PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua sumber data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2011 Ika Nugraha Darmastuti NRP E

3 RINGKASAN Ika Nugraha Darmastuti. E Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA. Getah pinus merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Permintaan getah pinus yang semakin meningkat di Indonesia maupun di dunia menyebabkan perlunya upaya peningkatan produktivitas getah. Salah satu caranya adalah dengan pemberian stimulansia. Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam sulfat (CAS) yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu kesehatan penyadap getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan stimulansia organik dan ZPT yang dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tidak merusak pohon dan lingkungan, aman bagi penyadap getah serta dapat dijadikan food grade. Ada lima perlakuan dalam penelitian ini, yaitu kontrol, ETRAT 12-40, CAS, PGR-12, dan ETS. Perlakuan kontrol tidak diberikan stimulansia apapun, ETRAT dan ETS menggunakan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), PGR-12 merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), dan CAS merupakan stimulansia anorganik. Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan adalah ethylene, karena ethylene exsogen dapat mempengaruhi ethylene endogen di dalam pohon untuk melaksanakan proses metabolisme sekunder Berdasarkan penelitian, rata-rata produktivitas tertinggi adalah dengan perlakuan PGR-12 yaitu sebesar 16,77 gram/quarre/hari, sedangkan CAS hanya 8,74 gram/quarre/hari. Penggunaan PGR-12 juga memiliki persentase peningkatan produktivitas getah tertinggi terhadap kontrol, yaitu sebesar 202,12 % sedangkan CAS sebesar 105,28 %. Selain itu, dari segi analisis biaya, perlakuan dengan PGR-12 menghasilkan nilai tambah produktivitas getah yang tertinggi, yaitu sebesar Rp 94,37/quarre/hari, sedangkan CAS sebesar Rp 3,92/quarre/hari. Oleh karena itu, stimulansia organik dan ZPT lebih baik digunakan daripada stimulansia anorganik. Perlakuan dengan PGR-12 memiliki hasil rata-rata produktivitas getah pinus, persentase peningkatan produktivitas getah, dan nilai tambah produktivitas getah pinus tertinggi. Akan tetapi, untuk aplikasi di lapangan, PGR-12 belum dapat digunakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, karena berdasarkan Perhutani Unit III Jawa Barat yang telah melakukan penelitian internal, stimulansia yang cocok digunakan di Jawa Barat adalah ETRAT Selain itu, berdasarkan Uji Duncan, perlakuan dengan ETRAT tidak berbeda nyata dengan PGR-12. Penggunaan ETRAT juga lebih disarankan, karena dari komposisi, konsentrasi ethylenenya (ZPT) lebih rendah daripada PGR-12. Jadi, untuk aplikasinya di Hutan Pendidikan Gunung Walat lebih efisien menggunakan ETRAT Kata Kunci: Stimulansia getah pinus, produktivitas getah pinus, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), ethylene

4 SUMMARY Ika Nugraha Darmastuti. E The Influence of Organic Stimulant and Plant Growth Regulator on The Productivity of Pine Resin Tapping in Gunung Walat University Forest. Under Supervision of GUNAWAN SANTOSA. Pine resin is a non-wood forest product that can be processed into Gum Rosin and turpentine. The enhancement of pine resin demand in Indonesia even in the world led to find the ways to increase the productivity of the resin. One way is by administering stimulant. However, the most well known stimulant is made anorganic form sulfate acid (CAS) which can cause damage to pine trees, the environment, and influence the health of tappers and other dairy can not be used as food grade. Therefore, this study used organic and PGR stimulant that can increase the productivity of pine tapping, cannot damage the pine trees, environment, and safe for tappers and can be used as food grade. There were five treatments in this study, according to: control, ETRAT, CAS, PGR-12 and ETS. Control treatment was not given a stimulant, ETRAT and ETS using organic stimulant and Plant Growth Regulator (PGR), PGR-12 is Plant Growth Regulator (PGR), and CAS is an anorganic stimulant. Plant Growth Regulator used is Ethylene, because ethylene eksogen can affect ethylene endogen in the trees for doing sekunder metabolism process. Based on this research, the highest average percentage productivity is by PGR-12 treatment that is equal to grams/quarre/day, while the CAS is only 8.74 grams/quarre/day. The use of PGR-12 also has the highest percentage increase in resin productivity of the control, that is equal to % and % for CAS. Moreover, in terms of cost analysis, treatment with PGR-12 produces the highest value-added of productivity of the pine resin tapping, amounting to Rp 94.37/quarre/day, while the CAS is Rp 3.92/quarre/day. Therefore, organic stimulant and PGR are better used than inorganic stimulant. Treatment with PGR-12 have the highest values of average productivity of pine resin, the percentage increase of productivity, and value-added productivity of pine resin. However, for applications in the field, PGR-12 can not be used in Gunung Walat Forest Education, because based on Perhutani Unit III West Java who has conducted internal research, a suitable stimulant used in West Java is ETRAT In addition, based on Duncan test, treatment with ETRAT not significantly different from PGR-12. Use of ETRAT are also more advisable, because of the composition, concentration ethylene (PGR) is lower than the PGR-12. Hence, application ETRAT in Gunung Walat University Forest more efficient. Keywords: pine resin stimulant, pine resin productivity, plant growth regulator (PGR), ethylene

5 PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NRP : Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat : Ika Nugraha Darmastuti : E Menyetujui : Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS NIP Mengetahui : Ketua Departemen Manajemen Hutan, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi Jawa Barat pada tanggal 20 Februari hingga 8 April Hutan pendidikan Gunung Walat menggunakan stimulansia anorganik berupa CAS (Cairan Asam Sulfat) untuk meningkatkan produktivitas getah pinus sejak tahun Akan tetapi, CAS dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, serta mengganggu kesehatan penyadap getah. Selain itu, produk olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga aman bagi pohon pinus, lingkungan, penyadap getah serta dapat digunakan sebagai food grade. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) lebih baik diaplikasikan daripada stimulansia anorganik (CAS). Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2011 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ika Nugraha Darmastuti, dilahirkan di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 26 September 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Ayah penulis bernama Sudarmo dan ibu bernama Titik Rahayu Nugraha Siswati. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 19 Bengkulu pada tahun 1995 hingga 2000, kemudian dilanjutkan di SD Negeri 5 Beji, Pemalang dan lulus pada tahun 2001, SMP Negeri 2 Pemalang pada tahun , dan SMA Negeri 1 Pemalang pada tahun Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Hutan ( ), Pemanenan Hutan ( dan ), dan Analisis Biaya ( ). Selain kegiatan akademis, penulis juga aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yaitu Staf Divisi Keprofesian Himpunan Profesi Forest Manajemen Student Club (FMSC) pada tahun , Paduan Suara Masyarakat Roemput FAHUTAN ( ), dan Staf Divisi Pengembangan Usaha Desa Lembaga Struktural Bina Desa BEM KM ( ). Selama pendidikan, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang, Jawa Barat, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Finnantara Intiga, Kalimantan Barat. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat di bawah bimbingan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur ke hadirat Allah swt yang telah melancarkan penelitian dan pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Ayahanda Sudarmo dan Ibunda Titik Rahayu N.S. serta Adikku Adika Nugraha D. yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan doanya. 2. Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, bantuan dan arahan dalam studi penulis dan penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS. selaku dosen ketua sidang atas bantuan, masukan dan arahannya. 4. Dr. Ir. Omo Rusdiana, MSc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. 5. Pihak Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini. 6. Pak Yaya dan Pak Lili yang telah membantu dalam proses pengambilan data di lapangan. 7. Ridi Arif, Puspitasari, Nurul Haqiqi, Ika Octavia, Rika, Indri, Ida dan Bayu A atas bantuan, semangat dan dukungannya. 8. Teman-teman Kost Windhy atas kasih sayangnya. 9. Kakak-kakak kelas angkatan 43 Departemen Manajemen Hutan. 10. Teman-teman seperjuangan angkatan 44 Departemen Manajemen Hutan. 11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Bogor, November 2011 Penulis

10 iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus 2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus 2.4 Stimulansia Anorganik dan Organik. 2.5 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Sekunder Metode Pengumpulan Data Primer. 3.4 Rancangan Percobaan 3.5 Analisis Data Analisis Pengaruh Masing- Masing Perlakuan Analisis Biaya Penerapan Stimulansia BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat. 4.2 Letak dan Luas Areal. iv vi vii viii

11 v 4.3 Topografi dan Iklim Tanah dan Hidrologi. 4.5 Vegetasi Penduduk... BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Produktivitas Getah Menggunakan Stimulansia Anorganik (CAS), Stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus Nilai Tambah Penggunaan Stimulansia Pemilihan Stimulansia yang Sesuai untuk Diaplikasikan... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

12 vi DAFTAR TABEL No Halaman 1. Bagan rancangan percobaan 2. Struktur tabel analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu faktor dengan ulangan yang sama Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (g/quarre/panen) Persentase peningkatan produktivitas getah pinus pada kontrol (tanpa perlakuan), stimulansia organik dan stimulansia anorganik Analisis ragam penggunaan stimulansia terhadap produktivitas getah pinus Hasil Uji Duncan pengaruh stimulansia terhadap produktivitas getah pinus dilihat dari segi perlakuan yang berbeda Analisis biaya stimulansia

13 vii DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Arah pemberian perlakuan pada pohon contoh Kondisi lokasi dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas, HPGW Grafik kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (gram/quarre/hari) Produktivitas getah pinus dengan masing-masing perlakuan pada panen ke delapan

14 viii DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan kontrol Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan ETRAT Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan CAS Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan PGR Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan ETS Rekapitulasi rata-rata poduktivitas getah (gram/quarre/3hari) Hasil analisis sidik ragam dan Uji Duncan Dokumentasi penelitian... 47

15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mempunyai manfaat penting bagi kehidupan, yaitu adanya hasil hutan berupa kayu dan bukan kayu. Menurut Suharisno (2008), jumlah dari semua kelompok Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebanyak 557 jenis. Namun, yang sudah berkembang dan mendapat perhatian dari pemerintah maupun pengusaha masih terbatas pada sepuluh jenis yang merupakan HHBK unggulan nasional, yaitu: gondorukem, bambu, arang, kemiri, getah jelutung, gambir, sutera alam, lebah, madu, gaharu, dan rotan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) mempunyai kontribusi penting bagi pembangunan berkelanjutan, yaitu kelestarian hutan untuk generasi yang akan datang. Getah pinus merupakan salah satu HHBK yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Berdasarkan FAO (2010), Indonesia berada di urutan terbesar ke dua setelah Cina dalam perdagangan getah pinus internasional. Produksi getah dari Cina sebesar ton (60% dari total produksi di dunia) sedangkan Indonesia menghasilkan ton (10% dari total produksi di dunia). Menurut Perhutani (2006), getah pinus merupakan salah satu komoditi yang memiliki jumlah permintaan tinggi baik di pasar lokal maupun internasional, dimana 80% produksinya dialokasikan untuk kebutuhan ekspor ke Eropa, India, Korea Selatan, Jepang dan Amerika. Berdasarkan data Perhutani (2011), pada tahun 2010, produksi gondorukem Perhutani Indonesia sebesar ton dan terpentin sebesar ton. Sedangkan permintaan gondorukem di dunia naik sampai 1 juta ton per tahun. Oleh karena itu, produksi gondorukem Indonesia untuk tahun 2011 ditargetkan sebesar ton dan terpentin ton. Permintaan getah pinus di Indonesia maupun di dunia semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas getah pinus di Indonesia. Meningkatkan produktivitas getah pinus dapat dilakukan dengan cara pemberian stimulansia. Namun, stimulansia yang sering dikenal adalah stimulansia anorganik berupa cairan asam sulfat yang dapat menyebabkan kerusakan pada pohon pinus, lingkungan, dan mengganggu kesehatan penyadap

16 2 getah serta olahannya tidak dapat dijadikan food grade. Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika terkena mata. Pengelolaan hutan pinus lestari memerlukan stimulansia yang tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tetapi juga harus aman bagi penyadap getah serta tidak merusak pohon dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan stimulansia organik dan ZPT yang dapat meningkatkan produktivitas getah pinus, tidak merusak pohon dan lingkungan, aman bagi penyadap getah serta getahnya dapat dijadikan food grade. 1.2 Rumusan Masalah Getah pinus merupakan hasil hutan yang penting untuk memenuhi kebutuhan industri. Seiring dengan pertumbuhan industri yang semakin pesat, permintaan getah pinus di Indonesia dan di dunia semakin meningkat. Selama ini, peningkatan produksi getah dilakukan dengan menggunakan stimulansia anorganik, misalnya asam sulfat yang dapat berdampak buruk bagi pohon, lingkungan, dan penyadap. Oleh karena itu, stimulansia organik sangat diperlukan untuk menggantikan stimulansia anorganik demi mencapai pengelolaan hutan lestari, keselamatan kerja penyadap dan peningkatan produktivitas getah yang lebih tinggi. 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap produktivitas getah pinus. 2. Menghitung nilai tambah produktivitas penyadapan getah pinus dari penggunaan stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan informasi tentang penyadapan getah pinus menggunakan stimulansia

17 3 organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Bagi pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan produktivitas getah pinus dengan aman dan ramah lingkungan. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan dan informasi dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan suatu kasus nyata yang terkait atau lainnya.

18 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus atau tusam atau Pinus merkusii Jungh et de Vriese berasal dari famili Pinaceae. Pohon ini biasa juga disebut dengan pohon Damar Batu, Damar Bunga, Huyam, Kayu Sala, Kayu Sugi, Uyam dan Tusam (Sumatera) atau Pinus (Jawa). Daerah penyebaran P. merkusii di Indonesia yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan seluruh Jawa. Menurut Mirov (1967), penyebaran dan tempat tumbuh P. merkusii adalah di bagian Selatan Shan (Burma) di ketinggian m dpl. Daerah ini merupakan batas paling utara tempat tumbuh P. merkusii yaitu di 20 LU, kemudian di Laos bagian tengah sekelompok P. merkusii tumbuh di ketinggian 700 m dpl sedangkan di Kamboja, P. merkusii tumbuh di ketinggian m dpl. Selain itu, P. merkusii juga ditemukan di daratan tinggi (1000 m dpl) di barat daya Kamboja yang merupakan tempat tumbuh tegakan murni P. merkusii paling luas, sedangkan di Vietnam, berada pada ketinggian m dpl dan tumbuh dengan jarang di pegunungan-pegunungan Vietnam serta di Red River di Lao Kai. Tusam dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian m dari permukaan laut, kadangkadang tumbuh di bawah 200 m dan mendekati daerah pantai (Priyono dan Siswamartana 2002). 2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah Menurut Atmosuseno dan Duljapar (1996), kegunaan pinus sangat banyak. Kayunya dapat digunakan untuk triplek, veneer, pulp, sutera tiruan dan bahan pelarut. Getahnya dapat dijadikan gondorukem, sabun, perekat, cat dan bahan kosmetik. Hillis (1987) menyatakan bahwa getah yang dihasilkan pohon P. merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam

19 5 terpentin yang menetes ke luar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis daun jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah yang berasal dari getah (natural resin) yang muncul pada kulit atau dalam rongga-rongga jaringan kayu dari berbagai genus anggota Dipterocarpaceae atau Leguminoceae dan Caesalpiniaceae. Saluran getah atau saluran damar sering juga disebut sebagai saluran interseluller (intercelluler canal) karena memang saluran ini merupakan ruangruang antar sel epitel yang memanjang. Berdasarkan proses terbentuknya, saluran ini terjadi karena tiga cara, yaitu: 1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel epitel hancur sehingga menjadi saluran 2. Schizogenous, beberapa sel epitel saling memisahkan diri atau menjauhkan diri sehingga terbentuk saluran. Sel-sel yang mengelilingi rongga saluran ini membelah diri menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah ke saluran yang bersangkutan 3. Schizolysigenous, merupakan modifikasi dari Lysigenous dan Schizogenous yaitu penghancuran dan pemisahan. Sedangkan berdasarkan penyebabnya, saluran interseluler ini dapat dibagi atas dua macam, yaitu saluran damar karena luka (traumatic) dan saluran damar normal (merupakan struktur yang normal dalam kayu) (Pandit dan Kurniawan 2008). Menurut Santosa (2011), saluran getah traumatis terbentuk diakibatkan oleh beberapa hal berikut : 1. Pohon mengembangkan saluran traumatik untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang terlalu ekstrim (misalnya: suhu dan kekeringan) agar pertumbuhan sel tidak terganggu. 2. Pembentukan getah meningkat akibat terjadinya luka atau stres berkepanjangan. Pandit dan Ramdan (2002) menyatakan bahwa perbedaan saluran luka traumatik dengan saluran damar normal aksial adalah penyebarannya dalam deretan tangensial dan biasanya hanya terbatas pada bagian kayu awal. Dinding sel epitel yang membatasi saluran ini biasanya tebal dan bernoktah.

20 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus Besarnya produksi getah pinus dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, dalam dan perlakuan. Faktor luar berupa bonita (kualitas tempat tumbuh), cuaca, ketinggian tempat tumbuh dan kerapatan pohon (Sahid 2010). Peningkatan produksi getah pinus akibat pemberian stimulansia menunjukkan bahwa semakin tinggi tempat, peningkatan produksi akan semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena faktor eksternal berupa suhu udara yang rendah serta berkurangnya penyinaran matahari. Karakeristik dari pemberian stimulansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa suhu, kadar O 2 dan kondisi cuaca (Santosa 2011). Penjarangan sangat berpengaruh terhadap produktivitas getah. Penjarangan bertujuan agar cahaya matahari dapat masuk ke sekitar pohon dan luka sadapan yang menyebabkan aliran getah akan lancar (Doan 2007). Menurut Doan (2007), pohon yang tumbuh pada lahan dengan nilai bonita yang besar, dapat menghasilkan getah dalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pohon dengan yang tumbuh pada lahan yang memiliki nilai bonita kecil. Doan (2007) dalam hasil penelitiannya, juga menyebutkan bahwa pohon pinus yang banyak menghasilkan getah memiliki ukuran tajuk yang lebat dan lebar. Tajuk yang besar memungkinkan pohon dapat menerima cahaya matahari yang lebih banyak. Selanjutnya Wibowo (2006) menyebutkan bahwa semakin besar kelas diameter yang disadap cenderung semakin besar produksi getah pinus yang dihasilkan. Rahmawati (2004) dalam penelitiannya juga berpendapat mengenai hubungan produktivitas penyadapan getah terhadap diameter pohon, yaitu produksi getah yang dihasilkan semakin bertambah pada pertambahan diameternya, dan mencapai hasil optimum pada selang diameter cm kemudian menurun kembali pada selang berikutnya. Akan tetapi, ada pohon dengan diameter kecil yang mengeluarkan getah cukup banyak meskipun dengan jumlah koakan yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor perbedaan energi yang didapat pada setiap pohon untuk berfotosintesis yang bersumber dari

21 7 sinar matahari untuk menghasilkan sejumlah produk sisa hasil dari fotosintesis tersebut yang berupa getah. Faktor perlakuan yang berpengaruh terhadap produksi getah adalah bentuk sadapan, jumlah, pembaharuan luka dan stimulansia. Adhi (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari perbedaan jumlah koakan terhadap produksi getah pinus. Semakin banyak koakan, produksi getah per pohon semakin besar namun produksi getah per koakan akan semakin kecil. Pertambahan produksi akibat penambahan koakan meningkat sampai pada jumlah koakan empat dan selanjutnya produksi getah cenderung menurun. Jumlah koakan optimal untuk penyadapan pohon pinus berdiameter cm adalah empat koakan per pohon. Banyaknya produksi getah dapat juga disebabkan oleh faktor penggunaan H 2 SO 4 atau yang sering disebut juga Crash Program yang dapat melipat gandakan hasil produksi getah karena memiliki fungsi membuat luka sadapan selalu terbuka dan getah tidak mudah membeku (Rahmawati 2004). 2.4 Stimulansia Anorganik dan Organik Riyanto (1980) dalam Doan (2007) menyatakan bahwa pengaruh dari penggunaan stimulansia dalam proses penyadapan getah pinus adalah sebagai berikut : 1. Saluran getah akan terhidrolisir sehingga tekanan dinding banyak berkurang yang berakibat getah keluar lebih banyak. 2. Sel-sel parenkim akan terhidrolisir yang mengakibatkan cairan sel akan keluar dan diserap oleh getah sehingga getah yang encer semakin banyak dan keluar melebihi normal. 3. Asam merupakan penyangga sehingga getah sukar membentuk rantai sikliknya dan tetap dalam bentuk aldehida sehingga getah tetap encer dan keluar melebihi normal. Stimulansia yang biasa digunakan untuk meningkatkan produksi getah pinus adalah penggunaan stimulansia anorganik berupa asam kuat (campuran H 2 SO 4 dan HNO 3 ). Menurut Santosa (2011) mekanisme stimulan ini adalah :

22 8 1. Memberikan efek panas terhadap getah sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair sehingga mudah mengalir keluar dari saluran getah. 2. Mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang relatif lebih lama. Stimulansia pada hakekatnya berfungsi sebagai perangsang etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan pada perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran yang permeable dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk dalam saluran getah dan jaringan-jaringan disekitarnya (Moir 1970 dalam Hidayati 2005). Menurut Hillis (1987), bahwa masuknya air kedalam lumen sel epitel maka sel tersebut akan kembali membesar dan selanjutnya akan menekan resin yang berada didalam saluran damar sehingga resin hancur dan resin terdorong keluar. Setelah itu sel epitel akan memproduksi zat resin kembali untuk mengisi saluran damar tersebut. Selain stimulansia anorganik, dikembangkan pula stimulansia organik. Menurut Azis (2010), produktivitas getah pada stimulansia jeruk nipis 50% lebih banyak dua kali lipat dibandingkan dengan stimulansia jeruk nipis pekat. Perbedaan ini diduga karena konsentrasi yang berbeda sehingga zat bioaktif yang terlarut didalam larutan mengalami proses yang berbeda ketika stimulansia disemprotkan pada luka (quarre) dimana stimulansia jeruk nipis pekat tidak mengeluarkan getah lebih banyak tetapi diduga merusak jaringan sel parenkim (sel getah) karena konsentrasi asam yang tinggi sehingga aliran getah lebih cepat berhenti. Jeruk nipis mengandung asam sitrat yang menimbulkan rasa asam saat dikonsumsi. Asam sitrat atau asam β-3-hidroksi trikarbosiklis, 2-hidroksi-1,2,3- propana trikarbosiklis, mempunyai rumus kimia C 6 H 8 O 7. Winarno dan Laksmi (1974) dalam Azis (2010) mengatakan bahwa asam sitrat bersifat sebagai chelating agent (komponen penghambat) yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mn, Mg, dan Fe yang sangat diperlukan sebagai katalisator (senyawa yang membantu mempercepat suatu reaksi) dalam reaksi-

23 9 reaksi biologis. Karena itu reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat, dimana asam sitrat dapat berperan seperti asam sulfat yaitu mampu menghambat getah untuk membentuk rantai siklik dan tetap dalam bentuk aldehida sehingga getah tetap encer. Selain itu, asam organik yang terkandung dalam jeruk nipis (asam sitrat) juga mampu menghasilkan getah lebih banyak daripada asam anorganik (asam sulfat), hal ini dikarenakan struktur kimia asam sitrat memiliki satu gugus hidroksil (OH) dan tiga gugus karboksil (COOH) (Kirk dan Othmer 1985) yang mampu membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat terhadap molekul air pada saluran getah dibandingkan dengan asam sulfat yang hanya memiliki 2 gugus hidroksil (OH). Dengan adanya ikatan hidrogen yang lebih kuat, maka semakin banyak sel getah yang terhidrolisis sehingga getah keluar lebih banyak (Azis 2010). 2.5 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Peningkatan produksi getah pinus selain menggunakan stimulansia, juga dapat dengan meningkatkan peran Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Wattimena (1988) menyatakan bahwa ethylene berfungsi sebagai hormon tanaman dan berperan pada berbagai proses fisiologis. Tanaman sendiri memproduksi ethylene melalui proses metabolisme selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ethylene diproduksi pada jaringan-jaringan dan organ tanaman seperti buah, bunga, daun, batang, akar, umbi dan biji Zat Pengatur Tumbuh merupakan substansi kimia yang konsentrasinya sangat rendah dan mengendalikan pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Zat Pengatur Tumbuh (Plant Growth Regulation) sering disebut pula hormon pertumbuhan atau fitohormon (Gardner et al. 1991). Jenis-jenis fitohormon dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan ethylene. Masing- masing jenis fitohormon memiliki fungsi masing-masing dan terkadang saling melengkapi satu sama lain. Dari lima kelompok jenis fitohormon, ethylene (C 2 H 4 ) merupakan salah satu hormon yang unik karena berbentuk gas.

24 10 Dewi (2008) menambahkan bahwa ethylene adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai pengatur pertumbuhan dan dapat disebut sebagai hormon karena telah memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Menurut Wattimena (1988), tanaman memproduksi ethylene melalui proses metabolisme selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Dewi (2008) menyatakan bahwa pembentukan ethylene dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh adanya kerusakan-kerusakan mekanis. Ethylene memiliki fungsi di berbagai proses fisiologis seperti menstimulan pemasakan buah, menstimulan absisi daun, penghambat pertumbuhan akar, meningkatkan permeabilitas membran, merangsang pembentukan bunga dan lain sebagainya (Moore 1979). Fungsi ethylene tersebut dimanfaatkan di bidang pertanian untuk penanganan pasca panen, yaitu dalam proses penyimpanan buah. Pada pisang, sirsak, pepaya dan buah klimaterik lainnya, ethylene berguna untuk mempercepat pematangan buah karena buah yang sudah dipetik masih melakukan respirasi dan menghasilkan ethylene untuk mempercepat pematangan buah. Dewi (2008) mendefinisikan klimaterik sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah dimana selama proses, terjadi serangkaian perubahan biologis diawali dengan proses sintesis ethylene. Mulyana (2011) menggunakan kain kassa dan serat nilon yang dikombinasikan dengan KMnO4 dengan bobot 2,25-6,75 sebagai bahan pembungkus oksidator ethylene untuk mempertahankan umur simpan buah pisang Raja Bulu. Menurut Dewi (2008), ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak. Oleh karena itu, ethylene dapat larut dan menembus ke dalam membran mitokondria. Apabila mitokondria pada fase pra klimaterik diekrasi kemudian ditambah ethylene, ternyata terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitokondria akan dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan enzimenzim pematangan.

25 11 Selain fungsi-fungsi yang disebutkan sebelumnya, salah satu fungsi ethylene adalah merangsang eksudasi (pengeluaran getah atau lateks) Wattimena (1988). Pada aplikasinya di bidang pertanian, ethylene dimanfaatkan sebagai stimulan dalam penyadapan getah karet (lateks). Menurut Sumarmadji (2002), dalam usaha perkebunan karet, digunakan stimulan lateks berupa etefon, atau dalam merk dagang Ethrel atau Cepha. Senyawa ini bersifat asam yang dikenal sebagai generator ethylene. Pemberian etefon secara langsung memberi ethylene tinggi tetapi nilainya terus menurun. Penggunaan stimulan etefon dalam kegiatan penyadapan lateks memberikan dampak yang negatif, yaitu berkurangnya masa eksploitasi karet, persentase Kering Alur Sadap (KAS) yang tinggi, terhambatnya perkembangan lilit batang, dan produktivitas tanaman yang semakin menurun. Oleh karena itu, harus diaplikasikan dalam dosis yang rendah dan mempertimbangkan potensi, sifat, serta karakteristik klon (Tistama dan Siregar 2005).

26 12 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Februari sampai dengan 8 April 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, kadukul, talang sadap, paku, palu, golok, kuas, sprayer, kantong plastik ukuran 12 x 25 cm, plastik transparan ukuran 20 x 40 cm, kalkulator, timbangan digital, software SPSS 16, kamera digital dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah cat kayu warna putih, spidol permanen, Cairan Asam Sulfat (CAS), dan produk dari CV. Permata Hijau Lestari berupa ETRAT 12-40, PGR-12, serta ETS Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Sekunder Metode ini merupakan kegiatan mengumpulkan data sekunder mengenai kondisi umum lokasi penelitian, meliputi sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), letak dan luas, topografi, iklim, keadaan tanah, vegetasi dan satwa serta penduduk Metode Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat untuk mengetahui dan membandingkan produktivitas getah P. merkusii antara kontrol (tidak diberi perlakuan) dengan yang diberikan perlakuan (stimulansia) dalam satuan gram/pohon/3hari. Pengumpulan data meliputi kegiatan: 1. Menyiapkan alat dan bahan serta survey lokasi. 2. Memilih 20 pohon contoh P. merkusii Jungh et de Vriese dengan kondisi sehat dan memiliki diameter minimal 35 cm. Pada masingmasing pohon dibuat lima koakan untuk lima jenis perlakuan, yaitu kontrol, ETRAT 12-40, Cairan Asam Sulfat (CAS), PGR-12, dan ETS.

27 13 3. Menandai 20 pohon contoh dengan cat kayu plastik sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan. 4. Membuat pelukaan awal dengan metode quarre terhadap pohon P. merkusii beserta penyemprotan cairan stimulansia atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebanyak 1 cc/ koakan ( satu kali semprotan). a. Pembuatan luka awal dengan metode Quarre (koakan) a.1. Membersihkan semak di sekitar pohon dan membersihkan kulit pohon dengan golok sedalam 3 mm dan lebar 20 cm (tinggi untuk sadapan awal 20 cm dari permukaan tanah). a.2. Membuat koakan pada batang berukuran 10 x 10 cm dan kedalaman 2 cm mengunakan kadukul. a.3. Memasang talang sadap pada bagian bawah koakan dan memasang paku agar talang tertancap kuat a.4. Menyemprotkan cairan stimulansia atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sebanyak 1 cc/koakan (1 kali semprotan) a.5. Memasang kantong plastik berukuran 12 x 25 cm untuk menampung getah (dikaitkan pada paku) dan disesuaikan dengan talang sadap. a.6. Memberi tanda pada plastik dengan spidol sesuai jenis perlakuan yang diberikan (stimulansia). a.7. Memasang plastik berukuran 20 x 40 cm untuk menghalangi aliran batang. 5. Melakukan pemanenan getah setiap tiga hari sekali disertai dengan memperbarui quarre setinggi 5 mm dan penyemprotan cairan stimulansia sebanyak 1cc/quarre/3hari. (Pemanenan dilakukan sebanyak lima belas kali). 6. Menimbang hasil panen getah dengan timbangan digital. 7. Mencatat hasil timbangan ke dalam tally sheet. 8. Penentuan arah sadapan untuk masing-masing perlakuan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

28 14 a. Pohon pertama: arah sadapan yang menghadap ke utara merupakan perlakuan 1, yaitu kontrol. Kemudian dengan arah berlawanan jarum jam (Gambar 1), koakan kedua diberikan perlakuan kedua yaitu ETRAT Selanjutnya koakan ketiga dengan perlakuan ketiga yaitu pemberian Cairan Asam Sulfat (CAS) dan seterusnya. b. Pohon kedua: arah sadapan yang menghadap ke utara merupakan perlakuan kelima yaitu pemberian ETS. Kemudian dengan arah berlawanan jarum jam (Gambar 1), koakan kedua merupakan perlakuan pertama (kontrol), koakan ketiga merupakan perlakuan kedua dan seterusnya. c. Pohon ketiga dan seterusnya mengikuti pola pohon pertama dan kedua sesuai dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam (Gambar 1). Utara Keterangan gambar: 1. Kontrol 2. ETRAT CAS (Cairan Asam Sulfat) 4. PGR ETS Pohon 1 Pohon 2 Gambar 1 Arah pemberian perlakuan pada pohon contoh Rancangan Percobaan Penelitian ini dirancang dengan hanya melibatkan satu faktor dengan beberapa taraf sebagai perlakuan. Faktor tersebut adalah pemberian jenis stimulansia yang berbeda-beda tiap perlakuannya. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap (Completely randomize design) dimana respon diperoleh dari perlakuan yang berbeda-beda yaitu yaitu kontrol,

29 15 ETRAT 12-40, Cairan Asam Sulfat (CAS), PGR-12, dan ETS. Penelitian ini menggunakan 20 pohon contoh yang masing-masing pohon diberikan 5 jenis perlakuan dengan pengambilan getah (panen) sebanyak 15 kali, sehingga ada 100 data setiap kali pemanenan getah. Pohon contoh yang digunakan dalam penelitian dipilih secara acak dengan diameter minimal 35 cm dan sehat. Bagan rancangan percobaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1 Bagan rancangan percobaan Pohon contoh Perlakuan kontrol ETRAT CAS PGR 12 ETS 1 Y11k Y21k Y31k Y41k Y51k 2 Y12k Y22k Y32k Y42k Y52k 3 Y13k Y23k Y33k Y43k Y53k 4 Y14k Y24k Y34k Y44k Y54k 5 Y15k Y25k Y35k Y45k Y55k 6 Y16k Y26k Y36k Y46k Y56k Y120k Y220k Y320k Y420k Y520k Rata-rata Y1/n Y2/n Y3/n Y4/n Y5/n Model persamaan rancangan acak lengkap satu faktor yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = µ + τ i + ɛijk Keterangan : Yijk = Produktivitas getah pinus pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j dan periode panen ke-k µ = Nilai Rataan Umum τ i = Pengaruh Perlakuan ke-i ɛijk = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j dan periode panen ke-k i = 1, 2,3,4,5 1 : Tanpa perlakuan (kontrol) 2 : Pemberian ETRAT : Pemberian CAS 4 : Pemberian PGR 5 : Pemberian ETS j = Ulangan pohon contoh (1,2,3,,20) k = Frekuensi panen getah pinus (1,2,3,,15) n = Jumlah Pohon Contoh (20 Pohon)

30 Analisis Data Analisis Pengaruh Masing-Masing Perlakuan Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan pemberian stimulansia terhadap peningkatan produktivitas getah pinus maka dilakukan analisis sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan menggunakan ulangan yang sama. Perhitungan analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Faktor Korelasi (FK) =( ) 2 /rt JKT = 2 FK JKR = 2 FK JKS = JKT-JKR Hasil perhitungan jumlah kuadrat setiap faktor selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk tabel analisis sidik ragam seperti yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Struktur tabel analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap satu Sumber Keragaman faktor dengan ulangan yang sama Derajat Bebas (DB) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F Hitung Regresi t-1 JKR KTR KTR/KTS Sisa t(r-1) JKS KTS Total tr-1 JKT Hipotesis : Pengujian terhadap pengaruh faktor stimulansia H 0 : τ 1 = τ 2 =.τ i = 0 H 1 : sekurangnya ada satu τ i 0 Terima H 0 : Perbedaan taraf perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99% (α=0,01). Terima H 1 : Sekurangnya ada taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap respon percobaan pada selang kepercayaan 99% (α=0,01). Hasil uji F-hitung yang diperoleh dari ANOVA dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01) dengan kaidah :

31 17 1. Jika F-hitung < F-tabel maka H 0 diterima, H 1 ditolak sehingga perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01). 2. Jika F-hitung > F-tabel, maka H 0 ditolak, H 1 diterima sehingga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus pada selang kepercayaan 99% (α = 0,01). Selanjutnya, setelah uji F apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas getah pinus, maka dilakukan uji lanjut berupa Uji Duncan dengan menggunakan Software SPSS 16 untuk mengetahui perlakuan yang saling berbeda nyata Analisis Biaya Penerapan Stimulansia Stimulansia yang dibutuhkan selama penelitian yaitu untuk kebutuhan 20 pohon (masing-masing stimulansia) dengan periode panen sebanyak 15 kali. Halhal yang harus dihitung dalam analisis biaya penerapan stimulansia adalah sebagai berikut : 1. Biaya stimulansia Bi = Hi/ 1000/ 3 dimana: Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan (Rp/quarre/hari) Hi = Harga stimulansia ke-i (Rp/liter) Asumsi : satu kali semprotan adalah 1 ml/quarre/3 hari 2. Peningkatan produksi getah Pi = Qi R dimana : Pi = Peningkatan produksi getah untuk stimulansia ke-i (g/quarre/hari) Qi = Produksi perlakuan stimulansia ke-i (g/quarre/hari) R = Produksi getah pada pohon contoh kontrol/tanpa perlakuan (g/quarre/hari)

32 18 3. Pendapatan hasil peningkatan getah Zi = x C dimana : Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) C = Harga getah pinus (Rp/kg) 4. Nilai tambah penggunaan stimulansia Ri = Zi Bi dimana : Ri = Nilai tambah penggunaan stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) Zi = Pendapatan hasil peningkatan getah dari stimulansia ke-i (Rp/quarre/hari) Bi = Biaya stimulansia ke-i yang dikeluarkan setiap 1 kali penyemprotan (Rp/quarre/hari)

33 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Pada tahun 1951 kawasan Hutan Gunung Walat sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia). Hutan yang ditanam pada tahun tersebut saat ini telah berwujud sebagai tegakan hutan damar yang lebat di sekitar basecamp. Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penjajakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian pada tahun 1967 untuk mengusahakan Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan. Tahun 1968 Direktorat Jenderal Kehutanan memberikan bantuan pinjaman Kawasan Hutan Gunung Walat kepada IPB untuk digunakan seperlunya bagi pendidikan kehutanan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Kemudian tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 yang menyatakan bahwa Hutan Gunung Walat seluas 359 Ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada IPB. Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 008/Kpts/DJ/I/73 tentang penunjukan komplek Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 1973 diterbitkan. Pengelolaan kawasan hutan Gunung Walat seluas 359 Ha dilaksanakan oleh IPB dengan status hak pakai sebagai hutan pendidikan dan dikelola Unit Kebun Percobaan IPB dengan jangka waktu 20 tahun. Pada tahun 1973 penanaman telah mencapai 53%. Tahun 1980 seluruh wilayah HPGW telah berhasil ditanami berbagai jenis tanaman, yaitu damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), kayu afrika (Maesopsis eminii), mahoni (Swietenia macrophylla), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling (Dalbergia latifolia), gamal (Gliricidae sp), sengon (Paraserianthes falcataria), meranti (Shorea sp), dan akasia (Acacia mangium). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1992 tentang penunjukan komplek hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan, pengelolaan kawasan hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan dilaksanakan bersama antara Fakultas

34 20 Kehutanan IPB dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan/Balai Latihan Kehutanan (BLK) Bogor. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 24 Januari Status hukum kawasan HPGW pada tahun 2005 dikuatkan oleh diterbitkannya SK Menhut No. 188/Menhut-II/2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus sebagai Hutan Pendidikan (FAHUTAN IPB 2009). 4.2 Letak dan Luas Areal Secara Geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat berada pada '27''BT sampai '29''BT dan -6 54'23''LS sampai -6 55'35''LS. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan secara administrasi kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi. Luas kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Timur (Cikatomas) seluas 120 Ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha (FAHUTAN IPB 2009). 4.3 Topografi dan Iklim HPGW terletak pada ketinggian m dpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam. Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29 C dan minimum 19 C di malam hari (FAHUTAN IPB 2009). 4.4 Tanah dan Hidrologi Tanah Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan bagian di barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan Karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk beberapa gua alam karst (gamping). Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat

35 21 sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri (FAHUTAN IPB 2009). 4.5 Vegetasi Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp, dan akasia (Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi tegakan hutan ± m 3 kayu damar, m 3 kayu pinus, 464 m 3 puspa, 132 m 3 sengon, dan 88 m 3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul (FAHUTAN IPB 2009). Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis bengalensis), tupai (Callociurus sp. J), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic). Dari kelompok jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis burung, antara lain: Elang Jawa, Emprit, Kutilang dan lain-lain. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular dan bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula lebah hutan (Apis dorsata) (FAHUTAN IPB 2009). 4.6 Penduduk Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian

36 22 dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Penyadap getah pinus berjumlah 32 penyadap dengan karakteristik yang beragam baik dari segi pendidikan dan umur. Mayoritas penyadap berdomisili di desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat yakni Desa Nangerang, Desa Citalahap, Desa Cipereu dan Desa Cijati. Penghasilan rata-rata yang diperoleh penyadap dari hasil menyadap getah pinus adalah Rp Rp /bulan (FAHUTAN IPB 2009)..

37 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan di blok khusus untuk penelitian, yaitu blok Cikatomas di sekitar menara TVRI pada ketinggian mdpl. Blok Cikatomas didominasi oleh tegakan P. merkusii dan P. oocarpa. Akan tetapi, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah P. merkusii saja. Pohon pinus yang dipilih memiliki selang diameter 35 cm sampai dengan 65 cm dan sehat. Gambar 2 Kondisi lokasi dan pohon contoh penelitian di Blok Cikatomas, HPGW.

38 24 Pohon P. merkusii yang dijadikan contoh penelitian berjumlah 20 pohon dengan lima perlakuan. Secara berurutan lima perlakuan tersebut adalah kontrol, ETRAT 12-40, Cairan Asam Sulfat (CAS), PGR-12, dan ETS. Perlakuan pertama (kontrol) tidak menggunakan stimulansia apapun, perlakuan ke tiga (CAS) merupakan stimulansia anorganik, perlakuan ke empat menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sedangkan perlakuan ke dua dan ke lima merupakan kombinasi dari stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). 5.2 Produktivitas Getah Menggunakan Stimulansia Anorganik (CAS), Stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Hutan Pendidikan Gunung Walat dari tahun 2008 hingga April 2011 masih menggunakan stimulansia anorganik untuk memperlancar keluarnya getah. Pada penelitian ini, stimulansia anorganik yang digunakan adalah CAS (Cairan Asam Sulfat) yang merupakan campuran dari 15% asam sulfat dan 2% asam nitrat, sedangkan stimulansia organik merupakan produk dari sebuah perusahaan di Bogor, Jawa Barat, yaitu CV. Permata Hijau Lestari. Komposisi stimulansia organik tersebut beranekaragam, ETRAT merupakan perpaduan dari 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat, PGR-12 terdiri atas 200 ppm ethylene, sedangkan ETS adalah kombinasi dari 100 ppm ethylene dan 10% jeruk nipis cair. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, juga telah menggunakan stimulansia organik, namun berbahan dasar jeruk nipis dan lengkuas. Menurut Azis (2010), penggunaan stimulansia organik dari bahan jeruk nipis konsentrasi 50% menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan CAS. Zat Pengatur Tumbuh yang sangat berperan dalam proses keluarnya getah adalah ethylene. Ethylene merupakan senyawa berbentuk gas yang banyak berperan dalam perubahan suatu tanaman, seperti terjadi perubahan dalam membran yang permeabel dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air dapat masuk ke dalam saluran getah dan jaringan jaringan disekitarnya (Santosa 2011). Secara alami, ethylene ada di dalam tanaman (ethylene endogen). Menurut Santosa (2011), pembentukan getah di dalam tanaman dapat ditingkatkan

39 25 dengan mengaktifkan ethylene endogen dan adanya stres (pembuatan luka sadap). Dengan demikian, peningkatan produksi getah dapat dilakukan dengan memberikan zat yang mengandung ethylene (exsogen) yang akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses metabolisme sekunder dapat ditingkatkan. Hasil penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat menunjukkan bahwa stimulansia organik dan ZPT mampu menghasilkan produktivitas rata-rata getah pinus yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan stimulansia anorganik. Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (g/quarre/hari) ditampilkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (g/quarre/hari) Panen ke- KONTROL ETRAT CAS PGR-12 ETS Total Rata-rata Pelukaan awal pada pohon Pinus menyebabkan stres pada batang yang mempengaruhi metabolisme sekunder. Pinus mengeluarkan getah sebagai bentuk reaksi akibat pelukaan untuk menutupi sel-sel yang rusak. Pada pemanenan pertama, hasil rata-rata produktivitas getah pada setiap perlakuan tinggi karena keluarnya deposit getah dari sel-sel parenkim. Saat pinus berusaha melakukan

40 26 reaksi terhadap pelukaan kedua, deposit getah telah berkurang banyak untuk menanggapi reaksi stres pada pelukaan pertama. Hal ini menyebabkan persediaan getah di dalam pohon sangat sedikit sehingga pada pemanenan getah yang kedua produktivitas rata-rata setiap perlakuan menurun. Pada pelukaan ketiga, pohon pinus sudah dapat beradaptasi dengan mulai membentuk deposit getah yang baru, sehingga hasil produktivitas rata-rata setiap perlakuan di pemanenan ke tiga kembali meningkat. Akan tetapi, pada pelukaan pertama hingga ketiga, penggunaan CAS menghasilkan rata-rata produktivitas getah paling tinggi. Menurut Santosa (2011), CAS memberikan efek panas terhadap getah sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair dan mudah mengalir keluar dari saluran getah. Cairan Asam Sulfat (CAS) juga mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang relatif lebih lama. Akan tetapi, pada pemanenan ke empat atau hari ke 12, produktivitas getah pinus dengan penggunaan CAS mulai berada di bawah stimulansia organik dan ZPT. Perlakuan yang memberikan hasil produktivitas rata-rata tertinggi pada pemanenan ke empat adalah penggunaan PGR-12 yang merupakan Zat Pengatur Tumbuh (hormon). Hal ini disebabkan ethylene di dalam PGR-12 membutuhkan waktu untuk berubah wujud dari bentuk cair ke bentuk gas. Menurut Weaver (1972) dalam Haryati (2003), pengaruh ethephon tidak jauh berbeda dengan ethylene terhadap tanaman. Ethephon (2-Chloroethyl phosphonic acid) merupakan stimulan yang biasa digunakan untuk meningkatkan lateks karet. Ethephon adalah senyawa bersifat asam yang dikenal sebagai generator ethylene (Sumarmadji 2002). Etephone akan mengalami dekomposisi pada ph 4,1 atau lebih tinggi dan akan melepaskan ethylene pada jaringan tanaman, sedangkan dalam larutan encer di bawah ph 4 Ethephon akan tetap stabil. Selanjutnya dijelaskan bahwa ph sitoplasma sel tanaman pada umumnya lebih besar daripada 4. Maka jika Ethephon masuk ke dalam jaringan tanaman, akan menurunkan derajat kemasamannya dan terjadi dekomposisi yang akan melepaskan ethylene pada jaringan tanaman (Dewilde 1970 dalam Haryati 2003). Setelah pemanenan ke empat atau hari ke 12, ethylene exsogen dari PGR- 12 merangsang ethylene endogen di dalam pohon pinus untuk mulai beradaptasi

41 27 dengan mekanisme metabolisme sekunder. Pada pemanenan ke lima dan selanjutnya, perlakuan dengan menggunakan CAS hasilnya tetap berada di bawah perlakuan yang menggunakan stimulansia organik dan ZPT. Bahkan pada pemanenan ke delapan dan seterusnya, perlakuan dengan menggunakan CAS memberikan produktivitas paling rendah. Sebaliknya, produktivitas getah dengan perlakuan ZPT serta campuran stimulansia organik dan ZPT meningkat semenjak pemanenan ke empat, dan mulai stabil pada pemanenan keenam hingga seterusnya. Pada hasil akhir, perlakuan dengan PGR-12 menghasilkan rata-rata produktivitas getah tertinggi, yaitu sebesar 16,77 g/quarre/hari. Perlakuan dengan ETRAT sebesar 16,29 g/quarre/hari, ETS 15,58 g/quarre/hari, CAS sebesar 8,74 g/quarre/hari sedangkan kontrol (tanpa perlakuan) sebesar 8,30 g/quarre/hari. Secara umum, kecenderungan hasil rata-rata produktivitas getah ditampilkan pada Gambar 3. Produktivitas rata-rata- getah pinus (gram/quarre/hari) 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Panen ke- KONTROL ETRAT CAS PGR-12 ETS Gambar 3 Grafik kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (g/quarre/hari). Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pada pemanenan ke delapan dan seterusnya, rata-rata produktivitas perlakuan CAS berada di bawah kontrol. Penggunaan CAS membuat pinus sukar untuk mengeluarkan getah karena sel-sel epitel penghasil getah yang telah mati sehingga, pada saat melakukan pembaharuan luka, kayu gubal terasa keras. Secara fisik, hal ini ditandai dengan berubahnya warna bidang sadapan dari cokelat muda menjadi cokelat tua kehitaman.

42 28 Berdasarkan laporan hasil penelitian Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap Peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten), produktivitas getah dengan perlakuan CAS juga mengalami penurunan dan ada yang hasil produktivitasnya berada di bawah kontrol (Santosa 2011). Penelitian tersebut dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dengan penelitian ini tetapi dengan contoh (tempat) yang berbeda, yaitu di RPH Gonggang Utara, RPH Ciguha dan RPH Takokak, KPH Sukabumi. KONTROL CAS ETRAT Gambar 4 PGR-12 ETS Produktivitas getah pinus dengan masing-masing perlakuan pada panen ke delapan. Hujan juga berpengaruh terhadap produktivitas getah pinus. Pada Gambar 3, terlihat bahwa hasil rata-rata produktivitas semua perlakuan pada pemanenan ke-10 menurun. Aliran stemflow yang deras pada saat hujan akan menumpahkan getah yang ada dalam penampung sehingga dapat menggurangi produktivitas.

43 29 Selain itu, menurut Doan (2007), curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban di sekitar luka sadapan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan getah cepat menggumpal. Pada saat penelitian berlangsung, untuk mengurangi aliran batang, maka di atas koakan dipasang plastik berukuran 20 x 40 cm, seperti yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan stimulansia organik dan ZPT menghasilkan getah yang lebih banyak daripada CAS dan kontrol. Gambar tersebut merupakan salah satu contoh pohon yang produktivitas rata-ratanya di panen ke delapan berada di bawah kontrol pada perlakuan CAS. Tabel 4 Persentase peningkatan produktivitas getah pinus pada kontrol (tanpa perlakuan), stimulansia organik, dan stimulansia anorganik Perlakuan Rata-rata produktivitas getah (g/quarre/hari) Persentase peningkatan produktivitas getah (%) Kontrol ETRAT CAS PGR ETS Berdasarkan Tabel 4, persentase tertinggi adalah penggunaan PGR-12, yaitu sebesar 202,12 %, kemudian ETRAT ,28% dan ETS 187,75% sedangkan untuk penggunaan stimulansia anorganik, menghasilkan persentase terhadap kontrol hanya 105,28% saja. Penggunaan stimulansia organik serta kombinasi stimulansia organik dan ZPT menghasilkan persentase peningkatan produktivitas getah yang lebih tinggi dibandingkan dengan stimulansia anorganik. Hal ini dikarenakan ethylene exsogen yang berada di dalam ETRAT 12-40, PGR- 12 dan ETS merangsang ethylene endogen yang berfungsi sebagai pembawa pesan (chemical messenger) untuk melakukan metabolisme sekunder. Peranan asam sitrat pada stimulansia organik yaitu dapat membuka muara saluran getah sehingga getah dapat keluar dengan lancar, dan ethylene serta asam sitrat dapat bekerja bersama-sama dalam proses keluarnya getah. Sedangkan penggunaan CAS, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat memberikan efek panas

44 30 sehingga getah lama dalam keadaan cair dan muara saluran getah dapat terbuka lebih lama (Santosa 2011), namun keadaan ini hanya bersifat sementara saja, karena CAS bersifat asam kuat yang dapat merusak kayu, dan lama-kelamaan dapat mengurangi produktivitas getah. 5.3 Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus Data hasil produktivitas getah pinus menggunakan stimulansia organik dan anorganik diolah secara statistik menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Analisis ragam penggunaan stimulansia terhadap produktivitas getah pinus Sumber Kuadrat keragaman db Jumlah kuadrat tengah F hitung F 0,01 P-value Model < Derajat kesalahan Total Berdasarkan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dengan alpha sebesar 0,01, penggunaan stimulansia organik dan ZPT memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produktivitas getah pinus karena F hitung > F Selanjutnya, untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan analisis lanjut berupa uji Duncan. Hasil Uji Duncan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh stimulansia terhadap produktivitas getah pinus dilihat dari segi perlakuan yang berbeda No Perlakuan Rata-rata produktivitas 1 Kontrol 8.30 a 3 CAS 8.74 a 2 ETRAT b 4 PGR b 5 ETS b Huruf superscript yang berbeda dalam kolom Rata-rata produktivitas menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata (P<0.01)

45 31 Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan kontrol dan CAS tidak berbeda nyata, begitu pula antara kelompok perlakuan ETRAT 12-40, PGR-12, dan ETS. Akan tetapi, antara perlakuan yang memiliki huruf superscript yang berbeda memiliki nilai yang berbeda sangat nyata. 5.4 Nilai Tambah Penggunaan Stimulansia Aplikasi stimulansia di lapangan membutuhkan analisis biaya sebagai pertimbangan dalam memilih stimulansia yang cocok untuk diterapkan. Analisis biaya terdiri atas biaya stimulansia per quarre/hari, peningkatan produktivitas getah dan pendapatan hasil peningkatan getah per quarre/hari, sehingga didapatkan nilai tambah dari produktivitas masing-masing stimulansia per quarre/hari. Hasil dari analisis biaya disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Analisis biaya stimulansia Stimulansia Biaya stimulansia Peningkatan produktivitas getah Pendapatan hasil peningkatan getah Nilai tambah penggunaan stimulansia (Rp/quarre/hari) (g/quarre/hari) (Rp/quarre/hari) (Rp/quarre/hari) ETRAT PGR ETS CAS Keterangan: 1= Biaya stimulansia 2= Produksi getah dengan menggunakan stimulansia - produksi getah dari kontrol 3= (2 : 1000) x Rp ,00 4= 3 1 Harga stimulansia ETRAT adalah Rp ,00/liter, PGR-12 Rp ,00/liter, ETS Rp ,00/liter dan CAS Rp 4.000,00/liter. Asumsi untuk penggunaan stimulansia setiap koakan adalah 1 ml dan harga getah pinus di pasaran sebesar Rp ,00/kg. Harga stimulansia organik dan ZPT didapat dari

46 32 CV. Permata Hijau Lestari yang merupakan produsen produk tersebut, sedangkan harga getah pinus berasal dari harga jual getah pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Analisis biaya stimulansia menunjukkan bahwa stimulansia PGR-12 memiliki nilai tambah produktivitas getah terbesar, yaitu sebesar Rp 94,37/quarre/hari, selanjutnya adalah ETRAT Rp 91,89/quarre/hari, ETS Rp 82,73/quarre/hari dan CAS sebesar Rp 3,92/quarre/hari. Harga stimulansia belum dapat menentukan stimulansia yang cocok diaplikasikan karena perlu dipertimbangkan pula nilai tambahnya. Contohnya adalah stimulansia CAS yang memiliki harga paling murah, namun nilai tambahnya paling kecil. 5.5 Pemilihan Stimulansia yang Sesuai untuk Diaplikasikan Menurut Pandit dan Ramdan (2002), saluran getah dikelilingi oleh sel-sel epitel. Sel Epitel inilah yang membentuk getah sebagai akibat dari proses metabolisme. Penggunaan CAS berdampak buruk bagi kayu karena menyebabkan sel-sel epitel pada kayu mengering dan akhirnya mati. Selama penelitian, terdapat perubahan warna pada bidang koakan, yaitu dari cokelat muda menjadi cokelat kehitaman. Sel-sel epitel kayu yang mati menyebabkan bidang sadapan sulit untuk mengeluarkan getah karena jaringan sudah tertutup dan saat melakukan penyadapan getah, kayu terasa keras dan sukar untuk dilukai, sehingga mempersulit dan menghambat produktivitas kerja. Sebaliknya, bila menggunakan stimulansia organik dan ZPT, bidang koakan berwarna sama dengan kontrol yaitu cokelat muda. Selain itu, pada permukaan koakan (bidang sadap) dengan menggunakan stimulansia organik dan ZPT terlihat lebih basah daripada permukaan koakan dengan CAS. Hal ini dikarenakan pada permukaan koakan yang menggunakan stimulansia organik, saluran getah terus mengeluarkan getah secara konsisten, sedangkan pada perlakuan dengan CAS sel-sel epitel kayunya telah mati. Jadi, penggunaan stimulansia organik dan ZPT bila dilihat secara fisik, tidak menyebabkan dampak buruk pada bidang sadapan. Perbandingan kondisi bidang sadapan pada masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 4.

47 33 Penggunaan CAS juga membahayakan penyadap getah. Cairan Asam Sulfat dapat mengganggu pernapasan dan merusak kulit. Menurut LIPI (2004), uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Selain itu, cairan asam sulfat juga dapat merusak kulit dan menimbulkan kebutaan jika terkena mata. Berdasarkan wawancara di lapangan, para penyadap getah pinus berharap adanya pengganti CAS karena kulit dan kuku tangan mereka yang sudah rusak akibat bertahun-tahun menggunakan cairan tersebut. Dari segi produktivitaspun, penggunaan CAS di lapangan satu tahun belakangan ini menurun, sehingga para penyadap enggan untuk menyadap getah. Hal ini dikarenakan penggunaan CAS yang telah bertahun-tahun merusak jaringan kayu sehingga getah susah untuk keluar. Penggunaan CAS juga akan berdampak buruk bagi lingkungan dan kualitas getah. Menurut Santosa (2011), stimulansia CAS dapat merusak tumbuhan disekitarnya dan apabila terbawa air hujan akan berbahaya terhadap kondisi tata air di dalam hutan. Selain itu, akibat terkontaminasi asam kuat maka kualitas getah pinus yang dihasilkan hanya dapat digunakan untuk memproduksi gondorukem dengan kategori non food grade. Sedangkan bila getah pinus yang tidak tercemar dapat diolah untuk menghasilkan gondorukem dengan kategori food grade. Berdasarkan perbandingan rata-rata produktivitas, persentase peningkatan produktivitas, analisis statistik, analisis biaya, dan dampaknya, maka stimulansia organik dan ZPT lebih baik digunakan daripada stimulansia anorganik. Perlakuan dengan PGR-12 memiliki hasil rata-rata produktivitas getah pinus, persentase peningkatan produktivitas getah, dan nilai tambah produktivitas getah pinus tertinggi. Akan tetapi, untuk aplikasi di lapangan, PGR-12 belum dapat digunakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, karena berdasarkan Perhutani Unit III Jawa Barat stimulansia yang cocok digunakan di Jawa Barat adalah ETRAT Pernyataan tersebut telah didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan secara internal di berbagai KPH di Jawa Barat. Penggunaan ETRAT lebih stabil dibandingkan PGR-12, karena pemakaian PGR-12 di beberapa tempat menyebabkan terjadinya kering alur pada batang.

48 34 Penggunaan ETRAT juga lebih disarankan, karena dari komposisi, konsentrasi ethylenenya (ZPT) lebih rendah daripada PGR-12. Dampak penggunaan ethylene dengan konsentrasi yang tinggi belum diteliti lebih lanjut, sehingga lebih aman menggunakan ETRAT Ethylene memiliki fungsi di berbagai proses fisiologis seperti menstimulasi pemasakan buah, absisi daun, menghambat pertumbuhan akar, meningkatkan permeabilitas membran, merangsang pembentukan bunga, dan lain sebagainya (Moore 1979). Penggunaan ethylene exsogen yang berlebihan dimungkinkan dapat menyebabkan terganggunya proses fisiologis pohon, misalnya absisi daun yang tidak normal. Jika terjadi absisi daun yang berlebihan, maka dapat mengganggu fotosintesis, sehingga pembentukan karbohidrat untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon juga akan terhambat. Selain itu, berdasarkan Uji Duncan, perlakuan dengan ETRAT tidak berbeda nyata dengan PGR-12. Dari segi analisis biaya, ternyata jika harga getah pinus turun akan menyebabkan perbedaan nilai tambah pada masing-masing perlakuan. Nilai tambah produktivitas getah dengan ETRAT akan lebih tinggi dibandingkan dengan PGR-12 saat harga getah pinus maksimal Rp 6.800,00/kg. Jadi, untuk aplikasinya di Hutan Pendidikan Gunung Walat lebih efisien menggunakan ETRAT

49 35 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Stimulansia organik dan ZPT memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas getah pinus. 2. Perlakuan dengan PGR-12 menghasilkan rata-rata produktivitas getah tertinggi, yaitu sebesar 16,77 g/quarre/hari. Perlakuan dengan ETRAT sebesar 16,29 g/quarre/hari, ETS 15,58 g/quarre/hari, CAS sebesar 8,74 g/quarre/hari, dan kontrol sebesar 8,30 g/quarre/hari. 3. Penggunaan stimulansia PGR-12 menghasilkan nilai tambah produktivitas penyadapan getah tertinggi, yaitu Rp 94,37/quarre/hari, selanjutnya adalah ETRAT Rp 91,89/quarre/hari, ETS Rp 82,73/quarre/hari, dan CAS sebesar Rp 3,92/quarre/hari. 4. Stimulansia anorganik (CAS) memiliki dampak negatif terhadap kelestarian pohon pinus, lingkungan, penyadap, dan kualitas getah sehingga lebih baik menggunakan stimulansia organik dan ZPT. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan pengujian terhadap stimulansia organik dan ZPT dengan konsentrasi yang berbeda. 2. Perlu ditemukan cara efektif untuk menghalangi aliran batang (stemflow) pada saat penelitian di musim hujan. 3. Walaupun PGR-12 memiliki hasil rata-rata produktivitas getah pinus, persentase peningkatan produktivitas getah, dan nilai tambah produktivitas getah pinus tertinggi, namun jika melihat efisiensinya lebih baik menggunakan ETRAT Perlu dilakukan antisipasi oleh pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat saat menunggu reaksi penggunaan stimulansia organik dan ZPT selama 12 hari pertama.

50 36 DAFTAR PUSTAKA Adhi YA Pengaruh Jumlah Sadapan terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii) dengan Metode Koakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Atmosuseno BS, Duljapar K Kayu Komersil. Jakarta: Penebar Swadaya. Azis F Peningkatan Produktivitas Getah Pinus melalui Penggunaan Stimulansia Organik [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Dewi IR Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman [makalah]. Bandung: Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran Bandung. Doan ANG Ciri-ciri Fisik Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Stimulansia serta Kelas Umur terhadap Produksi Getah Pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [FAHUTAN IPB] Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Rencana Pembangunan Hutan Pendidikan Gunung Walat Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. FAO Resin. [13 Februari 2011]. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI Press. Haryati Peranan Ethephon terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Nenas [makalah]. Medan: Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Hidayati E Pengaruh Pemberian Stimulansia pada Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hillis WE Heartwood and Trees Exudate. Berlin: Springler Verlag. Kirk BE, Othmer DF Encyclopedia of Chemical Technology. New York: The Interscience Encyclopedia Inc. LIPI Lembar Data Keselamatan Bahan Kimia. Kimianet.lipi.go.id. [12 November 2011]. Martawijaya A, Kartasujana, Kadir K, Prawira SA Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Mirov NT The Genus Pinus. New York: The Ronald Press Company.

51 37 Moore TC Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Berlin: Springer- verlag. Mulyana E Studi Pembungkus Bahan Oksidator Etilen dalam Penyimpanan Pasca Panen Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pandit IKN, Ramdan H Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Pandit IKN, Kurniawan D Struktur Kayu: Sifat Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Perhutani Gondorukem Produksi Nonkayu yang Menjanjikan. [27 Desember 2010]. Perhutani Gondorukem jadi Bisnis yang Menjanjikan. [27 November 2011]. Priyono CNS, Siswamartana S Hutan Pinus dan Hasil Air. Cepu: Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perhutani. Rahmawati Hubungan Diameter Batang terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sahid Model Penduga Produksi Getah Pinus Menggunakan Potret Udara di KPH Lawu Ds, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur. Jurnal Manajemen Hutan 1 (3): Santosa G Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus (Studi Kasus di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten). Laporan Penelitian. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Suharisno Grand Strategy Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional. Makalah Workshop Pengembangan HHBK. Sumarmadji Aplikasi Etefon pada Tanaman Karet Dilihat dari.segi Produksi Lateks dan Pembentukan Etilen Jaringan Kulit. Jurnal Penelitian Karet 20 (1-3): Tistama R, Siregar THS Perkembangan Penelitian Stimulan untuk Pengaliran Lateks Hevea brasiliensis. Warta Perkaretan 24 (2): Wattimena GA Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: IPB Press. Wibowo P Produktivitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese dengan Sistem Koakan (Quarre System) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

52 LAMPIRAN 38

53 39 Lampiran 1 Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan kontrol Panen ke- tanggal bobot getah pinus pohon ke- (gram/quarre/ 3 hari) Februari Februari Maret Maret Maret Maret Maret Febrari Maret Maret Maret Maret Apr Apr Apr hilang rata-rata ratarata

54 40 Lampiran 2 Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan ETRAT Panen ke- tanggal bobot getah pinus pohon ke- (gram/quarre/ 3 hari) Februari Februari Maret Maret Maret Maret Maret Febrari Maret Maret Maret Maret Apr Apr Apr ratarata rata-rata 48.87

55 41 Lampiran 3 Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan CAS Panen ke- tanggal bobot getah pinus pohon ke- (gram/quarre/ 3 hari) Februari Februari Maret Maret Maret 2011 hilang Maret Maret Febrari Maret Maret Maret Maret hilang Apr Apr Apr ratarata rata-rata 26.18

56 42 Lampiran 4 Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan PGR-12 Panen ke- tanggal bobot getah pinus pohon ke- (gram/quarre/ 3 hari) Februari Februari Maret Maret Maret Maret Maret Febrari Maret Maret Maret Maret Apr Apr Apr ratarata rata-rata 50.32

57 43 Lampiran 5 Produktivitas getah pinus selama 15 kali panen dengan perlakuan ETS Panen ke- tanggal bobot getah pinus pohon ke- (gram/quarre/ 3 hari) Februari Februari Maret Maret Maret Maret Maret Febrari Maret Maret Maret Maret Apr Apr Apr ratarata rata-rata 46.75

58 44 Lampiran 6 Rekapitulasi rata-rata poduktivitas getah (gram/ quarre/ 3 hari) Panen ke- KONTROL ETRAT CAS PGR-12 ETS Total Rata-rata (gram/quarre/3 hari) Rata-rata (gram/quarre/hari)

59 45 Lampiran 7 Hasil analisis sidik ragam dan Uji Duncan Oneway Descriptives Bobot 99% Confidence Interval for Mean N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Total ANOVA Bobot Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total

60 46 Lampiran 7 (lanjutan) Post Hoc Tests Homogeneous Subsets Bobot Duncan Perlaku an N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

61 47 Lampiran 8 Dokumentasi penelitian Alat dan bahan penelitian Penomeran pohon contoh Pembuatan koakan Pemberian stimulansia Pemasangan talang dan plastik Pemasangan plastik berukuran 20 x 40 cm

62 48 Lampiran 8 (Lanjutan) Penimbangan getah hasil panen Proses pemanenan getah

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Data Badan Pengelola HPGW tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan HPGW sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Februari sampai dengan 9 April 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 3. 2

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gunung Walat Pembangunan Hutan Pendidikan Kehutanan berawal pada tahun 1959, ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana Jungh. Pinus memiliki nama lokal yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STIMULANSIA ETRAT PADA PENYADAPAN GETAH Pinus merkusii, Pinus oocarpa, DAN Pinus insularis DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENGGUNAAN STIMULANSIA ETRAT PADA PENYADAPAN GETAH Pinus merkusii, Pinus oocarpa, DAN Pinus insularis DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT i PENGGUNAAN STIMULANSIA ETRAT PADA PENYADAPAN GETAH Pinus merkusii, Pinus oocarpa, DAN Pinus insularis DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT EHARAPENTA TARIGAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN TEKNIK PENYADAPAN RESIN PINUS DENGAN METODE KUAKAN ( Improvement of Pine Resin Tapping with Quare Method)

PENYEMPURNAAN TEKNIK PENYADAPAN RESIN PINUS DENGAN METODE KUAKAN ( Improvement of Pine Resin Tapping with Quare Method) Penelitian Hasil Hutan Vol. 34 No. 1, Maret 2016: 23-32 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 642/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 PENYEMPURNAAN TEKNIK PENYADAPAN RESIN PINUS DENGAN METODE KUAKAN ( Improvement of Pine

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 i PENGARUH PENGGUNAAN MASKER DAN SARUNG TANGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B.

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. YUSOF DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Menurut Undang-undang Pokok Kehutanan No. 41 Tahun 1999, hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENYADAPAN

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii), DI BLOK CIMENYAN, HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

Lebih terperinci

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 33 Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Dalam Meningkatkan Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Dengan Metode Riil (The Application of H2SO4 As Stimulant To Increase

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan 32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus

Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus Karakteristik Kecepatan Gelombang Suara dan Sifat Anatomi Sadapan Pohon Pinus (Characteristics Ultrasonic Waves Velocity and Anatomical Properties of Tapping Pine) Maryam Jamilah 1*, Lina Karlinasari 2,

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH PERLAKUAN INOVASI PENYADAPAN GETAH PINUS TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAP (KASUS : HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT) ADE ANGGRAINI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) (Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong,

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO

PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO PENYADAPAN KOPAL DI PT. INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WIDHY SATRIO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE PEMBAHARUAN LUKA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NURUL HAQIQI

PENGARUH PERIODE PEMBAHARUAN LUKA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NURUL HAQIQI PENGARUH PERIODE PEMBAHARUAN LUKA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NURUL HAQIQI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS 071201024/MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT CHOIRIDA EMA WARDASANTI E14070041 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI SUMBER HORMON ETILEN SKRIPSI OLEH :

RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI SUMBER HORMON ETILEN SKRIPSI OLEH : RESPON PRODUKSI LATEKS DALAM BERBAGAI WAKTU APLIKASI PADA BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP PEMBERIAN BERBAGAI SUMBER HORMON ETILEN SKRIPSI OLEH : HANTAR M. K. S. SINAMO/090301176 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan (SDH) Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 05 No. 3, Desember 2015, Hal 210217 ISSN: 20868227 KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI Species Composition and Stand Structure

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan

Lebih terperinci

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI. REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI Oleh: RAHADI PURBANTORO NPM : 0825010009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III MATERI DAN METODE 31 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl HR Subrantas KM15 Panam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dibidang kehutanan saat ini terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan tersedianya hasil hutan, demi kepentingan pembangunan industri, perluasan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT.

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. i PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. WIRAKARYA SAKTI GIANDI NAROFALAH SIREGAR E 14104050 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Hutan Bukan Kayu Undang-undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, menerangkan bahwa hasil hutan merupakan benda-benda hayati, nonhayati dan turunannya, serta jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di III. BAHAN DAN MATODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA

PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BEBERAPA AKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN SENGON (Paraserianthes falcataria), AKASIA (Acacia mangium), DAN SUREN (Toona sureni)

APLIKASI PENGGUNAAN BEBERAPA AKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN SENGON (Paraserianthes falcataria), AKASIA (Acacia mangium), DAN SUREN (Toona sureni) APLIKASI PENGGUNAAN BEBERAPA AKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN SENGON (Paraserianthes falcataria), AKASIA (Acacia mangium), DAN SUREN (Toona sureni) SKRIPSI Oleh Nurul Diana 071202017 Budidaya Hutan PROGAM

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci