II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Domba atau Ovis aries (Anonim 1999)
|
|
- Johan Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Domba memiliki nama ilmiah Ovis aries. Secara klasifikasi ilmiah, domba masuk dalam kerajaan animalia, filum chordata, kelas mamalia, dan ordo artiodactyla. Selanjutnya, domba masuk di dalam subfamili caprinae, genus Ovis dan memiliki nama ilmiah Ovis aries (Purbowati 2009). Gambar domba disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Domba atau Ovis aries (Anonim 1999) Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat yang dimiliki domba ialah bangsa domba. Pengetahuan tentang bangsa-bangsa domba dapat digunakan untuk mengenali sifat dan karakteristik pada domba. Domba yang ada sekarang merupakan hasil domestikasi manusia. Domba diperkirakan diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, dan Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia (Anonim 2009). Bangsa-bangsa domba yang tersebar di Indonesia terdiri atas beberapa jenis di antaranya domba priangan, domba ekor gemuk, dan domba ekor tipis. Domba lokal merupakan domba yang berasal dari Indonesia dan tersebar hampir di seluaruh wilayah Indonesia. Domba priangan dikenal juga sebagai domba garut dan berasal dari Indonesia. Domba garut banyak terdapat di Jawa Barat. Domba
2 5 ekor gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian timur, seperti Madura, Sulawesi, dan Lombok. Domba ekor tipis banyak ditemukan di Jawa Barat. Domba lokal merupakan domba asli Indonesia. Domba ini kurang produktif bila dibandingkan dengan jenis domba yang lain karena jumlah karkas yang dihasilkan sangat rendah. Domba jenis ini banyak diusahakan oleh masyarakat di pedesaan. Ciri-ciri domba ini di antaranya ialah ukuran badannya kecil, pertumbuhannya lambat, bobot badan domba jantan berkisar 30 sampai dengan 40 kg, sedangkan betina berkisar 15 sampai dengan 20 kg, warna rambut dan polanya sangat beragam, telinganya kecil dan pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan yang jantan bertanduk, dan ekornya kecil serta pendek (Cahyono 1998) Sinkronisasi Estrus pada Domba Sinkronisasi estrus atau penyerentakan berahi dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama ialah dengan mengeluarkan korpus luteum atau menjadikannya tidak berfungsi sehingga hewan tersebut memasuki fase folikuler dari siklus berahinya. Cara kedua adalah dengan menekan perkembangan folikel ovarium selama fase luteal (Hunter 1995). Penghilangan korpus luteum dapat dilakukan dengan memberikan preparat hormon yang bersifat luteolisis. Hormon tersebut ialah PGF2α atau analognya. Hormon PGF2α akan membuat korpus luteum yang ada di ovarium mengalami regresi setelah dilakukan injeksi. Sementara itu, penekanan perkembangan folikel ovarium dapat diberikan dengan memberikan preparat hormon progesteron atau progestin sintetik. Pemberian preparat progesteron atau progestin sintetik akan menekan aktivitas ovarium dalam waktu yang singkat sehingga tetap dalam fase luteal (Donald dan Leslie 1980). Penyerentakan berahi domba dilakukan dengan memberikan injeksi hormon PGF2α. Pemberian injeksi ini harus dilakukan pada fase luteal, yaitu ketika ovarium domba sedang memiliki korpus luteum. Selain itu, injeksi hormon ini dilakukan ketika korpus luteum tersebut telah memasuki masa responsif terhadap PGF2α. Korpus luteum telah menjadi responsif terhadap PGF2α ketika
3 6 minimal telah berumur tiga hari atau kira-kira hari keempat siklus berahinya. Oleh karena itu, injeksi PGF2α dapat dilakukan pada hari ke 5-16 dari siklus berahinya (Donald dan Leslie 1980). Namun, jika penyerentakan berahi dilakukan pada sekelompok hewan maka teknik manajemen yang dilakukan ialah dengan injeksi PGF2α sebanyak dua kali. Injeksi PGF2α yang kedua berjarak 8 atau 9 hari dari injeksi yang pertama (Hunter 1995). Menurut Donald dan Leslie (1980), injeksi PGF2α juga dapat dilakukan dengan rentang waktu antara hari setelah injeksi yang pertama. Regresi korpus luteum atau luteolisis akan cepat terjadi setelah dilakukan injeksi PGF2α. Hewan akan menjadi berahi maksimal dalam 72 jam setelah injeksi PGF2α dilakukan. Rentang waktu terjadinya berahi biasanya dalam kisaran antara jam setelah injeksi PGF2α (Hunter 1995). Hormon PGF2α yang mempunyai sifat luteolisis menyebabkan regresi korpus luteum dengan cara mempengaruhi kerja LH terhadap korpus luteum dan meningkatkan jumlah sekresi oksitosin oleh ovarium. Setelah itu, ovarium akan kembali ke siklus berikutnya dengan perkembangan folikelnya yang baru (James 2003) Superovulasi pada Domba Superovulasi merupakan suatu teknik untuk merangsang pembentukan folikel dalam ovarium melebihi kemampuan alamiahnya. Melalui superovulasi, jumlah folikel yang tumbuh dan matang lebih cepat akan meningkat. Teknik superovulasi dilakukan dengan menggunakan hormon gonadotropin. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan superovulasi di antaranya jumlah pemberian dosis, preparat hormon yang digunakan, preparat tambahan yang digunakan, dan prosedur pelaksanaan. Aplikasi teknik superovulasi yang dilakukan pada domba memberikan hasil yang sangat bervariasi (Gordon 2005). Salah satu faktor lain yang mempengaruhi respons superovulasi ialah kondisi awal ovarium. Kondisi awal ovarium yang berbeda akan memberikan respons yang berbeda terhadap jumlah populasi folikel yang akan berkembang selama perlakuan superovulasi. Pada kondisi awal dengan ovarium yang telah memiliki beberapa folikel yang telah berkembang sebelumnya, memberikan respons superovulasi yang lebih baik (Lopez et a.l 2005). Respons superovulasi
4 7 juga dapat ditingkatkan dengan mengubah teknik superovulasi itu sendiri. Penggunaan metode berupa stimulasi superovulasi yang berulang akan memberikan hasil yang lebih baik (Cueto et al. 2010). Jenis gonadotropin yang sering dipakai dalam penerapan teknik superovulasi ialah FSH dan PMSG. Pemakaian FSH dalam teknik superovulasi mempunyai respons yang sangat baik namun waktu paruh biologinya singkat, yaitu kurang lebih 2 sampai dengan 5 jam sehingga penyuntikan perlu dilakukan berulang kali (Hafez 2000). Hormon FSH dapat diperoleh dari ekstraksi pituitari ataupun dari sintetis secara buatan. Salah satu contoh gondadotropin sintetis ialah analog human hfsh. Hormon analog tersebut memiliki potensi yang mirip dengan FSH ketika diaplikasikan pada domba (Lemke 2008). Hormon PMSG merupakan hormon yang dihasilkan oleh plasenta yang mempunyai aktivitas mirip dengan FSH dan LH. Hormon PMSG mencapai kadar tertinggi dalam darah antara hari ke-60 sampai dengan 90 dari masa kebuntingan dan diperkirakan hormon ini merangsang pembentukan korpus luteum tambahan atau folikel berlutein yang diperlukan untuk mempertahankan kebuntingan (Hunter 1995). Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh PMSG di antaranya merangsang pertumbuhan folikel, menunjang produksi estrogen, merangsang ovulasi, dan luteinisasi. Pemberian PMSG dalam dosis tunggal secara intramuskular sudah cukup untuk merangsang timbulnya ovulasi. Penggunaan PMSG menimbulkan respons yang sangat bervariasi, yaitu dari tidak memberi respons hingga respons yang berlebihan. Pemberian PMSG yang tidak disertai dengan pemberian hormon lain harus diberikan pada awal fase luteal, yaitu hari ke-16 siklus estrus untuk domba (Hunter 1995). Gonadotropin eksogen berupa PMSG yang diaplikasikan dalam teknik superovulasi akan memberikan aktivitas biologi yang menyerupai FSH dan LH. Hormon PMSG akan berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, pematangan folikel tersebut, dan pembentukan hormon estrogen. Pembentukan estrogen tersebut akan meningkatkan konsentrasi estrogen di dalam darah. Kadar estrogen yang tinggi di dalam darah digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan folikel. Selain itu, tingginya
5 8 kadar estrogen dalam darah akan memberikan sinyal untuk menghentikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipotalamus dan hipofise anterior. Kadar estrogen yang berada di atas ambang akan menekan pelepasan FSH oleh hipotalamus dan selanjutnya meningkatkan sekresi LH untuk merangsang proses ovulasi. Pada saat terjadi ovulasi, sel-sel granulosa akan memproduksi inhibin yang berfungsi untuk mengahambat produksi FSH (Hernawan 2003). Pada kasus superovulasi, produksi hormon estrogen hanya dirangsang oleh hormon gonadotropin eksogen. Pemberian LH eksogen tidak diperlukan untuk menginduksi terjadinya ovulasi karena lonjakan pelepasan LH endogen akan terjadi secara otomatis akibat superovulasi. Ovulasi merupakan pelepasan sel telur dari folikel yang telah matang. Ovulasi dapat terjadi jika ada sekresi LH secara mendadak dan dalam waktu yang cepat oleh hipofise anterior (Frandson et al. 2009). Pada beberapa spesies hewan tetap diperlukan adanya injeksi LH eksogen setelah pemberian PMSG. Injeksi LH eksogen diperlukan untuk menginduksi ovulasi dari beberapa folikel yang telah berkembang sebelumnya (Donald dan Leslie 1980). Induksi ovulasi dapat dilakukan dengan melakukan injeksi tunggal LH dalam bentuk hcg atau fraksi hipofise yang kaya akan aktivitas LH. Pemberian preparat hormon tersebut dilakukan dengan injeksi intravena atau intramuskular. Waktu pemberian injeksi hormon dilakukan menjelang munculnya berahi, yaitu ketika terdapat folikel yang matang. Injeksi LH atau hcg harus dilakukan sebelum terjadi perbanyakan sekresi gonadotropin endogen. Jika injeksi LH atau hcg dilakukan terlalu cepat, yaitu ketika folikel belum matang, maka akan muncul efek lain pada hewan. Efek tersebut di antaranya hewan tidak berahi, terjadi ovulasi oosit primer, atau bahkan tidak terjadi ovulasi meskipun luteinisasi folikel dapat dimulai (Hunter 1995). Prosedur superovulasi pada domba biasanya dilakukan dengan injeksi PMSG. Injeksi dilakukan pada akhir fase luteal siklus berahi, yaitu sekitar hari ke- 12 atau 13. Injeksi PMSG juga dapat dilakukan setelah injeksi progesteron yang digunakan untuk sinkronisasi estrus. Prosedur tersebut bertujuan agar ukuran populasi folikel yang matang lebih homogen sebelum dimulainya perangsangan dengan gonadotropin eksogenous. Pemberian PMSG juga dapat dilakukan pada
6 9 fase luteal yaitu beberapa saat menjelang injeksi tunggal preparat luteolisis (Hunter 1995). Menurut James (2003) induksi superovulasi menggunakan injeksi PMSG juga dapat mulai diberikan pada pertengahan siklus estrus. Pemberian induksi superovulasi ditujukan untuk meningkatkan jumlah folikel yang matang yang akan tumbuh menjadi folikel dominan dan untuk mengurangi jumlah folikel yang mengalami regresi. Masing-masing folikel yang mencapai tahap folikel dominan akan melepaskan satu sel telur. Pada kondisi konsepsi, lokasi pelepasan sel telur tadi akan berkembang menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan menghasilkan progesteron yang berfungsi menjaga kebuntingan. Konsentrasi progesteron yang ada di dalam darah dapat digunakan untuk mengetahui jumlah embrio yang sedang berkembang. Semakin tinggi kadar progesteron dalam darah, maka jumlah embrio yang sedang berkembang semakin banyak. Namun, kadar progesteron di dalam darah tidak dapat menjadi ukuran untuk menentukan jumlah korpus luteum yang terbentuk (Amiridis et al. 2002) Permasalahan Superovulasi Penerapan teknik superovulasi memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan efisiensi reproduksi ternak, akan tetapi memiliki berbagai kendala dalam aplikasinya. Penerapan superovulasi masih terbatas dilakukan pada ternak sapi sedangkan pada domba masih jarang dilakukan. Tujuan utama dilakukan superovulasi pada sapi ialah untuk mendapatkan embrio dengan kualitas baik dan jumlah yang lebih banyak melalui inseminasi buatan dengan pejantan unggul. Selanjutnya, embrio dalam jumlah banyak hasil superovulasi tersebut dapat dipanen untuk kemudian dilakukan transfer embrio. Pada domba, penerapan superovulasi untuk tujuan tersebut tidak dilakukan karena dianggap tidak efektif. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan superovulasi ialah respons individu terhadap hormon yang diberikan dan waktu pemberian hormon tersebut. Pemberian preparat hormon untuk superovulasi memberikan pengaruh yang sangat bervariasi antarindividu. Selain itu, waktu pemberian preparat hormon juga sangat berpengaruh pada respons perkembangan folikel ovarium. Pemberian preparat hormon superovulasi akan memberikan hasil terbaik
7 10 ketika ternak sedang berada pada fase folikuler, terutama pada periode munculnya gelombang folikuler. Pada teori sebelumnya, gelombang folikel diperkirakan terjadi pada pertengahan siklus berahi yang sekaligus pertengahan fase luteal sehingga diyakini pada saat tersebutlah waktu yang tepat untuk melakukan program superovulasi. Namun, perlakuan tersebut hanya memberikan hasil yang tidak pasti. Saat ini diketahui bahwa gelombang folikuler tidak terjadi satu kali saja. Gelombang folikuler terjadi bergantung pada fertilitas individu masingmasing sehingga dimungkinkan terjadi satu hingga tiga gelombang folikuler dalam satu siklus berahi (Sumaryadi 1997). Permasalahan lain yang muncul ketika pelaksanaan program superovulasi ialah tingginya tingkat stres induk. Stres induk tersebut disebabkan oleh tingginya beban metabolisme yang ditanggung dengan banyaknya jumlah fetus yang ada dalam uterus. Selain itu, peningkatan perkembangan folikel akibat superovulasi akan meningkatkan sekresi hormon endogen. Peningkatan sekresi hormonhormon endogen akan berpengaruh juga pada peningkatan beban metabolisme induk. Dengan demikian, suatu metode perlu diaplikasikan untuk mengurangi stres metabolisme akibat peningkatan beban metabolisme pada induk yang disuperovulasi. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan ekstrak dari tanaman berkhasiat yang diharapkan mampu meningkatkan performans induk yang disuperovulasi Darah Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat di luar sel dan termasuk bagian dari sistem sirkulasi. Darah dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang ada di seluruh tubuh. Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Selsel darah terdiri atas sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan keping darah atau trombosit. Jumlah leukosit relatif sangat sedikit, yaitu 2 permil dari jumlah eritrosit. Bagian darah yang mempunyai fungsi penting dalam proses pembekuan darah adalah trombosit (Poedjiadi 2006). Menurut Seiverd (1964) untuk setiap 500 eritrosit terdapat 30 trombosit dan hanya terdapat satu leukosit.
8 11 Darah yang diberi antikoagulan dan kemudian disentrifugasi akan memisahkan bagian darah berdasarkan bobotnya. Sel-sel darah akan mengendap sedangkan plasma darah akan berada di atasnya. Pada darah normal, sel-sel darah akan menempati 0,45 bagian dari volume keseluruhan. Bagian ini disebut hematokrit atau jika dalam unit internasional disebut VPRC (Volume of Packed Red Cells). Bobot jenis darah bervariasi antara 1,045-1,060 sedangkan bobot jenis plasma darah antara 1,024-1,028. Viskositas atau derajat kekentalan darah kirakira 4,5 kali viskositas air. Bagian cair dari darah disebut plasma darah. Plasma darah mengandung sekitar 90% air. Peranan air dalam darah sangat besar. Air yang terkandung dalam plasma berfungsi sebagai pelarut zat-zat, menjaga tekanan darah, menjaga kondisi osmotik, dan pengaturan panas. Air mempunyai kalor jenis yang tinggi, konduktivitas panas yang tinggi, dan kalor penguapan laten yang tinggi pula. Sifat air tersebut sangat menguntungkan dalam hal pengaturan panas (Poedjiadi 2006). Salah satu zat terbanyak yang terdapat dalam plasma ialah protein. Kadar protein plasma kira-kira 6 sampai dengan 8% dari plasma. Beberapa protein yang terkandung dalam plasma di antaranya fibrinogen, albumin, dan globulin. Fibrinogen adalah suatu protein yang dapat berubah menjadi fibrin dan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah apabila terjadi perlukaan. Fibrinogen memiliki sifat seperti globulin namun berbeda pada beberapa reaksi pengendapan. Fibrinogen dibentuk dalam hati. Pada keadaan peradangan dan kebuntingan, jumlah fibrinogen dalam plasma meningkat. Albumin dan globulin merupakan bagian besar protein yang terdapat dalam plasma. Kedua jenis protein ini berfungsi sebagai zat yang menentukan besarnya tekanan osmosis (Poedjiadi 2006). Fraksi sel darah merah dalam darah disebut dengan hematokrit. Nilai hematokrit menunjukkan kemampuan darah dalam membawa oksigen. Nilai hematokrit berkisar antara 40-50%, menunjukkan bahwa di dalam darah sudah terdapat hemoglobin dengan jumlah yang cukup untuk pengangkutan oksigen ke jaringan. Di dalam sel darah merah terdapat protein berpigmen yang disebut dengan hemoglobin. Fungsi utama hemoglobin ialah untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida dalam darah (Cunningham 1997).
9 Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrosit dibentuk di dalam sumsum tulang. Hemoglobin merupakan zat padat dalam eritrosit yang menyebabkan warna merah pada eritrosit. Eritrosit kurang mengandung air dibandingkan dengan sel-sel lain dalam jaringan. Di dalam eritrosit terdapat lipid, protein, dan enzim. Lipid yang terdapat di dalam eritrosit di antaranya kolesterol, lesitin, dan sefalin. Protein yang terdapat di dalam eritrosit ialah stromatin, lipoprotein, dan elimin. Beberapa enzim yang terdapat di dalam eritrosit di antaranya karbonat anhidrase, peptidase, kolinesterase, dan enzim-enzim dalam sistem glikolisis. Molekul ATP dan ADP merupakan bagian yang penting di dalam eritrosit. Urea, asam amino, kreatinin, dan glukosa adalah zat organik yang larut di dalam eritrosit. Konsentrasi glukosa dalam plasma sama dengan konsentrasi glukosa dalam eritrosit (Poedjiadi 2006). Gambar dari bentuk sel darah merah disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Bentuk sel darah merah (Anonim 2008) Komposisi elektrolit dalam sel darah merah secara kualitatif sama dengan plasma, namun secara kuantitatif terdapat sedikit perbedaan. Tekanan osmosis dalam sel sama dengan tekanan osmosis pada plasma, yaitu senilai dengan tekanan osmosis larutan 0,9% NaCl dalam air. Perubahan tekanan osmosis yang terjadi pada larutan di luar eritrosit akan berpengaruh pada besarnya sel. Larutan yang bersifat hipotonik menyebabkan air masuk ke dalam sel sehingga ukuran sel membesar. Kondisi sel yang terus membesar dapat mengakibatkan pecahnya sel sehingga hemoglobin keluar dari sel. Proses pecahnya sel darah merah tersebut disebut hemolisis. Pada kondisi sebaliknya, yaitu lingkungan yang hipertonik
10 13 maka air dari dalam sel akan keluar. Ukuran sel menjadi kecil dan dikenal dengan istilah krenasi. Eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang kemudian dilepaskan ke dalam sistem sirkulasi dan beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Jumlah eritrosit dalam darah relatif konstan. Jumlah eritrosit yang konstan menunjukkan pembentukan eritrosit yang baru memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan rusaknya eritrosit yang lama. Sel darah merah dapat bertahan selama 120 sampai dengan125 hari dalam sirkulasi dan kemudian mengalami kerusakan. Sekitar 0,8% dari seluruh eritrosit mengalami kerusakan dan dibentuk setiap hari. Eritrosit yang rusak menyebabkan hemoglobin keluar dari sel. Hemoglobin tersebut akan mengeluarkan zat besi atau Fe yang terkandung di dalamnya. Fe yang telepas akan bergabung dengan transferin yang kemudian disimpan dan dapat digunakan lagi. Transferin merupakan suatu protein yang terdapat dalam plasma dan mampu mengikat Fe secara reversibel. Kemampuan tubuh untuk menyimpan Fe dan menggunakannya kembali sangat menguntungkan karena usus mempunyai kemampuan yang terbatas dalam melakukan penyerapan Fe yang terkandung dalam makanan. Kadar Fe dalam tubuh bergantung pada ukuran badan dan tingkat hemoglobin. Fe terdapat dalam hemoglobin, feritin, hemosiderin, dan sisanya dalam mioglobin. Kandungan Fe sedikit di dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Fe yang terdapat dalam makanan diserap di semua jalur pencernaan makanan namun terbanyak adalah di duodenum. Zat besi diserap dalam bentuk Fe ++ dan langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Sebagian Fe akan tersimpan dalam sel hati, limpa, dan sumsum tulang sebagai feritin dan hemosiderin. Feritin merupakan protein yang larut dalam air yang terdiri atas apoferitin dan kompleks ferihidroksidafosfat. Kelebihan Fe yang tidak tertampung oleh feritin akan disimpan sebagai hemosiderin yang tidak larut dalam air. Pemasukan Fe yang terus menerus ke dalam tubuh menyebabkan tertimbunnya hemosiderin dalam hati dan dapat menyebabkan kerusakan hati dan jantung (Guyton dan Hall 1997). Hemoglobin yang rusak menyebabkan terbentuknya bilirubin. Bilirubin merupakan zat warna kuning yang membentuk kompleks dengan albumin dan dibawa ke hati. Di dalam hati, bilirubin akan diubah menjadi bilirubin
11 14 diglukoronida oleh enzim UDP-glukoronil transferase yang kemudian dibawa ke empedu. Bilirubin diglukoronida akan dikeluarkan bersama cairan empedu ke dalam usus. Di dalam usus glukoronida dipisahkan sedangkan bilirubin direduksi menjadi urobilinogen yang tidak berwarna. Sebagian urobilinogen diserap kembali dan dibawa ke hati. Sebagian besar urobilinogen dikeluarkan bersama feses setelah diubah menjadi urobilin melalui jalur oksidasi. Kondisi kelainan eritrosit berupa jumlahnya yang tidak mencapai normal disebut anemia. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal. Pendarahan, baik akut maupun kronis, dapat menyebabkan kekurangan volume darah dalam tubuh sehingga menyebabkan anemia. Plasma darah dapat kembali dalam 24 jam dengan jalan mengambil cairan dari jaringan-jaringan. Sementara itu, dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk mengembalikan jumlah sel darah merah yang hilang. Kekurangan Fe dalam tubuh dapat berakibat kurangnya jumlah hemoglobin yang secara tidak langsung mempengaruhi konsentrasi eritrosit. Anemia juga dapat terjadi karena sel darah merah yang mudah rusak. Rusaknya sel darah merah dapat terjadi karena rapuhnya membran sel. Produksi sel yang tidak dapat mengimbangi laju kerusakannya akan mengakibatkan kondisi anemia. Anemia terbagi dalam beberapa jenis sesuai dengan penyebabnya. Pernicious anemia terjadi karena kurangnya asam folat atau vitamin B12 yang menyebabkan produksi sel darah merah berkurang dan ukurannya membesar. Jenis anemia yang lain adalah anemia aplastik. Pada kondisi ini sumsum tulang sama sekali tidak mampu untuk memproduksi sel darah merah. Akibat dari anemia tersebut adalah kurangnya kemampuan darah dalam mengikat oksigen sehingga jaringan-jaringan yang memerlukan oksigen tidak dapat terpenuhi kebutuhannya. Akibat lain yang muncul adalah menurunnya viskositas darah yang pada akhirnya mempengaruhi kerja jantung. Kelainan darah berupa jumlah eritrosit di atas normal disebut dengan polisitemia. Kondisi ini berlawanan dengan anemia. Polisitemia akan menyebabkan kenaikan viskositas darah dan kemudian mempengaruhi kecepatan aliran darah terutama pada pembuluh darah kapiler. Pada kondisi selanjutnya, viskositas darah yang meningkat tersebut akan memberatkan kerja jantung (Guyton dan Hall 1997).
12 Profil Ekstrak Temulawak yang diberikan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman obat yang termasuk dalam suku temu-temuan. Menurut klasifikasi ilmiah, temulawak masuk ke dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Liliopsida, dan ordo Zingiberales. Selanjutnya, temulawak termasuk dalam famili Zingiberaceae, genus Curcuma, dan memiliki nama ilmiah Curcuma xanthorrhiza (Rukmana 1995). Gambar dari temulawak disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza (Anonim 2010) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mempunyai kandungan utama protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin mempunyai manfaat sebagai antiradang dan antihepatotoksik. Senyawa kurkumin memiliki sifat hepatoprotektif dan telah terbukti mampu memperbaiki fungsi hati yang sedang mengalami kerusakan (Marotta et al. 2003). Temulawak memiliki beberapa manfaat yang dapat digunakan sebagai obat. Manfaat tersebut di antaranya sebagai hepatoprotektor, menurunkan kadar kolesterol, antiradang, laksansia (pencahar), diuretikum, dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya ialah dapat meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan melancarkan peredaran darah. Senyawa khusus yang telah berhasil diisolasi dari temulawak ialah xanthorizol. Senyawa ini mempunyai manfaat sebagai senyawa antibakteri alami. Beberapa jenis bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawa ini di antaranya Bacillus cereus, Clostridium perfingens, Listeria monocytogenes,
13 16 Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, dan Vibrio parahaemolyticus (Lee et al. 2008). Senyawa xanthorizol yang dikenal dengan sesquiterpenoid alami juga berpotensi sebagai senyawa antimetastasis tumor. Xanthorizol mampu menghambat pembentukan nodul tumor pada jaringan paru-paru dan tumor pada intraabdominal (Choi et al. 2004). Beberapa jenis vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh di antaranya vitamin A, vitamin B kompleks, dan vitamin D. Vitamin A memilki beberapa manfaat penting terkait dengan fungsi-fungsi reproduksi. Manfaat tersebut di antaranya ialah sebagai komponen untuk menjaga fungsi reproduksi normal, mempengaruhi perkembangan normal fungsi ovarium dan plasenta, serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan normal embrio. Vitamin B kompleks, yang terdiri atas vitamin B1, B2, B6, dan B12, memiliki arti penting sebagai kofaktor berbagai enzim di dalam tubuh. Melalui peran pentingnya sebagai kofaktor tersebut, vitamin B kompleks memiliki fungsi sebagai bahan yang berperan dalam aktivasi berbagai enzim sehingga proses metabolisme dapat berlangsung dengan baik. Vitamin D memiliki peran penting dalam proses penyerapan kalsium. Ketercukupan vitamin D akan membantu proses metabolisme kalsium di dalam tubuh menjadi lebih optimal. Kalsium memiliki arti yang sangat penting bagi tubuh karena kalsium berperan pada hampir seluruh proses metabolisme tubuh. Beberapa peran penting kalsium di antaranya sebagai second messenger, berperan dalam kontraksi otot, berperan dalam impuls saraf, dan sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi.
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
GAMBARAN JUMLAH SEL DARAH MERAH, NILAI HEMATOKRIT, DAN KADAR HEMOGLOBIN INDUK DOMBA YANG DISUPEROVULASI SEBELUM KAWIN DAN DICEKOK EKSTRAK TEMULAWAK PLUS SELAMA KEBUNTINGAN RIDI ARIF SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak di pelihara petani-peternak di Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi pesisir dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Sel Darah Merah Pemeriksaan darah dilakukan selama tiga puluh hari dari awal kebuntingan, yaitu hari ke-1, 3, 6, 9, 12, 15, dan 30. Pemilihan waktu pemeriksaan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan suatu teknologi reproduksi yang mampu meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan (Manalu et al. 1996). Jumlah korpus luteum ini memiliki
Lebih terperinciPENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Superovulasi Superovulasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan dan peningkatan jumlah folikel yang berkembang hingga mengalami
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Hasil penghitungan jumlah sel darah merah setiap bulan selama lima bulan dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda seperti terlihat
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi
Lebih terperinciTujuan Penelitian. Manfaat Penelitian
2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk memperolehgambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan, yaitu jumlahrbc, nilai PCV, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5 Kabupaten yang terdapat di provinsi Gorontalo dan secara geografis memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Jumlah sel darah merah yang didapatkan dalam penelitian ini sangat beragam antarkelompok perlakuan meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Pola kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species) bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan telah menjadi lambang bagi provinsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciIlmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm Pengaruh tingkat energi protein ransum terhadap total protein darah ayam lokal Jimmy
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α Hasil penelitian didapatkan 13 dari 15 ekor domba (87,67%) menunjukan respon estrus dengan penyuntikan PGF 2α. Onset estrus berkisar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda
3 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda Siklus reproduksi terkait dengan berbagai fenomena, meliputi pubertas dan kematangan seksual, musim kawin, siklus estrus, aktivitas seksual setelah beranak, dan
Lebih terperinciApa itu Darah? Plasma Vs. serum
Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol dan daging, Selain itu, pertumbuhannya yang cepat serta ukuran tubuh yang relatif kecil dapat memudahkan
Lebih terperinciPROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciIII. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba
17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1
TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Secara taksonomi domba termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis dan spesies Ovis aries. Dari sisi genetik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
9 A B Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16-17 Gambar 8 Teknik penyuntian PGF 2α. (A) Penyuntikan pertama, (B) Penyuntikan kedua, (C) Pengamatan estrus yang dilakukan tiga kali sehari yaitu pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk mengolah sawah, penghasil daging dan susu, serta sebagai tabungan untuk keperluan dikemudian
Lebih terperinciSistem Transportasi Manusia L/O/G/O
Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aplikasi bioteknologi reproduksi di bidang peternakan merupakan suatu terobosan untuk memacu pengembangan usaha peternakan. Sapi merupakan salah satu jenis ternak
Lebih terperinciANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE
ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya menjadikan subsektor peternakan sebagai pendorong kemandirian pertanian Nasional, dibutuhkan terobosan pengembangan sistem peternakan. Dalam percepatan penciptaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan
I. PENDAHULUAN Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme manusia untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu, dimana aktivitas dilakukan dengan intensitas tinggi (tempo tinggi, frekuensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Ovis ammon) di Asia Tengah, Urial (Ovis vignei) juga di Asia dan Moufflon (Ovis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Bangsa domba liar yang ada yang telah mengalami domestikasi adalah Angali (Ovis ammon) di Asia Tengah, Urial (Ovis vignei) juga di Asia dan Moufflon (Ovis musimon)
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba merupakan ruminansia kecil yang relatif mudah dibudidayakan oleh masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai pakan berupa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik sangat rentan terhadap cuaca panas ditambah lagi dengan sistem pemeliharaan minim air menyebabkan konservasi air oleh ginjal lebih banyak dan meningkatnya tekanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENYERENTAKAN BERAHI
BAB I PENYERENTAKAN BERAHI 1.1 Pendahuluan Penyerentakan berahi (Sinkronisasi Estrus) merupakan suatu proses manipulasi berahi pada sekelompok ternak betina. Adapun alasan dilakukannya Penyerentakan berahi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budi daya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini
Lebih terperinciSistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sapi PO terbesar berada di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,
Lebih terperinciSTORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH
STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciSISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt
SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal saat ini menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat luas untuk dikonsumsi baik dalam bentuk telur maupun dagingnya. Tingkat keperluan terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Darah Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke organ eksternal,
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak dipelihara sebagai ternak penghasil daging oleh sebagian peternak di Indonesia. Domba didomestikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI
Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Barat sekitar SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kambing Pada mulanya domestikasi kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang
II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh (Cortunix- cortunix japonica) Puyuh merupakan jenis aves yang tidak dapat terbang, ukuran tubuhnya relatif kecil, berkaki pendek. Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Estrus 4.1.1 Tingkah Laku Estrus Ternak yang mengalami fase estrus akan menunjukkan perilaku menerima pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang
Lebih terperinciKompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya
SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciSexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour
Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan
PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat
Lebih terperinci