BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL 4.1 Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini terbagi dalam empat kelompok yaitu guru yang berjumlah 52 orang, kepala sekolah sejumlah 9 orang, komite sekolah sejumlah 18 orang dan masyarakat/wali sejumlah 29 orang. Guru yang telah mempunyai sertifikasi pada gugus ini mencapai 19 orang. Semua responden ber-asal dari Gugus Puspitaloka Bandungan. Jika ditinjau dari golongan/jabatan yang dipegang para guru dan kepala sekolah, maka pada gugus ini lebih didominasi oleh guru tidak tetap. Jumlah guru tidak tetap di gugus ini mencapai 37,7%. Sisanya tersebar pada golongan II (8,2%), golongan III (31,15%) dan golongan IV (22,95%) seperti yang terihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Guru dan Kepala Sekolah menurut Golongan Persentase Golongan Frekuensi (%) II III IV Guru Tidak Tetap Total Responden dari Gugus Puspitaloka Bandungan umumnya berusia di bawah 35 tahun. Responden yang

2 berusia di bawah 35 tahun tercatat sebesar 59,02% dari total responden. Selengkapnya mengenai usia responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Responden menurut Usia Usia Frekuensi Persentase (%) tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun Total Analisis Kesiapan Kepala Sekolah, Kesiapan Gurudan Peranserta Masyarakat dan Komite Sekolah dalam Pelaksaanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Kesiapan Kepala Sekolah Penerapan MBS menuntut kesiapan banyak pihak. Kepala sekolah menjadi figur sentral dalam penerapan MBS. Penerapan MBS menuntut kesiapan Kepala Sekolah dalam banyak hal. Pada penelitian ini terdapat 4 aspek yang harus dipersiapkan oleh Kepala Sekolah dengan matang, yaitu: (1) Mengelola dan me-ningkatkan mutu pelayanan sekolah; (2) Pengelolaan program supervisi untuk peningkatan mutu sekolah; (3)

3 Pengelolaan program kewirausahaan; (4) Pengelo-laan hubungan sekolah dengan masyarakat Sama seperti halnya dengan pengukuran tingkat kesiapan guru maka pengukuran kesiapan kepala sekolah juga dilakukan dua kali, pertama dengan mengukur kesiapan Kepala Sekolah berdasar persepsi Kepala Sekolah dan selanjutnya mengukur kesiapan Kepala Sekolah berdasar persepsi para guru sebagai komparasi atas pengukuran pertama. Kesiapan Kepala Sekolah dalam menerapkan MBS dapat dilihat dari bagaimana ia mengelola dan meningkatkan mutu pelayanan sekolah. Rata-rata persepsi kepala sekolah atas aspek ini sebesar 4,67 yang berarti bahwa para kepala sekolah Gugus Puspitaloka Bandungan menganggap mereka sudah sangat siap dalam mengelola dan meningkatkan mutu sekolah. Para kepala sekolah juga berpersepsi tinggi terhadap 27 item yang termasuk dalam aspek pengelolaan dan peningkatan mutu sekolah. Hampir seluruh item ini mempunyai nilai rata-rata di atas 4,2 (sangat siap). persepsi kepala sekolah atas kesiapan mengelola dan meningkatkan mutu sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Pengelolaan dan Peningkatan Mutu Sekolah menurut Persepsi Kepala Sekolah Menjabarkan program jangka panjang meliputi tujuan, program kegiatan, pelaksanaan Tingkat Kesiapan

4 Merencanakan jangka menengah yang disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang Menjabarkan program kerja tahunan mengacu pada target atau sasaran yang dicapai sekolah dalam waktu 1 tahun Menyempurnakan KTSP pada setiap tahun ajaran Mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan lingkungan sekolah Mengelola pengambangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional Mengelola pengambangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat, minat dan kreatifitas siswa Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal Menjadwal warga sekolah untuk menggunakan fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan komputer tersebut di luar jam pelajaran Membuat inventarisasi program perawatan preventif kepada semua guru agar dapat dimonitor dan mengevaluasi sarpras Membagi tugas guru dan staf dengan jelas sesuai kemampuan dan keahliannya Mencatat warga sekolah yang mendapat penghargaan dan sanksi agar mempunyai bukti otentik Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal Melaporkan pertanggung jawaban keuangan kepada warga sekolah dengan transparan dan akuntabel Menempatkan RKAS di tempat yang strategis untuk diketahui oleh semua warga sekolah Memberi kesempatan pada pihak yang terkait untuk mengetahui pembukuan keuangan sekolah Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah Memiliki dan mengelola adminsitrasi akademik dan non akademik Mencari staf tenaga adminsitrasi untuk membantu mengerjakan administrasi sekolah

5 Menggunakan media komputer untuk melaporkan data secara sistematis dan realistis Menyusun program untuk pengambilan keputusan secara trampil dan berkualitas Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan menajemen sekolah Mengevaluasi dan melakukan refleksi terhadap semua program yang telah dilaksanakan Memanfaatkan hasil evaluasi guru untuk memperbaiki mutu pendidikan Melakukan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat dan melaksanakan tindak lanjut Pengelolaan dan Peningkatan Mutu Sekolah Sama halnya dengan persepsi kepala sekolah akan aspek pengelolaan dan peningkatan mutu seko-lah ternyata para guru juga menilai bahwa para kepala sekolah tergolong sangat siap pada aspek ini. Rata-rata jawaban para guru akan kesiapan kepala sekolah pada aspek ini sebesar 4,75. Ini berarti bahwa para kepala sekolah menyatakan bahwa para kepala seko-lah juga sudah sangat siap dalam hal bagaimana me-ngelola dan meningkatkan mutu sekolah. Perbedaan persepsi antara guru dan kepala sekolah hanya terjadi pada item pemanfaatan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan menajemen seko-lah dari aspek ini. Pada item ini para guru berpen-dapat para kepala sekolah hanya baru sampai pada kategori siap. Mengenai bagaimana persepsi guru ter-hadap kesiapan kepala sekolah atas pengelolaan dan peningkatan mutu sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

6 Tabel 4.4 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Pengelolaan dan Peningkatan Mutu Sekolah menurut Persepsi Guru Menjabarkan program jangka panjang meliputi tujuan, program kegiatan, pelaksanaan Merencanakan jangka menengah yang disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang Menjabarkan program kerja tahunan mengacu pada target atau sasaran yang dicapai sekolah dalam waktu 1 tahun Menyempurnakan KTSP pada setiap tahun ajaran Mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan lingkungan sekolah Mengelola pengambangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional Mengelola pengambangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat, minat dan kreatifitas siswa Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal Menjadwal warga sekolah untuk menggunakan fasilitas laboratorium, perpustakaan, dan komputer tersebut di luar jam pelajaran Membuat inventarisasi program perawatan preventif kepada semua guru agar dapat dimonitor dan mengevaluasi sarpras Membagi tugas guru dan staf dengan jelas sesuai kemampuan dan keahliannya Mencatat warga sekolah yang mendapat penghargaan dan sanksi agar mempunyai bukti otentik Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal Melaporkan pertanggung jawaban keuangan kepada warga sekolah dengan transparan dan akuntabel Menempatkan RKAS di tempat yang strategis untuk diketahui oleh semua warga sekolah 5 - Tingkat Kesiapan

7 Memberi kesempatan pada pihak yang terkait untuk mengetahui pembukuan keuangan sekolah Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah Memiliki dan mengelola adminsitrasi akademik dan non akademik Mencari staf tenaga adminsitrasi untuk membantu mengerjakan administrasi sekolah Menggunakan media komputer untuk melaporkan data secara sistematis dan realistis Menyusun program untuk pengambilan keputusan secara trampil dan berkualitas Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan menajemen sekolah Mengevaluasi dan melakukan refleksi terhadap semua program yang telah dilaksanakan Memanfaatkan hasil evaluasi guru untuk memperbaiki mutu pendidikan Melakukan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat dan melaksanakan tindak lanjut Pengelolaan dan Peningkatan Mutu Sekolah Para kepala sekolah menilai bahwa mereka telah sangat siap dalam pengelolaan program supervisi untuk peningkatan mutu sekolah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata jawaban kepala sekolah pada aspek ini sebesar 4,78. Tingkat kesiapan para kepala sekolah atas aspek ini terefleksi lewat rata-rata jawaban atas ketiga item aspek ini yang lebih besar dari 4,2. Lebih lengkapnya tentang bagaimana persepsi kepala seko-lah terhadap aspek pengelolaan program supervisi untuk peningkatan mutu sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.5.

8 Tabel 4.5 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Pengelolaan Program Supervisi untuk Peningkatan Mutu Sekolah menurut Persepsi Kepala Sekolah Memiliki program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan teknik yang tepat Menindak lanjuti hasil supervisi untuk memberdayakan sumber daya sekolah dan peningkatan kinerja guru Pengelolaan Program Supervisi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Tidak berbeda halnya dengan persepsi kepala sekolah, para guru Gugus Puspitaloka Bandungan juga berpersepsi bahwa para kepala sekolah sudah sangat siap dalam melaksanakan pengelolaan program supervisi untuk peningkatan mutu sekolah. Hal ini terlihat dari Tabel 4.6 dimana besaran rata-rata persepsi guru terhadap kesiapan kepala sekolah dalam mengelola program supervisi secara keseluruhan dan item-itemnya lebih besar dari 4.4. Tabel 4.6 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Pengelolaan Program Supervisi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Menurut Persepsi Guru Memiliki program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan teknik yang tepat Menindak lanjuti hasil supervisi untuk memberdayakan sumber daya sekolah dan peningkatan kinerja guru Pengelolaan Program Supervisi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Tingkat Kesiapan Tingkat Kesiapan

9 Kesiapan kepala sekolah dalam melaksanakan MBS juga dilihat dari bagaimana kemampuan kepala sekolah menangani program kewirausahaan. Kemampuan kepala sekolah pada aspek ini dilihat dari bagaimana kepala sekolah mampu menggali dana dari masyarakat dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan warga sekolah. Secara keseluruhan para kepala sekolah menganggap mereka sudah sangat siap pada aspek pengelolaan program kewirausahaan. Rata-rata jawaban para kepala sekolah terhadap aspek ini seca-ra keseluruhan sebesar 4,85. Selengkapnya, persepsi kepala terhadap aspek pengelolaan program kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Penanganan Program Kewirausahaan untuk Peningkatan Mutu Sekolah menurut Persepsi Kepala Sekolah Menggali sumber dana dari masyarakat yang tidak mengikat untuk pengembangan sekolah Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan warga sekolah untuk menghimpun koperasi barang maupun makanan Membuat proposal untuk menggali dana dari masyarakat untuk pengembangan sekolah Pengelolaan Program Kewirausahaan Tingkat Kesiapan Tingkat Kesiapan Mengenai aspek pengelolaan program kewirausahaan tidak ditemukan perbedaan persepsi yang menyolok baik antara kepala sekolah maupun para guru

10 dari Gugus Puspitaloka Bandungan.Secara umum, para guru juga menganggap bahwa para kepa-la sekolah sudah sangat siap dalam hal pengelolaan program kewirausahaan sebagaimana ditunjukkan pa-da Tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Penanganan Program Kewirausahaan untuk Peningkatan Mutu Sekolah menurut Persepsi Guru Tingkat Kesiapan Menggali sumber dana dari masyarakat yang tidak mengikat untuk pengembangan sekolah Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan warga sekolah untuk menghimpun koperasi barang maupun makanan Membuat proposal untuk menggali dana dari masyarakat untuk pengembangan sekolah Pengelolaan Program Kewirausahaan Aspek terakhir yang juga dianggap penting dalam pelaksanaan MBS adalah bagaimana kemam-puan kepala sekolah dalam mengelola hubungan anta-ra sekolah dan masyarakat. Umumnya para kepala sekolah di Gugus Puspitaloka Bandungan mempersep-sikan diri bahwa mereka sudah sangat mampu atau sangat siap dalam mengelola hubungan dengan ma-syarakat. Cerminan optimisme mereka tercermin dari rata-rata jawaban para kepala sekolah terhadap aspek dengan hubungan dengan masyarakat yang mencapai 4,85 dari skala 5 seperti yang terlihat pada Tabel 4.9 di bawah ini.

11 Tabel 4.9 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Hubungan Sekolah dengan Masyarakat menurut Persepsi Kepala Sekolah Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan, ide, sumber belajar dan pembinaan sekolah Memberdayakan komite sekolah sebagai wujud pelibatan masyarakat terhadap pengembangan sekolah Bekerja sama dengan pemerintah, non pemerintah, dunia industri dan masyarakat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Tingkat Kesiapan Pendapat para guru mengenai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat sama dengan persepsi kepala sekolah. Para guru menyatakan penilaian yang sama dengan para kepala sekolah. Hal ini tercermin dari besarnya nilai rata-rata keseluruhan aspek sebesar 4,81 yang termasuk dalam kategori sangat siap atau sangat mampu seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 di bawah ini Tabel 4.10 Kesiapan Kepala Sekolah dalam Aspek Hubungan Sekolah dengan Masyarakat menurut Persepsi Guru Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan, ide, sumber belajar dan pembinaan sekolah Memberdayakan komite sekolah sebagai wujud pelibatan masyarakat terhadap pengembangan sekolah Bekerja sama dengan pemerintah, non pemerintah, dunia industri dan masyarakat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Tingkat Kesiapan

12 4.2.2 Kesiapan Guru Ukuran kesiapan guru dalam pengimplementasian MBS pada penelitian ini terbagi dalam tiga aspek utama yakni: (1) Kesiapan guru dalam pengembangan kurikulum; (2) Kesiapan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran; (3) Peranserta guru terhadap masyarakat Pengukuran atas ketiga aspek ini dilakukan dua kali yakni pengukuran kesiapan berdasar persepsi para guru itu sendiri dan kemudian berdasar penilaian kepala sekolah dengan tujuan untuk menghindari subjektifitas yang mungkin akan timbul. Aspek pertama yang diukur dari kesiapan guru dalam pelaksanaan MBS adalah pengembangan kurikulum.kurikulum menjadi tolok ukur penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengamatan yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa para guru di Gugus Puspitaloka Bandungan telah siap dan mene-rapkan elemen-elemen penting dalam kurikulum. Tabel 4.11 di bawah ini secara singkat menjelaskan bagaimana kesiapan para guru dalam hal pengem-bangan kurikulum. Dari tabulasi jawaban mengenai kesiapan guru dalam mengembangkan kurikulum tampak bahwa para guru merasa sangat siap.

13 Tabel 4.11 Kesiapan Guru dalam Aspek Pengembangan Kurikulum Menurut Persepsi Guru Menyusun program kegiatan pembelajaran telah mengembangkan silabus dan RPP Mengikuti urutan materi pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran Merancang pembelajaran yang sesuai dengan silabus, materi ajar tertentu agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan Pengembangan Kurikulum ,07 Tingkat Kesiapan Kesiapan guru dalam pengembangan kurikulum tercermin dari bagaimana mereka menyusun program kegiatan belajar dan mengembangkan silabus dan RPP, menyusun urutan pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran dan bagaimana merancang pembela-jaran yang sesuai silabus agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar. Tanggapan para guru atas ketiga item pengembangan kurikulum sangat positif, dimana ratarata para guru ternyata merasa sangat siap dan telah melakukan ketiga item tersebut. Kesiapan para guru dalam pengembangan kurikulum juga dinilai positif oleh para kepala sekolah. Para kepala sekolah yang dalam kehidupan kesehari-annya selalu bersentuhan langsung dengan para guru menilai bahwa para guru sangat siap. Ini terbukti dari rata-rata jawaban para kepala sekolah mengenai aspek pengembangan kurikulum beserta item-item yang terkandung di dalamnya.

14 Pada Tabel 4.12 di bawah terlihat bahwa rata-rata jawaban kepala sekolah tentang bgaiamana para guru menyusun program kegiatan belajar dan mengembangkan silabus dan RPP sebesar 4,78. Besaran rata-rata ini berada dalam kategori sangat siap. Begitu juga halnya dengan dua item lainnya yakni bagaimana para guru menyusun urutan pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran dan merancang pembelajaran yang sesuai silabus agar siswa dapat mencapai kom-petensi dasar juga secara rata-rata dinilai para kepala sekolah sebesar 4,67 atau dalam kategori sangat siap. Tabel 4.12 Kesiapan Guru dalam Aspek Pengembangan Kurikulum Menurut Persepsi Kepala Sekolah Menyusun program kegiatan pembelajaran telah mengembangkan silabus dan RPP Mengikuti urutan materi pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran Merancang pembelajaran yang sesuai dengan silabus, materi ajar tertentu agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan Pengembangan Kurikulum Tingkat Kesiapan Aspek penting lainnya yang dipandang penting dalam penerapan MBS adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran.kesiapan para guru dalam hal pelaksanaan kegiatan pembelajaran dipandang vital dalam penerapan MBS.Pengamatan yang dilakukan atas aspek ini menunjukkan bahwa secara rata-rata para guru Gugus Puspitaloka telah sangat siap. Secara rata-rata

15 kesiapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran para guru Gugus Puspitaloka sebesar 4,8. Tingkat kesiapan guru atas setiap item aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran juga tergolong sangat baik atau sangat siap, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata setiap item yang lebih besar dari 4,2. Rata-rata dan tingkat kesiapan para guru menurut persepsi guru dalam aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran be-serta itemitemnya dapat dilihat pada Tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Kesiapan Guru dalam Aspek Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran menurut Persepsi Guru Membuka pelajaran dengan mengawali materi yang sebelumnya dan materi yang akan dipelajari Melaksanakan PBM dengan menguasai materi pembelajaran secara optimal Mengelola kelas dengan mengatur waktu, tempat duduk, pengaturan ruang, dan kesempatan belajar yang merata kepada siswa Menginformasikan materi secara lisan dan sistematis, terencana sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan Menggunakan media dan sumber belajar dengan obyek nyata yang ada di sekitar kita Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan masalah yang dibahas Memberi penguatan dengan kata kata seperti, bagus, pintar, iya, betul, dan tepat sekali. Dalam PBM memberikan perhatian kepada setiap individu Menilai diskusi/ pemecahan masalah bersama siswa Menilai diskusi/ pemecahan masalah bersama siswa Memberikan reward atau sanksi kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung Mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban siswa baik yang benar maupun salah untuk menegukur tingkat pemahaman siswa Tingkat Kesiapan

16 Memakai acuan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) dan acuan penilaian norma (PAN) untuk setiap pembelajaran Menutup pelajaran dengan melakukan refleksi membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Menyusun alat evaluasi dengan tes tertulis, lisan dan perbuatan Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/ kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kelemahan dan kekuatan siswa untuk keperluan remidial dan pengayaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Penilaian kepala sekolah atas kesiapan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak me-nunjukkan perbedaan mendasar dengan persepsi para guru. Seperti yang terlihat di Tabel 4.8, secara rata-rata para kepala sekolah menilai bahwa para guru sudah sangat siap dalam aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata penilaian kepala sekolah atas kesiapan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebesar 4,81. Sebanyak 18 item aspek kesiapan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran juga dinilai sudah sangat siap oleh para kepala sekolah. Selengkapnya mengenai penilaian kepala sekolah atas kesiapan para guru dalam pelak-sanaan kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini.

17 Tabel 4.14 Kesiapan Guru dalam Aspek Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Menurut Persepsi Kepala Sekolah Tingkat Kesiapan Membuka pelajaran dengan mengawali materi yang sebelumnya dan materi yang akan dipelajari Melaksanakan PBM dengan menguasai materi pembelajaran secara optimal Mengelola kelas dengan mengatur waktu, tempat duduk, pengaturan ruang, dan kesempatan belajar yang merata kepada siswa Menginformasikan materi secara lisan dan sistematis, terencana sesuai dengan hierarki belajar dan karakter siswa Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan 5 - Menggunakan media dan sumber belajar dengan obyek nyata yang ada di sekitar kita Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan Memberikan pertanyaan kepada siswa dengan masalah yang dibahas Memberi penguatan dengan kata-kata seperti, bagus, pintar, iya, betul, dan tepat sekali. 5 - Dalam PBM memberikan perhatian kepada setiap individu Menilai diskusi/ pemecahan masalah bersama siswa Menilai diskusi/ pemecahan masalah bersama siswa Memberikan reward atau sanksi kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung Mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban siswa baik yang benar maupun salah untuk menegukur tingkat pemahaman siswa Memakai acuan pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) dan acuan penilaian norma (PAN) untuk setiap pembelajaran Menutup pelajaran dengan melakukan refleksi membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 5 - Menyusun alat evaluasi dengan tes tertulis, lisan 5 - dan perbuatan Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/ kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kelemahan dan kekuatan siswa untuk keperluan remidial dan pengayaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Aspek ketiga dalam hal kesiapan guru yang patut diperhatikan dalam penerapan MBS adalah peran serta

18 guru terhadap masyarakat. Kesiapan guru dalam aspek ini menyangkut bagimana peran guru dalam menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang tua-nya baik dalam pertemuan formal maupun non formal, bagaimana guru memperhatikan sekolah sebagai bagi-an dari masyarakat, serta berperan dalam kegiatan sosial dan peran aktif guru dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat. Besaran rata-rata persepsi guru atas ketiga item di atas 4,2 yang berarti pada ketiga item ini para guru menilai mereka sudah sangat siap. Secara umum tingkat kesiapan para guru Gugus Puspitaloka Bandungan berada dalam kategori sangat siap yang dapat dilihat dari nilai rata-rata peran serta guru terhadap masyarakat yang sebesar 4,94. Pada Tabel 4.15 berikut dapat disimak bagaimana tingkat kesiap-an dalam aspek peran serta guru terhadap masyarakat para guru Gugus Puspitaloka Bandungan.

19 Tabel 4.15 Kesiapan Guru dalam Aspek Peran Guru Terhadap Masyarakat menurut Persepsi Guru Menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang tuanya baik dalam pertemuan formal maupun non formal Memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, serta berperan dalam kegiatan sosial Berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat Peran Serta Guru terhadap Masyarakat 5 - Tingkat Kesiapan Persepsi guru mengenai kesiapan guru pada aspek peran serta guru terhadap masyarakat tidak menunjukkan perbedaan prinsipil dengan penilaian kepala sekolah.para kepala yang menjadi responden menyatakan bahwa para guru sudah sangat siap pada aspek peran serta guru terhadap masyarakat.menge-nai penilaian para kepala sekolah tentang bagaimana tingkat kesiapan para guru dalam aspek peran guru terhadap masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini.

20 Tabel 4.16 Kesiapan Guru dalam Aspek Peran Guru Terhadap Masyarakat menurut Persepsi Kepala Sekolah Menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta didik kepada orang tuanya baik dalam pertemuan formal maupun non formal Memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, serta berperan dalam kegiatan sosial Berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat Peran Serta Guru terhadap Masyarakat Sumber:Data Primer, olahan, Tingkat Kesiapan Kesiapan Komite Sekolah Pemangku kepentingan (stakeholder) yang dalam kaitannya dengan dunia pendidikan diwakili oleh komite sekolah mempunyai pengaruh yang besar ter-hadap proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Kesiapan komite sekolah dalam pembaharuan sistem pendidikan lewat MBS dapat dilihat pada aspek-aspek berikut ini: (1) Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (2)Memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) Melakukan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; (4) Merupakan penghubung antara sekolah dengan masyarakat dan pemerintah. Kesiapan komite sekolah dalam memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan

21 kebijakan pendidikan menjadi salah satu tolok ukur untuk menilai apakah suatu satuan pendidikan telah siap menerapkan MBS atau belum. Sebanyak 18 responden dari komite sekolah yang menilai bahwa Gugus Puspitaloka Bandungan sudah sangat tinggi dalam melaksanakan MBS. Rata-rata jawaban para responden terhadap aspek ini adalah sebesar 4,61 dari skala 5. Besarnya animo komite sekolah terhadap kemajuan pendidikan di daerahnya terefleksi lewat jawaban responden atas empat item yang termasuk dalam aspek ini. Rata-rata jawaban para responden atas empat item lebih besar dari 4,2 yang berarti proses pemberian pertimbangan untuk pelaksanaan kebijakan pendidikan di Gugus Puspitaloka Bandung-an telah berjalan dengan sangat baik. Tentang kesiap-an komite sekolah dalam memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendi-dikan selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.17 berikut ini.

22 Tabel 4.17 Kesiapan Komite Sekolah dalam Memberikan Pertimbangan dalam Penentuan dan Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Hadir dalam penyusunan program sekolah yang sudah ditetapkan oleh warga sekolah Menyarankan pembentukan paguyuban kelas setiap tahun 5 - Merumuskan visi dan misi sekolah Menyusun RAKS sesuai dengan RIPS Peran Komite Sekolah Kesiapan Komite Sekolah dalam Memberikan Pertimbangan dalam Penentuan dan Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Pelaksanaan MBS pada suatu satuan pendi-dikan juga akan terlaksana dengan baik jika peran komite sekolah dalam memberikan sumbangan pemi-kiran, dana, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendi-dikan berjalan dengan semestinya. Kesiapan komite sekolah untuk peran ini sebagaimana terlihat pada Tabel 4.18 ternyata tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang secara rata-rata mencapai 4,3. Rata-rata jawaban responden atas item-item peran komite sekolah pada aspek ini juga menun-jukkan bahwa komite sekolah telah melaksanakan fungsinya dalam memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan semestinya. Kesiapan komite sekolah dalam memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam penye-

23 lenggaraan pendidikan dapat dengan jelas kita lihat pada Tabel 4.18 di bawah ini. Tabel 4.18 Kesiapan Komite Sekolah dalam Memberikan Sumbangan Pemikiran, Dana dan Tenaga dalam Penyelenggaraan Pendidikan Mempengaruhi kemajuan sekolah kepada masyarakat / wali murid untuk pengambilan keputusan Peran Komite Sekolah Mendukung program sekolah untuk kemajuan satuan pendidikan Mengembangkan potensi akademis dan non akademis Memberikan bantuan dana untuk kepentingan sekolah 4 - Mencarikan tenaga non akademis untuk peningkatan mutu pendidikan 4 - Kesiapan Komite Sekolah dalam Memberikan Sumbangan Pemikiran, Dana dan Tenaga dalam Penyelenggaraan Pendidikan Selanjutnya kesiapan komite sekolah dalam mendukung terciptanya MBS dalam suatu satuan pendidikan dapat dinilai dari bagaimana peran komite sekolah dalam menjalankan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Kesiapan komite sekolah Gugus Puspitaloka Bandungan pada aspek ini dinilai telah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata aspek ini secara keseluruhan yang mencapai 4,3 dari skala 5. Ini berarti bahwa komite sekolah dalam menjalan-kan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas

24 penyelenggaraan dan keluaran pendidikan termasuk sangat tinggi. Selengkapnya mengenai rata-rata jawab-an responden mengenai kesiapan komite sekolah dalam menjalankan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidik-an dapat disimak pada Tabel 4.19 berikut ini. Tabel 4.19 Kesiapan Komite Sekolah dalam Menjalankan Kontrol terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan dan Keluaran Pendidikan Membahas program sekolah secara berkala dan kesinambungan Memberikan saran kepada warga sekolah untuk kemajuan pendidikan Terlibat dalam pembuatan RAKS dengan trasnparasi dan akuntabilitas Peran Komite Sekolah Kesiapan Komite Sekolah dalam Memberikan Sumbangan Pemikiran, Dana dan Tenaga dalam Penyelenggaraan Pendidikan Selain 3 aspek tadi, tak kalah penting juga kesiapan komite sekolah sebagai penghubung pemerin-tah dengan sekolah. Kesiapan komite sekolah Gugus Puspitaloka pada aspek ini juga tergolong sangat tinggi seperti ketiga aspek sebelumnya. Pada aspek ini ratarata jawaban responden secara keseluruhan mencapai 4,26 seperti tampak pada Tabel Tabel 4.20 Kesiapan Komite Sekolah sebagai Penghubung Pemerintah dengan Sekolah

25 Mengkaitkan program KBM dengan potensi lingkungan. Mensosialisasikan program sekolah kepada masyarakat lingkungan sekolah Mencari dana untuk pengembangan pembangunan sekolah Peran Komite Sekolah Kesiapan Komite Sekolah sebagai Penghubung Pemerintah dengan Sekolah Kesiapan Masyarakat Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat.ketiganya, sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing, harus berupaya seoptimalnya ke arah terselenggaranya program pendidikan bermu-tu. Dalam perkembangannya, dukungan dan kesiapan masyarakat untuk berperan serta menunjang program pembelajaran di sekolah masih beragam, umumnya dukungan masih bersifat fisik, namun ada juga kelompok masyarakat yang sudah membantu proses pembelajaran. Ada dua aspek yang disorot dalam hal kesiapan masyarakat dalam mendorong terciptanya MBS, yaitu: (1) Partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan; (2) Dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan Kesiapan masyarakat di Gugus Puspitaloka dalam hal partisipasi dalam perencanaan, pelaksana-an, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan dapat

26 diukur tujuh item masing-masing kehadiran dalam mengikuti rapat di sekolah membahas perkem-bangan sekolah, selalu memberikan sumbang saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan, masya-rakat mengetahui semua jenis program-program yang telah disusun oleh sekolah, mendukung semua jenis kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, masyarakat bersama sekolah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap program yang berlangsung, menyetujui RAKS yang disusun oleh sekolah dan selalu berpartisipasi di setiap kegiatan sekolah dan komite sekolah. Partisipasi masyarakat dalam ketujuh item ini tergolong sangat tinggi mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi. Dari Tabel 4.21 terlihat bahwa nilai ketujuh item pada aspek partisipasi masyarakat bervariasi antara 4,34 sampai 4,69 yang berarti berada dalam kategori sangat siap. Secara keseluruhan kesiapan masyarakat Gugus Puspitaloka Bandungan pada aspek partisipasi berada pada kategori sangat tinggi. Mengenai bagaimana kesiapan masyarakat pada aspek partisipasi dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Partisipasi dalam Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi Program Pendidikan Hadir mengikuti rapat di sekolah membahas perkembangan sekolah Memberikan sumbang saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan Mengetahui semua jenis program program yang telah disusun oleh sekolah Mendukung semua jenis kegiatan yang dilaksanakan di sekolah Bersama sekolah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap program yang Peran Masyarakat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

27 berlangsung Menyetujui RAKS yang disusun oleh sekolah Berpartisipasi di setiap kegiatan sekolah dan komite Tinggi Tinggi Partisipasi dalam Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi Program Pendidikan Tinggi Aspek kedua dari kesiapan masyarakat yang secara langsung mendukung terlaksananya MBS ada-lah dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Kesiapan masyarakat pada aspek ini dapat dilihat pada lima item yang dapat disimak pada Tabel 4.22 di bawah. Secara keseluruhan dukungan sumber dalam penyelengggaraan pendidikan oleh masyarakat yang tergabung dalam Gugus Puspitaloka Bandungan tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata keseluruhan aspek ini yang men-capai 4,58 dari skala 5. Secara lengkap kesiapan serta masyarakat dalam hal dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.22 berikut ini. Tabel 4.22 Dukungan Sumber Daya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Memberikan bantuan sarana dan prasarana sesuai dengan kemampuan Mengerti bahwa pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab orang tua Memberikan tenaga bila diperlukan pihak sekolah Membentuk paguyuban wali murid untuk membantu kegiatan belajar anak di kelas Berkonsultasi pada guru tentang perkembangan anak di sekolah Peran Masyarakat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

28 Dukungan Sumber Daya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi 4.3 Pembahasan Peran kepala sekolah sangat sentral dalam penerapan MBS.Untuk itu peran kepala sekolah adalah sebagai evaluator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orang tua siswa. Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yang dikontrol pusat ke MBS. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala seko-lah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orangtua siswa, membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang rele-van dengan tugasnya dan menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah. Dari pengamatan penulis

29 terlihat kepala sekolah telah mampu menerapkan ketiga hal tersebut. Fenomena positif sebagaimana terlihat dari jawaban para guru menunjukkan bahwa para guru telah bertindak professional dalam tugas kesehariannya.keprofesionalisasian guru juga menentukan keprofesionalisasian pengelolaan suatu lembaga pendidikan. Ini dikarenakan apabila guru tersebut mempunyai wawasan dan pengetahuan dalam metode pembelajaran maka akan berpengaruh baik kepada para peserta-peserta didik. Profesionalitas guru juga dapat mendorong terciptanya iklim akademik yang kondusif dimana para guru mempunyai kewenangan dalam memilih strategi, metode pembelajaran yang akan dipakai, tehnik pembelajaran yang dipandang sesuai dengan karakteristik para peserta didik. Pengamatan penulis menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam melaksanakan MBS secara langsung berimbas pada prestasi siswa. Kesiapan para guru di Gugus Puspitaloka Bandungan tercermin lewat peran para guru dalam mendorong beberapa kegiatan seperti mengidentifikasi dan membangun kelompok siswa di sekolah, melaku-kan proses penerimaan siswa baru dengan transparan, mengembangkan potensi siswa (emosional, spiritual, bakat), adanya kegiatan ekstra kurikuler yang terstruktur dan turut mengembangkan bakat dan kreativitas siswa. Pengamatan penulis di lapangan menunjukkan bahwa umumnya partisipasi masyarakat bersifat intensif

30 (intensive participation) dimana hanya terdapat sedikit partisipan yang aktif dengan tingkat keterlibat-an yang tinggi. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan bentuk partisipasi yang ekstensif (partisipasi yang melibatkan sejumlah orang dengan kontribusi individual yang kecil). Partisipasi masyarakat sudah mulai meningkat. Meski demikian meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memban-tu sekolah masih didominasi dengan bantuan pada aspek fisik/gedung dan peralatan lainnya. Dalam penyelenggaraan pendidikan, partisipasi masyarakat selayaknya tidak hanya dalam bentuk bantuan fisik dan keuangan, tetapi juga dalam proses kebijakannya, seperti dalam hal perencanaan program sekolah, pengambilan keputusan, pelaksanaan proses belajar mengajar dan dalam melaksanakan evaluasi program sekolah. Peran serta masyarakat pada kegiatan-kegiat-an tersebut dan pada kegiatan yang bersifat mendu-kung pengelolaan sekolah dan belajar anak sejauh pengamatan sudah ada di sebagian besar sekolah di Gugus Puspitaloka. Mengenai peran komite sekolah sejauh pengamatan penulis telah berjalan dalam koridor yang benar. Hal ini dapat disimak dari bagaimana peran komite sekolah dalam hal sumbangan pemikiran, dana dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada aspek ini sejauh pengamatan, komite sekolah mem-punyai peran yang aktif di hampir semua sekolah yang tergabung dalam Gugus Puspitaloka. Peran komite

31 sekolah misalnya dapat dilihat dari penyusunan visi misi sekolah hingga penyusunan RAKS dan APBS.

Tabulasi Jawaban Kesiapan Kepala Sekolah menurut Kepala Sekolah

Tabulasi Jawaban Kesiapan Kepala Sekolah menurut Kepala Sekolah Tabulasi Jawaban Kesiapan Kepala Sekolah menurut Kepala Sekolah No Komponen Indikator Kuesioner Mengelola dan meningkatka n mutu pelayanan Jawaban Responden SS S C TS STS Jumlah Responden menjabarkan program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ada-lah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG APPRENTICESHIP II MAGANG II Acep Haryudin, M.Pd DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG PROGRAM MAGANG 2 Program Magang 2 bertujuan memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan kaitannya

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan Manajemen

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan Manajemen BAB V PEMBAHASAN A. Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Peran yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah SD Kaliberot ada tujuh

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB V P E N U T U P A. Simpulan 1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola Sumberdaya Manusia berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya manusia

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL Nama Sekolah Alamat Cabang Daerah Nama Kasek : Mandailing Natal Petunjuk : Berikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Bimbingan Teknis Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi Kepala Sekolah & Pengawas Sekolah MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia KOSEP PPK Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Bimbingan Konseling yang dilaksanakan atau dipraktekan sebagai upaya untuk membantu individu-individu yang memerlukan bantuan diperlukan adanya berbagai persiapan-persiapan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH

JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM). a. Kepala Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK 2.1 Sejarah SMAK St. Augustinus Nganjuk Nganjuk, 2 Januari 1975 berdiri secara resmi SMA Katolik dengan nama St. Augustinus sebagai filial SMA Katolik St.

Lebih terperinci

PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala

PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala PENGUATAN KOMPETENSI ADMINISTRATOR DAN SUPERVISOR PERSEKOLAHAN YANG TERDIDIK Oleh: H. Syaiful Sagala Abstrak Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor persekolahan berfungsi membangkitkan kepercayaan

Lebih terperinci

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya)

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP :. (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya) Petunjuk : Angket ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja kepala sekolah yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 120 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 6.1.1 Manajemen Kurikulum

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 121 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang Implementasi manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS 158 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS dan RKT. Dalam penyusunan RKS dan RKT ternyata memiliki proses yang dapat diamati berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya yang bukan saja

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite 110 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro dapat diambil

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Penyusun: Tim Pengembang Madrasah Nama Madrasah Alamat : MTs Al Inayah : Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Program Prioritas MTs. Al Inayah STANDAR ISI 0 MENENTUKAN PROGRAM PRIORITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN

ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN RESPONDEN KEPALA SEKOLAH ANGKET PENELITIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU HASIL PENDIDIKAN (Studi pada Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Kepala Sekolah 1 of 8 3/22/2012 2:32 PM AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Kompetensi Kepala Sekolah Posted on 29 Januari 2008 A. Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator) Kepala sekolah

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1. Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan a. Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA 1 Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA 1. Bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,

Lebih terperinci

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi 94 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Umum SMA Negeri 14 Surabaya SMA Negeri 14 Surabaya berdiri pada tanggal 8 Oktober 1981. Pada saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan wadah yang tepat di dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan bukan merupakan tugas yang ringan karena

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Upaya-Upaya yang Sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam Rangka Peningkatan

Lebih terperinci

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara :

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara : LAMPIRAN INSTRUMEN WAWANCARA 1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara : I. STANDAR ISI PENDIDIKAN PROGRAM KEAHLIAN TEHNIK KENDARAAN RINGAN

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari BSNP, dalam menyusun tesis. Data selanjutnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola pikir masyarakat. Hal ini mengakibatkan program pendidikan dan pengajaran jauh ketinggalan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto, SOAL PILIHAN GANDA 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa dimensi kompetensi supervisi meliputi... a. Mengidentifikasi permasalahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH FORMAT 1 INSTRUMEN PEMETAAN KEPALA SEKOLAH TAHUN 2010 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN LEMBAGA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas. dengan kebutuhan, telah menerapkan kurikulum KTSP.

BAB V PENUTUP. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas. dengan kebutuhan, telah menerapkan kurikulum KTSP. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah memaparkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, berikut ini dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas Pembelajaran

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN RESPONDEN: GURU SD PUSAT PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar perkembangan anak. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan meningkatkan

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah Oleh: Nurtanio Agus P

Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah Oleh: Nurtanio Agus P Optimalisasi Kinerja Kepala Sekolah Oleh: Nurtanio Agus P Pada tingkat paling operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan pembelajaran

Lebih terperinci

KINERJA GURU (Y) Alternatif Jawaban Responden 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Ragu-ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju

KINERJA GURU (Y) Alternatif Jawaban Responden 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Ragu-ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju Lampiran 1 INSTRUMEN UJI COBA PENELITIAN HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SUB RAYON 6 KECAMATAN SELUAS KABUPATEN BENGKAYANG I. Identitas Responden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK. Versi 1.0. PJM. Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1

STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK. Versi 1.0. PJM. Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1 STMIK AKAKOM 2011 STANDAR AKADEMIK Versi 1.0. PJM Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 1 Standar Akademik STMIK AKAKOM Halaman 2 PENGANTAR Setiap penyelenggaraan pendidikan harus mengacu pada standar

Lebih terperinci

bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil penelitian, (b) Rekomendasi hasil penelitian. Pokok-pokok kesimpulan

bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil penelitian, (b) Rekomendasi hasil penelitian. Pokok-pokok kesimpulan BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada bab IV, pada bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil penelitian, (b) Rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak Konsep Sekolah Ramah Anak Sekolah ramah anak memastikan setiap anak secara inklusif berada dalam lingkungan yang aman secara fisik,

Lebih terperinci

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH, GURU, MASYARAKAT DAN KOMITE SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI GUGUS PUSPITALOKA BANDUNGAN

KESIAPAN KEPALA SEKOLAH, GURU, MASYARAKAT DAN KOMITE SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI GUGUS PUSPITALOKA BANDUNGAN KESIAPAN KEPALA SEKOLAH, GURU, MASYARAKAT DAN KOMITE SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI GUGUS PUSPITALOKA BANDUNGAN Tesis Diajukan kepada Magister Manajemen Pendidikan untuk

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH Barat ini Rencana Kerja Sekolah SMP Negeri 1 Kota Singkawang Propinsi Kalimantan disusun dengan mempertimbangan keadaan sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci