KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN Tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan Institut Pertanian Bogor SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

3 Judul Tesis N a m a : Ketahanan Pangan dan Gizi bagi Keluarga Korban Gempa dan Tsunami di Kabupaten Pidie : A. Rakhman NRP : A Disetujui : Komisi Pembimbing Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS. Ketua Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Diketahui : Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. Tanggal Ujian : 28 Juni 2007 Tanggal Lulus :

4 Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS.

5 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Ketahanan Pangan dan Gizi Keluarga Korban Gempa dan Tsunami di Kabupaten Pidie adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepeda perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2007 A. Rakhman A

6 ABSTRACT A.RAKHMAN. Food and Nutrition Security in Earthquake and Wave Tsunami Victims Household at Pidie District. Under direction of Yayuk Farida Baliwati and Dadang Sukandar The earthquake and wave tsunami tragedy on December 26, 2004 in Pidie District NAD caused people to be evacuated and live at refuge barracks. They were suffering deficiency of food and nutrition, and most of them lost their jobs and income, which indirectly impacted on the decrease of their household economics. The rate of food access in refuge household based on household income can be classified into poor category (24%), in which their food necessity is supported by Pidie District Government, while 76% is in the category of not poor and can support their consumption from food secure and their own income. If food consumption is used as an indicator for food secure household, a household is considered to have food insecure if their consumption is lower than 70% from sufficiency calories suggested: 2000 Kcal/people/day. The aim of this research was to analyze food secure and nutrition household in Pidie District. The research design was cross-sectional study. This research was conducted from November 2006 to January 2007 at Pidie District (sub district Kota Sigli, Simpang Tiga, Kembang Tanjong, Pantee Raja and Trenggadeng). Sampling technique used was stratified random sampling with proportional allocation, in which of the total population of households only 100 households were taken as samples. Data that were collected in this research consist of primary and secondary data, and they were analyzed by SPSS version 11 and SAS version 8 for Windows. The results showed that most of the children samples were male (56.0%), whose ages ranged from 4 to 33 months (57.0%). The level of education of the head household and wife were mostly junior high school and senior high school. The monthly income per capita of respondents fell into the middle category, ranging between IDR 81,520 and IDR 441,480 (85.0%), the high category (with an income of > IDR 441,480) of about 10%, and the low category (with an income of < IDR 81,250) of about 5%. Proportion of food expenditure by household was 65.5% and non food was 34.5%, with the main food price especially rice was stable (from IDR 4,800 to IDR 5,000). The cut off food secure of household based on food consumption was 67.0% for food secure and 33.0% under food insecure category. The nutritional status of 51.0% samples was categorized as normal. There were positive correlations between household income and household food security and negative correlations between nutritional status of sample and household food security. The average consumption of calorie, protein, vitamin A and iron of households was lower than the required nutrition sufficiency rate for a household. Most of the households were still in the normal level (51%). However, there were still a lot of babies with the underweight nutrition status (49%). There was a significant positive correlation (p<0.05) between income per capita per household per month and the level of food security of the household and there was a negative correlation of non r (p>0.05) between the sample nutrition status and the household food secure level. The results of goal programming showed that the households of four members with the income of IDR 9,200/day could not fulfill the energy sufficient level (ESL) and protein sufficient level (PSL) of 70% or over. An ESL of 75% and a PSL of 110% can only be achieved if the income is IDR 20,000 per day. Key words: food and nutrition security, household.

7 RINGKASAN A.RAKHMAN, Ketahanan Pangan dan Gizi Keluarga Korban Gempa dan Tsunami di Kabupaten Pidie. Dibimbing oleh Yayuk Farida Baliwati dan Dadang Sukandar. Tragedi musibah gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD), menyebabkan terjadi pengungsian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak orang, 17.0% diantaranya terjadi di Kabupaten Pidie dan mereka tinggal di barak-barak pengungsian, dimana kondisinya banyak yang mengalami kekurangan pangan dan gizi, disamping itu pula banyak penduduk yang kehilangan pekerjaan serta sumber pendapatan yang secara tidak langsung berdampak pada menurunnya akses ekonomi rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketahanan pangan dan gizi rumah tangga korban gempa dan tsunami di Kabupaten Pidie. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2006 sampai Januari Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Sigli, Simpang Tiga, Kembang Tanjong, Pantee Raja dan Trenggadeng. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang wilayahnya terkena gempa dan tsunami dan berada pada lima kecamatan. Penentuan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak berlapis dengan alokasi proporsional. Jumlah populasi 2158 keluarga, dari jumlah populasi tersebut diambil contoh secara acak berlapis proporsional sebanyak 100 keluarga. Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer yaitu karakteristik dan konsumsi pangan keluarga, data sekunder meliputi data luas wilayah dan jumlah penduduk. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS versi 11.0 dan SAS versi 8 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita contoh berjenis kelamin laki-laki (56.0%) dan berada pada kisaran umur 4-33 bulan (57.0%). Orang tua contoh sebanyak 60.0% (kepala keluarga) dan 53.0% (isteri) berusia antara tahun. Pendidikan sebagian besar kepala keluarga lulusan SMA 29% dan SMP 28%. Pendidkan isteri sebagian besar lulusan SMA 28% dan SMP 27%. Contoh berasal dari keluarga kecil (53%), sedang (35%) dan besar (10%). Proporsi pengeluaran keluarga untuk pangan adalah 65.5% dan non pangan 34.5%. Status gizi balita contoh berdasarkan BB/U sebagian besar (51.0%) mempunyai status gizi yang normal. Balita yang mempunyai status gizi gizi kurang (49.0%) Rata-rata konsumsi energi, protein, vitamin A dan zat besi keluarga dari hasil pengukuran rata-rata lebih rendah dibandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.terdapat hubungan positif sangat nyata (p<0.05) antara pendapatan perkapita keluarga per bulan dengan tingkat ketahanan pangan rumahtangga dan hubungan negatif tidak r (p>0.05) antara status gizi contoh dan tingkat ketahan pangan rumah tangga.

8 Saran : Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah Kabupaten Pidie dalam meningkatkan kualitas ketahanan pangan dan gizi rumah tangga, terutama wilayah terkena tsunami. Rekomendasi : Berdasarkan hasil goal programming, keluarga yang pendapatannya Rp 9.200/hari dengan anggota keluarga 4 orang tdak dapat memenuhi Tingkat kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP) 70% atau lebih. Untuk mencapai TKE sebesar 75% dan TKP 110% diperlukan pendapatan minimal setara Rp /hari. Kata-kata kunci : ketahanan pangan dan gizi, rumah tangga.

9 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

10 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia. Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya atas semua keikhlasan bantuan yang telahdiberikan, kepada : 1. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS, selaku Ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing atas segala arahan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Dr.Ir.Ikeu Ekayanti, MS, sebagai dosen penguji atas segala masukannya. 2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan staf pengajar Pascasarjana khususnya Magister Profesional Manajemen Ketahanan Pangan beserta staf administrasi atas bekal materi pelajaran yang diberikan dan pelayanan akademik selama penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. 3. Pemerintah Kabupaten Pidie yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di IPB. 4. Seluruh responden dalam penelitian ini, bidan desa wilayah penelitian, khususnya Bidan Baiti, yang telah banyak membantu penulis pada saat pengumpulan data. 5. Kepada ayahanda (Ahmad Amin), ibunda (Alm.Maryam Ben), Keluarga besar di Banda Aceh (terutama Muhammad Nazar S.Ag sekeluarga) di Sigli Kakanda (terutama Drs. M.Yusuf Ishaq, Tihawa Ahmad) adik dan kakak ipar yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moril maupun materil serta do'a yang tidak putus-putusnya diberikan untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini. 6. Kepada isteri tercinta Syarbaini,SPd. dan ananda Edy.Maulana, Irfan Maulidin dan Mirza Alfisyahril atas doa dan kasih sayang serta pengorbanan yang mereka curahkan dengan ikhlas. 7. Teman-teman S2 MMKP 2005 (Pak Slamet Riayadi, Pak Sukari, Pak Nasrum dan Bu Erna) yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Bogor, 8 Mei 2007 Penulis

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ulim, Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tanggal 5 Juni 1962, sebagai anak ke tiga dari 4 bersaudara keluarga Akhmad dan Maryam. Pendidikan Sekolah Menengah Atas, diselesaikan pada tahun 1981 di SNakMa Negeri Saree Aceh. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di APP Bogor Jurusan Peternakan, dan pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan penjenjangan S1 pada Jurusan Produksi Ternak Universitas Abulyatama Banda Aceh dan lulus pada tahun Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Syarbaini, SPd, saat ini dikaruniai tiga orang putra; Edi Maulsana, Irfan Maulidin, dan Mirza Alfisyahril. Pada tahun 1981 sampai sekarang penulis menjadi penyuluh pertanian pada Kantor Informasi dan Penyuluh Pertanian (KIPP) Kabupaten Pidie Pada tahun 2005 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Manajemen Ketahanan Pangan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan biaya sendiri/ Bantuan Pemda Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Ketahanan Pangan dan Gizi... 5 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Gizi... 5 Indikator Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Gizi... 6 Pengukuran Ketahanan Pangan dan Gizi Rumah Tangga... 8 Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Pendidikan Ibu Sanitasi Lingkungan Pendapatan Keluarga KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Hipotesis METODE PENELITIAN Disain, Waktu dan Tempat Tehnik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data Pengolahan dan Analisis Data Goal Programming Untuk Rekomendasi Konsumsi Pangan Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian... 31

13 Gambaran Umum Contoh Karakteristik Conth Karakteristik Keluarga Contoh Frekuensi Makan Aset Keluarga yang Rusak/Hilang akibat Tsunami Kesehatan Lingkungan Sanitasi Lingkungan Pelayanan Kesehatan Ketahanan Pangan dan Gizi Akses Pangan dan Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga Persepsi Keluarga Tentang Ketahanan Pangan Konsumsi Pangan Keluarga Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi Status Gizi Anak Balita Hubungan Antar Variabel Hubungan Pendapatan dengan Ketahanan Pangan Keluarga Hubungan Status Gizi Contoh dengan Ketahanan Pangan Keluarga Penyusunan Rekomendasi Konsumsi Keluarga Rekomendasi Konsumsi Pangan untuk Keluarga Tidak Miskin Rekomendasi Konsumsi Pangan untuk Keluarga Miskin KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kriteria status gizi menurut BB/U, TB/U, dan BB/TB sesuai standar Baku NCHS/WHO Kriteria status gizi berdasarkan perhitungan nilai z skor BB/U, TB/U, dan BB/TB Rujukan WHO-NCHS Jumlah populasi dan contoh Jenis dan cara pengambilan data Pengkategorian beberapa variabel penelitian Sebaran keluarga berdasarkan jenis kelamin contoh Sebaran keluarga berdasarkan umur contoh Sebaran keluarga berdasarkan karakteristik kepala keluarga dan isteri Sebaran keluarga berdasarkan tingkat pendidikan KK dan isteri Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga Sebaran keluarga menurut frekuensi mengkonsumsi pangan Sebaran keluarga responden berdasarkan aset yang rusak/hilang akibat tsunami Sebaran keluarga menurut keadaan ruangan rumah Sebaran keluarga berdasarkan keadaan lantai dan dapur rumah Sebaran keluarga menurut keadaan lingkungan rumah Sebaran keluarga berdasarkan tempat buang hajat, tempat mandi dan tempat cuci Sebaran keluarga berdasarkan sosial ekonomi keluarga Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan dan pengeluaran pangan keluarga Sebaran keluarga menurut klasifikasi ketahanan pangan Sebaran keluarga menurut keadaan ketahanan pangan rumah tangga Sebaran keluarga menurut keadaan ketahanan pangan rumah tangga Cara keluarga mengatasi kekurangan pangan Rata-rata dan simpangan baku konsumsi energi dan zat gizi keluarga Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein...44 iii

15 25. Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat ketahanan pangan dari segi konsumsi energi Sebaran keluarga menurut status gizi dengan indeks BB/U Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga Sebaran keluarga berdasarkan status gizi contoh dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga...47 iv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pengembangan kerangka pemikiran ketahanan pangan (Chung, 1997) Kerangka pemikiran ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi keluarga korban gempa dan tsunami di Kabupaten Pidie v

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi (Soetrisno, 1998). Hal ini lebih diperjelas dalam amanat Undang-undang No 7 tahun 1996, bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan demikian ketahanan pangan merupakan suatu yang sangat penting demi terjaminnya kelangsungan hidup manusia. Ketahanan pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya (Braun et al.1992). Tingkat keamanan suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap tingkat penyediaan dan distribusi pangan hingga tingkat rumah tangga. Tragedi musibah gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) telah mengakibatkan lebih dari 100 ribu nyawa manusia meninggal serta ratusan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal, harta benda dan pekerjaan. Dampak dari bencana alam tersebut adalah meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran, anak putus sekolah, menurunnya tingkat pendidikan, kesehatan, kesejahteraan hidup dan sebagainya. Jumlah penduduk yang mengungsi akibat terjadinya musibah gempa dan tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara keseluruhan berjumlah orang. Menurut Tim Monitoring Gempa dan Tsunami Aceh Nias (2005), wilayah Aceh Besar dan Kotamadya Banda Aceh merupakan yang terparah yaitu mencapai orang ( 41%), diikuti dengan Kabupaten Aceh Jaya yaitu orang (20%), Aceh Barat mencapai orang (19%)dan Kabupaten Pidie mencapai orang (17%) dan mereka tinggal di barak-barak pengungsian, dimana kondisinya banyak yang mengalami kekurangan pangan dan gizi. Di samping itu pula banyak penduduk yang

18 kehilangan pekerjaan serta sumber pendapatan yang secara tidak langsung berdampak pada menurunya akses ekonomi rumah tangga. Musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami di Aceh memperburuk kondisi ekonomi sehingga harga-harga kebutuhan pokok meningkat tajam dan banyak keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Hal tersebut berdampak pada pemenuhan gizi keluarga. Sehingga pada dua tahun terakhir ini kembali muncul masalah gizi kurang. First Informal Consultation on Growth of Children menyepakati bahwa pertumbuhan anak merupakan indikator kunci dalam status gizi anak, sehingga dapat menggambarkan bagaimana suatu masyarakat akan melaksanakan pembangunan (UNICEF 1998). Jika status gizi anak menjadi indikator penting, maka perhatian harus lebih diarahkan pada bagaimana agar anak tetap berada pada garis pertumbuhan yang optimal sehingga sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai. Sumber daya manusia yang berkualitas sebagai salah satu modal dasar pembangunan karena dimensinya yang begitu kompleks dan salah satu yang paling mendasar adalah faktor gizi masyarakat yang tercermin oleh keadaan gizi individu (Syarif, 1997). Selain itu kualitas SDM dapat ditentukan oleh pembinaan kesehatan dan konsumsi pangan. Pembinaan pertama dan utama terhadap anak terjadi di dalam keluarga, seorang ibu mempunyai peran dan andil yang sangat besar dalam pembinaan anak. Untuk mempersiapkan anak tersebut menjadi manusia yang berguna maka harus dimulai sejak usia dini. Pertumbuhan otak seorang anak sangat ditentukan pada masa awal (balita). Apabila anak pada usia tersebut mengalami kurang gizi maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak yang mempengaruhi kualitas dan tingkat kecerdasannya. Dari uraian tersebut perlu kiranya dilakukan penelitian terhadap keluarga korban gempa dan tsunami yaitu berkaitan dengan ketahanan pangan dan gizi. Hal ini karena belum adanya penelitian yang dilakukan di daerah Aceh khususnya Kabupaten Pidie setelah terkena bencana gempa dan tsunami. Masalah ini sangat penting bagi pemerintah daerah sebagai bahan dalam menyusun rancangan pembangunan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di masa yang akan datang. 2

19 Tujuan penelitian Tujuan Umum Menganalisis ketahanan pangan dan gizi rumah tangga korban gempa dan tsunami di Kabupaten Pidie. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga 2. Menganalisis tingkat ketahanan pangan dan gizi keluarga 3. Menganalisis hubungan pendapatan dan status gizi terhadap ketahanan pangan keluarga. 4. Menyusun rekomendasi untuk pemenuhan konsumsi gizi keluarga yang optimal bagi rumah tangga dengan memperhatikan kandungan zat gizi masing-masing pangan yang kemudian dibagi dengan Angka Kebutuhan Energi/Protein (AKE/P) keluarga. 3

20 Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Pidie, sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan ketahanan pangan dan gizi. Selain itu, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi penelitian berikutnya yang lebih mengkaji tentang pengelolaan ketidaktahanan pangan keluarga yang akut maupun kronis. 4

21 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan dan Gizi Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Gizi Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefenisikan bahwa: Ketahanan pangan rumah tangga (Household food security) adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Dalam sidang Committee on World Food Security 1995 definisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan Harus diterima oleh budaya setempat (acceptable with given culture). Hal lain dinyatakan Hasan (1995) bahwa ketahanan pangan sampai pada tingkat rumah tangga antara lain tercermin oleh tersedianya pangan yang cukup dan merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh masyarakat baik fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang beraneka ragam, yang memenuhi syarat-syarat gizi yang diterima budaya setempat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dinyatakan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Sehubungan dengan itu untuk mewujudkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga diperlukan kelembagaan pangan karena ketahanan pangan mempunyai cakupan luas dan bersifat multisektoral meliputi aspek peraturan perundangan, organisasi sebagai pelaksana peraturan perundangan dan ketatalaksanaan (Soetrisno, 1996). Secara nasional di Departemen Pertanian terdapat Badan Urusan Ketahanan Pangan sebagai organisasi pelaksana ketahanan pangan. Hal lain yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, pengusaha, lembaga swadaya masyarakat dan penduduk setempat. Kerjasama tersebut dimaksudkan sebagai penguatan sistem pangan lokal sehingga tercapai ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga dapat dicapai melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan jaminan ekonomi dan pekerjaan, bantuan pangan melalui jaringan

22 pengaman sosial, peningkatan produksi dan pemasaran pangan, pendidikan dan penyuluhan, penelitian, monitoring dan evaluasi untuk membantu masyarakat menilai dan memperkuat ketahanan pangannya. Secara teoritis, dikenal dua bentuk ketidaktahanan pangan (food insecurity) tingkat rumah tangga yaitu pertama, ketidaktahanan pangan kronis yaitu terjadi dan berlangsung secara terus menerus yang biasa disebabkan oleh rendahnya daya beli dan rendahnya kualitas sumberdaya dan sering terjadi di daerah terisolir dan gersang. Ketidaktahanan pangan jenis kedua, ketidaktahanan pangan akut (transitori) terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh antara lain: bencana alam, kegagalan produksi dan kenaikan harga yang mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan yang memadai (Atmojo, 1995). Menurut Sutrisno (1996) kebijakan peningkatan ketahanan pangan memberikan perhatian secara khusus kepada mereka yang memiliki resiko tidak mempunyai akses untuk memperoleh pangan yang cukup. Indikator Ketahanan Pangan Rumah Tangga dan Gizi Dengan semakin disadari pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan, maka upaya-upaya terus aktif dilakukan untuk mengembangkan berbagai metoda pengukuran dan peramalan agar sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang sebenarnya sedang atau akan terjadi. Maxwell dan Frankenberger (1992) menyatakan bahwa pencapaian ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu indikator proses dan indikator dampak. Indikator proses menggambarkan situasi pangan yang ditujukan oleh ketersediaan dan akses pangan. Ketersediaan pangan berkaitan dengan produksi pertanian, iklim, akses terhadap sumberdaya alam, praktek pengelolaan lahan, pengembangan institusi, pasar, konflik regional dari kerusuhan sosial. Sedang akses pangan meliputi strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan. Indikator dampak digunakan sebagai cerminan konsumsi pangan yang meliputi dua kategori yaitu secara langsung yakni konsumsi dan frekuensi pangan 6

23 dan secara tak langsung meliputi penyimpanan pangan dan status gizi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Khomsan (1999) bahwa indikator ketahanan pangan di Jawa di ukur dari indikator tingkat konsumsi energi atau protein yang ditentukan oleh konsumsi beras, tahu dan tempe. Dari uraian diatas menggambarkan bahwa ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi yaitu meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Oleh karena itu Chung (1997) merangkum berbagai indikator ketahanan pangan rumah tangga dalam sebuah kerangka konseptual seperti berikut ini: Sumber daya : Fisik, Manusia, dan Sosial Ketersediaan Pangan Produksi pangan Akses pangan Pendapatan : Pertanian Non pertanian Konsumsi pangan Pemanfaatan pangan Out put Status Gizi: Anak dan Dewasa Gambar 1 Pengembangan Kerangka Pemikiran Ketahanan Pangan (Chung 1997) 7

24 Pengukuran Ketahanan Pangan dan Gizi Rumah Tangga Salah satu pengkasifikasian ketahanan pangan rumah tangga kedalam food secure (tahan Pangan) dan food insecure (rawan ketahanan pangan) dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran dari indikator out put yaitu konsumsi pangan (intik energi) atau status gizi individu (khususnya wanita hamil, ibu menyusui dan balita). Rumah tangga dikategorikan rawan ketahanan pangan jika tingkat konsumsi energi lebih rendah dari cut off point atau TKE < 70 % (Zeitlin & Brown, 1990). Di Indonesia Sumarwan dan Sukandar (1998) juga telah menetapkan pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dari tingkat konsumsi energi dan protein. Suatu rumah tangga dikatakan tahan pangan jika jumlah konsumsi energi dari proteinnya lebih besar dari kecukupan energi dan protein yang dibutuhkan (E & P > 100 %). Jika konsumsi energi atau proteinnya lebih kecil dari kecukupan, maka rumah tangga tersebut dikatakan rawan ketahanan pangan (E & P < 100 %). Menurut Hasan (1995) ketahanan pangan tingkat rumah tangga dapat diketahui melalui pengumpulan data konsumsi dan ketersediaan pangan dengan cara survei pangan secara langsung dan hasilnya dibandingkan dengan angka kecukupan yang telah ditetapkan. Selain pengukuran konsumsi dan ketersediaan pangan melalui survei tersebut dapat pula digunakan data mengenai sosial ekonomi dan demografi untuk mengetahui resiko ketahanan pangan seperti pendapatan, pendidikan, struktur keluarga, harga pangan, pengeluaran pangan dan sebagainya. Data tersebut dapat digunakan sebagai indikator risiko terhadap ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga (Sukandar dkk, 2001). Konsep pengukuran ketahanan pangan lain yang dikembangkan Hardinsyah (1996) adalah berdasarkan mutu konsumsi dengan menggunakan skor diversifikasi Pangan. Pada dasarnya konsep pengukuran ketahanan pangan yang dikembangkan Hardinsyah relatif sederhana dan mudah. Selain sudah memperhitungkan jumlah pangan yang dikonsumsi (aspek kuantitas) dan dikelompokkan pada lima kelompok pangan Empat Sehat Lima Sempurna (makanan pokok, lauk pauk, sayur buah dan susu) dan dihitung kuantitasnya menggunakan unit konsumen (UK) agar perbedaan komposisi umur dan jenis kelamin anggota rumah tangga dapat dipertimbangkan. 8

25 Menurut Soetrisno (1995) dua komponen penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan dan akses terhadap pangan. Maka tingkat ketahanan pangan suatu negara/wilayah dapat bersumber dari kemampuan produksi, kemampuan ekonomi untuk menyediakan pangan dan kondisi yang membedakan tingkat kesulitan dan hambatan untuk akses pangan. Hal yang sama dinyatakan Sawit dan Ariani (1997) bahwa penentu ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan risiko yang terkait dengan akses serta ketersediaan pangan tersebut. Menurut Aziz (1990) ketahanan pangan rumahtangga dapat dicapai dengan pendapatan (daya beli) dan produksi pangan yang cukup. Sementara menurut Hasan (1995) risiko ketidaktahanan pangan tingkat rumah tangga timbul karena faktor rendahnya pendapatan atau rendahnya produksi dan ketersediaan pangan maupun faktor geografis. Sedangkan menurut Susanto (1996) kondisi ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi tidak hanya oleh ketersediaan pangan (pada tingkat makro dan tingkat di dalam pasar) dan kemampuan daya beli, tetapi juga oleh beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan aspek sosio-budaya. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga tersebut diatas, dapat dirinci menjadi 3 faktor yaitu faktor ketersediaan pangan, daya beli dan pengetahuan pangan dan gizi. Ketersediaan pangan. Menurut Suhardjo (1989) bila kebutuhan akan pangan dipenuhi dari produksi sendiri, maka penghasilan dalam bentuk uang tidak begitu menentukan. Kapasitas penyediaan bahan pangan dapat dipertinggi dengan meningkatkan produksi pangan sendiri. Menurut Djogo (1994) daerah yang memiliki perbedaan kondisi agroekologi, akan memiliki potensi produksi pangan yang berbeda. Namun sebaliknya jika kebutuhan pangan banyak tergantung pada apa yang dibelinya, maka penghasilan (daya beli) harus sanggup membeli bahan makanan yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya (Suhardjo, 1989). Sedangkan Soemarwoto (1994) menyatakan keluarga yang lebih suka menjual bahan pangan yang dimilikinya disebabkan oleh pertimbangan ekonomi. Daya beli. Kemampuan membeli atau daya beli merupakan indikator dari tingkat sosial ekonomi seseorang atau keluarga. Pembelian merupakan fungsi dari faktor kemampuan dan kemauan membeli yang saling menjalin (Hardjana, 1994). 9

26 Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII (LIPI, 1998) kurangnya ketersediaan pangan keluarga mempunyai hubungan dengan pendapatan keluarga, ukuran keluarga dan potensi desa. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan (Sajogyo, 1996). Keluarga dan masyarakat yang berpenghasilan rendah, mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan dan tentu jumlah uang yang dibelanjakan juga rendah (Suhardjo, 1989). Hal yang sama dinyatakan Soemarwoto (1994) bahwa faktor ekonomi menyebabkan manusia untuk mendapatkan makanan ditentukan oleh harga makanan. Pengetahuan pangan dan gizi. Secara umum perilaku konsumsi makanan seseorang atau keluarga sangat erat dengan wawasan atau cara pandang yang dimiliki terhadap (sistem) nilai tindakan yang dilakukan. Jika ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu yang berkaitan dengan pelayanan gizi/kesehatan/kb, ciri-ciri sosial yang dimiliki (umur, jenis/golongan etnik, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya), dan informasi pangan, gizi dan kesehatan yang pernah diterimanya dari berbagai sumber (Susanto, 1994). Kebudayaan memberikan nilai sosial pada makanan karena ada makanan yang dianggap mempunyai nilai sosial tinggi dan ada pula nilai sosial yang rendah (Soemarwoto, 1994). Status Gizi Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan ( absorbsi ), dan penggunaan ( utilization ) zat gizi ( Riyadi, 1995 ). Status gizi seorang atau sekelompok orang dapat menunjukkan apakah seseorang atau sekelompok orang gizinya baik. Masalah gizi khususnya pada balita memerlukan perhatian yang serius karena kecukupan gizinya akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Keadaan gizi balita selain menggambarkan kondisi balita itu sendiri, juga menggambarkan keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu penilaiannya didekati dengan menilai status gizi golongan anak balita, yaitu menghitung persentase 10

27 jumlah anak pada status gizi tertentu (misalnya jumlah gizi kurang dan buruk) terhadap jumlah seluruh anak yang diukur (Suhardjo & Riyadi, 1990). Bayi sampai usia lima tahun atau lazimdisebut balita merupakan salah satu kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi makro terutama Kurang Energi Protein (KEP). Menurut Soekirman (1999), KEP pada anak balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pertama, KEP anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah dan masyarakat, bahkan oleh keluarga. Artinya, andaikata di suatu desa terdapat sejumlah anak yang menderita gizi kurang karena KEP, tidak segera mendapat perhatian karena tidak tampak sakit. Kedua, terjadinya gizi kurang pada balita tidak selalu didahului oleh bencana kurang pangan dan kelaparan seperti halnya pada gizi buruk orang dewasa. Artinya dalam keadaan pangan di pasar berlimpah, masih mungkin terjadi gizi buruk pada balita. Oleh karena itu KEP balita sering juga disebut tersembunyi atau hidden hunger. Ketiga, oleh karena faktor penyebab timbulnya gizi kurang anak balita lebih komplek, maka penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak secara terintegrasi. Penilaian status gizi bisa dilakukan secara lansung, yaitu dengan penilaian antropometri (ukuran tubuh). Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran demensi tubuh dankomposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi D.N.I. Supriana et al (2002). Defenisi antropometrik menurut Jellife (1966) dalam Gibson (1990) adalah pengukuran variasi dimensi fisik dan komposisi kasar dari tubuh manusia pada level umur dan tingkatan-tingkatan gizi yang berbeda. Beberapa macam indikator yang dapat dipergunakan antara lain berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA) disesuaikan dengan usia (U), dan sebagainya. Dari berbagai pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan yang sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, pengukuran berat badan (BB) dan kadang-kadang tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal. 11

28 Pada tahun 1974, US National Academy of Science mengembangkan suatu standar antropometri yang baru untuk populasi di Amirika Serikat. Hasil survei beberapa tahun dinyatakan dalam tabel dan grafik dari kombinasi standar populasi, yang berasal dari tingkat ekonomi dan suku yang berbeda di Amirika Serikat. Tabel untuk anak umur 0 3 tahun, dikompilasi dari survei Fels Research Institute. Tabel untuk anak umur 3-18 tahun digunakan data yang dikumpulkan oleh Health Examination Survey dari National Center for Health Statistics. Tabel dan kurve dalam persentil tersedia untuk BB, TB, lingkar lengan Atas (LLA), lapisan lemak bawah kulit (LLBK), dan lingkar kepala. Terdapat dua cara penilaian yang dapat digunakan dengan standar NCHS/WHO, yaitu cara persen terhadap median dan z skor. Keuntungan menggunakan z skor adalah hasil hitung telah dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri. Penentuan prevalensi dengan cara z skor lebih akurat dibandingkan cara persen terhadap median yang memberi hasil sangat bervariasi, baik menurut umur maupun masing-masing indeks. Oleh karena pertimbangan keunggulan kompetitif pengukuran z skor, maka dalam penelitian ini, untuk mengukur status gizi balita digunakan skor simpangan baku (z skor). Hasil interprestasi persen terhadap median dan z skor disajikan sebagai berikut. : Tabel 1. Kriteria status gizi menurut BB/U, TB/U, dan BB/TB sesuai standar Baku NCHS/WHO Katagori status gizi BB/U TB/U BB/TB Baik > 80% > 95% > 90% Sedang 70 80% 90 95% 80 90% Kurang 60 70% 85 90% 70 80% Buruk < 60% < 85% < 70% Sumber : Riyadi (1995) 12

29 Tabel 2. Kriteria Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Nilai z skor BB/U, TB/U, dan BB/TB Rujukan WHO-NCHS Indeks Nilai z skor Status gizi BB/U TB/U z skor < -2 Gizi kurang -2 z skor 2 Normal z skor > 2 z skor < -2 Gizi lebih Gizi kurang (Stunting) -2 z skor 2 Normal z skor > 2 Gizi lebih BB/TB z skor < -2 Gizi kurang (Wasting) -2 z skor 2 Normal z skor > 2 Gizi lebih Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Seperti juga yang dikemukakan Berg (1986) bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar, empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga beranggota banyak, lima kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggota sedikit. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper (1988), mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa 13

30 keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang. Pendidikan Ibu Ibu merupakan pendidik pertama dalam keluarga, untuk itu ibu perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan ibu di samping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan untuk rumah tangga. Sanjur (1982) menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga berhubungan positif dengan perbaikan dalam pola konsumsi pangan keluarga dan pola pemberian makanan pada bayi dan anak. Tingkat pendidikan akan mempengaruhikonsumsi melalui pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah (Moehdji, 1986). Tetapi hasil penelitian lain menyatakan bahwa tingkat pendidikan umum yang lebih tinggi tanpa disertai dengan pengetahuan di bidang gizi terutama ibu, ternyata tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan untuk keluarga (Sediaoetama, 1996). Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi permukiman. Kusnoputranto (1983) mendifinisikan sanitasi lingkungan sebagaiusaha-usaha pengendalian dari semua faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan menurut Entjang (1993) sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak, sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan selalu membicarakan tentang bagaimana mengelola berbagai faktor yang 14

31 mempengaruhi kesehatan manusia. Pengelolaan sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi faktor-faktor (1) penyediaan air rumah tangga yang baik, (2) pengaturan pembuangan kotoran manusia, (3) pengaturan pembuangan sampah, (4) pengaturan pembuangan air limbah, (5) pengaturan rumah sehat, (6) pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti lalat dan nyamuk, (7) pengawasan polusi udara dan (8) pengawasan radiasi dari sisa-sisa zat radio aktif. (Entjang, 1993). Sanitasi lingkungan erat kaitannya dengan status gizi seseorang. Syarief (1992) mengatakan status gizi selain ditentukan oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi secara langsung juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan sanitasi termasuk sanitasi lingkungan permukiman. Permukiman yang sanitasi lingkungannya tidak baik, seperti tidak tersedianya air bersih, jamban, tempat pembuangan sampah, tidak tersedia saluran pembuangan air kotor memungkinkan seseorang dapat menderita penyakit infeksi yang menyebabkan seseorang dapat menderita kurang gizi. Penyakit infeksi tersebut antara lain diare dan cacingan. Sediaoetama (1996) menambahkan bahwa penyakit infeksi dari infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit kurang energi-protein. Selain itu Suhardjo dan Riyadi (1990) juga mengatakan adanya hubungan timbal balik antara infeksi bakteri, virus dan parasit dengan gizi kurang. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Sajogjo (1994) menyatakan bahwa pendapatan keluarga meliputi penghasilan ditambah dengan hasil-hasil lain. Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek di sini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. Adanya hubungan antara pendapatan dan status gizi telah banyak dikemukakan para ahli. 15

32 Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan kualitas makanan. Hal ini diperkuat oleh Suhardjo (1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat pula mutunya. Menurut Berg (1986), terdapat hubungan antara pendapatan dan keadaan status gizi. Hal itu karena tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Sejak lama telah disepakati bahwa pendapatan merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap kualitas menu. Pernyataan itu nampak seperti logis, karena memang tidak mungkin orang makan makanan yang tidak sanggup dibelinya. Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi bayi dan balita. Dalam kaitannya dengan status gizi, Sayogyo, Soehardjo, dan Khumaidi (1994) menyatakan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi pangan, tetapi pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin keadaan gizi yang baik. Menurut Berg (1986), pertambahan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan, karena walaupun banyak pengeluaran uang untuk pangan, mungkin akan makan lebih banyak, tetapi belum tentu kualitas pangan yang dibeli lebih baik. Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa antara pendapatan dan gizi, jelas ada hubungan yang menguntungkan. Berlaku hampir universal, peningkatan pendapatan akan berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga dan selanjutnya berhubungan dengan status gizi. Namun peningkatan pendapatan atau daya beli seringkali tidak dapat mengalahkan pengaruh kebiasaan makan terhadap perbaikan gizi yang efektif. 16

33 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan setiap rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan bagi anggota keluarganya. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi. Konsumsi pangan keluarga banyak dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Pada umumnya kebiasaan makan suatu keluarga yang satu akan berbeda dengan kebiasaan makan keluarga yang lain. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah pengetahuan gizi khususnya ibu rumah tangga, frekuensi makan, pendapatan dan harga pangan, dapat mempengaruhi pada pemilihan jenis dan jumlah yang harus dikonsumsi oleh anggota keluarganya. Semakin tingginya pengetahuan gizi ibu rumah tangga, akan semakin baik pula pengaturan konsumsi dalam keluarga, dan akan lebih tahu tentang manfaat makanan yang dikonsumsinya. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin baik pula pengaturan frekuensi makan sehingga turut pula menentukan jumlah konsumsi pangan. Selanjutnya pendapatan terkait erat dengan jumlah dan jenis bahan pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Selain itu konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh harga pangan, semakin tinggi harga pangan akan semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan keluarga. Selain itu dipengaruhi juga oleh beberapa hal diantaranya produksi pangan dan ketersediaan pangan. Selanjutnya konsumsi pangan akan menentukan status gizi keluarga. Semakin baik konsumsi pangan,akan sebaik pula status gizi keluarga. Selain faktor tersebut diatas status status gizi keluarga dipengaruhi juga oleh tingkat pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan.

34 Pengetahuan Gizi Produksi Pangan Pendapatan Harga Pangan Frekuensi Makan Ketersediaan Pangan Konsumsi Pangan Sanitasi Lingkungan Status Gizi Pelayanan Kesehatan Keterangan : Tidak diteliti Diteliti Gambar 2 Kerangka pemikiran ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi keluarga korban gempa dan tsunami di Kabupaten Pidie. 18

35 Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan ketahanan pangan rumah tangga. 2. Terdapat hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi anak 19

36 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di Kecamatan Kota Sigli, Simpang Tiga, Kembang Tanjong, Pantee Raja dan Trenggadeng. Kelima kecamatan tersebut terkena musibah gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2006 sampai Januari Tehnik Penarikan Contoh Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposif). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di wilayah yang terkena gempa dan tsunami. Penentuan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak berlapis dengan alokasi proporsional. Populasi dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan pencatatan yang terdapat pada BPS. Populasi berjumlah 2158 keluarga dan merupakan binaan dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat selama dua tahun. Dari jumlah populasi diambil contoh secara acakberlapis proposional sebanyak 100 keluarga korban tsunami dengan kriteria adalah setiap keluarga mempunyai anak balita (Tabel 3). Responden adalah ibu rumah tangga. Penentuan jumlah contoh dalam penelitian ini menurut Cochran (1982) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : CV no = δ 2 2 Z α 2 2 Keterangan : n = ukuran contoh z = nilai z tabel cv = koefesien keragaman tingkat kecukupan konsumsi energi. δ = akurasi

37 Dalam penelitian ini digunakan nilai = 0.05 p (tingkat kecukupan konsumsi energi) dan akurasi δ = 0.1,maka jumlah contoh minimal yang dibutuhkan sebesar : no = = cv 2 δ 2 z α / 2 2 (0,25) 2 (1,96) 2 0, = n n = = = no no 1 1+ N Dengan demikian, jumlah contoh yang diambil adalah 100 keluarga. Adapun umlah contoh yang diambil ditentukan dengan rumus berikut : N i n i = x 100 N Keterangan : n i = Ukuran contoh N i = Ukuran populasi pada tiap kelompok contoh N = Ukuran populasi keseluruhan n = 100 Tabel 3. Jumlah populasi dan contoh Puskesmas Populasi Keluarga Sampel Ke.Kota Sigli Kec. Sp.Tiga Kec.Kb.Tanjung Kec.Pantee Raja Kec.Trenggadeng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Pidie,

38 Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer meliputi: (1) karakteristik keluarga yang meliputi umur isteri dan kepala keluarga, aset keluarga yang hilang/rusak akibat musibah tsunami (2) karakteristik sosial dan kesehatan lingkungan yang mencakup besar keluarga, pendidikan isteri dan kepala keluarga, frekuensi makan, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan (3) ketahanan pangan dan gizi yang mencakup akses pangan keluarga yaitu pendapatan, pengeluaran, harga dan konsumsi pangan keluarga serta status gizi anak balita. Data mengenai keadaan sosial dan kesehatan lingkungan serta akses pangan keluarga, dikumpulkan melalui wawancara dengan responden. Data status gizi anak balita yang di ukur dengan BB/U dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner dan penimbangan. Berat badan anak balita diukur dengan timbangan injak merk Camry dengan ketelitian 0,1 kg sedangkan pengukuran tinggi badan dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Data konsumsi pangan rumah tangga dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner dengan metode recall 1x24 jam. Kuesioner terdapat pada Lampiran 1. Data sekunder meliputi profil di Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan data keluarga yang memiliki anak balita. Data tersebut diperoleh dari Kantor Kecamatan, Puskesmas setempat. Jenis dan cara pengumpulan data data dapat dilihat secara rinci pada (Tabel 4). 22

39 Tabel 4 Jenis dan cara pengambilan data No Jenis Data Cara Pengumpulan Keterangan 1. Karakteristik sosial dan kesehatan lingkungan yang mencakup besar keluarga, pendidikan orang tua, frekuensi makan, sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan 2. Ketahanan pangan dan gizi a)akses pangan keluarga (pendapatan, pengeluaran, harga pangan ). b)konsumsi pangan keluarga. Wawancara menggunakan kuesioner a) Wawancara menggunakan kuesioner b) Metode Recall 1X 24 jam 1 kali 1 kali c) Status gizi anak balita. c) Melalui pengukuran berat badan dan umur BB/U 3. Persepsi ketahanan pangan Wawancara menggunakan 4. Data penyususun model rekomendasi konsumsi pangan keluarga (untuk 2 keluarga, miskin dan tidak miskin) a)pendapatan keluarga, harga pangan dan kebiasaan makan. kuesioner a) Wawancara menggunakan kuesioner 1 kali 1 kali b)konsumsi pangan keluarga b) Metode Recall 1X 24 jam Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel, SPSS 11.0 for windows dan program SAS. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry dan analisis. Pengkategorian beberapa variabel dapat dilihat pada Tabel 5. 23

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI KABUPATEN PIDIE A. RAKHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 KETAHANAN PANGAN DAN GIZI BAGI KELUARGA KORBAN GEMPA

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan 4 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Menurut UU RI No 7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan

TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga Ketahanan Pangan Rumah Tangga sebagaimana hasil rumusan International Congres of Nutrition (ICN) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefenisikan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Keluarga 2.1.1 Pendidikan Orang Tua Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA

POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA POLA ASUH MAKAN PADA RUMAH TANGGA YANG TAHAN DAN TIDAK TAHAN PANGAN SERTA KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Feeding Practices in Food-secure and Food-insecure Households

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga 20 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga Konsep ketahanan pangan menurut World Food Conference on Human Rights 1993 dan World Food Summit 1996 memiliki arti setiap orang pada setiap saat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Yang dimaksud dengan status gizi yaitu : Keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makan. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density. ABSTRACT SURYONO. The Effects of High Calcium Milk Consumption on Blood Calcium Concentration and Bone Density of Adolescents Boys. Under supervision of ALI KHOMSAN, DRAJAT MARTIANTO, BUDI SETIAWAN, and

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH

GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH GAMBARAN TINGKAT KETERSEDIAAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI DESA LAMBARO SKEP KECAMATAN KUTA ALAM KOTA BANDA ACEH Siti Maryam 1, Fadli A. Gani 2 1 Dosen Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK ANANG SUHARDIANTO

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK ANANG SUHARDIANTO KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK ANANG SUHARDIANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PADA BALITA DI PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TESIS Oleh MARIA POSMA HAYATI 097032136/IKM

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011

GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: BENNY NASUTION NIM. 061000036 FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERANAN AYAH TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF YULIA NOVIKA JUHERMAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERANAN AYAH TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF YULIA NOVIKA JUHERMAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERANAN AYAH TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF YULIA NOVIKA JUHERMAN PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 84-89 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 84-89 PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA (Preventing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J ARTIKEL ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Disusun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Rumah Tangga

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Rumah Tangga 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Rumah Tangga Besar Rumah Tangga Menurut BKKBN (1998), besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Ni Ketut Sutiari*, Tangking Widarsa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Gd PS IKM, Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN WANITA MENOPAUSE DALAM MENGHADAPI KELUHAN MENOPAUSE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PROVINSI ACEH TESIS Oleh : CUT YUNIWATI 097032146/IKM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh MALINDA APTIKA RACHMAH PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian itu adalah Explanatory Research, yaitu untuk menjelaskan hubungan antara variabel pendidikan ibu, pendapatan perkapita dengan status gizi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh : NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Lebih terperinci