PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA BAGI ORANG ASING MELALUI PROSES ATTITUDE DAN APTITUDE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA BAGI ORANG ASING MELALUI PROSES ATTITUDE DAN APTITUDE"

Transkripsi

1 PEMEROLEHAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA BAGI ORANG ASING MELALUI PROSES ATTITUDE DAN APTITUDE Hesti Muliawati Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon ABSTRAK Budaya bangsa Indonesia saat ini mulai diminati oleh orang asing. Bukan hanya budayanya saja tetapi bahasanyapun harus dikuasai. Oleh karena itu, banyak orang asing yang tertarik untuk mempelajari bahasa Indonesia atau kita memakai istilah BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Dalam hal ini, terjadi proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua bagi orang asing. Pemerolehan bahasa ( language acquisition) adalah proses penguasaan bahasa ibu (native language) yang dilakukan oleh seorang individu secara natural, sedangkan pembelajaran bahasa ( language learning) adalah proses penguasaan bahasa yang terjadi dalam tataran formal, yakni belajar di kelas dan diajarkan oleh seorang guru. Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua ( Second Language Acquisition), yaitu attitude dan aptitude. Attitude adalah pemerolehan bahasa secara tidak disadari. Maksudnya, pembelajar memperoleh dan memahami bahasa kedua dengan metode mendengarkan dan membaca. Aptitude adalah pemerolehan bahasa kedua secara sadar, Jadi untuk mempelajari bahasa kedua pembelajar harus memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum memahami proses bahasa itu sendiri. Kata Kunci: Pemerolehan Bahasa, Pembelajaran Bahasa, Pembelajaran Bahasa Kedua, Metode Attitude dan Aptitude I. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, pengguna bahasa Indonesia juga terus bertambah, bukan saja masyarakat Indonesia sendiri tetapi juga masyarakat dari negara-negara lainnya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran bangsa ini yang dinilai semakin penting di mata dunia. Dalam uasaha mempelajari bahasa asing, sekurang-kurangnya seseorang harus berusaha keras untuk menguasai kebudayaan baru, cara berpikir baru, serta cara bertindak baru. Keterlibatan secara menyeluruh baik fisik, intelaktual, maupun emosional sangat diperlukan agar berlangsung secara sepenuhnya dalam mengungkapkan dan menerima pesan melalui media bahasa kedua. Pembelajaran bahasa kedua bukanlah suatu kegiaan yang dapat terprogram dalam waktu yang singkat, tetapi merupakan suatu proses yang terdiri dari sejumlah variabel-variabel yang tidak terbatas. Pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua saat ini sangat diminati oleh warga asing. Tak jarang mereka datang ke Indonesia hanya untuk menguasai dan mempelajari bahasa Indonesia, selain untuk mengenal kebudayaan Indonesia. Maka, orang asing yang berniat mengetahui kebudayaan tersebut dituntut terlebih dahulu untuk menguasai bahasa 29

2 Indonesia sebagai bahasa Nasional Negara Indonesia. Dari fenomena inilah maka pemerolehan dan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (bahasa asing) bagi warga asing harus ditelaah. Maksudnya untuk mengetahui sejauh mana orang asing menguasai bahasa Indonesia melaui proses pembelajaran. Menurut Kepala Bidang Pengembangan, Pusat Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Drs. Mustakim M. Hum. dalam seminar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA) dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) d i Medan, akhir Oktober 2009, mengatakan Bahasa Indonesia sangat berpotensi besar menjadi bahasa penghubung antarbangsa, seiring semakin tingginya minat warga asing untuk mempelajarinya. Pemerolehan bahasa sering dikecohkan dengan istilah pembelajaran bahasa (Krashen dalam Soenjono Darjowidjodjo, 2003: 225). Pemerolehan bahasa ( language acquisition) adalah proses penguasaan bahasa ibu (native language) yang dilakukan oleh seorang individu secara natural, sedangkan pembelajaran bahasa (language learning) adalah proses penguasaan bahasa yang terjadi dalam tataran formal yakni belajar di kelas dan diajarkan oleh seorang guru. Perbedaan keduanya kemudian juga dipertegas oleh Suwarna Priwanggawidagda (2002:12) yang menyatakan bahwa pemerolehan merupakan penguasaan bahasa secara informal/alamiah. Penguasaan itu diperoleh dengan cara menggunakan bahasa itu dalam komunikasai. Pemerolehan bahasa berkaitan dengan penguasaan bahasa. Secara praktis untuk berkomunikasi ( use the language). Berbeda dengan pembelajaran bahasa, seseorang secara tidak sadar seorang individu menguasai kaidah-kaidah kebahasaan dalam setting yang informal. II. KAJIAN TEORI Teori pemerolehan bahasa, seperti halnya teori ilmiah lainnya, menampilkan berbagai hipotesis yang dijadikan dasar kajiannya. Beberapa hipotesis yang muncul dirumuskan secara utuh dan mendalam serta dikaji oleh Krashen (1982;1985). Lima hipotesis yang dikemukakan Krashen sangat berkaitan dengan pemerolehan bahasa kedua, meliputi, 1. Hipotesis pemerolehan dan belajar bahasa (the acquisition and learning hypothesis); 2. Hipotesis urutan alamiah (the natural order hypothesis); 3. Hipotesis monitor (the monitor hypothesis); 4. Hipotesis masukan (the input hypothesis); dan 5. Hipotesis filter afektif ( the affective filter hypothesis). 2.1 Pemerolehan Bahasa Kedua Pemerolehan bahasa kedua sangat erat hubungannya dengan pemerolehan bahasa pertama. Namun ada perbedaan dalam pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua adalah bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari perkembangan kognitif dan sosial tiap individu, sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang individu telah selesai. Banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua. Dalam pemerolehan bahasa pertama, pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua hal itu jarang terjadi. Salah satu persamaan dalam pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua yaitu dalam segi urutan serta pemerolehan butir-butir tata bahasa. 30

3 Mula-mula semua proses dari tidak berbahasa (bai k untuk B1 maupun B2) disebut pembelajaran bahasa ( language learning). Banyak teori yang dikemukakan tentang bagaimana seorang bayi "belajar" bahasa pertamanya. Orang asing dewasa yang sudah belajar ( B2), ketika hendak belajar bahasa Indonesia akan menjalani proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pengajaran bahasa Indonesia di dalam setting Indonesia, walaupun ketika dia sudah menguasai Bahasa Indonesia kelak, sering juga dikatakan bahwa dia telah 'memperoleh' ( acquire) Bahasa Indonesia. Menurut Brown (2000:312), pemerolehan bahasa kedua merupakan bagian dari pembelajaran umum manusia yang melibatkan variasi-variasi kognitif. Variasi-variasi tersebut berkaitan dengan kepribadian seseorang dan pembelajaran budaya kedua yang melibatkan tentang sisi ilmiah dan fungsi-fungsi komunikatif sebuah bahasa. Hal ini ditandai dengan tahap pembelajaran dan proses-proses pengembangan yang bersifat trial dan error. Stephen Krashen (1984) menyatakan bahwa teori pemerolehan bahasa kedua adalah bagian dari linguistik teoritik karena sifatnya yang abstrak. Menurutnya, dalam pengajaran bahasa kedua, hal yang bersifat praktis adalah teori pemerolehan bahasa yang baik Pembelajaran Bahasa Kedua Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulangulang (A more specialized definition migt read as follow: learning is a retatively permanent change in a behavioral tendency an is the result of reinforced practice) (Kimble dan Garmezy dalam Brown, 1987:6). Brown (1987) memperinci karakteristik pembelajaran, antara lain: 1. Mendapatkan (secara disadari); 2. Retensi informasi atau keterampilan; 3. Retensi menggunakan sistem simpanan, memori, dan organisasi kognitif; 4. Mencakup keaktifan, berfokus pada kesadaran dan reaksi-reaksi terhadap peristiwa-peristiwa di dalam maupun di luar organisme; 5. Relatif permanen, tetapi pembelajar dapat lupa; 6. Mencakup beberapa bentuk praktis, mungkin penguatan secara praktis; 7. Mengubah perilaku. Pembelajaran bahasa kedua merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan sumber belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Belajar bahasa merupakan suatu proses meningkatkan kompetensi kebahasaan dan kompetensi performansi komunikasi berdasarkan kompetensi (pengetahuan dan pengajaran) pembelajar. Dalam proses tersebut harus mengacu kepada kompetensi strategi produktif, kompetensi mekanisme psikofisik, dan kompetensi pemilihan konteks. Sistem pengajaran formal di sekolah tentu saja dalam konteks pembelajaran bahasa yang pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat keterpelajaran masukan bahasa hanya merupakan salah satu variabel. Variabel lain yang patut dilihat antara lain ialah variabel pajanan (exposure), usia si pembelajar, dan tingkat akulturasi (Krashen 1982:330). Pembelajaran bahasa kedua melibatkan pemindahan kendali beberapa bentuk pada saat yang tepat ke dalam pemrosesan otomatis sejumlah bentuk bahasa yang relatif tidak terbatas. Menganalisis bahasa secara berlebihan, terlalu memikirkan bentuk-bentuk bahasa, dan secara sadar berlama-lama pada kaidah dan aturan-aturan bahasa cenderung menghambat peningkatan ke arah otomatisitas. 31

4 Pengajaran di kelas akan membantu masukan yang terpahami oleh pembelajar, karena tidak mungkin mendapatkan masukan di tempat lain dengan suasana dan situasi bahasa sasaran tidak dipakai di luar. Pembelajaran di dalam kelas mampu memasok pembelajaran sadar untuk kegunaan pemantauan yang optimal dan untuk membantu pembelajar sepenuhnya di lingkungan luar kelas untuk pemerolehan bahasa lebih lanjut. III. PEMBAHASAN 3.1 Tujuan Belajar Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua Bagi Orang Asing Mempelajari bahasa Indonesia (termasuk mempelajari bahasa lain sebagai bahasa asing) memiliki tujuan, yaitu tercapainya keterampilan berbahasa pada diri pembelajar. Pembelajar menjadi dapat berbahasa dan dapat berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Namun demikian, perlu dibedakan adanya dua jenis tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Jika seseorang mempelajari bahasa asing semata-mata untuk berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa itu, maka termasuk ke dalam tujuan umum. Tercapainya tujuan umum seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut BICS (Basic Interpersonal Communication Skills). Oleh karena itu, tekanan penguasaaan adalah bahasa sehari-hari, sehingga dapat digunakan sebagai kepentingan praktis, misalnya bagaimana si pembelajar menyapa, menawar, menolak, mengucapkan terima kasih, dsb. Jika seseorang ingin mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang diungkapkan dalam bahasa itu, maka tujuan itu termasuk tujuan khusus. Misalnya pembelajar ingin mengetahui kebudayaan suatu suku bangsa. Tercapainya tujuan seperti ini mempersyaratkan tercapainya keterampilan yang disebut CALP (Cognitive Academic Language Proficiency). 3.2 Pemerolehan Bahasa Kedua Melalui Attitude Krashen menyatakan bahwa pembelajaran bahasa kedua untuk orang dewasa mempunyai dua cara untuk menyerap bahasa sasaran. Pertama adalah pemerolehan, sebuah proses bawah sadar dan intuitif dalam pengembangan sistem sebuah bahasa, tidak berbeda dengan proses seorang anak untuk belajar begitu saja bahasa. Cara kedua adalah sebuah proses pembelajaran sadar di mana pembelajar memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum mampu memahami akan proses mempelajarinya. Oleh karena itu, orang dewasa harus memperoleh sebanyak mungkin kosakata agar bisa mencapai kecakapan dalam berkomunikasinya. Menurut Krashen (1978:19), ada dua cara pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition), yaitu attitude dan aptitude. Attitude adalah pemerolehan bahasa secara tidak disadari. Maksudnya pembelajar memperoleh dan memahami bahasa kedua dengan metode mendengarkan dan membaca. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi attitude, yaitu: a. Encourage intake, dukungan dari diri sendiri untuk belajar bahasa kedua. b. Intregative motivation, motivasi untuk masuk dalam suatu kelompok yang menggunakan bahasa kedua secara komunikatif. c. Instrumental motivation, motivasi untuk bisa mempraktekkan bahasa kedua tersebut sesuai dengan kebutuhan yang dipakainya. Dari ketiga faktor yang mempengaruhi di atas, faktor motivasi untuk dapat mempraktikkan bahasa kedua sangat memegang peranan penting. Karena kita ketahui, dalam kesuksesan 32

5 pembelajaran bahasa, terutama bahasa kedua sangat bergantung pada sering tidaknya kita berlatih menggunakan bahasa tersebut. 3.3 Pemerolehan Bahasa Kedua Melalui Aptitude Aptitude adalah pemerolehan bahasa kedua secara sadar. Jadi, untuk mempelajari bahasa kedua pembelajar harus memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum memahami proses bahasa itu sendiri. Seseorang yang memperoleh bahasa kedua secara aptitude, ia akan lebih unggul dalam menghadapi berbagai tes kebahasaan dalam bentuk tertulis. Misalnya tes tata bahasa (structure test), menulis (writing test), membaca (reading test), atau bisa dalam bentuk proficiency test. Menurut Carrol (1973:7), seseorang yang memperoleh bahasa kedua bisa diukur kemampuannya melaui MLAT (Modern Language Aptitude Test) dan LAB (Language Aptitude Baterry) yang meliputi tiga komponen apitude, yaitu: a. Phoenetic coding ability, yaitu kemampuan untuk mengingat kata-kata baru dalam bahasa asing; b. Grammatical sensitivity, yaitu kemampuan untuk menganalisa struktur kata dalam bahasa asing; c. Inductive ability, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi suatu pola dan hubungannya dengan makna atau struktur kalimat. Sedangkan menurut Pimsleur (1996:182), komponen aptitude ada tiga, yaitu: a. Kemampuan verbal (verbal intelligence); b. Motivasi dalam pembelajaran bahasa (motivation in learning language); c. Kemampuan untuk mendengarkan (auditiry ability). Pada dasarnya komponen attitude menutut kedua ahli tersebut hampir sama yaitu dari komponen Carrol tentang grammatical sensitivity dan inductive ability serta salah satu komponen Pimsleur yaitu verbal intelligence itu berhubungan secara langsung dari pembelajaran sadar. IV. SIMPULAN Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan bahasa pertama (language acquisition) di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing ( second language learning) dilaksanakan dengan sadar (consciousness). Pada anak-anak, kesalahan berbahasa dikoreksi oleh lingkungannya secara tidak formal, sedangkan pada orang dewasa yang belajar bahasa kedua, kesalahan berbahasa diluruskan dengan cara berlatih ulang dan terus belajar. Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua (second language acquisition), yaitu attitude dan aptitude. Attitude adalah pemerolehan bahasa secara tidak disadari. Maksudnya pembelajar memperoleh dan memahami bahasa kedua dengan metode mendengarkan dan membaca. Aptitude adalah pemerolehan bahasa kedua secara sadar, Jadi untuk mempelajari bahasa kedua pembelajar harus memperhatikan bentuk, memahami aturan, dan secara umum memahami proses bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua harus reseptif terhadap orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terhadap bahasa itu sendiri. Responsif terhadap orang-orang sekitar, terhadap konteks komunikasi, dan bersedia serta mampu menempatkan nilainilai tertentu dalam aksi komunikatif timbal balik antarindividu dan dalam penguasaan bahasa asing, pengalaman faktual memiliki peranan amat penting, terutama dalam perwujudan input dan pencapaian output. 33

6 PUSTAKA RUJUKAN Brown, Gillian, Kirsten Malmakjaer, John Wiliiams Performance and Competence in Second Language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press. Brown, H.Douglas Principles of Language Learning and Teaching. New yersy: Prentice-Hall, Inc. (pearson education). Ellis, R Understanding Second Language Acquisation. Thrid edition.oxford: University Press. Krashen, Stephen Second Language Acquisition and Second Language Learning. Oxford: Pergamon Press. Pringgawidagda, Suwarna Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara. Rombepajung Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenederal Pendidikan Tinggi 34

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA

TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA TEORI KRASHEN SEBAGAI SOLUSI PEMECAHAN MASALAH KEMAMPUAN BERBICARA PADA PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DI INDONESIA Firma Pradesta Amanah Firma.pradesta@gmail.com Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meida Taftiawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meida Taftiawati, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang besar, terdapat sekitar 17.504 pulau besar dan kecil. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA B. Widharyanto PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Autentisitas di dalam pembelajaran bahasa asing, seperti BIPA, merupakan aspek yang

Lebih terperinci

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH

METODE KONTEMPORER. v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH METODE KONTEMPORER v RESPON FISIK TOTAL v PENGAJARAN BAHASA KOMUNIKATIF v PENDEKATAN ALAMIAH METODE RESPON FISIK TOTAL (TOTAL PYYSICAL RESPONSE) ü Total Phisical Respons atau TPR ditemukan James Asher

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang secara resmi dibuka pada akhir tahun 2015 perlu dipersiapkan dengan matang. Lalu lintas perekonomian termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu Lampiran 18. Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II 162 Lampiran 19. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Sintetik (SAS)

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu yang mencakup tiga hal utama, yaitu pemerolehan bahasa (language acquisition), pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Retnosari, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Retnosari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Tanpa bahasa, manusia akan sulit berinteraksi dengan orang lain. Menurut data dari Stephen Juan, Ph.D, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa Indonesia memiliki peluang menjadi bahasa pengantar dalam berbagai keperluan seperti perniagaan atau penyampaian informasi. Langkah utama yang

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA BALI MAHASISWA BARU JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI TAHUN AJARAN

ANALISIS HUBUNGAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA BALI MAHASISWA BARU JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI TAHUN AJARAN ANALISIS HUBUNGAN SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA BALI MAHASISWA BARU JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI TAHUN AJARAN 2013-2014 (Studi Psikometrik dalam Rangka Rekrutmen Mahasiswa Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa, juga akan terjadi hubungan timbal balik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP Nomor 1) Mata Kuliah : Bahasa Inggris Kode Mata Kuliah : GD 100 Pokok Bahasan : EFL in Elementary School Subpokok Bahasan : 1. Characteristics of English as Second Language

Lebih terperinci

Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa

Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 12-18 Cerita Rakyat Sebagai Media Keterampilan Berbahasa Elva Riezky Maharany Universitas Islam Malang elvmaharany@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA (STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TABANAN TAHUN AJARAN 2010/2011) Oleh:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM TATARAN KEBIJAKAN

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM TATARAN KEBIJAKAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DALAM TATARAN KEBIJAKAN Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam suatu interaksi. Manusia berinteraksi dengan sifat yang dinamis seiring dengan itu, bahasa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH

OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH OPTIMALISASI PENERAPAN KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO BERBICARA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA MADRASAH IBTIDIYAH Ratna Sari Dewi ABSTRAK; Kemampuan berbicara bahasa Inggris

Lebih terperinci

SECOND LANGUAGE DEVELOPMENT OF INDONESIAN LEARNERS OF ENGLISH

SECOND LANGUAGE DEVELOPMENT OF INDONESIAN LEARNERS OF ENGLISH SECOND LANGUAGE DEVELOPMENT OF INDONESIAN LEARNERS OF ENGLISH Maya Oktora Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini

Bab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini Bab 3 Analisis Data Pada bab 3 ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013. Ada pun responden dari penelitian ini merupakan mahasiswa-mahasiswa

Lebih terperinci

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING Jimat Susilo Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unswagati Cirebon

Lebih terperinci

Build the world with studying..

Build the world with studying.. By Build the world with studying.. Menurut beberapa ahli pakar psikologi : Gage dan Berliner : belajar merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA

PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA Bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua dapat berkembang di berbagai tempat; di rumah, di luar rumah, di kelas, dan di tempat-tempat lain (Van Lier, 1989).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

DIRECT METHOD SEBAGAI SEBUAH METODE PEMBELAJARAN BAHASA

DIRECT METHOD SEBAGAI SEBUAH METODE PEMBELAJARAN BAHASA DIRECT METHOD SEBAGAI SEBUAH METODE PEMBELAJARAN BAHASA Indiyah Prana Amertawengrum* Abstrak : Keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah metode pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA Pendahuluan Media dan alat peraga dalam pembelajaran bahasa kedua merupakan salah satu fokus bahasan dalam BBM. Alasannya antara lain media dan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. (1) Terjadi kesalahan pemakaian diksi pada naskah pidato bahasa Jawa siswa

BAB V PENUTUP. (1) Terjadi kesalahan pemakaian diksi pada naskah pidato bahasa Jawa siswa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Terjadi kesalahan pemakaian diksi pada naskah pidato bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BACAAN BERDASARKAN FAKTA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INGGRIS

PENGGUNAAN BACAAN BERDASARKAN FAKTA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INGGRIS PENGGUNAAN BACAAN BERDASARKAN FAKTA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA INGGRIS Syarifah Farahdiba dan Fitriyani Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata Raya, Kampus UNM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Muh. Jabir STAIN Datokarama Palu, Jl. Diponegoro 23 Palu e-mail:muh.jabir@ymail.com Abstrak Menurut para ahli linguistik, ada empat kemahiran yang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR

PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR Oleh Salmah Naelofaria Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Email : s.naelofaria@gmail.com Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan proses pembelajaran bahasa adalah untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa tersebut. Di negara-negara yang mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa asing,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Vocabulary (Kosa Kata). Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan mempelajari Bahasa Inggris, Pengertian vocabulary (kosa kata), Sifat vocabulary (kosa

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh setiap manusia sejak lahir. Pada saat seorang anak dilahirkan, anak tersebut belum memiliki kemampuan untuk berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa asing, berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan (2008:1) bahwa:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah investasi jangka panjang sebagai modal perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan menjadi

Lebih terperinci

Studi Efektifitas Pembelajaran Bahasa Inggris Anak Usia Sekolah Dasar di Tempattempat Kursus Bahasa Inggris di Kabupaten Bangkalan

Studi Efektifitas Pembelajaran Bahasa Inggris Anak Usia Sekolah Dasar di Tempattempat Kursus Bahasa Inggris di Kabupaten Bangkalan Studi Efektifitas Pembelajaran Bahasa Inggris Anak Usia Sekolah Dasar di Tempattempat Kursus Bahasa Inggris di Kabupaten Bangkalan Masduki 1 Prodi Sastra Inggris FISIB Universitas Trunojoyo Madura Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa. upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penelitian ini dititikberatkan pada kajian kemampuan berbahasa sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis kalimat bagi siswa asing dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 5, No. 2, Agustus 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP PENDAHULUAN Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun keduanya merupakan sesuatu yang berpadu. Satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik. Ketrampilan-ketrampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik. Ketrampilan-ketrampilan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Seperti halnya bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris juga terdapat

Lebih terperinci

MERANCANG ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN PRAKARYA TEKNIK LAS BERORIENTASI PRODUK DI SMK

MERANCANG ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN PRAKARYA TEKNIK LAS BERORIENTASI PRODUK DI SMK 33 MERANCANG ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN PRAKARYA TEKNIK LAS BERORIENTASI PRODUK DI SMK Daniel Santoso 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG

PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i3p%25p.671 PENGARUH CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA DI KALANGAN MAHASISWA IKIP SILIWANGI BANDUNG Suci Lestari 1, Syanti Oktaviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

Membangun Sikap Positif Berbahasa Inggris melalui Speech and Writing Competition Abstrak

Membangun Sikap Positif Berbahasa Inggris melalui Speech and Writing Competition Abstrak Membangun Sikap Positif Berbahasa Inggris melalui Speech and Writing Competition 2013 Abstrak Ella Wulandari Universitas Negeri Yogyakarta wulandari.ella@uny.ac.id Sikap positif telah dibuktikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui pembelajaran bahasa Jepang di tingkat SMA pada umumnya dapat dikembangkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan untuk

Lebih terperinci

Trik Sukses di Tes Toefl

Trik Sukses di Tes Toefl Trik Sukses di Tes Toefl Ada sejumlah cara agar sukses dalam sejumlah tes Bahasa Inggris. Misalnya, TOEFL, English Language Proficiency Test (ELPT), dan lain sebagainya. Pekan lalu, tim UNAIR News berkesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH :STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA KULIAH :STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA & SASTRA Fakultas / Program Studi : FBS/ Bahasa Jawa Mata Kuliah & Kode : Strategi Pembelajaran Bahasa & Sastra Kode : PBJ 207 SKS : Teori : 2 SKS Praktik : - SKS 4. Kompetensi Dasar : Sem : 5 Waktu : 100 5. Kepentensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG DAN SARANA PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA PADA ANAK SYAFI I ZAINI. Dosen Universitas Muslim Nusantara ( UMN ) Al-Washliyah

SISTEM PENUNJANG DAN SARANA PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA PADA ANAK SYAFI I ZAINI. Dosen Universitas Muslim Nusantara ( UMN ) Al-Washliyah SISTEM PENUNJANG DAN SARANA PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA PADA ANAK SYAFI I ZAINI Dosen Universitas Muslim Nusantara ( UMN ) Al-Washliyah Jln. Garu II Medan Abstrak Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA KOREA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA KOREA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA KOREA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) I. KELAYAKAN ISI A. KESESUAIAN URAIAN MATERI DENGAN KI DAN KD Butir 1 Butir 2 Butir

Lebih terperinci

URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS

URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS URUTAN PENGUASAAN POLA KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS Luluk Sri Agus Prasetyoningsih Abstrak: Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi objektif tentang urutan penguasaan pola kalimat bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

Peran Motivasi Pada Pembelajaran Bahasa Inggris

Peran Motivasi Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Peran Motivasi Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Qorinta Shinta Jurusan Teknik Informatika STMIK PROVISI shintaprovisi@yahoo.com Abstract At present time English has been a global language widely used in

Lebih terperinci

SILABUS PSIKOLINGUISTIK (IN 303) Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SILABUS PSIKOLINGUISTIK (IN 303) Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SILABUS PSIKOLINGUISTIK (IN 303) Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 DESKRIPSI MATA KULIAH PSIKOLINGUISTIK IN 303 Psikolinguistik: S1, 2 SKS, Semester VII Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia. oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia. oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bagi

Lebih terperinci

Lersianna Saragih *)

Lersianna Saragih *) Pragmatik dan Pemahaman Lintas Budaya Lersianna Saragih *) Abstrak Artikel ini menguraikan tentang perlunya penguasaan kebudayaan komunitas pengguna bahasa asing yang hendak dipelajari (bahasa target),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah petunjuk nyata bagi seluruh umat manusia yang kemurniannya terjaga sampai akhir zaman. Salah satu cara menjadi bagian dari orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan bagian dari belahan dunia yang selalu berubah, oleh karena itu bangsa Indonesia harus mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Berdasarkan Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan tidak akan tersingkir dari arena persaingan. Bangsa yang tidak

Lebih terperinci

Menjadi Pembelajar Bahasa Asing Yang Baik Oleh: Iman Santoso * Abstrak

Menjadi Pembelajar Bahasa Asing Yang Baik Oleh: Iman Santoso * Abstrak Menjadi Pembelajar Bahasa Asing Yang Baik Oleh: Iman Santoso * Abstrak Keberhasilan proses belajar mengajar dalam bahasa asing dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor pengajar/guru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud,

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dewasa ini tercatat tidak kurang dari 36 negara yang telah mengajarkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Di negara-negara yang dimaksud,

Lebih terperinci

Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa Asing

Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa Asing Available online at https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/engedu English Education: Jurnal Tadris Bahasa Inggris p-issn 2086-6003 Vol 10 (1), 2017, 61-71 Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa Asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIPA BERDASARKAN KESALAHAN BAHASA INDONESIA PEMBELAJAR ASING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIPA BERDASARKAN KESALAHAN BAHASA INDONESIA PEMBELAJAR ASING PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIPA BERDASARKAN KESALAHAN BAHASA INDONESIA PEMBELAJAR ASING Gatut Susanto Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Abstract: Indonesian has attracted a number

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS

PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS Sugirin Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Materi ajar merupakan sarana yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang terpelajar dan berpendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi sudah pasti ingin memiliki kemampuan berbicara Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada dasarnya bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan untuk berpikir. Belajar bahasa berarti belajar menggunakannya untuk berkomunikasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI Sriwahyu Istana Trahutami utami_undip@yahoo.com Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Reading is a complex process that

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~ MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing ~Dante Darmawangsa ~ I. PENDAHULUAN Pemerolehan bahasa asing biasanya didapatkan melalui

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH CHOKAI DENGAN METODE DISKUSI

PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH CHOKAI DENGAN METODE DISKUSI PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH CHOKAI DENGAN METODE DISKUSI Lispridona Diner lisjoost@yahoo.com Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Kegiatan pembelajaran melibatkan dua pihak yaitu pengajar

Lebih terperinci