler menjadi buyar dan tak lagi bisa berbunyi apaapa. Seandainya sejarah revolusi bangsa ingin dikisahkan, rekonstruksi sejarah seperti apakah yang tampak kalau bukan serangkaian gerak cepat yang heroik dan patriotik? Begitulah segera setelah Proklamasi Kemerdekaan disampaikan Sukarno-Hatta, atas nama bangsa Indonesia, segala hal mengalir begitu saja seirama dengan semangat revolusi. Sehari setelah Proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan begitu saja Sukarno dan Hatta dipilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden dan di hari yang sama rancangan Undang-Undang Dasar, yang telah dirancang sebulan sebelumnya, diresmikan pula sebagai UUD dari negara yang merdeka. Jadi dalam masa dua hari saja segala perlengkapan dari suatu negara telah dipenuhi pemerintahan, wilayah, dan undang-undang dasar. Hanya dalam sehari saja beberapa perubahan kecil tetapi fundamental dilakukan terhadap UUD. Adalah suatu sikap patriotisme yang kental dan rasa persatuan yang mendalam memungkinkan perubahan itu dilakukan terhadap hasil kompromi yang sempat melalui perdebatan panjang lebar. Dalam suasana revolusioner ini pula, pada keesokan harinya, pada tanggal 19 Agustus 1945 pembagian wilayah administratif Republik Indonesia diumumkan. Dalam pengumuman itu dinyatakan bahwa secara administratif pemerintahan Republik Indonesia terdiri atas delapan provinsi. Salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Ancaman terhadap negara yang diproklamirkan akan datang, tetapi secara formal sebuah negara-bangsa dalam bentuk republik yang demokratis telah terwujud. Maka terjadilah apa yang harus terjadi. Akhirnya setelah melalui perjuangan dan diplomasi, yang v

15 meminta korban sekian banyak patriot bangsa,kedaulatan negarapun mendapat pengakuan internasional. Sekarang sekian puluh tahun kemudian terasa juga betapa pengorbanan demi kemerdekaan dengan begitu saja bisa melupakan hasrat untuk mendapatkan jatah dalam pembagian kekuasaan. Di samping itu tampak dan terasa juga betapa mendasarnya perubahan pembagian wilayah administratif yang telah terjadi. Namun, Jawa Barat adalah satu dari sedikit provinsi yang sampai kini masih bertahan sebagai suatu kesatuan adminsitratif, betapapun sebagian dari wilayah administratif yang asli telah juga mengalami perubahan. Meskipun demikian tanggal 19 Agustus 1945 adalah tanggal kelahiran provinsi yang tak mungkin terlupakan, betapapun berbagai perubahan telah terjadi dan bahkan harus terjadi. Kelahiran Provinsi Jawa Barat,yang diumumkan dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, senafas dengan kegairahan nasionalisme yang telah melahirkan NKRI yang revolusioner. Kelahiran ini adalah juga pantulan yang otentik dari sejarah pergerakan kebangsaan. Bukankah kegelisahan dan cita-cita nasionalisme pada masa penjajahan dengan lantang dan keras digaungkan dari Kota Bandung, yang nantinya menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat, betapapun kota ini selalu ingin ditonjolkan kekuasaan kolonial sebagai Parijs van Java. Akan tetapi, bagaimanakah sejarah provinsi yang dilahirkan dalam denyut revolusi ini bisa direkonstruksi dan dipelajari? Provinsi adalah sebuah kesatuan administratif, yang sengaja dibuat demi kelancaran dan ketertiban roda pemerintahan. Sementara itu, sejarah, sebagai usaha rekonstruksi dari dinamika masyarakat dalam suatu rentangan waktu, tidak bisa dengan begitu saja terkurung oleh batas-batas keharusan administrasi pemerintahan. Batas teoretis yang bisa dikenakan pada uraian sejarah, yang ingin menyelusuri perjalanan masyarakat dalam suatu rintangan waktu, bukannya yang terpaut pada suatu peristiwa yang khusus suatu événement, kata orang sana hanyalah yang bersifat geografis, yang longgar. Karena itulah ketika hasrat menulis sejarah Provinsi Jawa Barat telah direncanakan, maka sikap awal dan mendasar yang harus dibuat ialah sasaran penelitian yang bersifat geografis, yaitu belahan Barat dari Pulau Jawa atau wilayah yang dikenal sebagai Tatar Sunda..Oleh karena itu, istilah Tatar Sunda dipergunakan untuk menyebut wilayah yang menjadi obyek penelitian, dari vi

16 masa prasejarah hingga lahirnya istilah Provinsi Jawa Barat dan istilah Provinsi Jawa Barat dipergunakan dari kelahiran provinsi tersebut, 19 Agustus Dengan sikap akademis ini maka sejarah Provinsi Jawa Barat bisa saja dimulai sejak masa prasejarah suatu zaman yang belum memberikan bukti-bukti tertulis sampai masa yang telah menghasilkan bukti-bukti tertulis, meskipun hanya secercah saja. Ketika inilah kerajaan Tarumanegara, yang membayangkan suasana kebudayaan Hindu telah berdiri. Selanjutnya sejarah bisa berkisah tentang Kerajaan Sunda yang pusatnya berpindah-pindah mulai dari Galuh, Kawali hingga berakhir di Pakuan Pajajaran. Tidak lama kemudian, suasana apa yang pernah disebut seorang ahli sejarah sosial Belanda, B. Schrieke, sebagai the race with Christianity terjadi juga di Tatar Sunda. Ketika Demak muncul sebagai Kerajaan Islam pertama di Jawa, konflik pun membayang-bayangi Kerajaan Sunda yang beragama Hindu. Pada masa itu pula kekuatan Barat menyentuh bagian barat Pulau Jawa ini. Pada tahun 1511 Portugis mendarat di Banten. Pada tahun 1579, Kerajaan Sunda sebagai sebuah kekuatan politik hanya tinggal dalam kenangan dan pengaruh Islampun masuk melalui dua kerajaan besar yang muncul kemudian yaitu Cirebon dan Banten. Kaum menak yang menjadi penerus Kerajaan Sunda, di Sumedanglarang dan Galuh, terpaksa harus bersaing dengan dua kerajaan besar yang sekaligus juga menjadi penyebar Islam tersebut. Awal abad ke-17, Mataram Islam telah tampil sebagai sebuah kekuatan besar. Kota-kota dagang di pantai Utara telah jatuh ke tangan kesultanan yang berpusat di pedalaman ini. Dalam gerak ekspansinya wilayah Barat pun berada di bawah kekuasannya. Pengaruh Mataram selama setengah abad dari tahun 1620-an hingga 1677 menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang signifikan. Terjadilah birokratisasi dengan adanya pengangkatan para Bupati di Priangan oleh Sultan Agung dan pelanjutnya. Akan tetapi, konflik kekuasaan pun tak terlelakkan juga. Karena pada tahun 1596 Cornelis de Houtman telah mendarat di Banten. Ketika para pedagang dan advonturir Belanda mendiktekan VOC konsolidasi kekuatan pun bermula dan semakin keras. Pada tahun 1677 VOC bahkan berhasil menggeser posisi Sultan Mataram sebagai atasan para Bupati Priangan. Sejak tahun itu pula apa yang disebut sebagai Preangerstelsel diberlakukan. Nanti ketika waktunya telah datang, vii

17 pada tahun 1830, sistem ini menjadi model bagi Culturstelsel alias tanam paksa dioperasikan. Sistem yang menguntungkan Belanda tetapi selalu diingat sebagai menyengsarakan rakyat barulah berakhir tahun 1870, ketika sistem eksploitasi liberal diperkenalkan. Pada tahun 1799 VOC, yang semakin bangkrut, antara lain karena korupsi yang merajalela, digantikan oleh Hindia Belanda maka semua negara kolonial yang resmi telah berdiri. Sepanjang abad ke-19 pemerintah kolonial ini melanjutkan proses pasifikasi. Para bupati pun dijadikan ambtenar yang digaji Belanda. Berkat pendidikan Barat yang diperkenalkan sejak akhir abad ke-19, perubahan sosial yang deras pun terjadi juga. Menjelang abad ke- 20 kaum intelektual, termasuk menak intelektual, telah mulai memperlihatkan dirinya. Di kalangan merekalah bemula pergerakan nasional. Pada gilirannya organisasi pergerakan dan para founding fathers banyak digodok di Kota Bandung sebagai kawah candradimuka. Di kalangan merekalah cita-cita kemerdekaan bangsa dicetuskan Hanya dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, tanggal 19 Agustus 1945 Provinsi Jawa Barat pun dilahirkan. Meskipun istilah Provinsi West Java sudah ada sejak 1 Januari 1926, tetapi wilayah ini bukanlah Provinsi Jawa Barat, sebagai bagian dari NKRI. Pembentukan Provincie West Java yang bersamaan dengan Province Midden Java dan Oost Java itu, dimaksudkan untuk operasionalisasi UU Otonomi daerah, demi kesejahteraan negara kolonial. Karena itulah tidak ada provinsi di Indonesia yang mengambil tanggal Hari Jadi nya dari peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan, kecuali DKI Jakarta. Hari Jadi Kota Jakarta (22 Juni 1527) adalah juga tanggal peringatan ketika Fatahillah,Sang Pahlawan, berhasil mengalahkan Portugis, yang ingin menjajah. Jadi adalah juga sebuah tanggal simbolik yang tak bisa dilupakan. Bukankah Jayakarta berarti kota kemenangan? Provinsi DKI adalah juga perluasan dan penjelmaan dari Kota Jakarta. Sejarahpun terus mengalir dari awal kemerdekaan hingga melewati Masa Orde Lama, Orde Baru, dan ditutup oleh Masa Reformasi. Provinsi Jawa Barat pun ikut mengalami reformasi karena pada tanggal 4 Oktober 2000, wilayah Banten memisahkan diri menjadi Provinsi Banten. Pemekaran kabupaten dan kota viii

18 juga terus berlangsung hingga dekade pertama abad ke-21, seiring dengan berlakunya UU Otonomi Daerah. Begitulah sekilas isi Sejarah Provinsi Jawa Barat ini. Isi buku ini tidak jauh berbeda dari Sejarah Tatar Sunda, yang diterbitkan pada tahun Buku ini, sesungguhnya merupakan Edisi Revisi dari buku Sejarah Tatar Sunda itu. Revisi dilakukan oleh sebagian penulis buku Sejarah Tatar Sunda, baik yang menyangkut isi, maupun koreksi tata penulisan. Selain itu, juga dilakukan penambahan data di sana-sini yang dianggap perlu, sedangkan rentangan waktu sejarah pun dilanjutkan sampai tahun Tanpa berpretensi buku ini sebagai buku sejarah yang lengkap dan sempurna, kami berharap semoga buku ini bisa juga memenuhi kebutuhan masyarakat luas yang membutuhkan informasi sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis dan etis. Dalam kesempatan ini kami, sebagai editor, ingin mengucapkan terima kasih kepada para penulis, yang sejak awal telah bersedia untuk bekerja keras dengan penuh dedikasi. Meskipun sebagian penulis dari edisi pertama tidak lagi ikut terus dalam penulisan tahap akhir hingga menjadi buku, jasa mereka senantiasa dikenang dan dihargai. Bagaimanapun juga buku ini ditulis berdasarkan buku Sejarah Tatar Sunda. Ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan khusus kepada Bapak Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan Lc., yang sejak awal mendukung sepenuhnya usaha penerbitan buku ini. Semoga dukungan ini dijadikan amal jariyah oleh Allah SWT. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu dalam prakata ini. Mereka telah banyak membantu Tim Penulis,selama penelitian, penulisan hingga penerbitan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga khalayak pembaca dapat memberikan saran, masukan, kritikan atas buku ini. Ibarat pepatah lama, tak ada gading yang tak retak, buku ini pun pasti juga mengandung kelemahan, baik dari segi isi, maupun cara penyampaian. ix

19 Prof.Dr. Nina Herlina Lubis, M. S SAMBUTAN GUBERNUR JAWA BARAT DAFTAR ISI Hlm. PRAKATA.. iii SAMBUTAN GUBERNUR JAWA BARAT xiii DAFTAR ISI.. xiv DAFTAR FOTO... xvii DAFTAR GAMBAR xix DAFTAR TABEL. xx BAB I : MASA PRASEJARAH.. 1 A. Mitos dan Sejarah. 1 B. Zaman Es.. 3 C. Fosil Binatang dan Manusia Purba... 5 D. Budaya Prasejarah Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Masa Bercocok Tanam a. Alat-Alat Neolotik x

20 b. Budaya Megalitik c. Tradisi Gerabah d. Perhiasan Masa Perundagian. 37 BAB II : KERAJAAN KUNO.. 46 A. Pendahuluan.. 46 B. Zaman Pra-Tarumanagara. 51 C. Kerajaan Tarumanagara Kehidupan Masyarakat Agama D. Kerajaan Sunda Struktur Kerajaan dan Birokrasi Kehidupan Masyarakat Perekonomian dan Perdagangan Agama dan Budaya 108 a. Agama 108 b. Budaya. 113 c. Peninggalan Arkeologis A. Percandian B. Bangunan Suci Tradisi Megalitik 145 BAB III : ISLAM, KESULTANAN, DAN KABUPATEN A. Masuk dan Penyebaran Islam di Tatar Sunda B. Kesultanan Cirebon Cirebon Pusat Islamisasi Tatar Sunda Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan Cirebon C. Kesultanan Banten Banten Pusat Kekuasaan dan Niaga Antarbangsa Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan Banten Konflik Banten dengan Kompeni (VOC) D. Pembentukan Kabupaten-kabupaten di Priangan hingga Jatuh ke Tangan VOC. 262 BAB IV : PERKEMBANGAN AWAL KEKUASAAN EROPA 286 A. Kedatangan Orang-orang Eropa B. Perluasan Kekuasaan Orang Eropa Jatuhnya Jayakarta ke Tangan VOC Pengaruh VOC di Banten dan Cirebon. 297 xi

21 3. Perkembangan Awal Preangerstelsel. 305 C. Reaksi terhadap Perluasan Kekuasaan Eropa 313 D. Kehidupan Perekonomian Pertanian dan Perdagangan Kebijakan VOC di Bidang Ekonomi. 333 a. Penanaman Wajib Komoditas Perdagangan 333 b. Penanaman Wajib Kopi. 341 E. Kehidupan Sosial Budaya Demografi dan Struktur Sosial Kehidupan Keagamaan dan Kepercayaan Bahasa, Tulisan, dan Kesusastraan 364 BAB V : EKSPLOITASI KOLONIAL, GERAKAN SOSIAL, DAN PERUBAHAN MASYARAKAT. 375 A. Perubahan Politik dan Sistem Pemerintahan Banten Priangan Cirebon B. Kehidupan Perekonomian Sistem Liberal, Undang-Undang Agraria, dan Perkebunan Reorganisasi Priangan C. Gerakan Sosial Gerakan Rakyat Cirebon ( ) Gerakan Raksa Praja (1842) Gerakan Nyi Aciah ( ) Gerakan Perlawanan di Tanah Partikelir Gerakan di Cikandi Udik (1845) Gerakan di Ciomas (1886) Gerakan Kiyai Hasan Maulani dari Lengkong (1842) Gerakan di Cilegon (1888) Gerakan Haji Hasan Cimareme D. Kehidupan Sosial Budaya Agama, Akulturasi, Transportasi, dan Kependudukan Kesenian Status Sosial Kaum Wanita xii

22 DAFTAR FOTO Hlm. Foto 1 : Batu Nangtung di Kampung Selareuma Sumedang 32 Foto 2 : Prasasti Ciaruteun 56 Foto 3 : Prasasti Kebon Kopi (Tapak Gajah) 57 Foto 4 : Prasasti Pasir Koleangkak 58 Foto 5 : Prasasti Tugu. 60 Foto 6 : Prasasti Cidanghiang 61 Foto 7 : Prasasti Pasir Awi 61 Foto 8 : Prasasti Kawali 79 Foto 9 : Prasasti Batu Tulis sekitar Tahun Foto 10 : Naskah Perjanjian Kerajaan Sunda dengan Portugis Foto 11 : Candi Jiwa, Batujaya, Karawang 122 Foto 12 : Aneka Manik-Manik 123 Foto 13 : Candi Blandongan 124 Foto 14 : Votive Tablet Foto 15 : Arca Wisnu Cibuaya Foto 16 : Candi Lemah Duwur Lanang Foto 17 : Fragmen Arca Raksasa dan Batu Bergores. 129 Foto 18 : Candi Bojongmenje Setelah Rekonstruksi. 132 Foto 19 : Yoni di Reruntuhan Candi di Indihiang Foto 20 : Candi Rajagwesi, Banjar, Ciamis Foto 21 : Altar-Altar Candi Pananjung, Pangandaran 139 Foto 22 : Arca Nadi (Kiri) dan Yoni (Kanan) di Pananjung (Pangandaran) Foto 23 : Arca Nadi dari Candi Ronggeng. 143 Foto 24 : Situs Susukan, Kec. Ciawigebang, Kuningan. 144 Foto 25 : Situs Ciarca, Kuningan 145 Foto 26 : Situs Megalitik Lebak Cibedug, Lebak, Banten Foto 27 : Teras Teratas Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang 148 Foto 28 : Sandung, Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas, Cimalaka, Sumedang Foto 29 : Lingga pada Makam Lembu Agung, Darmaraja, Sumedang Foto 30 : Lingga pada Makam Prabu Haji Putih, Darmaraja, Sumedang Foto 31 : Batu Pangcalikan (Altar) di Situs Karangkamulyan Foto 32 : Lambang Peribadatan. 154 Foto 33 : Pangcalikan Ki Ajar Sukaresi. 155 Foto 34 : Batu Pangeunteungan di Astana Gede Kawali, Ciamis xiii

23 Foto 35 : Bangunan Teras Berundak (Kiri) dan Batu Bergurat (Kanan) di Situs Candi Batu Lawang Foto 36 : Batu Tegak dan Ritual Mandi di Situ Sanghyang Majalengka Foto 37 : Batu Bergores di dalam dan di luar Bangunan Kuta Kalambu Foto 38 : Patilasan Eyang Haji Sukma Sejati Jaya Sampurna 165 Foto 39 : Mulut dan Bagian Dalam Gua Sanghyang Foto 40 : Areal Pesawahan di Majalengka. 329 Foto 41 : Lokasi Makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, sekitar Tahun Foto 42 : Beragam Masjid Agung di Kabupaten sekitar Tahun 1880-an 362 Foto 43 : Aksara Sunda Kuno (Ragam Aksara Ngalegena) yang Digunakan dalam Berbagai Prasasti dan Naskah Foto 44 : Aksara Cacarakan sebagai Modifikasi Aksara Carakan Jawa. 368 Foto 45 : Grote Postweg di Beberapa Wilayah Jawa Barat, Sekitar Tahun 1880-an Foto 46 : Makam Bagus Jabin di Kabupaten Karawang 423 Foto 47 : Bekas Rumah K. H. Hasan Maulani di Kuningan. 465 Foto 48 : Gardu Tua yang Dijadikan sebagai Pangkalan H. Wasid dalam Gerakan Sosial di Cilegon Tahun Foto 49 : Sidang KasusGerakan Sosial di Cilegon Tahun Foto 50 : Kompleks Pesantren Asyrofuddin, Sumedang Foto 51 : Pacuan Kuda di Sumedang (Kanan) dan Promosi Balap Kuda di Tasikmalaya (Kiri) pada Awal Abad Ke Foto 52 : Ronggeng dari Batavia sekitar Tahun Foto 53 : Pagelaran Tari Serimpi di Bandung Tahun Foto 54 : Seni Musik (Kiri) dan Wayang Golek Bendo (Kanan) di Sumedang 501 Foto 55 : Pagelaran Wayang Orang di Ciamis xiv

24 DAFTAR GAMBAR Hlm. Gambar 1 : Jembatan Daratan (Paparan Sunda dan Paparan Sahul). 5 Gambar 2 : Jalur Migrasi dari Daratan Asia ke Kawasan Nusantara... 6 Gambar 3 : Fosil Gigi Manusia Purba dari Penggalian Cisanca, Tambaksari, Ciamis... 7 Gambar 4 : Stratigrafi Daerah Cisanca, Tambaksari, Ciamis 8 Gambar 5 : Fisiografi Pulau Jawa. 15 Gambar 6 : Artefak Obsidian dari Penggalian Cisanca, Tambaksari, Ciamis Gambar 7 : Data Persebaran Alat Batu Neolitik (Obsidian) di Dataran Tinggi Bandung Gambar 8 : Lukisan Batavia Sekitar Tahun Gambar 9 : Situasi Pelabuhan Banten sekitar Abad Ke Gambar 10 : Jalur Grote Postweg di Jawa Barat, Gambar 11 : Peta Afdeeling Krawang Tahun sekitar Gambar 12 : Peta Keresidenan Priangan sekitar Tahun Gambar 13 : Peta Keresidenan Cirebon sekitar Tahun Gambar 14 : Peta Pembangunan Jalur Kereta Api di Tatar Sunda, xv

25 DAFTAR TABEL Hlm. Tabel 1 : Daftar Bupati dan Penguasa Lokal Lainnya di Priangan Sejak Tahun Tabel 2 : Tabel 2: Jenis Bea Cukai dan Pajak di Pelabuhan Banten Abad Ke Tabel 3 : Jumlah Komoditas Perdagangan yang Wajib Diserahkan Kepada VOC di Daerah Priangan pada Tahun Tabel 4 : Jumlah Produksi Komoditas Perdagangan di Luar Kopi Untuk Daerah Priangan serta Batavia dan Sekitarnya ( ). 336 Tabel 5 : Jumlah Produksi Komoditas Perdagangan Daerah Kesultanan Cirebon pada Akhir Abad Ke Tabel 6 : Jumlah Produksi Kopi Untuk Daerah Priangan dan Batavia serta Daerah Sekitarnya Tahun Tabel 7 : Jumlah Penduduk Pribumi dan Desa Awal Tahun 1890-an. 497 xvi

26 BAB I MASA PRASEJARAH A. Mitos dan Sejarah Provinsi Jawa Barat adalah nama wilayah administrasi pemerintahan, yang pada waktu kelahirannya tanggal 19 Agustus 1945 meliputi Provinsi Banten, Provinsi DKI, dan Provinsi Jawa Barat sekarang. Sejarah wilayah ini, yang akan dipaparkan dalam dua jilid, bukan hanya meliputi sejarah wilayah Provinsi Jawa Barat sekarang namun juga meliputi sejarah ketiga wilayah tersebut yang pada masa sebelum lahirnya Provinsi Jawa Barat dapat kita sebut sebagai Tatar Sunda atau Tatar Pasundan. Tatar Sunda adalah wilayah di Pulau Jawa bagian barat yang keindahan alamnya tidak akan terlupakan, terutama di daerah yang dikenal dengan Priangan atau Parahyangan. Gunung-gunung yang membiru dari kejauhan, diseling lembahlembah yang dibelah aliran sungai yang menambah kesuburan tanah yang telah diberkati oleh keindahan ini. Parahyangan seakan-akan mewakili romantisme kolonial tentang Mooie Indie. " Tanah Hindia yang Indah". Begitulah dulu, ketika kekuatiran akan transformasi tanah indah yang menjadi gersang, dan kerap diterjang banjir dan longsor belum dirasakan. Kita menyadari kini bahwa keindahan Tatar Sunda mungkin sedang terancam, sungai-sungainya mungkin tak pula lagi sebening dulu, meski gunung-gunungnya masih tegak berdiri dengan anggun. Bagaimanakah gerangan awal kejadian Tatar Sunda ini? Dalam menghadapi hal seperti ini maka jawaban terhadap pertanyaan mengenai asal usul itu sangat bergantung pada ada atau tidaknya tradisi lisan yang hidup di kalangan masyarakat. Bagaimanakah masyarakat setempatmenerangkan asal usul Tatar Sunda? Ada kalanya memang tradisi lisan itu bisa dipastikan sebagai salinan dari ingatan kolektif. Meskipun dalam perjalanan zaman perubahan dari corak ingatan kolektif bisa saja terjadi. Perubahan itu hanya mungkin terhenti jika seandainya pada waktu tertentu ingatan kolektif yang telah menjadi tradisi lisan dituliskan. Begitulah bisa juga dikatakan bahwa sejarah, sebagai uraian dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi telah bersembunyi di belakang mitologisasi peristiwa yang 1

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan

Lebih terperinci

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT

SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN 2017 Mata Pelajaran Penyusun Soal :SEJARAH INDONESIA : DRS. LADU NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL 1. 3.2 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA No (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan 2. Makna Proklamasi Kemerdekaan Perhatikanlah, bagaimana kemeriahan yang terjadi ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dirayakan. Sungguh meriah, bukan? Kemeriahan yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Oni FASILKOM PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA PRA KEMERDEKAAN & ERA KEMERDEKAAN Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut? BAB I 1.Latar Belakang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi,negara Indonesia tetap berpegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN PANCASILA ERA PRA DAN ERA KEMERDEKAAN 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pantai utara atau dikenal dengan akronim Pantura Jawa Barat merupakan bentangan wilayah yang memiliki banyak keunikan, baik dari segi geografis, kesenian,

Lebih terperinci

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe. 1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai sejarah bangsa Indonesia, terdapat suatu masa yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga Indonesia menjadi seperti sekarang

Lebih terperinci

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN Modul ke: PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN Fakultas Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kompetensi dalam

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Pra Kemerdekaan) Fakultas MKCU Drs. AMIRUDDIN, S.P.d. MM Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN

NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN NASKAH AKADEMIS PENENTUAN HARI JADI DAN LAMBANG KABUPATEN PANGANDARAN Oleh: Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S, Dr. Hernadi Affandi, S.H., M.H. Ade Makmur Kartawinata, Ph.D YAYASAN MASYARAKAT SEJARAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 21 JAKARTA Kelas : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

Indikator. Teknik. peninggalan. sejarah yang bercorak Hindu yang ada di Indonesia Mampu menceritakan. peninggalan

Indikator. Teknik. peninggalan. sejarah yang bercorak Hindu yang ada di Indonesia Mampu menceritakan. peninggalan Silabus Sekolah : Kelas : V Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Semester : 1 (Satu) Standar Kompetensi : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Buddha

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945

SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945 SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN HARI RAPAT RAKSASA IKADA 19 SEPTEMBER 1945 Oleh: Joko Widodo Gubernur Provlnsi DKI Jakarta PEMERINTAH PROVlNSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA Kamis, 19 September 2013 8SRIDMS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. C. Rumusan Masalah o Sejarah bahasa Indonesia o Kedudukan bahasa Indonesia o Fungsi bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. C. Rumusan Masalah o Sejarah bahasa Indonesia o Kedudukan bahasa Indonesia o Fungsi bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu: Jumlah Soal : 40 Soal

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

UKBM SEJARAH 3.6/4.6/1/6-1

UKBM SEJARAH 3.6/4.6/1/6-1 UKBM SEJARAH 3.6/4.6/1/6-1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB) SEJ - 3.6/4.6/1/6-1 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sejarah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa sejarah

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENYERAHAN ARSIP CITRA DAERAH KOTA BANJARMASIN 24 SEPTEMBER 2016

SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENYERAHAN ARSIP CITRA DAERAH KOTA BANJARMASIN 24 SEPTEMBER 2016 SAMBUTAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENYERAHAN ARSIP CITRA DAERAH KOTA BANJARMASIN 24 SEPTEMBER 2016 Yang kami hormati Bapak Ibnu Sina, S.PI, M.Si Walikota Yang kami hormati Bapak

Lebih terperinci

SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN

SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN SEJARAH BANTEN; MEMBANGUN TRADISI DAN PERADABAN Prof. Dr. Hj. Nina H. Lubis, M. S. Dr. Mufti Ali Etty Saringendyanti, M. Hum. Miftahul Falah, M. Hum. Budimansyah Suwardi, S. T. BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,

Lebih terperinci

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *)

MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) MUATAN LOKAL DAN SEJARAH GARUT: PERSPEKTIF PAEDAGOGIS *) Oleh: Andi Suwirta **) Pada tahun 1990-an, materi dalam Kurikulum Sejarah mulai diperkenalkan apa yang disebut dengan muatan lokal (mulok). Dengan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RANGKA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE-67 TAHUN 2012

SAMBUTAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RANGKA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE-67 TAHUN 2012 SAMBUTAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RANGKA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE-67 TAHUN 2012 Yogyakarta, 17 Agustus 2012 Bismillahirahmanirrahim Sambutan Gubernur

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI Oleh QOMARIATUL BADRIYAH NIM 090210302017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

Upaya penanggulangan permasalahan kependudukan di Indonesia. Ciri-ciri negara maju Negara berkembang

Upaya penanggulangan permasalahan kependudukan di Indonesia. Ciri-ciri negara maju Negara berkembang PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MUSYAWARAH KEPALA SEKOLAH (MKS) SMP DKI JAKARTA Sekretariat : SMP Negri 205 Jakarta Jl.Semanan Raya 2, Kalideres, Jakarta Barat, Phone : 5446287

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK 46. KOMPETENSI INTI DAN SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat 112 BAB V KESIMPULAN Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat perdagangan di Kota Surakarta berawal dari migrasi orang-orang Cina ke pesisir utara pulau Jawa pada abad XIV. Setelah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak

BAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak BAB VI KESIMPULAN Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak menghilangkan pamor kerajaan tersebut. Kejayaan yang pernah dicapai Kerajaan Majapahit terekam dari berbagai peninggalannya

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014 No 1. Memahami materi ajar sesuai dengan kurikulum Dasar 1.1 Menganalisis kehidupan awal manusia di bidang kepercayaan, sosial,

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 HARI/TANGGAL : KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 WAKTU : PUKUL 08.00 WIB TEMPAT : SE-KOTA BANDUNG BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor pertanian. Sampai saat ini,

Lebih terperinci

SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono*

SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono* SISTEM SEWA TANAH DALAM UPAYA PENGHAPUSAN FEODALISME DI JAWA ABAD XIX ( Fragmen Sosio-kultural pada Masyarakat Jawa ) Rosalina Ginting & Agus Sutono* ABSTRAK Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016 SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN 2016 Hari / tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016 Waktu : 19.00 WIB Tempat :...

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT

HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Penentuan Hari Jadi Jawa Barat; sebuah Analisis Historis Diselenggarakan oleh Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat bekerja

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian. Menjelaskan pengertian sejarah melalui kajian pustaka.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian. Menjelaskan pengertian sejarah melalui kajian pustaka. SILABUS Nama Sekolah : SMA 78 JAKARTA Mata Pelajaran : Sejarah Umum Kelas Semester : X/genap Standar Kompetensi: 1. Memahami pr insip dasar ilmu sejarah.. Tingkat Kompetensi Dasar Ranah KD 1.1 Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah lokal mempunyai fungsi utama untuk menyempurnakan faktafakta yang berguna dalam menyusun sejarah nasional, terutama sejarah perjuangan pergerakan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

PEMETAAN STANDAR ISI

PEMETAAN STANDAR ISI PEMETAAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER : SEJARAH : X I IPS / I STANDART KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR THP INDIKATOR THP MATERI POKOK 1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa negara-negara

Lebih terperinci