BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Liana Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan temuan dan analisa yang ada penelitian menyimpulkan bahwa PT. INCO mengimplementasikan praktek komunikasi berdasarkan strategi dialog yang berbasis pada manajemen pemangku kepentingan dalam proses pengelolaan konflik antara masyarakat Sorowako dengan PT. INCO. Dalam lingkup operasional, implementasi dari praktek strategi tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni: (1) tahapan perekayasaan adat sebagai jalan masuk untuk mengembangkan interaksi yang positif dengan para pemangku kepentingan di Sorowako, (2) tahapan kedua dilakukan dengan mengontrak konsultan manajemen risiko untuk membangun dan mengembangkan instrumen komunikasi perusahaan yang baru dan berbasis pada logika adat, dan (3) tahapan pengembangan dialog antara masyarakat Sorowako dengan PT. INCO. Berkaitan dengan tahapan pengembangan dialog, di tataran implementasi, PT. INCO menerapkan sejumlah praktek strategis, antara lain: (1) sebuah serial dialog yang digunakan untuk memetakan sumber konflik dan ekspresi konflik dan (2) serangkaian pertemuan melalui Meteriso untuk merumuskan solusi praktis dengan mempertimbangkan kapasitas PT. INCO. Melalui serangkain praktek strategi komunikasi tersebut, akhirnya, dapat diketahui sumber konflik berasal dari perbenturan harapan masyarakat Sorowako dengan kapasitas PT. INCO dalam mengelola tiga fenomena dasar, yaitu: fenomena akses tanah sebagai sumber konflik, fenomena kesempatan berusaha sebagai sumber konflik, fenomena afirmasi tenaga kerja lokal sebagai sumber konflik, serta fenomena program pemberdayaan perusahaan sebagai sumber konflik. 109
2 Konflik pertanahan dipicu oleh empat persoalan dasar, yaitu: pertama, perbedaan persepsi tentang fungsi alamiah tanah, dimana tanah -yang bagi masyarakat Sorowako sebagai lahan untuk menanam padi dan berladang serta memungut hasil hutan (rotan, damar dan kayu)- telah beralih fungsi melalui berbagai praktik unjuk kekuatan, kekerasan, dan kekuasaan oleh perusahaan tambang. Kedua, munculnya perselisihan karena tidak adanya pengakuan pemerintah terhadap hak-hak adat masyarakat atas tanah. Hak-hak atas tanah dicabut begitu saja atau dipaksa untuk diserahkan melalui mekanisme jual-beli sepihak, jika lahan-lahan itu diperlukan, baik untuk kegiatan penambangan maupun kebutuhan pembangunan berbagai fasilitas produksi dan non produksi PT. INCO. Ketiga, adanya persoalan perbedaan nilai budaya yang terkandung dalam tanah itu sendiri. Konflik tanah menjadi semacam persoalan budaya dalam arti mikro. Faktor kesempatan berusaha juga menjadi salah satu komponen penyebab lahirnya konflik di wilayah pertambangan ini. Untuk faktor kesempatan berusaha, persoalan dasar yang mereproduksi konflik adalah: pertama, adanya pola praktik subjektif bisnis antara kontraktor lokal dengan PT. INCO yaitu adanya pasar di dalam pasar, perusahaan berpraktik layaknya organisasi sosial. Kedua, munculnya pertarungan antara dua tipe kontraktor, yakni kontraktor yang berperan seolaholah sebagai duta dan juru bicara perusahaan ke kalangan eksternal yang selalu menjadi pemenang tender serta kelompok kontraktor yang memenangkan tender melalui berbagai aksi kekerasan, ancaman, intimidasi, atau berbagai aksi penggalangan massa. Ketiga, kegagalan perusahaan sebagai mitra pemerintah lokal dalam memberikan keadilan ekonomi bagi masyarakat lokal di satu sisi, tetapi di sisi lain sekaligus juga menggambarkan lemahnya kemampuan strategis, teknis serta disiplin kerja kontraktor lokal. Adapun fenomena yang menjadi sumber konflik berikutnya adalah struktur tenaga kerja lokal. Dalam konteks ini, terdapat tiga persoalan dasar, antara lain: pertama, adanya tuntutan afirmasi terhadap tenaga kerja lokal sebagai implikasi otonomi daerah yang berbasis pemberdayaan masyarakat lokal di satu 110
3 sisi serta keterbatasan kapasitas ketersediaan tenaga kerja di sisi lain. Kedua, munculnya penguatan tuntutan lokalitas dan kurang optimalnya peran pemerintah daerah dalam konflik akses tenaga kerja seperti yang sejatinya merupakan implikasi dari pemekaran daerah, terutama menyangkut rentang kendali (spam of control). Ketiga, adanya sikap perusahaan yang menempatkan aspek lokalisme sebagai batu sandungan dalam upaya mengoptimasi keuntungan, yang dilokalisir sebatas persoalan akses tenaga kerja yang menyangkut kompetensi yang dipersepsikan mudah diatasi hanya dengan cara melakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan satu fenomena lagi yang menyebabkan konflik sosial antara masyarakat lokal Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan dengan PT. INCO pada kurun waktu tahun , yakni faktor pemberdayaan masyarakat (budaya lokal). Konflik pemberdayaan masyarakat (budaya lokal) yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan perluasan dari faktor-faktor struktural. Pada ranah ini, persoalan yang menjadi penyebab kemunculan konflik adalah: pertama, program pemberdayaan masyarakat PT. INCO dalam sepuluh tahun terakhir cenderung sebagai pemanis dari eksploitasi pahit sumber daya alam yang dikeruk dari bumi Sorowako. Kedua, inkonsistensi implementasi Fatwa Tata Guna Lahan, seperti pemberian secara cuma-cuma fasilitas pendidikan, kesehatan, air, dan berbagai fasilitas umum lainnya yang pada hakikatnya adalah kewajiban perusahaan, sekaligus juga hak dasar masyarakat. Ketiga, ketidaktepatan program, kooptasi dan perubahan visi atau orientasi manajemen terkait pemberdayaan masyarakat. Hal ini berawal dari pemindahan beban program yang seharusnya dipikul oleh pemerintah dan dialihkan kepada perusahaan, sehingga memunculkan konflik yang relatif akut. Melalui praktek strategi dialog yang dikembangkan dalam komunikasi perusahaan, akhirnya, dirumuskan solusi praktis dalam penyelesaian konflik, meskipun solusi tersebut belum mampu untuk menyelesaikan persoalan pertanahan. Solusi tersebut antara lain: pertama, munculnya kebijakan pengadaan 111
4 barang dan jasa yang mempertimbangkan kapasitas lokal. Kebijakan ini untuk merespon tuntutan kesempatan berusaha dan afirmasi tenaga kerja lokal. Lebih dari itu, kebijakan ini tidak hanya dilakukan oleh PT. INCO tetapi juga akan dijadikan Peraturan Daerah dari Kabupaten Luwu Timur dengan difasilitasi oleh konsultan manajemen risiko bersama dengan divisi eksternal relation dari PT. INCO. Kedua, proses pengelolaan program pemberdayaan perusahaan dilakukan secara terbuka dengan komposisi sasaran lebih mengutamakan masyarakat asli dan verfikasi kelompok sasaran dilakukan dengan melibatkan para pimpinan perikatan adat. Tidak jauh berbeda dengan kebijakan yang pertama, untuk kebijakan kedua, konsultan manajemen risiko dan divisi external relation dari PT. INCO juga sedang mempersiapkan Peraturan Daerah tentang pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Luwu Timur. Pasca dilakukan dialog secara periodik, mulai muncul sebuah kesepahaman sosial antara masyarakat Sorowako dengan PT. INCO melalui adopsi terhadap nilai-nilai budaya dan adat lokal. Selain persoalan adopsi nilai budaya lokal, kesepahaman sosial juga ditandai dengan keterbukaan perusahaan terhadap masyarakat lokal untuk menghindari konflik yang berpotensi muncul di kemudian hari. Untuk mempertemukan kedua budaya yang berbeda tersebut, perusahaan dengan masyarakat lokal selalu berusaha untuk duduk bersama. Ini bukan semata-mata menyangkut aspek material (uang), tapi justru terkait dengan penghormatan atas nilai-nilai masyarakat lokal. Dalam konteks ini, harga diri dipandang menjadi hal yang utama. Sebab, masyarakat juga tahu bahwa perusahaan bukan lembaga sosial, tetapi mencari keuntungan. Lebih lanjut, perusahaan juga memerlukan kenyamanan dan kelancaran dalam beroperasi, sehingga dukungan masyarakat sangat juga sangat dibutuhkan. 112
5 B. SARAN Merujuk pada paparan hasil dan analisa penelitian, terdapat sejumlah saran yang dapat dirumuskan, yakni: 1. Operasionalisasi kegiatan pertambangan oleh perusahaan pertambangan sudah saatnya tidak hanya berorientasi pada akumulasi kapital, namun juga harus mempertimbangkan dimensi pengembangan masyarakat lokal serta keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks ini, perusahaan pertambangan harus menerima dan mengimplementasikan konsepsi 3P, yaitu: profit, people, and planet. Realitas empiris memberikan fakta bahwa perusahaan yang tidak menerapkan prinsip tersebut acap kali mengalami konflik baik secara vertikal maupun secara horisontal. 2. Operasionalisasi sebuah perusahaan pertambangan harus didukung dengan sistem komunikasi perusahaan yang solid dalam ranah internal dan responsif dalam ranah eksternal. Dengan demikian, untuk mengelola konflik pertambangan di ranah eksternal, dalam sebuah operasi perusahaan pertambangan, komunikasi perusahaan harus didukung oleh sebuah divisi external relation yang mengelola bidang legal affair, bidang government relation, bidang media relations, dan bidang corporate social responsibility. 3. Pengelolaan komunikasi perusahaan juga harus sejalan dengan manajemen risiko yang didesain untuk mengelola segenap risiko yang dimungkinkan muncul dalam sebuah operasi perusahaan pertambangan. Sinergitas antara manajemen komunikasi perusahaan dan manajemen risiko akan mempercepat penyelesaian persoalan baik yang berada dalam ranah internal perusahaan maupun dalam ranah eksternal perusahaan dan melibatkan banyak pemangku kepentingan strategis. 113
6 C. PENUTUP Pada ranah konseptual, hasil dan analisa penelitian terlihat mengafirmasi segenap teori yang dibangun sebagai preposisi dasar penelitian. Berkaitan dengan konflik pertambangan, temuan penelitian membuktikan teori yang menyatakan bahwa konflik akan muncul manakala terjadi perbenturan antara values of expectation dengan values of capabilities. Pada penelitian ini, konflik dimunculkan sebagai akibat adanya perbenturan antara harapan dari masyarakat Sorowako dan kapabilitas sistemik yang dimiliki oleh PT. INCO. Masyarakat Sorowako merasa kepentingannya menyangkut isu akses tanah, isu kesempatan berusaha, isu afirmasi pada tenaga kerja lokal, dan isu pengelolaan program pemberdayaan perusahaan tidak diakomodasi dan dipenuhi oleh PT. INCO. Sementara itu, perusahaan merasa memiliki limitasi dalam kewenangan politik, kewenangan legal formal, kewenangan teknokratis administratis, kewenangan manajerial, serta kewenangan finansial. Perbenturan kedua hal tersebut berujung pada munculnya konflik pertambangan antara masyarakat Sorowako dengan PT. INCO. Pengelolaan konflik melalui sebuah praktek komunikasi yang berbasis pada manajemen pemangku kepentingan dalam sebuah proses komunikasi perusahaan juga mengafirmasi teori yang dibangun dan dikembangkan oleh Joep Cornelissen. Fakta yang menjadi temuan penelitian memperlihatkan bahwa dialog dilakukan oleh PT. INCO terhadap tiga kelompok pemangku kepentingan yang terdefinisi dalam dua kategori pemangku kepentingan, yakni: kategori Pemangku Kepentingan Definitif (Definitive Stakeholders) dan kategori Pemangku Kepentingan yang Menuntut (Demanding Stakeholders). Untuk kategori definitif, direpresentasikan oleh para pemangku kepentingan dalam kelompok negara dalam level lokal dan kelompok masyarakat adat. Sedangkan, untuk kategori menuntut, direpresentasi oleh para pemangku kepentingan dalam kategori kontraktor lokal. Dialog yang dilakukan, akhirnya, dapat memunculkan pemahaman dan komitmen para pemangku kepentingan untuk merumuskan solusi praktis bersama 114
7 dengan PT. INCO. Lebih dari itu, dialog juga bermuara pada integrasi sosial antara PT. INCO dengan masyarakat Sorowako. Di tataran konseptual, penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan yang berbasis pada ilmu komunikasi dapat dijadikan sebagai instrumen praksis dalam pengelolaan konflik pertambangan antara masyarakat Sorowako dan PT. INCO. Pada lingkup praksis operasional, pengelolaan konflik, biasanya didekati dengan metode disiplin ilmu sosiologi yang berorientasi pada resolusi konflik secara final dan tidak bisa menawarkan jalan tengah pengelolaan konflik manakala resolusi konflik belum bisa dicapai secara final. Penelitian ini menghadirkan realitas praksis yang berbeda dimana metode dialog yang berbasis pada manajemen pemangku kepentingan dalam sebuah proses komunikasi perusahaan mampu memberikan alternatif pengelolaan konflik ketika resolusi konflik belum tercapai. Berdasarkan pada paparan tersebut, kiranya penelitian ini bisa dianggap sebagai sebuah kajian awal tentang konflik pertambangan yang melibatkan masyarakat Sorowako dengan PT. INCO. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang pengelolaan konflik dan pengembangan komunikasi perusahaan, terdapat sejumlah agenda penelitian strategis, seperti: pertama, kajian tentang relasi programatik antara manajemen komunikasi perusahaan dengan manajemen risiko. Kajian ini signifikan dilakukan karena sinergitas pengelolaan kedua manajemen tersebut sangat menentukan kecepatan perusahaan untuk menyelesaian persoalan baik dalam ranah internal perusahaan maupun ranah eksternal perusahaan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan. Kedua, kajian tentang strategi komunikasi perusahaan dalam mereproduksi wacana dan melakukan meaning control terhadap persepsi dari para pemangku kepentingan tentang relasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan. Kajian ini penting dilakukan untuk memperoleh pemetaan wacana dan mencari sumber konflik antara masyarakat dengan perusahaan. 115
I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan masyarakat yang berada di sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)
ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem
Lebih terperinciA. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya
BAB V PENUTUP Kehadiran social media sebagai media komunikasi telah memberikan warna baru dalam dinamika praktik komunikasi korporat. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif dalam menyelesaikan berbagai
Lebih terperinciBAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32
BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa misi terpenting dalam pembangunan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN OLEH PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berupa keseimbangan tiga pilar keberlanjutan usaha, yaitu People (sosial), Planet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sinar Mas merupakan sebuah brand yang digunakan oleh berbagai perusahaan lintas bidang industri dengan nilai-nilai dan sejarah yang sama. Perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak bulan Juni 2005 pemilihan kepala daerah dan wakilnya dipilih secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran pada umumnya meliputi tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga
Lebih terperinciBUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)
Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau ada beberapa isu strategis yang krusial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan laba (profit oriented) agar dapat going concern. Namun,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu entitas ekonomi yang dibentuk dan didirikan untuk menghasilkan laba (profit oriented) agar dapat going concern. Namun, perkembangan
Lebih terperincikepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pemangku kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan alternatif investasi yang semakin memasyarakat, namun banyak hal yang harus diketahui oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Satu terobosan besar perkembangan gema tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang terkenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern ini menjadikan dunia bisnis menuntut perusahaan untuk berkompetisi dan mempertahankan usahanya. Hal ini dimaksudkan bahwa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan. pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
BAB V PENUTUP Bab lima berisi simpulan, saran atau rekomendasi dan keterbatasan penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai makhluk yang mutlak memerlukan aktifitas berkomunikasi demi terselenggaranya kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Of course, the development of the corporation is not only be followed by rising expectations, but also various matters concerning the social and environmental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. pergeseran. Penyusunan kebijakan publik tidak lagi murni top down, tetapi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penyusunan kebijakan publik pada saat ini cenderung mengalami pergeseran. Penyusunan kebijakan publik tidak lagi murni top down, tetapi lebih merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciBerbakti Bagi Negeri, Berkarya Untuk Bangsa
Sambutan Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, pada acara peringatan HUT BI ke 54 dengan Stakeholders Eksternal, Jakarta, 2 Juli 2007 (pagi), Menara Sjafruddin Prawiranegara Bank Indonesia. Berbakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebuah perusahaan didirikan memiliki orientasi memperoleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena tanggung jawab sosial perusahaan atau biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR) semakin berkembang di Indonesia. Banyak perusahaan di Indonesia yang
Lebih terperinci9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Manajer senatiasa mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi diwaktu yang akan datang.
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia, peraturan bagi pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah
Lebih terperinciStrategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek
Modul ke: Strategi Organisasi, Struktur Proyek, Budaya Proyek Fakultas 02Deva Prudensia Setiawan, S.T., M.M. Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Manajemen Proyek Isi Manajemen Proyek Organisasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab sosial atau social responsibility semakin meningkat. Timbul selaras dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat akan tuntutan peran perusahaan dalam tanggung jawab sosial atau social responsibility semakin meningkat. Timbul selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah entitas ekonomi yang konsep utamanya adalah menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. Manajemen perusahaan berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan zaman, wacana mengenai peran etika dan tanggung jawab sosial perusahaan semakin marak diperbincangkan oleh para pelaku bisnis, organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak pemimpin dari perusahaan menghadapi tugas yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, banyak pemimpin dari perusahaan menghadapi tugas yang menantang dalam menerapkan prinsip tanggung jawab terhadap praktik bisnis yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility ). Tanggung
Lebih terperinciTUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)
TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) Mata Kuliah : Etika Bisnis Dosen Pembina : Hj.I.G.A.Aju Nitya D, SST,SE,MM CHAIRUL ANAM S. 01210007 UNIVERSITAS NAROTAMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAGEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Tanggung Jawab Sosial 1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Tanggung jawab sosial atau Corporate Sosial Responsibilities merupakan suatu elemen penting dalam kerangka kelanjutan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan suatu negara menjadi tanggung jawab semua insan yang berada di dalam negara tersebut, tidak terkecuali perusahaan ataupun industri, untuk mewujudkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) banyak dibahas. Perusahaan di dunia maupun di Indonesia juga semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis tampak semakin kompetitif. Perusahaan dituntut untuk menjadi semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat, persaingan dunia bisnis tampak semakin kompetitif. Perusahaan dituntut untuk menjadi semakin lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam konteks global, industri pertambangan masih tetap beroperasi dan semakin dibutuhkan kehadirannya hingga saat ini. Keith Slack (2010) peneliti Initiative
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, pasar modal menjadi salah satu primadona bagi perekonomian karena pasar modal merupakan sumber alternatif bagi perusahaan yang ingin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali perusahaan yang terus berlomba melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendapatkan perhatian stakeholdersnya. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar (community). Sebagai warga masyarakat, perusahaan membutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan keluarga besar yang memiliki tujuan dan target yang hendak dicapai, perusahaan berada di tengah lingkungan masyarakat yang lebih besar (community).
Lebih terperinci17 BAB 1 PENDAHULUAN
17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab
Lebih terperinciBAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu
BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan
Lebih terperinciPeran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis
Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia Oleh: Rudi Saprudin Darwis Pendahuluan Secara geografis, Indonesia berada di daerah rawan bencana; negara yang memiliki risiko gempa bumi lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Kinerja perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, pasar saham merupakan instrumen penting dalam suatu perusahaan. Kinerja perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
277 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Umum Pelaksanaan penguatan civic governance melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Bandung belum dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciPEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk
PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP
179 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP Gunung Salak dan meneliti kebijakan panas bumi di kementrian ESDM, PT PLN dan Pertamina Geothermal
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK (Laporan Penelitian Individu 2016) Oleh Hariyadi BIDANG EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dari berbagai industri, menuntut setiap perusahaan harus membangun dan mengelola reputasi perusahaan yang baik di mata pemangku
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002
KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 Oleh POKJA KEANEKARAGAMAN HAYATI TIM PENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan
Lebih terperinciAIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM
AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa kini, banyak organisasi mencanangkan berbagai program Corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa kini, banyak organisasi mencanangkan berbagai program Corporate Social Responsibility. Kegiatan ini bahkan telah menjadi bagian khusus di dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sebuah perusahaan selalu berhubungan dengan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan sebuah perusahaan selalu berhubungan dengan masyarakat, terutama yang berada disekitar lingkungan perusahaan. Seiring dengan semakin besar dan luasnya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP Pendampingan program-program CSR yang dilakukan para pendamping di Desa Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami secara normatif. Penulis menemukan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2015-2019 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting di setiap perusahaan, baik perusahaan milik pemerintah maupun swasta. PR
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Public Relations atau yang biasa disingkat PR merupakan salah satu aspek penting di setiap perusahaan, baik perusahaan milik pemerintah maupun swasta. PR muncul
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR...... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciLAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)
LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.
BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. 1. Reputasi Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Corporate. Entrepreneurship. Hal ini membuktikan bahwa Reputasi Organisasi
263 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1. Reputasi Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Corporate Entrepreneurship. Hal ini membuktikan bahwa Reputasi Organisasi yang merupakan asset organisasi, tidak
Lebih terperinciPENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH
Form. 04 FISPH /FISCM PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Pengantar Tujuan dari penilaian mandiri ini adalah untuk membantu Anda menemukan tingkat kompetensi Anda terhadap dimensi kunci pengajaran
Lebih terperinci