BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Terpadu Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan-Sumatera Utara dengan sampel yang diperoleh dari air limbah sintetik, larutan ion NO 3 dan NO 2 disediakan dengan melarutkan jumlah garam NaNO 3 dan NaNO 2 masing-masing ±100 mg pada air suling dengan volume ml. 3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai bulan Desember - Januari 2016 yang dilanjutkan dengan pengolahan dan penyusunan data serta penyusunan laporan. 3.3 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian yang bersifat eksperimental yang dilaksanakan dalam skala laboratorium dengan metode penelitian secara kuantitatif. 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Variabel bebas (independent variable) meliputi : Pengolahan limbah cair untuk proses pertukaran ion dengan variasi dosis resin anion: 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 gram dan variasi waktu kontak 10, 20, 40, 80, 160 dan 320 menit 2. Variabel Terikat (dependent variable) meliputi : Kandungan nitrat dan nitrit yang berasal dari limbah cair sintetik. 3.5 Kerangka Penelitian Adapun kerangka penelitian untuk tugas akhir ini dapat dilihat dalam bentuk diagram alir penelitian pada Gambar 3.1.

2 Mulai Perumusan Masalah Studi Penentuan Metode Penelitian Pengumpulan Data Data Primer Desain Peralatan 1. Persiapan alat dan bahan 2. Desain dimensi reaktor Pengumpulan Alat dan Bahan Metode Impregnasi Pembuatan Sampel Air Limbah Pengujian Perbandingan Resin Anion yaitu unmodified resin dan modified resin Pengujian SEM Pengujian EDS Perancangan Kolom Reaktor Batch Proses Penelitian Pengujian Sampel Efluen (Nitrat dan Nitrit) Perlakuan Variasi Dosis Resin Perlakuan Variasi Waktu Kontak Pengolahan dan Analisa Data serta Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III-2

3 3.6 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi : a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil analisa penelitian di laboratorium ataupun penelitian di lapangan secara langsung mulai dari pengujian awal sampai pengujian akhir b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur pustaka. 3.7 Alat dan Bahan Alat 1. Labu erlenmeyer 1000 ml 2. Stirrer elektromagnetik 3. ph meter 4. Jerigen 5 L 5. Corong 6. Oven 7. Neraca analitik digital 8. Seperangkat alat gelas 9. Desikator 10. Scanning electron microscope 11. Energy dispersion spectrometry 12. Spektrofotometer UV-Vis Bahan 1. Resin anion Purolite A400 sebanyak ± 1 kg. 2. Tembaga-modifikasi resin anion Purolite A400 sebanyak ± 1 kg. 3. Air limbah sintetik dari larutan garam NaNO 3 dan NaNO Akuades 5. Larutan CuCl 2.2H 2 O 6. Larutan NaOH 7. Bahan kimia yang digunakan untuk pengujian parameter nitrat dan nitrit diperoleh di laboratorium. III-3

4 3.8 Langkah Penelitian Tahap Persiapan Tahapan awal persiapan dari penelitian ini adalah pembuatan sampel dari air limbah sintetik dengan larutan garam NaNO 3 dan NaNO 2 untuk menghasilkan ion NO 3 dan NO 2. Untuk pengujian awal, pengambilan sampel air limbah yang telah dilakukan dimasukkan kedalam jerigen melalui corong. Berikutnya jerigen diisi penuh dan dibawa untuk dilakukan penelitian Reaktor Penelitian Desain Reaktor Dalam penelitian ini akan digunakan reaktor yang terdiri dari sebagai berikut : Reaktor Batch Sebagai tempat penampungan limbah yang masuk (influent) kedalam labu erlenmeyer (Gambar 3.2) untuk mengetahui variabel kinetika adsorpsi dan isotherm kesetimbangan. Gambar 3.2. Reaktor batch Proses Penelitian 1.Tahap Persiapan dan Pemeriksaan Tahapan pengoperasian alat dimulai dengan pemeriksaan bahwa semua rangkaian reaktor telah tersusun dengan baik dan benar sebelum memulai proses pengolahan. 2. Impregnasi Resin Purolite A400 - Cu Air limbah sintetik yang telah diambil dimasukkan kedalam jerigen sebanyak ±10 L untuk dilakukan tahapan 1 metode impregnasi, resin Purolite A400 dimodifikasi dengan tembaga (Purolite-Cu) dengan 10 g resin Purolite dimasukkan kedalam 1 L larutan CuCl 2.2H 2 O (Yang III-4

5 dkk., 2015) selama 1 jam dan diaduk dengan kecepatan 120 rpm (Kalaruban dkk, 2015 dalam Sengupta dan Pandit, 2011). Penambahan larutan 1 M NaOH untuk meningkatkan nilai ph menjadi 8,0 dan didiamkan selama 3 jam. Kecepatan pengadukan dikurangi hingga 30 rpm dan suspensi didiamkan selama 24 jam. Kemudian resin disaring dan dicuci dengan air deionisasi, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 45 C selama 24 jam (Kalaruban dkk., 2015). Analisa Purolite kering dan Purolite-Cu menggunakan suatu alat yaitu scanning electron microscope (SEM) yang bertujuan untuk mengetahui struktur morfologi dari perbandingan resin tersebut dan energy dispersion spectrometry (EDS) yang berfungsi dalam menentukan komposisi suatu unsur dari perbandingan resin yang digunakan (Kalaruban dkk., 2015; Sowmya dan Meenakshi, 2013). 3. Proses Reaktor Batch Setelah diperoleh resin Purolite-Cu kering berikutnya air limbah dilakukan dengan reaktor batch, perlakuan percobaan ada 2, antara lain : a. Kinetika adsorpsi 10 g resin dimasukkan kedalam labu erlenmeyer yang berisi 100 ml air limbah yang mengandung nitrat (50 mg N/L) tersebut (konsentrasi awal nitrat diuji terlebih dahulu), suspensi yang telah terbentuk diaduk dengan stirrer elektromagnetik pada kecepatan 120 rpm selama 5 jam pada suhu ruangan (24 ± 1 C). Sampel diambil pada interval waktu yang berbeda (10, 20, 40, 80, 160 dan 320 menit) dengan volume sampel efluen ml. Dan konsentrasi nitrat akhir dilakukan pengujian dengan metode spektrofotometer UV-Vis dan menghitung jumlah adsorpsi nitrat pada waktu t. Begitu juga untuk pengujian nitrit berikutnya dengan konsentrasi 20 mg N/L. b. Isotherm adsorpsi kesetimbangan 100 ml air limbah yang mengandung nitrat (konsentrasi awal nitrat diuji terlebih dahulu, 50 mg N/L) pada labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan beberapa dosis adsorben dengan interval dosis yang berbeda (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 gram) pada suhu ruangan (24 ± 1 C). Suspensi yang telah terbentuk diaduk dengan stirrer elektromagnetik pada kecepatan 120 rpm selama 24 jam untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi dan volume sampel efluen yang akan dilakukan pengujian ml. Konsentrasi nitrat akhir dilakukan pengujian dengan metode spektrofotometer UV-Vis dan dihitung jumlah adsorpsi nitrat pada pada saat kesetimbangan q e. Begitu juga untuk pengujian nitrit berikutnya dengan konsentrasi 20 mg N/L. III-5

6 3.8.4 Pengujian Sampel Dalam penelitian ini prinsip pengukuran Nitrat dan Nitrit mengacu pada metode Spektrofotometer UV-Vis DR Analisa Data Data hasil percobaan akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan pemodelan persamaan pada reaktor batch yang digunakan yaitu persamaan Orde Semu Pertama, persamaan Orde Semu Kedua dan Model Difusi Permukaan Homogen (untuk kinetika adsorpsi), persamaan Langmuir dan persamaan Freundlich (untuk isotherm adsorpsi kesetimbangan). Data yang diperoleh akan menunjukkan nilai yang paling optimal tentang perubahan konsentrasi nitrat dan nitrit. Untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar Nitrat dan Nitrit pada sampel air limbah, maka dalam penelitian ini dapat dihitung efisiensinya dengan membandingkan influen dan efluen yang dinyatakan dalam persen (%) seperti rumus berikut : Perhitungan efisiensi : C1 - C 2 E x 100% (3.1) C1 dimana : E = Efisiensi C 1 = Konsentrasi Nitrat atau Nitrit sebelum treatment C 2 = Konsentrasi Nitrat atau Nitrit setelah treatment III-6

7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Scanning electron microscope (SEM), Energy Dispersion Spectrometry (EDS) Permukaan Resin Purolite A400 & Purolite A400-Cu Identifikasi keberadaan Cu 2+ pada resin Purolite A 400 dapat dilihat dari morfologi permukaan Purolite A400-Cu yang diperoleh dengan uji Scanning electron microscope (SEM) ditunjukkan pada Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa terdapat perubahan permukaan resin. Pada Gambar 4.1 (a) dan Gambar 4.2 (a), morfologi permukaan resin Purolite A400 murni menunjukkan struktur permukaan resin yang halus. Sedangkan hasil foto SEM pada Gambar 4.1 (b) resin Purolite A400 yang diimpregnasi dengan logam Cu terlihat partikel-partikel yang melekat pada permukaan resin dan Gambar 4.2 (b) menunjukkan permukaan resin yang kasar, ini dapat diartikan sebagai adanya Cu yang telah berikatan pada permukaan adsorben. Sedangkan untuk hasil analisa EDS yang ditunjukkan pada gambar 4.3, diperoleh perbedaan kandungan unsur Cu, yaitu pada resin Purolite A400 yang telah diimpregnasi sebesar 24,20%, hal ini semakin membuktikan bahwa ion Cu 2+ telah berikatan pada permukaan resin. Penambahan logam dapat meningkatkan area permukaan dan volume pori adsorben yang juga meningkatkan kapasitas adsorpsi adorbat (Loganathan.2013). Komponen Klorida (Cl) juga meningkat setelah proses impregnasi dari 7,77% menjadi 9,67%, hal ini membuat resin semakin baik karena komponen Cl merupakan anion pertukaran ion utama (Purolite., 2017). Dari Gambar 4.3 (b) dibawah diperoleh kandungan unsur Cu pada Purolite A 400 yang telah dimpregnasi Cu 2+, membuktikan bahwa ion Cu 2+ telah berikatan dengan resin Purolite A 400. (a) (b) Gambar 4.1. Uji SEM pembesaran 100 µm pada (a)purolite A400 (b)purolite A400-Cu

8 (a) (b) Gambar 4.2. Uji SEM pemebesaran µm pada (c) Purolite A400 (d) Purolite A400-Cu (a) (b) Gambar 4.3 EDS permukaan resin (a) Purolite A 400 dan (b) Purolite A Cu IV - 2

9 4.2 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Adsorpsi Ion Nitrat Dan Nitrit Waktu kontak merupakan salah satu parameter yang penting pada proses adsorpsi karena berkaitan dengan laju reaksi yang dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi terhadap waktu. Penentuan waktu kontak digunakan untuk mendapat waktu pengadukan optimum selama proses batch sehingga diketahui batas maksimal adsorpsi terhadap adsorbat. Pada penelitian ini, variasi waktu kontak yang dilakukan menunjukkan waktu yang dibutuhkan sehingga kesetimbangan adsorpsi tercapai dan mengetahui maksimal resin Purolite A 400 dan Purolite A 400 Cu dalam menyerap ion nitrat dan nitrit. Variasi waktu kontak yang dilakukan antara adsorben dan adsorbat pada variasi 10, 20, 40, 80, 160, dan 320 menit Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Adsorpsi Ion Nitrat Pada uji adsorpsi nitrat dengan konsentrasi awal nitrat 50 mg/l, hasil pengaruh waktu terhadap adsorpsi nitrat pada resin Purolite A 400 murni dan Purolite A400 impregnasi Cu dapat dilihat pada gambar 4.4. Adsorpsi nitrat dengan menggunakan resin murni, pada 10 menit pertama diperoleh efisiensi penyisihan adsorpsi sebesar 28%, kapasitas adsorpsi 1,4 mg/g, dan pada menit ke-20 efisiensi meningkat secara signifikan (efisiensi penyisihan 39%, kapasitas adsorpsi 1,95 mg/g) dan terus mengalami kenaikan mencapai menit ke 160 dengan efisiensi penyisihan 76,2 %, kapasitas adsorpsi 3,81mg/g. Namun setelah menit ke-160 menuju menit ke-360, efisiensi penyisihan nitrat tidak mengalami perubahan sama sekali. Berbeda dengan resin Purolite A400 murni, Purolite A400 impregnasi Cu tidak mengalami perubahan yang terlalu signifikan pada menit ke-10 hingga menit ke-20, yaitu dengan efisiensi penyisihan dari 43,6%, kapasitas adsorpsi 2,18 mg/g menjadi efisiensi penyisihan 46%, kapasitas adsorpsi 2,3 mg/g. Namun, seiring dengan pertambahan waktu kontak pada menit ke-40 hingga menit ke-80 terjadi peningkatan efisiensi adsorpsi (69,2% dan 72,6%) dan kapasitas adsorpsi (3,46 mg/g dan 3,63 mg/g). Setelah menit ke-80 perubahan kenaikan efisiensi penyisihan tidak terlalu signifikan, hanya mencapai 76,2 % dengan kapasitas adsorpsi 3,81 mg/g pada menit ke 160 dan 77,8% dengan kapasitas adsorpsi 3,89 mg/g pada menit ke-360 menit. Hasil analisa diatas, didapatkan bahwa semakin meningkatnya waktu kontak antara adsorben resin dengan ion nitrat, maka efisiensi penyisihan ion nitrat dan kapasitas adsorpsi semakin besar. Peningkatan kapasitas adsorpsi ini terjadi karena jumlah sisi aktif (Said, A., et al. 2014) yang tersedia pada permukaan adsorben masih banyak yang belum terisi atau kondisinya belum jenuh (Ravancic, M., et al. 2015), sehingga memudahkan interaksi antara ion nitrat dengan permukaan adsorban. Semakin lama waktu interaksi adsorben dengan adsorbat memungkinkan terjadinya banyaknya tumbukan yang terjadi (Said, H et all. 2014), maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi (Muna., 2011). Peneliti Mahmoud El Quardi, et all (2015) menyatakan proses adsorpsi terjadi dalam dua fase IV - 3

10 % Efisiensi Penyisihan yaitu fase cepat yang terjadi pada saat adsorpsi permulaan dan fase kedua perlahan adsorpsi ion nitrat melambat seiring dengan pertambahan waktu hingga mencapai kesetimbangan. Didapatkan bahwa waktu kontak optimal pada resin Purolite A400 murni adalah pada menit ke-160 dan menit ke-80 pada resin Purolite impregnasi Cu. Pada waktu tersebut adsorben dianggap telah mengalami kesetimbangan, karena tidak ada perubahan yang signifikan terhadap efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi setelah waktu optimal. Ini terjadi karena, dengan bertambahnya waktu kontak yang lebih lama, maka sisi aktif pada adsorben hampir terisi penuh atau sudah terisi penuh (Hidayati, dkk. 2013) Waktu Kontak (menit) Purolite A400 murni Purolite A400 Impregnasi Cu Gambar 4.4 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Efisiensi Adsorpsi Ion Nitrat dengan Konsentrasi Awal 50 mg/l Pada Gambar 4.4 juga menunjukkan perbandingan efisiensi adsorpsi antara kedua adsorben, didapatkan bahwa efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi ion nitrat pada resin Purolite A400 impregnasi Cu lebih besar dari resin Purolite A400 murni, hal ini membuktikan bahwa dengan adanya impregnasi, efisiensi penyisihan nitrat lebih besar. Kapasitas adsorpsi dapat meningkat dengan impregnasi logam karena adanya peningkatan pertukaran ion positif pada permukaan adsorben, kenaikan muatan positif ini akan meningkatan adsorpsi muatan ion negatif seperti nitrat dengan daya tarik elektrostatik (Kalaruban, M., et al. 2016) Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Adsorpsi Ion Nitrit Hasil pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi nitrit dengan konsentrasi awal 10 mg/l dapat dilihat pada Gambar 4.5. Berdasarkan gambar tersebut resin Purolite A400 murni, pada 10 menit pertama uji diperoleh efisiensi adsorpsi ion nitrit sebesar 54,5% dan kapasitas adsorpsi 0,545 mg/g kemudian pada menit ke-20 mengalami kenaikan efisiensi adsorpsi hingga 58,75%, mg/g untuk kapasitas adsorpsi, begitu juga pada menit ke-40 hingga menit ke-160, yang mencapai efisiensi penyisihan 90,25% dan kapasitas adsorpsi 0,9025. Namun selanjutnya, setelah menit ke-160 yaitu pada menit ke- 320 mengalami penurunan efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi menjadi 88,55% dan 1,145 mg/g. IV - 4

11 % Efisiensi Penyisihan Begitu juga dengan adsorpsi nitrit pada resin purolite A400 impregnasi Cu, didapatkan pada menit ke- 10 efisiensi penyisihan 51,95% dan kapasitas adsorpsi 0,5195 mg/g, pada menit ke-20 53,15% dan 0,5315 mg/g, dan terus mengalami kenaikan hingga menit ke-80 dengan efisiensi penyisihan 90,65 dan kapasitas adsorpsi 0,9065 mg/g. Namun, pada menit ke 160 mengalami penurunan efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi menjadi 89,15% dan 0,8915 mg/g, kemudian mengalami kenaikan lagi, namun kenaikan kecil mencapai 89,65% dan 0,8965 mg/g. Hasil analisa diatas, bahwa pada resin Purolite A400 murni didapatkan waktu optimal untuk proses adsorpsi yaitu pada menit ke-160 dan pada resin Purolite A400 impregnasi Cu menit ke-80 karena setelah waktu optimal tersebut, kedua adsorben mengalami penurunan efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsi, maka diasumsikan telah mencapai kesetimbangan. Penurunan persen efisiensi adsorpsi nitrit ini menunjukkan bahwa resin telah mengalami desorpsi (Irmanto 2009), hal ini terjadi karena pori-pori pada adsorben telah jenuh atau telah tertutup oleh adsorbat (Amin, dkk. 2016) dan ketidakmampuan molekul-molekul adsorbat berikatan dengan sisi aktif adsorben (Anjani, dkk., 2014) sehingga adsorben tidak mampu lagi menyerap adsorbat. Dan jika pengadukan diperpanjang, maka adsorben yang telah menyerap ion nitrit akan melepas kembali dalam larutan dimana adsorben memiliki daya serap maksimum dalam menyerap ion nitrit. Analisa diatas juga menunjukkan bahwa kedua adsorben yaitu resin Purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi Cu, memiliki perbandingan waktu kontak optimum sangat besar yaitu 80 menit untuk resin yang telah diimpregnasi dan 160 menit utuk resin murni. Resin yang telah diimpregnasi lebih cepat mengalami kesetimbangan. Namun jika ditinjau dari efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi, hanya memiliki sedikit perbedaan, hal ini karena adanya penyisipan logam Cu pada permukaan resin. Purolite A400 impregnasi Cu memiliki efisiensi penyisihan lebih besar 0,40% dalam penyisihan nitrit, namun resin murni juga telah cukup bagus dalam penyisihan. Hal ini disebabkan karena ion nitrit yang bersifat tidak stabil, artinya nitrit sangat mudah teroksidasi menjadi nitrat Waktu Kontak (menit) Purolite A400 murni Purolite A400 Impregnasi Cu Gambar 4.5 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Efisiensi Adsorpsi Ion Nitrit dengan Konsentrasi Awal 10 mg/l IV - 5

12 4.3 Pengaruh Dosis Resin Terhadap Adsorpsi Ion Nitrat Dan Nitrit Variasi dosis adsorben resin yang ditambahkan pada larutan nitrat maupun nirit menghasilkan efisiensi adsorpsi ion nitrat dan nitrit yang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas adsorpsi dari adsorben yang digunakan. Penentuan dosis optimum adsorben penting untuk diuji, hal ini bertujuan untuk memperoleh jumlah optimum resin Purolite A400 impregnasi Cu untuk adsorpsi ion nitrat dan nitrit, yang dilakukan pada variasi 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 gram, dengan waktu kontak yang setimbang (perlakuan sebelumnya) dalam 100 ml larutan nitrat (konsentrasi 50 mg/l) dan nitrit (konsentrasi 10 mg/l) Pengaruh Dosis Resin Terhadap Adsorpsi Ion Nitrat Pengaruh dosis adsorben resin Purolite A400 murni dan resin purolite A400 impregnasi Cu, dilakukan pada variasi 0,1 sampai 1,2 gram dengan waktu kontak masing-masing 160 menit dan 80 menit. Dari hasil pengujian yang terdapat pada Gambar 4.6, resin Purolite A400 murni dengan dosis resin 0,2 gram didapatkan efisiensi penyisihannya nitrat sebesar 15%, pada dosis resin 0,4 gram menjadi 30%, selanjutnya dosis resin 0,6 gram didapatkan efisiensi penyisihan 46%, pada dosis resin 0,8 menjadi 57%, selanjutnya dosis resin 1 mencapai 74%, dan pada dosis resin 1,2 menjadi 75,2 %. Rentang antara dosis adsorben 0,2 gram hingga dosis resin 1,0 gram terdapat perubahan efisiensi penyisihan yang signifikan, sedangkan pada dosis resin 1,0 gram hingga 1,2 gram, kenaikan efisiensi penyisihan tidak terlalu signifikan. Maka diperoleh dosis resin 1,0 gram merupakan dosis resin optimal untuk resin murni. Pada resin Purolite A400 impregnasi Cu, pada dosis resin 0,2 efisiensi penyisihan nitrat adalah 39%, dosis resin 0,4 gram sebesar 51,6%, dosis resin 0,6 gram sebesar 65,6%, dosis resin 0,8 gram sebesar 69,6%, selanjutnya dosis resin 1,0 gram sebesar 77,6 dan dosis resin 1,2 gram menjadi 78%. Sama halnya dengan resin Purolite murni, terdapat peningkatan yang signifikan antara rentang dosis resin 0,2 gram hingga 1,0 gram dan kemudian menurun pada dosis resin 1,2 gram, sehingga dosis resin 1,0 gram menjadi dosis resin optimal pada proses adsorpsi. Peningkatan efisiensi adsorpsi terjadi karena semakin besar dosis adsorben, maka semakin banyak luas permukaan adsorben yang tersedia (Teka, T., 2014; Dehghani, M, et all., 2015; Ertugay, N and Malkoc, E., 2014) yang membuka situs adsorpsi yang lebih aktif untuk mengikat ion nitrat (Azouaou., 2013). Peningkatan efisiensi penyisihan oleh meningkatnya dosis adsorben disebabkan oleh pembentukan kompleks antara adsorben dan adsorbat telah optimum (Dehghani, M, et all., 2015). Gambar 4.6. juga menunjukkan pada dosis adsorben yang sama yaitu 1 gram, resin Purolite A400-Cu mempunyai efisiensi penyisihan adsorpsi nitrat lebih besar, ini disebabkan oleh semakin luas daya adsorpsi permukaan adsorben yang telah diimpregnasi karena adanya penambahan ion positif Cu yang mampu menarik ion nitrat. IV - 6

13 % Efisiensi Penyisihan ,5 1 1,5 Dosis adsorben (gram) Adsorben Resin Purolite A- 400 Murni Adsorben Resin Purolite A- 400 Impregnasi Cu Gambar 4.6 Pengaruh Dosis Adsorben Terhadap Efisiensi Adsorpsi Ion Nitrat dengan Konsentrasi Awal 50 mg/l Pengaruh Dosis Resin Terhadap Adsorpsi Ion Nitrit Pengaruh dosis resin kedua adsorben tersebut, dilakukan pada variasi 0,1 gram sampai dengan 1,2 gram, pada waktu kontak masing-masing 160 menit dan 80 menit. Dari Gambar 4.7, resin Purolite A 400 murni, didapatkan hasil pada dosis resin 0,2 gram hingga dosis resin 0,6 gram mengalami kenaikan efisiensi adsorpsi nitrit dengan efisiensi adsorpsi masing-masing dari 87,7% menjadi 91,95% hingga 93,75%, namun dosis resin setelahnya yaitu 0,8 gram hingga 1,2 gram mengalami penurunan efisiensi adsorpsi nitrit dari 92,5% menjadi 88,65 dan menurun kembali hingga 88,65%. Sehingga, untuk dosis adsorben optimal pada resin Purolite A400 murni yaitu pada dosis adsorben 0,6 gram dengan kapasitas adsorpsi 1,15625 mg/g. Hal yang sama juga terjadi pada adsorben resin Purolite A400 impregnasi Cu, pada dosis resin 0,2 gram hingga 0,8 gram mengalami kenaikan efisiensi adsorpsi dari 83,655% hingga 94,495%. Hal ini menunjukkan, bahwa pada dosis adsorben resin tertinggi, maka permukaan adsorben dan volume pori yang tersedia lebih banyak atau besar untuk adsorpsi (Ertugay, et all., 2014; Nassar., 2012). Pada waktu yang sama, dengan pertambahan adsorben pada dosis resin 1 gram hingga 1,2 gram mengalami penurunan efsiensi adsorpsi menjadi 90,65% hingga 89,71% dengan kapasitas adsorpsi nitrit masingmasing dari 0,9065 mg/g menurun menjadi 0,7475 mg/g. Penurunan densitas adsorpsi dan jumlah massa yang teradsorpsi per unit disebabkan oleh adanya pemisahan efek fluks (gradien konsentrasi) antara adsorben dengan meningkatnya konsentrasi adsorben yang menyebabkan penurunan dalam jumlah adsorpsi nitrit ke satuan bobot biomassa (Ertugay, et all., 2014). Pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa adsorben resin Purolite A400 impregnasi Cu memiliki efisiensi penyisihan yang lebih baik dari resin Purolite A400 murni, dengan dosis adsorben optimal pada dosis adsorben 0,8 gram dengan efisiensi penyisihan mencapai 94,495% dan kapasitas adsorpsi 1,1811 mg/g. Hasil analisa diatas, didapatkan bahwa resin Purolite A400 impregnasi Cu memiliki persen efisiensi penyisihan nitrit lebih besar. IV - 7

14 % Efisiensi Penyisihan Pada umumnya dengan penambahan dosis adsorben maka jumlah situs aktif adsorpsi akan meningkat. Akan tetapi, ketika penambahan adsorben terus dilakukan di atas jumlah optimal, situs yang aktif dapat menutup situs yang aktif satu sama lain (Tesyafe, et all., 2014), memungkinkan terjadinya tumpang tindih situs adsorpsi karena kepadatan adsorben yang berlebihan (Tumin, N., et al. 2008). Sehingga konsentrasi ion yang telah terikat pada permukaan adsorben akan terdesorpsi kembali ke larutan (Irawan, dkk) Adsorben Resin Purolite A-400 Murni Adsorben Resin Purolite A-400 Impregnasi Cu 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 Dosis resin (gram) Gambar 4.7 Pengaruh Dosis Adsorben Terhadap Efisiensi Penyisihan Ion Nitrit dengan Konsentrasi Awal 10 mg/l 4.4 Kinetika Adsorpsi Model kinetika pseudo orde pertama dan pseudo orde kedua digunakan untuk menyesuaikan hubungan data kinetik ion exchange (Bulgarui, et al. 2010). Penentuan model kinetika adsorpsi dalam model pseudo orde pertama (pers 2.6) dan pseudo orde kedua (pers 2.7). Dari persamaan 2.6, diplot kurva t vs log (qe-qt) yang disajikan pada Gambar 4.8 (a) & (c), sedangkan persamaan 2.7 diplot kurva t vs dengan slope dan intersep yang disajikan pada Gambar 4.8 (b) & (d). IV - 8

15 log(qe-qt) t/qt log(qe-qt) t/qt 0,6 0,4 0,2 0-0,2-0,4-0,6-0,8-1 -1,2 y = -0,0008x + 0,1611 R² = 0, y = -0,0009x - 0,1778 R² = 0,0396 Waktu (menit) y = 0,2537x + 5,0719 R² = 0,9984 y = 0,249x + 2,3758 R² = 0, Waktu (menit) Purolite A400 Murni Purolite A400 Impregnasi Cu Purolite A 400 Murni Purolite A400 Impregnasi Cu (a) (b) 0-0, y = 1,0916x + 9,3634 R² = 0, ,5 y = -0,0031x - 0,4303 R² = 0, y = 1,0787x + 9,2782 R² = 0, ,5 y = -0,0057x - 0,3113 R² = 0,6879 Waktu (menit) Waktu (menit) Purolite A400 Murni Purolite A400 Impregnasi Cu Purolite A 400 Murni Purolite A400 Impregnasi Cu (c) (d) Gambar 4.8 Grafik linear Kinetika Adsorpsi Nitrat (a)pseudo orde Pertama (b)pseudo orde kedua Grafik linear Kinetika Adsorpsi Nitrit (c)pseudo orde Pertama (d)pseudo orde kedua IV - 9

16 Dari Gambar 4.8 didapatkan persamaan dan nilai koefisien korelasi masing-masing model kinetika yang disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Persamaan dan Nilai Koefisien Korelasi Kinetika Adsorben Adsorpsi Nitrat Purolite A400 Murni Purolite A400 impregnasi Cu Adsorpsi Nitrit Purolite A400 Murni Purolite A400 impregnasi Cu Model Kinetika Pseudo orde Pertama Pseudo Orde Kedua Persamaan R 2 Persamaan R 2 y = -0,0008x + 0,1611 0,2323 y = 0,2537x + 5,0719 0,9984 y = -0,0009x 0,1778 0,0396 y = 0,249x + 2,3758 0,9994 y = -0,0031x - 0,4303 0,3682 y = 1,0916x + 9,3634 0,9992 y = -0,0057x - 0,3113 0,6879 y = 1,0787x + 9,2782 0,9985 Pada Gambar 4.8 (a) dan Tabel 4.1 resin Purolite A400 murni dengan plot garis lurus dari log (qe-qt) terhadap waktu (t) diperoleh persamaan y = 0,0018x + 0,371, sehingga diperoleh nilai qe atau kapasitas serapan maksimum untuk pseudo orde pertama adalah 2,35 mg/g. Laju adsorpsi untuk pseudo orde pertama (k 1 ) adalah 0,0041 min -1. Dan nilai koefisien korelasi (R 2 ) sebesar 0,2323. Untuk kinetika adsorpsi pseudo orde kedua pada resin Purolite A400 murni ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.7. Dari gambar 4.8 (b), dimana plot t/qt terhadap waktu (t) memberikan persamaan linear y= 0,2537x + 5,0719 min -1. Nilai koefisien korelasi (R 2 ) sebesar 0,9984. Untuk lebih jelas, parameter model kinetika adsorpsi nitrat dan nitrit dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan analisis data model kinetika adsorpsi pada Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa adsorpsi ion nitrat dan nitrit dengan menggunakan resin Purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi Cu cocok menggunakan model pseudo orde kedua. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati angka satu. Ini juga didukung pada model kinetika pseudo orde pertama tidak sepenuhnya valid untuk sistem adsorpsi karena koefisien korelasi yang relatif rendah (Rouabeh and Amrani., 2012) hingga jumlah adsorpsi mencapai nilai minus. Pemilihan model pseudo orde kedua menunjukkan bahwa diasumsikan interaksi pada proses adsorpsi yang terjadi merupakan reaksi secara kimia (Bulgariu, et al. 2010) antara permukaan adsorben dengan adsorbat (Nassar. 2012). IV - 10

17 Tabel 4.2 Parameter Model Kinetik Adsorpsi Nitrat-Nitrit Adsorben Model Jumlah adsorpsi/q e (mg/g) Konstanta laju kesetimbangan adsorpsi pada orde pertama/k 1 (1/min) Konstanta laju kesetimbangan adsorpsi pada orde kedua/k 2 (1/min) Resin Purolite A400 Murni Pseudo orde pertama 1,45 0, Resin Purolite A400 Impregnasi Cu Resin Purolite A400 Murni NITRAT Pseudo orde kedua 3,9416-0,0126 Pseudo orde pertama -1,5059 0,207 - Pseudo orde kedua 4,016-0,026 Pseudo orde pertama -2,6933 0,007 - Resin Purolite A400 Impregnasi Cu NITRIT Pseudo orde kedua 0,916-0,127 Pseudo orde pertama -2,047 0, Pseudo orde kedua 0,927-0,125 Nilai k menunjukkan cepat lambatnya proses adsorpsi, semakin besar nilai k, maka semakin cepat pula proses adsorpsi berlangsung (Riyanti. 2016). Berdasarkan model kinetika pseudo orde kedua pada Tabel 4.2, didapatkan bahwa nilai konstanta laju adsorpsi nitrat pada resin Purolite A400 murni yaitu sebesar 0,0126 1/min, sedangkan pada resin Purolite A400 impregnasi Cu yaitu 0,026 1/min. Harga konstanta laju adsorpsi nitrat untuk resin Purolite A400 impregnasi meningkat dari pada konstanta resin Purolite A400 murni. Peningkatan terjadi 2 kali lipat daripada harga konstanta resin murni, hal ini disebabkan oleh karena resin yang diimpregnasi telah disisipkan oleh ion positif dari Cu pada permukaan adsorben, sehingga kecepatan laju adsorpsi nitrat semakin besar. Hal ini diungkapkan oleh Loganathan, et al (2013), dengan adanya impregnasi logam atau oksida logam pada permukaan, terkhusus logam berat, umumnya dapat meningkatkan adsorpsi pada adsorben secara elktrostatis yaitu terjadinya pertukaran ion positif logam dengan ion negatif pada permukaan adsorben. Berbeda halnya pada konstanta laju adsorpsi nitrit resin purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi Cu, diperoleh harga konstanta laju adsorpsi nitrit masing-masing 0,127 1/min dan 0,125 1/min. Hal ini menunjukkan bahwa laju adsorpsi nitrit antara resin Purolite A400 murni dan Purolite A400 impregnasi Cu hampir sama. IV - 11

18 1/qe Log qe 1/qe Log qe 4.5 Isoterm Adsorpsi Isoterm adsorpsi merupakan indikasi distribusi antara larutan dengan adsorben pada kesetimbangan proses adsorpsi, yang ditunjukkan dengan hubungan antara dosis adsorben/resin per gram. Penentuan jenis pemodelan adsorpsi sangat penting yaitu untuk mengetahui karateristik sistem adsorpsi antara larutan dengan permukaan adsorben (Quard, et al.2015). Untuk isoterm adsorpsi digunakan pemodelan Langmuir (Pers 2.13) dan Freudlich (Pers 2.15), yang disajikan pada Gambar 4.9 dalam bentuk grafik linearitas. 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 y = 0,6305x + 0,2471 R² = 0,5078 y = 2,9842x + 0,0179 R² = 0,9368 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 y = 0,9384x - 0,4411 R² = 0,9487 y = 0,0996x + 0,4219 R² = 0, ,05 0,1 1/Ce Adsorben Resin Purolite A-400 Murni Adsorben Resin Purolite A-400 Impregnasi Cu (a) Log Ce Adsorben Resin Purolite A-400 nurni Adsorben Resin Purolite A-400 Impregnasi Cu (b) 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 y = -0,1981x + 0,9993 R² = 0,0197 y = 0,3546x + 0,3866 R² = 0, /Ce Adsorben Resin Purolite A-400 Murni Adsorben Resin Purolite A-400 Impregnasi Cu 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3-0,2 y = 0,3433x + 0,1973 R² = 0,0183 0,2 y = 1,1159x + 0,1912 0,1 R² = 0, ,4-0,2-0,1 0 0,2 0,4 Log Ce Adsorben Resin Purolite A-400 nurni Adsorben Resin Purolite A-400 Impregnasi Cu (c) (d) Gambar 4.9 Grafik linear Isoterm Adsorpsi Nitrat (a)langmuir (b)freundlich Grafik linear Isoterm Adsorpsi Nitrit (c)langmuir (d)freundlich IV - 12

19 Dari Gambar 4.9 didapatkan persamaan dan nilai koefisien korelasi masing-masing model isoterm adsorpsi yang disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Persamaan dan Nilai Koefisien Korelasi Pemodelan Isoterm Adsorpsi Adsorben Purolite A400 Murni Purolite A400 impregnasi Cu Purolite A400 Murni Purolite A400 impregnasi Cu Model Isoterm Adsorpsi Langmuir Freundlich Persamaan R 2 Persamaan R 2 Adsorpsi Nitrat y = 0,6305x + 0,2471 0,5078 y = 0,0996x + 0,4219 0,4646 y = 2,9842x + 0,0179 0,9368 y = 0,9384x - 0,4411 0,9487 Adsorpsi Nitrit y = -0,1981x +0,9993 0,0197 y = 0,3433x + 0,1973 0,0183 y = 0,3546x + 0,3866 0,1196 y = 1,1159x + 0,1912 0,3815 Pada gambar 4.9 (a) dan Tabel 4.3 dengan adsorben resin Purolite A400 murni yang mengadsorpsi ion nitrat disajikan kurva pola isoterm adsorpsi Langmuir dengan persamaan garis lurus y = 0,6305x + 0,2471 yang memiliki gradien 1/q maks K L = 0,6305 dan garis ini memotong sumbu 1/q e = 0,247 dengan menghasilkan nilai regresi (R 2 ) sebesar 0,5078. Kapasitas adsorpsi maksimum diperoleh sebesar (q maks ) = 4,046 mg/g dan konstanta kesetimbangan (K L ) sebesar 0,392/mg. Gambar 4.9 (b) dengan adsorben resin Purolite A400 murni yang mengadsorpsi ion nitrat disajikan kurva pola isoterm adsorpsi Freundlich dengan persamaan garis lurus y = 0,996x + 0,4219 yang memiliki gradien 1/n = 0,996 dan memotong sumbu log qe pada 0,4219, sehingga diperoleh nilai kapasitas adsorpsi maksimum yang diperoleh dengan model isoterm Freundlich (k f ) adalah 2,6418 dengan nilai R 2 = 0,4646. Nilai intensitas adsorpsi menggunakan model isoterm Freundlich (n) diperoleh sebesar 10,0. Untuk lebih jelas, parameter model isoterm adsorpsi nitrat dan nitrit dapat dilihat pada Tabel 4.4. Model isoterm Langmuir merupakan adsorpsi terbatas pada beberapa lapisan molekul atau monolayer pada permukaan adsorben yang diasumsikan bahwa proses adsorpsi terjadi secara kimia. Pola isoterm adsorpsi Langmuir menunjukkan bahwa afinitas yang relatif tinggi antara zat terlarut ion nitrat dan nitrit dengan adsorben pada tahap awal, selanjutnya semakin menurun secara perlahan pada tahap selanjutnya (Simpen, dkk. 2012). Nilai parameter adsorpsi nitrat dan nitrit dengan menggunakan pemodelan isoterm Langmuir dapat dilihat pada tabel 4.4. IV - 13

20 Tabel 4.4 Parameter Isoterm Adsorpsi Nitrat & Nitrit Model Parameter Nitrat Nitrit Purolite Purolite A400- A400 Cu Model Isoterm Langmuir Purolite A400 Purolite A400- Cu Adsorpsi maks (mgn/g) 4,046 55,86 1,0070 2,5866 Konstanta afinitas Langmuir (l/mg) R L Dimensi kuantitas adsorpsi 0,392 0,0059 0,8288 1,0902 0,0485 0,772 0, ,0840 Model Isoterm Freundlich Intensitas adsorpsi (mgn/g) 10,0 1,065 2,9129 0,8961 Konstanta freundlich (l/mg) 2,6418 2,76 0,7048 0,7185 Dari Tabel 4.4 diperoleh bahwa kapasitas maksimum tertinggi untuk adsorpsi nitrat yaitu terjadi pada adsorben resin Purolite A400 impregnasi Cu dengan nilai masing-masing 55,86 mg/g dan 1,032 mg/g. Kapasitas maksimum jauh lebih tinggi pada resin yang telah diimpregnasi Cu, hal ini disebabkan karena dengan adanya logam Cu yang telah disisipkan pada permukaan adsorben sehingga memunculkan situs-situs aktif baru yang semula tersembunyi dan terjadi lipatan-lipatan baru pada permukaan adsorben resin Purolite A 400 impregnasi Cu, yang mempengaruhi nilai luas permukaan spesifik adsorben (Simpen, dkk. 2012) yaitu menjadi lebih besar. Begitu juga dengan adsorpsi nitrit, pada resin Purolite A 400 murni nilai kapasitas maksimum sebesar 0,993 mg/g, sedangkan pada resin Purolite A400 impregnasi Cu mempunyai nilai kapasitas maksimum adsorpsi yaitu 2,5866 mg/g. Kenaikan nilai kapasitas maksimum adsorpsi mencapai 2,5 kali dari adsorben resin murni. Ciri penting dari isoterm Langmuir yaitu R L (dimensi kuantitas adsorpsi) dengan rumus: R L = 1/(1+K L Co) Nilai R L yaitu antara 0 dan 1 merupakan indikasi adsorpsi baik (favourable). Jika nilai R L =0 merupakan indikasi adsorpsi irreveribel, R L = 1 adalah linear dan R L > 1 adalah adsorpsi unfavorable (Igwe. 2007). Dapat dilihat pada Tabel 4.4 nilai R L untuk adsorpsi nitrat pada adsorben resin purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi Cu masing-masing adalah 0,0485 dan 0,772, dengan konsentrasi mula-mula 50 mg/l. Maka, proses adsorpsi adalah baik (favorable). Begitu juga untuk adsorpsi ion nitrit dapat dilihat pada tabel 4.4 nilai R L adalah baik (favorable). Untuk adsorpsi nitrit, nilai R L IV - 14

21 0,10766 untuk adsorben resin Purolite A400 murni dan 0,0840 untuk resin Purolite A400 impregnasi Cu, maka proses adsorpsi nitrit tergolong baik (favorable). Isoterm adsorpsi Freundlich digunakan untuk menjelaskan karakteristik adsorpsi permukaan adsorben hetererogen (Dada, et al. 2012). Nilai parameter adsorpsi nitrat dan nitrit menggunakan pemodelan isoterm Freundlich dapat dilihat pada Tabel 4.4. Nilai konstanta kf merupakan indikator perkiraan kapasitas adsorpsi, kemudian 1/n adalah fungsi dari kekuatan adsorpsi dalam proses adsorpsi (Dada et al. 2012). Nilai K f dan n dihitung dari intersep dan slope pada masing-masing plot (Igwe et al. 2007) Gambar 4.9 (b) untuk adsorpsi nitrat dan (d) adsorpsi nitrit. Namun, nilai parameter karekteristik K f dan n pada sistem adsorben-adsorbat, yang ditentukan oleh data yang cocok sedangkan nilai regresi linear umumnya digunakan sebagai parameter untuk menentukan model kinetika dan isoterm (Dada et al. 2012). Nilai k f dan 1/n juga dapat menentukan perbandingan kemampuan mengadsorpsi ion nitrat maupun ion nitrit (Kusuma, dkk., 2014). Jika nilai n berkisar antara 1-10, ini merupakan indikasi proses adsorsi yang baik (favorable). Pada Tabel 4.4 untuk adsorpsi nitrat nilai n= 10,0 untuk adsorben resin Purolite A400 murni dan n= 1,065 untuk resin Purolite A400 impregnasi Cu, maka proses adsorpsi baik (favorable). Sama halnya dengan dengan nilai n untuk adsorpsi nitrit pada adsorben resin A400 dengan nilai n= 2,9129, namun berbanding terbalik dengan nilai n pada adsorben Purolite A400 impregnassi Cu yang mempunyai nilai n=0,8961, ini menunjukkan proses adsorpsi nitrit yaitu unfavourable. Untuk mengetahui kekuatan interaksi antara adsorben dan adsorbat dapat dilihat dari nilai 1/n, semakin kecil nilai 1/n maka semakin kuat interaksi antara adsorben dengan adsorbat (Situmorang, dkk. 2016). Untuk adsorpsi nitrat, resin Purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi memiliki nilai 1/n masing-masing sebesar 0,0996 dan 0,9384, sedangkan untuk adsorpsi nitrit nilai 1/n masing-masing yaitu 0,3433 dan 1,1159. Nilai 1/n ini menunjukkan bahwa kekuatan interaksi (ikatan) yang terjadi antara ion nitrat dan ion nitrit dengan permukaan resin Purolite A400 murni lebih lemah dibandingkan dengan interaksi (ikatan) yang terjadi antara ion nitrat dan nitrit pada permukaan resin Purolite A400 impregnasi Cu. Kekuatan interaksi (ikatan) antara adsorben dengan adsorbat dapat diperhitungkan dalam proses recorvery, dimana kekuatan interaksi lemah menyebabkan adsorben dapat direcorvery lebih mudah (Kusuma, dkk., 2014). Begitu juga untuk nilai Kf, semakin besar nilai Kf maka semakin besar intensitas adsorpsi (Igwe et al. 2007). Dari tabel 4.4, untuk adsorpsi nitrat nilai kf pada adsorben resin Purolite A400 impregnasi Cu (K f = 2,76) lebih besar dari pada resin murni (K f = 2,6418), hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi pada resin Purolite A400 impregnasi Cu lebih bagus. Pada adsorpsi nitrit terdapat nilai kontanta, K f yang hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa intensitas adsorpsi antara resin Purolite A400 murni dan resin Purolite A400 impregnasi Cu adalah sama. IV - 15

22 Dari Gambar 4.9 dan Tabel 4.3, dapat ditentukan pola adsorpsi ion nitrat maupun nitrit oleh adsorben resin Purolite A400 murni dan Purolite A400 impregnasi Cu dengan membandingkan nilai koefisien regresi linear (R 2 ) dari kurva isoterm adsorpsi. Untuk adsorpsi nitrat, nilai R 2 resin Purolite A400 impregnasi Cu adalah 0,9368 untuk isoterm adsorpsi langmuir dan 0,9487 untuk isoterm adsorpsi freundlich. Ini menunjukkan bahwa proses adsorpsi yang terjadi cenderung mengikuti pola isoterm adsorpsi Freundlich. Akan tetapi, karena nilai regresi linear (R 2 ) dari persamaan isoterm adsorpsi cukup tinggi dan hampir sama, maka penentuan kapasitas adsorpsi resin Purolite A400 impregnasi Cu digunakan dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan persaman adsorpsi Freundlich. Demikian juga untuk adsorpsi nitrit dengan menggunakan adsorben resin Purolite A400 murni yang memiliki nilai R 2 yang hampir sama yaitu 0,0197 untuk isoterm adsorpsi Langmuir dan 0,0183 untuk isoterm adsorpsi Freundlich. Hal ini menunjukkan untuk penentuan kapasitas adsorpsi digunakan persaman isoterm adsorpsi Langmuir dan Freudlich. Namun untuk adsorpsi nitrit dengan menggunakan resin Purolite A400 impregnasi Cu, didapatkan nilai R 2 untuk isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich masing-masing yaitu 0,1196 dan 0,3815. Hal ini menunjukkan bahwa proses adsorpsi yang terjadi cenderung mengikuti pola isoterm adsorpsi Freundlich. Isoterm Freundlich mengasumsikan bahwa isoterm adsorpsi ini menandakan adanya ikatan fisik pada adsorben (Sawyer et al. 2003). Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya tarik-menarik intramolekul antara molekul padatan dengan solut yang teradsorpsi lebih besar daripada gaya tarik-menarik sesama solut itu sendiri dalam larutan, sehingga solut terkonsentrasi pada permukaan padatan (Irmanto., 2009). IV - 16

23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah : 1. Pada hasil SEM dan EDS resin Purolite A 400 yang telah diimpregnasi memiliki permukaan yang lebih kasar sebagai bukti bahwa logam Cu 2+ telah berikatan di permukaan resin, yang diharapkan akan meningkatkan efisiensi penyisihan ion nitrat dan nitrit. 2. Efisiensi Penyisihan nitrat dan nitrit pada waktu kontak optimum dengan menggunakan resin Purolite A 400 murni sebesar 75,2% ; 92,5% sedangkan dengan menggunakan Purolite A400 impregnasi Cu mencapai 78% ; 94,495%. Maka, ini membuktikan bahwa efisiensi adsorpsi nitrat dan nitrit lebih tinggi menggunakan resin Purolite A400 impregnasi Cu. 3. Waktu kontak optimal untuk adsorpsi nitrat dengan menggunakan Resin Purolite A400 impregnasi Cu adalah 80 menit dengan dosis resin 1,0 gram. Pada nitrit yaitu pada waktu 80 menit dengan dosis resin 0,8 gram. 4. Model kinetika yang terpilih untuk Purolite A 400 impregnasi Cu adalah model pseudo orde kedua dengan nilai R 2 0,9994 untuk nitrat dan 0,9985 untuk nitrit. 5. Pemodelan isoterm adsorpsi yang mewakili adsorpsi nitrat menggunakan Purolite A 400 impregnasi Cu adalah Langmuir dan Freundlich sedangkan untuk adsorpsi nitrit yaitu isoterm Freundlich Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Proses impregnasi resin sebaiknya menggunakan bukan logam berat sehingga lebih ramah lingkungan. 2. Proses adsorpsi dengan parameter waktu kontak dan dosis resin sebaiknya dilakukan dengan suhu yang berbeda sehingga diketahui keoptimalan dari proses adsorpsi terhadap suhu. 3. Perlu dilakukan penerapan metode adsorpsi aplikasi langsung pada limbah pertanian, industri dan sampel limbah lainnya.

PENGARUH WAKTU KONTAK DAN DOSIS ADSORBEN RESIN PUROLITE A400 IMPREGNASI Cu PADA PENURUNAN KADAR NITRAT & NITRIT LAVENIA R NADAPDAP

PENGARUH WAKTU KONTAK DAN DOSIS ADSORBEN RESIN PUROLITE A400 IMPREGNASI Cu PADA PENURUNAN KADAR NITRAT & NITRIT LAVENIA R NADAPDAP PENGARUH WAKTU KONTAK DAN DOSIS ADSORBEN RESIN PUROLITE A400 IMPREGNASI Cu PADA PENURUNAN KADAR NITRAT & NITRIT TUGAS AKHIR Oleh LAVENIA R NADAPDAP 120407027 TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei 2014, bertempat di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) 1. Preparasi Adsorben Raw Sludge Powder (RSP) Mempersiapkan lumpur PDAM Membilas lumpur menggunakan air bersih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 1 April 2016 dan selesai pada tanggal 10 September 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN Berikut merupakan hasil analisa β-karoten dengan konsentrasi awal β-karoten sebesar 552 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet-Visible).

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82%

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82% konsentrasi awal optimum abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82% zeolit -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,5 mg/g - q%= 90% Hubungan konsentrasi awal (mg/l) dengan qe (mg/g). Co=5-100mg/L. Kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LA.1 Pengaruh Konsentrasi Awal Terhadap Daya Serap Tabel LA.1 Data percobaan pengaruh konsentrasi awal terhdap daya serap Konsentrasi Cd terserap () Pb terserap () 5 58,2 55,2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5 Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. 8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bambu dapat digunakan sebagai bahan baku adsorben serta pengaruh dari perbandingan bambu tanpa aktivasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, hasil uji kemampuan adsorpsi adsorben hasil pirolisis lumpur bio terhadap fenol akan dibahas. Kondisi operasi pirolisis yang digunakan untuk menghasilkan adsorben

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Umum Penelitian ini menggunakan lumpur hasil pengolahan air di PDAM Tirta Binangun untuk menurunkan ion kadmium (Cd 2+ ) yang terdapat pada limbah sintetis. Pengujian

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT ZULTINIAR, DESI HELTINA Jurusan Teknik Kimia,Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 ABSTRAK Konsentrasi fenol yang relatif meningkat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch F324 Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch Nikmatul Rochma dan Harmin Sulistyaning Titah Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten) Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanaman jagung (Zea Mays) merupakan salah satu tanaman andalan Indonesia. Tanaman jagung merupakan bahan pangan di beberapa bagian wilayah di Indonesia. Selain itu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Oleh: ARUM KARTIKA SARI

Oleh: ARUM KARTIKA SARI Efek Suhu Kalsinasi pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben untuk Menurunkan Konsentrasi Seng (Zn 2+ ) pada Limbah Cair Industri Elektroplating Oleh: ARUM KARTIKA SARI 3307 100 043 Pembimbing:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Red 1. Larutan Induk Larutan induk 1000 ppm dibuat dengan cara menimbang kristal methyl red sebanyak 1 gram, dilarutkan dalam etanol sebanyak 600 ml dan distirrer selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Islam Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Islam Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Batch 4.1.1 Hasil Pengujian Awal Kadar Merkuri dan ph Sebelum Proses Adsorpsi Hasil awal pengujian ph dan kadar Hg dalam limbah laboratorium terpadu Universitas Islam

Lebih terperinci

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004). 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI ION LOGAM Zn (II) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING

STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI ION LOGAM Zn (II) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI ION LOGAM Zn (II) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI ELEKTROPLATING Oleh : Eka Masrifatus Anifah (3306 100 016) Dosen Pembimbing : Welly Herumurti, ST.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini, terdapat metode yang dilakukan secara sistematis untuk menganalisis kapasitas adsorpsi lumpur PDAM Tirta Binangun Kulon Progo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG. Mempersiapkan bahan. Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan

LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG. Mempersiapkan bahan. Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan 55 LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG A. Persiapan Biosorben Baglog Mempersiapkan bahan Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan Membuka kemasan Baglog jamur kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah industri penyamakan kulit, yang dilakukan di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

Efek Suhu Kalsinasi Pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Konsentrasi Limbah Fosfat

Efek Suhu Kalsinasi Pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Konsentrasi Limbah Fosfat Company LOGO Efek Suhu Kalsinasi Pada Penggunaan Lumpur Alum IPA sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Konsentrasi Limbah Fosfat Oleh : Frida Novia Handini (3307.100.071) Dosen Pembimbing : Welly Herumurti,

Lebih terperinci

ISOTERM FREUNDLICH, MODEL KINETIKA DAN PENENTUAN LAJU REAKSI ADSORPSI BESI DENGAN ARANG AKTIF DARI AMPAS KOPI

ISOTERM FREUNDLICH, MODEL KINETIKA DAN PENENTUAN LAJU REAKSI ADSORPSI BESI DENGAN ARANG AKTIF DARI AMPAS KOPI ISOTERM FREUNDLICH, MODEL KINETIKA DAN PENENTUAN LAJU REAKSI ADSORPSI BESI DENGAN ARANG AKTIF DARI AMPAS KOPI ISOTHERM FREUNDLICH, KINETICS MODEL AND DEFINITION RATE ADSORPTION OF Fe WITH ACTIVATED CARBON

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT. Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP:

SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT. Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP: SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP: 5203013017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2016 iii iv

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 lat dan Bahan lat yang digunakan pada pembuatan karbon aktif pada penilitian ini adalah peralatan sederhana yang dibuat dari kaleng bekas dengan diameter 15,0 cm dan

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN Anggit Restu Prabowo 2307 100 603 Hendik Wijayanto 2307 100 604 Pembimbing : Ir. Farid Effendi, M.Eng Pembimbing :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL

PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL PENURUNAN KONSENTRASI SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN ADSORPSI MENGGUNAKAN ARANG BATOK KELAPA (COCONUT SHELLS) KOMERSIL Oleh : Argo Hadi Kusumo (3307 100 034) Dosen Pembimbing : Ir. M. Razif,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 19 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu. Bahan kimia yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain arang aktif

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Hasil Konstruksi Kolom Adsorpsi Berdasarkan rancangan dari kolom adsorpsi pada gambar III.1., maka berikut ini adalah gambar hasil konstruksi kolom adsorpsi : Tinggi =1,5

Lebih terperinci

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Contoh Adsorben alami dan buatan Adsorben alami : Zeolit alami Abu sekam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci