BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dimana proses pengambilan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan antara faktor-faktor yang memengaruhi dan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS yang berada di wilayah Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan tahun Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan Doloksanggul pencapaian program KB terutama kontrasepsi jangka panjang masih rendah. Data pada Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010, jumlah isteri PUS yang berusia tahun di Kecamatan Doloksanggul ada sebanyak 4975 orang, sedangkan yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) hanya ada sebanyak 383 orang (7,7%) Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

2 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh isteri PUS yang memakai alat kontrasepsi modern yang bertempat tinggal di Kecamatan Doloksanggul pada bulan Januari 2012 sebanyak 2061 orang, yang terdiri dari isteri PUS Akseptor KB jangka panjang sebanyak 642 orang dan yang bukan akseptor KB jangka panjang sebanyak 1419 orang Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh istri dari PUS akseptor KB metode modern yang tinggal di Kecamatan Doloksanggul yang tercatat dalam laporan bidan desa. Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis satu populasi (Lwanga, 1991) : Dimana : n = besar sampel n = z 1 α/2 P o Q o + z 1 β P a Q a 2 (P a P o ) 2 Z 1-α/2 Z 1-β Po : nilai deviasi standar pada alpha 5% 2 sisi = 1,96 : nilai deviasi standar pada β 10% 1 sisi = 1,282. : proporsi isteri PUS yang menjadi akseptor MKJP di Kecamatan Doloksanggul = 7,7% 8 Qo = 1 Po Pa : proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor MKJP = 18%

3 1,96 (0,08)(0,92) + 1,282 (0,18)(0,82) ² n = (0,18 0,08)² n = 102, orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan sampel berimbang (proportional sampling). Walaupun karakteristik sama tetapi karena distribusi PUS yang tidak merata di tiap desa maka dari 28 desa/kelurahan yang ada diambil 5 gugus/desa yang dipilih secara acak dan karena banyaknya subjek yang terdapat pada tiap gugus/desa tidak sama sehingga sampel yang diteliti adalah seperti dalam tabel berikut : Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012 No Nama Desa/ Jumlah PUS Rekapitulasi Perhitungan Besar Kelurahan akseptor Sampel Sampel KB Modern 1 Bonanionan 45 45/863 x 102 = 5,3 5 2 Kelurahan Pasar /863 x 102 = 70, Purba Manalu 97 97/863 x 102 = 11, Simangaronsang 66 66/863 x 102 = 7,8 8 5 Sirisirisi 62 62/863 x 102 = 7,3 7 Jumlah Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap gugus /desa, selanjutnya sampel diambil dengan cara acak sederhana (simple random sampling) dengan mengacak anggota populasi dengan menggunakan komputer (Notoatmodjo, 2005; Mantra dan Kastro, 2006; Elfindri, 2011).

4 3.4 Metode Pengumpulan Data Digunakan 2 cara pengumpulan data, yaitu : 1) Data primer, adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan, di mana sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 2) Data sekunder, diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Doloksanggul, Kantor KB Humbang Hasundutan, dan instansi terkait lainnya. Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda maka dia harus menggunakan timbangan. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan total skor kuesioner tersebut dengan melihat nilai corrected item total correlation (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, df = 28) maka pertanyaan valid, dan jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002; Notoatmodjo, 2005; Ancok, 2006). Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Riduwan, 2002; Nursalam, 2008).

5 Uji coba kuesioner sebagai alat pengumpul data dilakukan pada 30 orang isteri PUS di Desa Sibuntuon Parpea Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan untuk setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item Status Total Correlation Pengetahuan Pengetahuan 1 0,429 Valid Pengetahuan 2 0,397 Valid Pengetahuan 3 0,543 Valid Pengetahuan 4 0,624 Valid Pengetahuan 5 0,486 Valid Pengetahuan 6 0,515 Valid Pengetahuan 7 0,291 Tidak valid Pengetahuan 8 0,448 Valid Pengetahuan 9 0,410 Valid Pengetahuan 10 0,376 Valid Pengetahuan 11 0,679 Valid Pengetahuan 12 0,517 Valid Pengetahuan 13 0,379 Valid Pengetahuan 14 0,754 Valid Pengetahuan 15 0,495 Valid Pengetahuan 16 0,386 Valid Pengetahuan 17 0,680 Valid Pengetahuan 18 0,216 Tidak valid Cronbach s Alpha (α) : 0,853 Reliabel

6 Lanjutan Tabel 3.2 Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item Status Total Correlation Persepsi nilai anak Persepsi nilai anak 1 0,404 Valid Persepsi nilai anak 2 0,544 Valid Persepsi nilai anak 3 0,446 Valid Persepsi nilai anak 4 0,386 Valid Persepsi nilai anak 5 0,477 Valid Persepsi nilai anak 6 0,655 Valid Persepsi nilai anak 7 0,405 Valid Persepsi nilai anak 8-0,125 Tidak valid Persepsi nilai anak 9 0,555 Valid Persepsi nilai anak 10 0,373 Valid Cronbach s Alpha (α) : 0,738 Reliabel Dukungan suami Dukungan suami 1 0,406 Valid Dukungan suami 2 0,568 Valid Dukungan suami 3 0,429 Valid Dukungan suami 4 0,547 Valid Dukungan suami 5 0,455 Valid Dukungan suami 6 0,665 Valid Dukungan suami 7 0,592 Valid Dukungan suami 8 0,382 Valid Cronbach s Alpha (α) : 0,793 Reliabel Ada/tidaknya KIE Ada/tidaknya KIE 1 0,426 Valid Ada/tidaknya KIE 2 0,450 Valid Ada/tidaknya KIE 3 0,450 Valid Ada/tidaknya KIE 4 0,579 Valid Ada/tidaknya KIE 5 0,444 Valid Ada/tidaknya KIE 6 0,522 Valid Cronbach s Alpha (α) : 0,734 Reliabel Dari Tabel 3.2 terlihat bahwa dari 18 butir pertanyaan variabel pengetahuan 16 butir memiliki nilai Corrected Item Total Correlation > 0,361 yang berarti valid

7 dan 2 butir (pengetahuan 7 dan 18) memiliki nilai Corrected Item Total Correlation < 0,361 yang berarti pertanyaan tersebut tidak valid sehingga dikeluarkan dari kuesioner penelitian, dengan nilai Cronbach s alpha (α) = 0,853 > 0,6 yang berarti reliabel. Untuk variabel persepsi nilai anak terlihat bahwa 9 dari 10 butir pertanyaan memiliki nilai Corrected Item Total Correlation > 0,361 (valid) dan ada 1 butir (persepsi nilai anak 8) yang tidak valid dan dikeluarkan dari kuesioner dengan nilai Cronbach s alpha (α) = 0,738 > 0,6 (reliabel). Sedangkan untuk variabel dukungan suami dan ada/tidaknya KIE semua butir pertanyaan adalah valid dan reliabel. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel terdiri dari : variabel dependen (pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang pada PUS); dan variabel independen yang terdiri dari karakteristik responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas Definisi operasional 1. Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang adalah kondisi responden/isteri PUS untuk memakai atau tidak memakai metode kontrasepsi jangka panjang sebagai alat untuk mencegah kehamilan atau mengakhiri kesuburan. 2. PUS (Pasangan Usia Subur) adalah pasangan suami isteri dimana isteri berusia antara tahun.

8 3. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati). 4. Jumlah anak hidup adalah banyaknya anak hidup (laki-laki dan perempuan) yang dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara. 5. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang metode kontrasepsi jangka panjang, yang mencakup pengertian, manfaat, jenis, cara pemakaian, efek samping, kelebihan dan kekurangan. 6. Dukungan suami adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan suami dalam mengambil keputusan untuk memakai atau tidak memakai metode kontrasepsi jangka panjang. 7. Ada/tidaknya KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan penjelasan yang lengkap mengenai metode kontrasepsi jangka panjang. 8. Persepsi nilai anak adalah tanggapan/wawasan responden terhadap arti penting/nilai seorang anak. 3.6 Metode Pengukuran Variabel dependen 1. Pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang adalah kondisi responden untuk memakai atau tidak memakai metode kontrasepsi jangka panjang pada saat wawancara dilakukan.

9 Kategori : 0 = Menggunakan MKJP 1 = Tidak menggunakan MKJP Skala : Ordinal Variabel Independen 1. Umur adalah umur responden berdasarkan ulang tahun terakhir. Dikategorikan berdasarkan batas usia anjuran untuk pemakaian MKJP. Kategori : 0 = < 30 tahun 1 = 30 tahun Skala : ordinal 2. Jumlah anak hidup, dikategorikan menjadi 2 berdasarkan anjuran program KB. Kategori : 0 = 2 orang 1 = > 2 orang Skala : ordinal 3. Pengetahuan, diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori pengetahuan kemudian dipersentasikan terhadap total skor yaitu 43. Untuk setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang tidak benar diberi skor 0. Variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 3 (baik, sedang, kurang) dengan skor sebagai berikut (Nursalam, 2008) : Baik (0) : bila responden mendapat nilai % dari total skor Sedang (1) : bila responden mendapat nilai 56-75% dari total skor Kurang (2) : bila responden mendapat nilai < 56% dari total skor Skala : ordinal

10 4. Persepsi nilai anak, penilaian responden terhadap pentingnya arti seorang anak berdasarkan hal-hal yang menguntungkan dan yang merugikan apabila mempunyai anak. Apabila responden menjawab setuju (S) untuk pertanyaan dari hal yang menguntungkan diberi skor 1 dan apabila menjawab tidak setuju (TS) diberi skor 0. Sebaliknya untuk pertanyaan hal yang merugikan, apabila responden menjawab setuju diberi skor 0 dan bila menjawab tidak setuju diberi skor 1. Dikategorikan berdasarkan nilai median. Kategori : 0 = Persepsi baik : skor 5 1 = Persepsi kurang : skor < 5 Skala : ordinal 5. Dukungan suami. Apabila responden menjawab ya untuk item pertanyaan dukungan suami diberi skor 1 dan apabila menjawab tidak diberi skor 0, kemudian dikategorikan menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya dukungan suami. Pengkategorian ini berdasarkan nilai median. Kategori : 0 = Ada dukungan : skor 6 1 = Tidak ada dukungan : skor < 6 Skala : ordinal 6. Ada/tidaknya KIE. Responden diberi skor 1 untuk setiap jawaban ya dari pertanyaan ada/tidaknya KIE dan skor 0 untuk jawaban tidak, dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai median. Kategori : 0 = Ada KIE : skor 5 1 = Tidak ada KIE : skor < 5

11 Skala : ordinal 3.7 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Analisis Univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (gambaran deskriptif dari semua variabel independen dan dependen). 2) Analisis Bivariat, untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan yang bermakna antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square (χ²) dengan tingkat kemaknaan <0,05. 3) Analisis Multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.

12 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Keadaan Geografis Kecamatan Doloksanggul adalah ibukota dari Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Doloksanggul memiliki 1 kelurahan dan 27 desa yang secara geografis terletak pada 2º9'-2º25' Lintang Utara dan 98º35'-98º49' Bujur Timur dan di ketinggian m di atas permukaan laut, dengan luas wilayah ,53 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pollung dan Baktiraja b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Onan Ganjang dan Sijamapolang c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parlilitan d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lintong Nihuta Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Doloksanggul Tahun 2011 adalah jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk 179,56 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

13 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2011 Desa KK Laki-laki Perempuan Jumlah Aeklung Bonanionan Hutabagasan Hutagurgur Hutaraja Janji Kelurahan Pasar Lumban Purba Lumban Tobing Matiti Matiti Pariksinomba Pakkat Pasaribu Purba Dolok Purba Manalu Saitnihuta Sampean Sihite Sihite Silagalaga Sileang Simangaronsang Simarigung Sirisirisi Sosor Gonting Sosor Tambok Sosor Tolong Jumlah Sumber : Kantor Camat Doloksanggul, Tahun Sarana Kesehatan berikut : Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Doloksanggul adalah sebagai

14 a. Rumah Sakit Umum Daerah 1 b. Puskesmas 2 yaitu Puskesmas Matiti dan Puskesmas Saitnihuta c. Puskesmas Pembantu 1 d. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 30 e. Posyandu 49 f. Balai Pengobatan 2 g. Klinik Bersalin Analisis Univariat Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 102 orang istri PUS yang memakai KB modern di Kecamatan Doloksanggul dan berada di Desa Bonanionan (5 orang), Kelurahan Pasar (70 orang), Desa Purba Manalu (12 orang), Desa Simangaronsang (8 orang), dan Desa Sirisirisi (7 orang), dengan karakteristik seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Karakteristik f Persentase (%) Memakai MKJP Ya 44 43,1 Tidak 58 56,9 Umur istri < 30 tahun 26 25,5 30 tahun 76 74,5 Jumlah anak hidup 2 orang 22 21,6 > 2 orang 80 78,4

15 Dari Tabel 4.2 dapat dilihat 58 orang responden (56,9%) memakai metode KB yang bukan MKJP dan 44 orang (43,1%) memakai MKJP yang terdiri dari IUD sebanyak 19 orang, Implant 15 orang, dan MOW 10 orang. Berdasarkan umur didapat bahwa 76 orang (74,5%) berumur 30 tahun atau lebih dan 26 orang (25,5%) berumur di bawah 30 tahun. Bila dilihat dari jumlah anak hidup sebanyak 80 orang (78,4%) memiliki anak hidup > 2 orang dan 22 orang (21,6%) memiliki anak hidup 2 orang Pengetahuan Gambaran pengetahuan responden tentang KB MKJP dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Pengetahuan di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Jawaban No Pengetahuan tentang MKJP B S f % f % 1 Sepengetahuan ibu apakah metode kontrasepsi jangka panjang itu? a. Metode kontrasepsi yang masa kerjanya lama 89 87, ,7 b. Metode kontrasepsi yang bentuknya panjang 42 41, ,8 2 Yang termasuk metode kontrasepsi jangka panjang adalah a. Implan/susuk KB 92 90,2 10 9,8 b. AKDR/spiral 88 86, ,7 c. Kontrasepsi mantap/sterilisasi (MOW/MOP) 97 95,1 5 4,9 3 Secara ekonomis, metode kontrasepsi jangka panjang lebih murah dari kontrasepsi jangka pendek 81 79, ,6 4 Efektivitas metode kontrasepsi jangka panjang lebih tinggi dibandingkan metode KB lainnya 71 69, ,4 5 Angka kegagalan metode kontrasepsi jangka panjang sangat rendah < 1% 50 49, ,0

16 Tabel 4.3 (Lanjutan) Jawaban No Pengetahuan tentang MKJP B S f % f % 6 Cara kerja AKDR/spiral : a. Mencegah kehamilan dengan cara mencegah sperma dan sel telur bertemu 80 78, ,6 b. Mencegah kehamilan dengan cara membunuh hasil pembuahan 56 54, ,1 7 Beberapa keuntungan AKDR/spiral adalah : a. Efektif segera setelah pemasangan 83 81, ,6 b. Kesuburan segera kembali jika spiral dibuka 83 81, ,6 c. Tidak mempengaruhi produksi ASI 62 60, ,2 d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual 61 59, ,2 e. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran 71 69, ,4 8 Keterbatasan AKDR/spiral adalah : a. Tidak mencegah penularan IMS, HIV/AIDS 37 36, ,7 b. Ibu tidak dapat memasang dan melepas sendiri AKDR-nya 86 84, ,7 c. Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu 57 55, ,1 d. Bisa membuat haid menjadi lebih lama dan banyak serta nyeri 51 50, ,0 9 Cara kerja implan/susuk KB adalah : a. Mencegah terjadinya pelepasan sel telur 38 37, ,7 b. Mematikan janin yang sudah terbentuk 57 55, ,1 10 Keuntungan pemakaian implan/susuk KB adalah : a. Tidak menekan pembentukan ASI 62 60, ,2 b. Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan 80 78, ,6 c. Bebas dari pengaruh hormon estrogen 17 16, ,3 d. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan 84 82, ,6 11 Keterbatasan implan/susuk KB adalah : a. Bisa menimbulkan perubahan pola haid 66 64, ,3 b. Membutuhkan tindakan bedah kecil untuk pemasangan dan pencabutan 90 88, ,8 c. Tidak melindungi penularan IMS, HIV/AIDS 45 44, ,9 d. Bisa timbul keluhan nyeri kepala, berat 67 65, ,3 badan naik, mual, pusing

17 Tabel 4.3 (Lanjutan) Jawaban No Pengetahuan tentang MKJP B S f % f % 12 Cara kerja sterilisasi wanita (MOW) adalah : a. Menghambat perjalanan sel telur sehingga tidak dapat dibuahi sperma 57 55, ,1 b. Mematikan sel telur wanita 67 65, ,3 13 Keuntungan sterilisasi wanita (MOW) adalah : a. Efek kontrasepsi langsung setelah sterilisasi 51 50, ,0 b. Tidak ada efek samping jangka panjang 68 66, ,3 c. Tidak mengganggu hubungan seksual 80 78, ,6 d. Mengurangi risiko kanker indung telur 23 22, ,5 14 Yang tidak boleh menjalani sterilisasi wanita : a. Menderita penyakit jantung, paru, infeksi akut 51 50, ,0 b. Perdarahan dari jalan lahir yang belum diketahui penyebabnya 50 49, ,0 c. Masih menginginkan anak lagi 85 83, ,7 15 Cara kerja sterilisasi pria (MOP) adalah : a. Menghalangi jalannya sperma 52 51, ,0 b. Mematikan sperma 61 59, ,2 16 Keuntungan sterilisasi pria (MOP) adalah : a. Aman, sederhana, mudah dan cepat 83 81, ,6 b. Klien tidak perlu dirawat di rumah sakit 78 76, ,5 c. Tidak mengganggu hubungan seksual 75 73, ,5 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memberi jawaban yang tidak benar terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut yaitu angka kegagalan metode kontrasepsi jangka panjang sangat rendah < 1%; AKDR mencegah kehamilan dengan cara membunuh hasil pembuahan; AKDR tidak mencegah penularan IMS, HIV/AIDS; AKDR bisa membuat haid menjadi lebih lama dan banyak serta nyeri; cara kerja implant adalah mencegah terjadinya pelepasan sel telur;

18 implant mematikan janin yang sudah terbentuk; keuntungan implant adalah bebas dari pengaruh hormon estrogen; keterbatasan implant adalah tidak melindungi penularan IMS, HIV/AIDS; cara kerja MOW adalah mematikan sel telur wanita; keuntungan MOW adalah mengurangi risiko kanker indung telur; yang tidak boleh menjalani MOW adalah wanita dengan perdarahan dari jalan lahir yang belum diketahui penyebabnya; dan cara kerja MOP adalah mematikan sperma. Sebagaimana hasil distribusi jawaban responden pada tiap item pernyataan tentang pengetahuan KB MKJP yang telah terurai di atas, maka dapat dirangkum proporsi kategori pengetahuan responden yang terdiri dari pengetahuan baik, cukup, dan kurang seperti tersaji pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden tentang KB MKJP No Pengetahuan f Persentase (%) 1 Baik 24 23,5 2 Cukup 43 42,2 3 Kurang 35 34,3 Jumlah ,0 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang KB MKJP yaitu yang berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (23,5%), berpengetahuan cukup 43 orang (42,2%), dan berpengetahuan kurang 35 orang (34,3%).

19 4.2.3 Persepsi Nilai Anak Persepsi atau pandangan responden terhadap arti penting atau nilai seorang anak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Persepsi Nilai Anak di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Jawaban No Persepsi Nilai Anak S TS f % f % 1 Orang yang tidak mempunyai anak tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya 47 46, ,9 2 Banyak anak banyak rezeki 38 37, ,7 3 Anak adalah jaminan hidup di hari tua 76 74, ,5 4 Tanpa anak hidup tidak lengkap 84 82, ,6 5 Anak adalah pencegah utama terjadinya perceraian 78 76, ,5 6 Anak adalah pemberian Tuhan tidak boleh dibatasi jumlahnya 60 58, ,2 7 Laki-laki adalah penerus marga jadi setiap keluarga harus punya anak laki-laki 73 71, ,4 8 Mengurusi anak melelahkan badan 31 30, ,6 9 Anak sering menjadi sumber pertengkaran suami-isteri 31 30, ,6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden tidak setuju dengan pernyataan orang yang tidak memiliki anak tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dan pernyataan banyak anak banyak rejeki, tetapi lebih dari 70% responden setuju dengan pernyataan anak adalah jaminan hidup di hari tua, tanpa anak hidup tidak lengkap, dan anak adalah pencegah utama terjadinya perceraian. Kemudian lebih dari 60% setuju bahwa anak adalah pemberian Tuhan

20 tidak boleh dibatasi jumlahnya dan laki-laki adalah penerus marga jadi setiap keluarga harus punya anak laki-laki, tetapi hanya 30,4% yang setuju bahwa mengurusi anak melelahkan badan, dan anak sering menjadi sumber pertengkaran suami-isteri. Berdasarkan persepsi nilai anak, 37 orang (36,3%) responden mempunyai persepsi baik terhadap nilai anak dan 65 orang (63,7%) berpersepsi kurang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Persepsi Nilai Anak No Persepsi Nilai Anak f Persentase (%) 1 Baik 37 36,3 2 Kurang 65 63,7 Jumlah , Dukungan Suami Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang dukungan suami dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Dukungan Suami di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Jawaban No Dukungan Suami Ya Tidak f % f % 1 Suami menganjurkan ibu untuk ber-kb jangka panjang 46 45, ,9 2 Suami memberi kesempatan kepada ibu untuk memilih metode KB sendiri 89 87, ,7 3 Suami mengijinkan ibu untuk ber-kb jangka panjang 86 84, ,7

21 Tabel 4.7 (Lanjutan) 4 Suami mau menyediakan waktu untuk mendampingi ibu ber-kb 53 52, ,0 5 Suami mau menyediakan dana untuk ibu ber-kb 71 69, ,4 6 Suami membantu mencari informasi tentang KB yang cocok untuk ibu 51 50, ,0 7 Suami selalu mengingatkan ibu untuk kontrol metode KB ibu 56 54, ,1 8 Suami selalu memperhatikan kesehatan ibu 91 89, ,8 Hasil penelitian dukungan suami menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden menjawab ya untuk hampir semua pertanyaan dukungan suami kecuali pertanyaan suami menganjurkan ibu untuk ber-kb jangka panjang dan suami membantu mencari informasi tentang KB yang cocok untuk ibu. Berdasarkan ada/tidaknya dukungan suami untuk memakai MKJP diperoleh hasil bahwa 58 responden (56,9%) mendapat dukungan dari suami dan 44 responden (43,1%) menyatakan tidak ada dukungan dari suami. Keseluruhannya terlihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Dukungan Suami untuk Memakai MKJP No Dukungan Suami f Persentase (%) 1 Ada 58 56,9 2 Tidak ada 44 43,1 Jumlah ,0

22 4.2.5 Ada/Tidaknya KIE Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan ada/tidaknya KIE dari petugas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Ada/Tidaknya KIE di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Jawaban No Ada/Tidaknya KIE Ya Tidak f % f % 1 Ibu mendapat informasi dari petugas mengenai jenis-jenis KB jangka panjang ,0 2 2,0 2 Petugas menjelaskan keuntungan dan kerugian metode KB jangka panjang 90 88, ,8 3 Petugas menjelaskan efek samping metode KB jangka panjang 77 75, ,5 4 Petugas menganjurkan ibu memakai metode KB jangka panjang 78 76, ,5 5 Petugas menjelaskan dimana tempat pelayanan/ mendapatkan metode KB jangka panjang 95 93,5 7 6,5 6 Petugas menjelaskan apa yang harus dilakukan jika timbul masalah dalam pemakaian KB jangka panjang 77 75, ,5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 75% responden menjawab ya untuk semua pertanyaan ada/tidaknya KIE tentang MKJP dari petugas. Berdasarkan ada/tidaknya KIE dari petugas tentang MKJP diperoleh hasil bahwa 78 orang (76,5%) responden mendapat KIE dari petugas dan hanya 24 orang (23,5%) responden tidak mendapat KIE dari petugas.

23 Berdasarkan ada/tidaknya KIE dari petugas tentang MKJP diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel Tabel 4.10 Distribusi Ada/Tidaknya KIE tentang MKJP No Ada/Tidaknya KIE f Persentase (%) 1 Ada 78 76,5 2 Tidak ada 24 23,5 Jumlah ,0 4.3 Analisis Bivariat Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen yaitu karakteristik responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas dengan variabel dependen yaitu pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang bermakna di antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik dengan uji Chi Square Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara karakteristik responden (umur dan jumlah anak hidup) dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel 4.11.

24 Tabel 4.11 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Pemakaian MKJP Karakteristik Responden Ya Tidak Total p f % f % f % Umur < 30 tahun 6 23, , ,0 0, tahun 38 50, , ,0 Jumlah anak hidup 2 orang 5 22, , ,0 0,052 > 2 orang 39 48, , ,0 Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pada responden dengan umur 30 tahun yang memakai MKJP sebanyak 38 orang (50,0%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 38 orang (50,0%) juga dan yang berumur < 30 tahun yang memakai MKJP sebanyak 6 orang (23,1%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 20 orang (76,9%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemakaian MKJP (p = 0,031). Berdasarkan jumlah anak hidup, responden yang memiliki anak hidup 3 orang atau lebih yang memakai MKJP sebanyak 39 orang (48,8%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 41 orang (51,2%) dan yang memiliki anak hidup 2 orang yang memakai MKJP sebanyak 5 orang (22,7%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 17 orang (77,3%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak hidup dengan pemakaian MKJP (p = 0,052).

25 4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel Tabel 4.12 Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Pemakaian MKJP Pengetahuan Ya Tidak Total p f % f % f % Baik 10 41, , ,0 Cukup 21 48, , ,0 0,576 Kurang 13 37, , ,0 Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik yang memakai MKJP ada sebanyak 10 orang (41,7%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 14 orang (58,3%). Responden dengan pengetahuan cukup yang memakai MKJP ada sebanyak 21 orang (48,8%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 22 orang (51,2%). Responden yang berpengetahuan kurang yang memakai MKJP ada sebanyak 13 orang (37,1%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 22 orang (62,9%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang MKJP dengan pemakaian MKJP (p = 0,576).

26 4.3.3 Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara persepsi nilai anak dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel Tabel 4.13 Hubungan Persepsi Nilai Anak dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Pemakaian MKJP Persepsi Nilai Anak Ya Tidak Total p f % f % f % Baik 19 51, , ,0 0,291 Kurang 25 38, , ,0 Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan persepsi nilai anak baik yang memakai MKJP sebanyak 19 orang (51,4%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 18 orang (48,6%), sedangkan responden dengan persepsi nilai anak kurang yang memakai MKJP sebanyak 25 orang (38,5%) dan yang tidak memakai MKJP sebanyak 40 orang (61,5%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi nilai anak dengan pemakaian MKJP (p = 0,291).

27 4.3.4 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara dukungan suami dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel Tabel 4.14 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Pemakaian MKJP Dukungan Suami Ya Tidak Total p f % f % f % Ada 30 51, , ,0 0,071 Tidak ada 14 31, , ,0 Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang ada dukungan dari suami yang memakai MKJP sebanyak 30 orang (51,7%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 28 orang (48,3%), sedangkan responden yang tidak ada dukungan dari suami yang memakai MKJP sebanyak 14 orang (31,8%) dan yang tidak memakai MKJP sebanyak 30 orang (68,2%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemakaian MKJP (p = 0,071) Hubungan Ada/Tidaknya KIE dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel ada/tidaknya KIE dari petugas dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang, dengan hasil seperti yang tercantum dalam Tabel 4.15.

28 Tabel 4.15 Hubungan Ada/Tidaknya KIE dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Pemakaian MKJP Ada/Tidaknya KIE Ya Tidak Total p f % f % f % Ada 34 43, , ,0 1,000 Tidak ada 10 41, , ,0 Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden yang mendapat KIE dari petugas yang memakai MKJP sebanyak 34 orang (43,6%), yang tidak memakai MKJP sebanyak 44 orang (56,4%), sedangkan responden yang tidak mendapat KIE dari petugas yang memakai MKJP sebanyak 10 orang (41,7%) dan yang tidak memakai MKJP sebanyak 14 orang (58,3%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ada/tidaknya KIE dengan pemakaian MKJP (p = 1,000) Hubungan Antar Variabel Independen Dilakukan tabulasi silang antar sesama variabel independen yaitu karakteristik responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas. Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara variabel umur dengan jumlah anak hidup (p = 0,001), pengetahuan dengan ada/tidaknya KIE (p = 0,002), dan dukungan suami dengan ada/tidaknya KIE (p = 0,001), sedangkan untuk variabel lain tidak ditemukan ada hubungan yang bermakna. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

29 Tabel 4.16 Hubungan Antara Variabel Umur dengan Jumlah Anak Hidup Umur Jumlah anak hidup < Total p f % f % f % 2 orang 14 63,6 8 36, ,0 0,001 > 2 orang 12 15, , ,0 Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa responden yang memiliki jumlah anak hidup 2 orang dan berumur < 30 tahun ada sebanyak 14 orang (63,6%), sedangkan yang berumur 30 tahun sebanyak 8 orang (36,4%). Responden yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang dan berumur < 30 tahun sebanyak 12 orang (15,0%) dan yang berumur 30 tahun sebanyak 68 orang (85,0%). Tabel 4.17 Hubungan Antara Variabel Pengetahuan dengan Ada/Tidaknya KIE Ada/Tidaknya KIE Pengetahuan Ada Tidak Ada Total p f % f % f % Baik 23 95,8 1 4, ,0 Cukup 35 81,4 8 18, ,0 0,002 Kurang 20 57, , ,0 Dapat dilihat pada Tabel 4.17 bahwa mayoritas (95,8%) responden yang berpengetahuan baik mengatakan mendapat KIE dari petugas dan hanya 4,2% yang mengatakan tidak mendapat KIE dari petugas. Sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 35 orang (81,4%) mendapat KIE dari petugas dan 8 orang (18,6%) tidak mendapat KIE dari petugas. Untuk yang berpengetahuan kurang, 20 orang (57,1%) mengatakan mendapat KIE dari petugas dan 15 orang (42,9%) tidak mendapat KIE dari petugas.

30 Tabel 4.18 Hubungan Antara Variabel Ada/Tidaknya KIE dengan Dukungan Suami Dukungan Suami Ada/tidaknya KIE Ada Tidak ada Total p f % f % f % Ada 52 66, , ,0 0,001 Tidak ada 6 25, , ,0 Tabel 4.18 menunjukkan ada sebanyak 52 orang (66,7%) responden yang mendapat KIE dari petugas juga mendapat dukungan dari suami dan hanya 26 orang (33,3%) tidak mendapat dukungan dari suami. Sedangkan yang tidak mendapat KIE dari petugas ada sebanyak 18 orang (75,0%) juga tidak mendapat dukungan dari suami dan hanya 6 orang (25,0%) yang mendapat dukungan dari suami. 4.4 Analisis Multivariat Untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden (umur, jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami, dan ada/tidaknya KIE dari petugas terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang di Kecamatan Doloksanggul, maka dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh bahwa variabel independen yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah umur, jumlah anak hidup dan dukungan suami (p < 0,25). Selanjutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara hierarkis dengan cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang paling tidak signifikan (nilai p terbesar) dikeluarkan satu per satu dari dalam model secara

31 bertahap (metode enter). Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.19 Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Isteri PUS di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Variabel Penelitian B Exp (B) p CI 95% Umur -1,171 0,310 0,026 0,110-0,870 Dukungan suami 0,797 2,218 0,063 0,959-5,130 Tabel 4.19 merupakan hasil akhir analisis multivariat uji regresi logistik ganda, karena hanya umur yang memiliki p < 0,05 sehingga variabel tersebutlah yang berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS di Kecamatan Doloksanggul. Besar pengaruh variabel tersebut dilihat dari nilai Exp (B) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika responden berumur 30 tahun maka peluang responden untuk memakai metode kontrasepsi jangka panjang 0,3 kali lebih besar dibandingkan jika berumur < 30 tahun. Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 65,7% yang artinya variabel umur bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS sebesar 65,7%, sedangkan sisanya sebesar 34,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (dukungan suami, jumlah anak hidup, ketersediaan alat kontrasepsi, biaya, jarak, dan lain-lain).

32 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012 Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemakaian MKJP yang cukup tinggi di Kecamatan Doloksanggul yaitu sebanyak 44 orang (43,1%) dari 102 orang responden, yang terbanyak adalah IUD (18,7%), diikuti Implant (14,7%) dan MOW (9,8%), sedangkan yang memakai KB jangka pendek (pil, suntik, kondom) sebesar 56,9%. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan data nasional berdasarkan SDKI 2007 dan Riskesdas 2010, dimana persentase tertinggi untuk pemakaian MKJP adalah IUD (4,9% SDKI 2007; 5,1% Riskesdas 2010) diikuti MOW (3,0% SDKI 2007; 2,1% Riskesdas 2010) dan Implant (2,8% SDKI 2007; 1,4% Riskesdas 2010). Jumlah PUS di 5 desa yang menjadi lokasi penelitian adalah sebanyak 1670 orang dan yang memakai KB modern ada sebanyak 863 orang, sehingga bila dihitung persentase pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang terhadap jumlah PUS maka diperoleh angka 22,3%. Angka ini di atas angka nasional pemakaian MKJP (berdasarkan hasil Riskesdas 2010) yang sebesar 8,8% dari semua wanita pernah kawin berusia tahun tetapi masih kurang dari target BkkbN untuk pemakaian MKJP untuk tahun 2012 yang sebesar 25,9%. Bila dibandingkan persentase pemakaian MKJP dari hasil penelitian ini (22,3%) dan data dari bidan desa untuk bulan Januari 2012 (19,1%) dengan data dari

33 Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2010 untuk pemakaian MKJP di Kecamatan Doloksanggul adalah sebesar 7,7% dari semua PUS yang berusia tahun, terlihat adanya peningkatan pemakaian MKJP yang cukup bermakna dalam 2 tahun terakhir di Kecamatan Doloksanggul, hal ini bisa terjadi akibat dibukanya klinik KB di Kantor KB Humbang Hasundutan yang terletak di Kecamatan Doloksanggul yang memberikan pelayanan KB gratis kepada masyarakat untuk semua jenis KB kecuali MOW yang hanya bisa dilaksanakan 1x per tahun (juga gratis), dan adanya pelayanan KB ke desa-desa yang dilakukan oleh Kantor KB Kabupaten Humbang Hasundutan sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan pelayanan KB yang bermutu dan gratis. Penelitian Rahayu, dkk (2009) yang membandingkan pemakaian KB dan pemilihan jenis KB antara data SDKI 1997 dengan SDKI 2007 menemukan pemakaian MKJP di daerah pedesaan pada tahun 2007 menurun dibandingkan tahun 1997, dimana wanita di pedesaan lebih memilih Pil atau Suntik KB karena harga yang lebih murah. Sementara di Kecamatan Doloksanggul pelayanan KB untuk semua jenis/metode KB adalah gratis sehingga memungkinkan terjadi peningkatan pemakaian KB MKJP. Hal lain yang kemungkinan juga turut memengaruhi adalah status Kecamatan Doloksanggul sebagai ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan, dimana sebagai kabupaten yang baru terbentuk terjadi peningkatan jumlah PNS yang cukup tinggi baik dari penerimaan baru maupun perpindahan dari daerah lain. Selain PNS juga terjadi peningkatan pegawai dan/atau pengusaha di sektor swasta sebagai akibat berkembangnya perekonomian daerah. Hal ini memengaruhi karakteristik penduduk

34 Doloksanggul yang tadinya mayoritas petani dengan tingkat pendidikan rendah serta tingkat penghasilan menengah ke bawah berkembang menjadi campuran antara petani dengan pegawai (negeri maupun swasta) dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih tinggi yang mempunyai kesadaran dan penerimaan lebih tinggi terhadap program KB termasuk MKJP. 5.2 Pengaruh Karakteristik Responden terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang hidup. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur dan jumlah anak Pengaruh Umur terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berumur < 30 tahun sebanyak 25,5% dan yang berumur 30 tahun sebanyak 74,5%. Dari hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa responden berumur < 30 tahun yang memakai MKJP sebanyak 23,1% dan yang berumur 30 tahun yang memakai MKJP sebanyak 50,0%. Hasil uji Chi Square memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemakaian MKJP (p = 0,031). Pada kelompok responden yang berumur 30 tahun (yang sangat dianjurkan untuk memakai MKJP) yang memakai MKJP sama banyak dengan yang tidak memakai MKJP walaupun pada umur < 30 tahun yang memakai MKJP jauh lebih sedikit dari pada yang tidak. Di sisi lain, ada hubungan yang bermakna antara umur dengan jumlah anak hidup (p = 0,00) dimana

35 mayoritas responden yang berumur 30 tahun memiliki anak > 2 orang (85,0%) sementara yang berumur < 30 tahun sebanyak 63,6% memiliki anak < 2 orang. Responden dalam penelitian ini mayoritas adalah yang berumur 30 tahun dengan jumlah anak hidup > 2 orang sebanyak 68 orang (66,7%) dan kelompok inilah yang lebih banyak memakai metode kontrasepsi jangka panjang (84,1%), hanya 15,9% dari responden yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang yang berumur < 30 tahun atau mempunyai anak hidup 2 orang atau keduanya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Murti (2009), ada hubungan yang kuat antara umur dengan pemakaian MKJP khususnya IUD dan sterilisasi wanita (MOW) yang meningkat pemakaiannya sesuai dengan peningkatan umur, sedangkan implant lebih tinggi pemakaiannya pada umur muda dan menurun pada umur yang lebih tua. Kehamilan pada usia >30 tahun akan mengakibatkan meningkatnya risiko komplikasi medis pada kehamilan dan persalinan, meningkatnya risiko terjadinya keguguran dan janin yang cacat, serta meningkatnya risiko persalinan sulit dengan komplikasinya. Oleh karena itu wanita yang berusia > 30 tahun dan yang sudah memiliki beberapa anak sangat dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan dengan menggunakan metode KB yang sangat efektif dan jangka panjang (MKJP) (BkkbN, 2009c). Menurut Notoatmodjo (1993), umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

36 Hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan ada pengaruh umur terhadap pemakaian MKJP (p = 0,026) sesuai dengan penelitian Kusumaningrum (2009) di kecamatan Blado Kabupaten Batang yang menemukan umur isteri merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan jenis KB (MKJP/Non MKJP) Pengaruh Jumlah Anak Hidup terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki jumlah anak hidup 2 orang sebanyak 21,6% dan yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang sebanyak 78,4%. Dari hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa responden memiliki jumlah anak hidup 2 orang yang memakai MKJP sebanyak 22,7% dan yang memiliki jumlah anak hidup > 2 orang yang memakai MKJP sebanyak 48,8%. Terlihat peningkatan yang bermakna dari pemakaian MKJP pada responden dengan jumlah anak hidup > 2 orang dibandingkan 2 orang, tetapi hasil uji Chi Square memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jumlah anak hidup dengan pemakaian MKJP (p = 0,052). Ini sesuai dengan hasil penelitian Rahayu, dkk (2009) yang menemukan bahwa peningkatan jumlah anak hidup berbanding lurus dengan peningkatan pemakaian MKJP tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak hidup dengan pemakaian MKJP. Pemakaian MKJP oleh responden dalam penelitian ini tidak secara langsung dipengaruhi oleh jumlah anak hidup yang dimiliki oleh responden, dimana ada kaitan yang erat (p = 0,00) antara jumlah anak hidup dengan umur ibu yaitu sebanyak 63,6% ibu memiliki jumlah anak hidup 2 orang ma sih berumur < 30 tahun yang pada

37 umumnya belum mau memakai MKJP. Kemudian ada sebanyak 15% responden yang telah memiliki anak hidup > 2 orang tetapi umurnya masih < 30 tahun yang pada umumnya juga belum mau memakai MKJP dengan berbagai alasan antara lain takut dengan efek samping MKJP, masih ingin menambah anak lagi, dan khusus untuk MOW memang belum dianjurkan untuk ibu berumur < 30 tahun. Responden dalam penelitian ini juga mayoritas adalah Suku Batak dan tinggal di daerah pedesaan yang masih menginginkan anak > 2 orang, terutama apabila masih hanya memiliki anak laki-laki saja atau perempuan saja, dan masih ada yang memiliki persepsi banyak anak banyak rejeki. Seorang ibu sebaiknya tidak hamil dan melahirkan lebih dari 4 kali karena berbagai penelitian membuktikan bahwa jumlah kehamilan dan persalinan yang terlalu banyak (lebih dari 3) berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan bayi. Jumlah anak hidup akan memengaruhi keputusan dari PUS apakah mereka masih ingin menambah jumlah anak atau tidak. PUS yang tidak ingin lagi menambah jumlah anak cenderung akan memilih metode KB yang lebih efektif dengan masa kerja yang lama (MKJP) (BkkbN, 2009c; Alemayehu, 2012). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Purwoko (2000), Purba (2008) dan Murti (2009) yang menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara jumlah anak hidup dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi termasuk MKJP. Perbedaan ini bisa saja terjadi akibat dari perbedaan lokasi dan metode penelitian.

38 5.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Dari hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup dan kurang (76,5%), sedangkan yang berpengetahuan baik hanya 23,5%. Dari hasil tabulasi silang terlihat bahwa responden yang memakai MKJP terbanyak adalah yang berpengetahuan cukup (48,8%) diikuti berpengetahuan baik (41,7%) dan yang terendah yang memakai MKJP adalah yang berpengetahuan kurang (37,1%). Hasil uji Chi Square memperlihatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian MKJP (p = 0,576). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusumaningrum (2009). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan peneranganpenerangan yang keliru. Sangat penting untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas) karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, juga diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan dengan orangtua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan sekolah, dan lain-lain (Soekanto, 2007) Hasil penelitian menunjukkan masih banyak responden yang memiliki pengetahuan cukup (42,2%) dan kurang (34,3%) tentang KB MKJP. Pengetahuan yang kurang baik tentang KB MKJP bisa menjauhkan MKJP sebagai salah satu pilihan bagi akseptor KB walaupun dari hasil analisis bivariat tidak ditemukan

39 adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian KB MKJP. Pengetahuan yang kurang akan informasi yang benar tentang MKJP menyebabkan mereka memiliki perasaan takut untuk memilih alat kontrasepsi tersebut. Seperti yang dikemukakan dalam teori Lawrence Green yakni faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas dari faktor perilaku masingmasing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh faktor penyebab perilaku, yang salah satunya adalah pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan. Faktor pengetahuan yang kurang selain disebabkan tidak adanya minat dan keinginan untuk mencari tahu juga disebabkan karena kurang adanya informasi yang cukup tentang KB MKJP itu sendiri yang seharusnya diperoleh setiap klien saat konsultasi pertama di tempat pelayanan kesehatan yang dikunjungi. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan ada/tidaknya KIE dari petugas (p = 0,002) dimana 95,8% dari responden yang berpengetahuan baik mengatakan ada mendapat KIE dari petugas, sedangkan yang berpengetahuan kurang hanya 57,1% mengatakan mendapat KIE dari petugas. Sesuai dengan yang tercantum dalam buku Pedoman KIE Kesehatan Reproduksi yang diterbitkan oleh BkkbN (2009) dimana salah satu tujuan khusus KIE adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat/keluarga tentang kesehatan reproduksi (termasuk KB) dan mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat/keluarga ke arah terwujudnya kesehatan reproduksi.

40 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Purba (2008) yang menemukan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemakaian alat kontrasepsi (p=0,014) dan penelitian Murti (2009) dengan hasilnya ada hubungan yang kuat antara pengetahuan tentang KB modern dengan pemakaian MKJP. Alemayehu, dkk (2012) di Etiopia menemukan bahwa wanita berpengetahuan cukup (moderate knowledge) kemungkinan memakai MKJP 6 kali dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang (low knowledge), sedangkan yang berpengetahuan baik (high knowledge) kemungkinan memakai MKJP 8 kali dibandingkan yang berpengetahuan kurang. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh perbedaan lokasi dan metode penelitian, karakteristik serta latar belakang sosial budaya responden. Responden dalam penelitian ini pada umumnya memiliki pengetahuan baik hanya tentang metode KB yang dipakainya sedangkan pertanyaan pengetahuan meliputi semua jenis MKJP sehingga skor total untuk pengetahuan menjadi rendah. 5.4 Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Hasil penelitian persepsi nilai anak menunjukkan bahwa mayoritas responden (63,7%) mempunyai persepsi kurang terhadap nilai anak dan hanya 36,3% yang mempunyai persepsi baik. Dari hasil tabulasi silang dapat dilihat responden yang mempunyai persepsi nilai anak yang baik dan memakai MKJP ada sebanyak 51,4% sedangkan yang berpersepsi kurang yang memakai MKJP sebanyak 38,5%. Hasil uji

41 Chi Square memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi nilai anak dengan pemakaian MKJP (p = 0,291). Dengan memiliki anak orangtua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan dan hal-hal yang merugikan (Ancok, 2006). Responden yang memiliki persepsi nilai anak yang baik memiliki keyakinan bahwa anak memberi lebih banyak keuntungan daripada kerugian. Hal ini akan membuat responden ingin memiliki lebih banyak anak yang dengan sendirinya akan memengaruhi keputusan responden untuk memilih metode kontrasepsi yang akan dipakainya. Mereka akan cenderung untuk memilih metode jangka pendek dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan saja atau tidak memakai alat kontrasepsi sama sekali. Anak dapat dilihat dari 2 segi yaitu kegunaannya (utility) dan dari segi biaya (cost). Kegunaannya antara lain dapat memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi/ membantu dalam pekerjaan dan dapat menghidupi orangtua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Di negara maju kekayaan mengalir dari orang tua ke anak, sedangkan di negara berkembang adalah sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber jaminan ekonomi maka masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi dan tentu saja peran serta dalam program KB akan rendah (Hatmadji, 1981; Siregar, 2003). Bloom, Canning dan Sevilla dalam Adioetomo (2010) mengatakan bahwa peningkatan usia harapan hidup telah mengubah gaya hidup masyarakat di segala aspek. Sikap dan perilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga, masa pensiun,

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan case control untuk mengetahui pengaruh faktor personal, sosial dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross sectionalbertujuan untuk mengetahui hubunganumur, jumlah anak, pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1 KESESUAIAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI (STUDI KASUS DI KABUPATEN PACITAN) Asasih Villasari, S.SiT 1), Yeni Utami 2) (Prodi Kebidanan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB Risneni 1) dan Helmi Yenie 2) 1) 2) Jurusan Kebidanan poltekkes kemenkes Tanjngkarang Abstrak. Rekapitulasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, DAN TARIF LAYANAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kependudukan merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli kependudukan, baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO Hajar Nur Fathur Rohmah, Zulaikha Abiyah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( ) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN AKDR DI KELURAHAN BENTENG PASAR ATAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN 2014 Desi Andriani * ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah yang komplek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian discriptive corelation yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM Rosni Lubis (Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Jakarta III) Email: rosnilubis@gmail.com ABSTRAK Penurunan

Lebih terperinci

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan KB Hormonal Jenis Pil Dan Suntik Pada Akseptor KB Hormonal Golongan Usia Resiko Tinggi Di Puskesmas Cipageran Cimahi Utara Bulan Juli - Agustus 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Ridha Andria 1*) 1 Dosen STIKes Darussalam Lhokseumawe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden : LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kec.Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Rosmadewi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang E-mail:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama di Indonesia dalam bidang kependudukan adalah masih tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang harus ditanggulangi karena pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan cepat. Pada tahun 2008 jumlah

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL SKRIPSI Diajukanuntuk melengkapi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah pemberhentian kehamilan tanpa memandang usia dan tempat kehamilan, oleh sebab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai hubungan kausal

Lebih terperinci

GAMBARAN WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA IUD DAN IMPLANT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

GAMBARAN WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA IUD DAN IMPLANT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 GAMBARAN WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA IUD DAN IMPLANT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 Dewi Harmarisa 1,Nurlina Tarmizi 2,Maryadi 3 Program Studi Kependudukan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau

Lebih terperinci

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Oleh : Eti Wati ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG PADA PUS DI DESA KANCANA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE () PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Novayanti Murdaningsih,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Helmi Yenie* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Prevalensi kegagalan KB pil di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan rancangan perlakuan ulang (Pretest dan Posttest Group Design), dimana rancangan ini menggunakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Subur meningkat sebesar 1,7% (758.770). Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya kelangsungan pemakaian kontrasepsi, termasuk pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA Susiana Sariyati Prodi DIII Kebidanan, Universitas Alma ata Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon Tahun 2013 Frisca Liando 1, Meiske Runkat 2, Iyam Manueke 3 1. Puskesmas Pangolombian Tomohon

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR Vera Virgia Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : veravirgia@gmail.com ABSTRAK IUD (Intra Uteri Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi

Lebih terperinci