FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh Shella Rafika Sari NIM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh Shella Rafika Sari NIM Dibawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Jahja Umar, Ph. D NIP M. Avicenna, M. Hsc, Psy NIP FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

3 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Desember Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, 6 Desember 2010 Sidang Munaqasyah Dekan Ketua Merangkap Anggota / Pembimbing I Pembantu Dekan Sekretaris Merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP NIP Anggota Ikhwan Luthfi, M.Psi., Psi M. Avicenna, M. Hsc, Psy NIP NIP

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Shella Rafika Sari NIM : Dengan ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam membuat laporan penelitian dengan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN DIRI: SEBUAH PENELITIAN DIKALANGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM (ABH) DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA (PSMP) HANDAYANI adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melanggar etika akademik seperti penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Apabila dikemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Jakarta, 6 Desember 2010 Yang Menyatakan Shella Rafika Sari NIM

5 PERSEMBAHAN Seiring rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang selalu menyertaiku Kupersembahkan karya ini sebagai kenang-kenangan untuk orang-orang tersayang: Ayah, Kakak, dan Alm. Abangku tercinta, Ibu, Abang, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, dan semua orang yang kusayangi

6 MOTTO Keajaiban hanya terjadi pada orang-orang yang pantang menyerah..

7 ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) November 2010 (C) Shella Rafika Sari (D) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri: Sebuah Penelitian dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani (E) XIV + 85 Halaman + 59 Lampiran (F) Penerimaan diri (self acceptance) adalah masalah yang penting dan serius dalam kehidupan manusia. Penerimaan diri penting karena merupakan asas untuk membentuk diri yang baik supaya kita dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri adalah asas meningkatkan diri untuk menghadapi cobaan hidup. Penerimaan diri akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan aspek penerimaan diri menurut Sheerer (Cronbach, 1963), yaitu perasaan sederajat, percaya kemampuan diri, bertanggung jawab, orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan dan menerima sifat Kemanusiaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan pada teori Hurlock (1974), yaitu pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik dan konsep diri yang stabil. Dengan variabel kontrol Anak Berhadapan Hukum (ABH) usia tahun di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 Anak Berhadapan Hukum (ABH) Hasil pengujian hipotesis penerimaan diri (self acceptance) sebagai DV mengahasilkan R 2 : 0.185, yang berarti 18,5% dari bervariasinya penerimaan diri ditentukan oleh ke 10 IV tersebut dengan nilai F yang dihasilkan adalah Karena nilai F yang dihasilkan memiliki probability p < 0.05, maka dapat dikatakan signifikan. Arah dari koefisien regresi yang signifikan tersebut, ternyata ditemukan dampak yang positif, yang berarti semakin tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, maka semakin tinggi penerimaan diri dan sebaliknya, semakin rendah faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, maka semakin rendah penerimaan dirinya. IV yang signifikan dari penerimaan diri (self acceptance) adalah pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, dan konsep diri yang stabil. (G). Bahan Bacaan: 18 buku + 19 jurnal + 1 skripsi

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Jahja Umar, Ph. D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan selama menyelesaikan skripsi ini. 2. M. Avicenna, M. Hsc, Psy selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Neneng Tati Sumiati, M. Si. Psi selaku pembimbing akademik yang selalu meluangkan waktu untuk berkonsultasi. 4. Dra. Puji Astuti Santoso., M. Si selaku Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. 5. Ibu Naning Purwaningsih Handayani., SH selaku penyuluh sosial muda di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani yang bersedia membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Staf Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Cipayung, Jakarta Timur. 7. Kepada semua Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Ayah dan Kakak yang penulis cintai, yang telah memberikan dukungan serta do a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9 9. Sahabatku Merlyna Revelia, yang selalu memberikan perhatian, bantuan, dan dukungan. 10. Rekan-rekan mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua. Wassalamu alaikum Wr.Wb Jakarta, 6 Desember 2010 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Persetujuan... ii Lembar Pengesahan... iii Pernyataan... iv Persembahan... v Motto... vi Abstrak... vii Kata Pengantar... viii Daftar Isi... x Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiii Daftar Lampiran... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Identifikasi Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Penelitian Perumusan Masalah Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan secara Khusus Tujuan secara Umum Manfaat Penelitian Manfaat secara Teoritis Manfaat secara Praktis Sistematika Penulisan BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Penerimaan Diri (self Acceptance)... 14

11 2.2.1 Definisi Penerimaan Diri (self Acceptance) Aspek-aspek Penerimaan Diri (self Acceptance) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Proses Terbentuknya Penerimaan Diri (self Acceptance) Dampak dari Penerimaan Diri (self Acceptance) Anak Berhadapan Hukum (ABH) Kerangka Berpikir Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Variabel Penelitian Instrumen Pengumpulan Data Metode Analisa Data Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Penelitian BAB 4 HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Uji Hipotesis Penerimaan Diri (self Acceptance) sebagai DV Perasaan Sederajat sebagai DV Percaya Kemampuan Diri sebagai DV Bertanggung Jawab sebagai DV Orientasi Keluar Diri sebagai DV Berpendirian sebagai DV Menyadari Keterbatasan sebagai DV Menerima Sifat Kemanusiaan sebagai DV BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Kesimpulan Diskusi Saran DAFTAR PUSTAKA... 82

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Blue Print Skala Penerimaan Diri Tabel 3.2 Blue Print Skala Pemahaman Diri Tabel 3.3 Blue Print Skala Harapan yang Realistik Tabel 3.4 Blue Print Skala Bebas dari Hambatan Lingkungan Tabel 3.5 Blue Print Skala Sikap Masyarakat yang Menyenangkan Tabel 3.6 Blue Print Skala Tidak Ada Tekanan Emosi yang Berat Tabel 3.7 Blue Print Skala Pengaruh Keberhasilan Tabel 3.8 Blue Print Skala Identifikasi Seseorang Penerimaan Diri Tabel 3.9 Blue Print Skala Perspektif Diri Tabel 3.10 Blue Print Skala Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik Tabel 3.11 Blue Print Skala Konsep Diri yang Stabil Tabel 3.12 Uji Validitas Skala Penerimaan Diri (Self Acceptance) Tabel 3.13 Uji Validitas Skala Faktor Mempengaruhi Penerimaan Diri Tabel 4.1 Kategorisasi Perasaan Sederajat Tabel 4.2 Kategorisasi Percaya Kemampuan Diri Tabel 4.3 Kategorisasi Bertanggung Jawab Tabel 4.4 Kategorisasi Orientasi Keluar Diri Tabel 4.5 Kategorisasi Berpendirian Tabel 4.6 Kategorisasi Menyadari Keterbatasan Tabel 4.7 Kategorisasi Menerima Sifat Kemanusiaan Tabel 4.8 Ketujuh Komponen Penerimaan Diri sebagai DV Tabel 4.9 IV Signifikan pada Ketujuh Komponen Penerimaan Diri... 73

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar 2 Penerimaan Diri (Self Acceptance) sebagai DV Gambar 3 Perasaan Sederajat sebagai DV Gambar 4 Percaya Kemampuan Diri sebagai DV Gambar 5 Bertanggung Jawab sebagai DV Gambar 6 Orientasi Keluar Diri sebagai DV Gambar 7 Berpendirian sebagai DV Gambar 8 Menyadari Keterbatasan sebagai DV Gambar 9 Menerima Sifat Kemanusiaan sebagai DV... 71

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Skala penerimaan Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri : Hasil Pengumpulan Data : Hasil Penelitian : Surat Izin Penelitian : Surat Pernyataan telah Selesai Penelitian dari Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani

15 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan diri (self acceptance) merupakan variabel yang penting dan telah teruji dalam berbagai terapi Gestalt dan Rogerian (Carson dan Butcher, 1992). Pengembangan kesadaran diri dan penerimaan diri individu merupakan objek utama terapi Gestalt yang mengarah pada aktualisasi diri (Golstein dalam Sarason, 1972). Oleh karena itu, masalah penerimaan diri adalah masalah yang penting dan serius dalam kehidupan manusia. Penerimaan diri penting karena merupakan asas untuk membentuk diri yang baik supaya kita dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ada. Penerimaan diri adalah asas meningkatkan diri untuk menghadapi cobaan hidup. Apabila individu tidak memiliki penerimaan diri yang baik, maka perasaan kecewa, sedih, ketidakpuasan dan hilang semangat akan timbul, bahkan individu juga akan hilang keyakinan dan tujuan di dalam hidupnya. Ciri-ciri tersebut dapat mengakibatkan individu tersebut masuk dalam situasi stres apabila menemui kegagalan dan kemungkinan dapat membuat individu bersikap pasif. 1

16 Penerimaan diri juga berlaku melalui sosialisasi dengan individu lain karena penerimaan diri mempengaruhi tindak-tanduk individu dalam menghadapi cobaan hidup yang dialaminya. Individu yang mempunyai penerimaan diri yang baik dapat mengatasi atau mengendalikan masalah yang timbul dalam hidupnya. Pernyataan tersebut di dukung oleh Calhoun dan Acocella (1990) yang mengatakan bahwa penerimaan diri akan membantu individu dalam menyesuaikan diri, sehingga sifat-sifat dalam dirinya seimbang dan terintegrasi. Senada dengan Skinner (1953) yang menyebutkan salah satu kriteria utama bagi suatu kepribadian yang terintegrasi dengan baik adalah menerima diri sendiri. Individu yang mempunyai penerimaan diri baik dikatakan sebagai orang yang menyukai dan menghargai dirinya dengan melihat dirinya berhubungan dengan dunia luar. Sebaliknya, individu yang mempunyai penerimaan diri yang buruk melihat dirinya sebagai orang yang membenci dan tidak menghargai diri, merasa dirinya tidak nyaman dalam berhubungan dengan sekitarnya. Hurlock (1974) membagi dampak penerimaan diri menjadi dua kategori. Pertama, dalam penyesuaian diri. Orang yang memiliki penerimaan diri, mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Brooks & Golstein (2009) bahwa penerimaan diri dikaitkan dengan penghargaan diri dan rasa percaya diri. Individu lebih dapat menerima kritik demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistik, sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. 2

17 Dengan penilaian realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan merasa puas menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain. Kedua, dalam penyesuaian sosial. Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan simpati. Dengan demikian, orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri, sehingga mereka cenderung lebih berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented). Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk membantu orang lain. Individu yang memiliki penerimaan diri rendah cenderung tidak berani menghadapi cobaan dan senantiasa mencoba melarikan diri dari masalah atau tanggung jawab (Hurlock, 1974). Ini disebabkan karena individu tersebut takut menghadapi kegagalan, sehingga individu tidak ingin melibatkan diri dalam berbagai aktivitas dan akan mengasingkan diri dari orang lain. Individu senantiasa memikirkan sesuatu yang tidak baik pada diri mereka sendiri, bersikap pesimistik dengan masa depannya, bahkan bertingkah laku buruk pada pendapat, pandangan ataupun kritikan orang lain. Emosi dan mental individu menjadi mudah dipengaruhi oleh unsur-unsur luar karena tidak mempunyai keyakinan, tidak berpendirian, dan tidak tabah, sehingga individu tidak dapat membuat keputusan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. 3

18 Penerimaan diri yang rendah merupakan faktor penting yang mempengaruhi ide dan percobaan bunuh diri (Golstein dalam Sarason, 1972). Ketika ditolak oleh kelompok maupun lingkungan sekitarnya, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik mungkin akan merasa tertekan untuk sementara, tapi perasan itu akan segera hilang. Individu bebas dari kesalahan manusiawi dan tidak memandang dirinya sebagai seseorang yang harus marah, takut atau menghindar dari konflik keinginan. Individu merasa memiliki hak untuk mempunyai ide, aspirasi, dan keinginan sendiri, sehingga mereka tidak akan mengeluh tentang kepuasan hidup. Sedangkan individu dengan penerimaan diri yang rendah akan terus merasa ditolak karena perasaan rendah dirinya dan merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya. Penerimaan diri merupakan hasil instropeksi melalui pengamatan, pemikiran dan perasaan diri. Pernyataan tersebut didukung oleh Chaplin (2006) yang menyatakan proses penerimaan diri dimulai melalui proses pengamatan, pemikiran dan perasaan serta penilaian-penilaian terhadap diri sendiri. Senada dengan Cronbach (1963) yang mengatakan bahwa untuk mencapai penerimaan diri harus melalui introspeksi terhadap diri sendiri. Supraptiknya (1995) menambahkan bahwa proses terbentuknya penerimaan diri berkaitan dengan pembukaan diri, kesehatan psikologis dan penerimaan terhadap orang lain. Jika seseorang dapat menerima diri dengan baik maka dengan mudah akan membuka diri. Demi penerimaan diri maka kita harus bersikap tulus dan jujur dalam membuka diri. Bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi 4

19 penerimaan diri kita. Selanjutnya, kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Orang yang sehat secara psikologis memandang dirinya disenangi, mampu, berharga dan diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, agar kita tumbuh dan berkembang secara psikologis, kita harus menerima diri kita. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif tentang orang lain. Dengan demikian, masalah penerimaan diri menjadi sangat penting bagi seseorang, maka penting pula untuk diteliti. Peneliti berminat untuk meneliti penerimaan diri pada Anak Berhadapan Hukum (ABH), karena pengalaman selama dipenjara akan membuat penerimaan diri yang tadinya baik akan menjadi terhambat, bahkan mungkin rusak. Di mana hal tersebut juga dapat kita lihat dari proses terbentuknya penerimaan diri yang telah dijelaskan sebelumnya. Layaknya hukum rimba, di penjara orang-orang yang mempunyai kekuatan akan menguasai orang-orang yang lemah dan biasanya semakin berat tingkat kejahatan seseorang maka ia akan semakin dihargai. Tahanan anak seringkali diperlakukan sama dalam penjara layaknya tahanan dewasa. Terlebih lagi ketika tahanan anak ini bersatu dengan para tahanan dewasa, karena terkadang mereka harus bersatu dan berinteraksi dengan para tahanan dewasa. Interaksi yang sangat terbuka antara tahanan anak dengan tahanan dewasa seringkali membawa efek negatif bagi tahanan anak. Beberapa efek lain terjadi di dalam tahanan, seperti perkelahian antar tahanan anak atau pemalakan yang dilakukan oleh beberapa tahanan yang menjadi kaki tangan tahanan dewasa, sehingga tahanan anak seringkali menjadi korban eksploitasi para tahanan dewasa. 5

20 Bahkan setelah bebas, mereka masih harus dihadapkan dengan stigma buruk dari masyarakat di sekitarnya. Penjara dengan segala macam permasalahan dan kondisinya telah menjadi identitas sosial tersendiri di masyarakat. Penjara sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang dinilai telah melakukan tindak kejahatan di tengah masyarakat, secara laten telah menerapkan beberapa nilai tersendiri. Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang ingin kembali dalam masyarakat dan ingin hidup normal berada dalam suatu dilema. Di satu sisi, mereka ingin kembali bisa hidup bersama dengan masyarakat umum, tetapi di sisi lain mereka merasa kesulitan untuk merubah sikap dan pandangan masyarakat yang telah memberikan predikat buruk pada orang-orang yang keluar dari penjara. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan kehidupan psikis ABH kurang stabil, banyak memendam konflik internal dan konflik dengan lingkungannya. Akibatnya, ABH dalam kelanjutan hidupnya menemui kesulitan untuk menerima diri dalam keadaannya yang sebenarnya. Masalah inilah yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu kondisi penerimaan diri pada ABH. Individu yang dapat menerima dirinya sendiri berarti individu yang mampu menerima keberadaan diri apa adanya, menerima semua kelebihan dan kekurangan dirinya. Penerimaan diri dalam kehidupan merupakan proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang mampu menerima keberadaan dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Penerimaan diri bagi seseorang yang pernah mengalami kehidupan hitam sering membuat orang yang bersangkutan sulit menerima dirinya. 6

21 Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri (self acceptance), seperti pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik, dan konsep diri yang stabil. Semua faktor-faktor penerimaan diri tersebut akan membawa seseorang ke karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik. Allport (dalam Hjelle & Zeigler, 1992) menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik adalah memiliki gambaran yang positif tentang dirinya, dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya, dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain memberikan kritik, serta dapat mengatur keadaan emosi mereka dari rasa marah. Senada dengan Hjelle (1992) yang mengemukakan bahwa karakteristik seseorang yang memiliki penerimaan diri yang tinggi adalah mempunyai gambaran positif terhadap dirinya dan dapat bertahan dalam kegagalan atau kepedihan serta dapat mengatasi keadaan emosionalnya seperti depresi, marah dan rasa bersalah. Sheerer (dalam Cronbach, 1963) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri adalahm empunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya, menganggap dirinya berharga sebagai seseorang manusia yang sederajat dengan orang lain, berani memikul tanggung 7

22 jawab terhadap perilakunya, menerima pujian dan celaan secara objektif, tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya. Jersild (1978) memberikan perbedaan karakteristik individu yang menerima keadaan dirinya atau yang telah mengembangkan sikap penerimaan terhadap keadaannya dan menghargai diri sendiri, yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irrasional. Orang yang menerima dirinya menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya. Mereka juga menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sangat penting untuk ditelaah lebih dalam, karena faktor-faktor tersebut adalah penentu dari karakteristik penerimaan diri yang baik pada individu. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan peneliti ingin mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri: Sebuah Penelitian dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. 8

23 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani? 2. Dan diantara faktor-faktor tersebut, faktor manakah yang paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lainnya? 3. Apakah faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dalam mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani? 1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Penelitian Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diuraikan, yaitu: 1. Penerimaan diri yang dimaksud adalah kemampuan individu yang mencerminkan perasaan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta dapat mengelola potensi dan keterbatasan dirinya dengan baik. Penerimaan diri akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan aspek penerimaan diri menurut Sheerer (Cronbach, 1963) sebagai berikut: a. Perasaan sederajat b. Percaya kemampuan diri c. Bertanggung jawab 9

24 d. Orientasi keluar diri e. Berpendirian f. Menyadari keterbatasan g. Menerima sifat Kemanusiaan 2. Penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang digunakan berdasarkan pada teori Hurlock (1974), yaitu: a. Pemahaman diri b. Harapan yang realistik c. Bebas dari hambatan lingkungan d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan e. Tidak ada tekanan emosi yang berat f. Pengaruh keberhasilan g. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri h. Perspektif diri i. Pola asuh di masa kecil yang baik j. Konsep diri yang stabil 3. Faktor non psikologis yang akan digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH) usia tahun. 4. Subjek dalam penelitian ini adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. Dengan beberapa alasan dari peneliti, antara lain: 10

25 a. Penerimaan diri akan terlihat lebih mencolok atau dominan pada Anak Berhadapan Hukum (ABH) untuk menentukan masa depan mereka dibandingkan anak-anak biasa yang tidak memiliki masa lalu di penjara. b. Penerimaan diri lebih bervariasi pada Anak Berhadapan Hukum (ABH) dibandingkan tidak. c. Dapat lebih terlihat dampak pengaruh penerimaan dirinya pada Anak Berhadapan Hukum (ABH) jika dibandingkan dengan anak-anak biasa yang tidak memiliki pengalaman-pengalaman selama di penjara Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah ditentukan, maka pertanyaan penelitian yang bisa dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. 2. Serta bagaimana variabel tersebut saling berinteraksi dalam mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani. 11

26 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan secara Khusus Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk menemukan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Tujuan secara Umum Tujuan penelitian secara umum adalah: 1. Agar bisa diketahui subjek yang penerimaan dirinya tinggi atau rendah. 2. Supaya dapat diberikan perlakuan (treatment) yang tepat bagi mereka yang memiliki penerimaan diri yang rendah Manfaat Penelitian Manfaat secara Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna sebagai sumbangan ilmiah bagi pengembangan wacana dan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri dikalangan Anak Berhadapan Hukum (ABH) Manfaat secara Praktis Secara praktis, dapat dirumuskan kebijakan khusus atau saran di bidang pendidikan mengenai penerimaan diri, untuk menghindari penerimaan diri yang rendah. 12

27 1.5 Sistematika Penulisan Penulis menggunakan sistematika yang sudah baku dalam penulisan skripsi, seperti pada petunjuk penulisan skripsi baku yang diterbitkan khusus oleh Fakultas Psikologi UIN Jakarta: Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Kajian pustaka yang berisikan segala teori yang menunjang penelitian. Bab ini berisikan mengenai teori penerimaan diri (self acceptance) dan Anak Berhadapan Hukum (ABH). Bab ini dilengkapi dengan kerangka berpikir dan hipotesis. Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisikan populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, metode analisa data. Bab 4 Hasil Penelitian. Pada bab ini dijelaskan dan dijabarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan berikut analisis data berdasarkan statistika dan kesimpulan. Bab 5 Diskusi dan Saran. Pada bab akhir ini penulis mendiskusikan seluruh data yang diperoleh dari penelitian dengan teori dan penelitian-penelitian terkait dengan penelitian ini dan menyampaikan saran berdasarkan atas proses dan hasil penelitian yang dilakukan. 13

28 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian, kerangka berpikir, dan hipotesis. 2.1 Penerimaan Diri (Self Acceptance) Definisi Penerimaan Diri (Self Acceptance) Chaplin (2006) menyatakan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri. Elizabeth Bergner Hurlock (1974), mengemukakan bahwa penerimaan diri sebagai gelar yang diberikan oleh individu itu sendiri setelah mengetahui dan mempertimbangkan karakteristik pribadinya, serta mampu dan dapat menerimanya. Menurut Lee J. Cronbach (1963), penerimaan diri merupakan karakteristik yang lebih dalam hingga batas tertentu, yang menjelaskan mengapa orang bertindak seperti yang dilakukannya. Dengan arti keadaan di mana seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima serta mengakui segala kelebihan maupun segala keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat dirinya. 14

29 Maslow (1970), menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri yang dapat melalui pengenalan diri secara utuh. Menurut Johada (1958) penerimaan diri mengandung pengertian bahwa individu telah belajar untuk hidup dengan dirinya sendiri, dalam arti individu dapat menerima kelebihan maupun kekurangan yang ditemukan dalam dirinya. Schultz (Ratnawati, 1990) menyatakan penerimaan diri mengandaikan adanya kemampuan diri dalam psikologis seseorang, yang menunjukkan kualitas diri sehingga penerimaan diri dibentuk dari hasil dari tinjauan pada seluruh kemampuan diri. Supraktiknya (1995), menyatakan bahwa penerimaan diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan membuka diri atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain, kesehatan psikologis serta penerimaan terhadap orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah kemampuan individu yang mencerminkan perasaan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta dapat mengelola potensi dan keterbatasan dirinya dengan baik. 15

30 2.2.2 Aspek-aspek Penerimaan Diri (Self Acceptance) Dalam Cronbach (1963), Elizabeth Sheerer mengatakan bahwa aspek-aspek penerimaan diri meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Perasaan sederajat Individu menganggap dirinya berharga dengan manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya mempunyai kelemahan dan kelebihan seperti orang lain. 2. Percaya kemampuan diri Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi sifat buruknya dari pada ingin menjadi orang lain, sehingga individu merasa puas pada dirinya sendiri. 3. Bertanggung jawab Individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya, sehingga menerima diri apa adanya. 4. Orientasi keluar diri Individu lebih mempunyai orientasi keluar diri daripada kedalam. Individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya. 16

31 5. Berpendirian Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap nyaman (conform) terhadap tekanan sosial, oleh karena itu individu yang mampu menerima diri mempunyai sikap dan kepercayaan diri pada tindakannya. 6. Menyadari keterbatasan Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya atau mengingkari kelebihannya. 7. Menerima sifat kemanusiaan Individu tidak menyangkal emosi. Individu mengenali perasaan marah, takut dan cemas, tanpa menganggap sebagai sesuatu yang harus diingkari atau ditutupi. Dalam Hurlock (1974), Jersild menjelaskan bahwa orang yang memiliki penerimaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Penilaian yang realistik tentang sumber daya yang dimilikinya, yang dikombinasikan dengan apresiasi atas dirinya secara keseluruhan. Individu yang memiliki penerimaan diri berfikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana dirinya terlihat dalam pandangan orang lain. Individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya. 2. Kepastian akan standar dan teguh pada pendiriannya, serta mempunyai penilaian yang realistik terhadap keterbatasannya tanpa mencela diri. Individu mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil 17

32 3. Tahu kelebihan apa saja yang dimiliki Individu memiliki kejujuran untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa nantinya serta tidak menyukai kepura-puraan. 4. Mampu mengatasi segala kekurangan yang ada Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam hidupnya. Individu tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu yang dilakukannya. Akan tetapi, juga leluasa untuk menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, bahkan mampu untuk mengatasi segala kekurangan yang di milikinya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri (Self Acceptance) Hurlock (1974) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri sebagai berikut: 1. Pemahaman diri Pemahaman diri adalah persepsi diri yang ditandai dengan ketulusan, bukan kepura-puraan. Individu tidak hanya mengakui fakta-fakta, tetapi juga menyadari arti pentingnya fakta. Individu yang memahami dirinya sendiri 18

33 tidak akan tergantung pada kapasitas intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatan untuk penemuan dirinya. Kurangnya pemahaman diri mungkin menjadi kenyataan dari ketidaktahuan, kurangnya kesempatan untuk penemuan diri atau keinginan untuk melihat dirinya hanya sebagai ia ingin menjadi, tidak seperti ia sebenarnya. Semakin baik seseorang memahami dirinya sendiri, semakin baik ia bisa menerima dirinya sendiri. Begitu juga sebaliknya, kurangnya pemahaman diri menyebabkan ia tidak bisa menerima dirinya sendiri. 2. Harapan yang realistik Harapan lebih cenderung bersikap realistik ketika individu dapat merumuskannya sendiri daripada membiarkan individu lain mempengaruhinya, serta mampu mengenali keterbatasan serta kekuatannya. Ketika seseorang memiliki harapan untuk pencapaian yang realistik, kemungkinan besar kinerjanya akan muncul untuk harapannya. Hal ini akan memberikan kontribusi untuk kepuasan diri yang penting di dalam penerimaan diri. 3. Bebas dari hambatan lingkungan Bebas dari hambatan lingkungan adalah ketika individu dapat memiliki kontrol dan orang-orang disekitar mendorongnya untuk mencapai keberhasilan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat berasal dari hambatan lingkungan di mana orang tersebut tidak memiliki kontrol, seperti diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, atau agama. Ketika ini terjadi, maka akan sulit untuk menemukan penerimaan dirinya. 19

34 Ketika hambatan di jalannya dihapus dan kapan orang tua, guru, teman sebaya atau perusahaan mendorong orang untuk mencapai keberhasilan dan ia mampu, ia akan merasa puas dengan prestasi itu. 4. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan Kondisi utama yang menyebabkan evaluasi sosial yang menguntungkan adalah tidak adanya prasangka terhadap orang atau anggota keluarganya, terutama wawasan sosial yang memungkinkan orang lain mengerti bagaimana ia merasa, serta kesediaan untuk menerima adat-istiadat kelompok dalam berpakaian, penampilan, ucapan, dan perilaku. 5. Tidak ada tekanan emosi yang berat Tidak adanya stres emosional adalah ketika individu berusaha melakukan yang terbaik dan berorientasi keluar diri, sehingga individu tersebut menjadi santai dan tidak tegang, senang dan tidak marah, atau benci dan frustrasi. Kondisi ini berkontribusi pada evaluasi sosial yang menguntungkan. Tekanan emosi dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis fisik dan psikologis. Tekanan emosi yang berkepanjangan dapat memunculkan perilaku yang menyimpang dan orang lain dapat menolak individu tersebut. Selain itu, gangguan dalam homeostasis fisik yang menyertai tekanan emosi membuat orang yang bekerja menjadi kurang efisien dan merasa sangat lelah serta lesu atau tegang, sehingga ia akan bereaksi negatif terhadap orang. 6. Pengaruh keberhasilan Pengaruh keberhasilan adalah ketika individu memiliki cita-cita yang terlalu tinggi dan keberhasilan yang dialami akan memberikan pengaruh walaupun 20

35 keberhasilan tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Keberhasilan sangat jauh lebih penting karena keberhasilan dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan diri. 7. Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri Identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri adalah ketika individu melakukan indentifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri yang baik, maka ia akan memiliki kecenderungan untuk mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kehidupan dan dapat berperilaku dengan cara yang mengarah pada penilaian yang menguntungkan dirinya. Identifikasi dapat menjadi kuat di usia berapa pun, namun yang paling banyak terjadi pada tahun-tahun awal ketika pandangan hidup sedang dibentuk dan ketika dasar-dasar penyesuaian pribadi sedang diletakkan. Itu sebabnya lingkungan rumah yang menyediakan anak dengan baik disesuaikan dengan sumber identifikasi akan kontribusi untuk pengembangan kepribadian yang sehat. Biasanya ibu yang paling sering dipilih sebagai sumber identifikasi karena memiliki pengaruh kuat pada anak mengenai pola kepribadian. 8. Perspektif diri Perspektif diri adalah memperhatikan pandangan orang lain tentang dirinya, yang diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Seseorang yang bisa melihat 21

36 dirinya seperti orang lain melihat dia memiliki pemahaman diri yang lebih besar dari satu perspektif diri yang cenderung sempit dan terdistorsi. Sebuah pencerahan perspektif diri dalam memfasilitasi penerimaan diri. 9. Pola asuh di masa kecil yang baik Pola asuh di masa kecil yang baik adalah ketika individu mendapatkan pelatihan yang baik, yang mengarah ke pola kepribadian yang sehat, yang di dapat di masa kanak-kanak. Meskipun penyesuaian diri individu dapat berubah secara radikal sebagaimana hidupnya berlangsung, tetapi inti dari konsep diri yang menentukan apa yang sesuai untuk hidupnya, yang dimulai di masa kanak-kanak. Itu sebabnya rumah dan pelatihan sekolah sangat penting. 10. Konsep diri yang stabil Sebuah konsep diri yang stabil yaitu ketika individu tersebut melihat dirinya dengan cara yang sama hampir sepanjang waktu dan mampu memberikan individu yang lain gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya karena ia tidak ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Konsep diri akan menguntungkan individu yang menerima diri sendiri. Jika tidak menguntungkan, secara alami akan mengakibatkan penolakan diri. Sebuah konsep diri yang tidak stabil yaitu ketika individu melihat dirinya baik hanya beberapa kali dan gagal untuk memberi orang gambaran yang jelas tentang apa dia sebenarnya karena ia ambivalen tentang dirinya dikemudian hari. Jika individu tersebut mengembangkan kebiasaan untuk memiliki penerimaan 22

37 diri, maka ia harus melihat dirinya sesering mungkin agar dapat memperkuat konsep dirinya, sehingga penerimaan diri menjadi kebiasaan Proses Terbentuknya Penerimaan Diri (Self Acceptance) Supraptiknya (1995) mengemukakan bahwa proses terbentuknya penerimaan diri berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Pembukaan diri Jika seseorang dapat menerima diri dengan baik maka dapat dengan mudah membuka diri. Demi penerimaan diri maka kita harus bersikap tulus dan jujur, dalam membuka diri. Bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi penerimaan diri kita. b. Kesehatan psikologis Kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Orang yang sehat secara psikologis memandang dirinya disenangi, mampu, berharga, dan diterima oleh orang lain. Agar kita tumbuh dan berkembang secara psikologis kita harus menerima diri kita. c. Penerimaan terhadap orang lain Seseorang yang menerima dirinya biasanya lebih bisa menerima orang lain. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif tentang orang lain. 23

38 2.2.5 Dampak dari Penerimaan Diri (Self Acceptance) Hurlock (1974) membagi dampak dari penerimaan diri menjadi dua kategori sebagai berikut: 1. Dalam penyesuaian diri Orang yang memiliki penerimaan diri mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Ia biasanya memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Selain itu, mereka juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistik sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang realistik terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Ia juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain. 2. Dalam penyesuaian sosial Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri, sehingga mereka cenderung berorientasi pada dirinya sendiri (self oriented). Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk membantu orang lain. 24

39 Penerimaan diri sangat berhubungan erat dengan konsep diri karena penerimaan diri memiliki peranan yang penting dalam pembentukan konsep diri dan kepribadian yang positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri ideal, sehingga bisa menerima gambaran dirinya yang sesuai dengan realitas. 2.2 Anak Berhadapan Hukum (ABH) Anak adalah manusia yang belum matang, seperti yang didefinisikan dalam hukum internasional bahwa mereka adalah anak yang berusia dibawah 18 tahun. Masa kanak-kanak adalah suatu tahapan dalam siklus kehidupan sebelum mereka mendapat peran dan bertanggung jawab penuh sebagai orang dewasa. Masa anak adalah masa di mana ia memerlukan perhatian dan perlindungan khusus, seiring persiapan menuju pada kehidupan menjadi dewasa. Sebagian kecil anak tak dapat memahami secara utuh aturan hidup di dalam masyarakat, baik disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, kurang kasih sayang, kurang kehangatan jiwa, adanya kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat yang membawa dampak pada terbentuknya sikap dan perilaku menyimpang anak di masyarakat, yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Sebagian perilaku menyimpang tersebut akan bersentuhan dengan ketentuan hukum. Anak-anak inilah yang disebut anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Definisi anak dan pelanggaran hukum menurut Peraturan Minimum 25

40 Standar Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Administrasi Peradilan Bagi Remaja (Beijing Rules), dalam peraturan 2.2. Pertama, seorang anak menurut sistem hukum masing-masing diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa. Kedua, suatu pelanggaran hukum adalah perilaku apapun (tindakan/kelalaian) yang dapat dihukum oleh hukum menurut sistem-sistem hukum masing-masing. Ketiga, seorang pelanggar hukum berusia remaja adalah seorang anak yang diduga melakukan/ditemukan telah melakukan suatu pelanggaran hukum. Senada dengan Pasal 1 butir 2 UU No.3 tahun 1997, menyebutkan anakanak nakal adalah : 1) Anak yang melakukan tindak pidana atau; 2) Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain. Di Indonesia, batas umur anak yang dapat diajukan ke sidang anak antara lain umur 8-18 tahun. Tetapi bagi anak yang melakukan tindak pidana pada usia 8-12 tahun tidak dapat dikenakan pidana. Jadi, batas usia untuk anak yang melakukan tindak pidana dan dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana dan dijatuhi pidana adalah usia tahun. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memilih subjek dengan rentang usia tahun. Dengan beberapa alasan sebagai berikut: 26

41 1. Sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini yang mengkhususkan pada remaja. 2. Subjek di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani mengenai Anak Berhadapan Hukum (ABH) lebih dominan remaja dan sudah di kelompokkan, sehingga memudahkan peneliti. Sedangkan alasan peneliti mememilih Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani adalah: a. Tempatnya mudah dijangkau oleh peneliti. b. Peneliti melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Panti tersebut, sehingga memudahkan peneliti untuk berinteraksi lebih dengan subjek yang sudah dikenal sebelumnya. Untuk kondisi psikologis ABH dapat dikatakan kurang stabil, banyak memendam konflik internal dan konflik dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan interaksi yang sangat terbuka antara tahanan anak dengan tahanan dewasa seringkali membawa efek negatif bagi tahanan anak. Beberapa efek lain terjadi di dalam tahanan, seperti perkelahian antar tahanan anak atau pemalakan yang dilakukan oleh beberapa tahanan yang menjadi kaki tangan tahanan dewasa, sehingga tahanan anak seringkali menjadi korban eksploitasi para tahanan dewasa. Bahkan setelah bebas, mereka masih harus dihadapkan dengan stigma buruk dari masyarakat di sekitarnya. Kondisi yang seperti itu memungkinkan ABH dalam kelanjutan hidupnya menemui kesulitan untuk menerima diri dalam keadaannya yang sebenarnya. 27

42 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan faktor-faktor penerimaan diri yang telah ditentukan, maka faktorfaktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap penerimaan diri Anak Berhadapan Hukum (ABH) meliputi pemahaman diri, harapan yang realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan, tidak ada tekanan emosi yang berat, pengaruh keberhasilan, identifikasi dengan seseorang yang mempunyai penerimaan diri, perspektif diri, pola asuh di masa kecil yang baik, dan konsep diri yang stabil. Faktor-faktor penerimaan diri tersebutlah yang akan membawa seseorang ke karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri yang baik. Karena jika seseorang memiliki karakteristik penerimaan diri yang baik, maka individu tersebut dapat dengan mudah membuka diri. Individu akan memandang dirinya disenangi, mampu, berharga dan diterima oleh orang lain. Bila kita berpikir positif tentang diri kita, maka kita akan berpikir positif tentang orang lain. Begitu juga sebaliknya, bila kita menyembunyikan sesuatu tentang diri kita, penerimaan yang ditunjukkan oleh orang lain atas diri kita justru bisa mengurangi penerimaan diri kita. Selanjutnya, karakteristik individu yang memiliki penerimaan diri rendah cenderung tidak berani menghadapi cobaan dan senantiasa mencoba melarikan diri dari masalah atau tanggung jawab karena individu tersebut takut menghadapi kegagalan, sehingga individu tidak ingin melibatkan diri dalam berbagai aktivitas dan akan mengasingkan diri dari orang lain. Individu senantiasa memikirkan sesuatu yang tidak baik pada diri mereka sendiri, bersikap pesimistik dengan masa 28

43 depannya, bahkan bertingkah laku buruk pada pendapat, pandangan ataupun kritikan orang lain. Emosi dan mental individu menjadi mudah dipengaruhi oleh unsur-unsur luar karena tidak mempunyai keyakinan, tidak berpendirian, dan tidak tabah, sehingga individu tidak dapat membuat keputusan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Selain itu, individu akan merasa ditolak karena merasa dirinya lebih buruk dari teman-temannya. Selanjutnya, jika diuraikan lebih satu-persatu dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, dimulai dari pemahaman diri, yaitu pemahaman tentang diri sendiri. Hal ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang dapat memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri sendiri. Oleh karena itu, pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan dengan berdampingan, maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya. Yang kedua adalah adanya harapan yang realistik. Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya, yang disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya, sehinnga memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya secara lebih realistis sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Dengan penilaian yang realistis terhadap diri, seseorang akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura. Selain itu ia juga merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain. Dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan diri 1. Pengertian Penerimaan Diri Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain sebagai proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

BAB II KAJIAN TEORI. karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai BAB II KAJIAN TEORI A. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempat kerjanya. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Pasundan 2 Bandung yang beralamat di Jl. Cihampelas No 167. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PADA PUSKESMAS DI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PADA PUSKESMAS DI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PADA PUSKESMAS DI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN Dimaksud Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Mamenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Yuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO PERBEDAAN MOTIVASI KERJA ANTARA PEGAWAI TETAP DENGAN PEGAWAI TIDAK TETAP PADA HOTEL THE ROYAL SURAKARTA HERITAGE SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang

Lebih terperinci

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Disusun Oleh: NOVITA BARSELIA P. (106070002277) Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen)

KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen) KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA ANGGOTA KEPOLISIAN SEKTOR PURWOKERTO UTARA POLRES BANYUMAS

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA ANGGOTA KEPOLISIAN SEKTOR PURWOKERTO UTARA POLRES BANYUMAS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA ANGGOTA KEPOLISIAN SEKTOR PURWOKERTO UTARA POLRES BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN LOYALITAS KARYAWAN PADA CV. ASATEX SURAKARTA S K R I P S I Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI, LINGKUNGAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN TETAP PADA PO SEDYA MULYA DI WONOGIRI

PENGARUH GAJI, LINGKUNGAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN TETAP PADA PO SEDYA MULYA DI WONOGIRI PENGARUH GAJI, LINGKUNGAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN TETAP PADA PO SEDYA MULYA DI WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Nova Handayani F 100 040

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH

PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari

Lebih terperinci

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba)

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba) MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA (Studi Kualitatif Pada Mantan Pengguna Narkoba) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. memiliki ibu berstatus narapidana sejak awal dan I responden butuh beberap

BAB IV ANALISIS. memiliki ibu berstatus narapidana sejak awal dan I responden butuh beberap BAB IV ANALISIS Hasil penelitian ialah dari seluruh responden yang berjumlah III orang diketahui, dari II anak menyatakan bahwa dapat menerima sebagai anak yang memiliki ibu berstatus narapidana sejak

Lebih terperinci

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH MAKAN WAROENG SAMBAL PURWOKERTO

PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH MAKAN WAROENG SAMBAL PURWOKERTO PENGARUH PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP KETERLIBATAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH MAKAN WAROENG SAMBAL PURWOKERTO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: HANDRI CAHYANI A 510 090 095 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KREATIVITAS SISWA SMK SKRIPSI. Oleh YUNIA KIBTIYAH NIM.

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KREATIVITAS SISWA SMK SKRIPSI. Oleh YUNIA KIBTIYAH NIM. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KREATIVITAS SISWA SMK SKRIPSI Oleh YUNIA KIBTIYAH NIM. 200860010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2013 i HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

ZAMRONI A

ZAMRONI A PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL MAHASISWA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KAMPUS TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN PPKn TAHUN ANGKATAN 2005/2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN. KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menempuh Derajat Sarjana (S - 1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan

Lebih terperinci

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN BERBASIS INTERNASIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk individu ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP PLUS MAMBAUL ULUM SUKOWONO JEMBER SKRIPSI Oleh: SAIDAH NIM : 07410112 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Diana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU SKRIPSI HASTANIA HERAYUNINGSIH NIM : 01.40.0079 Alamat : Jl. Udan Riris No. 31 Telogosari Semarang No. Telp : (024) 6730190

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KENAKALAN REMAJA MADYA DENGAN KECEMASAN IBU SKRIPSI HASTANIA HERAYUNINGSIH NIM : 01.40.0079 Alamat : Jl. Udan Riris No. 31 Telogosari Semarang No. Telp : (024) 6730190

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Untuk memenuhi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Untuk memenuhi PENERAPAN PENDEKATAN HEURISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT - SIFAT CAHAYA DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 KEBAK TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI PREKOGNISI. MUHAMMAD ARI WIBOWO Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAK

PENERIMAAN DIRI PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI PREKOGNISI. MUHAMMAD ARI WIBOWO Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAK PENERIMAAN DIRI PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI PREKOGNISI MUHAMMAD ARI WIBOWO Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAK Tidak jarang setiap orang merasa akan mengalami suatu kejadian, dan uniknya seringkali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI

HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI HUSNUZZHAN (BERPIKIR POSITIF) DAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU SKRIPSI OLEH: PAHRIAH SAPARINI 10961007183 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIMRIAU PEKANBARU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

Lebih terperinci

MUHAMMAD YUSUF AZHARRI A

MUHAMMAD YUSUF AZHARRI A PERSETUJUAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE RANTAI TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS II SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Dipersiapkan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KETAON BANYUDONO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KETAON BANYUDONO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KETAON BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh MOH NUR ACHSIN NIM. 200731026 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menghadapi lingkungan yang memiliki perbedaan pola pikir, kepribadian serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MAHASISWA DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN DI GRAMEDIA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MAHASISWA DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN DI GRAMEDIA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MAHASISWA DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN DI GRAMEDIA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan ntuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PRODUK NATASHA SKIN CARE DI SOLO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UMS DALAM PEMBELIAN HELM INK

ANALISIS PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UMS DALAM PEMBELIAN HELM INK ANALISIS PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UMS DALAM PEMBELIAN HELM INK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB ll TINJAUAN TEORI. A. Kebahagiaan

BAB ll TINJAUAN TEORI. A. Kebahagiaan BAB ll TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Kebahagiaan A. Kebahagiaan Menurut kamus umum, kebahagiaan adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasaan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu lahir dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial. Pertemuan

Lebih terperinci