BAB VI KESIMPULAN. masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal
|
|
- Ratna Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI KESIMPULAN Pada sebuah kondisi masyarakat multikultural di mana berbagai kelom pok masyarakat hidup bersama biasanya akan terjadi relasi yang tidak seimbang. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya kelompok dominan sebagai kelompok yang memiliki kuasa dan kelom pok subordinat sebagai kelompok antikuasa. Dalam politik identitas, akibat keberadaan dua kelompok tersebut melahirkan persaingan melalui dikotomi Aku dan Kamu, Kita dan Mereka untuk menunjukkan bahwa kelompoknya lebih baik dari kelompok yang lain. Dalam studi ini, persaingan antara Sunda dan Cirebon telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang dan telah mengakar. Pergantian periode pemerintahan nyatanya belum membuat persaingan tersebut berakhir. Sunda sebagai kelompok mayoritas di Jawa Ba rat, berusaha melakukan dominasi yang mengandung kekerasan simbolik terhadap Cirebon. Melalui dom inasi tersebut, muncul anggapan bahwa urang sunda lebih baik daripada wong cerbon. Parahnya lagi, anggapan tersebut sekian lama diyakini pula oleh sebagian masyarakat Cirebon. Akibatnya Cirebon sebagai warga minoritas di Jawa Barat seringkali termarginalkan melalui kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dominasi tersebut tentu saja menimbulkan kesadaran bagi Cirebon untuk tidak tinggal diam, hingga akhirnya memilih 108
2 melakukan perlawanan. Angin demokrasi di era reformasi yang memberikan peluang lebih besar bagi Cirebon untuk melakukan perlawanan melalui penguatan lokal. Bahasa menjadi ekspresi bagi kedua belah pihak dalam memperebutkan kekuasaan. Melalui penggunaan undak usuk basa Sunda yang jauh lebih rumit dibandingakan undak usuk basa cerbon dimunculkanlah wacana bahwa bahasa Sunda adalah bahasa yang memenuhi kriteria kesopanan dan keluhuran adat orang Sunda. Sedangkan bahasa Cirebon sendiri bagi orang sunda merupakan bahasa yang kasar karena tidak sesuai dengan aturan tingkatan bahasa mereka. Bagi Cirebon sendiri, bahasa merupakan ekspresi yang digunakan untuk menunjukkan eksistensinya. Bahasa Cirebon merupakan bahasa tutur kebanyakan masyarakat Cirebon. Dengan kata lain, untuk menjadi suatu modal budaya sekaligus modal simbolik maka bahasa Cirebon telah mendapat pengakuan dari masyarakat dalam rangka menunjukkan identitasnya yang berbeda dengan orang sunda. Selain bahasa, ada modal lain yang diperebutkan dalam pergulatan identitas Cirebon melawan dominasi Sunda. Modal tersebut ialah modal sosial berupa kepemilikan jaringan. Dominasi Sunda diciptakan oleh aktor-aktor yang disebut menak.. Mereka menduduki posisi tertinggi baik dalam hierarki pemerintahan maupun dalam struktur masyarakat. Tentu ini memberikan keuntungan bagi kelas dominan, di mana mereka berpeluang dalam merumuskan kebijakan yang menguntungkan bagi kelompoknya. Kondisi tidak hanya berlangsung di tingkat Provinsi melainkan juga terjadi di tingkat Kabupaten dan Kota. Hal tersebut 109
3 menyebabkan perlawan Cirebon lebih banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat itu sendiri, bukan melalui birokrasi. Modal-modal yang dim iliki baik oleh Sunda ataupun Cirebon dipertarungkan dalam ranah budaya yakni ranah pendidikan khususnya sekolah. Keduanya meyakini bahwa melalui sekolah kesempatan untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan sangat memungkinkan untuk diraih. Bagi kelompok dominan, sekolah menjadi institusi untuk melanggengkan kekuasaan melalui penetrasi kebudayaan kelas dominan. Dalam hal ini sunda melakukannya dengan menjadikan bahasa Sunda sebagai kurikulum muatan lokal di seluruh sekolah di Jawa Barat termasuk Cirebon yang sebagian besar masyarakatnya justru tidak menggunakan bahasa sunda. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan dari sekolahsekolah ini adalah mereka yang sebagian besar berasal dari kelas dominan karena kepemilikan modal budaya yang jauh lebih besar. Merekalah yang dikemudian hari memiliki kesempatan untuk memiliki kekuasaan dalam pemerintahan. Hal ini kemudian berdampak pada kebijakan yang dihasilkan seringkali lebih mengutamakan nilai-nilai kesundaan. Sementara itu perlawanan Cirebon terhadap Sunda juga dilakukan di ranah budaya melalui sekolah. Sebagai tandingan keberadaan kurikulum bahasa Sunda, kurikulum bahasa Cirebon dihadirkan di sekolah sebagai upaya pertahanan sekaligus perlawanan terhadap dominasi Sunda. Untuk menunjukkan kema ndiriannya, beberapa guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Cirebon di Kabupaten maupun Kota Cirebon berusaha menyusun sendiri 110
4 kurikulum serta bahan ajar mata pelajaran Bahasa Cirebon sebagai akibat ketiadaan standar baku sebelumnya. Selain itu muncul upaya untuk membuka program studi bahasa Cirebon di beberapa perguruan tinggi yang ada di Cirebon. Selanjutnya bagaimana modal-modal tersebut dimainkan dalam ranah, sangat tergantung pada strategi yang digunakan oleh kedua belah pihak. Strategi reproduksi kelas dominan biasanya adalah mempertahankan posisi mereka atau yang disebut oleh Bourdieu dengan conservation dan dalam hal ini dilakukan oleh Sunda. Sunda memasukkan bahasa ke dalam kurikulum pendidikan dengan tujuan menciptakan individu-individu terutama mereka yang akan duduk di birokrasi yang senantiasa berpedoman pada nilai-nilai kesundaan sehingga kebijakan yang nantinya dihasilkan adalah kebijakan yang mampu melanggengkan posisi mereka sebagai kelompok dominan. Sebaliknya strategi untuk mendapatkan akses terhadap posisi-posisi dominan dalam ranah serta berusaha mendapat sebagian kecil dari kelompok dominan (succession dan subversion) menjadi strategi yang digunakan oleh mereka yang berada pada posisi subordinat dalam hal ini Cirebon. Merujuk pada keberhasilan dominasi sunda, sebagai kelompok yang berada dalam posisi subordinat, Cirebon melakukan strategi yang sama yaitu dengan menjadikan bahasa Cirebon sebagai muatan lokal yang memiliki kedudukan yang sama dengan bahasa Sunda di sekolah - sekolah. Tujuannya adalah, menempatkan orang-orang Cirebon yang memiliki kepedulian terhadap kebudayaan dan masyarakat Cirebon untuk berada di birokrasi sehingga kebijakan yang dihasilkan tidak lagi memarginalkan orang Cirebon. O leh 111
5 karenanya, Cirebon yaitu dengan mengum pulkan berbagai modal yang dimiliki. Selain itu ranah budaya lainnya yang digunakan sebagai arena perlawanan yaitu dengan dibentuknya Lembaga Bahasa dan Sastra Cirebon yang merupakan tempat berkumpulnya para budayawan yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi Bahasa Cirebon. Beberapa program dilakukan untuk mengakumulasi modal dalam bahasa Cirebon seperti mengumpulkan kosa kata yang sudah mulai ditinggalkan untuk kemudian disusun menjadi sebuah kamus. Selain itu, pesantrenlah sesungguhnya selama ini yang menjadi basis pertahanan keberadaan bahasa Cirebon dengan senantiasa menggunakannya dalam aktivitas sehari-hari baik oleh santri maupun Kyai. Seluruhnya dilakukan dengan tujuan semata-mata untuk memenangkan pertarungan. Seperti yang diyakini oleh Bourdie bahwa kekuasaan di masyarakat sangat bergantung pada kepemilikan modal. Semakin banyak modal yang dimiliki, semakin besar pula peluang untuk memiliki kekuasaan. Dalam Studi ini, kepemilikan modal Cirebon jauh lebih kecil dibandingkan modal yang dimiliki oleh Sunda. Jika Sunda telah menjadikan bahasa sebagai modal untuk melakukan dominasi sejak berlangsungnya masa pemerintahan kolonial, maka Cirebon baru memiliki kesadaran untuk menggunakan bahasa sebagai alat perlawanan dan dilakukan secara intensif jauh setelahnya. Itulah sebabnya upaya perlawanan C irebon hingga saat ini masih merupakan perjuangan yang panjang karena selalu mendapatkan perlawanan kembali dari pihak Sunda. 112
6 Selain modal kekhasan habitus juga menentukan kemenangan dalam kontestasi kekuasaan habitus Sunda yaitu berusaha mempertahankan kekuasaan sebagai langkah untuk melanggengkan dominasi yang telah berlangsung. Sedangkan habitus yang dimiliki oleh Cirebon ialah berusaha merebut kekuasaan untuk diakui keberadaannya sebagai warga Jawa Barat yang bukan orang sunda melainkan tampil dengan identitas sendiri yaitu wong Cerbon. Upaya dom inasi Sunda melalui birokrasi menjadi logis, membuat proses implementasi yang memungkinkan bahasa mengorientasikan dirinya berada dalam politik birokrasi menempatkan sunda sebagai kelas dominan. Sebaliknya, muncul kesadaran bagi Cirebon untuk melakukan perlawanan agar tidak selalu berada dalam posisi subordinat. Dengan demikian, marginalisasi karena bukan merupakan Sunda diharapkan tidak terjadi lagi. Kondisi inilah yang menjadikan persaingan antara Sunda dan Cirebon masih berlangsung hingga saat ini. Dari cerita kontestasi kekuasaan antara Cirebon dan Sunda, setidaknya ada dua pembelajaran yang dapat diambil. Pertama, struktur dominasi yang kuat dan berlangsung dalam waktu panjang menyebabkab Cirebon mengalami kesulitan untuk menunjukkan identitasnya meskipun saat ini kesempatan tersebut sebenarnya terbuka lebar melalui Perda Provinsi No. 5 Tahun 2003 tentang bahasa daerah di Jawa Barat. Artinya bahwa dukungan politik kepada Cirebon untuk berekspresi melalui bahasa seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam menunjukkan identitasnya. 113
7 Selain itu, upaya Sunda untuk melakukan penetrasi nilai-nilai kesundaan melalui jalur pendidikan meskipun di wilayah-wilayah yang masyarakatnya bukan termasuk Sunda dianggap sebagai bentuk sundanisasi (baca: dominasi sunda), hendaknya tidak selalu dipandang dari sisi negatif. Hal ini setidaknya memberikan kesadaran kepada Cirebon bagaimana seharusnya mempertahankan identitasnya dengan segera setelah Cirebon mengetahui keunikannya dibandingkan Sunda. Dengan demikian keinginan Cirebon untuk lepas dari bayang-bayang etnis Sunda maupun Jawa dapat terwujud. Kedua, dikaitkan dengan politik identitas etnis, keragaman dalam masyarakat pada kenyatannya telah mempengaruhi cara pandang yang membawa pada kesadaran untuk memisahkan, mengkotak-kotakkan masyarakat pada golongan-golongan atas batasan fisik, warna kulit, etnis, bahasa, dan agama. Lebih jauh lagi, kesadaran tersebut seringkali mempengaruhi serta mendorong pengambilan kebijakan dan keputusan yang menyangkut kepentingan publik. Dalam beberapa kasus, hal tersebut menjadi salah satu faktor pemicu munculnya keinginan untuk memisahkan diri. Indonesia sebagai sebuah Negara yang masyarakatnya beragam, permasalahan politik identitas yang disebabkan melalui bahasa tentu tidak hanya terjadi di Cirebon. Beberapa kasus serupa seperti bahasa banyumasan di Banyumas dan bahasa Osing di Banyuwangi yang berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya menyebabkan pelabelan negatif dari suku terdekatnya Jawa sekaligus keinginan mereka untuk disebut sebagai etnis yang berbeda dengan Jawa. Demikan halnya dengan Cirebon, 114
8 dalam kasus ini politik etnis yang dimaksud lebih ditujukan pada proteksi bagi kemajuan kelompok. Dalam hal ini hak-hak politis yang dituntut tidak sampai pada taraf indepedensi atau keinginan memisahkan diri dari Jawa Barat tetapi lebih kepada kebebasan berekspresi dan bersosialisasi melalui bahasa. Hal ini tetap menuntut adanya suatu sikap untuk menghadapinya. Bagaimana masing-masing kelompok atau individu melihat dirinya berbeda dengan orang lain dan ternyata orang lain berbeda dengan dirinya. Dengan demikian, diperlukan suatu pendidikan, pengenalan untuk merubah cara pandang terhadap perbedaan ini. Perbedaan harus diterima sebagai sebuah kenyataan sehingga kita dapat belajar untuk mulai menerima perbedaan sebagai kenyataan yang kemudian akan melahirkan sikap menghargai perbedaan itu sendiri. *** 115
BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam
BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI
8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di
Studi Kasus: Kontestasi Andi Pada Pilkada Kabupaten Pinrang 1 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan yang menyajikan interpretasi saya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Meskipun perpustakaan oleh masyarakat secara umum disadari sebagai
286 BAB VI PENUTUP A. Simpulan Meskipun perpustakaan oleh masyarakat secara umum disadari sebagai lembaga yang mengalami proses interaksi sosial, baik secara pribadi maupun kolektif, tetap saja dipahami
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I hingga V penulis menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, bahwa tidur tanpa kasur di dusun Kasuran
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciA Vision serves to create a sense of purpose that encourages people to change their actions Michael Fairbanks -
Merajut Mozaik Kebhinekaan, Penyerbukan Silang Antar Budaya dan Nasionalisme A Vision serves to create a sense of purpose that encourages people to change their actions Michael Fairbanks - Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian bab demi bab dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam kepercayaan kepada Gikiri Moi
Lebih terperinciKedua, pengaruh sosial. Selain budaya, pengaruh sosial yang
Bab Lima Penutup Kesimpulan Geliat meningkatkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan hati dan pikiran sebagaimana diperjuangkan pemerintah rupanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.
Lebih terperincijabatan di struktur Pemko Pematangsiantar? 6. Dan mengapa etnis lainnya seperti Mandailing, Nias dan lain-lain sedikit menduduki
Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana penilaian Anda terhadap perkembangan politik di Kota Pematangsiantar? 2. Bagaimana penilaian Anda terhadap kondisi politik di Kota Pematangsiantar ditengah keberagaman etnis
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi
126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh
180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciPANDUAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN
LAMPIRAN 79 PANDUAN PERTANYAAN UNTUK INFORMAN NAMA: TANGGAL: 1. Apakah pernah terjadi permasalahan lahan dengan pihak perkebunan? 2. Permasalahan lahan seperti apa yang terjadi? 3. Berapa kali permasalahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah saat ini merupakan ruang otonom 1 dimana terdapat tarik-menarik antara berbagai kepentingan yang ada. Undang-Undang Otonomi Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Talempong goyang awalnya berasal dari Sanggar Singgalang yang. berada di daerah Koto kociak, kenagarian Limbanang, kabupaten
99 BAB IV KESIMPULAN Talempong goyang awalnya berasal dari Sanggar Singgalang yang berada di daerah Koto kociak, kenagarian Limbanang, kabupaten Lima Puluh Koto, diestimasi sebagai hiburan alternatif musik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciB. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa elitlah yang menjadi motor utama dalam semua aktivitas politik dibmr adalah benar adanya. Wacana pemekaran untuk kesejahteraan telah membawa masyarakat ikut mendukung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,
BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem demokrasi, eksistensi Partai Golkar merupakan sebuah keniscayaan. Upaya demokratisasi membutuhkan sarana atau saluran politik dengan kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan rejim ekonomi politik di Indonesia yang terjadi satu dasawarsa terakhir dalam beberapa hal masih menyisakan beberapa permasalahan mendasar di negeri ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan
BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa
282 BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa kesimpulan dan saran yang diperlukan. A. Kesimpulan
Lebih terperinci49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)
589 49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia
Lebih terperinciMia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI
Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Perilaku Layanan Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Perilaku Layanan Terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat Perilaku layanan merupakan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam bentuk interaksi atau hubungan antara penyedia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian
BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik.
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Dalam teks sajak yang pertama, Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, hierarki
161 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Makna demokrasi di dalam ketiga teks sajak karya Taufiq Ismail ini terbentuk melalui pengukuhan struktur hierarki vertikal dan struktur formasi horizontal. Dalam teks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciSYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI
l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Sentralisme pemerintahan yang telah lama berlangsung di negeri ini, cenderung dianggap sebagai penghambat pembangunan daerah. Dari sekian banyak tuntutan yang diperhadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dari temuan penelitian di lapangan dan didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas penguasaan tanah ulayat oleh negara sejak masa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. isu maupun stereotip yang datang dari berbagai arah untuk mencoba membuat
BAB V KESIMPULAN Membicarakan kerusuhan antar etnis memiliki daya tarik unik yang mempengaruhi kita untuk terus mencari akar persoalanya. Di Manokwari kehidupan antara etnis sangat diwarnai dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI
PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. munculnya tindakan-tindakan kekerasaan yang dilakukan oleh golongan
173 BAB V Kesimpulan Denny JA memasuki arena sastra Indonesia ketika arena sastra berada di dalam situasi terdominasi oleh arena kekuasaan, terutama akibat determinasi politik dan ekonomi. Hal tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciKesimpulan. Bab Sembilan
Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. digunakan sebagai ruang diskusi dan mengerjakan tugas. Beragam kafe dan. membuat para pelanggannya setia berkunjung.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Di Yogyakarta, karena banyaknya sekolah dan kampus, warung kopi dan kafe selain digunakan sebagai ruang berkumpul dan berinteraksi juga sering digunakan sebagai ruang diskusi
Lebih terperinciJAKARTA, 11 Juli 2007
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI PENDAPAT TERHADAP RUU TENTANG PARTAI POLITIK DAN RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DPD, DAN DPRD JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kantor MPR/DPR RI,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010
BAB 4 KESIMPULAN Berbagai bentukan memori seperti memisahkan, mengatasi, dan memasarkan memori telah membangun konstruksi memori kolektif kota Jakarta. Kota Jakarta sejak masa pemerintahan kolonial tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan terkait dengan fokus
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan terkait dengan fokus kajian tentang praktik marginalisasi politik pengawasan pemilu di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam bahasa politik Nelson Mandela, penulis banyak menemukan penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan metaforis linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118
BAB 6 PENUTUP Bab ini menguraikan tiga pokok bahasan sebagai berikut. Pertama, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara garis besar dan mengemukakan kesimpulan umum berdasarkan temuan lapangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciOleh: Rani Praditia, (Iseng-iseng Munir) Program Studi Sastra Jerman, FIB UI
KONTROVERSI KEBUTUHAN INDIVIDU DAN KEBUTUHAN PUBLIK DI INDONESIA: STUDI KASUS TINDAKAN PORNOGRAFI PADA OKNUM LEMBAGA RESMI NEGARA DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Oleh: Rani Praditia, 0806395251(Iseng-iseng
Lebih terperinciJURNAL PENA INDONESIA (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN:
JURNAL PENA INDONESIA (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya Volume 2, Nomor 1, Maret 2016 ISSN: 22477-5150 INTELEKTUAL ARENA PADA KKPK NEW BESTIES KARYA ORYZA SATIVA APRIYANI Rizky Dian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya UU yang membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciDEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI
Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari
113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Struktur dan Teori Kekuasaan melalui tahapan metode etnografi pada Konsep
106 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan Teori Agen dan Struktur dan Teori Kekuasaan melalui tahapan metode etnografi pada Konsep Arena dan Stuktur, penelitian
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciPERSPEKTIF ETNIK SITUASIONAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD PADA WILAYAH MULTI ETNIK
PERSPEKTIF ETNIK SITUASIONAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK ANGGOTA DPRD PADA WILAYAH MULTI ETNIK Oleh : Muhammad Marzuki 2 ABSTRAK Sentimen etnik seringkali dinilai sebagai salah satu kekuatan sekaligus problematika
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. SIMPULAN
101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan
Lebih terperinciCATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN
CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PINKY SAPTANDARI pinky_wisjnubroto@yahoo.com Disampaikan dalam Workshop tgl 7-9 Desember 2013 KEBUDAYAAN SEBAGAI PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN Paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Untuk menganalisis mengapa masyarakat memilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades (golput) diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai
Lebih terperinciMENJADI PAHLAWAN Oleh: Janedjri M. Gaffar (Sekretaris Jenderal Mahkamah Kostitusi RI)
MENJADI PAHLAWAN Oleh: Janedjri M. Gaffar (Sekretaris Jenderal Mahkamah Kostitusi RI) Setiap 10 November segenap bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan. Secara khusus, Hari Pahlawan adalah untuk mengenang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciMAKALAH FUNGSI BAHASA INDONESIA MENURUT PARA AHLI. Disusun Oleh : Kurnia Santi J Gizi B
MAKALAH FUNGSI BAHASA INDONESIA MENURUT PARA AHLI Disusun Oleh : Kurnia Santi J310150100 Gizi B PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015 BAB
Lebih terperinci