PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN PADA TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN YANG BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN PADA TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN YANG BERBEDA"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN PADA TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN YANG BERBEDA (Productivity of Mixed Pasture at Different Shade and Different Cutting Interval) Nevy Diana Hanafi 1, Yuniar 2, Hanum C 3 1 Program Studi Peternakan Fak. Pertanian USU 2 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bireuen 3 Program Studi Agroekotektanpa naunganlogi Fak. Pertanian USU ABSTRACT Plant grown under shading cause reduction in the amount of light received by the plant. Most of the tropical forage production decreased in line with the declining light intensity. The purpose of this study was to determine the effect of the production and quality of the different pastures grown on different shade and cutting interval. Research was conducted in Tanjung Atanpa naunganm, District Pancurbatu, Deli Serdang regency, rth Sumatra. Proximate analyzes was performed at the Laboratory of Animal Feed Ingredients Faculty of Agriculture, University of rth Sumatra. The research method used was a split plot design, the main plot was shade level (without shade, shade with paranet density of 0.2 mm, 1.7 mm shade density), the subplot was cutting interval (4 and 6 weeks) and the sub-subplot was pasture, which consists of: Ag+Cm+Cp = Arachis glabrata + Calopogonium mucunoides + Centrocema pubescens; Brachiaria humidicola + Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata + Pueraria javanica; Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Calopogonium mucunoides; Stenotaphrum secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + Centrocema pubescens).the results shows that pasture dry matter production was tanpa naungant significantly affected by different cutting intervals and different shade. Dry matter production was higher at cutting interval of 6 weeks ( kg/ha/year). Crude protein of mixed pasture was higher in the treatment without shading (15.20%) and at cutting interval of 4 weeks (15.23%), while the highest crude fiber was obtained from paranet shade with of 1,7 mm (38.16%) and at 6 weeks cutting interval (38.27%). Pasture crude fat did tanpa naungant differ among all the treatments, while the highest carrying capacity is was obtained by mixed pasture of Brachiaria humidicola, Stenotaphrum secundatum, Pueraria javanica and Calopogonium mucunoides Key Words: Mixed Pasture, Shade, Cutting Interval, Forage Production, Forage Quality, Carrying Capacity ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh perbedaan naungan dan interval pemotongan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian dilakukan di Tanjung Atanpa naunganm, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara-Medan. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah naungan (tanpa naungan, naungan dengan kerapatan paranet 0.2 mm, naungan dengan kerapatan 1.7 mm), anak petak yaitu interval pemotongan (4 dan 6 minggu) dan anak anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari: Arachis glabrata + Calopogonium mucunoides + Centrocema pubescens; Brachiaria humidicola + Stenotaphrum secundatum + A. glabrata + Pueraria javanica; S. secundatum + Brachiaria humidicola + Pueraria javanica + C. mucunoides; S. secundatum + B. humidicola + P. javanica + C. pubescens). Hasil penelitian menunjukkan produksi bahan kering pastura tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada interval pemotongan dan naungan yang berbeda. Produksi yang lebih tinggi bahan kering pada interval pemotongan enam minggu. Protein kasar dari komposisi pastura lebih tinggi pada perlakuan tanpa naungan (15,20%) dan pada interval pemotongan 4 minggu (15,23%), serat kasar tertinggi diperoleh pada naungan dengan kerapatan 1,7 mm (38,16%) dan pada interval pemotongan 6 minggu (38,27%). Lemak kasar pastura tidak berbeda pada semua 432

2 perlakuan. Kapasitas tampung ternak yang paling tinggi diperoleh pada komposisi pastura (B. humidicola, S. secundatum, P. javanica dan C. muconoides). Kata Kunci: Campuran,, Interval Pemotongan, Produksi Hijauan, Kualitas Hijauan, Kapasitas Tampung PENDAHULUAN Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu tanaman akan mempengaruhi proses fotosintesis yang terjadi, sekaligus akan berpengaruh terhadap perkembangan vegetasi yang tumbuh. Kebanyakan rumput tropis kecuali yang tahan naungan meskipun kebutuhan nutrien dan airnya terpenuhi, produksi akan rendah apabila tumbuh pada tempat naungan yang berat dibandingkan dengan yang mendapatkan penyinaran penuh (Wilson et al. 1996). Potensi untuk meningkatkan produksi dan kontinuitas ketersediaan hijauan ini dapat dimanfaatkan dengan memilih spesies hijauan pakan yang memiliki adaptasi dan toleransi yang tinggi terhadap naungan dengan mengatur interval pemotongan atau panen tanaman. Oleh karena itu, perlu diteliti tanaman pakan yang bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut dimana ketersediaan intensitas cahayanya terbatas. Adapun tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan terhadap produktivitas pastura (produksi bahan segar, produksi bahan kering, kandungan nutrisi dan kapasitas tampung) dari berbagai pastura campuran. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan penanaman pastura di Tanjung A, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Lama penelitian selama lima bulan dimulai bulan Mei- September Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi pengamatan di lapangan dan analisis di laboratorium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak petak terbagi (RPPT). Perlakuan yang diuji adalah tiga taraf yaitu: 1) taraf naungan dengan menggunakan paranet sebagai petak utama masing-masing yaitu NO tanpa naungan = tanpa paranet, N1 = kerapatan paranet, N2 kerapatan paranet 1,7 mm, 2) taraf interval potong yaitu T1 = 4 minggu dengan tiga kali potong, T2 = 6 minggu dengan dua kali potong, sebagai anak petak, 3) jenis pastura campuran (Ag+Cm+Cp- Sc+Bh+Pj+Cp) sebagai anak anak petak. yang diteliti pada tahapan ini adalah: Ag+Cm+Cp= Penutup tanah konvensional = Arachis glabrata (Ag) + Calopogonium muconoides (Cm) + Centrocema pubecens (Cp); Sc+Bh+Pj+Ag = Stenotaphrum secundatum+ Brachiaria humidicola (Bh) + Peuraria javanica (Pj) + Arachis glabrata. Sc+Bh+Pj+Cm= S. secundatum (Sc) + B. humidicola + P. javanica + C. muconoides; Sc+Bh+Pj+Cp = S. secundatum + B. humidicola + P. javanica + C. pubecens. Peubah yang diamati meliputi produksi bahan kering, produksi gizi pastura (serat kasar, protein kasar dan lemak), dan kapasitas tampung ternak. Pengambilan data dilakukan sesuai dengan perlakuan umur pemotongan yaitu 4 dan 6 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi bahan kering Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi bahan kering pastura menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian naungan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering pastura. Interaksi antara perlakuan naungan dengan interval potong, interaksi antara naungan dengan pastura, interaksi antara interval pemotongan dengan pastura serta interaksi antara ketiganya (naungan, interval pemotongan dan pastura) menunjukkkan interaksi tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan pada interval potong menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Rataan produksi bahan kering pastura dapat dilihat pada Tabel

3 Rataan produksi bahan kering Tabel 1 tertinggi cenderung terdapat pada perlakuan naungan kerapatan paranet (12760,93 kg/ha/tahun) dan perlakuan pastura Sc+Bh+Pj+Cm (13074,27 kg/ha/tahun). Hal ini disebabkan produksi bahan kering merupakan hasil dari proses pertumbuhan selama periode tertentu pada satuan luas tertentu. Dengan demikian bobot kering suatu tanaman dipengaruhi oleh laju tumbuh dan waktu penyusunan dari bahan kering itu sendiri. Biomassa yang berada diatas permukaan tanah adalah bobot bahan unsur organik per unit diatas permukaan tanah pada suatu waktu tertentu yang dihubungkan ke satu fungsi, sistem produktivitas, unsur tegakan dan distribusi organik (Onrizal 2004). Pada interval pemotongan menunjukkan hasil yang berbeda pada produksi bahan kering, produksi bahan kering hijauan lebih tinggi pada interval pemotongan 6 minggu, hal ini sesuai pernyataan Beever et al. (2000) bahwa kemampuan hijauan untuk tumbuh kembali setelah defoliasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya tersedia cukup titik tumbuh dan energi cadangan. Pada umumnya produksi bahan kering hijauan lebih tinggi diperoleh saat interval pemotongan diperpanjang karena semakin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan isi sel, artinya kandungan dinding sel yang dimiliki tanaman banyak maka tanaman tersebut akan lebih banyak mengandung bahan kering. Produksi bahan kering pastura tertinggi yaitu pada interval pemotongan minggu keenam yaitu 14508,93 kg/ha/tahun dan terendah pada interval pemotongan minggu keempat yaitu 8992,81 kg/ha/tahun Tabel 1. Interval pemangkasan yang lebih singkat (4 minggu) diduga menyebabkan pengurangan cadangan makanan akibat pemangkasan yang lebih intensif, sehingga tanaman hanya memiliki waktu singkat untuk membentuk cadangan makanan. Perbedaan produksi bahan kering pada interval pemotongan (Gambar 1). Perbedaan produksi bahan kering antara interval pemotongan minggu keempat dan keenam pada penelitian disebabkan umur pemotongan hijauan yang berbeda. Hal ini diduga disebabkan oleh akumulasi biomassa bahan kering sangat tergantung kepada umur dari tanaman tersebut. Umur pemangkasan yang lebih panjang akan menyebabkan akumulasi biomassa dari bahan kering lebih banyak dibandingkan dengan umur yang lebih singkat. Akumulasi bahan kering tergantung kepada kondisi lingkungan terutama ketersedian air (Huang et al. 2009). Rahman (2002) menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi segar dan bahan kering hijauan. Tabel 1. Produksi bahan kering pastura pada berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan Interval potong (Minggu) 1,7 mm Rataan.....kg/ha/tahun Ag + Cm + Cp , , , , , , ,00 a Sc+ Bh + Pj + Ag 8.794, , , , , , ,37 a Sc+Bh+Pj+Cm , , , , , , ,27 a Sc+Bh+Pj+Cp 9.866, , , , , , ,16 a Rataan , , , , , ,68 Interval Pemotongan: 4 minggu = ,70 a 6 minggu = ,20 b ,18 a ,93 a ,25 a Superskrip dengan huruf yang berbeda kearah baris atau kolom menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) 434

4 Produksi bahan kering (Kg/ha/tahun Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , ,7 4 Minggu 6 Minggu Interval pemotongan Gambar 1. Produksi bahan kering pada interval potong berbeda Kandungan gizi pastura Kandungan gizi dari pastura pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisis proksimat terhadap sampel dari setiap petak percobaan. Data yang dianalisis yaitu kandungan gizi (protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar) diperoleh dengan mengalikan produksi bahan kering dengan kandungan gizi dari setiap pastura percobaan. Protein kasar Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap protein kasar menunjukkan bahwa perlakuan pada beberapa taraf naungan berbeda nyata (P<0,05). Interval pemotongan berbeda sangat nyata (P<0,01), dan pastura menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). Interaksi antara perlakuan naungan dan interval potong, interaksi perlakuan naungan dan jenis pastura, serta interaksi perlakuan naungan, inteval potong dan jenis pastura menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05). Tetapi interaksi antara perlakuan interval potong dan jenis pastura menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Kandungan protein kasar pastura perlakuan naungan dan interval pemotongan dapat dilihat pada Tabel 2. Secara umum kandungan protein kasar pastura tertinggi pada tanaman yang tidak dinaungi yaitu sebesar 15,20% dan yang terendah pada tanaman yang ternaungi pada kerapatan paranet yaitu 14,96% dan kerapatan paranet 1,7 mm sebesar 14,83%. Hal ini disebabkan tumbuh-tumbuhan yang terkena cahaya penuh (tanpa naungan) memiliki laju asimilasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak terkena cahaya penuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Sopandi et al. (2003) bahwa kekurangan cahaya pada tanaman akan mengakibatkan terganggunya metabolisme, sehingga menurunkan laju fotosintesis dan sintetis karbohidrat, dan penurunan kandungan protein kasar, selain itu dapat mengurangi enzim fotosintetis yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi CO 2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya. Hasil kandungan protein kasar pada interval pemotongan umur 4 minggu menunjukkan produksi tertinggi dibandingkan interval pemotongan umur 6 minggu. Kandungan protein kasar (%) tiap interval pemotongan dapat dilihat pada Gambar

5 Protein kasar (%) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013 Tabel 2. Kandungan protein kasar pastura pada berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan Kerapatan paranet 1,7 mm Interval potong (minggu) Rataan %... Ag+Cm+Cp 15,12 16,62 15,54 14,28 14,90 14,72 15,20 a Sc+Bh+Pj+Ag 15,20 14,06 15,37 14,37 14,95 14,68 14,77 a Sc+Bh+Pj+Cm 15,29 14,79 15,54 15,01 14,86 14,29 14,96 a Sc+Bh+Pj+Cp 15,42 15,13 15,54 14,04 15,04 15,17 15,06 a Rataan 15,26 15,15 15,50 14,43 14,94 14,71 Interval Pemotongan: 4 minggu = 15,23 a 6 minggu = 14,76 b 15,20 a 14,96 b 14,83 b Keterangan: Superskrip dengan huruf yang berbeda kearah baris atau kolom menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) ,23 14,76 4 mingu 6 minggu Interval pemotongan Gambar 2. Kandungan Protein kasar pada tiap interval pemotongan Dilihat dari Gambar 2 diketahui nilai kandungan protein kasar pada interval pemotongan 4 minggu lebih tinggi dibandingkan interval pemotongan 6 minggu artinya semakin lama masa pemotongan maka semakin rendah kandungan protein. Pada rerumputan, konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan meningkatnya umur tanaman, hal ini disebabkan meningkatnya bagian dinding sel dan menurunnya bagian sitosol (Whitehead 2000). Waktu pemanenan yang panjang (interval pemotongan 6 minggu) akan menaikkan produksi bahan kering tetapi dapat menurunkan protein tanaman hal ini sesuai dengan pernyataan Beever et al. (2000) menyatakan bahwa semakin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding sel lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel. Serat kasar Hasil analisis ragam produksi serat kasar pada taraf naungan, interval pemotongan menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Rataan kandungan serat kasar penelitian dapat dilihat pada Tabel

6 Serat kasar (%) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013 Tabel 3. Kandungan serat kasar pastura pada berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan 1,7 mm Rataan Interval (Minggu) %... Ag+Cm+Cp 37,79 37,67 37,14 37,85 37,88 38,72 37,84 a Sc+Bh+Pj+Ag 37,63 37,45 37,47 38,79 37,77 38,63 37,96 a Sc+Bh+Pj+Cm 37,50 37,97 37,19 39,24 37,97 38,52 38,07 a Sc+Bh+Pj+Cp 37,37 38,05 37,36 38,28 37,69 38,10 37,81 Rataan 37,57 a 37,79 b 37,29 a 38,54 b 37,83 a 38,49 b Interval Pemotongan: 4 minggu = 37,56 a 6 minggu = 38,27 b 37,68 a 37,91 a 38,16 b Superskrip dengan huruf yang berbeda kearah baris atau kolom menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) ,68 37,91 38,16 N0 N1 N2 Gambar 3. Kandungan serat kasar tiap naungan Dilihat dari nilai rataan Tabel 3 bahwa kandungan serat kasar lebih tinggi pada pemotongan minggu keenam dibandingkan minggu keempat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi interval pemotongan maka semakin tinggi kandungan serat kasar. Umur pemotongan yang lebih panjang akan mempengaruhi kandungan serat kasar (semakin tinggi), sedangkan umur pemotongan yang lebih pendek akan terjadi sebaliknya. Sesuai dengan pendapat Ella (2002) bahwa semakin lambat tanaman dilakukan pemotongan, kandungan serat kasarnya semakin tinggi, sebaliknya terlalu awal atau dilakukan dalam interval yang pendek, hijauan tersebut akan selalu dalam keadaan muda. Hijauan muda kandungan protein dan kadar airnya tinggi tetapi kadar seratnya rendah. Ditinjau dari faktor naungan bahwa serat kasar tiap naungan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Kandungan serat kasar (%) tiap naungan dapat dilihat pada Gambar 3. Dilihat dari Gambar 3 bahwa kandungan serat kasar semakin meningkat dengan meningkatnya naungan. Perbedaan ini diduga merupakan akibat dari ketersediaan cahaya yang berbeda pada tiap naungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lanbers et al. (1998) yang menyatakan bahwa pada tanaman yang terkena naungan maka akan menghasilkan batang dan daun (bagian tajuk tanaman) lebih tipis dibandingkan dengan yang mendapatkan naungan penuh. Jaringan palisade pada seluruh bagian tanaman lebih merapat sehingga susunan antara jaringan parenkim lebih rapat sehingga menghasilkan serat lebih tinggi 437

7 dibandingkan dengan tanaman yang terkena sinar matahari penuh. Serat kasar diperoleh dari produksi dinding sel tanaman. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan interaksi tiap perlakuan. Interaksi naungan, interval pemotongan dengan pastura menunjukkan produksi serat kasar tertinggi pada naungan kerapatan paranet 1,7 mm dengan interval pemotongan 6 minggu yang terdapat pada pastura Sc+Bh+Pj+Cm. Hal ini sebabkan oleh umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zhao dan Osterhuis (2000) yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan ABA yang ternaungi akan memutus kerja hormon cytokinin yang merupakan salah satu hormon untuk pembentukan sel. Meningkatnya konsentrasi ABA maka tanaman berpindah dari fase jupenil ke fase dewasa yang artinya meningkatnya kandungan serat kasar pada dinding sel. Lemak kasar Hasil sidik ragam dari produksi lemak kasar pada taraf naungan interval pemotongan serta beberapa pastura campuran menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05). Interaksi antara perlakuan naungan dan interval potong, Interaksi perlakuan interval potong dan jenis pastura menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05), sedangkan interaksi perlakuan naungan dengan pastura campuran menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05). Rataan kandungan lemak kasar selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada perlakuan pastura (Ag+Cm+Cp, Sc+Bh+Pj+Ag, Sc+Bh+Pj+Cm dan Sc+Bh+Pj+Cp), naungan dan interval pemotongan (4 dan 6 minggu). Tidak adanya perbedaan kandungan lemak kasar pada tiap perlakuan tersebut disebabkan karena pertanaman campuran dapat saling menutupi kekurangan kandungan lemak tiap perlakuan sehingga tidak berbeda. Menurut Tillman et al. (1998) lemak adalah semua subtansi yang dapat diektraksi dengan bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak seperti eter, kloroform, benzene karbon, aseton. Pada analisa proksimat lemak termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Lemak adalah lipida sederhana yaitu eter dari tiga asam-asam lemak dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan perbedaannya adalah pada sifat fisiknya. Lemak merupakan solid atau padat pada temperatur kamar 20 C sedangkan minyak pada temperatur tersebut berbentuk cair. Tabel 4. Kandungan lemak kasar pastura pada berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan 1,7 mm Rataan Interval (minggu) %... Ag+Cm+Cp 2,72 3,25 2,95 2,92 2,93 2,62 2,90 a Sc+Bh+Pj+Ag 2,71 2,83 3,04 2,42 2,81 2,43 2,71 a Sc+Bh+Pj+Cm 2,73 2,67 2,92 2,17 2,95 2,75 2,70 a Sc+Bh+Pj+Cp 2,74 2,50 2,99 3,17 2,83 2,75 2,83 a Rataan 2,72 2,81 2,97 2,67 2,88 2,64 Interval pemotongan: 4 minggu= 2,86 a 6 minggu= 2,71 a 2,77 a 2,82 a 2,76 a Superskrip dengan huruf yang sama kearah baris atau kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) 438

8 Kapasitas tampung Kapasitas tampung dipengaruhi oleh produksi bahan kering hijauan. Kapasitas tampung merupakan kemampuan lahan pada waktu tertentu menampung ternak dengan satuannya adalah ST (Satuan ternak). Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa kapasitas daya tampung pada perlakuan naungan dan pastura tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan pada interval pemotongan berbeda nyata (P<0,05). Rataan kapasitas tampung dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kapasitas daya tampung berbeda pada tiap interval pemotongan. Hal ini disebabkan karena kapasitas tampung dipengaruhi oleh bahan kering pastura pada interval pemotongan. Semakin tinggi bahan kering maka daya tampung ternak juga semakin tinggi. Kapasitas tampung ditentukan oleh kemampuan tanaman pakan untuk tumbuh dan berkembang. Pada interval pemotongan umur 6 minggu akumulasi bahan kering jauh lebih tinggi dibandingkan dengan umur 4 minggu. Keterlambatan pertumbuhan akibat dari terkurasnya seluruh energi pada pemotongan 4 minggu menyebabkan bobot kering yang dihasilkan menjadi rendah. Pada hal sebagaimana diketahui besar kecilnya bobot kering merupakan gambaran dari kapasitas tampung (Elliot et al. 2009). KESIMPULAN Produksi bahan kering tidak berbeda pada perlakuan tingkat naungan dan pastura tetapi berbeda pada interval pemotongan, dan produksi yang lebih tinggi diperoleh pada interval pemotongan minggu keenam. Produksi serat kasar pastura lebih tinggi pada interval pemotongan minggu keenam, protein kasar tertinggi pada minggu keempat, sedangkan lemak kasar menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Kapasitas daya tampung pada taraf intensitas naungan berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi pada interval pemotongan menunjukkan perbedaan yang nyata. Disarankan pastura yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan sebagai pastura dibawah naungan dan untuk mendapatkan produksi pastura yang maksimal maka interval pemotongan sebaiknya tidak terlalu lama atau terlalu dekat. Tabel 5. Kapasitas tampung pada pastura dengan berbagai tingkat naungan dan interval pemotongan 1,7 mm Rataan Interval (Minggu) ST/ha/tahun..... Ag+Cm+Cp 2,47 2,89 2,53 3,40 1,29 2,22 2,46 a Sc+Bh+Pj+Ag 1,97 2,72 2,16 2,98 2,38 3,33 2,59 a Sc+Bh+Pj+Cm 2,91 3,66 2,84 3,26 2,00 2,88 2,92 a Sc+Bh+Pj+Cp 2,21 2,15 2,32 3,34 2,38 2,76 2,53 a Rataan 2,39 2,85 2,46 3,24 2,01 2,80 Interval Pemotongan: 4 minggu= 2,29 a 6 minggu= 2.97 b 2,62 a 2,85 a 2,40 a Superskrip dengan huruf yang berbeda kearah baris atau kolom menunjukkan tidak perbedaan nyata (P<0,05) 439

9 DAFTAR PUSTAKA Beever, DE, Offer N, Gill M The feeding value of grass and grass products. In: A. Hopkins (Ed) Grass: its production and utilization. Published for British Grassland Soc. By Beckwell Science Ella A Produktivitas dan nilai nutrisi beberapa renis rumput dan legumitanpa naungansa pakan yang ditanam pada lahan kering iklim basah. Balai Pengkajian Tektanpa naunganlogi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar. Elliot, Waller, Wood TB, William G Investigation on the mineral content of pasture grass and this the effect on herbivore: III. Report on the chemical analyses of sample of pasture from various area in the british isles. Cambridge Journal Huang X, Ko C, Wang WX Cadmium and copper accumulation and toxicity in the macroalga Gracilaria tenuistripitata. Aqual Biol. 11: Lanbers H, Chapin FSIII, Pons TL Plant physiological ecology. Springer. New York. Onrizal Model penduga biomassa dan karbon tegakan hutan kerangas di taman nasional danau sentarum. Kalimantan Barat (tesis). Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Rahman S Introduksi tanaman makanan ternak di lahan perkebunan: respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dan tatalaksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. 4: Sopandie D, Chozin MA, Sastrosumarjo S, Juhaeti T, Sahardi Toleransi padi gogo terhadap naungan. Hayati. 10: Syafaat N, Agustian A, Pranaji T, Ariani M, Setiadjie I, Wirawan Studi kajian SDM dalam menunjang pembangunan pertanian rakyat terpadu di KTI. Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Tillman DA, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekotjo S Ilmu makanan ternak dasar. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Wellinger A, Linberg. (2000). Biogas upgrading and utilization. IEA Bioenergy Task 24. International Energy Association, Paris, France. publi-task37/biogas%20upgrading.pdf. Whitehead DC Nutrient element in grassland: soil plant animal relationship. CAB International Publishing, Wallingford Wilson JR Shade-stimulad growth and nitrogen up take by pasture grasses in a subtropical environment. Aust J Agric. United Kingdom. Zhao D, Oosterhuis DM Cotton responses to shade at different growth stages: growth, Lint yield and fibre quality. Experimental Agriculture. 36:

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR 107040003 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Pendahuluan Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan. Nevy Diana Hanafi 1, Sayed Umar 2, dan Irawati Bachari 3

Pendahuluan Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan. Nevy Diana Hanafi 1, Sayed Umar 2, dan Irawati Bachari 3 Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 1, No. 3, Desember 2005 Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura Campuran terhadap Produksi Hijauan (The Effect Levels of the Shade at Various Pasture Mixtures

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH

PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH PENGARUH PEMBERIAN KOTORAN KELINCI FERMENTASI (URINE DAN FESES) DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI FHINKA NATALYA SIHOMBING 090306031 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI

PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI PENGARUH PEMBERIAN FESES DAN URIN KERBAU LUMPUR TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum schamach) DENGAN INTERVAL PEMOTONGAN YANG BERBEDA SIKRIPSI EVI REKA BANJARNAHOR 110306006

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TESIS Oleh : NURIANA Br SINAGA 097040008 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

Pendahuluan. Nevy Diana Hanafi 1), Roeswandy 2) dan Hasan Fuad Nasution 3)

Pendahuluan. Nevy Diana Hanafi 1), Roeswandy 2) dan Hasan Fuad Nasution 3) Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol.1, No.2, Agustus 2005 Pengaruh Berbagai Level Naungan dari Beberapa Pastura Campuran Terhadap Produksi Hijauan (The Effect of Various Levels of the Shades from Some Mixed

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS KOMPOS TERNAK BABI DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP KUALITAS HIJAUAN RUZI (Brachiaria ruziziensis)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS KOMPOS TERNAK BABI DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP KUALITAS HIJAUAN RUZI (Brachiaria ruziziensis) PENGARUH PEMBERIAN DOSIS KOMPOS TERNAK BABI DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP KUALITAS HIJAUAN RUZI (Brachiaria ruziziensis) SKRIPSI Oleh: IDA RO ARTHA 110306035 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur tahunan (Perennial), tingginya dapat mencapai 7m dan akar sedalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT

EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT EFEK PENGGUNAAN BERBAGAI LEVEL FESES KERBAUFERMENTASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, Digitaria milanjiana) SKRIPSI Oleh: PRAWESTRI DWI PURWANTI 110306036

Lebih terperinci

Media Peternakan, April 2007, hlm ISSN Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005

Media Peternakan, April 2007, hlm ISSN Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005 Media Peternakan, April 2007, hlm. 11-17 ISSN 0126-0472 Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005 Vol. 30 No. 1 Produksi dan Kualitas Rumput Brachiaria humidicola (Rend.) Sch, Digitaria decumbens Stent

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pastura Campuran

TINJAUAN PUSTAKA. Pastura Campuran TINJAUAN PUSTAKA Pastura Campuran Ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas menjadi hal yang penting dalam mendukung program swasembada daging. Rendahnya pertambahan berat badan ternak disebabkan rendahnya

Lebih terperinci

KANDUNGAN NUTRISI HAY MURBEI (Morus alba) YANG DITANAM PADA LAHAN GAMBUT DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA

KANDUNGAN NUTRISI HAY MURBEI (Morus alba) YANG DITANAM PADA LAHAN GAMBUT DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA SKRIPSI KANDUNGAN NUTRISI HAY MURBEI (Morus alba) YANG DITANAM PADA LAHAN GAMBUT DENGAN UMUR PANEN YANG BERBEDA Oleh: MUHAMMAD DWI PRIYO BASUKI 11081100276 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.mps.20 PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK Susi Agung Purwaningtyas 1,a), Sulhadi 2,b), Teguh Darsono c), Aninditya Dwi Perwitasari 1) Program

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS DAN PANJANG SALURAN PENCERNAAN ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 1-7 MINGGU SKRIPSI Oleh: AFFAN LUBIS 060306028/Peternakan

Lebih terperinci

Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya

Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 31-40 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp Crude fat, BETN, Calcium and phosfor contents of poultry waste fermented with Lactobacillus sp Jamila

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI TINGKAT MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH ULTISOL TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN LEGUMINOSA SKRIPSI Oleh: ANDRIAN MUSTAPA 080306039 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN NILAI NUTRISI ENAM SPESIES HIJAUAN PADA TIGA TARAF NAUNGAN DI DATARAN TINGGI- BERIKLIM KERING

PRODUKSI DAN NILAI NUTRISI ENAM SPESIES HIJAUAN PADA TIGA TARAF NAUNGAN DI DATARAN TINGGI- BERIKLIM KERING PRODUKSI DAN NILAI NUTRISI ENAM SPESIES HIJAUAN PADA TIGA TARAF NAUNGAN DI DATARAN TINGGI- BERIKLIM KERING (Production and Nutritive Value of Six Species of Forages Species on Three Shading Levels in High

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI ADETIAS KATANAKAN GINTING E10013243 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SLURI GAS BIO DENGAN INPUT FESES KAMBING DAN BIJI DURIAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN

PEMANFAATAN SLURI GAS BIO DENGAN INPUT FESES KAMBING DAN BIJI DURIAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN PEMANFAATAN SLURI GAS BIO DENGAN INPUT FESES KAMBING DAN BIJI DURIAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN SKRIPSI YUSRAHMATIKA 120306014 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn. 129-135 ISSN 2302-4178 ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA Syamsuar 1) dan Mukhlisa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN SORGUM ( (L) Moench DAN (Piper) Stafp) YANG MENDAPATKAN KOMBINASI PEMUPUKAN N, P, K DAN CA (The Use Combined Fertilizers of N, P, K and Ca on Growth and Productivity

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS RUMPUT Stenotaphrum secundatum Cv. Vanuatu PADA BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN NITROGEN DALAM KONDISI TERNAUNG DAN TANPA NAUNGAN

PRODUKTIVITAS RUMPUT Stenotaphrum secundatum Cv. Vanuatu PADA BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN NITROGEN DALAM KONDISI TERNAUNG DAN TANPA NAUNGAN PRODUKTIVITAS RUMPUT Stenotaphrum secundatum Cv. Vanuatu PADA BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN NITROGEN DALAM KONDISI TERNAUNG DAN TANPA NAUNGAN N. W. SUKARJI, I. W. SUARNA, dan I. B. GAGA PARTAMA. Jurusan Nutrisi

Lebih terperinci

PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN

PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN PRODUKSI HIJAUAN Desmodium uncinatum PADA BERBAGAI JENIS NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN (Forage Production of Desmodium uncinatum under Different Shades and Cutting Intervals) ACHMAD FANINDI dan E. SUTEDI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N-P-K TERHADAP HASIL BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR RUMPUT Brachiaria humidicola cv. Tully dan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N-P-K TERHADAP HASIL BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR RUMPUT Brachiaria humidicola cv. Tully dan PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N-P-K TERHADAP HASIL BAHAN KERING DAN PROTEIN KASAR RUMPUT Brachiaria humidicola cv. Tully dan Pennisetum purpureum cv. Mott Novita V. F. Sigar, D. A. Kaligis, W. B. Kaunang dan

Lebih terperinci

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SERTA MUTU BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) MELALUI PEMUPUKAN ZA DAN PUPUK KANDANG PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI KABUPATEN DELI SERDANG TESIS Oleh : Riyadi Pratiwa

Lebih terperinci

Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda

Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda J. SIRAIT 1, N.D. PURWANTARI 2 dan K. SIMANIHURUK 1 1 Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Galang Sumatera Utara 20585

Lebih terperinci

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI RUTH CAROLINA PANJAITAN 060306015 DEPARTEMEN PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN

PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana RINGKASAN PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN TANAMAN Indigofera zollingeriana Marza Ayu Dea Ranti Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama The Effect of Dosage Chicken Manure to The Growth and Production Brachiaria

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach (R 1 ), rumput Setaria spachelata (R 2 ), rumput Brachiaria brizantha (R 3 ),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI Oleh Meida Wulandari NIM 091510501104 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK

UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK i UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK SKRIPSI Oleh: MAKBUL SIREGAR 090306062 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI WINA SRIDEWI NABABAN 070306005 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN 2012 ANALISIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

PENGARUH NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN Arachis glabrata

PENGARUH NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN Arachis glabrata PENGARUH NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP PRODUKSI HIJAUAN Arachis glabrata (Effect Shade Levels and Cutting Interval on Arachis Glabrata Production) ACHMAD FANINDI, S. YUHAENI, E. SUTEDI dan OYO

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2)

PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2) PENGARUH UMUR PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN FRAKSI SERAT HIJAUAN MURBEI (MORUS INDICA L. VAR. KANVA-2) (The Effect of Harvesting Date on Content of Fiber Fractions Mulberry Forage (Morus Indica L. Var.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS CAMPURAN MANURE AYAM BROILER DAN LIMBAH KULIT KOPI DENGAN BERBAGAI DOSIS MOD

PEMANFAATAN KOMPOS CAMPURAN MANURE AYAM BROILER DAN LIMBAH KULIT KOPI DENGAN BERBAGAI DOSIS MOD PEMANFAATAN KOMPOS CAMPURAN MANURE AYAM BROILER DAN LIMBAH KULIT KOPI DENGAN BERBAGAI DOSIS MOD (Microorganisme Decomposer) TERHADAP PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana SKRIPSI PUTRI ANGGUN RUMONDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

KADAR N, P DAN K TANAH PADA TANAMAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI PENANAMAN TANAMAN SELA DI BAWAH TEGAKAN

KADAR N, P DAN K TANAH PADA TANAMAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI PENANAMAN TANAMAN SELA DI BAWAH TEGAKAN KADAR N, P DAN K TANAH PADA TANAMAN KELAPA SAWIT MENGHASILKAN DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI PENANAMAN TANAMAN SELA DI BAWAH TEGAKAN NPK Soil on Oil Palm Produce Plantations with Increase Diversity of Vegetation

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK

SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK (Forages Selection to Support the Development of Boerka Goat in Citrus Ecosystem) TATANG M. IBRAHIM Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

Studi tentang pola produksi alfalfa tropis (Medicago sativa l.) Study on production pattern of tropical alfalfa (Medicago sativa L.

Studi tentang pola produksi alfalfa tropis (Medicago sativa l.) Study on production pattern of tropical alfalfa (Medicago sativa L. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 19 (1): 20-27 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Studi tentang pola produksi alfalfa tropis (Medicago sativa l.) R. D. Wahyuni dan S. N. Kamaliyah

Lebih terperinci

NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA PEMUPUKAN NITROGEN DAN TINGGI DEFOLIASI BERBEDA

NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA PEMUPUKAN NITROGEN DAN TINGGI DEFOLIASI BERBEDA Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 1 8 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj NISBAH DAUN BATANG, NISBAH TAJUK AKAR DAN KADAR SERAT KASAR ALFALFA (Medicago sativa) PADA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UMBI DAUN DEWA (Gynura procumbens Back.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PEMANGKASAN DAUN

PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UMBI DAUN DEWA (Gynura procumbens Back.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PEMANGKASAN DAUN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UMBI DAUN DEWA (Gynura procumbens Back.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PEMANGKASAN DAUN PLANT GROWTH AND TUBER YIELD OF DAUN DEWA(Gynura procumbens Back.) ON DIFFERENT

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI (System of Rice Intensification) SKRIPSI Oleh : SRY MALYANA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Data dari Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian yang diterbitkan melalui pemberitaan media cetak Kompas hari Jumat tanggal 13 Agustus 2010, menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR.

PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. PENGARUH PUPUK DAUN DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU Gyrinops verstegii (Gilg) Domke DI BAWAH CEKAMAN AIR. Anggreine H. Mentang 1), J. A. Rombang 2), M. T. Lasut 2), A. Thomas 2). THE INFLUENCE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT

SKRIPSI. KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT SKRIPSI KOMPONEN HASIL DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DENGAN PEMBERIAN NAUNGAN DI LAHAN GAMBUT Oleh: Weni purwanti 10982008541 Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017 Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk ZA, NPK, Urea terhadap Pertumbuhan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) pada Industri Pembibitan Tanaman Lansekap di Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur I PUTU MERTAYASA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 21 MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG (Introduction of New Maize Varieties, as

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi Pengaruh dan terhadap Kualitas Daging Sapi Syafrida Rahim 1 Intisari Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2008. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi

Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Farizaldi 1 1Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT PENGARUH TAKARAN INOKULUM (Trichoderma viridae) DAN SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT Tjitjah Aisjah Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats) R.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci