GAMBARAN DARAH MERAH ANAK DOMBA YANG DILAHIRKAN OLEH INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM PERKAWINAN ANDI NILLA WAJUANNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN DARAH MERAH ANAK DOMBA YANG DILAHIRKAN OLEH INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM PERKAWINAN ANDI NILLA WAJUANNA"

Transkripsi

1 GAMBARAN DARAH MERAH ANAK DOMBA YANG DILAHIRKAN OLEH INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM PERKAWINAN ANDI NILLA WAJUANNA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Darah Merah Anak Domba yang Dilahirkan oleh Induk Domba yang Disuperovulasi sebelum Perkawinan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Andi Nilla Wajuanna NIM B

4 ABSTRAK ANDI NILLA WAJUANNA. Gambaran Darah Merah Anak Domba yang Dilahirkan oleh Induk Domba yang Disuperovulasi sebelum Perkawinan. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan WASMEN MANALU. Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan, yaitu jumlah eritrosit (RBC), nilai hematokrit (PCV), dan konsentrasi hemoglobin (Hb) pada hari pertama kelahiran. Penelitian ini menggunakan hewan percobaan sebanyak 18 ekor anak domba, yaitu sembilan ekor anak domba kontrol dan sembilan ekor anak domba hasil superovulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin anak domba hasil superovulasi memberikan pengaruh yang sama dengan anak domba kontrol dan tidak berbeda nyata (P>0.05). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa superovulasi pada anak domba tidak mempengaruhi gambaran sel darah merah berdasarkan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin. Kata kunci: anak domba, eritrosit, hematokrit, hemoglobin, superovulasi ABSTRACT ANDI NILLA WAJUANNA. The effect of superovulation of ewes prior to mating on lambs erytrocytes. Supersived by ANDRIYANTO and WASMEN MANALU. This research was conducted to study the effect of superovulation of ewes prior to mating on lambs erythrocytes, such as erythrocytes count (RBC), hematrocit percentage (PCV), and haemoglobin concentration (Hb) on the first day after borned. This research used eighteen lambs, which nine superovulation lambs and nine control lambs. The result showed that erythrocytes count, hematocrit percentage, and haemoglobin concentration were not affected by treatment (P>0.05). It was concluded that superovulation of ewes prior to mating did not affected on erythrocytes count, hematocrit percentage, and haemoglobin concetration. Keywords: erythrocytes, haemoglobin, hematocrit, lambs, superovulation

5 GAMBARAN DARAH MERAH ANAK DOMBA YANG DILAHIRKAN OLEH INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM PERKAWINAN ANDI NILLA WAJUANNA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Gambaran Darah Merah Anak Domba yang Dilahirkan oleh Induk Domba dari Disuperovulasi sebelum Perkawinan Nama : Andi Nilla Wajuanna NIM : B Disetujui oleh Drh. Andriyanto, M.Si Pembimbing I Prof. Dr. Ir Wasmen Manalu Pembimbing II Diketahui oleh Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D,APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ialah Gambaran Darah Merah Anak Domba yang Dilahirkan oleh Induk Domba yang Disuperovulasi sebelum Perkawinan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut peran serta dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak drh. Andriyanto, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, selaku pembimbing skripsi atas diskusi, dukungan, dan masukannya selama ini. 2. Ibu drh. Susi Soviana, M.Si selaku pembimbing akademik. 3. Keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan, semua dosen dan staff, sahabat FKH 44 dan 45 Terima kasih atas segala bentuk dukungan, semangat, dan do a yang selalu kalian berikan. 4. Ayahanda Andi Lubis Wajuanna, Ibunda Andi Nurhaedah Tahir, dan semua kakakku Andi Sidi Gazalba Wajuanna, Andi Muh. Roem Wajuanna, Andi Amila Wajuanna, Andi Rompe Gading Wajuanna, Andi Besse Wajuanna. Selain itu, saya ucapkan kepada adikku Andi Wecudai Wajuanna, Andi Auliah Wajuanna, Andi Yuyun Pinrapati Wajuanna dan anakku Teuku Iskandar Wajuanna yang penulis sayangi, terima kasih atas segala dukungan, do a, cinta, dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. 5. Sahabat-sahabatku 395 asrama A3 TPB 2007 dan teman-teman kosan, terima kasih atas bantuan, nasihat, dan atas kebersamaannya di Wisma Candy dan Wisma Ayu. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membaca. Bogor, Maret 2013 Andi Nilla Wajuanna

9 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Domba 2 Superovulasi 3 Darah 3 Eritrosit 4 Hematokrit 4 Hemoglobin 5 METODE 6 Waktu dan Tempat 6 Alat dan Bahan 6 Tahap Persiapan 7 Hewan Percobaan 7 Aklimatisasi Domba 7 Kandang, Pakan, dan Minum 7 Tahap Pelaksanaan 7 Rancangan Percobaan 7 Superovulasi 8 Pengambilan dan Analisis Sampel 8 Parameter yang Diamati 9 Analisis Data 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil 9 Pembahasan 9 SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11 Saran 12

10 DAFTAR PUSTAKA 12 LAMPIRAN 15 RIWAYAT HIDUP 18

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi protein hewani yang rendah. Rata-rata orang Indonesia mengkonsumsi pangan asal hewan mencapai 81.9 g/orang/hari, sedangkan standar konsumsi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) ialah 150 g/orang/hari (Westra 2009). Pada masa yang akan datang, prospek pengembangan ternak domba cukup baik, yaitu untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri dan memiliki peluang ekspor yang akan membuka kesempatan kerja. Dengan demikian, secara tidak langsung, usaha ternak domba akan meningkatkan pendapatan petani (Ramada 2008). Permintaan domba semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, terutama pada saat Idul Adha (Harianto 2010). Saat ini, aspek reproduksi, usaha produktivitas, dan reproduktivitas peternakan domba dimasyarakat masih perlu ditingkatkan. Hal-hal lain dalam usaha ternak domba yang perlu ditingkatkan ialah faktor genetik, probabilitas jantan dan betina, jumlah anak yang dilahirkan, dan bobot lahir anak (Soeharsono dan Musofie 2007). Salah satu upaya peningkatan populasi domba ialah teknologi superovulasi. Superovulasi merupakan suatu teknik untuk merangsang pembentukan folikel dalam ovarium melebihi kemampuan alamiahnya. Domba, kambing, dan sapi rata-rata mengovulasikan 12 sel telur setelah induksi superovulasi (Solihati 2005). Pemberian superovulasi sangat diperlukan untuk memperoleh anak domba yang mempunyai kualitas dan produktivitas yang baik. Superovulasi dapat meningkatkan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan, terutama progesteron dan estrogen,yang disertai dengan peningkatan jumlah anak dan ekspresi genotipe pertumbuhan yang digambarkan oleh fenotipe bobot lahir, panjang badan, dan tinggi badan saat lahir (Manalu dan Adriani 2002). Teknik superovulasi dapat dilakukan dengan pemberian hormon gonadotropin, seperti Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). Kedua hormon tersebut dapat meningkatkan perkembangan folikel ovarium sehingga meningkatkan jumlah sel telur yang diovulasikan (Andriyanto dan Manalu 2010). Pada trimester akhir masa kebuntingan, terdapat perubahan-perubahan nyata pada bobot fetus yang mencerminkan variasi faktor-faktor genetik, besar litter, status nutrisi, dan kesehatan induk (Andriyanto dan Manalu 2011). Induk yang memiliki littersize(jumlah anak) lebih dari dari tiga ekor biasanya melahirkan anak dengan bobot lahir yang lebih kecil dan tingkat kematian yang tinggi (Andriyanto dan Manalu 2011). Mengingat hal tersebut, status fisiologis anak domba dari induk domba hasil superovulasi perlu diamati. Status fisiologis dapat digambarkan melalui pemeriksaan gambaran darah merah (Maheswari et al. 2001).Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yangdisuperovulasisebelum perkawinan,yaitu jumlah eritrosit/red Blood Cell (RBC), nilai hematokrit/packed Cell Volume (PCV), dan konsentrasi hemoglobin (Hb).

12 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk memperolehgambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan, yaitu jumlahrbc, nilai PCV, dan konsentrasi Hb. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang status fisiologis anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan dan mengoptimalkan teknologi reproduksi dengan menggunakan teknik superovulasi pada domba. TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonsumsi pakan kualitas rendah dan dipelihara untuk memproduksi daging, susu, wol, kulit, dan hasil limbah yang dapat digunakan sebagai pupuk (Gatenby 1991). Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal ternak. Ternak domba merupakan salah satu ternak ruminansia yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Domba lokal adalah domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis, mampu memakan pakan dengan kualitas rendah, dan memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal memiliki tubuh yang relatif kecil, warna bulu yang beragamdengan bentuk ekor yang kecil dan tidak terlalu panjang. Klasifikasi ilmiah domba menurut Damron (2006) ialah kerajaan Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, famili Bovidae. Selanjutnya, domba masuk ke dalam subfamili Caprinae, genus Ovis, dan memiliki nama ilmiah Ovis aries. Domba yang terdapat di Indonesia terdiri atas beberapa jenis, yaitu domba jawa ekor tipis, domba jawa ekor gemuk, domba garut, dan domba sumatera ekor tipis (Iniguez et al. 1991). Dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia ialah domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG) dengan perbedaan galur dari masing-masing tipe. Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga domba ekor tipis berasal dari India dan domba ekor gemuk berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne 1993).

13 3 Superovulasi Superovulasi berasal dari kata super berarti luar biasa dan ovulasi berarti pelepasan sel telur atau ovarium dari folikel de Graaf. Superovulasi adalah suatu teknik untuk merangsang pembentukan sejumlah besar folikel di dalam ovarium dan mematangkannya lebih cepat dari kemampuan alamiahnya. Pada domba, seperti hewan menyusui lainnya, laju ovulasi dapat ditingkatkan apabila ovarium sebagai produsen sel telur dirangsang dengan cara pemberian hormongonadotropin, seperti PMSG/hCG pada hewan tersebut. Hormon PMSG memiliki aktivitas ganda yang mirip dengan FSH dan LH yang dapat merangsang pertumbuhan folikel, menunjang sintesis estradiol, merangsang proses ovulasi, dan luteinisasi (Armstrong et al. 1982; Bidon dan Paper 1984; Gonzalez et al. 1994) Keberhasilan penggunaan hormon PMSG/hCG dalam meningkatkan folikel dan korpus luteum dapat dilihat dari peningkatan sekresi hormon kebuntingan, pertumbuhan uterus, embrio, dan fetus, peningkatan bobot lahir dan bobot sapih, pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu, dan produksi pada domba (Manalu et al. 1998; Manalu et al. 1999; Manalu et al. 2000a; Manalu et al. 2000b). Teori gelombang folikuler diperkirakan terjadi pada pertengahan siklus estrus yang sekaligus pertengahan fase luteal, yaitu berkisar antara hari kesembilan sampai ke-12 mengacu pada lamanya siklus estrus domba yang ratarata 21 hari (18 24 hari) (Lopez et. al. 2005). Pada domba yang disuperovulasi, aktivitas ovarium kiri lebih aktif dibandingkan ovarium kanan berdasarkan jumlah korpus luteum (Manalu dan Sumaryadi 1997). Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Ganong 2003). Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani, haima yang berarti darah. Jumlah total volume darah berkisar antara 6 7% dari total bobot badan pada hewan ruminansia. Total volume darah pada hewan muda pada masa pertumbuhan sering lebih dari 10% bobot badan (Meyer dan Harvey 2004). Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung 90% air dan berbagai zat terlarut/tersuspensi di dalamnya. Zat tersuspensi tersebut mencakup beberapa jenis bahan, seperti protein plasma (albumin, globulin, dan fibrinogen), sari makanan (glukosa, asam amino, lipid, dan monosakarida), berbagai ion (kalium, klorida, dan senyawa bikarbonat), dan bahan lainnya (hormon, gas respiratori, vitamin, dan enzim) (Isnaeni 2006). Sel darah terdiri atas beberapa golongan, yaitu eritrosit, leukosit (granulosit, dan agranulosit), dan trombosit. Jenis sel darah yang termasuk leukosit granulosit adalah neutrofil, eosinofil, dan basofil, sedangkan yang termasuk ke dalam leukosit agranulosit adalah limfosit besar, limfosit kecil, dan monosit (Frandson

14 4 1996). Persentase sel darah adalah sekitar 40% (30 55%) dari total volume darah, bergantung pada spesies (Samuelson 2007). Hitungan darah menyajikan suatu prosedur laboratorium yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis sel-sel dalam darah yang bersirkulasi pada seekor hewan pada suatu waktu tertentu. Hitungan sel total dinyatakan dalam jumlah sel dalam millimeter kubik darah. Hitungan ini berlaku baik untuk sel darah merah atau sel darah putih, meski teknik dan peralatannya agak berbeda (Frandson 1996). Eritrosit Sel-sel darah merah atau eritrosit berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter rata-ratanya sebesar 7.8 mikrometer, dan ketebalan pada bagian yang tebal 2.5 mikrometer dan pada bagian tengah satu mikrometer (Samuelson 2007). Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan, mengangkut karbon dioksida ke paru-paru, dan sebagai penyangga atau buffer ion hidrogen. Menurut Frandson (1996), jumlah sel darah merah pada domba ialah11 juta/mm 3. Eritrosit mempunyai bentuk yang mirip piringan pipih yang menyerupai donat. Sekitar 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang. Setiap 1 cm 3 darah terdapat 5.5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai juta, rata-rata umurnya hanya 120 hari (Guyton dan Hall 2006). Semakin tua umur eritrosit semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mulamula. Eritrosit mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Eritrosit akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa setelah tua. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk eritrosit yang baru.persediaan eritrosit di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali. Proses pembentukan sel darah merah di dalam tubuh disebut dengan eritropoiesis. Faktor laju eritropoiesis dipengaruhi oleh eritropoietin yang dirangsang oleh anemia dan hipoksia. Eritropoietin adalah hormon yang secara langsung mempengaruhi aktivitas sumsum tulang. Eritropoietin ini sangat peka terhadap perubahan kadar oksigen di dalam jaringan (Kahn 2005). Hematokrit Hematokrit berasal dari kata haimat yang berarti darah, dan krinein yang berarti memisahkan. Nilai hematokrit/pcv adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100 ml darah dan dinyatakan dalam persen (%). Pengukuran hematokrit diberi antikoagulan agar darah tidak menggumpal. Prinsip hematokrit adalah darah yang tercampur dengan antikoagulan dipusing dengan alat

15 5 centrifugesehingga terbentuk lapisan-lapisan. Kolom atau lapisan yang terdiri atas butir-butir eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari keseluruhan darah. Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual ialah darah yang mengandung antikoagulan dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons, 1989). Secara normal, nilai hematokrit pada hewan bervariasi pada sapi 43% (0.43 L/L), sapi bali 39 40%, kuda 34%, anjing 46%, domba 43%, babi 42%, kucing 40%, dan manusia (laki) 42%, perempuan 33% (Dharmawan 2002). Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hematokrit adalah tabung mikrokapiler. Tabung ini dibuat khusus untuk mikrohematokrit dengan panjang 75mm dan diameter mm. Selain itu, ada pula tabung lain yang dilapisi heparin dan tabung tersebut dapat dipakai untukdarah dari venadan terdapat juga tabung kapiler tanpa heparin yang dipergunakan untuk darah dari vena (Gandsoebrata 1992). Pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mengukur derajat anemia dan polisitemia juga untuk mengetahui adanya ikterus yang dapat diamati dari warna plasma, yaitu warna yang terbentuk kuning atau kuning tua dan untuk menentukan rata-rata volume eritrosit yang merupakan tes screening dalam mendeteksi adanya hiperbilirubinemia (Meyer dan Harvey 2004). Warna plasma yang diperoleh dalam sentrifuge adalah warna kuning atau kuning tua, baik dalam keadaan fisiologis atau patologis yang merupakan indikasi naiknya bilirubin dalam darah, misalnya pada kasus infeksi hepatitis. Naiknya kolesterol juga dapat diketahui dari warna plasma yang berwarna seperti susu, misalnya pada penderita diabetes melitus. Plasma yang berwarna merah merupakan indikasi adanya hemolisis dari eritrosit, seperti penggunaan spuid yang belum kering pada pengambilan darah atau hemolisis intravaskuler dan untuk mengetahui volume rata-rata eritrosit dan konsentrasi hemoglobin rata-rata di dalam eritrosit (Jain 1993). Hemoglobin Hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus untuk mengangkut O 2 ke jaringan dan mengembalikan CO 2 dari jaringan ke paru-paru (Samauelson 2007). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya ikat) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri atas 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Ganong 2003). Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100%. Batas normal nilai hemoglobin sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap jenis bangsa hewan. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paruparu ke semua jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari semua

16 6 sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen, yaitu menerima, menyimpan, dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% zat besi tubuh berada di dalam hemoglobin Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana untuk mengukur hemoglobin adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar 2002) Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Heme merupakan suatu molekul organik yang mengikat satu atom besi. Adanya kandungan besi (Fe) dalam hemoglobin di sel darah merah menyebabkan darah berwarna merah (Guyton dan Hall 2006). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yang dimulai dari bulan Mei sampai dengan November 2011, bertempat di kandang Mitra Tani Farm Jalan Manunggal Baru No. 1, Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Sampel dianalisis di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah seperangkat alat ultrasoundography (USG), spuid 5 ml, 13 buah tabung reaksi 5 ml, kapas steril, rak tabung, pipet eritrosit, gelas objek, kamar hitung Neubauer, selotip, marker, kertas label, hemositometer, tabung kapiler, alat penghitung, Adam mikrohematokrit reader, penyumbat tabung kapiler, alat sentrifuge, tambang, dan mikroskop cahaya. Bahan Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah 12 ekor induk domba betina (6 ekor induk domba kontrol dan 6 ekor induk domba yang disuperovulasi) dengan 18 ekor anak (9 ekor anak domba kontrol dan 9 ekor anak domba superovulasi), obat cacing (albendazol ), vitamin B kompleks, hormon

17 7 prostaglandin (PGF 2 α), hormon pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG), antikoagulan ethilen diamine tetra asetate (EDTA), alkohol 70%, kertas saring, dan larutan Hayem. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini ialah sebanyak 12 ekor domba betina dan 18 ekor anak domba yang berumur satu hari yang dilahirkan oleh induk tersebut, anak domba memiliki bobot badan antara 3 4 kg. Domba percobaan merupakan domba lokal yang berasal dari Jawa Timur. Aklimatisasi Domba Tahap awal dalam penelitian ini ialah aklimatisasi induk domba selama dua minggu. Pada tahap ini, domba penelitian ditimbang bobot badannya dan diperiksa menggunakan USG, diberikan obat cacing (albendazole ), vitamin B kompleks, dan antibiotik. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui bobot badan domba dan USG dilakukan untuk mengetahui domba coba belum bunting. Pemberian albendazole pada domba penelitian agar terbebas dari parasit cacing dan antibiotik agar tidak terinfeksi bakteri. Hal ini dilaksanakan, untuk meminimalisir kejadian infeksi parasit dan bakteri. Pemberian vitamin B kompleks berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengoptimalkan kondisi tubuh domba. Kandang, Pakan, dan Minum Kandang yang digunakan adalah kandang kelompok tipe panggung yang berukuran 3 4 m per sekat yang cukup menampung 8 sampai dengan10 ekor domba. Kandang tersebut memiliki ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. Kandang panggung bertujuan agar feses dan urin tidak bercampur dalam kandangsehingga domba penelitian terhindar dari amonia. Pakan diberikan tiga kali sehari tiap pagi, siang, dan sore hari. Pakan yang diberikan adalah rumput dan konsentrat untuk pagi dan sore, serta umbi singkong pada siang. Sementara itu, air minum tersedia secara ad libitum. Tahap Pelaksanaan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 2. Faktor pertama adalah litter size yang terdiri atas 2 level, yaitu anak domba litter size 1 dan 2, sedangkan faktor kedua ialah pemberian superovulasi yang terdiri atas 2 level, yaitu anak domba kontrol dan superovulasi. Selanjutnya, domba penelitian dibagi ke dalam 2 kelompok perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri atas 9 ekor anak domba (3 ekor anak domba dari litter size 1 dan 6 ekor anak domba dari litter size 2).

18 8 Superovulasi Tahap superovulasi diawali dengan pemeriksaan USG untuk mengetahui bahwa domba penelitian tidak sedang bunting sebelum pemberian PGF 2α agar tidak terjadi abortus. Pemberian PGF 2α dengan dosis berkisar 5 15 mg/ekor secara intramuskuler berguna untuk menyinkronisasi estrus. Proses sinkronisasi estrus dilakukan dengan menggunakan PGF 2α untuk merangsang lisis korpus luteum.secara alami, PGF 2α dilepaskan oleh uterus hewan yang tidak bunting pada hari ke-16 sampai ke-18 siklus yang berfungsi untuk menghancurkan CL. Pemberian PGF 2α dilakukan dua kali dengan interval 11 hari setelah pemberian pertama. Pemberian kedua PGF 2α disertai dengan pemberian PMSG secara intramuskuler dengan dosis IU/ekor untuk menampakkan gejala induksi superovulasi. Pada jam setelah pemberian PMSG, domba akan menampakkan gejala estrus yang ditandai vulva merah, vulva membengkak, dan meningkatnya jumlah lendir pada vulva. Setelah menampakkan gejala estrus, pejantan dimasukkan ke dalam kandang untuk mengawini domba estrus secara alami. Pada hari ke-30 setelah perkawinan, domba diusg untuk pemeriksaan kebuntingan untuk memastikan litter size penelitian. Pengambilan dan Analisis Sampel Pengambilan darah anak domba umur satu hari setelah dilahirkan tanpa diberikan susu dari induk domba tersebut. Pengambilan darah melalui vena jugularis dilakukan dengan menggunakan syringe 5 ml. Setelah itu, darah ditampung di tabung yang telah diberi antikoagulan EDTA. Perhitungan jumlah RBC dilakukan dengan metode kamar hitung (hemositometer) dengan menggunakan larutan Hayem dengan menggunakan pipet eritrosit sampai batas angka 0.5 dan kemudian diencerkan dengan larutan Hayem sampai batas angka 101. Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dengan membolak-balikan seperti angka delapan. Campuran diteteskan di kamar hitung Neubauer dan ditutup dengan cover glass. Kamar hitung diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 40, jumlah RBC dengan mengamati lima kotak, yaitu pojok kanan atas dan bawah, pojok kiri atas dan bawah, serta satu kotak yang tepat berada ditengah. Perhitungan nilai PCV dilakukan dengan menggunakan Adam mikrohematokrit reader. Tabung mikro yang digunakan adalah tabung mikrokapiler dengan panjang 7 cm dan diameter 0.1 mm. Sampel darah diambil dengan menempelkan bagian ujung dari tabung mikro tersebut ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian ujung tabung yang lain dikosongkan kira-kira 1 cm. Bagian ujung tabung disumbat. Setelah itu, tabung mikro yang berisi sampel darah tersebut disentrifugasi kemudian dibaca menggunakan Adam mikrohematokrit reader. Pengukuran konsentrasi Hb dilakukan dengan metode Cyanmethaemoglobin. Metode ini dilakukan dengan mencampurkan reagen Hb 2.5 ml dengan sampel darah 10 µl di dalam tabung. Campuran reagen Hb dan darah dibaca pada fotometer λ mm, sehingga didapatkan absorban. Konsentrasi Hb diperoleh dengan cara absorban 36.8 g Hb/100 ml.

19 9 Parameter yang Diamati Parameter yang diamati pada penelitian ini ialah jumlah RBC, nilai PCV, dan konsentrasi Hb. Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji General Linear Model (GLM) multivariat untuk melihat interaksi dari masing-masing faktor perlakuan yang diberikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil pemeriksaan darah merah (jumlah RBC, nilai PCV, dan konsentrasi Hb) yang dilakukan pada anak domba, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah RBC (10 6 /mm 3 ), nilai PCV (%), dan konsentrasi Hb (g%) pada anak domba Parameter Kontrol SO LS1 (n=3) LS2 (n=6) LS1 (n=3) LS2 (n=6) LS SO LS*SO RBC 10.46±0.74 a 9.66±0.66 a 10.72±0.50 a 9.40±0.48 a - * - PCV 28.20±1.26 a 24.40±1.80 a 26.05±1.65 a 23.09±2.51 a - * - Hb 8.40±0.28 a 7.25±0.25 a 9.16±0.09 a 7.65±0.63 a * * - Keterangan: LS: Litter size; SO: Superovulasi; LS*SO: Litter size sekaligus Superovulasi; Tanda (*): signifikan (P<0.05); Tanda (-): Tidak signifikan (P>0.05); Huruf superskrip ( a ) yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05). Berdasarkan Tabel 1, hasil perhitungan jumlah RBC dan nilai PCV tidak ada interaksi sedangkan konsentrasi Hb menunjukkan interaksi pada anak domba litter size (LS). Selanjutnya, jumlah RBC, nilai PCV, dan konsentrasi Hb memberikan pengaruh yang signifikan pada anak domba superovulasi (SO). Terakhir, jumlah RBC, nilai PCV, dan kadar Hb menunjukkan tidak ada interaksi antara litter size dan superovulasi (LS*SO). Berdasarkan perhitungan statistika, faktor litter size dan faktor superovulasi tidak berbeda nyata dari jumlah RBC, nilai PCV, dan konsentrasi Hb setiap kelompok perlakuan. Pembahasan Hasil perhitungan jumlah RBC dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda meskipun dengan nilai yang tidak berbeda nyata secara statistika, seperti terlihat pada Tabel 1. Jumlah RBC yang paling tinggi ditemukan pada anak domba SO (LS 1, n=3) sebesar 10.72±0.50

20 /mm 3,dilanjutkan dengan anak domba kontrol (LS 1, n=3) sebesar 10.46± /mm 3 dan anak domba kontrol (LS 2, n=6) sebesar 9.66± /mm 3. Jumlah terendah ditemukan pada anak domba SO (LS 2, n=6) sebesar 9.40± /mm 3. Satu-satunya faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah RBC ialah faktor superovulasi (SO). Faktor litter size (LS) dan kombinasi superovulasi (LS*SO) tidak mempengaruhi perbedaan jumlah RBC dari setiap kelompok perlakuan. RBC mempunyai tiga fungsi penting, yaitu transportasi oksigen ke jaringan, transportasi karbon dioksida ke paru-paru, dan sebagai penyangga atau buffer ion hidrogen (Meyer dan Harvey 2004). Jumlah RBC dalam sistem sirkulasi tubuh diatur terbatas sehingga memadai untuk selalu menyediakan oksigen bagi jaringan (Guyton dan Hall 2006). Jumlah RBC dari setiap kelompok perlakuan memiliki nilai yang sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Schalm et al.(1975). Pada penelitian Schalm et al. (1975) didapatkan jumlah RBC anak domba yang berumur 1 7 hari sebesar /mm 3. Jumlah tersebut juga tidak berbeda jauh dari hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Weiss dan Wardrop pada tahun 2010 yang melaporkan bahwa jumlah RBC normal domba adalah sebesar /mm 3 yang berarti bahwa jumlah RBC pada anak domba kontrol dan superovulasi masih dalam rentang normal. Hasil perhitungan nilai PCV dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda meskipun dengan nilai yang tidak berbeda nyata secara statistika, seperti terlihat pada Tabel 1.Faktor yang memberikan pengaruh pada nilai PCV ialah faktor superovulasi (SO). Faktor litter size (LS) dan kombinasi antara superovulasi (LS*SO) tidak memberikan nilai yang signifikan pada perbedaan nilai PCV dari setiap perlakuan. Nilai PCV yang paling tinggi adalah pada anak domba kontrol (LS 1, n=3) sebesar 28.20±1.26%, dilanjutkan dengan anak domba SO (LS 1, n=3) sebesar 26.05±1.65%, dan anak domba kontrol (LS 2, n=6) sebesar 24.40±1.80%. Nilai terendah ditemukan pada anak domba SO (LS 2, n=6) sebesar 23.09±2.51%. Nilai PCV memperlihatkan secara langsung viskositas darah dan secara tidak langsung jumlah sel darah merah (Frandson 1996). Nilai PCV dari setiap kelompok perlakuan memiliki nilai yang rendah dengan hasil penelitian yang dilakukan Schalm et al. (1975). Nilai PCV yang dilaporkan Schalm et al. (1975) pada anak domba yang berumur hari ialahsebesar 35.7%. Nilai tersebut juga berbeda jauh dari hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Weiss dan Wardrop pada tahun 2010 yang melaporkan bahwa nilai PCV normal domba adalah sebesar 27 45%. Secara fisiologis, nilai PCV pada anak domba yang berumur satu hari akan selalu lebih rendah dengan kondisi ketika dewasa. Hal tersebut dikarenakan nilai PCV menggambarkan perbandingan jumlah RBC dengan kompenen darah lain dalam volume tertentu. Pada hewan yang baru lahir,sela darah merah atau RBC hanya diproduksi di sumsum tulang, sedangkan pada hewan dewasa diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk, dan ilium (Guyton dan Hall 2006). Hasil perhitungan konsentrasi Hb dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda meskipun dengan nilai yang tidak berbeda nyata secara statistika, seperti terlihat pada Tabel 1.Faktor yang memberikan pengaruh pada konsentrasi hemoglobin ialah faktor superovulasi

21 11 (SO) dan faktor litter size (LS). Kombinasi antara Litter sizedan superovulasi (LS*SO) tidak memberikan konsentrasi yang signifikan pada perbedaan kadar Hb dari setiap perlakuan. Konsentrasi Hb yang paling tinggi ialah pada anak domba SO (LS 1, n=3), yaitu sebesar 9.16±0.09 g%, dilanjutkan dengan anak domba kontrol (LS 1, n=3) sebesar 8.40±0.28 g%, dan anak domba SO (LS 2, n=6) sebesar 7.65±0.63 g%. Konsentrasi Hb terendah ditemukan pada anak domba kontrol (LS 2, n=6) sebesar 7.25±0.25 g%. Fungsi utama Hb ialah untuk pengangkutan oksigen dan karbondioksida di dalam darah (Cunningham 2002). Konsentrasi Hb pada setiap kelompok perlakuan lebih rendah dengan hasil penelitian yang dilakukan Schalm et al. (1975). Konsentrasi Hb yang dilaporkan Schalm et al. (1975) pada anak domba yang berumur hari ialah sebesar 12.9 g%. Secara normal, menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Weiss dan Wardrop pada tahun 2010 konsentrasi Hb normal domba adalah sebesar 9 15 g%. Secara fisiologis, konsentrasi Hb pada anak domba yang berumur satu hari akan selalu lebih rendah dengan kondisi ketika dewasa. Hal tersebut dikarenakan pembentukan Hb tidak tinggi karena masih kurangnya asupan bahan pembentukan Hb, seperti zat besi. Sekitar80% zat besi dibutuhkan dalam pembentukan kadar Hb (Ganong 2003). Pola penurunan nilai PCV dan konsentrasi Hb yang terjadi pada anak domba yang berumur satu hari terkait dengan metabolisme yang terjadi. Pola perubahan gambaran darah tersebut dapat disebabkan oleh faktor instrinsik, diantaranya umur, keadaan gizi, latihan, kesehatan, siklus reproduksi, dan kebuntingan (Jain 1993). Kondisi umur menyebabkan perubahan pada proses metabolisme yang terlihat dari gambaran darahnya. Proses perubahan gambaran darah tersebut merupakan mekanisme fisiologi yang berbeda yang merupakan proses adaptasi tubuh anak yang baru lahir (Ganong 2003). Perlakuan superovulasi dengan litter size secara nyata tidak mempengaruhi gambaran sel darah merah anak domba berdasarkan jumlah eritrosit (RBC), nilai hematokrit (PCV), dan konsentrasi hemoglobin (Hb). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi hemoglobin pada anak domba hasil superovulasi dan litter sizemenunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang sama dan tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan anak domba kontrol sehingga superovulasi pada anak domba tidak mempengaruhi gambaran sel darah merah anak domba berdasarkan jumlah eritrosit (RBC), nilai hematokrit (PCV), dan konsentrasi hemoglobin (Hb).

22 12 Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai profil biokimiawi darah anak domba oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto, Manalu W Prospek penerapan teknologi perbaikan sekresi endogen hormon kebuntingan pada domba skala peternakan rakyat. Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi Reproduksi Hewan dalam Rangka Swasembada Pangan nasional. Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi,dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm Andriyanto, Manalu W Potency of ethanol extract Curcuma xanthoriza as natural growth promotor in pregnant ewes with superovulation. Globalization of Jamu Brand Indonesia. The 2 nd International symposium on Temulawak. The 40 th Meeting of National Working Group on Indonesian Medical Plant. IICC. Bogor. Hlm Armstrong DT, Miller BG, Walton EA, Pfitzner AP, Warnes GM Ovarian responses of anoestrusgoats to stimulation with pregnant mare serumgonadotrophin.anim Repro Sci.5: Bachyar Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Cunningham JG Veterinary Physiology. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders Company. Damron WS Introduction to Animal Science Global, Biological, Social and Industry Perspectives. 3 rd Ed. Oklahoma State University, Ohio. Dharmawan S Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Hematologi Klinik. Cetakan II. Penerbit Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran. Denpasar. Frandson RD Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan Srigandono dan K. Praseno. Gajah Mada University Press. Yokyakarta. Grandasoebrata R Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Bandung. Ganong WF Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Widjajakusumah D, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU, penerjemah; Widjajakusumah D, editor. Jakarta; ECG. Terjemah dari: Review of Medical Physiology. Gatenby RM Sheep. First edition. Macmillan Education Ltd., London. Gonzalez A, Wang H, Carruthers TD, Murphy BD, Mafletoft RJ Superovulation in the cow with pregnant mare serum gonadotrophin serum. Canad Veterin J. 35: Guyton AC, Hall EJ Buku ajar fisiologi Kedokteran. Editor Irawati. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Harianto B, Tim Penulis MT Farm, Buku Pintar Berternak dan Bisnis Domba. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Iniguez LM, Sanhez,Ginting SP Productivity of Sumatran sheep in a system integrated with rubber plantation. Small Ruminant Research. 5:

23 Isnaeni W Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Jain NC Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia: Lea dan Febiger. Khan CM The Merck Veterinary Manual Ed9. Philadephia, Nutrional Publishing. Lopez V, Bulnes G, Gracia G, Dominguez, Cocero The effect of previous ovarian status on rate and early embryo deveploment in response to superovulatory FSH treatments in sheep. Theriogenol.63(7): Maheshwari H, Isdoni B, Satyaningtijas AS, Ekastuti DR, Kusumorini N Gambaran darah kambing yang bunting tunggal dan kembar. Med. Pet. 24(3): Manalu W, Adriani Peningkatan ekspresi gen pertumbuhan selama fase diferensiasi embrio melalui peningkatan sekresi estrogen dan progesteron pada kambing. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX/2000. Lembaga Penelitian IPB. Manalu W, Sumaryadi MY Pengaruh superovulasi terhadap aktivitas sisi ovarium pada domba ekor tipis. Biosfera. 6:1 5. Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, AS Effect of superovulation on maternal serum progesterone conceration, uterine and fetal weight at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Small Rumin Res. 30: Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS Mammary gland differential growth during pregnancy in superovulated Javanese thin-tail ewes. Small Rumin Res. 33: Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 2000a. Effect of superovulaion prior to mating on milk production performance during lactation in ewes. J Dairy Sci. 83: Manalu W, Sumaryadi MY, Sudjatmogo, Satyaningtijas AS. 2000b. The effect of superovulation of Javanese thin-tail ewes prior to mating on lamb birth weight and preweaning growth. Asian-Aust J Anim Sci. 13: Meyer DJ, Harvey JW Veterinary Laboratory Medicine. Interpretation and Diagnosis. Ed ke-3. Philadhelpia, USA: Saunders Ramada A Domba Garut, Peluang usaha membidik pasar lokal dan dunia. Diakses tanggal 15 Agustus Samoelson DA Veterinary Histology. St. Louis: Saunders Elsevier. Schalm OW, Jain NC, Carroll EJ Veterinary Hematology. Edisi ke-3. Philadelphia: Lea dan Febiger. Soeharsono, Musofie A Penampilan Cempe Hasil Persilangan Domba Lokal Dengan Domba Ekor Gemuk yang Dipelihara Secara Tradisional. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Yogyakarta. Hlm Solihati, N Pengaruh metode pemberian PGF2α dalam sinkronisai estrus terhadap angka kebuntingan sapi perah anestrus. [Skripsi]. Bandung. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Weist DJ, Wardrop KJ Schalm s Veterinary Hematology. State Avenue: Blackwell Publising. Westra P Reformasi industri perunggasan menuju ketahanan pangan (Protein hewani) bagi masyarakat miskin di Jawa Timur. Analis. Kebijak. Pertan. 7(3):

24 14 Williamson G, Payne WJA Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press.Yokyakarta.

25 15 Lampiran 1 Hasil analisis penghitungan konsentrasi hemoglobin, nilai hematokrit, dan jumlah eritrosit pada anak domba GLM pcv rbc hb BY f1 f2 /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /EMMEANS=TABLES(OVERALL) /PRINT=DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN= f1 f2 f1*f2. General Linear Model [DataSet0] Between-Subjects Factors N f f Descriptive Statistics f1 f2 Mean Std. Deviation N Pcv Total Total Total Total Rbc Total Total Total Total Hb Total

26 Total Total Total Multivariate Tests b Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Intercept Pillai's Trace E3 a Wilks' Lambda E3 a Hotelling's Trace E3 a Roy's Largest Root E3 a f1 Pillai's Trace a Wilks' Lambda a Hotelling's Trace a Roy's Largest Root a f2 Pillai's Trace a Wilks' Lambda a Hotelling's Trace a Roy's Largest Root a f1 * f2 Pillai's Trace a Wilks' Lambda a Hotelling's Trace a Roy's Largest Root a a. Exact statistic b. Design: Intercept + f1 + f2 + f1 * f2 Source Depend ent Variabl e Tests of Between-Subjects Effects Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model Pcv a Rbc b Hb c Intercept Pcv E3.000 Rbc E3.000 Hb E3.000 f1 Pcv Rbc 2.778E E Hb f2 Pcv Rbc Hb

27 17 f1 * f2 Pcv Rbc Hb Error Pcv Rbc Hb Total Pcv Rbc Hb Corrected Total Pcv Rbc Hb a. R Squared =.506 (Adjusted R Squared =.400) b. R Squared =.496 (Adjusted R Squared =.388) c. R Squared =.772 (Adjusted R Squared =.724) Estimated Marginal Means Depend ent Variable Mean Std. Error Grand Mean 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Pcv Rbc Hb

28 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada tanggal 1 Januari 1989, dengan nama lengkap Andi Nilla Wajuanna dari ayahanda Andi Lubis Wajuanna dan Ibunda Andi Nurhaedah Tahir. Penulis merupakan putri keenam dari sembilan bersaudara. Tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 25 Radda, pendidikan menengah pertama diselesaikan tahun 2004 di SMP Negeri 1 Belopa, tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Belopa dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas sebagai sekretaris umum masa kepengurusan 2009/2010 dan 2010/2011 dan anggota staf sekretaris IMAKAHI kepengurusan 2009/2010.

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk memperolehgambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan, yaitu jumlahrbc, nilai PCV, dan

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Hasil penghitungan jumlah sel darah merah setiap bulan selama lima bulan dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda seperti terlihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di Desa Kedu Temanggung dan pada bulan April 2016 di kandang unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DANI WANGSIT NARENDRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK DANI

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA 1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara 11 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara yang diberi ransum dengan tambahan urea yang berbeda ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR GAMBARAN JUMLAH SEL DARAH MERAH, NILAI HEMATOKRIT, DAN KADAR HEMOGLOBIN INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM KAWIN DAN DICEKOK EKSTRAK TEMULAWAK PLUS SELAMA KEBUNTINGAN RIDI ARIF SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH MERAH DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM KAWIN DAN DISUNTIK hcg HARI KE-6 SETELAH KAWIN PADA AWAL KEBUNTINGAN YUDI GUNAWAN

GAMBARAN DARAH MERAH DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM KAWIN DAN DISUNTIK hcg HARI KE-6 SETELAH KAWIN PADA AWAL KEBUNTINGAN YUDI GUNAWAN GAMBARAN DARAH MERAH DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM KAWIN DAN DISUNTIK hcg HARI KE-6 SETELAH KAWIN PADA AWAL KEBUNTINGAN YUDI GUNAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf) PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf) Hanung Dhidhik Arifin 1) Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH MERAH, HEMATOKRIT, DAN HEMOGLOBIN INDUK DOMBA PADA AWAL KEBUNTINGAN YANG DISUPEROVULASI VIVIEN KUSUMA WHARDANI

GAMBARAN SEL DARAH MERAH, HEMATOKRIT, DAN HEMOGLOBIN INDUK DOMBA PADA AWAL KEBUNTINGAN YANG DISUPEROVULASI VIVIEN KUSUMA WHARDANI GAMBARAN SEL DARAH MERAH, HEMATOKRIT, DAN HEMOGLOBIN INDUK DOMBA PADA AWAL KEBUNTINGAN YANG DISUPEROVULASI VIVIEN KUSUMA WHARDANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK VIVIEN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan April sampai dengan Desember 2011. Lokasi pemeliharaan pada penelitian ini bertempat di Laboratorium Lapang

Lebih terperinci

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu

Lebih terperinci

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN :

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN : Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 191-201 ISSN : 2356-4113 EFEK PENYUNTIKAN HORMON PREGNANT MARE S SERUM GONADOTROPIN (PMSG) TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK BABI PADA PETERNAKAN

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae. Kambing PE merupakan kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan suatu teknologi reproduksi yang mampu meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan (Manalu et al. 1996). Jumlah korpus luteum ini memiliki

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung Jaya Farm, Desa Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Darah Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke organ eksternal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan dan peningkatan jumlah folikel yang berkembang hingga mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah pangan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan makanan merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang sering digunakan dalam dunia peternakan. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru- paru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 A B Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16-17 Gambar 8 Teknik penyuntian PGF 2α. (A) Penyuntikan pertama, (B) Penyuntikan kedua, (C) Pengamatan estrus yang dilakukan tiga kali sehari yaitu pada

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal saat ini menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat luas untuk dikonsumsi baik dalam bentuk telur maupun dagingnya. Tingkat keperluan terhadap

Lebih terperinci

JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMATOKRIT DAN KADAR HEMOGLOBIN AYAM PEDAGING UMUR 6 MINGGU YANG DIBERI SUPLEMEN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN ZINK

JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMATOKRIT DAN KADAR HEMOGLOBIN AYAM PEDAGING UMUR 6 MINGGU YANG DIBERI SUPLEMEN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN ZINK JUMLAH ERITROSIT, NILAI HEMATOKRIT DAN KADAR HEMOGLOBIN AYAM PEDAGING UMUR 6 MINGGU YANG DIBERI SUPLEMEN KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN ZINK RATNA DELIMA NATALIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Domba atau Ovis aries (Anonim 1999)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Domba atau Ovis aries (Anonim 1999) 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Domba memiliki nama ilmiah Ovis aries. Secara klasifikasi ilmiah, domba masuk dalam kerajaan animalia, filum chordata, kelas mamalia, dan ordo artiodactyla. Selanjutnya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kapang Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kapang Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kapang Rhizopus oryzae dan Chrysonilia crassa dalam Ransum terhadap Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Dipelihara Pada Kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1 TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Secara taksonomi domba termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis dan spesies Ovis aries. Dari sisi genetik

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Domba pada Skala Peternakan Rakyat Melalui Pemberian Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophin

Peningkatan Produktivitas Domba pada Skala Peternakan Rakyat Melalui Pemberian Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophin Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 235-241 ISSN : 1411-8327 Peningkatan Produktivitas Domba pada Skala Peternakan Rakyat Melalui Pemberian Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (IMPROVEMENT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KADAR HEMOGLOBIN DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA DALAM KEADAAN BIRAHI

IDENTIFIKASI KADAR HEMOGLOBIN DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA DALAM KEADAAN BIRAHI Buana Sains Vol 6 No 2: 189-193, 2006 189 IDENTIFIKASI KADAR HEMOGLOBIN DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA DALAM KEADAAN BIRAHI I Gede Putu Kasthama 1) dan Eko Marhaeniyanto 2) 1) Dinas Peternakan dan

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba merupakan ruminansia kecil yang relatif mudah dibudidayakan oleh masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai pakan berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan 19 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010 di Kandang Unit Hewan Laboratorium, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Adaptasi (kelompok AP,AIS,AIP) H H + 2 H - 14 Pengambilan darah simpan (kelompok AP) pre post Perdarahan 30% via splenektomi + autotransfusi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Gambar

Lebih terperinci

Pengaruh Superovulasi terhadap Produksi Anak Babi

Pengaruh Superovulasi terhadap Produksi Anak Babi Pengaruh Superovulasi terhadap Produksi Anak Babi (Effect of Superovulation on Piglet Production) Revolson Alexius Mege 1, Wasmen Manalu 2, N. Kusumorini 2 dan S. Hamdani Nasution 2 1 Jurusan Biologi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Kuasi dengan rancangan penelitian After Only With Control Design 35 yang digambarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di pelosok masyarakat. Unggas merupakan penyumbang terbesar keperluan daging

Lebih terperinci