SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. oleh Inung Widoretno

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. oleh Inung Widoretno"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KERYATASA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Inung Widoretno JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i

2 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013 benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang,10 September 2013 Inung Widoretno ii

3 iii

4 MOTTO DAN PERUNTUKAN MOTTO 1. Jangan suka mengeluh tentang berbagai macam kekurangan pada diri sendiri, karena dibalik kekurangan itu tersembunyi sesuatu kelebihan. 2. Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan. Tapi aku percaya Tuhan telah merencanakan semuanya jauh lebih indah dari apa yang aku pikirkan. PERUNTUKAN Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ibu, bapak, adik dan suami tercinta Teman-teman Psikologi angkatan 2007 Almamater: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang iv

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabil alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang telah diberikan selama menjalani proses pembuatan skripsi yang berjudul Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013 sampai dengan selesai. Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Edy Purwanto, M. Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Sugeng Hariyadi, S. Psi., M. S. Penguji Utama yang telah memberikan saran dan berbagai ilmu sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Dra. Tri Esti Budiningsih, M. A. Dosen Pembimbing I dengan sabar memberikan bimbingan untuk terselesaikannya skripsi ini. 5. Rahmawati P, S. Psi., M. Si. Dosen Pembimbing II yang sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. v

6 6. Ibu Lusiyah dan Bapak Sukar Chamdi yang selalu memberikan doa, nasihat, cinta, kasih sayang, dan semangat yang tidak pernah putus kepada penulis. 7. Hayi Aji Rahmatillah, satu-satunya adik tersayang yang selalu memberikan canda tawa dan semangat. 8. Wisnu Ajat Sudrajat, suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua dosen Psikologi FIP UNNES, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Psikologi FIP UNNES. 10. Seluruh guru dan siswa SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara, yang telah membantu penelitian ini. 11. Teman-teman Psikologi angkatan 2007 pada umumnya terimakasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat Allah, SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat. Penulis vi

7 ABSTRAK Inung, Widoretno Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Tri Esti Budiningsih, M. A. dan Pembimbing II Rahmawati P, S. Psi., M. Si. Kata kunci: persepsi, minat siswa. Penelitian ini dilatarbelakangi dari fenomena mengenai rendahnya minat belajar matematika di SDN 03 Kertayasa Banjarnegara masih banyak murid yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata dan kurangnya pemahaman terhadap pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan. Hal tersebut diperkirakan karena persepsi yang dimiliki siswa adalah minat yang kurang baik atau negatif. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengetahui hubungan antara persepsi dengan minat siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek pada penelitian ini berjumlah 53 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Persepsi siswa diukur dengan skala persepsi siswa. Skala minat siswa mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,881. Skala persepsi siswa terdiri dari 28 item yang valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,301 sampai dengan 0,706. Sedangkan minat siswa diukur dengan skala minat. Skala minat mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,858. Skala minat terdiri dari 25 item yang valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,395 sampai dengan 0,634. Uji korelasi menggunakan teknik korelasi product moment yang dikerjakan menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan variabel persepsi siswa tergolong dalam kriteria tinggi. Demikian juga dengan variabel minat tergolong dalam kriteria tinggi. Persepsi yang baik menciptakan minat yang baik juga. Dalam persepsi, minat merupakan bentuk dari persepsi yang berkaitan dengan aspek pengharapan. Lebih tepatnya pada indikator kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode mengajar guru. Persepsi yang positif cenderung membuat siswa memiliki minat belajar yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi dengan minat siswa. Korelasi antara persepsi dengan minat siswa diperoleh koefisien r = 0,768 dengan signifikansi atau p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi dengan minat siswa pada kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara. vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERNGESAHAN... MOTTO DAN PERUNTUKAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... i ii iii iv v vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kontribusi Penelitian BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Minat Siswa Pengertian Minat Pengertian Belajar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar viii

9 2.1.4 Aspek-aspek Minat Ciri-ciri Minat Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat Belajar Matematika Persepsi Pengertian Persepsi Aspek-aspek Persepsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses-proses Persepsi Metode Mengajar Pengertian Metode Mengajar Jenis-jenis Metode Mengajar Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Kerangka Berfikir Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Variabel Penelitian Identifikasi Variabel ix

10 3.2.2 Definisi Operasional Variabel Hubungan Antar Variabel Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Metode Pengumpulan Data Validitas dan Reliabilitas Validitas Hasil Validitas Hasil Validitas Skala Minat Siswa Reliabilitas Metode Analisis Data BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Persiapan Penelitian Orientasi Kancah Penelitian Proses Perijinan Penyusunan Instrumen Penyusunan Instrument Penelitian Menentukan Karakteristik Jawaban yang dikehendaki Menyusun Format Instrument Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data x

11 4.3.2 Pelaksanaan Skoring Hasil Penelitian Hasil Uji Hipotesis Uji Normalitas Analisis Deskriptif Gambaran Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Gambaran Umum Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Gambaran Spesifik Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Aspek Perhatian Aspek Ketertarikan Aspek Keinginan Aspek Keyakinan Gambaran Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Gambaran Umum Persepsi Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Gambaran Spesifik Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Aspek Pengetahuan Aspek Pengharapan Aspek Evaluasi Pembahasan Pembahasan Hasil Analisis Hubungan antara Persepsi Siswa Dengan Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa xi

12 Banjarnegara Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri Kertayasa Banjarnegara Keterbatasan Penelitian BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Daftar Nilai Semester dan Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Matematika : Susunan Penskoran Item Skala Minat : Blue Print Skala Minat : Susunan Penskoran Item Skala Persepsi : Blue Print Skala Persepsi : Hasil Skala Minat : Hasil Skala Persepsi : Interpretasi Reliabilitas : Alternatif Jawaban dan Skoring Skala Minat : Alternatif Jawaban dan Skoring Skala Persepsi : Hasil Uji Hipotesis : Penggolongan Kriteria Analisis Minat Berdasar Mean Hipotetik : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Perhatian : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Ketertarikan : Distribusi Frekuensi Minat Responden Ditinjau dari Aspek Keinginan : Distribusi Frekuensi Minat Responden Ditinjau dari Aspek Keyakinan : Ringkasan Analisis Minat Tiap Aspek : Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Hipotetik Tiap Aspek xiii

14 4.12 : Penggolongan Kriteria Analisis Persepsi Berdasar Mean Hipotetik : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Pengetahuan : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden ditinjau dari Aspek Pengharapan : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Evaluasi : Ringkasan Analisis Persepsi Siswa Tiap Aspek : Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Persepsi Siswa Tiap Aspek...91 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir : Hubungan Antar Variabel : Diagram Gambaran Umun Minat Siswa : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Perhatian : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Ketertarikan : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Keinginan : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Keyakinan : Analisis Minat Siswa Tiap Aspek : Diagram Gambaran Umum Persepsi Siswa : Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Pengetahuan : Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Pengharapan : Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Evaluasi : Analisis Persepsi Tiap Aspek xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Instrumen Penelitian : Tabulasi Data Skor Penelitian : Tabulasi Data Penelitian Per Aspek : Hasil Validitas dan Reliabilitas : Hasil Uji Asumsi : Surat penelitian xvi

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lembaga pendidikan sekolah merupakan lembaga yang diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperoleh, meningkatkan dan mempertahankan kemampuan setiap individu serta mendapatkan keterampilan, pengetahuan dan nilai budaya. Sekolah sebagai wadah dalam mewujudkan seluruh kemampuan siswa dan lingkungannya, sehingga dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa. Sekolah mempunyai peranan penting dalam pengembangan setiap kemampuan siswa, serta meningkatkan minat belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan semaksimal mungkin. Proses belajar disekolah berjalan dengan lancar apabila didukung dengan adanya minat belajar pada siswa. Minat belajar merupakan suatu kekuatan yang bersifat intrinsik mampu menarik perhatian seseorang. Menurut Slameto, (2010:180) minat adalah perasaan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhinya. Minat belajar siswa ditunjukan melalui pengamatan terhadap suatu objek tersebut. Menurut Hurlock, (1990:114) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melalukan apa yang mereka inginkan, maksudnya minat yang ada mendorong siswa untuk melalukan kegiatan yang berhubungan dengan minat yang ada dalam diri siswa tersebut. 1

18 2 Proses pembelajarannya yang dilakukan oleh guru matematika di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah kurangnya strategi yang digunakan oleh matematika, termasuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan topik yang diajarkan. Menurut Slameto (2003:60), faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor keluarga, sekolah, metode mengajar, kurikulum, kebudayaan, alat pelajaran. Minat siswa dalam proses belajar dapat ditujukan dengan adanya suatu ketertarikan untuk belajar secara sungguh-sungguh, kemauan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar, keaktifan siswa dikelas dapat kita lihat melalui kemampuannya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam belajar, rasa ingin tahu yang besar dalam belajar. Selain itu juga adanya keinginan untuk dapat menguasai setiap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas. Dengan munculnya beberapa sikap siswa seperti diatas dalam proses belajar di kelas, maka dapat diketahui bahwa siswa mempunyai suatu rasa ketertarikan yang lebih terhadap mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Matematika adalah suatu kurikulum pendidikan yang diajarkan dalam kegiatan belajar di sekolah. Sudah sejak lama matematika diajarkan di sekolahsekolah mulai di tingkat sekolah yang paling rendah yaitu TK, SD, SMP, SMA

19 3 serta pada tingkat perguruan tinggi. Meskipun pelajaran matematika sudah diajarkan mulai jenjang pendidikan yang paling dasar, kebanyakan siswa merasakan kesulitan dalam belajar matematika sehingga mengakibatkan kebanyakan siswa merasa malas untuk belajar matematika. Pada kenyataan saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Nilai matematika dalam Ujian Nasional (UN) tidak boleh kurang dari standart yaitu 4,50. Meraih nilai minimal 3,25 dari matematika bukanlah perkara mudah. Masih banyak siswa cemas dan takut saat akan menghadapi ujian matematika, siswa merasa takut apabila tidak dapat mengerjakan soal ujian dengan baik sehingga mengakibatkan siswa tidak dapat percaya diri. Matematika masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa SD. Apabila jika guru dalam mengajar kurang bisa membangkitkan minat siswa untuk tertarik belajar matematika, dengan demikian mengakibatkan motivasi siswa mempelajari matematika semakin rendah. Oleh karena itu diharapkan guru matematika lebih dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Menjalin hubungan komunikasi yang dekat dengan siswa agar siswa merasa dekat dan tidak ada jarak antara guru dan siswa yang menyebabkan siswa merasa takut dan tidak berminat mempelajari matematika. ( Prestasi siswa yang rendah dalam pelajaran matematika sebagai bukti bahwa siswa tidak berminat dalam pelajaran matematika ini menyebabkan

20 4 pembelajaran matematika di sekolah tersebut selama ini masih belum dapat merangsang siswa supaya aktif dalam pembelajaran matematika. Bahkan ada siswa yang yang takut ketika pelajaran matematika karena merasa tidak bisa. Ada juga yang menjadi malas karena hanya disuruh mengerjakan tugas dan menghitung. Kondisi belajar seperti ini membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu kurangnya dukungan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang menyebabkan siswa untuk malas belajar. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa sangatlah penting dalam proses belajar karena dapat menarik dan meyakinkan siswa untuk rajin belajar matematika. Melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pengertian dan bantuan apabila siswa mempunyai kesulitan dalam belajar. Guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelas. Kartono, (1985 :20-24). Guru hendaknya dapat menciptakan suatu bentuk komunikasi yang sangat menyenangkan di kelas. Maka proses belajar akan berjalan dengan lancar sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Pada kenyataan sekarang ini guru matematika masih memberikan kesan yang membosankan. Guru di kelas cuek terhadap siswa, guru di kelas hanya menyampaikan materi pelajaran, dan memberikan tugas kepada siswa, tanpa menjalin hubungan yang dekat dengan siswa di kelas. Siswa mengungkapkan guru dalam mengajar sering diam yang menyebabkan siswa malas untuk mengikuti pelajaran.

21 5 Kedekatan guru dan siswa di kelas sangat mendukung kelancaran kegiatan belajar. Guru sebagai seorang komunikator bagi siswa yang mencapai tujuan belajar, siswa sebagai subjek didik yang dijadikan ukuran dari proses kegiatan belajar. Kunci keberhasilan belajar di sekolah terlrtak pada cara mengajar guru yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi positif pada siswa. Persepsi positif terhadap cara mengajar guru dan siswa di kelas diwujudkan melalui adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa di kelas. Slameto (2003:180) minat belajar matematika adalah suatu rasa suka, ketertarikan, dan suatu kecenderungan untuk mempelajari matematika yang berasal dari dalam diri siswa tanpa adanya suatu tekanan dan paksaan dari luar diri siswa. Rendahnya minat belajar matematika di SDN 03 Kertayasa Banjarnegara masih banyak murid yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata dan kurangnya pemahaman terhadap pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan. Akibat dari rendahnya minat belajar matematika menjadikan anak tertinggal materi pelajaran selanjutnya, rendahnya nilai hasil akhir ujian matematika, dapat juga tidak naik kelas bahkan sampai terancam tidak lulus Ujian Nasional. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pestasi belajar matematika murid SDN 03 Kertayasa Banjarnegara, baik yang berasal dari dalam diri murid misalnya, motivasi belajar, minat belajar, sikap terhadap matematika. Sedangkan faktor yang berasal dari luar misalnya kemampuan guru dalam mengola proses belajar, sarana belajar, dan lingkungan pendukung.

22 6 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 12 Oktober 2012 dengan Tuti Wahyuningsih dan Teguh Budi Astuti guru matematika di SD N 03 Kertayasa diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika saat ini memang rendah, dalam satu kelas yang berisi 54 siswa dan bisa di hitung siswa yang bisa memahami apa yang sudah disampaikan oleh guru selama pelajaran. Namun masih banyak siswa yang masih kurang mengerti akan penyampaian guru terhadap pelajaran matematika di kelas. Banyak inovasi yang harus dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar matematika, terutama untuk siswa yang hendak menghadapi ujian. Guru tersebut juga menjelaskan bahwa banyak cara atau metode yang sudah diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, misalnya dengan menambah jam pelajaran pada tiap minggunya selama 6 jam perminggunya, namun hal ini justu menimbulkan kebosanan siwa terhadap pelajaran matematika. Peneliti juga mengadakan wawancara dengan 5 siswa kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. Rata-rata mereka kurang menyukai pelajaran matematika, padahal siswa harus menghadapi mata pelajaran ini selama 6 jam tiap minggunya. Siswa-siswa menyebutkan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan harus didukung kemauan yang kuat serta tenaga pengajar yang bisa menjelaskan dengan baik sehingga mereka dapat memahami dengan mudah. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat dalam menerima pelajaran ini dan banyak pula pandangan siswa yang negative terhadap matematika disebabkan karena ketidakmampuan guru dalam menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan harapan para siswa.

23 7 Siswa tidak suka terhadap mata pelajaran matematika karena guru kurang jelas dalam mengajar. Pada saat guru mengajar di kelas sering duduk, sehingga siswa kurang paham apa yang diajarkan oleh guru. Sehingga membuat siswa malas dan mengantuk pada saat pelajara. Selain itu siswa menilai guru matematika pada waktu mengajar dalam memberikan materi sering di bolak balik atau tidak runtun yang membuat siswa semakin bingung pada materi yang diajarkan, karena tidak didukung oleh guru pada saat mengajar, dimana guru tidak dapat menerangkan materi yang efektif dengan siswa di kelas. Sehingga saat ulangan nilai-nilai yang diperoleh siswa selain tidak memuaskan dan pada akhirnya mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk belajar matematika di sekolah. Kebanyakan siswa tidak menguasai pelajaran matematika karena siswa menilai guru dalam mengajar kurang dapat dipahami oleh siswa. Pada saat siswa bertanya kepada guru, guru hanya menerangkan sedikit dan memberikan jawaban yang kurang dipahami oleh siswa. Sehingga siswa menilai guru kurang bisa mengajar dengan baik, karena setiap masuk ke kelas hanya menerangkan sebentar dan memberikan tugas yang harus dikerjakan seperti mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) tanpa menerangkan begitu cukup di mengerti oleh siswa. Guru dinilai siswa terlalu singkat dan cepat meninggalkan ruangan ketika siswa pada saat mengerjakan tugas di kelas.

24 8 Tabel 1.1 Daftar Nilai Semester dan Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Matematika No Nama Nilai Semester Nilai Kenaikan Kelas 1 Aditya 4,75 5,4 2 Agung 4,25 5,1 3 Aji Z 7 6,8 4 Alifah 8,5 7,9 5 Alifia K 7,5 7,2 6 Aufa 9,75 9,3 7 Choirul A 6,5 6,6 8 Cahya A 8,75 8,1 9 Devina S 6 6,2 10 Dena N 9,5 8,6 11 Diana D 8 7,8 12 Dodi S 8 7,4 13 Eli W Fareza A 8,5 7,9 15 Fina Z 6,75 6,7 16 Furkhon F 8 7,5 17 Hariyanto 4,75 5,4 18 Iis I 4,25 5,1 19 Ikada Z 6,5 6,7 20 Intan M 7, Jalil H 7,5 7,3 22 Julian S 7, Nadifah N 8 7,5 24 Nanda R 8 7,6 25 Ngafiatut D 9,75 8,7 26 Nidi N 9 8,4 27 Okta A 7,5 7,3 28 Pratama N 7,75 7,5 29 Puput N 9,25 8,6 30 Putri F 7,75 7,5 31 Putri M 8,75 8,1 32 Reni V 4,25 5,1 33 Rian S 6,75 6,7 34 Rodiatul J 9 8,4 35 Rohmadin 7,75 7

25 9 36 Roma A 5,5 5,9 37 Septiani 5 5,6 38 Setio W 6,82 7,8 39 Sinta N 7 6,8 40 Sofiyan H 6,51 7,6 41 Sri H 9,5 8,7 42 Supriatin 7,5 7,2 43 Sahril S 6,75 6,9 44 Tofik F 8,75 7,9 45 Tohirotul A 7,5 7,4 46 Triyanisa 8 7,7 47 Tusmiyati 5,75 6,2 48 Untung S 6,5 6,4 49 Wahyu S 6,5 6,5 50 Wigit A 7,5 7,2 51 Yanti A 9,5 8,8 52 Yogi N 7, Yusuf A 6,75 6,7 Guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar matematika dan guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, dan sekaligus merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pelajaran tersebut menjadi efektif Slameto, (2003:97). Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efesien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses

26 10 pembelajarannya, juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman-temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Carmichael (2009:62) menyatakan bahwa siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang matematika, perasaan siswa terhadap matematika, dan persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar matematika. Hastuti (2004:85) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa persepsi siswa terhadap metode mengajar guru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar matematika. Persepsi positif terhadap cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menjadikan siswa mempunyai ketertarikan untuk mengikuti pelajaran. (Astuti, dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro). Penelitian lain mengeksplorasi tentang hubungan antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika adalah ada hubungan positif antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika. (Fitri dalam Jurnal Psikologia, Vol.1, No.2, Desember 2005:76 ). Penelitian yang dilakukan oleh Dra. Intan Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang (2010/2011) menunjukan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa kepada guru matematika dan minat belajar matematika siswa. ( Intan, 2010/2011 ).

27 11 Berdasarkan pada fenomena yang ada di tempat penelitian bahwa siswa mewujudkan adanya minat belajar yang rendah terhadap matenatika. Selain itu juga dapat dilihat dari sikap siswa yang kurang memperhatikan pada saat pelajaran berlangsung, siswa mengobrol sendiri dengan temannya saat pelajaran berlangsung di kelas, hal tersebut menunjukan tanda melemahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa siswa kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara siswa belum sepenuhnya minat dengan belajar matematika. Ini dapat dimungkinkan karena metode mengajar guru matematika yang kurang efektif. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/ Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan ini adalah: Apakah Ada Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara?

28 Tujuan Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk : Mengetahui Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. 1.4 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan psikologi khususnya Psikologi pendidikan dalam upaya peningkatan minat belajar siswa demi tercapainya tujuan belajar secara efektif dan efesien Manfaat praktis 1) Bagi Peneliti Dapat menjadi salah satu rujukan dan bahan perbandingan apabila penelitian yang sama dilakukan diwaktu-waktu mendatang. 2) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan persepsi positif terhadap metode mengajar di sekolah. Persepsi positif terhadap terhadap metode pembelajaran yang di berikan oleh guru diharapkan dapat semakin menumbuhkan minat belajar siswa, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar

29 13 dapat sesuai tujuan. Siswa juga diharapkan meningkatkan keinginan untuk belajar matematika dan aktif dalam kegiatan belajar. 3) Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar pihak sekolah dapat terus menerapkan metode mengajar yang baik dalam kegiatan belajar matematika, karena siswa memiliki respon positif dan memiliki minat belajar yang tinggi ketika metode mengajar guru yang baik diterapkan dalam kegiatan belajar. Guru dapat menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Pihak sekolah juga diharapkan dapat menerapkan kebijakan dalam meningkatkan kompetisi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar guru, misal dengan memberikan perhatian. 4) Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk menumbuhkan motivasi dalam perbaikan pengajaran dan pengembangan minat belajar siswa, khususnya minat belajar matematika.

30 BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori yang kuat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. Landasan teori merupakan dasar yang mendukung peneliti untuk menuju ke lapangan. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan akan mengarahkan alur berpikir pada proses penelitian, sehingga akan memunculkan hipotesis yang kemudian akan diuji dalam penelitian. Variabel yang akan dijelaskan dalam landasan teori pada penelitian ini adalah minat belajar dan persepsi siswa Minat Pengertian Minat Minat merupakan aspek psikologis untuk menaruh suatu perhatian yang lebih ingin terhadap kegiatan tertentu dan menjadikan faktor pendorong untuk mencapai suatu tujuan. Tinggi rendahnya suatu perhatian dan dorongan psikologis setiap orang tidak sama, sehingga tinggi rendahnya minat terhadap suatu objek pada setiap orang berbeda pula. Djaali (2012:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hubungan antara diri sendiri 14

31 15 dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Walgito (2002:90) menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikan lebih lanjut tentang situasi tersebut. Menurut Hurlock (1996 : 114) minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang diinginkan apabila bebas memilih. Berdasarkan beberapa pengertian minat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu kesediaan jiwa atau timbul keinginan untuk menerima dan atau melakssiswaan aktivitas. Demikian halnya apabila siswa sudah mempunyai minat terhadap suatu pelajaran Matematika ia suka dan sangat memperhatikan pelajaran tersebut, maka dari dalam dirinya timbul suatu kesediaan untuk belajar Matematika secara aktif Pengertian Belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses untuk memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Dalam pengertian ini belajar mengandalkan 2 hal yaitu proses dan hasilnya (out come) atau manifestasi (eksternal). Proses diartikan sebagai sebagai perubahan internal dalam diri individu (ini tidak dapat diukur) dan sebetulnya perubahan internal inilah yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Sedangkan perbuatan belajar (performance) merupakan hasil belajar yang sudah dinyatakan dengan ukuran tertentu.

32 16 Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Purwanto (2011:85) belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Anni (2007:2) belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Suryabrata (2012:232) mendefinisikan bahwa belajar itu membawa perubahan, sedangkan perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. Sobur (2003:234) belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan mengenai belajar yaitu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan sehingga terdapat perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, nilai, yang bersifat konstan dan relatif menetap.

33 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Menurut Slameto (2010:54), hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Internal Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu individu iti sendiri. Individu ini dapat mempengaruhi hasil persepsi dari dua sumber yaitu, yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis. a. Faktor Jasmaniah 1) Kesehatan Sehat berarti dalam kedaan baik segenap dalam peserta bagian-bagiannya dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat. Kesehatan pada diri seseorang akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Agar seseorang dapat belajar dengan nyaman dan baik maka harus mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olah raga, rekreasi dan ibadah. 2) Cacat tubuh Adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan ini juga akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. b. Faktor Psikologis 1) Intelegensi Inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru

34 18 dengan cepat dan efektif, untuk mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelgensi ini besar pegaruhnya dalam kemajuan PBM, dalam situasi yang sama, bila siswa mempunyai tingkat intelgensi yang tinggi maka akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. 2) Perhatian Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2010:56) adalah keaktifan jiwa yang ditertinggi, jiwa pun akan tertuju pada semata-mata suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin dalam hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa, maka akan timbul suatu kebodohan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. 3) Minat Menurut Hilgrat rumusan tentang minat adalah interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy same activity or content, jadi minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Dengan demikian minat sangat besar pengaruhnya bagi persepsi siswa dalam PBM. 4) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: the kapacity to learn. Maka bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat sangat besar mempengaruhi persepsi siswa pada guru dalam PBM, karena bila pelajaran yang dipelajari siswa

35 19 sesuai dengan bakatnya. maka dalam hasil belajarnya akan baik karena sesuai dengan bakatnya. 5) Motivasi Motivasi itu sangat erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau tidak. Akan tetapi dalam mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif, sebagai penggerak dan pendorong. Maka dalam belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa dalam belajarnya sehingga dapat belajar dengan baik. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Maka sebelum belajar dimulai harus mempunyai persiapan dulu, kalau sudah matang atau siap maka belajar akan lebih berhasil. 7) Kesiapan Kesiapan atau readiness adalah kesiapan untuk memberi respons atau bereaksi. Maka dalam belajar harus mempunyai kesiapan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal atau lingkungan, ini dilatarbelakangi oleh stimulus yang akan berpengaruh dalam persepsi yaitu bisa yang jadi objek persepsi adalah manusia. Karena objek dan lingkungan yang melatar belakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit untuk dipisahkan faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

36 20 a. Faktor keluarga Faktor keluarga ini merupakan hal yang penting bagi peserta didik, karena siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga adalah lingkunagan yang paling dekat dengan anak. b. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini yang mencakup dalam metode pemgajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, juga sarana dan prasarana dalam sekolah. c. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat ini, merupakan faktor yang ekstern yang juga akan berpengaruh dalam belajar siswa, karena pengaruh itu terjadi dari keberadaannya siswa dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam mengajar. Lingkungan masyarakat yang baik akan memberi pengaruh positif sedangkan lingkungan yang kurang baik akan membawa pengaruh yang negatif. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar ada faktor internal yaitu meliputi jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu meliputi keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

37 Aspek-aspek Minat Aspek-aspek minat menurut Hurlock (1996:116) aspek-aspek minat seseorang yaitu : 1. Aspek Kognitif Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif dari minat siswa terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka akan mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa prasekolah. 2. Aspek Afektif Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif miinat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya. Sebagai contoh, siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah. Aspek-aspek minat menurut Jefkins (1996 : ) aspek-aspek minat seseorang yaitu : 1. Attention atau perhatian Yaitu pemusatan pengamatan dari individu satu atau lebih pada objek yang menurut individu itu cukup menarik.

38 22 2. Interest atau ketertarikan Yaitu adanya perhatian seseorang individu mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar, ketertarikan ini ditunjukan dengan usaha untuk berhubungan dan melakukan tindakan mendekati objek tersebut. 3. Desire atau keinginan Yaitu suatu dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang objek tersebut. 4. Conviction atau keyakinan Yaitu suatu aspek yang muncul setelah orang mempunyai informasi yang cukup terhadap suatu objek sehingga merasa tertarik. Keyakinan yang ada dalam diri siswa akan membuat siswa menjadi peminat dalam belajar matematika. 5. Dari beberapa aspek minat, peneliti mengambil kesimpulan tentang aspekaspek minat belajar yaitu: attention atau perhatian, interest atau ketertarikan, desire atau keinginan, conviction atau keyakinan Ciri-ciri Minat Menurut Hurlock (1996:139) yang mempengaruhi minat anak pada sekoalah yaitu sebagai berikut : 1. Pengalaman Dini Sekolah Anak yang secara fisik dan intelektual telah siap untuk kelas satu mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk sekolah.

39 23 2. Pengaruh Orang Tua Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru. 3. Sikap Saudara Kandung Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama pada sikap anak terhadap sekolah seperti orang tua. 4. Sikap Teman Sebaya Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan terhadap berbagai kegiatan sekolah sangat diarahkan oleh teman sebaya. 5. Penerimaan Oleh Kelompok Teman Sebaya Hubungan yang baik dengan guru dan nilai yang bagus tidak dapat mengimbangi kurangnya penerimaan oleh teman sebaya. 6. Keberhasilan Akademik Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya nilai keberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya 7. Sikap terhadap Pekerjaan Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap kegiatan yang menyerupai pekerjaan.

40 24 8. Hubungan Guru dan Murid Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah dipengaruhi sikapnya terhadap guru. 9. Suasana Emosional Sekolah Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang digunakan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat sebenarnya bersifat subyektif karena subyektif masing-masing orang dapat berbeda-beda minatnya. Perbedaan ini disebabkan oleh keunikan pada setiap orang. Minat erat sekali hubunganya dengan perasaan suka atau tudak suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau tidak senang. Minat timbul bila ada perhatian, dengan kata lain minat merupakan sebab serta akibat dari perhatian. Sedangkan perhatian kepada sesuatu kegiatan sangat erat hubungannya dengan perasaan suka atau senang. Dalam kaitannya dengan belajar, seseorang mempunyai minat terhadap sesuatu yang dipelajari maka dia mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal tersebut. Sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat proses belajar. Menurut Santoso (1998:11) faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa disekolah yaitu : 1. Motivasi dari guru Motivasi dari guru pembimbing pelajaran akan sangat penting sekali karena akan sangat membangkitkan semangat siswa dalam belajar, guru harus meyakinkan kepada siswa bahwa pelajaran tersebut sebenarnya mudah.

41 25 2. Sikap terhadap guru Sikap positif dan perasaan senang terhadap guru atau pelajaran akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaiknya sikap yang menjauhi, membenci guru dan memandang mata pelajaran terlalu sulit akan memperlemah minat belajar siswa. 3. Keluarga Adanya perhatian, dukungan dan bimbingan dari orang tua atau saudara akan mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Jika orang tua tidak perhatian terhadap belajar dapat mengakibatkan siswa malas belajar dan minat belajar semakin menurun. 4. Cara guru dan fasilitas sekolah Cara guru mengajar dan penguasaan bahan yang tidak baik dapat mengakibatkan siswa menjadi malas memperhatikan pelajaran dan menjadikan minat untuk belajar rendah. Demikian pula dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai dapat memperlemah minat belajar. 5. Teman pergaulan Sesuai dengan masa perkembangan, siswa senang bergaul dan membuat kelompok yang diminati. Apakah teman sepergaulan mempunyai minat yang besar dalam belajar maka minat seorang anggota kelompok akan terpengaruh dan jika ada teman yang tidak berminat belajar maka anggota kelompok yang lain juga akan terpengaruh.

42 26 6. Media massa Media massa (video, TV, radio) dapat mempengaruhi minat belajar siswa, jika siswa berminat menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar maka minat belajar dapat dikembangkan, sebaliknya jika media massa digunakan tanpa ada kaitannya dengan belajar maka dapat mengakibatkan menurunnya minat belajar. Besar kecilnya minat dipengaruhi oleh beberapa faktor kebutuhan, rasa ingin tahu, motivasi dengan perasaan, kesan yang diterima Purwanto (2010:65). Minat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan anak artinya kebutuhan akan sesuatu hal dapat mendorong siswa menjadi berminat terhadap sesuatu, seorang anak merasa butuh memiliki sesuatu maka akan menimbulkan minat pada anak Minat Belajar Matematika Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya yang menyuruh. Dengan kata lain minat adalah penerimaan terhadap suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang berada diluar dirinya. Menurut Slameto (2003:2) belajar suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Minat belajar Matematika adalah suatu rasa suka, ketertarikan, dan suatu kecenderungan untuk mempelajari Matematika tanpa adanya paksaan dari dalam dan luar diri siswa. Minat mempunyai peranan yang besar untuk mencapai suatu keberhasilan belajar siswa, dengan adanya minat belajar siswa akan semakin terdorong untuk

43 27 mempelajarinya. Kemauan untuk belajar lebih dalam dapat dilihat dari adanya kemauan siswa untuk mencari buku-buku referensi atau buku-buku tambahan, sehingga dapat menambah kemampuannya dalam belajar Matematika. Minat siswa terhadap belajar Matematika dapat ditunjukan melalui sikap dan perbuatannya yaitu seperti memberikan perhatian yang penuh pada guru pada saat mengajar di kelas, mengikuti pelajaran dengan serius, serta mengerjakan segala tugas-tugas yang diberikan oleh guru, perasaan ingin tahu yang besar pada siswa dapat mendorong siswa untuk berusaha mengulang atau bertanya kepada guru apabila kurang paham terhadap materi pelajaran. Minat belajar Matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal yaitu minat siswa muncul karena perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa atau pun yang ditimbulkan karena orang lain. 2.2 Persepsi Pengertian Persepsi Menurut Walgito (2003:53) persepsi adalah stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Sobur (2003:445) persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Slameto (2003:102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.

44 28 Rakhmat (2011:50) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimbulkan informasi dan penafsiran pesan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti Aspek-aspek Persepsi Menurut Calhoun (1990:285) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri yaitu : 1. Pengetahuan Pengetahuan yaitu apa yang kita ketahui (atau kitang anggap tahu) tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2. Pengharapan Pengharapan yaitu gagasan atau harapan kita terhadap seseorang dan kemauan kita ingin menjadi apa orang tersebut. 3. Evaluasi Evaluasi yaitu kesimpulan yang telah kita peroleh tentang seseorang yang menjadi objek persepsi kita, yang kita dasarkan pada bagaimana seseorang apakah sudah sesuai dengan pengharapan yang ada dalam diri kita.

45 29 Menurut Suharnan (2005:24) mengungkapkan aspek-aspek persepsi, yaitu: 1. Pencatatan Indera (Sensory Register) Pencatatan indera disebut juga dengan ingatan sensori atau penyimpanan sensori. Pencatatan indera menangkap informasi dalam bentuk yag masih kasar, belum diproses sama sekali, dan masih dalam prakategorik untuk waktu yang sangat pendek sesudah stimulus fisik dihadirkan (diterima). Pencatatan indera merupakan system ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman (record) mengeni informasi yang diterima oleh sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan system yang terdapat pada alat indera organ tubuh tertentu yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kkulit tubuh yang merespon energi fisik dari lingkungan. 2. Pengenalan Pola Ingatan indera menyimpan informasi yang diterima melalui system indera dalam bentuk masih kasar, dan belum diproses sama sekali. Semntara itu proses pengenalan pola merupakan tahap lanjutan setelah pencatatan indera. Pengenlan pola merupakan proses transformasi dan mengorganisasikan informasi yang masih kasar itu, sehingga memiliki makna atau arti tertentu. Dengan demikian, pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses membandingkan stiulus indera dengan informasi yang disimpan di dalam ingatan jangka panjang.\

46 30 3. Perhatian Perhatian (Attention) adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Proses perhatian melibatkan pemusatan pikiran pada tugas tertentu, sambil berusaha mengabaikan stimulus lain yang mengganggu, misalnya ketika seseorang sedang mengikuti ujian. Perhatian juga menunjuk pada proses pengamatan beberapa pesan sekaligus, kemudian mengabaikannya kecuali hanya satu pesan (Matlin, 1989). Dengan kata lain, perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu obyek, sementara obyek-obyek yang lain diabaikan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa aspek-aspek persepsi adalah pengetahuan, pengharapan dan evaluasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Krech dan Cructchfield (dalam Sobur, 2003:460) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: 1. Faktor Fungsional Yaitu faktor yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati, dan pengalaman masa lalu seseorang individu). 2. Faktor Sruktural Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari struktur bentuk stimulus dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.

47 31 3. Faktor Situasional Yaitu faktor ini berkaitan dengan bahasa non verbal petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk para linguistik, dan beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi. 4. Faktor Personal Yaitu faktor yang terdiri dari pengalaman motivasi dan kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antara individu yang satu dengan yang lain terlihat pada prinsip persepsi-persepsi dari Slameto (2003:103) dalam memahami prinsip-prinsip persepsi yaitu: 1. Persepsi itu relatif bukan absolut Dasar pertama dari perubahan rangsang dirasakan lebih besar daripada rangsang yang datang kemudian. Keadaan ini tidak mutlak, mengingat faktor lain yang berperan, misalnya intensitas perhatian. 2. Persepsi itu selektif Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsang saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yangg pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. 3. Persepsi itu mempunyai tatanan Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika

48 32 rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas. 4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demiikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan. 5. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dan siswa di kelas masing-masing berbeda, meskipun objek yang menjadi objek persepsi sama. Hal ini disebabkan karena setiap siswa dalam mengamati suatu objek dipengaruhi oleh faktor-faktor persepsi antara lain : faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, serta faktor personal Proses-proses Persepsi Proses persepsi menurut Walgito (2002:90) adalah objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenal alat indera atau receptor, proses ini disebut proses fisik. Misalnya orang melihat baju berwarna merah maka stimulusnya adalah baju berwarna merah, sedangkan alat indera yang dikenai adalah mata karena orang tersebut menggunakan matanya untuk mengolah informasi.

49 33 Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut proses fisiologis. Maksudnya adalah ketika seseorang telah menerima stimulus, maka stimulus tersebut akan diteruskan oleh susunan saraf menuju saraf pusat yaitu keotak, misalnya apabila seseorang telah melihat baju yang berwarna merah maka informasi mengenai stimulus tersebut akan sampai keotak. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus melalui alat indera. Proses ini disebut psikologis, misalnya informasi mengenai baju merah tadi akan disadari oleh individu setelah dia melihatnya. Taraf terakhir dalam proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat. Ini menimbulkan respon sebagai akibat dari persepsi individu dengan berbagai macam bentuk, misalnya setelah individu menyadari stimulus berupa baju merah tadi, maka ia akan mendekati atau menyentuhnya. Berdasarkan proses-proses persepsi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenal alat indera atau receptor, proses ini disebut proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut proses fisiologis, kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, proses ini disebut proses psikologis.

50 Metode Mengajar Pengertian Metode Mengajar Moedjiono (2010:3) metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajarmengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar. Moedjiono (2010:3) mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Menurut Sudrajat (dalam Akhmad Sudrajat. Files. Wordpress. Com/2007/06/model-pembelajaran) metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam set-ting pengajaran. Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode mengajar terhadap siswa adalah suatu proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar di kelas, yang,meliputi suatu proses penyampaian informasi secara timbal balik dari guru kepada siswa dan begitu juga sebaliknya.

51 Jenis-jenis Metode Mengajar Menurut Moedjiono (2010:13) menyatakan beberapa metode mengajar yaitu : 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah sangat ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Namun kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. 2. Metode Tanya Jawab Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar serta membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. 3. Metode Diskusi Metode Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, memberi kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

52 36 4. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah satu strategi belajar yang memiliki cadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar yang menggunaka pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. 5. Metode Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). 6. Metode Demontrasi Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan uraian diatas jenis-jenis metode mengajar antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode simulasi, dan metode demontrasi Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Matematika Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika adalah bagaimana cara siswa untuk mengolah inforamasi sensori mengenai aktivitas guru dalam mengorganisasi sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar matematika secara efektif dengan menggunakan suatu rencana atau pola pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa sangatlah penting dalam proses belajar karena dapat menarik dan meyakinkan siswa untuk rajin belajar

53 37 matematika. Melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pengertian dan bantuan apabila siswa mempunyai kesulitan dalam belajar. Guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelas. Kartono, (1985 :20-24). Suasana kelas yang tegang akibat sikap dan tindakan guru yang otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti siswa akan berlainan pengaruhnya terhadap para siswa dibandingkan dengan suasana dimana guru dapat menciptakan iklim belajar-mengajar yang hangat, demokratis, dan mengerti serta menghargai pendapat para siswanya. Sikap saling menghargai tidak mungkin tumbuh pada siswa-siswa bila guru sendiri tidak dapat menunjukan sikap menghargai terhadap para siswanya. Pandangan siswa terhadap guru yang efektif berbeda-beda karena adanya perbedaan tingkat perkembangan mental dan emosional. Guru yang baik di tandai oleh ciri-ciri memiliki kewaspadaan profesional, meyakini nilai atau manfaat pekerjaannya, tidak lekas tersinggung oleh adanya larangan kebebasan pribadi, memiliki seni hubungan manusiawi, berkeinginan terus tumbuh dan berkembang. Sedangkan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat apabila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa dan sebaliknya apabila sebagian besar siswa tidak mencapai tujuan dari pembelajaran berarti hasil pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikarenakan mata pelajaran matematika dianggap sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang sukar dan memerlukan konsentrasi tinggi. Selain itu masih adanya sistem belajar yang menyamaratakan

54 38 kemampuan siswa mengakibatkan sebagian siswa belum menguasai materi dasar dan sudah ditambah materi lain yang diberikan oleh guru matematika. Metode mengajar dapat dikatakan efektif apabila terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa di kelas misalnya siswa dapat memahami secara jelas apa yang telah disampaikan oleh guru selama mengajar di kelas, metode mengajar yang efektif juga dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di kelas seperti adanya kemauan untuk bertanya kepada guru ketika mempunyai masalah belajar. Metode mengajar yang terjalin secara efektif antara guru dan siswa di kelas dapat di lihat dari beberapa jenis-jenis metode mengajar yaitu metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, dan metode demontrasi yang ada pada saat mengajar di kelas. Guru diharapkan dapat menciptakan suatu bentuk metode mengajar yang sangat menyenangkan di kelas. Maka proses belajar akan berjalan dengan lancar sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Pada kenyataan sekarang ini guru matematika masih memberikan kesan yang membosankan. Guru di kelas cuek terhadap siswa, guru di kelas hanya menyampaikan materi pelajaran, dan memberikan tugas kepada siswa, tanpa menjalin hubungan yang dekat dengan siswa di kelas. Siswa mengungkapkan guru dalam mengajar sering diam yang menyebabkan siswa malas untuk mengikuti pelajaran. Kedekatan guru dan siswa di kelas sangat mendukung kelancaran kegiatan belajar. Guru sebagai seorang komunikator bagi siswa yang mencapai tujuan belajar, siswa sebagai subjek didik yang dijadikan ukuran dari proses kegiatan

55 39 belajar. Kunci keberhasilan belajar di sekolah terletak pada cara mengajar guru yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi positif pada siswa. Persepsi positif terhadap cara mengajar guru dan siswa di kelas diwujudkan melalui adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa di kelas. 2.3 Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Minat Belajar Matematika Djamarah (2010:32) menyatakan bahwa guru memiliki peranan penting dalam proses interaksi edukatif khususnya pelajaran matematika, metode mengajar guru akan menentukan respon siswa didik terhadap pelajaran yang diajarkan. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Djamarah (2010:40) menyatakan bahwa kepribadian guru adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan siswa didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi dari seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melakssiswaan tugas sebagai peserta didik. Kepribadian dapat menetukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataupun akan akan menjadi perusak bagi hari depan siswa didik, terutama bagi siswa didik yang masih kecil (tingkat Sekolah Dasar).

56 40 Hamalik (2012:35) menyatakan bahwa para siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannya, menyerap keyakinankeyakinannya, meniru tingkah lakunya, dan mengutip pertanyaan-pertanyaannya. Pengalaman menunjukan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi dan minat belajar yang terus menerus itu bersumber pada kepribadian guru. Kartono (1985:18) kegiatan belajar di kelas dipengaruhi oleh pribadi guru dimana guru bertugas untuk memberikan pengajaran, pendidikan dan bimbingan, murid akan terdorong untuk belajar. Namun jika mempunyai guru yang mempunyai rasa ingin tahu, bersikap terbuka, sanggup mengadakan pembaharuan antusias, dan mempercayai siswa didiknya. Ada dua macam sikap guru didalam kelas yang dapat mempengaruhi siswa yaitu sikap guru didalam kelas yang dapat berkembang dan mengaktualisisr diri. Sebaliknya ada guru yang bersikap ingin beristirahat mencari yang mudah, mengeluarkan tenaga sedikit mungkin. Guru yang mempunyai sikap yang pertama, sifatnya penuh inisiatif, senang mengadakan eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan mutu kerjanya. Sedangkan sikap guru yang kedua selalu cenderung mencari yang gampang biasanya guru lari pada alat pendidikan konvensioanal yaitu hukuman, ancaman, hadiah dan mempergunakan nilai sebagi alat untuk mendorong, menakan, atau juga membuat siswa selalu menurut. Kartono (1985:21) guru sebagai seoarang pembimbing memiliki kemampuan untuk memahami berkomunikasi, menolong, mendorong dan merangsang siswa didiknya. Guru beruhasa untuk menciptakan komunikasi yang

57 41 baik dengan siswa dalam menghadap dan mengatasi masalah dan tantangan hidupnya. Memperhatikan siswa secara individual berusaha untuk menolong penyelesaian masalah secara individual. Beradasarkan uraian diatas maka dapat memunculkan berbagai macam persepsi pada diri siswa terhadap cara mengajar guru di kelas. Setiap siswa dapat mempunyai persepsi yang bermacam-macam, ini dipengaruhi oleh sifat karakteristik yang ada pada siswa yang tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lain. Persepsi yang muncul pada siswa bermacam-macam yaitu ada siswa yang mempersepsikan positif terhadap metode mengajar guru di kelas dan siswa pada saat di kelas dan ada juga siswa yang mempersepsikan negatif terhadap metode mengajar guru terhadap siswa di kelas. Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru di kelas meliputi persepsi terhadap keterbukaan guru pada saat mengajar di kelas, keterbukaan guru terhadap pendapat-pendapat yang datang dari siswa, guru tidak memandang remeh pendapat yang datang dari siswa selalu mempertimbangkan saran-saran dari siswa pada saat mengajar di kelas. Empati guru dengan siswa pada saat guru mengajar di kelas, guru dapat merasakan keadaan yang sedang dialami oleh siswa di kelas, mengetahui apakah siswa sedang malas, atau tidak bersemangat pada pelajaran. Guru yang mempunyai empati yang kuat terhadap siswa, maka guru akan dapat mencari cara bagaimana agar siswa tidak bosan pada saat pelajaran di kelas, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kartono (1985:23) guru hendaknya berusaha selalu memiliki dan menciptakan suasana kejiwaan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga suasana

58 42 tidak kaku, statis dan beku, melainkan di dalamnya siswa justru terdorong untuk tumbuh dan berkembang sehingga terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan. Persepsi positf terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mendorong siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, siswa akan semakin menarik pada pelajaran dan selalu berusaha untuk selalu mengerjakan setiap tugas yang diberikan, tidak pantang menyerah apabila menghadapi kesulitan serta mau bertanya kepada guru apabila tidak mengerti dalam pelajaran. Selanjutnya akan mendorong siswa untuk selalu mempunyai keinginan dan ketertarikan untuk mempelajari dan menguasai materi yang belum diajarkan oleh guru. Persepsi negatif siswa terhadap metode mengajar guru di kelas akan semakin mendorong siswa untuk menjauhi pelajaran matematika di kelas. Siswa semakin malas untuk memperhatikan pelajaran, tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan guru, serta membuat siswa untuk malas memperhatikan pelajaran, tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, serta membuat siswa malas memperhatikan pelajaran dan akhirnya siswa memperoleh nilai-nilai yang tidak memuaskan pada saat ujian matematika. Perasaan tidak senang siswa terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mempengaruhi siswa saat harus memusatkan konsentrasi atau perhatian pada pelajaran matematika yang diajarkan guru di kelas.

59 Kerangka Berfikir Minat siswa yang meningkat menyebabkan tingginya persepsi pada siswa SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Ketika Minat siswa mengalami penurunan maka persepsi siswa akan merendah. Berikut akan dijelaskan mengenai alur berpikir mengenai hubungan antara Minat Belajar Siswa terhadap Persepsi siswa dalam sebuah kerangka berfikir. Minat Belajar Matematika Internal Eksternal Fisik - Kesehatan - Cacat tubuh Psikologi - Intelegensi - Perhatian - Minat - Bakat - Motivasi - Kematangan - Kesiapan - Keluarga - Sekolah - Masyarakat Persepsi siswa terhadap metode mengajar matematika Gambar 2.1. Model Kerangka Berfikir Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Minat belajar matematika dipengaruhi ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Di dalam minat belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal

60 44 itu sendiri dapat disebabkan oleh fisik dan cacat tubuh. Sedangkan yang dipengaruhi oleh faktor internal yang lain ada psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kematangan. Minat belajar matematika yang kedua dipengaruhi oleh faktor eksternal. Yang meliputi faktor eksternal antara lain ada pihak dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari dua faktor di atas yang mempengaruhi minat belajar dari segi internal yaitu ada fisik dan psikologis, sehingga dari segi tersebut tidak mendukung maka juga akan mempengaruhi hasil persepsi siswa terhadap metode mengajar. Begitu juga dari segi eksternal yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat jika hal tersebut tidak mendukung akan mempengaruhi persepsi siswa terhadap metode mengajar matematika.

61 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian, patokan duga, yang kebenarannya dapat dibuktikan dalam penelitian tersebut Azwar (2003:49). Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah. Berdasarkan dasar teori yang dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada korelasi positif antara persepsi terhadap metode mengajar guru matematika dengan minat belajar matematika, artinya semakin baik persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika maka makin tinggi minat belajar matematika dan semakin buruk persepsi terhadap metode mengajar guru matematika maka semakin rendah minat untuk belajar matematika.

62 BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika dengan minat belajar matematika dengan menggunakan metode sebagai berikut: 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik Azwar (2003:5). Arikunto (2006:12) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif yaitu banyak dituntut menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Penelitian kuantitatif menuntut adanya kejelasan unsur tujuan, pendekatan, subjek, dan sumber data. Desain penelitian yang akan digunakan di sini adalah kuantitatif korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain 46

63 47 berdasarkan koefisien korelasi Azwaar (2003:8). Dengan penelitian korelasional, penelitian bisa memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tergantung (Y), dalam hal ini kaitan antara persepsi siswa dan minat belajar. 3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118) Identifikasi Variabel Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing Azwar (2003:61). Pengidentifikasian membantu dalam menemukan alat pengumpul data dan teknik analisis yang digunakan. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel tergantung Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain Azwar (2003:62). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah minat belajar matematika. 2. Variabel bebas Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain Azwar (2003:62). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa.

64 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2003:74). 1. Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika adalah bagaimana cara kita untuk mengolah inforamasi sensori mengenai aktivitas guru dalam mengorganisasi sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar matematika secara efektif dengan menggunakan suatu rencana atau pola pembelajaran yang baik. Dalam penelitian ini aspek-aspek persepsi siswa terhadap metode mengajar guru adalah : pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi. 2. Minat belajar matematika Minat belajar matematika adalah suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada pelajaran matematika yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk mempelajarinya. Dalam penelitian ini aspek-aspek minat belajar matematika adalah : perhatian, ketertarikan, keinginan, dan keyakinan Hubungan Antar Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan antara variabel dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:

65 49 Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru (X) Minat belajar matematika (Y) Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel Keterangan : X : variabel bebas Y : variabel tergantung Secara teoritik dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variabel bersifat interaksi, dimana X merupakan variabel bebas dan Y merupakan variabel tergantung. Berdasarkan keterangan di atas, X merupakan persepsi siswa dan Y adalah minat belajar. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Menurut Azwar (2003:77) populasi adalah sekelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Sedangkan menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini menunjukkan pada sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat atau ciri yang sama. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. Jumlah siswa sebanyak 53 siswa Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi, yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki pada populasi (Azwar, 2007:79). Hasil penelitian terhadap sampel ini

66 50 diharapkan dapat digeneralisasikan pada populasi. Sampel harus representatif atau sampel benar-benar mewakili populasinya (Arikunto, 2006:133). Oleh karena itu harus diperlukan teknik pengambilan sampel (sampling) yang sesuai. Besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk penelitian sebenarnya tidak ada ketetapan mutlak. Arikunto (2006:134) menyatakan untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi. Apabila jumlah subjeknya besar dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Pada metode total sampling, semua individu dalam populasi diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Subjek yang akan diambil sebagai sampel penelitian ini sebanyak 53 siswa di SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang akan diteliti. Sebuah penelitian sangat memerlukan adanya data untuk memperkuat hasil penelitian tersebut. Data yang digunakan bisa berupa data primer maupun sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui sumber aslinya (orang pertama). Cara memperoleh data primer ini yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

67 51 langsung. Data ini biasanya berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi Azwar (2003:36). Agar diperoleh data yang tepat maka peneliti harus bisa memilih metode yang sesuai. Dalam penelitian ini metode yang hendak digunakan untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan skala psikologi. Skala adalah suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pertanyaan berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang harus diisi oleh individu yang menjadi subjek penelitian dan berdasar atas jawaban atau isian itu penulis mengambil kesimpulan mengenai subjek yang diteliti. Menurut Azwar (2003:3), skala psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut afektif. Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi menurut Azwar (2003:4) adalah sebagai berikut: 1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikatorindikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item maka skala psikologi selalu berisi banyak item. 3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan secara berbeda pula. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi siswa terhadap metode mengajar dan skala minat belajar matematika.

68 52 Skala tersebut disusun berdasarkan konsep dan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Penulis menggunakan skala Likert karena untuk mengukur konsep diri dan disiplin siswa harus disesuaikan dengan keadaan individu. Oleh sebab itu, maka penulis memberikan alternatif jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Alternatif jawaban tersebut merupakan salah satu alternatif jawaban yang digunakan dalam penskalaan model Likert. Skala minat siswa terhadap metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu item yang berbentuk positif atau mendukung (favorable) dan item yang berbentuk negatif atau tidak mendukung (unfavorable). Menggunakan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Tabel 3.1 Susunan Penskoran Item Skala Minat Belajar Kategori Jawaban Favorable Unfavorable SS 4 1 S 3 2 TS 2 3 STS 1 4 Skala psikologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat belajar. Adapun blue print skala konsep diri terdapat pada tabel sebagai berikut:

69 53 Tabel 3.2 Blue Print Skala minat siswa terhadap metode mengajar No Aspek Indikator Item F Item UF Jml a.perhatian terhadap 1, 3, 5 2, 4, Perhatian pelajaran matematika di kelas b.perhatian terhadap materi 7, 10 8, 9 4 pelajaran a.ketertarikan pada 11, 15 12, 14 4 pelajaran matematika b.ketertarikan dalam 13, Ketertarikan menyelesaikan tugas matematika c.kemauan mengasah 18, 19, 17, 22 5 kemampuan belajar matematika Keinginan a.keinginan untuk 23, 25 24, 26 4 mempelajari matematika 4. Keyakinan a.keyakinan untuk mempelajari matematika Total Skala persepsi siswa terhadap metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu item yang berbentuk positif atau mendukung (favorable) dan item yang berbentuk negatif atau tidak mendukung (unfavorable). Menggunakan alternatif jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) Tabel 3.3 Susunan Penskoran Item Skala Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Kategori Jawaban Favorable Unfavorable SS 4 1 S 3 2 TS 2 3 STS 1 4

70 54 Skala psikologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi siswa terhadap metode mengajar. Adapun blue print skala persepsi siswa terhadap metode mengajar terdapat pada tabel sebagai berikut Tabel 3.4 Blue Print Skala persepsi siswa terhadap metode mengajar No Aspek Indikator Item F Item UF Jml Apa yang kita ketahui 1, 3, 5 2, Pengetahuan tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, perasaan, motif, terhadap metode mengajar. 2. Pengharapan a.gagasan atau harapan 10, 11, 6, 8 5 siswa terhadap cara menerangkan mata pelajaran guru 13 b.kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode 7, 12 9, 14 4 mengajar guru 3. Evaluasi a.kesimpulan yang telah siswa peroleh tentang pengetahuan guru dalam menyampaikan materi b.bagaimana penguasaan metode mengajar guru apakah sudah sesuai dengan pengharapan yang ada dalam diri tersebut 15, 19, 21, 32 17, 23, 24, 26, 28, 30 16, 18, 20, 31 22, 25, 27, 29, 33 Total Skala persepsi siswa terhadap metode mengajar terdiri dari dua kelompok, yaitu item yang berbentuk positif atau mendukung (favorable) dan item yang berbentuk negatif atau tidak mendukung (unfavorable). Menggunakan alternatif jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

71 Validitas dan Reliabilitas Ada dua persyaratan yang harus dimiliki suatu alat pengumpul data yang baik, yaitu memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Suatu alat pengumpul data diharapkan dapat mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur. Alat ukur yang memenuhi syarat akan menghasilkan penelitian yang benar dan dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diselidiki Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. (Arikunto, 2006:168) Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Product Moment: N XY X Y r xy N X 2 X 2 N Y 2 Y 2

72 56 Keterangan: r xy N ΣXY ΣY NΣX 2 = Koefisien Korelasi Product Moment = Jumlah responden = Jumlah perkalian X dan Y = Jumlah total skor item = Jumlah kuadrat X Hasil Validitas Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi pengukurannya. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Pengukuran validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment dari Pearson dengan bantuan program SPSS versi 20 for Windows Hasil Validitas Skala Minat Siswa Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa skala minat siswa yang terdiri dari 28 item terdapat 25 item yang valid dan 3 item yang tidak valid. Lebih jelasnya untuk membedakan nomor item yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel berikut:

73 57 Tabel 3.5 Hasil Skala Minat No Aspek Indikator Item F Item UF Jml a.perhatian terhadap 1, 3, 5 2, 4*, 6 1. Perhatian pelajaran matematika di kelas 6 b.perhatian terhadap materi 7, 10* 8, 9 4 pelajaran a.ketertarikan pada 11*, 15 12, 14 4 pelajaran matematika b.ketertarikan dalam 13, Ketertarikan menyelesaikan tugas matematika c.kemauan mengasah 18, 19, 17, 22 5 kemampuan belajar matematika Keinginan a.keinginan untuk 23, 25 24, 26 4 mempelajari matematika 4. Keyakinan a.keyakinan untuk mempelajari matematika Total Keterangan : Tanda bintang (*) : item yang gugur / tidak valid Setelah melakukan pengkajian, item-item yang tidak valid ada 3 item. Namun tiap-tiap indikator masih cukup terwakili oleh item-item yang valid. Itemitem yang tidak valid yaitu item 4, 10 dan 11.

74 58 Tabel 3.6 Hasil Skala Persepsi No Aspek Indikator Item F Item UF Jml Apa yang kita ketahui 1, 3, 5 2, Pengetahuan tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, perasaan, motif, terhadap metode mengajar. 2. Pengharapan a.gagasan atau harapan 10*, 6, 8 5 siswa terhadap cara menerangkan mata pelajaran guru 11*, 13* b.kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode 7, 12 9, 14 4 mengajar guru 3. Evaluasi a.kesimpulan yang telah siswa peroleh tentang pengetahuan guru dalam menyampaikan materi b.bagaimana penguasaan metode mengajar guru apakah sudah sesuai dengan pengharapan yang ada dalam diri tersebut 15, 19, 21, 32 17, 23, 24, 26*, 28, 30 16, 18, 20*, 31 22, 25, 27, 29, 33 Total Keterangan : Tanda bintang (*) : item yang gugur / tidak valid Setelah melakukan pengkajian, item-item yang tidak valid ada 5 item. Namun tiap-tiap indikator masih cukup terwakili oleh item-item yang valid. Itemitem yang tidak valid yaitu item 10, 11, 13, 20, dan 26.

75 Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto, 2006:168) Untuk mengetahui skala, digunakan teknik Alpha, dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : α k = Koefisien Reliabilitas Alpha = Jumlah butir = Varians butir soal = Varians total Hasil Reliabilitas Reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dengan instrumen tersebut dapat dipercaya. Suatu item harus diujicobakan kepada sekelompok sampel terlebih dahulu untuk bisa dikatakan reliabel atau tidak. Semakin tinggi koefisien reliabel semakin tinggi pula reliabilitas alat ukur tersebut. Uji reliabilitas skala minat siswa dan skala persepsi ini menggunakan teknik statistika yaitu dengan rumus Alpha Cronbach. Hasil dari skala minat siswa diperoleh koefisien 0,858. Hasil dari

76 60 skala persepsi diperoleh koefisien sebesar 0,881. Kedua skala tersebut dinyatakan reliabel dalam kategori tinggi. Interpretasi reliabilitas didasarkan pada tabel berikut (Arikunto, 2006:245). Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas Besarnya Linear r Interpretasi Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat Rendah 3.6 Metode Analisis Data Data yang sudah diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat disempurnakan begitu saja. Agar data tersebut memberikan keterangan yang dapat dipahami tepat dan teliti maka dibutuhkan suatu pengelolaan data yang lebih lanjut. Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi Product Moment. N XY X Y r xy N X 2 X 2 N Y 2 Y 2

77 61 Keterangan: r xy N ΣXY ΣY 1NΣX 2 = Koefisien Korelasi Product Moment = Jumlah responden = Jumlah perkalian X dan Y = Jumlah total skor item = Jumlah kuadrat X

78 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan mengenai analisis data tersebut secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut. 4.1 Persiapan Penelitian Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Tujuan dilaksanakannya orientasi kancah adalah untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Kertayasa Banjarnegara yang beralamat di Jl. Kertayasa Mandiraja Banjarnegara. 62

79 63 Tahun 1929 telah berdiri SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara yang berlokasi di Jl. Kertayasa Mandiraja Banjarnegara dengan luas bangunan 534 M2. Secara geografis terletak kurang lebih 3 Km dari pusat kota kecamatan. SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara merupakan salah satu sekolah dasar dari 47 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Mandiraja. Dan Tahun 1982 SD Negeri 03 Kertaya Banjarnegara ada perubahan bangunan lebih baik lagi. SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara telah berakreditasi A. SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara mempunyai visi yaitu harapannya semua pihak yang terkait dalam kegiatan pembelajaran (guru, karyawan, peserta didik dan wali murid) benar-benar menyadari visi untuk selanjutnya memegang komitmen terhadap visi yang telah disepakati bersama yaitu Unggul dalam prestasi, kuat dalam kompetisi, mantap dalam kepribadian berdasarkan iman dan taqwa. Misi yang diemban oleh SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara yaitu sebagai berikut: (1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi. (2) Mengembangkan dan membina semangat keunggulan secara intensif. (3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. (4) Terciptanya suasana yang kondusif dan demokratis dalam penyelenggaraan sekolah.

80 64 Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara dengan pertimbangan: (1) Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti menunjukkan hasil bahwa terdapat fenomena-fenomena yang berhubungan dengan penelitian. (2) Berdasarkan informasi yang didapat dari pihak sekolah baik guru maupun siswa yang menyatakan beberapa kasus yang berhubungan dengan penelitian Proses Perijinan Salah satu syarat penting yang harus dipenuhi untuk melakukan penelitian adalah memperoleh ijin dari pihak yang terkait. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa tahap untuk mempersiapkan proses perijinan. Proses perijinannya yaitu peneliti meminta surat permohonan ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan no. 2261/UN37.1.1/PP/2013. Surat ijin tersebut diserahkan terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara, kemudian Kepala Sekolah memberikan surat ijin masuk kepada peneliti untuk langsung melakukan penelitian di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara. Penelitian dilakukan dalam satu tahap yaitu pertama, melakukan penyebaran skala pada siswa. Setelah siswa menerima skala dan sudah diberikan petunjuk untuk mengisinya, setelah itu siswa dengan lancar mengerjakan dan mengisi skala dengan baik. Penelitian berlangsung pada tanggal 6 Mei Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan surat keterangan telah

81 65 melakukan penelitian dari SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara dengan nomor: 421/165/ Penyusunan Instrumen Menyusun instrumen Penelitian Pembuatan instrumen diawali dengan penentuan variabel penelitian kemudian diketahuilah aspek-aspek yang menyusun variabel tersebut. Setelah menemukan aspek masing-masing variabel tersebut, diturunkan lagi menjadi sub aspek. Sub aspek yang telah ada diturunkan lagi menjadi indikator. Indikator yang telah tersusun kemudian dibuatlah menjadi sejumlah item yang selanjutnya terbentuklah skala psikologi. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi dan minat. Variabel persepsi tersusun dari beberapa aspek diantaranya pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi sedangkan minat tersusun dari beberapa aspek diantaranya perhatian, ketertarikan, keinginan, dan keyakinan. Selanjutnya, dari masing-masing aspek tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator. Variabel persepsi tersusun dari beberapa aspek diantaranya apa yang kita ketahui tentang pribadi orang lain, gagasan atau harapan siswa, kemauan siswa, kesimpulan dan penguasaan. Aspek minat dijabarkan menjadi indikator perhatian, ketertarikan, keinginan, dan keyakinan untuk mempelajari matematika.

82 Menentukan Karakteristik Jawaban yang Dikehendaki berikut; Skala Minat terdiri dari empat alternatif jawaban dengan skor sebagai Tabel 4.1 Alternatif jawaban dan Skoring Skala Minat Kategori Jawaban Favorable Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 berikut; Skala Persepsi terdiri dari empat alternatif jawaban dengan skor sebagai Tabel 4.2 Alternatif jawaban dan Skoring Skala Persepsi Kategori Jawaban Favorable Unfavorable Sangat Sesuai (SS) 4 1 Sesuai (S) 3 2 Tidak Sesuai (TS) 2 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4 Item favourable merupakan item yang mendukung variabel sedangkan item unfavourable merupakan item yang tidak mendukung variabel Menyusun Format Instrumen Penelitian ini memiliki skala dengan format yang disusun secara terstruktur dan jelas untuk memudahkan subyek dalam proses pengisian. Format skala terbagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian identitas dan penjelasan pengisian, skala satu yaitu skala Persepsi, dan skala dua yaitu Minat.

83 67 Format skala dalam penelitian ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam mengisi skala. Format skala ini terbagi atas dua bagian yaitu, skala bagian satu yang merupakan skala untuk mengukur Persepsi dan skala Minat. Adapun format skala terdiri dari: 1) Halaman Sampul Muka Halaman sampul skala berisi kata pengantar dan identitas berupa asal dan jurusan peneliti. Bagian paling atas berisi identitas responden berupa nama, dan umur. 2) Kata pengantar Kata pengantar ini berisi penjelasan terhadap responden yang meliputi latar belakang penyusunan skala, tujuan penelitian, dan motivasi kepada responden agar menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan sebenarnya sesuai dengan sebenarnya sesuai dengan keadaan responden. 3) Petunjuk Pengisian Petunjuk pengisian dalam skala ini terdiri dari cara menjawab pernyataan dengan memilih jawaban yang sesuai dengan diri responden, karena hal tersebut adalah jawaban yang paling benar. 4) Butir-butir Instrumen Butir-butir instrument ini merupakan serangkaian pernyataan mengenai Persepsi yang terdiri dari 33 item dan skala Minat yang terdiri dari 28 item. jumlah keseluruhan item dari skala Persepsi dan skala Minat sebanyak 61 item.

84 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini menggunakan try out tepakai, yaitu skala tersebut disebar hanya sekali kepada responden dan dianalisis hasilnya tanpa melakukan perubahan terhadap item-itemnya. Penelitian ini menggunakan try out tepakai disebabkan oleh jumlah subjek yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti terbatas Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 6 Mei Pengumpulan data menggunakan skala persepsi dan skala minat yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Selama proses pengumpulan data, penyebaran skala dilakukan dengan membagikan skala kepada siswa. Setelah siswa selesai mengisi skala, kemudian peneliti mengumpulkan kembali skala yang sudah dibagikan. Pelaksanaan penelitian ini berjalan cukup lancar Pelaksanaan Skoring Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah-langkah penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala persepsi siswa dan skala minat yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan olah data yang meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji hipotesis.

85 Hasil Penelitian Hasil Uji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswaa dengan minat minat siswa yang penghitungannya menggunakan bantuan komputer dengan SPSS. Tabel 4.3 Hasil Uji Hipotesis Analisis Korelasi Minat Siswa Dengan Persepsi Siswa Correlations minat persepsi minat Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N persepsi Pearson Correlation.768 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa koefisien korelasi (r) persepsi dengan minat siswa sebesar 0,768 dengan taraf signifikan p = 0,000 dimana p < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan positif antara persepsi dengan minat siswa diterima. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan lurus, dimana hubungan yang terjadi adalah hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan disiplin siswa. Kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel lain, sedangkan penurunan suatu variabel akan menyebabkan penurunan variabel yang lain. Dengan kata lain semakin tinggi persepsi siswa maka semakin tinggi minat siswa

86 70 pada kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Sebaliknya semakin rendah persepsi siswa maka semakin rendah pula minat siswa pada V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. 4.5 Analisis Deskriptif Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Hipotetik (Mean Teoritik), dan Standard Deviasi (ϭ) dengan mendasarkan pada jumlah item, dan skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban Gambaran Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat, dimana skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek yang menyusunnya. Oleh karenanya, gambaran minat dapat ditinjau baik secara umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap aspek). Berikut merupakan gambaran minat yang ditinjau secara umum dan spesifik Gambaran Umum Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Kriteria analisis untuk skala minat menggunakan kriteria rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan kriteria ke dalam tiga kategori adalah sebagai berikut:

87 71 Tabel 4.4 Penggolongan Kriteria Analisis Minat Berdasar Mean Hipotetik Interval Kriteria X (µ 1,5 Ϭ) Rendah (µ 0,5 Ϭ) < X (µ + 0,5 Ϭ) Sedang (µ + 0,5 Ϭ) < X Tinggi Keterangan: µ = Mean Teoritik Ϭ = Standar Deviasi X = Skor Berdasarkan penggolongan kriteria di atas diperoleh perhitungan gambaran umum dari minat sebagai berikut: Jumlah item = 25 Skor tertinggi = 25 x 4 = 100 Skor terendah = 25 x 1 = 25 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = ( ) : 2 = 62,5 = 62 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (100-25) : 6 = 12,5 = 12 Perhitungan gambaran secara umum minat siswa di atas diperoleh µ = 62 dan SD = 12. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

88 72 µ - 1,5 SD = 62-1,5 (12) = 44 µ + 0,5 SD = ,5 (12) = 68 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi minat siswa responden sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Kriteria Interval Subjek % Rendah X 44-0% Sedang 44 < X ,3% Tinggi 68 < X 47 88,7% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat minat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, sedang 11,3% sedangkan tergolong kriteria tinggi 88,7%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambaran Umum Minat Siswa 0% 11,3% 88,7% Rendah Sedang Tinggi Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Minat Siswa

89 Gambaran Spesifik Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Ditinjau dari Tiap Aspek Minat dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek perhatian, ketertarikan, keinginan, keyakinan. Gambaran dari tiap aspek dari minat dijelaskan sebagai berikut: Aspek Perhatian Gambaran minat responden berdasarkan aspek perhatian dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 8 Skor tertinggi = 8 x 4 = 32 Skor terendah = 8 x 1 = 8 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = (32 + 8) : 2 = 20 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (32-8) : 6 = 4 Perhitungan gambaran minat siswa berdasarkan aspek pengetahuan di atas diperoleh µ = 20 dan SD = 4. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 20-1,5 (4) = 14 µ + 0,5 SD = ,5 (4) = 22

90 74 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi minat responden ditinjau dari aspek perhatian sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Perhatian Kriteria Interval Subjek % Rendah X 14-0 % Sedang 14 < X ,7% Tinggi 22 < X 50 94,3% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat minat yang tinggi ditinjau dari aspek pengetahuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, tergolong kriteria sedang 5,7%, sedangkan 94,3% tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambar 4.2 Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Perhatian

91 Aspek Ketertarikan Gambaran minat responden berdasarkan aspek ketertarikan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 11 Skor tertinggi = 11 x 4 = 44 Skor terendah = 11 x 1 = 11 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = ( ) : 2 = 27,5 = 27 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (44-11) : 6 = 5,5 = 5 Perhitungan gambaran minat siswa berdasarkan aspek ketertarikan di atas diperoleh µ = 27 dan SD = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 27-1,5 (5) = 19,5 = 19 µ + 0,5 SD = ,5 (5) = 29,5 = 29 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi minat responden ditinjau dari aspek ketertarikan sebagai berikut:

92 76 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Ketertarikan Kriteria Interval Subjek % Rendah X 19-0% Sedang 19 < X ,4% Tinggi 29 < X 48 90,5% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat minat yang tinggi ditinjau dari aspek ketertarikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, tergolong kriteria sedang 9,4%, sedangkan 90,5% tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambar 4.3 Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Ketertarikan

93 Aspek Keinginan berikut: Gambaran minat responden berdasarkan aspek keinginan dijelaskan sebagai Jumlah item = 4 Skor tertinggi = 4 x 4 = 16 Skor terendah = 4 x 1 = 4 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = (16 + 4) : 2 = 10 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (16 4) : 6 = 2 Perhitungan gambaran minat siswa berdasarkan aspek keinginan di atas diperoleh µ = 10 dan SD = 2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 10-1,5 (2) = 7 µ + 0,5 SD = ,5 (2) = 11 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi minat responden ditinjau dari aspek keinginan sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Keinginan Kriteria Interval Subjek % Rendah X 7 1 1,9% Sedang 7 < X ,3% Tinggi 11 < X 37 69,8%

94 78 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat minat yang tinggi ditinjau dari aspek keinginan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 1,9%, tergolong kriteria sedang sebanyak 28,3%, sedangkan 69,8% tergolong kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambar 4.4 Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Keinginan Aspek Keyakinan Gambaran minat responden berdasarkan aspek keyakinan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 2 Skor tertinggi = 2 x 4 = 8 Skor terendah = 2 x 1 = 2

95 79 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = (8 + 2) : 2 = 5 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (8 2) : 6 = 0 Perhitungan gambaran minat siswa berdasarkan aspek keyakinan di atas diperoleh µ = 2 dan SD = 0. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 5-1,5 (0) = 5 µ + 0,5 SD = 5 + 0,5 (0) = 5 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi minat responden ditinjau dari aspek keyakinan sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Minat Responden Ditinjau dari Aspek Keyakinan Kriteria Interval Subjek % Rendah X ,3% Sedang 5 < X % Tinggi 5 < X 38 71,7% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat persepsi yang tinggi ditinjau dari aspek keyakinan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 11,3%, tergolong kriteria sedang sebanyak 17%, sedangkan 71,7% tergolong kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini:

96 80 Gambar 4.5 Diagram Minat Ditinjau dari Aspek Keyakinan Secara keseluruhan, ringkasan analisis minat tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Ringkasan Analisis Minat Tiap Aspek Kriteria Aspek Rendah Sedang (%) Tinggi (%) (%) Perhatian 0% 5,7% 94,3% Ketertarikan 0% 9,4% 90,5% Keinginan 1,9% 28,3% 69,8% Keyakinan 11,3% 17% 71,7% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa hampir semua aspek pada variabel minat siswa tergolong dalam kriteria tinggi. Dapat dilihat untuk kriteria rendah dari aspek perhatian ( 0%), aspek ketertarikan (0%), aspek keinginan (1,9%) dan aspek keyakinan (11,3%). Presentase untuk kriteria sedang dari aspek perhatian (5,7%), aspek ketertarikan (9,4%), aspek keinginan (28,3%) dan aspek keyakinan (17%). Sedangkan untuk kriteria tinggi, aspek perhatian (94,3%), aspek ketertarikan (90,5%), aspek keinginan (69,8%) dan aspek

97 81 keyakinan (71,7%). Diagram presentase ringkasan analisis minat siswa tiap aspek dapat dilihat di bawah ini: Gambar 4.6 Analisis Minat Tiap Aspek Penjelasan kriteria minat siswa tiap aspek di atas disusun berdasarkan kriteria distribusi normal, sedangkan untuk menentukan aspek mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel minat siswa dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap aspek. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor item pada tiap aspek dengan jumlah item dan dibagi jumlah subjek. Adapun perbandingan mean teoritik dan mean empirik tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Minat Tiap Aspek Aspek Mean Teoritik Mean Empirik Perhatian 20 3,41 Ketertarikan 27 3,29 Keinginan 10 3,23 Keyakinan 5 3,01

98 82 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah aspek ketertarikan, dengan nilai mean empirik sebesar 3,41 yang berarti aspek perhatian mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya minat siswa Gambaran Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi siswa, dimana skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek yang menyusunnya. Oleh karenanya, gambaran persepsi siswa dapat ditinjau baik secara umum maupun spesifik (ditinjau dari tiap aspek). Berikut merupakan gambaran persepsi siswa yang ditinjau secara umum dan spesifik Gambaran Umum Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Analisis variabel persepsi siswa, responden digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut: Tabel 4.12 Penggolongan Kriteria Analisis Persepsi Berdasar Mean Hipotetik Interval Kriteria X (µ 1,5 Ϭ) Rendah (µ 0,5 Ϭ) < X (µ + 0,5 Ϭ) Sedang (µ + 0,5 Ϭ) < X Tinggi Keterangan: µ = Mean Teoritik Ϭ = Standar Deviasi X = Skor

99 83 Deskripsi data diatas memberikan gambaran penting mengenai distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel yang diteliti. Dari penggolongan kriteria analisis berdasarkan mean hipotetik yang sudah disajikan pada tabel 4.11 diperoleh gambaran umum dari persepsi siswa sebagai berikut: Jumlah item = 28 Skor tertinggi = 28 x 4 = 112 Skor terendah = 28 x 1 = 28 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = ( ) : 2 = 70 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (112-28) : 6 = 14 Perhitungan gambaran secara umum persepsi siswa di atas diperoleh µ = 70 dan SD = 14. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 70-1,5 (14) = 49 µ + 0,5 SD = ,5 (14) = 77 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi persepsi siswa responden sebagai berikut:

100 84 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Kriteria Interval Subjek % Rendah X 49-0% Sedang 49 < X ,3% Tinggi 77 < X 47 88,7% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat persepsi tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, sedang 11,3% sedangkan tergolong kriteria tinggi 88,7%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambaran Umum Persepsi Siswa 0% 11,3% 88,7% Rendah Sedang Tinggi Gambar 4.7 Diagram Gambaran Umum Persepsi Siswa Gambaran Spesifik Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Ditinjau dari Tiap Aspek Persepsi siswa dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek pengharapan, dan aspek evaluasi. Gambaran dari tiap aspek dari persepsi siswa dijelaskan sebagai berikut:

101 Aspek Pengetahuan Gambaran persepsi siswa responden berdasarkan aspek pengetahuan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 5 Skor tertinggi = 5 x 4 = 20 Skor terendah = 5 x 1 = 5 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = (20 + 5) : 2 = 12,5 = 12 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (20-5) : 6 = 2,5 = 2 Perhitungan gambaran persepsi siswa berdasarkan aspek pengetahuan di atas diperoleh µ = 12 dan SD = 2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 12-1,5 (2) = 9 µ + 0,5 SD = ,5 (2) = 13 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi persepsi siswa responden ditinjau dari aspek pengetahuan sebagai berikut:

102 86 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Pengetahuan Kriteria Interval Subjek % Rendah X 9-0 % Sedang 9 < X ,5% Tinggi 13 < X 49 92,5% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat persepsi yang tinggi ditinjau dari aspek pengetahuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, tergolong kriteria sedang 7,5%, sedangkan 92,5% tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambar 4.8 Diagram Persepsi Siswa Ditinjau dari Aspek Pengetahuan Aspek Pengharapan Gambaran persepsi siswa responden berdasarkan aspek pengharapan dijelaskan sebagai berikut:

103 87 Jumlah item = 6 Skor tertinggi = 6 x 4 = 24 Skor terendah = 6 x 1 = 6 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = (24 + 6) : 2 = 15 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (24-6) : 6 = 3 Perhitungan gambaran persepsi siswa berdasarkan aspek pengharapan di atas diperoleh µ = 15 dan SD = 3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 15-1,5 (3) = 10,5 = 10 µ + 0,5 SD = ,5 (3) = 16,5 = 16 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi persepsi siswa responden ditinjau dari aspek pengharapan sebagai berikut: Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Pengharapan Kriteria Interval Subjek % Rendah X ,7% Sedang 10 < X ,8% Tinggi 16 < X 49 92,5% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat persepsi yang tinggi ditinjau dari aspek pengharapan. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang

104 88 tergolong kriteria rendah sebanyak 5,7%, tergolong kriteria sedang 1,8%, sedangkan 92,5% tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini: Gambar 4.9 Diagram Persepsi Siswa Ditinjau dari Aspek Pengharapan Aspek Evaluasi Gambaran persepsi siswa responden berdasarkan aspek evaluasi dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 17 Skor tertinggi = 17 x 4 = 68 Skor terendah = 17 x 1 = 17 Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2 = ( ) : 2 = 42,5 = 42

105 89 Standar Deviasi = (Skor tertinggi Skor terendah) : 6 = (68 17) : 6 = 8,5 = 8 Perhitungan gambaran persepsi siswa berdasarkan aspek evaluasi di atas diperoleh µ = 42 dan SD = 8. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: µ - 1,5 SD = 42-1,5 (8) = 30 µ + 0,5 SD = ,5 (8) = 46 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi persepsi siswa responden ditinjau dari aspek evaluasi sebagai berikut: Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Evaluasi Kriteria Interval Subjek % Rendah X 30-0% Sedang 30 < X % Tinggi 46 < X 44 83% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat persepsi yang tinggi ditinjau dari aspek evaluasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase responden yang tergolong kriteria rendah sebanyak 0%, tergolong kriteria sedang sebanyak 17%, sedangkan 83% tergolong kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram presentase dibawah ini:

106 90 Gambar 4.10 Diagram Persepsi Siswa Ditinjau dari Aspek Evaluasi Aspek Tabel 4.17 Ringkasan Analisis Persepsi Siswa Tiap Aspek Rendah (%) Kriteria Sedang (%) Tinggi (%) Pengetahuan 0% 7,5% 92,5% Pengharapan 5,7% 1,8% 92,5% Evaluasi 0% 17% 83% Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa hampir semua aspek pada variabel persepsi siswa tergolong dalam kriteria tinggi. Dapat dilihat untuk kriteria rendah dari aspek pengetahuan ( 0%), aspek pengharapan (5,7%), aspek evaluasi (0%). Presentase untuk kriteria sedang dari aspek pengetahuan (7,5%), aspek pengharapan (1,8%), aspek evaluasi (17%). Sedangkan untuk kriteria tinggi, aspek pengetahuan (92,5%), aspek pengharapan (92,5%), aspek evaluasi (83%). Diagram presentase ringkasan analisis persepsi siswa tiap aspek dapat dilihat di bawah ini:

107 91 Gambar 4.11 Analisis Persepsi Siswa Tiap Aspek Penjelasan kriteria persepsi siswa tiap aspek di atas disusun berdasarkan kriteria distribusi normal, sedangkan untuk menentukan aspek mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel persepsi siswa dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap aspek. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor item pada tiap aspek dengan jumlah item dan dibagi jumlah subjek. Adapun perbandingan mean teoritik dan mean empirik tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Persepsi Siswa Tiap Aspek Aspek Mean Teoritik Mean Empirik Pengetahuan 12 3,57 Pengharapan 15 3,01 Evaluasi 42 3,17

108 92 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah aspek pengetahuan, dengan nilai mean empirik sebesar 3,57 yang berarti aspek pengetahuan mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya persepsi siswa. 4.6 Pembahasan Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif Persepsi Siswa dengan Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi dengan minat siswa pada kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Hal tersebut menyatakan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Persepsi berperan dalam pembentukan minat siswa. Persepsi yang baik akan membentuk minat siswa bila tertanam kuat dalam diri siswa. Djaali (2012:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Bila seorang siswa telah memiliki kesadaran diri untuk berminat belajar matematika maka menghasilkan minat yang lebih baik daripada yang mengandung unsur paksaan. Kesadaran diri merupakan bentuk dari persepsi. Siswa yang memiliki persepsi yang tinggi akan memiliki minat belajar yang tinggi, begitu juga sebaiknya siswa yang memiliki persepsi yang rendah akan memiliki minat belajar yang rendah. Persepsi yang dimiliki siswa kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegaratergolong kriteria tinggi. Artinya pengetahuan dan perasaan siswa dalam memandang guru matematika dalam metode mengajar sudah baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Carmichael (2009:62)

109 93 menyatakan bahwa siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang matematika, perasaan siswa terhadap matematika, dan persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar matematika. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa persepsi yang dimiliki siswa tergolong tinggi menyebabkan minat pada kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara juga tergolong pada kriteria tinggi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Hastuti ( 2004, 85 ) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa persepsi siswa terhadap metode mengajar guru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar matematika. Sesuai dengan analisis deskriptif mengenai gambaran umum persepsi dan minat siswa pada kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara, yaitu menunjukkan bahwa sebanyak 92,5% siswa memiliki minat yang tinggi dan 94,3% siswa berada pada kriteria tinggi dalam minat siswa. Artinya siswa sudah baik dalam memiliki minat belajar matematika di sekolah. Minat siswa pada kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara tergolong tinggi. Hal ini terbukti pada analisis deskriptif yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa aspek perhatian termasuk dalam kriteria tinggi, sebesar 94,3%. Aspek ketertarikan, sebanyak 90,5% tergolong dalam kriteria tinggi karena siswa ketertarikan dalam menyelesaikan tugas matematika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muji Astuti, Dra dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yaitu persepsi positif terhadap cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menjadikan siswa mempunyai ketertarikan untuk mengikuti pelajaran.

110 94 Aspek ketiga yaitu aspek keyakinan menunjukan hasil yang tinggi yaitu sebesar 71,7% karena keyakinan siswa untuk mempelajari matematika sudah baik. Sedangkan 69,8% pada aspek keinginan menunjukan kriteria tinggi yaitu keinginan siswa untuk mempelajari matematika bagus. Perhatian disini mencakup perhatian terhadap pelajaran matematika pada saat di kelas. Berdasarkan perhitungan mean empirik dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah aspek perhatian, dengan nilai sebesar 3,41 yang berarti aspek perhatian mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya minat siswa. Menurut Hurlock (1996 : 114) minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang diinginkan apabila bebas memilih. Motivasi yang dimiliki siswa kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara sudah tinggi. Dalam persepsi, kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode mengajar guru kesadaran diri merupakan bentuk dari minat yang berkaitan dengan aspek pengharapan. Siswa yang mempunyai kemauan dalam belajar matematika maka mempunyai kesadaran diri yang tinggi untuk minat belajar matematika. Hasil analisis deskriptif menunjukkan aspek pengetahuan dan pengharapan tergolong dalam kriteria tinggi sebesar 92,5% karena gagasan atau harapan siswa terhadap cara menerangkan mata pelajaran guru matematika sudah baik. Begitu juga dengan aspek evaluasi yang tergolong tinggi sebesar 83% karena dapat disimpulkan bahwa siswa memperoleh dengan baik pengetahuan guru dalam menyampaikan materinya.

111 95 Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel persepsi dengan minat belajar matematika siswa dikarenakan tiap aspek ada variabel persepsi memiliki pengaruh terhadap tiap aspek pada minat belajar matematika pada siswa kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Siswa yang selalu memandang cara pembelajaran guru matematika secara optimis selalu mendapatkan minat belajar matematika yang baik juga. Adanya siswa yang memandang metode mengajar guru matematika yang jelek dalam pembelajarannya dan tidak dapat fokus sepenuhnya pada aspek evalusi. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang (2010/2011) menunjukan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa kepada guru matematika dan minat belajar matematika siswa. Penelitian lain mengeksplorasi tentang hubungan antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika adalah ada hubungan positif antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika.(fitri dalam Jurnal Psikologia, Vol.1, No.2, Desember 2005:76) Minat Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Minat siswa adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan siswa pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Minat menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam

112 96 belajar dan kelak ketika bekerja. Secara umum minat siswa pada kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara pada kriteria tinggi, dengan presentase sebesar 94,3%. Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek perhatian berada dalam kriteri tinggi. Artinya siswa sudah mempunyai perhatian terhadap metode mengajar guru matematika yang ada. Aspek pertama yaitu perhatian. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Ini mempunyai arti bahwa siswa mempunyai perhatian yang tinggi dalam melaksanakan minat belajar matematika. Aspek kedua yaitu ketertarikan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Ini mempunyai arti bahwa siswa mempunyai ketertarikan yang tinggi dalam melaksanakan minat belajar matematika. Ketertarikan terdiri dari ketertarikan yang berasal dari diri sendiri artinya ketertarikan tersebut ada dari dalam diri sendiri dan tidak ada yang memaksa dan ketertarikan yang berasal dari orang lain artinya ketertarikan yang diperintah atau ada paksaan dari luar. Aspek ketiga yaitu keyakinan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa siswa cukup memiliki rasa keyakinan diri untuk minat belajar matematika. Bentuk kesadaran diri dalam minat siswa yaitu melaksanakan keyakinan untuk belajar tanpa adanya paksaan. Djaali (2012:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

113 97 Aspek keempat yaitu keinginan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Artinya siswa telah mempunyai keinginan yang tinggi untuk minat belajar matematika. Minat di sini ditunjukkan dengan berperilaku ingin untuk mempelajari matematika dengan sendirinya tanpa ada yang menyuruh. Dilihat dari indikator-indikator tesebut ditemukan bahwa minat yang dimiliki siswa tergolong tinggi. Minat siswa memiliki beberapa aspek yang menyusunnya, dimana tiap aspek tersebut mempunyai pengaruh tinggi rendahnya siswa dalam berminat belajar metematika. Berdasarkan perhitungan mean empirik tiap aspek, aspek yang memperoleh mean empirik terbesar adalah perhatian. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek perhatian memiliki peran terbesar dalam minat siswa. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa aspek perhatian merupakan hal yang menyebabkan siswa memiliki minat yang tergolong tinggi. Awalnya peneliti menduga bahwa minat siswa rendah. Fenomena yang terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa minat siswa tergolong rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kurangnya strategi yang digunakan oleh guru matematika, termasuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan topik yang diajarkan. Hasil penelitian yang menunjukan minat belajar matematika siswa yang tinggi tidak sejalan dengan fenomena penelitian yaitu disebabkan karena pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa persepsi siswa tergolong rendah atau negatif, akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa persepsi yang dimiliki siswa tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena pada studi

114 98 pendahuluan subjek yang diambil hanya beberapa siswa yang diwawancarai dan observasi. Sehingga hasil studi pendahuluan yang didapat hanya gambaran persepsi dari sebagian kecil jumlah siswa. Peneliti berasumsi bahwa ketidaksesuaian antara fenomena dengan hasil penelitian dikarenakan ketidakjelian peneliti dalam menangkap fenomena yang ada. Kesalahan peneliti ketika melalukan studi pendahuluan yang hanya mengambil beberapa subjek sebagai sampel penelitian studi pendahuluan ternyata sampel tersebut tidak representatif. Seharusnya peneliti menjadikan semua subjek sebagai sampel peneliti pada studi pendahuluan tersebut. Peneliti juga kurang menggali lebih tentang minat siswa dalam proses belajar. Antara lain dapat ditujukan dengan adanya sesuatu ketertarikan untuk belajar secara sungguh-sungguh, kemauan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar, keaktifan siswa di kelas dapat kita lihat memalui kemampuannya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam belajar, rasa ingin tahu yang besar dalam belajar. Faktor-faktor lain yang menyebabka ketidaksesuaian antara fenomena dengan studi pendahuluankemungkinan juga disebabkan jarak waktu antara studi pendahuluan dengan penyebaran instrumen penelitian yang cukup lamayaitu delapan bulan sehingga di duga dalam rentan waktu tersebut subjek menerima masukan dan bimbingan dari guru matematika.

115 Persepsi Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Persepsi Siswa adalah stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Secara umum persepsi siswa pada kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara berada pada kriteria tinggi, dengan presentase rendah sebesar 0% presentase sedang 7,5% dan tinggi sebesar 92,5%. Menurut Calhoun (1990:285) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri yaitu pengetahuan, pengharapan dan evaluasi. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek pengetahuan dan pengharapan berada dalam kriteria tinggi. Artinya responden dalam memandang diri sendiri secara pengetahuan dan pengharapan tergolong dalam kriteria tinggi. Indikator dari aspek pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, perasaan, motif terhadap metode mengajar. Sedangkan indikator dari aspek pengharapan adalah gagasan atau harapan siswa terhadap cara menerangkan mata pelajaran guru dan kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode mengajar guru. Aspek pertama dan kedua yaitu aspek pengetahuan dan pengharapan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek pengetahuan dan pengharapan berada dalam kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa responden dalam memandang diri secara psikologis tergolong dalam kriteria tinggi. Indikator dari aspek pengetahuan ini adalah apa yang kita ketahui tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, perasaan, motif terhadap metode

116 100 mengajar. Sedangkan indikator dari aspek pengharapan adalah gagasan atau harapan siswa terhadap cara menerangkan mata pelajaran guru dan kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode mengajar guru. Aspek ketiga yaitu aspek evaluasi. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek evaluasi ini berada dalam kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa kesimpulan yang telah siswa peroleh tentang pengetahuan guru dalam menyampaikan materi sudah baik dan bagaimana penguasaan metode mengajar guru apakah sudah sesuai dengan pengharapan dengan pengharapan yang ada dalam diri siswa sudah sesuai. Persepsi memiliki beberapa aspek yang menyusunnya, dimana tiap aspek tersebut mempunyai pengaruh tinggi rendahnya persepsi yang dimiliki siswa. Berdasarkan perhitungan mean empirik tiap aspek, aspek yang memperoleh mean empirik terbesar adalah pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek pengetahuan memiliki peran terbesar dalam persepsi. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa aspek pengetahuan merupakan hal yang menyebabkan persepsi yang dimiliki siswa tergolong tinggi. Dikarenakan apa yang kita ketahui tentang siswa dari wujud lahiriah, perilaku, perasaan, motif terhadap metode mengajar guru matematika sudah baik. Awalnya peneliti menduga bahwa persepsi yang dimiliki siswa rendah atau negatif. Fenomena yang terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa persepsi siswa tergolong rendah atau negatif, akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa persepsi yang dimiliki siswa tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena pada studi pendahuluan subjek yang diambil hanya

117 101 beberapa siswa yang diwawancarai dan observasi. Sehingga hasil studi pendahuluan yang didapat hanya gambaran persepsi dari sebagian kecil jumlah siswa. Selain itu adanya social desirability (kecenderungan untuk memilih jawaban yang dianggap baik) yang mungkin melekat pada item instrumen penelitian dapat mempengaruhi responden dalam memberikan jawaban pada skala. 4.7 Keterbatasan Penelitian Hal-hal yang dapat mengganggu validitas konstruk dari sebuah instrumen penelitian sekaligus menjadi kekurangan dalam instrumen penelitian dapat disebabkan antara lain oleh: 1. Responden mungkin saja memilih jawaban yang cenderung dirasa baik secara sosial, karena mereka melalukan faking food (berpura-pura baik) agar tidak dianggap memiliki minat siswa dan persepsi yang rendah. 2. Adanya social desirability (kecenderungan untuk memilih jawaban yang dianggap baik) yang mungkin melekat pada item instrumen dapat mempengaruhi responden dalam memberikan jawaban pada skala. 3. Pengupasan masalah membutuhkan lebih banyak referensi yang mendukung agar pembahasan terhadap hasil penelitian lebih mendalam dan lebih detail. 4. Peneliti tidak dapat melakukan kontrol terhadap semua subyek penelitian karena penyebaran skala dilakukan dengan bantuan pihak ketiga. Ketika subyek merasa kurang mengerti dengan skala penelitian maka tidak dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.

118 Lama jarak antara studi pendahuluan dengan pelaksanaan penelitian sehingga fenomena yang ada perlahan menghilang. 6. Dalam item-item persepsi siswa terhadap metode mengajar belum mengungkap secara penuh apa yang di ungkap. 7. Tiap-tiap aspek seharusnya menggunakan metode mengajar pada objek persepsi yang dicermati. Kelemahan pada penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

119 103 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara menunjukkan minat siswa yang tergolong tinggi. 2. Hasil penelitian persepsi menunjukkan bahwa persepsi yang dimiliki siswa kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara berada pada kriteria tinggi. 3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi dengan minat siswa pada kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara. 5.2 Saran Pada penelitian ini, dengan merujuk pada kesimpulan penelitian di atas, peneliti memberikan beberapa saran kepada berbagai pihak yang berkepentingan: 1. Bagi siswa Diharapkan siswa dapat mempertahankan minat belajar matematika yang telah baik. Disamping itu persepsi yang telah terbentuk sebagai persepsi tinggi hendaknya dipertahankan dengan membentengi diri dari kemungkinan pengaruh buruk lingkungan sekitar.

120 Bagi guru Diharapkan guru dapat membantu siswa untuk memilih metode mengajar yang cukup menarik, sehingga siswa dapat menangkap apa yang telah di ajarkan. 3. Bagi sekolah Diharapkan sekolah ikut berperan serta dalam mempertahankan minat siswa yang telah baik dengan menjaga konsekuensi hukuman bagi yang melanggar peraturan serta menunjukkan konsistensi dalam pengelolaan minat siswa. 4. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini masih mengacu pada sampel siswa yang masih relatif kecil dan lingkungan yang relatif sempit. Oleh karena itu lingkup penelitiannya dapat diperluas dengan melakukan penelitian sejenis pada kelompok sampel lain dengan metode yang lebih lengkap. Atau juga dapat menghubungkan dengan variabel-variabel lain seperti motivasi siswa untuk mempelajari matematika.

121 DAFTAR PUSTAKA Anni, Tri. 2007, Psikologi Belajar, Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, Suharsini. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Muji. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran Konstektual Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Semarang. (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro). Diakses pada tanggal 25 Oktober Azwar, Saifudin. 2003,Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar., 2007, Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Calhoun & Acocella. 1990, Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Press Carmichael Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Matematika. Skripsi. (Diunduh 25/07/2012) Djaali, H., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, S.B., Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: rineka Cipta. Fitri Hubungan Persepsi Tentang Kompetensi Profesional Guru Matematika dengan Motivasi Belajar Matematika pada siswa SMA. Jurnal Psikologia. Volume 1. No 2. Hadi, Sutrisno Statistik II, Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, O., 2012, Psikologi Belajar dan Mengajar,. Bandung: Sinar Baru. Hastuti Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar. Skripsi. (Diunduh 25/07/2012).. Hurlock, Elizabeth. B., 1990, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga. Intan Pengaruh Persepsi Siswa Kepada Guru Matematika dan Minat Belajar Matematika. Skripsi. FPMIPA IKIP PGRI. (Tidak Diterbitkan). 105

122 106 Jefkins, Frank. 1996, Periklanan, Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1985, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaanya, Jakarta: CV. Rajawali. Maherawati, A. 2005, Kontribusi Persepsi Siswa tentang Cara Mengajar Guru Matematika dan Sikap Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika. Diakses pada tanggal 11 Juni Moedjiono, 2012, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhsetyo, 2009, Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Nurhadi. 2004, Metode Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah, 24 Mei Profil Guru dan Siswa. On line pada ( (Diunduh 20/12/2012) Purwanto, Ngalim. 2011, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin. 1992, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Totok Santoso Bimbingan Belajar di Sekolah. Semarang: Satya Wacana. Slameto. 2003, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Sobur, Alex. 2003, Psikologi Umur, Bandung: Pustaka Setia. Suharnan. 2005, Psikologi Kognitif, Surabaya: Srikandi. Suryabrata, S., 2012, Psikologi Pendidikan Edisi V, Jakarta: Rajawali Pers. Walgito, Bimo. 2002, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset , Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta: Andi Offset. Witherington, H.C., 1985, Psikologi Pendidikan (terjemah Buchori), Jakarta: Aksara baru.

123 LAMPIRAN 107

124 108 LAMPIRAN 1 1. Skala penelitian minat siswa 2. Skala penelitian persepsi

125 109 SKALA PSIKOLOGI Oleh: Inung Widoretno JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

126 110 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) JURUSAN PSIKOLOGI Alamat : Gedung A1, Kampus Sekaran Gunungpati,Semarang Assalamualaikum Wr.Wb Saya mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang pada saat ini tengah menempuh semester akhir sedang melakukan penelitian untuk skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan sarjana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat belajar matematika adik-adik. Penelitian ini semata-mata untuk tujuan ilmiah. Tidak ada jawaban yang dianggap salah atau benar sejauh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Identitas adik-adik sebagai respoden akan dirahasiakan dan tidak berkaitan dengan nilai pelajaran adik-adik. Atas kesediaan adik-adik meluangkan waktu mengisi skala ini saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamualikum Wr.Wb Hormat saya Inung Widoretno IDENTITAS Nama : Umur :

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Intan Purnama Sari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi Hubungan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Perawatan dan Perbaikan Sistem Pengisian Konvensional Bowo Wahyu Hidayat (10320090) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menempuh Derajat Sarjana (S - 1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Nova Handayani F 100 040

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS XII SMA DI KECAMATAN WONOSOBO TERHADAP PROFESI GURU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Rino

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRESS KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTAA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRESS KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTAA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRESS KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTAA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN CEMBURU PADA PASANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana

Lebih terperinci

*Hp: /

*Hp: / PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Diana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM PENGARUH PERHATIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGISEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA ANAK KOST SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA ANAK KOST SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA ANAK KOST SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi O l e h: EPRIANI RATNASARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian Syarat

Lebih terperinci

TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM

TWINNING PROGRAM FAKULTAS PSIKOLOGI / FAKULTAS AGAMA ISLAM HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA MAHASISWA PROGRAM TWINNING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN MINAT BELAJAR DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN MINAT BELAJAR DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN MINAT BELAJAR DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SKRIPSI Disusun Oleh : ERLAN SUSANTI 2007-60-020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2013 i HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PEMAHAMAN KTSP TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh ACH FADLOIL NIM

SKRIPSI. Oleh ACH FADLOIL NIM PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X.3 SMA NEGERI 1 TANGGUL JEMBER TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh ACH FADLOIL NIM 070210391162

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 27-31 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi 20/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pendahuluan Untuk memperoleh data tentang pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika menggunakan instrumen angket, dengan item

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Tri Puspita Ratih A. F 100 020 125 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Belajar Secara bahasa, minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat

Lebih terperinci

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN BERBASIS INTERNASIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh: GUNAWAN DWI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA PSIKOLOGIS DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV. BERKAH DALEM SKRIPSI FEBRIAN AYU MUSTIKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA PSIKOLOGIS DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV. BERKAH DALEM SKRIPSI FEBRIAN AYU MUSTIKA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA PSIKOLOGIS DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV. BERKAH DALEM SKRIPSI FEBRIAN AYU MUSTIKA 11.40.0147 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI HARDINESS SKRIPSI

KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI HARDINESS SKRIPSI KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI HARDINESS SKRIPSI Oleh: SABRINA DIFA SEPTIANTY 10.40.0235 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 i KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan sebuah aturan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KECEMASAN TERHADAP TUGAS AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KECEMASAN TERHADAP TUGAS AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KECEMASAN TERHADAP TUGAS AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI Oleh : Ika Christiana Octavia 02.40.0117 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI GADGET PADA MAHASISWA DITINJAU DARI GAYA HIDUP HEDONISTIK SKRIPSI ADE PERMATA ARDIANA

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI GADGET PADA MAHASISWA DITINJAU DARI GAYA HIDUP HEDONISTIK SKRIPSI ADE PERMATA ARDIANA PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI GADGET PADA MAHASISWA DITINJAU DARI GAYA HIDUP HEDONISTIK SKRIPSI HALAMAN DEPAN ADE PERMATA ARDIANA 11.40.0131 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN SKRIPSI Diajukan oleh : NUR PRIMA SEPTIANA F100100025 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI TIRZA MEYRISTA CAHYANINGTYAS 10.40.0043 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2014 HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Universitas Jember Tahun

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Data Hasil Penelitian Penelitian hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tumijajar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

POST POWER SYNDROME DITINJAU DARI KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENSIUNAN YANG TERGABUNG DALAM PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Skripsi

POST POWER SYNDROME DITINJAU DARI KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENSIUNAN YANG TERGABUNG DALAM PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Skripsi POST POWER SYNDROME DITINJAU DARI KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENSIUNAN YANG TERGABUNG DALAM PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh MARINA DWI ARIANI A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh MARINA DWI ARIANI A PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH PURWODADI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DI KELAS 2014/2015. SKRIPSI Diajukan Guna Program

DI KELAS 2014/2015. SKRIPSI Diajukan Guna Program PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA NASIONAL PATI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA NASIONAL PATI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA KELAS XII SMA NASIONAL PATI SKRIPSI Disusun Oleh: SRI SURYANI 2008-60-020 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA S K R I P S I Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SKRIPSI Diajukan Oleh : Benazir Hardiyanti F 100 070 118 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KERJA DENGAN KUALITAS PELAYANAN PADA KARYAWAN BAGIAN TATA USAHA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KERJA DENGAN KUALITAS PELAYANAN PADA KARYAWAN BAGIAN TATA USAHA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KERJA DENGAN KUALITAS PELAYANAN PADA KARYAWAN BAGIAN TATA USAHA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152)

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) MOTTO Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) Fabiayyiaalaairobbikumaatukadzibaan Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: HESTI WININGTYAS F

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BATIK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BATIK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BATIK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh: ARNITA NURJAYANTI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KARYAWAN. Skripsi

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KARYAWAN. Skripsi HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KARYAWAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

: SRI HARTANTI A

: SRI HARTANTI A PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARTASURA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Retno Suryaningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Tri Zahrotul Jannah NIM

SKRIPSI. Oleh Tri Zahrotul Jannah NIM HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU - SISWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SOKANEGARA II PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG SKRIPSI

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG SKRIPSI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI LOCUS OF CONTROL PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG SKRIPSI ANGGUN KUSUMA DEWI 08.40.0111 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RATNA PRATIWI F

RATNA PRATIWI F HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN INTERNET DALAM PROSES PEMBELAJARAN DENGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yovanti Armella Putri

SKRIPSI. Oleh : Yovanti Armella Putri KUALITAS SOAL ULANGAN HARIAN YANG DIKEMBANGKAN OLEH GURU PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DAN TINGKAT KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh : Yovanti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG PENSIUN PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SKRIPSI MONICA TITIS WIDI WISADAYANTI 10.40.0160 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEDISIPLINAN SISWA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEDISIPLINAN SISWA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEDISIPLINAN SISWA SKRIPSI DISUSUN OLEH: RINA SETIYO WATI 2008-60-003 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2012 i HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEADILAN ORGANISASI PADA KARYAWAN DI PDAM TIRTA WIJAYA KABUPATEN CILACAP

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEADILAN ORGANISASI PADA KARYAWAN DI PDAM TIRTA WIJAYA KABUPATEN CILACAP HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEADILAN ORGANISASI PADA KARYAWAN DI PDAM TIRTA WIJAYA KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Yuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI Disusun Oleh: KIMMY KATKHAR 2009 60 032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN SKRIPSI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN SKRIPSI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

(Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Keling, Kab. Jepara Tahun Ajaran 2011/2012)

(Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Keling, Kab. Jepara Tahun Ajaran 2011/2012) DUKUNGAN KEMAMPUAN AWAL, FASILITAS PEMBELAJARAN, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MINAT BELAJAR DAN DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Keling, Kab. Jepara

Lebih terperinci

SKRIPSI PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

SKRIPSI PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PABELAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi

HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU. Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA MODAL PSIKOLOGI DENGAN KINERJA GURU Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Estika Apriliana F 100 060 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DISTRES PADA GURU DITINJAU DARI PERILAKU PROKRASTINASI SKRIPSI FITRIA TRISETYA HAPSARI

DISTRES PADA GURU DITINJAU DARI PERILAKU PROKRASTINASI SKRIPSI FITRIA TRISETYA HAPSARI DISTRES PADA GURU DITINJAU DARI PERILAKU PROKRASTINASI SKRIPSI FITRIA TRISETYA HAPSARI 03.40.0214 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008 DISTRES GURU DITINJAU DARI PERILAKU

Lebih terperinci

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF MATEMATIKA

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF MATEMATIKA DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah Blimbing, Polokarto, Sukoharjo) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MASA KERJA PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON

MASA KERJA PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DITINJAU DARI MASA KERJA PADA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI MEMBELI KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL PADA SISWA SMA SKRIPSI Oleh: CLAUDIA AYU FEBRIANI 12.40.0044 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN KECENDERUNGAN BURN-OUT PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI GROBOGAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN KECENDERUNGAN BURN-OUT PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI GROBOGAN HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN KECENDERUNGAN BURN-OUT PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI GROBOGAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memenuhi Derajat Sarjana

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi 0 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER Christella Mustiningsih Sunarni E-mail: ellachris38@yahoo.co.id Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011

MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 MOTIVASI SISWA KELAS X PESERTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 SEDAYU TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Oleh Yudi Kuswanto 05601241074 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci