BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Formula Sinbiotik Terpilih Aktivitas antimikroba formula yogurt sinbiotik dilakukan dengan metode kontak dimana kombinasi formula yogurt sinbiotik yang dibuat dikontakkan dengan kultur bakteri selama 2, 4, dan 6 jam. Berdasarkan hasil uji metode kontak, aktivitas antimikroba formula yogurt sinbiotik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Metode kontak 2, 4, dan 6 jam Formula F1 F2 F3 F4 Keterangan : Rata-Rata Nilai Kematian (log cfu/ml) Uji kontak Uji kontak Uji kontak Rata-rata uji kontak 2 jam 4 jam 6 jam 2.78 ±0.54 a 3.02±0.25 a 3.98±0.26 a ± a 2.73±0.23 a 3.15±0.50 a 4.07±0.48 a ± a 2.69±0.30 a 3.54±0.38 a 4.31±0.88 a ± a 2.51±0.72 a 3.61±0.23 a 4.19±0.43 a ± a Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba dari yogurt Formula 3 (F3) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya walaupun hasilnya tidak berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai log kematian -nya bernilai Hasil ANOVA (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata nilai log kematian. Namun, berdasarkan hasil tersebut, terdapat kecenderungan nilai log kematian yang terbesar dimiliki oleh yogurt dengan penambahan probiotik L. fermentum atau yogurt F3. Sementara itu, dilihat dari penampakannya (teksturnya), yogurt F3 juga memiliki penampakan yang relatif paling bagus karena whey yang dihasilkan relatif sedikit (Gambar 9). Sehingga berdasarkan hasil uji metode kontak dan teksturnya, yogurt F3 memiliki konsistensi yang paling baik. Gambar 9. Penampakan yogurt F1, F2, F3, dan F4 Selain itu, berdasarkan tingkat keasamannya, yogurt F3 memiliki nilai ph 4.51 (Tabel 6) yang mendekati nilai ph rata-rata yogurt komersial yaitu 4.5 (Rahman et al. 1992). Oleh karena itu secara organoleptik, yogurt F3 dapat diterima dan digunakan sebagai yogurt terpilih untuk analisis secara in vivo.

2 Tabel 6. Nilai ph formula yogurt Formula ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata F F F F Berdasarkan penelitian, yogurt F1 merupakan yogurt konvensional yang terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus. Beberapa laporan menyatakan bahwa L. bulgaricus dan S. thermophilus tidak tahan terhadap kondisi asam lambung dan garam empedu. Oleh karena itu L. bulgaricus tidak dapat menempel pada permukaan usus dan berkompetisi dengan bakteri patogen pada saluran pencernaan. Oleh sebab itu, yogurt yang hanya terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus tidak dapat digunakan untuk mencegah diare (Chandan et al. 2006). L. fermentum yang terdapat pada yogurt F3 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bao et al. (2010) memiliki karakter probiotik yang potensial. Hal ini disebabkan bakteri ini memiliki ketahanan terhadap ph yang rendah, dapat menstimulasi enzim yang terdapat pada saluran pencernaan, dan menstimulasi pengeluaran garam empedu. Oleh sebab itu yogurt yang dipilih sebagai yogurt probiotik untuk dikembangkan selanjutnya adalah yogurt F Pertumbuhan Berat Badan Tikus Pertumbuhan berat badan tikus percobaan dapat dilihat pada Gambar 10. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan kelompok tikus mengalami kenaikan berat badan selama pemeliharaan. Hasil ANOVA (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan tikus. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa kecenderungan kenaikan berat badan terkecil terlihat pada kelompok kontrol positif yaitu kelompok tikus yang diinfeksi. Hal ini mungkin disebabkan tikus tersebut mengalami infeksi pada saluran pencernaannya akibat adanya pemberian sehingga menyebabkan penyerapan zat-zat gizi menjadi terhambat. Kenaikan berat badan (gram) Keterangan : 7.58 a 7.83 a 7.53 a 7.30 a 7.46 a Negatif Sinbiotik Sinbiotik + Positif Prebiotik Konvensional Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Gambar 10. Kenaikan berat badan tikus selama 21 hari percobaan

3 Enteropatogenic E. coli () adalah salah satu bakteri penyebab diare terutama pada anakanak. dapat mengakibatkan rusaknya mikrovili usus sehingga menimbulkan gangguan penyerapan makanan yang mengakibatkan hambatan pertumbuhan. Infeksi menyebabkan kerusakan mikrovili usus akibat adanya aktivitas proteolitik dari bakteri (Murtini et al. 2005). Adanya dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan. Hal ini terlihat dari kurva berat badan dimana dari lima kelompok tikus yang diuji, maka kelompok yang diinfeksi (kontrol positif) mengalami kenaikan berat badan yang paling rendah di antara yang lainnya walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan kelompok perlakuan lainnya. Pelekatan bakteri patogen pada usus akan mengakibatkan kolonisasi, kerusakan sel, gangguan mekanisme pengaturan sel, pertumbuhan dan perkembangbiakan intraseluler (Collado et al. 2007). Efek diare pada pertumbuhan dapat disebabkan penurunan selera makan, penurunan penyerapan nutrisi, atau kenaikan kebutuhan metabolik. Diare dapat menurunkan penyerapan pada saluran pencernaan sebagai hasil dari beberapa mekanisme langsung yaitu entereocyte dan crypt cell pada saluran pencernaan secara langsung dirusak oleh enteropatogen, toksin atau oleh respon immun dari individu tersebut yang menyebabkan penurunan penyerapan makanan dan penurunan jumlah garam empedu karena kenaikan frekuensi buang air besar. Data berat badan tikus masing-masing kelompok dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari Gambar 10 juga terlihat bahwa pemberian yogurt sinbiotik dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh. Ini ditandai dengan kecenderungan kenaikan berat badan kelompok yogurt sinbiotik adalah yang tertinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian yogurt sinbiotik dapat menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Walaupun pemberian yogurt sinbiotik tidak secara nyata meningkatkan daya tahan tubuh secara signifikan namun terlihat bahwa adanya yogurt sinbiotik dapat meminimalkan pengaruh buruk akibat diare. Dapat dikatakan bahwa yogurt sinbiotik dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dalam usus. 4.3 Kejadian Diare pada Tikus Terinfeksi Menurut WHO (2009) diare adalah buang air besar bersama feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali selama 24 jam atau lebih sering daripada orang sehat pada umumnya. Diare terjadi jika penyerapan air pada kolon terganggu yang disebabkan oleh kerusakan pada kolon atau terjadinya inflamasi. Perlekatan pada sel epitel inang akan merusak mikrovili sel-sel mukosa inang yang mengakibatkan hilangnya kemampuan mukosa untuk mengabsorbsi air sehingga terjadi diare akut berair yang persisten, selain kadang-kadang disertai demam ringan dan muntah. Kerusakan pada sel-sel mukosa ini yang mungkin bertanggungjawab pada terjadinya diare karena. Kejadian diare pada tikus percobaan dimulai sejak hari ke-6 setelah pemberian yang berlangsung secara terus-menerus. Hal ini terlihat dari kondisi feses yang dikumpulkan pada minggu III pemeliharaan (hari ke-19 dan ke-20). Hasil ANOVA (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap kadar air feses tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 6) menunjukkan bahwa kelompok tikus kontrol positif memiliki kadar air feses tertinggi dan berbeda nyata (p<0.05) dengan kelompok tikus yogurt sinbiotik dan kelompok tikus kontrol negatif (Gambar 11). Hal ini juga terlihat pada Gambar 12 bahwa feses tikus yang diinfeksi (kontrol positif) berwarna agak coklat, lembek dan agak berair. Tikus yang sehat (diberi yogurt sinbiotik) tidak mengalami diare dengan kadar air feses sebesar 56.01%, tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kadar air kelompok tikus kontrol negatif sebesar 55.93%. Feses kelompok tikus kontrol positif terlihat lebih lembek dan agak berair, berbeda dengan feses kelompok tikus lainnya yang cukup keras dan lebih hitam. Hal ini menunjukkan bahwa tikus kontrol positif mengalami infeksi pada saluran pencernaannya akibat adanya.

4 Kadar Air Feses (%) a a Negatif Sinbiotik b Sinbiotik + Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 11. Grafik kadar air feses tikus b Positif ab Prebiotik Konvensional Secara umum kejadian diare yang dialami oleh tikus percobaan masih termasuk diare tahap sedang. Ditandai dengan feses yang cukup lunak, sedikit berair dan berwarna coklat tetapi belum terlihat sisa feses pada bagian ekor tikus atau feses yang berwarna kuning akibat diare yang cukup parah (akut). Dari Gambar 11 juga terlihat bahwa kadar air tertinggi adalah pada kelompok tikus kontrol positif, kemudian diikuti oleh kelompok tikus yogurt sinbiotik +. Feses kelompok tikus yogurt sinbiotik + agak lebih keras daripada kelompok tikus kontrol positif karena setelah diinfeksi oleh dilanjutkan dengan pemberian yogurt sinbiotik. Penurunan kadar air feses kelompok tikus yogurt sinbiotik + dibandingkan dengan feses kelompok kontrol positif menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian yogurt sinbiotik terhadap feses tikus walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Sazawal et al. (2004) yang menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik berupa GOS (galaktoologosakarida) dan B. lactis HN019 juga tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian diare namun berpengaruh nyata terhadap penyakit disentri. Pemberian yogurt prebiotik konvensional juga tidak terlalu berpengaruh terhadap diare. Hal ini karena yogurt prebiotik konvensional hanya terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus yang tidak tahan terhadap kondisi asam lambung dan garam empedu. Sementara itu pemberian prebiotik tanpa diiringi probiotik tidak seefektif dengan adanya probiotik. Sama halnya dengan penelitian Asahara et al. (2001) menggunakan B. breve dan GOS dapat mengurangi translokasi dan ekskresi fecal Salmonella enterica, tetapi penggunaan GOS saja tidak memberikan pengaruh yang berarti. Untuk lebih jelasnya, penampakan feses tikus seluruh kelompok dapat dilihat pada Gambar 12.

5 Adanya bakteri probiotik yang mampu melekat dan berkolonisasi pada epitel usus, serta prebiotik yang dapat memicu pertumbuhan bakteri probiotik dapat digunakan untuk membantu mencegah diare. BAL probiotik memiliki kemampuan dalam melindungi usus dari bakteri-bakteri enterik patogen () dengan cara memproduksi senyawa-senyawa penghambat seperti asam-asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin, memblokade sisi penempelan melalui kompetisi pada permukaan epitel usus, berkompetisi dalam perolehan nutrisi, mendegradasi reseptor toksin, serta menstimulir sistem imun (Collado et al. 2007) Kelompok A U1 Kelompok A U2 Kelompok B U1 Kelompok B U2 Kelompok E Kelompok C U1 Kelompok C U2 Kelompok D U1 Kelompok D U2 Gambar 12. Feses tikus pada minggu terakhir sebelum terminasi. Keterangan tikus : Kelompok A (kontrol negatif), kelompok B (yogurt sinbiotik), kelompok C (yogurt sinbiotik + ), kelompok D (kontrol positif), dan kelompok E (yogurt prebiotik konvensional)

6 4.4 Hematologi Hematologi berasal dari bahasa Yunani yaitu "haima" yang berarti darah, adalah cabang kedokteran internal yang difokuskan pada fisiologi, patologi, laboratorium klinis kerja, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, yang membentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan penyakit darah (Anonim 2010). Hasil pemeriksaan hematologi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran Eritrosit Eritrosit merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran eritrosit dalam tubuhnya. Penghitungan eritrosit digunakan untuk menentukan apakah jumlah eritrosit rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, dan megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur eritrosit kurang lebih 120 hari. Eritrosit menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium, terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk pembentukan eritrosit lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Tabel 7. Rataan eritrosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Eritrosit (juta/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif sinbiotik sinbiotik positif prebiotik konvensional Gambar 13 menunjukkan jumlah eritrosit berbagai kelompok perlakuan tikus pada hari ke-21. Hasil ANOVA (Lampiran 8) pada hari ke-21menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap jumlah eritrosit. Dari hasil uji statistik terlihat bahwa kelompok yogurt sinbiotik tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif. Walaupun ada kecenderungan peningkatan jumlah eritrosit pada minggu kedua, namun peningkatan tersebut sangat sedikit serta masih fluktuatif dari waktu ke waktu. Perbedaan jumlah eritrosit pada tiap kelompok perlakuan secara statistik juga tidak berbeda nyata, walaupun menunjukkan sedikit variasi. Jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, aktivitas tubuh, gizi, volume darah dan keadaan lingkungan. Oleh karena itu agar hasil pengujian tidak bias oleh faktor-faktor tersebut, semua tikus percobaan dijaga agar berada pada kondisi yang sama.

7 Jumlah eritrosit (juta/µl) a negatif 7.47 a sinbiotik 6.86 a sinbiotik a 7.01 a positif prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata(p<0.05) Gambar 13. Rataan jumlah eritrosit tikus perlakuan dan kontrol (juta/µl) pada hari ke-21 Pada Tabel 7 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa secara umum jumlah rata-rata eritrosit pada tiap kelompok perlakuan selama masa percobaan adalah juta/µl. Hal ini masih berada kisaran normal tikus percobaan yaitu juta/µl (Campbell 2004). Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh pemberian yogurt, karena kelompok kontrol yang tidak diberi yogurt juga memperlihatkan hal serupa. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh umur tikus yang masih muda dan kondisi lingkungan percobaan yang menghambat pembentukan dan pematangan eritrosit Leukosit Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang cepat bereaksi terhadap infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh (Guyton 1996). Leukosit terbagi atas dua golongan besar, yaitu granuler (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranuler (limfosit dan monosit), dimana pembagiannya berdasarkan pada ada tidaknya butiran dalam sitoplasma (Frandson 1996). Jumlah total leukosit per mililiter darah adalah refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan terhadap leukosit. Aktivitas yang cukup akan mempengaruhi jumlah total leukosit dalam keadaan sehat. Dalam keadaan normal sebagian leukosit bersirkulasi dalam seluruh aliran darah, kira-kira tiga kali jumlah leukosit yang disimpan dalam sumsum tulang (Guyton 1996). Dalam keadaan normal jumlah leukosit tikus berkisar sel/µl (Car et al. 2006). Tabel 8. Rataan leukosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Leukosit (sel/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif sinbiotik sinbiotik positif prebiotik konvensional

8 Jumlah leukosit (sel/µl) a negatif 3700 b sinbiotik 5167 c sinbiotik d positif 5000 c prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 14. Rataan jumlah leukosit tikus perlakuan dan kontrol (sel/µl) pada hari ke-21 Jumlah leukosit tikus percobaan berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil ANOVA (Lampiran 9) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah leukosit tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 10) menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional. Dari Tabel 8 pada kolom minggu pertama (hari ke-7) diketahui bahwa jumlah leukosit pada tikus kelompok kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik berada pada jumlah leukosit normal tikus Sprague Dawley yaitu sel/µl, dan untuk kelompok kontrol positif juga mempunyai jumlah leukosit yang berada pada kisaran normal. Kemudian pada hari ke-14 dan hari ke-21, terlihat bahwa jumlah leukosit pada tikus kelompok kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik mengalami penurunan. Adanya jumlah leukosit yang tinggi di hari ke-7 mungkin disebabkan karena kelompok tikus tersebut masih mengalami stress karena pemberian yogurt atau air dengan cara disonde. Adapun mekanisme peningkatan jumlah leukosit ketika terjadi gangguan fisiologis (stress) adalah kondisi stress akan menstimulir sistem saraf pusat (terutama hypothalamus) untuk menghasilkan CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang keberadaannya akan merangsang hipofisia anterior untuk melepaskan ACTH (Adreno Corticotropin Hormone) yang akan menggertak kortek adrenal untuk menghasilkan hormon steroid yaitu kortikosteroid (Guyton 1995). Adanya kortikosteroid ini menyebabkan tubuh memproduksi leukosit lebih banyak, akan tetapi belum jelas jenis sel leukosit mana yang meningkat jumlahnya. Namun setelah beberapa minggu, jumlah leukosit kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik mulai menurun hingga mendekati jumlah leukosit normal. Hal ini karena tikus tersebut sudah terbiasa dengan perlakuan yang dilakukan dan keadaan lingkungannya. Selain itu ada pengaruh nyata jumlah leukosit tikus kelompok yogurt sinbiotik dengan leukosit kelompok tikus kontrol positif (p<0.05). Hal ini mungkin karena probiotik bertindak sebagai immunomodulator (imunostimulan) yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Tannock 1999). Selain itu Walker (2008) juga menambahkan bahwa penempelan probiotik dapat merangsang aktifnya sel-sel epithelia dan fungsi limfosit sehingga dapat meningkatkan kapasitas perlindungan pada sistem pertahanan mukosa. Bakteri probiotik dapat melekat pada permukaan usus untuk meningkatkan pertahanan saluran percernaan inang. Probiotik dapat melindungi inang dari kolonisasi bakteri yang bersifat patogen dengan mekanisme yang berbeda-beda (Walker 2008). Berbeda dengan ketiga kelompok tersebut, kelompok tikus kontrol positif malah mengalami peningkatan jumlah leukosit dari hari ke-7 hingga hari ke-21 mencapai 6900 sel/µl darah. Adanya peningkatan leukosit secara signifikan disebabkan oleh reaksi pertahanan tubuh terhadap masuknya

9 benda benda asing. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Peningkatan dan penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena pengaruh fisiologis atau patologis. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah disebut leukositosis. Leukositosis yang terjadi karena faktor fisiologis dapat disebabkan oleh aktivitas otot, rangsangan ketakutan, dan gangguan emosional. Sedangkan pengaruh patologis dapat disebabkan oleh proses apatologis dalam tanggapan terhadap serangan penyakit. Jumlah leukosit di atas kisaran normal dapat menjadi indikasi adanya infeksi (Ganong 1999). Adanya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah akan menyebabkan leukosit bermigrasi ke dalam jaringan yang mengalami perlukaan atau infeksi. Secara fisiologis hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah sel neutrofil atau sel limfosit di dalam sirkulasi darah sehingga menyebabkan peningkatan jumlah leukosit total dan nilai absolut kedua sel tersebut. Peningkatan sekresi epinefrin dan kortikosteroid yang terjadi pada kondisi stress, baik secara fisik maupun emosional atau akibat penyakit yang diderita dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit. Sedangkan dalam leukosit patologis, peningkatan leukosit dalam darah disebabkan oleh leukosit aktif dalam melawan infeksi dalam tubuh. Kondisi dapat meningkatkan jumlah leukosit hingga sel/µl (Doxey 2002). Adanya infeksi akan merangsang pelepasan hormon adrenal yang mempengaruhi peningkatan sirkulasi leukosit. Leukosit memiliki dua fungsi yaitu menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi (kekebalan) (Guyton 1996). Pemberian 10 9 cfu/ml L. acidophilus (HN017), L. rhamnosus (HN001), atau B. lactis selama hari pada tikus (Schiffrin et al (1997) dan pemberian Lactobacillus fermentum AD1 pada burung puyuh yang dipapar E. coli (Strompfova et al. 2005) juga dapat menyebabkan peningkatan leukosit secara signifikan jika dibandingkan dengan pemberian susu tanpa BAL (Schiffrin et al (1997) Hemoglobin Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi. Protein hemoglobin adalah globin, sedangkan warna merah disebabkan oleh warna heme. Heme adalah suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Guyton dan Hall 1997). Heme mengandung protoporphirin dan ion Fe yang disintesis dalam mitokondria. Kandungan zat besi yang terlepas ketika hemoglobin mengalami perusakan, akan segera menuju ke hati, kemudian akan dipergunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin baru (Ganong 1995). Globin adalah suatu polipeptida untuk pembentukan hemoglobin yang disintesis dalam sitoplasma eritrosit. Tabel 9. Rataan hemoglobin tikus pada hari ke-7, 14, dan 21 Kadar hemoglobin (g/dl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif sinbiotik sinbiotik positif prebiotik konvensional Rerata kadar hemoglobin selama perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 15. Secara umum kadar hemoglobin pada tiap kelompok perlakuan antara g/dl. Hal ini masih berada pada kisaran normal tikus percobaan yaitu g/dl. Hasil ANOVA (Lampiran 11) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar hemoglobin. Secara statistik, perlakuan yang berbeda pada kelompok tikus tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin, namun ada pengaruhnya dari waktu ke waktu pada masing-masing kelompok perlakuan (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian yogurt dapat meningkatkan kadar hemoglobin, namun tidak

10 dipengaruhi oleh formula yogurt yang diberikan. Peningkatan dan penurunan yang terjadi, berbedabeda antar kelompok perlakuan. Jumlah Hb (g/dl) a a negatif sinbiotik a sinbiotik a a positif prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Gambar 15. Rataan jumlah Hb tikus tikus perlakuan dan kontrol (g/dl) pada hari ke-21 Tabel 9 menunjukkan adanya peningkatan kadar hemoglobin pada semua kelompok pada hari ke-7, ke-14 dan hari ke-21. Hal ini disebabkan adanya pemberian pakan setiap harinya dan mampu diserap dengan baik oleh tikus percobaan. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas Trombosit Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur seluler sumsum tulang dan berperan penting dalam hemostasis dan pembekuan darah. Trombosit berasal dari sel multipotensial yang akan berubah menjadi megakarioblas bila terdapat rangsangan trombosit (Megakaryocyte Colony Stimulating Factor). Megakarioblas ini akan berubah menjadi megakariosit. Kemudian inti megakariosit mengalami pembelahan tetapi sel itu sendiri tidak mengalami pembelahan (endomitosis), kemudian sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi sejumlah trombosit (Wilson dan Price 1995). Trombosit mempunyai diameter 1-4 µ dan berumur kira kira 10 hari. Tabel 10. Rataan trombosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Trombosit (ribu/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif sinbiotik sinbiotik positif prebiotik konvensional

11 Jumlah trombosit (ribu/µl) b negatif 338 a sinbiotik 376 b sinbiotik c positif 388 b prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 16. Rataan jumlah trombosit tikus perlakuan dan kontrol (ribu/µl) pada hari ke-21 Jumlah rataan trombosit tikus percobaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 16. Hasil ANOVA (Lampiran 12) pada hari ke-21menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah trombosit tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 13) menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional. Pada Tabel 10 terlihat kelompok tikus yang mengalami penurunan dan peningkatan jumlah trombosit. Kelompok tikus kontrol positif mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dapat dilihat dari hari ke-21 tikus kontrol positif memiliki jumlah trombosit paling tinggi dibandingkan kelompok tikus yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya aktivitas patogen yang dapat melisis dinding mukosa usus dan menyebabkan pendarahan. Karena terjadi luka maka trombosit jaringan yang rusak akan mengeluarkan trombosiplastin yang akan bereaksi dengan protrombin dan kalsium membentuk thrombin. Trombin yang terbentuk akan bereaksi dengan fibrinogen menutup fibrin lalu menutup jaringan yang luka. Karena adanya pendarahan akibat diare maka tubuh membentuk trombosit untuk menutupi luka sehingga jumlahnya menjadi tinggi. Pada hari ke-14 terlihat bahwa kelompok tikus yogurt sinbiotik memiliki jumlah trombosit tertinggi yaitu 521 ribu/µl. Hal tersebut mungkin menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik dapat meningkatkan jumlah trombosit, dan peningkatan tersebut berbeda pada tiap kelompok perlakuan. Peningkatan trombosit mungkin disebabkan oleh pengaruh bakteri probiotik dan prebiotik yang terkandung dalam yogurt terhadap faktor perangsang koloni megakariosit. Megakariosit merupakan sel raksasa di dalam sumsum tulang. Sel tersebut membentuk trombosit dengan mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi darah. Satu sel megakariosit berpotensi membentuk 4000 sel trombosit (Frandson 1996). Dapat dilihat juga pada Gambar 16 bahwa adanya pemberian yogurt sinbiotik dapat mempertahankan jumlah trombosit dalam kisaran normal. Lactobacillus fermentum dapat bertahan secara in vivo dalam saluran pencernaan. BAL tersebut juga memiliki sifat yang menguntungkan inangnya dengan meningkatkan proliferasi limfosit dan menurunkan jumlah patogen (E. coli, B. cereus, S. thyphimurium, dan S. aureus) (Nuraida et al. 2008).

12 4.4.5 Hematokrit Hematokrit merupakan penghitungan konstanta darah dan jumlah sel. Nilai hematokrit adalah perbandingan antara sel-sel darah dengan volume darah keseluruhan setelah dilakukan pemusingan dan dinyatakan dalam persen. Pada keadaan normal, nilai hematokrit mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin. Nilai hematokrit akan meningkat pada individu pria dewasa sejalan dengan meningkatnya sekresi androgen yang juga akan meningkatkan jumlah dan volume eritrosit. Meningkatnya kadar hemoglobin akibat terselamatkannya sel eritrosit dari kerusakan mikroba patogen akan berakhir pada meningkatnya nilai hematokrit. Sejalan dengan terjadinya diare maka gambaran nilai hematokrit juga diukur. Gambaran pengaruh pemberian yogurt terhadap nilai hematokrit disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 17. Hasil ANOVA (Lampiran 14) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai hematokrit tikus. Tabel 11. Rataan hematokrit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Nilai hematokrit (%) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif sinbiotik sinbiotik positif prebiotik konvensional Jumlah hematokrit (%) a a negatif sinbiotik a sinbiotik b positif a prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 17. Rataan nilai hematokrit tikus perlakuan dan kontrol (%) pada hari ke-21 Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 15) menunjukkan bahwa hematokrit kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus lainnya. Sementara itu kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi diare dapat menyebabkan peningkatan nilai hematokrit darah. Peningkatan nilai hematokrit terjadi pada saat tikus mengalami diare dengan tingkat keparahan sedang. Pada saat diare, feses menjadi lunak dan tidak berbentuk akibat konsentrasi air dalam feses tinggi. Tingginya konsentrasi air dalam feses menyebabkan kandungan air dalam tubuh berkurang yang berakibat dalam peningkatan hematokrit. Meningkatnya jumlah hemoglobin akibat terselamatkannya eritrosit dari kerusakan bakteri patogen akan berakhir pada meningkatnya nilai hematokrit (Dharmawan 2002).

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL

HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL SELEKSI ISOLAT INDIGENUS BAKTERI PROBIOTIK UNTUK IMUNOMODULATOR DAN APLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN YOGURT SINBIOTIK SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ANTIDIARE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoghurt adalah poduk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus thermophilus, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi Rataan volume usus besar ayam broiler pada berbagai perlakuan pasca transportasi disajikan pada Tabel 7. Tabel

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Primigravida merupakan ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya (Chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang baru pertama kali hamil belum mengetahui pengetahuan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik adalah golongan unggas air dan itik merupakan hewan homoiterm yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke dalam hewan berdarah panas,

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2 Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia kini menjadi masalah kesehatan serius yang terjadi di hampir seluruh Negara di dunia, baik di Negara yang tergolong berkembang maupun yang tergolong ke dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, testis, dan ovarium. Kolesterol merupakan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Pangan fungsional mendapat nilai tertinggi kedua berdasarkan hasil penilaian konsumen terhadap pangan berdasarkan kepentingannya (Astawan, 2010),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Analisis sampel yang pertama diperoleh data berat basah yang menunjukkan berat sel dan air dari usus besar tersebut. Tabel 7. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil analisis jumlah eritrosit darah. Berdasarkan analisis stastik jumlah eritrosit hasil perlakuan adalah sebagai berikut Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare akut merupakan masalah utama kesehatan anak di seluruh dunia. Di negara berkembang rata-rata 3 episode per anak per tahun pada anak berusia di bawah 5 tahun tapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogurt merupakan produk semi solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis bakteri asam laktat (BAL), yaitu Streptococcous thermophilus

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan saluran pencernaan (FAO/WHO,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein hati broiler yang diberi probiotik selama pemeliharaan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus Kerusakan vili pada usus halus dapat dilihat dari gambaran histologi jaringan usus halus tersebut. Keberadaan vili berpengaruh terhadap penyerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 1. Kaitan antara hati dan eritrosit adalah??? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 Hati berperan dalam perombakan eritosit Hati menghasilkan eritrosit Eritrosit merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO,2001) dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu produk pangan fungsional yang berkembang saat ini dan baik untuk kesehatan usus adalah produk sinbiotik. Produk sinbiotik merupakan produk yang memiliki

Lebih terperinci

Review Sistem Hematology

Review Sistem Hematology Nama : rp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Pengkajian Sistem Hematologi 1 Review Sistem Hematology Ikhsanuddin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci