2. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah"

Transkripsi

1 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Bercak Daun pada Kacang Tanah Penyakit bercak dqun menjangkiti pertanaman kacang tanah yang telah berumur satu atau dua bulan. Pada se- rangan berat, banyaknya bercak daun menjadikan tanamran me- lemah secara menyeluruh sehingga terjadi pengguguran daun (defoliasi) yang sangat mengurangi kapasitas fotosintesis tanaman, Akibatnya jumlah polong total, jumlah polong bernas dan bobot biji per tanaman turun (Jusfah, 1985)- Boote et al. (1980) melaporkan bahwa serangan berat pato- gen bercak daun laiengurangi indeks luas daun, pengaabilan C02 dan pertukaran C02 dalam tajuk berturut-turut hingga 80, 85 dan 93 %. Terdapat dua macam penyakit bercak daun pada kacang tanah, yaitu penyakit bercak daun coklat ('early leaf- spot8) dan bercak daun h im ('late leafspot'). Gejala kedua penyakit mudah dibedakan, Patogen bercak daun hitam meninbulkan bercak berbentuk hanrpir bulat dengan diameter 1-6?am, berwarna coklat muda hingga coklat gelap pada permukaan atas daun dan hitam pada permukaan bawah daun. Bercak sering dilingkari halo berwarna kuning, akan tetapi adanya halo ini rfiperqaruhi oleh genotipe tanaman dan kondisi lingkungan. Konidia terutama terbentuk pada bercak di permukaan bawah daun dan bantalan konidiofor

2 terlihat berupa bintik-bintik hitam tersusun melingkar (Singh, 1978). Di lain pihak, bercak yang ditimbulkan oleh patogen bercak daun coklat berbentuk lonjong hingga tidak beraturan, dengan diameter 1-10 mm. Bercak berwarna coklat kemerahan hingga coklat tua pada pernukaan atas daun, sedang pada permukaan bawah daun berwarna coklat te- rang. Konidia terutama terbentuk pada bercak di pemukaan atas daun meskipun kadang-kadang diternukan pula pada ber- cak pada permukaan bawah daun. Di bawah mikroskop stereo, q rumpun konidiofor bercak hitam terlihat rapt, sangat berbeda dari rumpun konidiofor bercak coklat yang jarang. Penyakit bercak daun coklat berjangkit lebih awal di- banding penyakit bercak daun hitam. Semua bagian tanaman di atas permukaan tanah dapat diserang oleh kedua jenis patogen. Pada stadia awal gejala umumnya hanya berupa bercak pada daun, tetapi pada tahap lanjut juga dapat terjadi lesio pada batang (Semangun, 1991). Dibanding bercak daun coklat, bercak daun hitat lebih merusak; patogennya menghasilkan konidia lebih banyak dan terpencar lebih cepat. Defoliasi daun terjadi lebih cepat, sehingga sangat mempengaruhi jumlah maupun mutu hasil polong (Wheeler, 1969; Singh, 1978; Senrangun, 1991) Kedua penyakit disebabkh oleh jenis fungi patogen yang berbeda. Bercak daun coklat disebabkan oleh Cercospora arachidicola Hori., sedang bercak daun hitar disebabkan oleh Phaeoisariopsis personata (Berk. & Curt.) v. Arx.

3 (= Cercosporidium personatum (Berk. & Curt, ) Deighton; = Cercospora personata (Berk, & Curt.) Ellis & Everhart) (McDonald et al., 1985). Keduanya merupakan anggota famili Dematiaceae ordolmoniliales kelas Deuteromycetes. Teleomorf (stadium sempurna) kedua jenis fungi tergolong dalam famili Dothideaceae ordo Dothideales kelas Ascomy- cetes (Alexopoulus dan Hims, 1979). Konidiofor P. personata membentuk rumpun yang rapat, coklat muda sampai coklat kehijauan, licin, meapunyai I bengkokan seperti lutut, tidak bersekat atau bersekat jarang, x pm; bekas tempat nelekat konidium tampak jelas, melebar dan menonjol, dengan lebar 2-3 p.m. Konidium coklat kehijauan, kebanyakan mempunyai warna yang sama dengan konidiofornya, seperti tabung atau gada terba- lik, biasanya lurus atau agak lengkung. Jika diperhatikan dinding konidium tarpak kasar, ujungnya membulat, pang- kalnya meruncing pendek dengan hilum yang jelas, bersekat 1-9, biasanya 3-4, tidak menyaupit pada sekat, dan beru- kuran x 4-9 pm fmdbnald et al., 1985). P. personata dapat membentuk peritesim, dan stadium sempurnanya disebut HycosphaerefIa berkeleyii. Akan tetapi peritesim tersebut jarang ditedan, sedang stadia konidia selalu ditemkan. 0l'eh karena itu Wheeler (1969) berpendapat bahwa peritesium bukan merupakan faktor esen- sial dalam siklus penyakit.

4 Patogen bercak daun coklat maupun bercak daun hitam bersifat penginvasi tanah (.'soil invader'). Bila kacang tanah ditanam pada lahan yang pada musia sebelumya juga ditanami kacang tanah, Penyakit muncul lebih cepat dan akibat serangannya lebih parah. Menurut McDonald et al. (1985), konidia yang dihasilkan langsung dari miselium yang terdapat pada sisa tanaman akan mengawali siklus infeksi bila terdisposisi pada daun kacang tanah oleh percikan air hujan atau angin (Gambar 2.1). f Gambar 2.1. Siklus Penyakit Bercak Daun H itam yang Disebabkan oleh P. personata (sumber: McDonald et ai., 1985)

5 Konidia yang berasal dari sisa tanaman merupakan inokulum primer, sedang konidia yang dihasilkan oleh bercak nekrotik merupakan inokulum sekunder. Askospora, klamidospora, dan fragmen miselia juga merupakan inokulum yang potensial (Singh, 1978; Porter et al., 1982). Kedua patogen menginfeksi inang melalui kedua permu- kaan daun (Singh, 1978). Oleh karena itu Butler, Wadia dan Jadhav (1994) mengingatkan agar memastikan bahwa kedua permukaan daun terbasahi oleh suspensi inokulum pada saat inokulasi. Penetrasi terutama terjadi melalui stomata, meskipun penetrasi melalui permukaan utuh juga dilaporkan (Jenkins, 1938; Hemingway, 1955). P. personata membentuk miselium interseluler dengan haustoria (Gambar 2.1). Masa inkubasi berkisar antara 8-10 hingga hari (Singh, 1978). Pada stadia awal perkembangan gejala, kedua macam bercak tidak berbeda. Gejala awal yaq dapat diamati adalah agak memucatnya area pada pewukaan daun bagian atas, sedang pada area yang sama di permukaan daun bagian bawah tampak sel-sel epidermis mulai mengering karena kehilangan hubungan dengan nesofil di atasnya (Singh, 1978). Pada sekitar 10 hari setelah infeksi, tampak gejala bintik klorotik pada pernukaan daun, dan sekita; lima hari kemudian bintik telah berkembang menjadi lesio tempat terjadinya sporulasi patogen (McDonald et al., 1985).

6 Perkembangan patogen bercak daun pada kacang tanah sangat.khas. Ia menginfeksi dan membunuh jaringan inang dan bersporulasi pada jaringan yang telah mati pada inang yang hidup. Luttrell (1974) memasukkan M. hrkeleyii (stadia sempurna P. personata) ke dalam kelompok parasit hemibiotrof. Kelompok parasit tersebut meatiliki sifat- sifat: melengkapi siklus hidup dan bersporulasi pada ja- ringan terinfeksi yang telah mati yang ada pada inang hi- dup, menginfeksi jaringan hidup sebagairnana parasit bio- I trof akan tetapi setelah suatu periode inkubasi maka ja- ringan terinfeksi mati, dan pertumbuhan saprofitiknya ter- batas pada jaringan atau organ terinfeksi yang telah aati pada inang yang hidup. Daub (1982) melaporkan bahwa spesies Cercospora menghasilkan toksin fotosensitif ber- spektrum luas, yaitu cercosporin, yang berperan meaaatikan jaringan tanaman inang. Venkatarami (1967) tefah mengiso- lasi cercosporin yang dihasilkan C. personata (= P. per- sonata). Perkembangan kedua macam penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Wenurut Semangun (1991), dalam cuaca kering penyakit baru berkembang cepat bila tanaman berumur 70 hari, sedang dalam c\taca lembab ha1 ini blah terjadi pada umur 40-45'hari. Singh (1978) mengemu- kakan bahwa kondisi optimum untuk berkembangnya penyakit break ini adalah suhu 24-28'~ disertai kelembaban udara

7 tinggi, sedang menurut Porter et al. (1982) ha1 yang sama dipenuhi pada lingkungan pada kisaran suhu c dengan variasi harian yang rendah disertai periode kelembaban tinggi yang lama. Menurut Semangun (1991), kedua jenis patogen bertahan hidup pada sisa tanaman sakit dan pada kacang tanah yang tumbuh liar, McDonald et al, (1985) melaporkan bahwa tidak ada bukti inang kedua jenis patogen di luar genus Arachis. Sebaliknya, Porter et al. (1982) dengan merang- kum beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa inang kedua jenis patogen bercak tidak terbatas hanya pada genus Arachis; Voandzeia subterranea (kacang Bogor) dilaporkan merupakan inang C, arachidicola, dan patogen yang sama juga dilaporkan dapat menginfeksi dan bersporulasi pada beberapa jenis tanaman legum yang lain maupun non-1- berdasarkan inokulasi buatan dengan teknik daun dipetik. Di Amerika Serikat, P. personata menimbulkan epidemi sekali dalam tiap empat tahun. Pemupukan N atau P meningkatkan tirbulnya kedua macam penyakit bercak dam, sebaliknya pempukan Kalium agak menurunkan tiarbulnya penyakit. Tanaman yang kekurangan Magnesium lebih rentan terhadap k&a jenis patogen bercak daun dibanding tanstlaan yang cukup nutrisinya (Port& et a1., 1982; Sentangun, 1991). Porter dan Wright (1991) meneliti pengaruh pengolahan tanah sistem konvensional dan sistem konservasi

8 terhadap perkembangan penyakit dan daya hasil. Hasil percobaan yang mereka lakukan selama empat tahun menunjukkan bahwa keberadaan maupun keparahan penyakit nyata lebih tinggi pada pertanaman dengan sistem konvensional dibanding ha1 yang sama pada sistem konservasi, akan tetapi daya hasil pada plot konvesional lebih tinggi dibanding daya hasil pada plot konservasi. Pengujian untuk mempelajari respons inang terhadap penyakit -pat dilakukan di lapangan maupun di rumah kaca. Untuk percobaan di rumah kaca, inokulasi diterapkan terhadap tanaman atau terhadap daun yang dipetik dan dipelihara dalam kultur air steril atau dalam kultur hara misalnya dalan larutan Hoagland (Melouk dan Banks, 1978). Untuk pengujian di lapangan, lazimnya dimanfaatkan inokulum alami, sedang pada percobaan di rumah kaca dilakukan inokulasi buatan. Untuk inokulasi buatan, Sundaran (1965 dalam Singh, 1978) melaporkan bahwa infeksi makshum terjadi bila tanaman diinokulasi pada umur 30 hari. Di lain pihak, Prasetyo dan Santoso (1989) menyimpulkan bahwa tanaman telah dapat diinfeksi bercak daun hitam sejak umur 20 hari. Kerapatan inokulum yang diterapkan, dalam bentuk Ronidia per mililiter suspensi inokulum, juga berbeda, anbra lain (Amir, 199i), dan (Shew, Beute, dan Wynne, 1988). Untuk bercak daun hitam, konidia yang dipanen dari tanaman sakit di lapangan atau dari tanaman

9 rentan yang dipelihara sebagai stok inokulum, lazim digu- nakan sebagai inokulum. Knauft dan Gorbet (1989) mela- porkan bahwa skor penyakit bercak daun pada genotipegenotipe yang ditanam pada jarak 30 cm nyata berkorelasi dengan skor penyakit yang sama untuk jarak tanam 5 cmn, dan tidak terdapat interaksi antara genotipe dengan jarak tanam Ketahanan Terhadap Penyakit Bercak Daun Ketahanan inang terhadap serangan patogen pada dasarnya menunjukkan kemampuan inang untuk menghambat atau mencegah pertumbuhan atau perkembangan patogen atau menghambat keberlangsungan proses infeksi. Secara umum proses infeksi patogen akan mengikuti tahap-tahap : (1) inokulasi, (2) perkecambahan spora, (3) pembentukan struk- tur khusus untuk penetrasi ke dalam jaringan inang (4) penetrasi, (5) kolonisasi, dan (6) sporulasi unt* memben- tuk inokulunt-inokulum baru hingga matinya patogen pada jaringan terinfeksi tersebut (Brown, 1980). Proses infek- si patogen bercak daun secara mum juga mengikuti tahaptahap tersebut. Tanasan menjadi sakit karena patogen hanya bila inang rentan, patogenisitas patogen tinggi (patogen virulen), dan kondisi lingkungan kondusif yang mendukung timbul dan berkembangnya penyakit. Intensitas penyakit, baik dalam

10 bentuk keberadaan maupun keparahan penyakit, merupakan hasil akhir serangkaian proses interaksi patogen-inang disertai pengaruh faktor lingkungan. Pada tiap tahap proses infeksi, patogen memiliki mekanisme untuk menguasai inang, sebaliknya inangpun memiliki kemampuan berupa mteka- nisme untuk bertahan. Oleh karena itu penilaian ketahanan terhadap penyakit dapat dilakukan melalui dua sisi, yaitu dari sisi patogennya melalui evaluasi perkembangan penya- kit, atau dari sisi tanamannya melalui evaluasi mekanisme ketahanan. Komponen ketahanan dari sisi patogen mencakup ekspre- si penyakit pada tiap tahap proses infeksi (Zadoks dan Schein, 1979), yang digambarkan antara lain dalam karak- tes-karakter: periode laten, periode infeksius, kapasitas bersporulasi, ukuran bercak, dan jumlah lesio per daun. Tanaman tahan lazimnya berasosiasi dengan periode laten panjang, periode infeksius pendek, bercak kecil, dan jumlah lesio per daun rendah. Istilah 'ketahanan parsialr mengacu pada penilaian ketahanan tanaman dari sisi patogen. Pada kacang tanah, ketahanan parsial terhadap penya- kit bercak daun telah banyak diteliti, bahkan pendugaan parameter genetik penting tehh dilakukan hingga bahasan implikasinya dalam pemuliaan (Iroume dan Knauft, 1987a&b, Jogloy, Wynne dan Beute, 1987; Anderson, Holbrook dan Wynne, 1991).

11 Chiteka et al. (1988a) mengevaluasi komponen ketahan- an 116 galur kacang tanah terhadap penyakit bercak daun hitam, melalui pengujian di rumah kaca dua kali dan di lapangan satu kali. Mereka mendapatkan.perbedaan sangat nyata antar genotipe untuk karakter-karakter: periode inkubasi, periode laten, jumlah lesio per daun, persentase area nekrotik pada daun, ukuran lesio, dan tingkat sporu- lasi. Disimpulkan bahwa genotipe tahan menghasilkan lesio lebih kecil, periode laten 1,ebih pan jang, dan sporulasi yang rendah. Selanjutnya, Chiteka et al. (1988b) mela- porkan bahwa periode laten, diameter lesio, dan sporulasi merupakan komponen ketahanan yang penting sumbangannya terhadap penampakan skor gejala visual. Chiyembekeza, Knauft dan Gorbet (1993) mempelajari beberapa komponen ketahanan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Florida dan Malawi. Hasilnya menun jukkan bahwa periode laten, diameter lesio, dan tingkat sporulasi pada percobaan di Florida nyata berkorelasi positif dengan karakter yang sama pada percobaan di Malawi, Dari sisi tanasan, nekanisme bertahan tanaman terha- dap serangan patogen dapat bersifat pasif (ketahanan sudah ada sebelum patogen atenyerang) ataupun aktif (ketahanan. yang dipicu oleh serangan patogen) (Agrios, 1988; Goodman, Kiraly dan Wood, 1986; Brown, 1980).

12 Ketahanan pasif timbul oleh sifat tanaman inang yang memiliki mekanisme untuk rerintangi patogen menemukan 'pintu' untuk mempenetrasi maupun untuk merintangi perkembangan patogen: Rintangan tersebut dapat berupa rintangan fisik atau rintangan biokimia. Rintangan fisik dapat berupa lapisan lilin atau kutikula yang tebal, adanya bulu-bulu halus pada peratukaan organ tanaman, dinding terluar sel-sel epidermfs yang tebal dan kuat, stomata yang membuka sempit atau yang membuka hanya pada saat tertentu atau yang posisinya mengakibatkan sukar dikenali patogen, atau terdapatnya jaringan yang sel-selnya memiliki dinding yang tebal dan kuat, Adapun rintangan biokimia dapat berupa zat penghambat yang diek- 'sudasi tanaman ke lingkungan tumbuhnya, tidak dirilikinya faktor esensial bagi pertubuhan dan perkembangan patogen, atau adanya zat penghambat yang terdapat dalam dinding dan/atau sel tanaman hang (Agrios, 1988; Brom, 1980). Mekanismae ketahanan aktif dapat bersif at struktural atau biokimia. Infeksi patogen dapat ntemicu terbentuknya lapisan gabus, lapisan absisi, tilosis, selubung di sekeliling paku infeksi patogen, atau terjadinya nekrosis sel tempat penetrasi patogen, Struktm yarrg terbentuk tersebut menghambat penularan pa&en ke sel atau jaringan lain tanaman inang yang sehat, Peningkatan kandungan bahan

13 fenolik, terbentuknya fitoaleksin, inaktivasi enzim pato- gen atau detoksifikasi toksin patogen, dan perubahan metabolisme inang merupakan contoh mekanisme ketahanan aktif yang bersifat 'biokimia (Agrios, 1988). Terhadap penyakit bercak daun, stomata kecil dan lapisan palisade tebal merupakan mekanisare ketahanan yang bersifat pasif-fisik yang dilaporkan berasosiasi dengan ketahanan kacanq tanah terhadap penyakit bercak daun. (Hemingway, 1957). Mazzazani et al, (1972 dalam Cook (1981) mengemukakan bahwa daun dengan lebar sel penjaga stomata berukuran pm lebih tahan dibanding daun dengan lebar sel penjaga I stomata berukuran 16 pllt atau lebih, Pembukaan stomata yang lebih sempit dari diameter tabung kecambah konidia fungi patogen akan dapat menghambat penetrasi patogen. Lapisan palisade tebal bila diikuti kandungaa kloroplas tinggi, yang berarti kandungan klorofilnya tinggi, diduga berperan sama dengan aekanisme ketahanan yang ditimbulkan oleh warm daun hijau tua. Asosiasi j-ah sel-sel yang mengandung tannin dengan ketahanan terhadap penyakit bercak dam, merupakan meka- nisme biokimia pasif yang juga telah dilaporkan {Taber et a1. dalam Norden et al,, 1982). Tannin me~pakan polimer fenolik yang &pat raengendapkan protein sehingga bersifat menghambat pertumbuhan patogen. Dengan demikian senyawa

14 ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen sesudah ter jadi penetrasi, sehingga inf eksi lebih Ianjut patogen dapat dicegah. Daun atau buah muda lazimnya me- ngandung tannin dalam konsentrasi tinggi, yang akan-terus berkurang dengan makin menuanya daun atau buah bersang- kutan. Sebagaimana telah dikemadcan, patogen bercak daun menyerang dedaunan kacang tanah yang sudah relatif tua. Kemungkinan fenomena tersebut berasosiasi dengan berku- rangnya konsentrasi tannin pada daun yang makin menua. 1 Karakter warna daun hijau tua yang dilaporkan beraso- siasi dengan ketahanan terhadap bercak daun (Hemingway, 1957), diduga merupakan mekanisxte biokimia pasif, Warna hijau tua diduga ditimbulkan oleh kandungan klorofil yang tinggi dan diduga diikuti oleh kandungan karotenoid yang tinggi pula karena karotenoid berperan sebagai fotoprotek- tif alat-alat fotosintesis terhadap kerusakan akibat aktivitas klorofil. Karotenoid dilaporkan dapat berperan sebagai 'quencher8 singlet oksigen yang dihasilkan toksin cercosporin (Daub dan Payne, 1989). Dalam kasus ini, diduga kandungan karotenoid yang tinggi mempengaruhi kematian jaringan terinfeksi sehingga mempengaruhi kolonisasi oleh patogen. Wedicarpin (dimethy1hoato~erocarpin) adalah senyawa fitoaleksin yang dilaporkan dihasilkan oleh daun kacang tanah yang terinfeksi patogen karat dan bercak daun (Stra- nge, 1987; Rao et a1., 1988). Fitoaleksin merupakan

15 sebutan umum bagi senyawa fenolik yang disintesis dan diakumulasi tanaman inang mengikuti interaksi tanaman inang dengan patogen, dan bersifat antifungal. Sintesis fitoaleksin ini dirangsang oleh adanya elisitor yang menginduksi enzim yang terlibat dalam siklus metabolisme pembentukan fitoaleksin tersebut. Dengan demikian infeksi primer (infeksi yang terjadi pertama kali) menjadi pemicu sintesis dan akumulasi medicarpin, yang selanjutnya akan menghambat infeksi sekunder pada tanaman yang sama. Edward dan Strange (1991) telah memisahkan dan mengidentitifikasi mredicarpin dan lima metabolit sekunder lainnya yang dihasilkan oleh kacang tanah terinfeksi C, arachidicola. Mereka juga telah mengembangkan metode determinasi fitoaleksin tersebut dengan teknik kromatografi cair kinerja tinggi. Abdou, Gregory dan Cooper (1974) melaporkan terjadinya deposit zat pektik &lam dinding dan ruang antar sel tempat infeksi patogen bercak daun pada genotipe kacang tanah yang sangat tahan, Pektik merupakan suatu polisakarida yang terutama tersusun oleh rantai galakturonan. Fragmren galakturonan diketahui dapat berperan sebagai elisitor endogenus (Agrios, 1988). Oleh karena itu diduga deposit zat pektik tersebut'berperan sebagai perangsang sintesis dan akumulasi fitoaleksin.

16 2.3. Genetika Ketahanan Kacang Tanah terhadap Penyakit Bercak Daun dan Metode Peruliaannya Penyakit bercak daun tersebar luas di tiap tempat kacang tanah ditanam. Dari kegiatan pemuliaan untuk men- dapatkan kacang tanah tahan penyakit bercak daun yang telah dilakukan selama beberapa tahun, diketahui bahwa sifat tahan berasosiasi dengan daya hasil rendah dan umur dalam (Norden et al., 1982). Oleh karena -itu dalam pemuliaan untuk memperoleh gpnotipe berdaya hasil tinggi, genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun selalu akan tereleminir. Akibatnya semua varietas kacang tanah yang dibudidayakan secara luas rentan terhadap kedua jenis patogen bercak daun (Porter et al., 1982). Sharief et af. (1978) mengemukakan bahwa ketahanan terhadap penyakit bercak daun coklat dikenctalikan secara terpisah dari ketahanan terhadap bercak daun hitam. Di lain pihak, Anderson et al. (1991) menemukan korelasi moderat hingga tinggi untuk karakter yang sama antara komponen ketahanan terhadap penyakit bercak daun hitaxi dan terhadap penyakit bercak daun coklat, sehingga aereka menduga kemungkinan adanya keterkaitan genetik atau fisiologi inang yang berperan pada ketahanan terhadap kedua jenis patogen pada populasi inang yang saw. Cof f elt dan Porter ( 1986) menelaukan perbedaan nyata ketahanan terhadap bercak daun coklat pada galur-galur

17 lanjut pada persilangan resiprokal antara Chico dan Florigiant.. Hereka menyimpulkan bahwa faktor sitoplasmik sekaligus aditif genetik berperan dalam menentukan ketahanan. Anderson et al. (1991) mengemukakan bahwa karakter ketahanan terhadap bercak daun hitam maupun coklat bersi- fat kuantitatif, yang menunjukkan bahwa pengendaliannya bersifat poligenik. Sharief et 91. (1978) dan Kornegay et al. (1980) juga mengemukakan pengendalian poligenik terse- I but. Penanganan karakter kuantitatif dalam pemuliaan tidak sesederhana karakter kualitatif yang dapat dianalisis de- ngan menggunakan genetika Mendel. Pendekatan statistika melalui analisis nilai tengah, ragam dan peragam dilakukan terhadap karakter kuantitatif untuk menduga parameter genetik yang penting dalam pemuliaan tanaman, seperti heritabilitas dan korelasi genetik. Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik (mewaris) dibanding faktor lingkuqan dalan memberikan pengaruh pada keragaan akhir atau feno- tipe suatu karakter (Allard, 1960). Melalui heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang tilabul pada suatu karakter terutama disebabkan dleh faktor genetik atau oleh faktor lingkungan. Dengan demikian pemulia tananmn dapat

18 memperkirakan karakter mana yang dapat memberikan respons terhadap usaha perbaikan yang akan dilakukan. Meskipun heritabilitas merupakan parameter genetik yang meraberi arti besar dalam pemuliaan tanaman, tetapi bukan merupakan konstanta yang bernilai tetap. Dalam kegiatan pemuliaan tanaman, seleksi terhadap suatu karakter kuantitatif tertentu secara tidak sengaja dapat mengakibatkan ikut terseleksinya karakter lainnya, dan ha1 tersebut dapat menguntungkan ataupun merugikan. 1 Oleh karena itu penting diketahui dengan pasti hubungan (korelasi) antar karakter tanaman yang ditangani. Karak- ter-karakter kuantitatif tanaman serta hubungan antar karakter perlu dipahami secara baik agar program seleksi dapat diterapkan dengan efisien. Hubungan genetik antar karakter sangat penting artinya bagi pemulia tanaman, karena dapat membantu merumuskan metode pemuliaan yang efektif sehingga bentlrk seleksinya dapat disederhanakan (Povifaitis, 1965). Koefisien korelasi genetik merupakan ukuran hubungan genetik antar karakter, dan merupakan petunjuk bagi karakter yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator bagi karakter lain yang lebih penting (Miller et al. 1957). Perubahan suatu karakter yang* terhadapnya tidak dilakukan seleksi dapat diramalkan bila korelasi genotipik dan heritabilitas kedua karakter diketahui (Falconer, 1972).

19 Jogloy et al. (1987). menggunakan populasi generasi F2, memperoleh nilai dugaan heritabilitas dalam arti luas rendah hingga sedang (13-68%) untuk beberapa karakter komponen ketahanan parsial yang mereka pelajari, akan tetapi heritabilitas dalaa arti sempit karakter yang sarma konsisten rendah (0-12.8%). Berdasarkan korelasi genetik antar karakter komponen ketahanan yang diperoleh, mereka menyatakan bahwa seleksi dapat dilakukan untuk memperoleh gal- dengan periode laten panjang, lesio kecil, produksi lesio dan spora rendah, dan persen defoliasi kecil. Meskipun demikian seleksi hendaknya tidak diterapkan pada populasi F2 karena tidak akan efektif. Anderson et al. (1991) melakukan pendugaan heritabilitas dan respons seleksi untuk ketahanan terhadap bercak dam. Seleksi dilakukan pada generasi F3 berdasarkan rataan famili generasi F2 untuk karakter defoliasi, infeksi dan sporulasi. Pengujian dilakukan pada generasi F4 berdasarkan karakter skor gejala visual dan defoliasi. Nilai dugaan heritabilitas dalam arti luas untuk karakter komponen ketahanan yang dipelajari berkisar 1248%. Seleksi berdasarkan rataan famili lebih memberi harapan keberhasilan, sedang seleksi individu tanaman dalan famili tidak nyata meningkatkan keaajuan genetik.

20 Iroume dan Kauft (1987a) meneliti korelasi genetik dan heritabilitas antara daya hasil dengan ketahanan terhadap penyakit bercak daun pada beberapa famili hasil persilangan kacang tanah berdaya hasil tinggi dan yang tahan bercak dam laelalui pengujian di lapangan. Tingkat ketahanan, yang diukur dengan peubah area nekrotik dan defoliasi, berkorelasi negatif dengan daya hasil. Terdapat korelasi positif antar peubah tingkat ketahanan, dan korelasi genetik semua peubah tingkat ketahanan searah dengan korelasi fenotipiknya. Korelasi genetik dan fenotipik yang searah ini penting dalam seleksi, karena seleksi didasarkan atas fenotipe karakter yang dikehendaki. Nilai dugaan heritabilitas &lam arti sempit semua karakter yang diamati berkisar 26-27% berdasarkan keragaan individu gal- S1. Dikerukakan bahwa seleksi genotipe dalan persilangan merupakan strategi yang tidak maenjanjikan bila diterapkan pada generasi awal. Mengingat sifat ketahanan yang kuantitaif tersebut, Foster, Beute dan Wynne ( 1980 ) menyarankan dilakukannya seleksi daur ulang untuk menyatukan sebanyak mgkin gengen pengendali ketahanan sehingga dapat diperoleh tingkat keta-an mahi-. Irom dan Knauft ( 1987b) melakukan seleksi indeks untuk menyeleksi secara simultan karakter daya hasil dan sekaligus ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Mereka

21 melaporkan bahwa efisiensi seleksi indeks untuk daya hasil dan pengurangan kerentanan berturut-turut sebesar 87% dan 100% terhadap seleksi langsung untuk masing-masing karak- I ter. Meskipun demikian peragam antara daya hasil dengan semua karakter koglponen ketahanan bernilai negatif, yang menunjukkan korelasi negatif antara daya hasil dan keta- hanan terhadap bercak daun. Korelasi negatif antara daya hasil dengan ketahanan mengarahkan pada saran dilakukannya seleksi pada kondisi I ada tekanan penyakit untuk mengemhangkan genotipe varietas berdaya hasil tinggi yang toleran, sebagaimana dikemukakan oleh Iroume dan Knauft (1987a). Dari segi epidemiologi penyakit, genotipe toleran ktrrang baik dikembangkan karena dapat menjadi sumber inokulum bagi genotipe-genotipe lain yang rentan. Adapun Gorbet, Knauft dan Shokes (1990) me- ngemukakan kemungkinan dikembangkannya kultivar kacang tanah yang dapat diterima secara komersial dengan tingkat ketahanan yang dapat mengurangi kebutuhan pengendalian dengan fungisida. presi. Gen merupakan faktor pengendali karakter yang tereks- Dalam kasus karakter poligenik, banyak gen yang berbntribusi mengekspresikan karakter tersebut, dan tiap gen bertztnggung jawab mengenddlikan ekspresi tiap konrponen karakter tersebut.

22 Terekspresinya suatu karakter merupakan hasil akhir serangkaian proses biokimia yang melibatkan sejumlah reaksi enzimatik dalam tanaman. Setiap jenis enzim yang terlibat dalam proses tersebut, sintesisnya dikendalikan secara genetik. Dengan demikian mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan suatu patogen, baik mekanisme tersebut bersifat aktif atau pasif, fisik/struktural atau biokimia, juga dikendalikan secara genetik. Oleh karena itu apapun mekanisme ketahanan yang ada, dapat diupayakan ditingkatkan melalui perbaikan genetik secara konvensional, dengan syarat terdapat keragaman genetik untuk ekspresi mekanisme yang dikehendaki. Dengan mempelajari mekanisme ketahanan yang terjadi, dapat diketahui karakter apa saja yang terlibat dalam terekspresinya ketahanan tersebut. Kemudian dapat dilakukan pengujian korelasi genetik antara unit ukuran tiap karakter mekanisme ketahanan dengan tingkat ketahanan yang terekspresi, sehingga dapat diketahui karakter-karakter mana yang berperan mnenentukan tingkat ketahanan yang terekspresi tanpa lneniabulkan konsekuensi fisiologis yang bersifat negatif terhadap karakter agronomik penting lainnya. Karakter ntekanisme ketahanan tersebut selanjut- nya dapat dijadikan sebagai Kriteria seleksi dalam upaya mendapatkan genotipe-genotipe tahan. Diharapkan perbaikan genetik karakter tersebut akan diikuti oleh peningkatan

23 ketahanan. Pendekatan ini diharapkan dapat memberi hasil lebih baik dibanding dengan penil.aian secara langsung tingkat ketahanan yang terekspresi, yang pada banyak penelitian menunjukkan bahwa ketahanan yang tinggi berkorelasi dengan daya hasil rendah.

berbunga, akan tetapi penyakit bercak daun coklat muncul lebih awal dari bercak 'daun hitam (Semangun, 1991). Dari hasil penelitian para pemulia

berbunga, akan tetapi penyakit bercak daun coklat muncul lebih awal dari bercak 'daun hitam (Semangun, 1991). Dari hasil penelitian para pemulia 1.1. Latar Belakang Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi faktor pembatas produksi kacang tanah. Di tingkat dunia, penyakit ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil dari 10% hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT

CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT CARA PATOGEN MENIMBULKAN PENYAKIT MENGKONSUMSI KANDUNGAN SEL INANG SECARA TERUS MENERUS MEMBUNUH SEL ATAU MERUSAK AKTIVITAS METABOLISME KARENA ENZIM, TOKSIN ATAU ZAT TUMBUH MENGGANGGU TRANSPORTASI AIR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Patogen C. oryzae Miyake Biologi Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Myceteae

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN. Mofit Eko Poerwanto

CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN. Mofit Eko Poerwanto CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN Mofit Eko Poerwanto mofit.eko@upnyk.ac.id Pertahanan tumbuhan Komponen pertahanan: 1. Sifat-sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH ABSTRAK

KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH ABSTRAK KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH Yudiwanti 1*), Basuki Wirawan 2), Desta Wirnas 1) 1) Dosen pada Departemen Agronomi dan Hortikultura

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut TINJAUAN LITERATUR Biologi penyakit Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut: Divisio Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Species : Mycota : Eumycotyna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

LAPORAN DASAR PROTEKSI TANAMAN

LAPORAN DASAR PROTEKSI TANAMAN LAPORAN DASAR PROTEKSI TANAMAN Perhitungan Intensitas Penyakit Adisti rizkyarti (A24080164) Nama dosen : Dr. Supramana Nama asisten : - Suci Sutardi (A34062589) - Eka Retnosari (A34060394) DEPARTEMEN PROTEKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm. TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai berikut: Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisio Subdivisio Class Family Genus Species : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ceratocystis fimbriata. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Myceteae, Divisi : Amastigomycota,

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

Cara Menyerang Patogen (1) Mofit Eko Poerwanto

Cara Menyerang Patogen (1) Mofit Eko Poerwanto Cara Menyerang Patogen (1) Mofit Eko Poerwanto Mofit.eko@upnyk.ac.id Deskripsi Kuliah ini menjelaskan tentang perkembangan penyakit tanaman dan penyebaran patogen Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Mahasiswa

Lebih terperinci

KORELASI GENOTIPIK ANTARA HASIL DENGAN TINGKAT KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN HITAM PADA KACANG TANAH 1)

KORELASI GENOTIPIK ANTARA HASIL DENGAN TINGKAT KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN HITAM PADA KACANG TANAH 1) KORELASI GENOTIPIK ANTARA HASIL DENGAN TINGKAT KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN HITAM PADA KACANG TANAH 1) Genotypic Correlation Between Yield and Resistance Level to Late Leafspot of Peanut Yudiwanti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tanaman Tembakau 1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili Solanaceae. Secara sistematis, klasifikasi tanaman tembakau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jumlah Spora Sebelum Trapping Hasil pengamatan jumlah spora pada kedua jenis lahan sayur dan semak sebelum trapping disajikan pada Tabel 3. Lahan sayuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

Daya Hasil Galur-Galur Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Tahan Penyakit Bercak Daun di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat

Daya Hasil Galur-Galur Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Tahan Penyakit Bercak Daun di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Daya Hasil Galur-Galur Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Tahan Penyakit Bercak Daun di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Yield of Peanut (Arachis hypogaea L.) Leaf Spot Resistant

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Seleksi Mikrob pada A. malaccensis Populasi bakteri dan fungi diketahui dari hasil isolasi dari pohon yang sudah menghasilkan gaharu. Sampel yang diambil merupakan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Rahmawati 1)*, Achmad Jailanis 2), Nurul Huda 1) 1) Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuaiitas dan Kesehatan Benih Cabai Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Oleh Vikayanti, S.Si POPT Muda BBPPTP Surabaya Senada dengan peribahasa akibat nila setitik rusak susu sebelanga, serangan patik dapat diibaratkan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

Penyakit Busuk Daun Kentang

Penyakit Busuk Daun Kentang Penyakit Busuk Daun Kentang Patogen penyakit tanah yang banyak menginfeksi pada tanaman kentang, antara lain : Phytopthora infestans, Alternaria solani, Fusarium solani, Rhizoctonia solani, Streptomyces

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Penyakit gugur daun yang menyerang tanaman karet disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. Stadium sempurna (Perfect stage) dari jamur ini adalah Glomerella

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patogen Serangga Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau membunuh inangnya karena menyebabkan penyakit pada serangga. Patogen masuk ke dalam tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan alternatif yang sangat penting. Kacang kedelai menjadi pilihan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit oleh B. theobromae Penyakit yang disebabkan oleh B. theobromae pada lima tanaman inang menunjukkan gejala yang beragam dan bagian yang terinfeksi berbeda-beda (Gambar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang juga meningkat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Klasifikasi ilmiah cabai adalah Kingdom : Plantae Divisi : Magnolyophyta Kelas : Magnolyopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Kentang Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Ditinjau dari aspek pertanaman maupun nilai produksi, cabai (Capsicum annuum L. ) merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan di Indonesia. Tanaman cabai mempunyai luas

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): 1. Studi Model CP dan MP Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci