BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH. A. Daya Tarik Wisata LakuLampah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH. A. Daya Tarik Wisata LakuLampah"

Transkripsi

1 28 BAB III KEGIATAN DAN STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH A. Daya Tarik Wisata LakuLampah Wisata LakuLampah merupakan program atau wisata yang sangat menarik dimana peserta akan diajak untuk masuk menjelajahi dan merasakan langsung kekayaan sejarah dan budaya. Program wisata ini memperkenalkan warisan sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dengan edukasi sejarah yang telah ada. Melalui program ini diharapkan masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri akan mengetahui lebih dekat dan bahkan merasakan langsung gairah kehidupan budaya serta mengenal lebih dalam mengenai warisan sejarah yang dimiliki Indonesia. Bentuk kegiatan Wisata LakuLampah adalah fun edukasi. Pada program ini peserta dibawa berkeliling ke suatu tempat yang memiliki cerita, mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah seperti bangunan tua, candi, museum, pasar tradisional, benteng, atau keraton, dengan memasuki rumah-rumah penduduk untuk mencari cerita yang bersumber dari pemilik rumah dan pelaku sejarah suatu tempat, dan benda atau tempat lain yang memiliki nilai sejarah. Wisata LakuLampah juga membawa peserta untuk melihat dan terjun langsung dalam kehidupan sosial masyarakat yang memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan dan kesenian, serta wisata kuliner. Kegiatannya dengan terjun langsung pada suatu objek kunjungan untuk mempelajari suatu hal dan sering memasuki jalan atau gang kecil yang jarang atau hampir banyak orang tidak tahu dengan 28

2 29 keberadaan gang tersebut. Pada setiap Wisata LakuLampah selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah, juga disajikan kuliner yang khas dari daerah yang dikunjungi, misalnya disuguhkan Pondoh Pecel, yaitu pecel yang disuguhkan dengan gendhar, Nasi Kebuli pada seri Kedung Lumbu, Roti Widoro, yakni merek roti legendaris di Solo, Es Dawet Gempol Pleret pada seri Jejak Thomas Karsten, dan sebagainya. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A. tanggal 24 April 2016) Gambar 1 Kegiatan Wisata LakuLampah mengunjungi MCK yg dibangun oleh Mangkunegaran, berlokasi di Kelurahan Ketelan, Solo. (Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi) Adapun selain berjalan, Wisata LakuLampah sering mengadakan kegiatan berupa gowes atau bersepeda. Kegiatan ini dilakukan jika objek yang akan dikunjungi letaknya selain berjauhan, juga tidak memungkinkan jika ditempuh dengan berjalan kaki. Kegiatan yang dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda ini bertujuan untuk menguak sejarah dan budaya suatu tempat akan tersampaikan dengan baik, dan bisa diterima oleh masyarakat. Selain itu, dengan

3 30 adanya Wisata LakuLampah ini sangat berpotensi untuk menggali budaya dan sejarah yang ada pada suatu objek sasaran. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 24 April 2016) B. Penyusunan Tema Wisata LakuLampah LakuLampah melihat sejarah dan budaya bukan hanya sebagai obyek untuk dinikmati tetapi lebih sebagai warisan budaya yang patut dipelajari dan diambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Wisata ini sengaja memperkenalkan sejarah dan budaya yang sudah ada dengan sudut pandang yang berbeda. Objek bersejarah dan memiliki kebudayaan dikemas menjadi sebuah wisata yang menyenangkan, edukatif, dan menarik. Terkemasnya Wisata LakuLampah menjadi suatu wisata yang menarik membutuhkan pemikiran yang lebih untuk mencari obyek sejarah dan budaya yang mempunyai cerita di dalamnya, karena setiap bulan Wisata LakuLampah dilaksanakan dengan tema yang berbeda. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) Penentuan obyek yang akan dikunjungi berdasarkan momentum yang ada dari sebuah event. Selain itu, obyek yang ditentukan dilihat dari adanya cerita dan sejarah obyek tersebut yang menarik untuk ditelusuri. Ketika telah terpilih obyek mana yang akan dikunjungi, maka LakuLampah mencatatnya dan membuat daftar masukan. Obyek dipilih berdasarkan situasi dan kondisi yang ada, apakah dapat terlaksana dan memungkinkan untuk mengadakan wisata di obyek tersebut. ide

4 31 untuk mengunjungi obyek baru yang akan menjadi tujuan kegiatan selanjutnya juga dapat berdasarkan saran dari peserta yang ikut serta. Biasanya yang menjadi tema atau judul dari kegiatan LakuLampah adalah nama obyek yang akan dikunjungi dengan menambahkan kata-kata yang menarik berdasarkan sejarah atau cerita dari suatu obyek kunjungan tersebut. Maka setelah terpikirkan daerah mana yang akan menjadi obyek kunjungan, koordinator dengan anggotanya berdiskusi untuk menentukan titik-titik tertantu yang akan dikunjungi. Setelah itu mencari informasi mengenai obyek yang akan dikunjungi melalui internet dan literature buku-buku yang terdapat di perpustakaan seperti di Mangkunegaran, Museum Radya Pustaka, dan Monumen Pers. Jika internet dan buku juga belum memberikan informasi, maka diadakan survei lapangan ke obyek pilihan tersebut dengan bertanya kepada penduduk asli setempat, sesepuh, dan atau juru kunci. (Wawancara dengan Divisi Bidang Penelitian dan Pengembangan, Dicky Bangun, tanggal 3 Juni 2016) C. Profil Wisatawan Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan kebutuhannya. Kemudian dibedakan dalam beberapa variabel yang bertujuan untuk menganalisis wisatawan berdasarkan uraian yang dijelaskan pada masingmasing variabel. Beberapa variabel yang digunakan untuk menganalisis wisatawan Wisata LakuLampah adalah variabel Demografik, berisi mengenai pekerjaan, umur, jenis kelamin wisatawan, kemudian variabel Psikografik yang

5 32 berisi mengenai tujuan utama berwisata, hal yang membuat tertarik untuk mengikuti program LakuLampah, fasilitas yang dibutuhkan selama berwisata, kebersihan objek yang dikunjungi, dan dari mana mendapatkan informasi mengenai program wisata LakuLampah, dan yang terakhir adalah variabel Geografik memaparkan mengenai telah berapa kali mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah, dengan siapa mengikuti kegiatan, dan durasi kegiatan yang dilakukan. Berikut ini penjelasan mengenai analisis wisatawan berdasarkan variabel yang telah dijelaskan sebelumnya dan wawancara dengan wisatawan yang mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah: 1. Variabel Demografik Tabel 1 No. Kategori Keterangan Jumlah % 1. Pekerjaan Pelajar, mahasiswa 7 70 Guru, dosen 1 10 Wiraswasta 2 20 TOTAL Umur < 16 tahun tahun 8 80 >25 tahun 2 20 TOTAL Jenis kelamin Laki-laki 4 40 Perempuan 6 60 TOTAL Kesimpulannya adalah peserta yang mengikuti kegiatan mayoritas adalah mahasiswa dan pelajar berumur antara 16 tahun hingga 25 tahun yang menjadikan wisata LakuLampah sebagai sarana mempelajari sejarah. Peserta juga seimbang antara laki-laki maupun perempuan.

6 33 2. Variabel Psikografik Tabel 2 No. Kategori Keterangan Jumlah % 1. Tujuan utama berwisata Rekreasi 4 40 Sarana pembelajaran 5 50 Lainnya 1 10 TOTAL Hal yang membuat tertarik untuk mengikuti kegiatan 3. Fasilitas yang dibutuhkan selama berwisata 4. Kebersihan objek yang dikunjungi Sikap masyarakat 1 10 Keanekaragaman 6 60 budaya Keindahan alam 3 30 TOTAL Modern 4 40 Tradisional 6 60 TOTAL Bersih 6 60 Cukup 2 20 Kotor 2 20 TOTAL mendapatkan informasi Teman/keluarga 4 40 mengenai program wisata LakuLampah Internet 6 60 Brosur - 0 Radio/televisi - 0 TOTAL Kesimpulannya adalah mayoritas peserta tertarik mengikuti kegiatan untuk mengetahui keanekaragaman budaya, dan tujuannya untuk rekreasi serta sebagai sarana pembelajaran.peserta membutuhkan fasilitas modern dan tradisional cukup seimbang, tergantung tema yang diangkat pada saat kegiatan.kemudian peserta mendapatkan informasi mengenai kegiatan melalui internet dan teman atau keluarga.

7 34 3. Variabel Behavioristik Tabel 3 No. Kategori Keterangan Jumlah % 1. Berapa kali mengikuti Sekali 3 30 kegiatan Dua kali 4 40 Tiga kali 3 30 >tiga kali - TOTAL Melakukan kegiatan dengan Sendiri 5 50 Keluarga 1 10 Teman 4 40 TOTAL Lama kegiatan < 7 jam jam 3 30 >9 jam 1 10 TOTAL Kegiatan yang dilakukan Terlau pendek 2 20 tersebut Terlalu lama - 0 Efektif/pas 8 80 TOTAL Kesimpulannya adalah peserta telah mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan, antara dua hingga tiga kali, mengikuti sendiri dan dengan teman.kegiatan LakuLampah merupakan kegiatan kunjungan pendek antara 5-6 jam pada setiap pelaksanaan, dan dirasa efektif oleh para peserta. D. Pelaksanaan Kegiatan Wisata LakuLampah Mulai bulan Agustus 2015 hingga Juni 2016, sudah ada 12 pelaksanaan Wisata LakuLampah dengan tema dan tempat yang berbeda. Sebelum mengikuti kegiatan, peserta mendaftar melalui media sosial seperti facebook, twitter dan

8 35 instagram. Kemudian setelah mendaftar, peserta perlu membayar senilai yang sudah tertera dalam poster kegiatan sebagai donasi kegiatan dan partisipasi.kuota jumlah peserta sudah ditentukan sebelumnya oleh panitia. Pada setiap pelaksanaan wisata terdapat narasumber atau guide yang berbeda-beda. Selain dari panitia, tersedia juga pemandu yang berasal dari masyarakat lokal, sesepuh, pemangku adat, juru kunci, atau seorang dosen. (Wawancara dengan Divisi Bidang Guiding, Inayah Hasny, tanggal 24 April 2016) Berikut ini penjelasan mengenai kegiatan Wisata LakuLampah mulai dari bulan Agustus 2015 sampai bulan Juni 2016: 1. Cerita Modernitas Mangkunegaran (Agustus 2015) Gambar 2 Peserta mengunjungi Penjara Kerajaan Mangkunegaran. (Sumber: lakulampah.tumblr.com) Kegiatan pertama LakuLampah setelah berubah nama yang sebelumnya bernama Blusukan Solo dilaksanakan pada tanggal 30

9 36 Agustus 2015 dan dikenakan biaya sebesar Rp ,-. Fasilitas yang didapatkan adalah akses ke semua obyek sesuai rute yang telah ditentukan, materi sejarah setiap obyek yang dikunjungi, dan makan siang Lodoh Pindang, yang konon merupakan makanan kesukaan Mangkunegoro IV, yaitu perpaduan opor ayam dengan gudeg. Peserta dapat membayarkan donasi langsung ke sekretariat LakuLampah, maksimal satu hari sebelum acara dilaksanakan. Kegiatannya bercerita mengenai Modernitas Mangkunegaran sebelum kemerdekaan Indonesia dan akan membahas lebih mengenai pasukan modern pertama di Jawa yang akrab disebut sebagai Legioon Mangkunegaran. Kegiatan dimulai pada pukul hingga pukul Diawali dengan berkumpul di halaman Pura Mangkunegaran. Dilanjutkan dengan memasuki bagian dalam pura. Setelah itu menuju pada bagian luar Pura Mangkunegaran tepatnya ke Penjara Kerajaan Mangkunegaran yang berada di Kampung Jeksan di kawasan Mangkunegaran. Dari namanya, Kampung Jeksan sudah mencerminkan bahwa dahulu wilayah ini merupakan daerah kejaksaan kerajaan. Para tahanan yang akan dipenjara konon harus memasuki lorong bawah tanah dahulu dari Prangwedanan menuju penjara ini. Kemudian kegiatan diakhiri dengan mengunjungi pemukiman penduduk di belakang bangunan Kavalerie Artileri, yang dulunya merupakan pemukiman prajurit Mangkunegaran. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

10 37 2. De Colomadu Suikerfabriek (September 2015) LakuLampah mengangkat tema masa kejayaan Mangkunegaran pada saat Mangkunegoro IV bertahta, namun tidak bertempat di kawasan Pura Mangkunegaran, melainkan di bekas Pabrik Gula Colomadu. Dilaksanakan pada hari Minggu, 20 September 2015 dengan donasi Rp ,- untuk tiap peserta. Kegiatan merupakan rangkaian kegiatan Suikerfabriek Series, yang kemudian terdapat kegiatan Suikerfabriek bagian kedua.maka pendaftar De Colomadu Suikerfabriek mendapatkan keuntungan pada acara berikutnya yakni dengan diskon 50%. Gambar 3 Peserta memasuki Pabrik Gula Colomadu. (Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi) Acara dimulai pada pukul hingga pukul WIB, dan langsung berkumpul di lokasi.kegiatan dilakukan dengan mengelilingi kawasan pabrik gula, termasuk mengunjungi sebuah makam dari selir Mangkunegoro, dan Ndalem Mbesaran yang merupakan salah satu

11 38 bangunan tersisa di Pabrik Gula Colomadu. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 3. Suikerfabriek Tasikmadoe (Oktober 2015) Suikerfabriek Tasikmadoe adalah rangkaian Suikerfabriek Series kedua yang diselenggarakan oleh LakuLampah. Tepatnya dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2015 dengan donasi Rp ,-. Titik kumpul berada langsung di Pabrik Gula Tasikmadu, dan Pamedan Kavaleri Mangkunegaran bagi peserta yang ingin menuju lokasi Pabrik Gula bersama-sama. Gambar 4 Peserta mengantri untuk mengambil Pondoh Pecel, salah satu makanan khas Karanganyar. (Sumber: lakulampah.tumblr.com) Pabrik Gula Colomadu saat ini sudah tidak beroperasi, sedangkan Pabrik Gula Tasikmadu masih tetap beroperasi hingga saat ini. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan Suikerfabriek Tasikmadoe membahas tentang masa kejayaan Mangkunegoro IV. Keunikan acara ini

12 39 adalah pada saat makan siang disediakan makanan khas Karanganyar, yaitu Pondoh Pecel, seperti pecel pada umunya namun tidak menggunakan nasi, melainkan gendhar. Sejak awal salah satu tujuan dari Wisata LakuLampah tidak hanya mempelajari mengenai bangunan bersejarah atau budaya, namun juga makanan atau kuliner khas suatu daerah yang dikunjungi. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 4. Kedung Lumbu (November 2015) Gambar 5 Tempat sentra tenun yang dikunjungi oleh LakuLampah. (Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi) Tepatnya pada tanggal 14 November 2015 diadakan kegiatan yang ke-empat dengan judul Kedung Lumbu.Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu desa awal mula adanya Surakarta, beberapa peninggalan masa lalu masih tersisa di kampung ini. Dalam perkembangannya banyak etnis Arab yang tinggal di daerah ini. Dengan donasi Rp ,- peserta

13 40 akan mendapatkan materi, air mineral, makan siang berupa Nasi Kabuli Ayam dan Susu Kenari. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul Dimulai dengan berkumpul di pagelaran Keraton Kasunanan, setelah itu melewati SD Kauman, dan mengunjungi pabrik tenun peninggalan Belanda yang masih berproduksi secara turun-temurun. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 5. Laku Wonogiri (Desember 2015) Wonogiri merupakan sebuah daerah di sebelah selatan Surakarta yang memiliki banyak cerita. Terlebih cerita akan spiritualnya, Mangkunegaran yang merupakan pemilik wilayah ini tentu mendominasi dalam hal cerita, juga cerita akan Panembahan Senopati. Semuanya akan dibahas pada kegiatan Lakulampah tanggal 20 Desember 2015 dengan donasi Rp ,-. Peserta berangkat mulai pukul menggunakan kereta Bathara Kresna melalui stasiun Purwosari menuju Wonogiri. Gambar 6 Peserta tiba di Stasiun Wonogiri. (Sumber: lakulampah.tumblr.com)

14 41 Sesampainya di Wonogiri kemudian peserta melanjutkan kegiatan menuju Kahyangan, tempat Panembahan Senopati yang berkaitan dengan Mangkunegaran. Kemudian menuju Desa Matah, serta disediakan snack Roti Widoro untuk peserta, yakni sebuah roti legendaries sejak 1922 yang dibuat oleh cheff dari Keraton Surakarta bernama Wongsodinomo. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) Gambar 7 Roti bolu buatan pabrik Roti Widoro. (Sumber: lakulampah.tumblr.com) 6. Cerita di sisi Jalur Kereta (Desember 2015) Gambar 8 Peserta di depan Gardu Pandang yang saat ini sudah tidak berfungsi. (Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi)

15 42 Kota Solo memiliki empat stasiun kereta, yakni stasiun Purwosari, Stasiun Solo Kota, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Jebres. Masingmasing stasiun ini memiliki sejarah akan adanya dua kerajaan di Kota Solo. LakuLampah mencoba untuk menelusuri cerita dari dua stasiun yaitu Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Jebres. Dengan donasi Rp ,-. Dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2015 mulai dari pukul hingga pukul 13.00, diawali dengan berkumpul di depan Pasar Ayu Balapan.Rute yang dilewati adalah sepanjang jalur kereta mulai dari Stasiun Balapan hingga Stasiun Jebres.Salah satu obyek menarik yang dilewati adalah sebuah bangunan yang dulu perannya begitu besar yakni sebagai gardu pandang pengirim sinyal jika ada kereta api yang melintas, menurut narasumber yang ditemui waktu itu, yakni Bapak Giono Suprapto. Kini bangunan itu sudah tidak berfungsi dan hanya dibiarkan begitu saja.kemudian mengunjungi bangunan bernama Gedong Kuning, yang dulunya digunakan sebagai pabrik Gaplek dan pernah menjadi tempat persembunyian tentara gerilyawan. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 7. Seribu Cerita di Kampung Sewu (Januari 2016) Kegiatan LakuLampah pada awal tahun 2016 dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 dengan donasi Rp ,-. Berkumpul pada jam di Kelurahan Kampung Sewu, hingga selesai pukul Peserta yang mengikuti sejumlah 30 orang, dan akan mendapatkan fasilitas makan siang, air mineral, dan materi. Kampung Sewu adalah sebuah daerah di tepian sungai Bengawan Solo, dengan banyak cerita yang terkandung

16 43 didalamnya, termasuk cerita akan kemegahan Pelabuhan Beton di masa lampau. Kegiatan diawali dengan berkumpul di Kelurahan Kampung Sewu dimana para peserta akan disambut oleh Bapak Lurah Kampung Sewu. Gambar 9 Peserta melewati kawasan Kampung Sewu. (Sumber: lakulampah.tumblr.com) LakuLampahbekerjasama dengan Net TV yang sebelumnya telah berkoordinasi untuk melakukan liputan kegiatan di Kampung Sewu. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah peninggalan penewu, rumah-rumah yang menjadi ciri khas Kampung sewu, hingga menyeberangi sungai Bengawan solo dengan menggunakan gethek. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

17 44 8. Cuta Blunda di Surakarta (Januari 2016) Gambar 10 Peserta berkumpul di depan Benteng Vastenburg untuk memulai kegiatan. (Sumber: dokumentasi Gilar Hargi P. selaku divisi bidang Dokumentasi) Kawasan Eropa di Surakarta sangat menarik untuk ditelusuri. Ada pula yang berkata bahwa benteng di Solo tidak hanya Benteng Vastenburg. benar atau tidaknya pernyataan ini akan ditelusuri dalam kegiatan LakuLampah Cuta Blunda, bersama dengan penulis Paper Studi tentang Benteng-benteng di Surakarta yaitu Bimo Hernowo lulusan Utrecht University, Belanda. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2016 dengan donasi Rp ,- untuk mendapatkan materi Studi tentang lokasi benteng-benteng di Surakarta dan peta lama Surakarta. Terdapat 60 peserta yang mengikuti kegiatan. Dimulai dari berkumpul di sisi barat Benteng Vastenburg pada pukul 09.00, kemudian menyusuri kawasan Loji Wetan, stasiun Solo Kota, dan menyusuri terduga benteng di tahun 1600-an.

18 45 Kegiatan berakhir pada pukul siang. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 9. Daur Masa Kampoeng Laweyan (Maret 2016) Obyek bersejarah lainnya yang tidak kalah menarik untuk ditelusuri adalah Kampung Laweyan, yang terkenal dengan salah satu sentra industri batik di Kota Solo. Kampung Batik Laweyan telah menjadi saksi perjalanan sejarah lintas generasi sejak era Kerajaan Pajang, era Samanhudi pada jaman pergerakan nasional yang merupakan pendiri Serikat Dagang Islam, dan hingga kini tetap bertahan sebagai Kampung Batik. LakuLampah mengadakan kegiatan pada tanggal 27 Maret 2016 dengan donasi Rp diikuti oleh 70 orang peserta. Fasilitas yang didapatkan adalah donasi untuk semua obyek, makan siang, air mineral, dan materi. Gambar 11 Bunker milik salah satu rumah keluarga di Laweyan. (Sumber: instagram.com/lakulampah) Kampung Laweyan telah lama menjadi ikon kampung batik di Kota Solo. Dibalik nama besarnya sebagai kampung batik, Laweyan juga menyimpan banyak sejarah yang tidak kalah menarik untuk dijelajahi.

19 46 Masjid Laweyan merupakan saksi sejarah Kerajaan Pajang. Sungai Kabanaran juga menjadi saksi bahwa di sana pernah menjadi Bandar Kabanaran, yaitu tempat terjadinya aktifitas perdagangan antar kaum pribumi. Keberadaan bunker di Kampung Laweyan pun menjadi daya tarik tersendiri, yang konon bunker tersebut dipakai masyarakat Laweyan untuk menyimpan barang berharga seperti perhiasan. Loji-loji tua yang megah turut menjadi saksi bahwa kampung ini pernah melahirkan saudagarsaudagar besar, terbukti eksportir batik pertama berasal dari Kampung Batik Laweyan. Kegiatan diawali mulai pukul hingga pukul (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 10. Jejak Thomas Karsten (April 2016) Gambar 12 Peserta di depan bangunan yang didesain oleh Thomas Karsten. Bangunan tersebut saat ini masih digunakan sebagai rumah keluarga. (Sumber: dokumentasi pribadi penulis)

20 47 Kegiatan LakuLampah selanjutnya merupakan seri sepeda.peserta diwajibkan menggunakan sepeda karena dari obyek satu ke obyek lainnya saling berjauhan. Tepatnya pada tanggal 24 April 2016 dengan donasi Rp ,-. Fasilitas yang didapatkan adalah air mineral, materi, donasi ke lokasi, dan Es Dawet Gempol Plered yang merupakan minuman khas kota Solo. Peserta diajak untuk menelusuri beberapa bangunan yang didesain oleh arsitek Thomas Karsten, yaitu Pasar Gede Solo, kawasan Villa Park, dan Masjid Al-Wustha Mangkunegaran. Kawasan Villa Park dulunya merupakan sebuah taman yang dikelilingi kompleks perumahan elit pemilik perkebunan di daerah Mangkunegaran. Villa Park terinspirasi dari Garden City yang dirancang oleh perancang kota idola Karsten, yakni Howard. Karsten merupakan penasehat perencanaan pembangunan Masjid Al-Wustha pada tahun 1934.Karena pada saat itu Thomas Karsten menjadi salah satu orang terdekat Mangkunegara VII.Masjid yang terletak di sebelah barat Mangkunegaran ini dibuatnya artistik, dengan memadukan budaya Jawa, Timur Tengah, dan Eropa. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) 11. Laku Keprabon (Mei 2016) Pada bulan Mei 2016, Kampung Keprabon menjadi tujuan penjelajahan LakuLampah selanjutnya. Tepatnya dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2016, dengan donasi Rp ,- peserta akan mendapatkan fasilitas makan malam, air mineral, dan materi. Kegiatan berawal mulai pukul 15.30, kemudian mengunjungi obyek yakni rumah

21 48 keturunan Djoefri Prijomartono, seorang pengusaha percetakan Abdul Jabar, rumah itu dibangun sebelum tahun 1900 dan masih tetap utuh hingga saat ini. Keluarga keturunan Djoefri Prijomartonoakan menjadi narasumber pada kegiatan bulan Mei. Gambar 13 Peserta berada di depan rumah Djoefri Prijomartono. (Sumber: dokumentasi pribadi penulis) Keprabon dulunya pada tahun 1950-an dalam satu RW terdapat lebih dari 10 hotel. Hotel yang telah berdiri sejak tahun 1950-an tersebut juga menjadi salah satu objek kunjungan. Kemudian kegiatan diakhiri dengan makan malam bersama para peserta dengan menikmati Nasi Liwet Wongso Lemu yang sudah ada sejak tahun (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016)

22 Jejak Thomas Karsten 2 (Juni 2016) Gambar 14 Objek kunjungan peserta yakni salah satu bangunan yang dirancang oleh Thomas Karsten. Bangunan tersebut saat ini digunakan untuk kantor perusahaan asuransi Jiwasraya. (Sumber: lakulampah.tumblr.com) LakuLampah membuat dua seri pada Jejak Thomas Karsten karena bangunan yang dibuat oleh Karsten dirasa masih banyak yang menarik untuk ditelusuri. Seperti yang diinginkan LakuLampah tahun ini untuk mencapai kawasan Jawa Tengah, Jejak Thomas Karsten 2 memilih beberapa obyek yang berada di kawasan Kota Tua Semarang, salah satunya adalah Gereja Blenduk Semarang. Dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2016 dengan donasi Rp , dan fasilitas yang didapatkan oleh peserta adalah donasi di Semarang, materi, makan siang, transportasi pulang-pergi dan selama di Semarang, dan souvenir. Dimulai pada pukul dari Stasiun Solo Balapan. Setelah sampai di Stasiun Tawang Semarang, peserta kemudian melanjutkan perjalanan ke kawasan Kota Tua Semarang untuk bertemu

23 50 dengan para narasumber yakni Lopen Semarang, komunitas pecinta sejarah di Semarang. Setelah Gereja Blenduk, kemudian peserta menuju kantor yang saat ini ditempati oleh PT. Jiwasraya Semarang yaitu bekas gedung Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente Maatschaapij (NILLMI) yang dirancang oleh arsitek ternama pada masa Hindia-Belanda, Herman Thomas Karsten. Di dalam gedung ini terdapat lift bermerek OTIS yang jika dilihat dariumur pembangunannya yakni 1916, kuat kemungkinan bahwa ini merupakan gedung dengan lift pertama di Nusantara. Pasar Johar, salah satu pasar yang terkenal di Semarang ini pun juga menjadi bangunan rancangan Karsten. (Wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A, tanggal 1 Juni 2016) E. Analisis SWOT Wisata LakuLampah Pendekatan analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui adanya potensi yang lebih dari suatu objek penelitian yaitu meliputi: Kekuatan (Strength), dan Kelemahan (Weakness) bagi lingkungan internal, maupun peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) yang dimiliki lingkungan eksternalnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, analisis SWOT dari pemasaran Wisata LakuLampah adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength) a. Memperkenalkan warisan sejarah dan kekayaan budaya dengan sudut pandang yang sedikit berbeda dengan edukasi sejarah yang telah ada. b. Melestarikan dan mempelajari sejarah dengan membawa peserta untuk melihat dan terjun langsung dalam kehidupan sosial masyarakat yang

24 51 memiliki kaitan sejarah dan budaya, kerajinan dan kesenian, serta wisata kuliner. c. Mempunyai tema kunjungan yang berbeda setiap bulannya. d. Kegiatan fun edukasi yang menarik dan selalu menemukan hal baru. e. Untuk kalangan umum, sehingga tidak ada batasan umur bagi peserta. f. Adanya website resmi, facebook, twitter dan instagram LakuLampah. 2. Kelemahan (Weakness) a. Biaya untuk mengikuti kegiatan terkadang terlalu mahal. b. Tidak adanya tanda atau simbol khusus yang menandakan seorang peserta sehingga orang lain dapat dengan mudah menyusup mengikuti kagiatan ini, misalnya dengan co-card atau kartu identitas. c. Peserta yang sudah mendaftar namun tidak hadir pada saat kegiatan. 3. Peluang (Opportunity) a. Merupakan satu-satunya kegiatan wisata di Solo yang mengupas sejarah dengan model fun edukasi dan langsung terjun ke masyarakat. b. Kebanggaan kepada budaya dan sejarah dapat meningkat seiring dengan terus berlangsungnya kegiatan ini yang kental akan budaya dan sejarah Kota Solo khususnya. c. Nilai-nilai sejarah yang diperoleh dari kegiatan wisata dapat mendidik orang lain agar mengambil pelajaran yang bermanfaat. d. Adanya pelaksanaan kegiatan setiap bulannya dapat menambah kunjungan ke Kota Solo. 4. Ancaman (Threats)

25 52 a. Terdapat kegiatan yang lebih menarik seperti mendaki gunung, snorkeling di laut, dan sebagainya. b. Semakin banyak tempat-tempat bersejarah tidak terawat yang akhirnya digunakan pengusaha untuk mendirikan bangunan baru seperti Mall dan Hotel. c. Pariwisata luar negeri, seperti Asia hingga Eropa dan Amerika, karena salah satu alasan seseorang berwisata adalah prestise dimana orang akan lebih merasa bangga jika telah melakukan wisata ke luar negeri. Setelah melakukan Analisis SWOT tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk menambah peminat Wisata LakuLampah, kelemahan dan ancaman dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan.contohnya seperti pada saat kegiatan, sebaiknya peserta diberikan tanda pengenal atau penanda bahwa orang tersebut merupakan peserta kegiatan, dapat menggunakan co-card atau slayer. Kemudian ancaman bangunan bersejarah yang tidak terawat untuk dijadikan bangunan baru seperti mall atau hotel dapat dijadikan sebuah kegiatan khusus untuk membahas perawatan bagaimana yang seharusnya dilakukan untuk sebuah bangunan kuno. F. Strategi Pemasaran Wisata LakuLampah Pemasaran dan promosi merupakan aspek yang paling penting dalam pemasaran dan pengenalan program atau Wisata LakuLampah kepada masyarakat. LakuLampah selama ini dapat dikenal masyarakat karena adanya promosi dalam pelaksanaan kegiatan setiap bulannya. Pemasaran pariwisata pada hakekatnya

26 53 adalah usaha untuk mencari keseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) sedemikian rupa sehingga keduanya mencapai kepuasan bagi wisatawan dan keuntungan bagi penyedia jasa wisata atau daerah tujuan wisata (Oka A. Yoeti, 1996:40). Sedangkan promosi adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan parusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:219). Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan secara terpadu dan memerlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran yang pada hakekatnya merupakan tindakan dari konsep pemasaran. Penerapan bauran pemasaran atau marketing mix pada produk dan jasa Wisata LakuLampah adalah sebagai berikut: 1. Product (produk) Produk yang ditawarkan oleh komunitas LakuLampah merupakan sebuah wisata minat khusus untuk wisatawan yang tertarik dalam bidang sejarah dan budaya Indonesia. 2. Price (harga) Harga yang ditawarkan oleh wisata LakuLampah memiliki jumlah yang berbeda-beda tergantung dari durasi pelaksanaan kegiatan, objek yang dikunjungi, serta fasilitas yang didapatkan. Berkisar mulai harga Rp hingga Rp untuk masing-masing peserta pada setiap kegiatan. 3. Promotion (promosi)

27 54 LakuLampah melakukan promosi untuk memasarkan produknya melalui media sosial facebook, twitter, dan instagram. Sedangkan adanya website digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai komunitas LakuLampah, serta kegiatan apa saja yang dilakukan. 4. Place (tempat atau distribusi) Jaringan distribusi komunitas LakuLampah selain menggunakan media sosial sebagai bahan promosi, juga sering ikut serta dalam kegiatan komunitas lain dimana LakuLampah ditunjuk sebagai pengisi acara atau narasumber. Penyedia jada pariwisata saat ini semakin berlomba-lomba untuk menjual produk Wisata Minat Khusus, termasuk komunitas LakuLampah. Maka untuk mencapai hasil yang maksimal, penyedia jasa pariwisata harus mengikuti suatu rencana tindakan yang dilakukan terlebih dahulu. Rencana tindakan inilah yang disebut strategi. Oleh karena itu, penyedia jasa pariwisata sangat perlu suatu strategi yang dapat membantu meningkatkan produk penjualannya. Strategi yang dimiliki Komunitas LakuLampah dalam memasarkan produknya kepada konsumen adalah sebagai berikut: 1. Tema yang berbeda pada setiap kegiatan. Tema merupakan persoalan utama yang akan diungkapkan oleh suatu pihak. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu terdiri dari objek, peristiwa kejadian, dan sebagainya. Tema juga merupakan satu gagasan, pikiran atau persoalan utama yang mendasari sebuah karya dan terungkap secara langsung atau tidak langsung. Persoalan-persoalan yang

28 55 disuguhkan kemudian mendapatkan pokok persoalan secara keseluruhan. Semuanya menentukan rupa tema yang akan dikemukakan. Syarat memilih tema yang baik adalah dengan mencari tema yang menarik perhatian, tema yang diketahui dengan baik, dan tema yang dibatasi ruang lingkupnya. Tema dapat diperoleh melalui pengalam pribadi maupun orang lain, melalui pengamatan, melalui imajinasi maupun melalui penalaran. Pada dasarnya Wisata LakuLampah termasuk sebuah wisata khusus untuk peminat sejarah dan budaya Indonesia. LakuLampah berusaha untuk mengubah pemikiran masyarakat yang menilai bahwa mempelajari sejarah adalah hal yang membosankan. Maka dibuatlah sebuah wisata yang menarik dan edukatif untuk mengenalkan sejarah dan budaya yang ada di Indonesia, khususnya Kota Solo. Sejauh ini pelaksanaan kegiatan memiliki tema seperti membahas seorang arsitek yang mendesain bangunan bersejarah, menelusuri keberadaan benteng-benteng yang berada di Kota Solo, melihat jejak peninggalan pabrik gula milik raja Mangkunegaran. Tidak selalu mengenai bangunan bersejarah, makanan khas daerah yang dikunjungi juga berusaha diangkat oleh LakuLampah, seperti Roti Widoro yang legendaris, Ledre khas Laweyan, dan Londoh Pecel khas Karanganyar. Seperti yang telah disebutkan di awal, variasi tema ini dibuat agar masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini merasa bahwa mempelajari sejarah tidak selalu membosankan.lakulampah memberikan konsep Fun Edukasi agar lebih mudah untuk diterima masyarakat.

29 56 2. Promosi melalui media sosial. Menjadi hal yang lumrah bila keberadaan media sosial saat ini dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan bisnis. Dengan konsep yang lebih modern, lebih unik, penyedia jasa mencoba untuk menyampaikan visi dan misi bisnis mereka melalui media sosial yang saat ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat dari bermacam-macam kalangan tingkat ekonomi. Serta sebagai alat promosi untuk memasarkan produk agar memudahkan calon konsumen mendapatkan informasi. Berbagai cara dilakukan seperti menampilkan gambar produk yang menarik, variasi produk, terjangkaunya harga, dan lainnya. LakuLampah menjadikan media sosial sebagai peluang untuk memasarkan produk wisatanya, sekaligus sebagai media untuk belajar sejarah. Gambar 15 Ulasan mengenai Kampung Sewu pada website LakuLampah, yaitu

30 57 Berawal dengan membuat akun pada media sosial facebook, twitter dan instagram, LakuLampah kemudian membuat poster mengenai kegiatan wisata yang akan diselenggarakan. Poster itu kemudian diunggah pada masing-masing media sosial, yang telah tercantum nama kegiatan, hari dan tanggal pelaksanaan, donasi yang perlu dibayar, fasilitas yang didapatkan, bagaimana cara mendaftar, dan kuota peserta. Pendaftaran dilakukan melalui link website yang sudah tertera pada poster, calon peserta cukup mengisi data diri seperti nama lengkap, alamat , dan nomor telefon. Disamping mengenai pengumuman pendaftaran pelaksanaan kegiatan LakuLampah, media sosial juga berperan untuk memberitahukan kegiatan Lakulampah yang selama ini sudah dilaksanakan melalui resume kegiatan. Sehingga masyarakat yang belum sempat mengikuti pelaksanaan Wisata LakuLampah pada bulan tertentu dapat menyimak melalui resume yang dibagikan melalui media sosial tersebut. Semacam ini yang dimaksud bahwa media sosial dapat dijadikan media pembelajaran. Gambar 16 Form pendaftaran untuk peserta yang diakses melalui media sosial LakuLampah.

31 58 Gambar 17 Poster LakuLampah seri Keprabon (Sumber: data arsip Danu Putra W. selaku divisi bidang Publikasi) Promosi yang dilakukan tidak hanya pada saat sebelum kegiatan dilaksanakan, namun juga pada saat kegiatan, dan juga ketika kegiatan telah selesai dilakukan. Pada saat kegiatan berlangsung contohnya, peserta mengunggah foto kegiatan pada media sosial yang mereka miliki, dengan begitu orang lain akan mengetahui kegiatan yang dilaksanakan. Cara ini menjadi salah satu strategi tersendiri bagi LakuLampah, karena secara tidak langsung para peserta juga ikut serta untuk mengenalkan kegiatan Wisata LakuLampah. Cara ini membawa dampak positif pada saat kegiatan telah selesai dilakukan, di setiap akun media sosial LakuLampah menjadi banyak permintaan pertemanan atau

32 59 follower yang mengikuti (wawancara dengan Koordinator LakuLampah, Fendy Fawzy A. tanggal 1 Juni 2016). 3. Penambahan Sub Divisi. Organisasi, baik sebagai keseluruhan dan tiap-tiap bagian yang ada didalamnya harus memberikan sumbangan atau kontribusi bagi tercapainya tujuan perusahaan. Organisasi dianggap efisien apabila strukturnya memungkinkan tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif. Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Individu yang terdapat di dalam struktur organisasi telah mempunyai tugas dan tanggung jawab, serta dapat membagi dan mempersatukan pekerjaan yang harus dikerjakan. Penambahan suatu bidang, divisi atau cabang tertentu dapat dilakukan dengan maksud untuk memenuhi permintaan pasar. Peserta yang mengikuti kegiatan Wisata LakuLampah sangat beragam, mulai dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa, hingga yang telah bekerja. Untuk peserta kalangan siswa sekolah dasar biasanya mereka mengikuti kegiatan ini karena ajakan orang tua mereka yang juga ikut serta dalam Wisata LakuLampah. Hal ini dirasa perlu untuk mengembangkan sub-sub divisi khusus kegiatan yang targetnya adalah anak-anak, karena anak-anak dirasa perlu untuk belajar dan mengembangkan sejarah dan budaya yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya sub divisi untuk target peserta anak-anak, LakuLampah juga menambah sub divisi yang bertanggung jawab dalam acara kegiatan di luar Kota Solo.

33 60 Karena tahun ini target pelaksanaan kegiatan tidak hanya di Kota Solo dan sekitarnya, namun hingga Jawa Tengah. 4. Inovasi Paket Wisata. Paket wisata diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari beberapa, minimal dua, fasilitas perjalanan tertentu dalam suatu acara perjalanan yang tetap, serta dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut seluruh komponen dari perjalanan wisata. Paket wisata sebagai barang komoditas merupakan barang dan jasa yang diminati konsumen untuk dimiliki / dirasakan manfaat dan gunanya untuk kehidupan konsumen. Suatu barang dan jasa yang dipasarkan dan dijual sesuai dengan harapan atas kebutuhan dan keinginan konsumen yang bermanfaat atau berguna bagi kehidupannya, sehingga konsumen merasa puas atas barang dan jasa tersebut. Paket wisata ditelaah sebagai sebuah perencanaan, karena produk yang disampaikan kepada wisatawan masih berupa perencanaan, belum dilaksanakan. Wisatawan diharapkan dapat memberikan nilai atas produk perencanaan yang belum dilaksanakan tersebut. Bagi sebuah paket wisata, perlu diperhatikan bahwa perencanaan merupakan suatu proses, bukan suatu tahapan pekerjaan. Walaupun merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan, perencanaan sama sekali tidak dapat disamakan dengan persiapan suatu pekerjaan. Produk perencanaan perjalanan wisata diimplisitkan dalam program perjalanan atau tour itinerary. Tour itinerary merupakan perekat dari semua rangkaian elemen komponen produk paket wisata. (Nuriata, 2014: 12-15)

34 61 LakuLampah merencanakan untuk membuat sebuah manajemen baru yang lebih profesional agar bisa mengikuti perkembangan.lakulampah tetap akan membuat kegiatansetiap bulannya dengan tema yang berbeda, karena sejak awal kegiatan tersebut yang menjadi ciri khas komunitas. Namun yang berbeda adalah, kedepannya LakuLampah membuat sebuah paket wisata yang dapat dinikmati tidak hanya sekali pada sebulan, tetapi dapat dinikmati sewaktu-waktu oleh wisatawan yang tertarik oleh konsep Wisata LakuLampah. Maka setiap orang yang ingin melakukan wisata sejarah di dalam maupun luar Kota Solo mendapatkan akses yang lebih mudah. Pesertanya pun bisa dari kalangan mana saja, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga umum. Diharapkan dengan manajemen baru ini Wisata LakuLampah akan menambah kunjungan wisatawan ke Kota Solo dan sekitarnya. Penyusunan harga paket wisata dirangkai dari seluruh komponen biaya penyusun paket wisata, karena itu penentuan biaya komponen yang diperkirakan akan dikeluarkan sangat menentukan dalam penyusunan harga paket wisata tersebut. prosedur dalam menentukan perhitungan penyusunan biaya paket wisata yang dapat mencapai pendekatan untuk menentukan harga adalah: a. Menginventarisasi seluruh biaya komponen penyusunan paket yang dapat dihitung. b. Menyusun harga berdasarkan perhitungan, tidak menurut perasaan atau perhitungan kira-kira.

35 62 c. Menjumlahkan seluruh biaya untuk sejumlah peserta, lalu kemudian melakukan pembagian dengan jumlah peserta yang dihitung/diperhitungkan. d. Sejak awal perhitungan telah mencari biaya yang menyatakan biaya per peserta, lalu kemudian dilakukan penjumlahan untuk mencari jumlah biaya per orang. e. Pada jumlah biaya per orang yang diperoleh, ditambahkan perhitungan besarnya surcharge, mark-up, dan margin, atas keuntungan yang diharapkan ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan dari masing-masing perusahaan. Terakhir bila diperlukan, dalam harga jual termasuk perhitungan kondisi dari harga, misalnya menyangkut komplimen. Berikut ini adalah perencanaan paket wisata baru yang dilakukan oleh Wisata LakuLampah disertai dengan perhitungan harga: Tabel 4 Paket Wisata Sejarah Solo Paket Wisata Solo Historical Trip Untuk 30 peserta Durasi 5 jam Keterangan Wisata dimulai pada pukul dengan menyusuri kawasan Kampung Batik Kauman yang menjadi salah satu kampung batik ternama di Kota Solo. Setelah itu mengunjungi Masjid Agung Surakarta yang memiliki jam matahari dapat digunakan hingga saat ini. Pada pukul perjalanan dilanjutkan menuju Kampung Keprabon untuk makan malam di nasi liwet Wongso Lemu yang legendaris di Kota Solo.

36 63 Tabel 5 Perhitungan Harga Paket Wisata Komponen Wisata Biaya Variabel Biaya Tetap Transportasi (Bus) Rp Biaya Parkir (2x) Rp Tip untuk Kru (Bus) Rp Biaya Guide Rp Makan Malam Rp Donasi Rp TOTAL Rp Rp Total biaya per peserta Perhitungan = Rp Rp Rp Harga setelah ditambah keuntungan 15% Keuntungan = Rp Rp Harga Jual Rp

STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH DI SURAKARTA

STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH DI SURAKARTA STRATEGI PEMASARAN WISATA LAKULAMPAH DI SURAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata ISNAINI NURUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata menjadi suatu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia sekarang ini di era globalisasi. Seseorang yang sibuk akan rutinitas sehari-hari membutuhkan

Lebih terperinci

POTENSI DAYA TARIK WISATA BLUSUKAN SOLO

POTENSI DAYA TARIK WISATA BLUSUKAN SOLO POTENSI DAYA TARIK WISATA BLUSUKAN SOLO LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata ARI FITRIANA C9410002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Lampung sebagai wisatawan khususnya yang menginginkan tempat wisata dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), keberadaan Kampung Laweyan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Implementasi IMC Kampoeng Batik Laweyan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Tahun 2010) SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Surakarta atau yang sering disebut Solo merupakan sebuah kota yang dulunya adalah wilayah jajahan Hindia Belanda dan Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

MEMPERKENALKAN OBJEK WISATA KAMPOENG BATIK PESINDON PEKALONGAN MELALUI MEDIA PROMOSI

MEMPERKENALKAN OBJEK WISATA KAMPOENG BATIK PESINDON PEKALONGAN MELALUI MEDIA PROMOSI MEMPERKENALKAN OBJEK WISATA KAMPOENG BATIK PESINDON PEKALONGAN MELALUI MEDIA PROMOSI Muchamad Said, Godham Eko Saputro, Khamadi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini pembangunan sedang berkembang. Terbukti dengan banyaknya pembangunan yang makin banyak dalam hal pembangunan Mall, Hotel, dan Pemukiman. Pembangunan

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Survey di facebook oleh Disbudpar Kota bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Survey di facebook oleh Disbudpar Kota bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai minimal dua identitas kota yang bertaraf internasional, yaitu Gedung Sate dan Kawasan Braga. Kawasan ini sudah dikenal para wisatawan asing sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan tradisi dan budaya mulai ditinggalkan dan dilupakan secara perlahan. Budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tua menjadi simbol permata Jakarta selain Monas dan Kepulauan Seribu, dan Kota Tua juga salah satu pusat sejarah Indonesia, sebab di wilayah tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism Organization memperkirakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu ikon pariwisata yang sangat menonjol. Bukan hanya sebagai kota pariwisata, Yogyakarta juga berhasil menyabet predikat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Surakarta dan lebih tepatnya di lingkup Keraton Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada rentan

Lebih terperinci

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta beberapa orang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, atau Yogya adalah kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM :

Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT NPM : Strategi Pemasaran Pada Usaha Kuliner Warung Pasta Margonda Raya Depok Dengan Analisis SWOT Nama : Dewi Ratnasari NPM : 11210912 Fakultas / Jurusan : Ekonomi / Manajemen Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB 4 Konsep Desain. Gambaran Umum

BAB 4 Konsep Desain. Gambaran Umum BAB 4 Konsep Desain Gambaran Umum Kabupaten Kediri memiliki potensi yang sangat luas untuk dikembangkan lebih jauh lagi, selain itu Kabupaten Kediri juga adalah Kabupaten yang memiliki ambisi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia kini sedang dalam upaya pertumbuhan global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi sangat berpengaruh terhadap tolak ukur maju atau tidaknya keberadaan suatu daerah. Pengaruh tesebut akan muncul dan terlihat melalui sebuah kompetisi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Logo Gambar 5.1 Logo Baru Kampung Budaya Sindangbarang Dalam mempromosikan Kampung Budaya Sindangbrang diperlukan adanya logo yang berguna sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Di Indonesia pariwisata menjadi suatu bukti keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya budaya. Keragaman budaya yang dimiliki melalui peristiwa sejarah yang panjang sudah seharusnya diapresiasi masyarakat dan diketahui

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Kebun Raya Bogor merupakan salah satu agrowisata yang sudah terkenal dan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan pendidikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan Video Profil Museum Surabaya berbasis Online sebagai Upaya mengenalkan kepada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap survei pemasaran pariwisata Lampung dapat disimpulkan bahwa: 1. Destinasi-destinasi wisata di Lampung mulai menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki berbagai potensi wisata, seperti wisata alam, wisata kuliner, wisata sejarah, wisata religi dan wisata budaya. Dari berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu,

BAB I PENDAHULUAN. mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi minum teh telah menjadi kebudayaan di berbagai negara dengan cara minum dan keterampilan menyajikan teh yang berbeda-beda. Banyak cerita mengenai asal usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, negara maritim sekaligus negara agraris dengan segala macam keanekaragaman di dalamnya. Mulai dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya dan juga tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Banyak tempat wisata yang tereksplorasi keindahannya sehingga dimuat diberbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Pariwisata adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

Strategi Komunikasi Pemasaran

Strategi Komunikasi Pemasaran Strategi Komunikasi Pemasaran (Studi Kasus Pecel Lele Lela Cabang Margonda) Disusun Oleh: Nama : ARINI AYU NPM : 15809025 Jurusan : ILMU KOMUNIKASI Pembimbing : MUHAMMAD AKRAM S.IP., MPS. OUTLINE PENELITIAN

Lebih terperinci

Kampoeng Lawas Maspati.

Kampoeng Lawas Maspati. Kampoeng Lawas Maspati www.kampunglawas.com Latar belakang Eksisting : RW VIII Bubutan (maspati) terdiri dari 6 RT, 350 KK dan 1.350 jiwa, >300 rumah padat penduduk dan terkesan kumuh Jumlah penduduk asli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi industri kecil kerajinan yang cukup besar. Pertumbuhan industri kecil dan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Data Perusahaan BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Data Obyek Perancangan DAOP 6 Yogyakarta berlokasi di Jl. Lempuyangan No 1 Yogyakarta dengan kontak : ( 0274 ) 513284 Daerah Operasi VI Yogyakarta atau disingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengolahan data, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu : Sebagai suatu bentuk struktur dari kegiatan pariwisata, desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Salah satu poin kebijakan tersebut ditujukan bagi pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA.

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA 1 Andre N. Rahmanto, 2 Susantiningrum, 3 Chairul Huda Atma D 1,2 Prodi PAP FKIP UNS 3 Prodi Magister Pendidikan Ekonomi UNS Email:

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia pariwsata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara selain dari sektor migas,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaan perusahaan yang menghasilkan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran sebuah kota, daerah,dan negara telah menjadi sangat penting saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malam hari. Kecenderungan orang melakukan berbagai macam aktifitasnya di

BAB I PENDAHULUAN. malam hari. Kecenderungan orang melakukan berbagai macam aktifitasnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan di dunia ini dibagi menjadi kehidupan di siang hari dan kehidupan malam hari. Kecenderungan orang melakukan berbagai macam aktifitasnya di siang hari, mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Indonesia mempunyai banyak tempat bersejarah dan banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Museum Indonesia mempunyai banyak tempat bersejarah dan banyak sekali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Indonesia mempunyai banyak tempat bersejarah dan banyak sekali ditemukan benda-benda kuno yang berharga. Benda-benda tersebut dikoleksi dan dikumpulkan menjadi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Konsep Komunikasi 3.1.1. Target market Target market adalah para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang sedang mencari informasi mengenai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci