Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, persaingan di dunia manufaktur menjadi sangat ketat, hal ini menyebabkan perusahaan harus mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola perusahaan agar tetap survive di dalam persaingan bisnis. Perusahaan harus menjaga kelancaran dalam proses produksi yang merupakan salah satu bagian terpenting untuk mencapai tujuan perusahaan. Proses produksi merupakan hal pokok dalam perusahaan manufaktur, oleh karena itu perencanaan peta kerja yang digunakan harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi yang akhirnya memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan. Perancangan peta kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja. Sistem kerja di definisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari manusia, mesin, peralatan, bahan metode, dan lingkungan kerja yang berdiri sebagai satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Perancangan sistem kerja merupakan upaya-upaya merancang dan memperbaiki sistem kerja dengan memperhatikan elemen-elemen sistem kerja tadi secara integral, sedemikian rupa sehingga kinerja dari sistem kerja tersebut meningkat secara menyeluruh. Sistem kerja yang baik akan mencapai optimalisasi kerja yang meliputi efisien dalam waktu ( menurangi idle dan biaya) dan menghasilkan produk secara optimal. Hal ini juga dilakukan oleh PT V4ST yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Mini 4WD yang merupakan produk utama PT V4ST, saat ini pemasarannya mencakup pasar domestik Indonesia.PT V4ST merupakan industri yang sudah berjalan. Sebagai perusahan yang beranjak besar, pada tahun ini PT V4ST mendapatkan banyak permintaan untuk Mini 4WD. Dalam pemenuhan permintaan tersebut perancangan sistem kerja yang tepat sangat diperlukan. Salah satu perancangan sistem kerja yaitu melalui perancangan stasiun kerja yang efisien, tetapi dalam hal produktivitas tetap optimal. Perancangan dan pembagian stasiun kerja yang tepat dan sesuai dibutuhkan terutama dalam Program Studi Teknik Industri Page 1

2 penyesuaian lokasi, meminimasi backtracking, serta pemanfaatan waktu optimal ( meminimasi waktu idle). 1.2 Tujuan Penulisan Laporan Tujuan dari praktikum Perancangan Peta Kerja dan Presedence Diagram adalah : 1. Memahami konsep operasi kerja dan mampu menentukan operasi kerja 2. Membuat Assembly Chart 3. Membuat Peta Proses Operasi ( Operation Process Chart / OPC) 4. Memahami konsep Presedence Diagram dan mampu membuat Presedence Diagram 5. Membuat diagram aliran (flow diagram) 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam praktikum ini meliputi input dari proses perakitan yaitu komponen Mini 4 WD sedangkan outputnya adalah elemen kerja, stasiun kerja, flow diagram, presedence diagram dan assembly chart 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah : BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan praktikum, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pengukuran waktu kerja, peta kerja, precedence diagram, dan aspek-aspek ergonomi dalam perancangan stasiun kerja. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang flowchart metodologi penelitian yang digunakan BAB IV. PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi daftar komponen Mini 4 WD, daftar operasi kerja, assembly chart, peta proses operasi, presedence diagram dan flow diagram. Program Studi Teknik Industri Page 2

3 BAB V. ANALISIS Pada bab ini berisi pembahasan mengenai assembly chart, precedence diagram, OPC, flow diagram, dan elemen kerja serta perbaikan. BAB IV.PENUTUP Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran. Program Studi Teknik Industri Page 3

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan da1am berproduksi. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Dengan demikian pengukuran waktu ini merupakan suatu proses kuatitatif, yang diarahkan untuk mendapatkan suatukriteria yang obyektif. Study mengenai pengukuran waktu kerja dilakukan untuk dapat melakukan perancangan atau perbaikan dari suatu sistem kerja. Untuk keperluan tersebut, dilakukan penentuan waktu baku, yaitu waktu yang diperlukan dalam bekerja dengan telah mempertimbangkan faktor-faktor diluar elemen pekerjaan yang dilakukan. Secara umum, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan menjadi : a. Secara Langsung Pengukuran kerja secara langsung adalah pengukuran kerja dengan pengamatan secara langsung pada suatu sistem kerja. Pengukuran kerja secara tidak langsung terdiri dari : Pengukuran waktu dengan jam henti (Stop Watch Jam ) Sampling pekerjaan ( Work Sampling ) b. Secara Tidak Langsung Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan menggunakan metode standar data. Pengukuran kerja secara tidak langsung antara lain meggunakan : Data Waktu Baku Data Waktu Gerakan, terdiri dari : Program Studi Teknik Industri Page 4

5 2.2 Peta Kerja - Work Faktor (WF) System - Maynard Operation Sequece Time (MOST System ) - Motion Time Measurement ( MTM System ) Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja, antara lain: 1. Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi ukuran pekerjaan, dan lain-lain. 2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan produksi, dan lain-lain. 3. Waktu operasi untuk setiap proses atau elemen kegiatan di samping total waktu penyelesaiannya. 4. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan. 5. Dan lain sebagainya. Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai akhirnya produk jadi dan siap dipasarkan. Apabila dilakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. (Sritomo, 2006) Contoh informasi-informasi yang diperlukan antara lain jumlah benda kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan, dan sebagainya Di dalam pembuatan peta kerja akan dipergunakan simbol-simbol standard dari ASME (American Society of Mechanical Engineers) untuk Program Studi Teknik Industri Page 5

6 menggambarkan masing-masing aktivitas. Simbol simbol ASME adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Macam-macam Simbol ASME no Simbol Keterangan contoh 1 operasi Operasi, benda kerja mengalami perubahan sifat atau bentuk, baik fisik maupun kimiawi. Menyerut, menghaluskan, dan mengukur. 2 inpeksi Pemeriksaan, terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. 3 transpotasi Transportasi, terjadi bila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan bagian dari proses operasi. 4 delay Menunggu, terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu. 5 Sigitiga Penyimpanan, terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Mengukur dimensi dan memeriksa kehalusan. Suatu obyek dipindahkan dari tempat perakitan ke gudang penyimpanan dan pemindahan barang dari mesin bubut ke mesin frais Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain, menunggu diperiksa, dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen dan bahan baku disimpan dalam gudang. 6 aktivitas ganda Aktivitas gabungan, terjadi apabila antara aktivitas dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Perakitan benda kerja. Program Studi Teknik Industri Page 6

7 Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu: 1. Peta-peta kerja keseluruhan 2. Peta-peta kerja setempat Peta-peta kerja keseluruhan : a. Peta proses operasi b. Peta aliran proses c. Peta proses produk banyak d. Diagram aliran e. Assembly Chart Peta-peta kerja setempat: a. Peta pekerja dan mesin b. Peta kelompok kerja c. Peta tangan kiri dan tangan kanan ( Peta-peta Kerja Keseluruhan Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Peta-peta kerja yang termasuk kedalam dua kelompok besar diatas, antara lain: a) Peta Proses Operasi Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara detail. Di sini tahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis. Dengan demikian seluruh operasi kerja dapat digambarkan dari awal sampai menjadi produk akhir, sehingga analisa perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun uruturutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan. Program Studi Teknik Industri Page 7

8 Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi, dapat diperoleh banyak manfaat di antaranya dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya, memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik dan untuk latihan kerja, dan lain-lain. (Sutalaksana,2006) Antena Speaker Plot Seri Plot - Plot + Casing Belakang 23 Menjangkau Menjangkau Menjangkau Menjangkau Menjangkau Menjangkau Memegang 19 Memegang 14 Memegang 9 Memegang Memegang Memegang Menggerakkan 20 Menggerakkan 15 Menggerakkan 10 Menggerakkan 5 Menggerakkan 26 Mengarahkan 21 Mengarahkan 16 Mengarahkan 11 Mengarahkan 6 Mengarahkan 7 Merakit Plot - 12 Merakit Plot + 17 Merakit Plot seri 22 Merakit Speaker 27 Merakit Antene Gambar 2.1 Diagram OPC (Operational Process Charts) HP Mainan b) Peta Proses Produk Banyak Banyak kasus dijumpai, dimana sebuah pabrik harus mengerjakan sejumlah besar produk melalui proses yang menggunakan mesin ataupun yang menggunakan fasilitas produksi yang sama. Disni tata letak proses produksi harus bisa diatur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan aktivitas perpindahan material yang paling minimal. Agar aktivitas material handling minimal, maka layout fasilitas produksi diatur menurut tipe product layout dimana hal ini mesin ataupun fasilitas produksi diatur secara berurutan sesuai dengan langkah langkah pengerjaan yang telah digambarkan melalui peta proses operasi lainnya. Tetapi dalam kasus dimana mesin ataupun fasilitas produksi harus flexible dioperasikan untuk melayani pengerjaan Program Studi Teknik Industri Page 8

9 produk yang bermacam- macam jenisnya, maka tata letak fasilitas produksi yang paling tepat diaplikasikan disni adalah tipe process layout. Untuk memperoleh gambaran umum yang berkaitan dengan langkah langkah pengerjaan dari setiap produk yang ada dan sekaligus bisa mendapatkan informasi tentang kesamaan proses dari produk satu dengan yang lainnya, maka pembuatan Peta Proses Produk Banyak akan sangat tepat diaplikasikan. (Sritomo Wignjosoebroto,2003). Gambar 2.2 Peta Proses Produk Banyak c) Peta Aliran Proses Informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa setiap komponen dapat diperoleh melalui peta aliran proses. Peta aliran proses merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau suatu prosedur berlangsung. Di dalamnya memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. (Sutalaksana, 2006) Program Studi Teknik Industri Page 9

10 Perbedaan antara peta proses operasi dengan peta aliran proses, yaitu: Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk transportasi, menunggu, dan menyimpan. Sedangkan pada peta proses operasi, terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang akan diproses secara lebih lengkap dibanding peta proses operasi, dan memungkinkan untuk digunakan disetiap proses atau prosedur, baik di pabrik atau kantor. Dalam penerapannya, peta aliran proses memiliki kegunaan yang tentu saja sangat membantu, yaitu: Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas manusia mulai dari awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir. Peta ini dapat memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh manusia selama proses atau prosedur berlangsung. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja. Program Studi Teknik Industri Page 10

11 d) Diagram Aliran Gambar 2.3 Peta Aliran Proses Walaupun peta aliran proses merupakan suatu peta yang memuat informasi-informasi relatif lengkap sehubungan dengan proses dalam suatu pabrik atau kantor, tetapi peta tersebut tidak menunjukkan gambar dari arah aliran selama bekerja. Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Diagram aliran proses memiliki kegunaan yang dijelaskan sebagai berikut: Lebih memperjelas suatu peta aliran proses, apalagi jika arah aliran merupakan faktor yang penting. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Diagram aliran berfungsi melengkapi peta aliran proses. Ini berarti penganalisaan suatu proses kerja akan lebih sempurna apabila telah diketahui dimana tempat mesin, tempat kerja, daerah kerja dan kemana saja arah Program Studi Teknik Industri Page 11

12 gerakan dari bahan serta perlengkapan atau orang selama proses tersebut berlangsung. Gambar 2.4 Diagram Aliran (Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Surabaya:Guna Widya.1995) e) Assembly Chart Diagram rakitan (assembly chart) adalah gambaran grafis dari uruturutan aliran komponen dan rakitan bagian ke dalam rakitan suatu produk, sehingga dapat dilihat: 1. komponen-komponen yang membentuk produk 2. bagaimana komponen-komponen bergabung bersama 3. keterkaitan antara komponen dengan rakitan bagian 4. urutan waktu penggabungan masing-masing komponen Program Studi Teknik Industri Page 12

13 Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami : a. Komponen-komponen yang membentuk produk b. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama c. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian d. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan e. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian f. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan g. Urutan waktu komponen bergabung bersama h. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut : a. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut. b. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut. c. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm. d. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan langlah 3. e. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub assembly Program Studi Teknik Industri Page 13

14 Gambar 2.5 Assembly Chart Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator. Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar terurai. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit. (Apple,1990) Peta-peta Kerja Setempat Peta kerja untuk kegiatan kerja setempat untuk menganalisa suatu stasiun kerja, maka peta kerja yang digunakan peta pekerja dan mesin serta peta tangan kiri dan tangan kanan sebagai alat untuk mempermudah perbaikan suatu tempat kerja dan gerakan pekerja, sehingga dicapai keadaan ideal untuk saat itu. a) Peta Pekerja dan Mesin Dalam beberapa hal, hubungan antara operator dan mesin sering bekerja secara silih berganti, yakni sementara mesin menganggur, operator bekerja atau sebaliknya. Pada hakekatnya waktu menganggur ini dalai suatu kerugian, maka dari itu waktu menganggur harus diminimumkan. Namun tentunya harus memperhitungkan kemampuan manusia dan mesinnya. Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan grafik yang menggambarkan koordinasi antra waktu bekerja dan waktu mengganggur Program Studi Teknik Industri Page 14

15 dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menggaggur. Kegunaan peta pekerja dan mesin Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditangainya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikanj, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja sedemikian rupa sehingga efektivitas penggunaan pekerja dan mesin bisa ditingkatkan dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa diperbaiki. Peningkatan efektivitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan cara: Merubah tata letak tempat kerja. Tata letak tempat kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Maka penataan kembali suatu tata letak tempat kerja diperlukan sekali. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja. Pada dasarnya, gerakan-gerakan kerja juga merupakan lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan, sehingga penataan kembali gerakan-gerakan kerja yang dilakukan sangat diperlukan sekali. Merancang kembali mesin dan peralatan. Keadaan mesin dan peralatan sering kali perlu dirancang kembali, misalnya untuk mengurangi waktu mengangkut dan menghemat tenaga. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah mesin bagi seorang pekerja. Apabila kita menemukan bahwa efektivitas pekerja yang menangani sebuah atau beberapa mesin itu rendah, yaitu pekerja banyak menganggur, sementara ditempat lain banyak mesin yang menganggur, maka menambahan tugas bagi pekerja tersebut mungkin dapat meningkatkan Program Studi Teknik Industri Page 15

16 efektivitas. Sebaliknya jika terdapat seorang pekerja yang terlampau sibuk dalam menangani tugasnya, sehingga tidak memungkinkan baginya melepaskan lelah, tentu hal inipun akan merugikan. Pekerja yang terlampau lelah sering melakukan kesalahan-kesalahan, sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan-kerusakan mesin atau menurunkan kualitas produksi. Jelas disini bahwa penambahan pekerja memungkinkan untuk mengatasi masalah ini. Dengan demikian keseimbangan antara pekerja dan mesin bisa diperoleh. b) Peta Proses Kelompok Kerja Peta ini dapat digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Jenis pekerjaan atau tempat kerja yang mungkin memerlukan analisa melalui peta proses kelompok kerja misalnya pekerjaan-pekerjaan pergudangan, pemeliharaan, atau pekerjaan-pekerjaan pengangkutan material lainnya. Setiap peta aliran proses dipetakan dalam arah mendatar, sehingga paralel satu sama lain, yang satu di atas atau di bawah yang lainnya. Jelaslah disini bahwa satu seri pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang operator sangat erat sekali hubungannya dengan seri operator-operator lainnya. Karena adanya kebergantungan tiap aktivitas, maka dalam peta proses kelompok kerja biasanya banyak dijumpai lambang-lambang kelambatan, yang menunjukkan bahwa suatu aktivitas sedang menunggu aktivitas lainnya. Peta ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Masalah utama jika terjadi kerja sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas dengan lainnya saling bergantung adalah banyaknya dijumpai aktivitas-aktivitas menunggu (delay). Tujuan utama yang harus dianalisa dari kelompok kerja adalah meminimumkan waktu menunggu (delay). Dengan berkurangnya waktu menunggu berarti dapat tercapai tujuan lain yang lebih nyata di antaranya dapat mengurangi ongkos produksi atau proses dan dapat mempercepat waktu penyelesaian produk Program Studi Teknik Industri Page 16

17 atau proses. Keuntungan-keuntungan di atas bisa dicapai setelah dilakukan analisa yang teliti. c) Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu mengganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan. Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari pekerja terjadi dengan cepat dan terus berulang, sedangkan keadaan lain, peta ini kurang praktis untuk dipakai sebagai alat analisa. Inilah sebabnya dengan menggunakan peta ini kita bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien dan bias melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat pekerja manual tersebut berlangsung. Kegunaan peta tangan kiri dan tangan kanan. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan. Dengan bantuan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan, maka kita bisa menguraikan elemen pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen gerakan yang terperinci. Setiap elemen gerakan dari pekerjaan ini dibebankan kesetiap tangan kelelahan. sehingga seimbang agar mengurangi Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja. Kemahiran untuk menguraikan suatu pekerjaan menjadi elemen-elemen gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen mana saja yang efektif dan kurang efektif, tentunya akan mempengaruhi produktivitas kerja. Jika suatu pekerjaan sudah dilaksanakan secara efisien dan produktif, maka secara otomatis waktu penyelesaian pekerjaan tersebut merupakan waktu tersingkat saat itu. Program Studi Teknik Industri Page 17

18 Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja. Tata letak tempat kerja juga memperngaruhi lamanya waktu penyelesaian. Percobaan merubah-rubah tata letak peralatan selain dapat menemukan tata letak yang baik, ditinjau dari waktu dan jarak, juga kita dapat menemukan urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang ideal. Kiranya sudah jelaslah, bahwa peta tangan kiri dan tangan kanan menunjukan urutan-urutan pengerjaan yang lebih baik untuk saat itu. Peta ini dapat berfungsi sebagai penuntun terutama bagi pekerja-pekerja baru, sehingga akan lebih cepat. Lambang-lambang yang dipergunakan Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan oleh Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak panah untuk kejadian transportasi dan menambah lambang baru untuk kejadian menunggu. Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang akan digunakan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya, Program Studi Teknik Industri Page 18

19 Gambar 2.6 Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan Kanan 2.3 Presedence Diagram Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian menggunakan metode keseimbangan lintasan. Precedence diagram sebenarnya merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. (Baroto, 2002) Program Studi Teknik Industri Page 19

20 Adapun tanda yang dipakai dalam precedence diagram adalah: Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalm hal ini, operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap proses operasi. Gambar 2.7 Presedence Diagram 2.4 Aspek-aspek Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja Dalam merancang sebuah stasiun kerja, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut : a. Operasi Kerja Operasi kerja adalah urutan kerja yang dilakukan dalam suatu proses, baik proses produksi, perakitan, dan lain sebagainya. b. Elemen Kerja Elemen Kerja adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan. Elemen kerja merupakan kumpulan dari beberapa operasi kerja. Operasi kerja yang digabungkan menjadi elemen kerja biasanya operasi yang terlalu sedikit waktunya apabila diukur sehingga perlu penggabungan agar waktunya menjadi dapat diukur. Jika operasi kerja tersebut berdiri sendiri menjadi elemen kerja, maka akan terjadi sedikit kesulitan dalam mengukur Program Studi Teknik Industri Page 20

21 waktu bakunya. Sementara operasi kerja yang berdiri sendiri menjadi elemen kerja merupakan operasi kerja yang membutuhkan waktu cukup lama dalam pengerjaannya. Jika operasi kerja tersebut digabungkan dengan operasi kerja lainnya, maka akan memperbesar waktu proses elemen kerja tersebut. Misalnya inspeksi, operasi menyekrup berdiri menjadi suatu elemen kerja. Aktivitas elemen kerja lebih sedikit dari pada aktivitas pada operasi. ( c. Stasiun Kerja Stasiun kerja adalah pengaturan komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material, mesin / peralatan kerja, perkakas-perkakas pembantu, fasilitas-fasilitas penunjang, lingkungan fisik kerja dan operator. ( d. Waktu Stasiun Waktu stasiun adalah jumlah waktu dari satu atau beberapa operasi kerja yang dilakukan dalam suatu stasiun kerja. Metode yang digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kerja adalah sebagai berikut: a) Identifikasi maksud dan tujuan operasi kerja (Perancangan komponen benda kerja, Pemilihan material, penetapan proses manufacturing, perencanaan proses set-up mesin dan perkakas, perbaikan kondisi lingkungan kerja, perencanaan proses pemindahan bahan) b) Analisa kerja dan prinsip ekonomi gerakan (prosedur yang dilakukan untuk menganalisa suatu operasi kerja baik yang menyangkut suatu elemen kerja yang bersifat produktif atau tidak) c) Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan (Penggunaan badan/anggota tubuh manusia, tempat kerja, desain peralatan kerja yang dipergunakan, eliminasi kegiatan, kombinasi gerakan atau aktifitas kerja, penyederhanaan kegiatan) d) Studi gerakan untuk menganalisa metode kerja yang efektif dan efisien Program Studi Teknik Industri Page 21

22 (Mencari, memilih, memegang, menjankau/membawa tanpa beban, membawa dengan beban, memegang untuk memakai, melepas) ( Program Studi Teknik Industri Page 22

23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Studi Pustaka Perumusan Masalah Tujuan Praktikum Melakukan Proses Perakitan Menentukan Operasi Kerja Membuat Assembly Chart Membuat OPC Membuat Presedence Diagram Menentukan Stasiun Kerja (GIVEN) Membuat Flow Diagram Selesai Gambar 3.1 Metodologi penelitian Program Studi Teknik Industri Page 23

24 Metodologi penelitian yang digunakan dalam praktikum perancangan peta kerja dan precedence diagram yaitu : 1. Studi Pustaka mengenai pengukuran waktu kerja, peta kerja, presedence diagram dan aspek- aspek ergonomi dalam perancangan stasiun kerja. 2. Membuat perumusan masalah 3. Menentukan tujuan praktikum 4. Melakukan proses perakitan mini 4WD dan merekam proses perakitan 5. Menentukan operasi kerja sesuai urutan yang dilakukan pada proses perakitan mini 4WD 6. Membuat Assembly Chart perakitan mini 4WD 7. Membuat Peta Proses Operasi perakitan mini 4WD 8. Membuat Precdence diagram untuk menentukan stasiun kerja 9. Menentukan stasiun kerja (data given). 10. Membuat Flow Diagram untuk menunjukkan layout stasiun kerja dan aliran material. Program Studi Teknik Industri Page 24

25 BAB IV PENGOLAHANAN DATA 4.1 Daftar Komponen Mini 4WD Berikut adalah jumlah, nama, serta kode komponen pada Tamiya Mini 4WD : Tabel 4. 1 Daftar Komponen Tamiya No Nama Komponen Gambar Kode Jumlah 1 Gardan 4WD 4WD 1 2 As Roda AR 2 3 Chasis C 1 4 Gear Dinamo GD 1 5 Dinamo D 1 6 Plat Belakang Kecil PBK 1 7 Plat belakang Besar PBB 1 8 Eyelet Ey 4 9 Roda Assy Rd 4 10 Pengunci body KB 1 11 Penutup Batery TB 1 12 Gear Besar GB 1 13 Gear Kecil GK 1 14 Sekrup S 2 15 Roller Besar RB 4 16 Roller Kecil RK 2 17 Body B 1 18 Ring R 6 19 Baut Bt 6 Bantalan Roller 20 Besar BRB 4 21 Penutup Plat Depan TPD 1 22 Plat Depan PD 1 23 Pengunci Dinamo KD 1 24 Rumah Dinamo RD 1 25 Bumper Belakang BB 1 26 Baterai BTR 2 27 Tuas On/Off T 1 Program Studi Teknik Industri Page 25

26 4.2 Daftar Operasi Kerja Tabel 4.2 Operasi Kerja Perakitan Mini 4WD Stasiun Kerja : Perakitan Mini 4WD Operator : Noeraprilliady D.P No Operasi Kerja Waktu Mulai Proses Waktu Selesai Proses Waktu Proses 1 Memasang bumper belakang ke chasis bagian belakang 00:00,85 00:04, Menyekrupkan bumper belakang kanan ke chasis 00:04,49 00:13, Menyekrupkan bumper belakang kiri ke chasis 00:13,24 00:22, Memasang gear dinamo ke dinamo 00:22,74 00:29, Memasang plat belakang besar ke rumah dinamo 00:29,42 00:34, Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo assy 00:34,36 00:40, Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy 00:40,40 00:48, Memasang gardan 4WD ke chasis assy 00:48,32 00:51, Memasang gear besar ke chasis assy 00:52,07 00:55, Memasang rumah dinamo assy ke chasis assy 00:55,56 01:03, Memasang roda assy belakang kanan ke as roda 01:03,38 01:11, Memasang eyelet ke as roda assy belakang kanan 01:11,30 01:14, Memasang as roda assy belakang kanan ke chasis assy 01:14,82 01:31, Memasang eyelet ke as roda belakang kiri chasis assy 01:31,54 01:37, Memasang roda assy ke as roda belakang chasis assy 15 kiri 01:37,30 01:44, Memasang Pengunci Dinamo ke chasis assy 01:44,66 01:50, Memasang Gear kecil ke chasis assy 01:51,30 01:53, Memasang roda assy depan kanan ke as roda 01:53,54 01:58, Memasang eyelet ke as roda assy depan kanan 01:58,34 02:00, Memasang roda assy ke as roda depan kanan chasis 20 assy 02:01,06 02:08, Memasang eyelet ke as roda depan kiri chasis assy 02:09,06 02:12, Memasang roda assy ke as roda depan kiri chasis assy 02:12,10 02:15, Memasang tuas on-off ke chasis assy 02:16,10 02:20, Memasang plat depan ke chasis assy 02:20,58 02:25, Memasang penutup plat depan ke chasis assy 02:25,62 02:33, Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan 26 kanan 02:33,62 02:42, Memasang baut ke roller besar depan kanan assy 02:42,42 02:44, Memasang ring ke roller besar depan kanan assy 02:44,58 02:48, Membaut roller besar depan kanan assy ke chasis assy 02:48,10 02:59, Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan 30 kiri 02:59,94 03:06, Program Studi Teknik Industri Page 26

27 Lanjutan Tabel Memasang baut ke roller besar depan kiri assy 03:06,82 03:08, Memasang ring ke roller besar depan kiri assy 03:08,90 03:11, Membaut roller besar depan kiri assy ke chasis assy 03:11,94 03:25, Memasang baut ke roller kecil kanan 03:25,38 03:29, Memasang ring ke roller kecil kanan assy 03:29,30 03:32, Membaut roller kecil kanan assy ke chasis assy 03:32,50 03:42, Memasang baut ke roller kecil kiri 03:42,74 03:45, Memasang ring ke roller kecil kiri assy 03:45,86 03:50, Membaut roller kecil kiri assy ke chasis assy 03:50,66 04:10, Memasang bantalan roller besar ke roller besar 40 belakang kanan 04:10,50 04:14, Memasang baut ke roller besar belakang kanan assy 04:14,50 04:16, Memasang ring ke roller besar belakang kanan assy 04:16,74 04:20, Membaut roller besar belakang kanan assy ke chasis 43 assy 04:20,10 04:32, Memasang bantalan roller besar ke roller besar belakang kiri 04:32,74 04:36, Memasang baut ke roller besar belakang kiri assy 04:36,18 04:38, Memasang ring ke roller besar belakang kiri assy 04:38,34 04:41, Membaut roller besar belakang kiri assy ke chasis assy 04:41,78 04:55, Memasang baterai ke chasis assy 04:56,03 05:01, Memasang penutup baterai ke chasis assy 05:01,27 05:04, Memasang body ke chasis assy 05:04,22 05:07, Memasang pengunci body ke chasis assy 05:07,43 05:10, Inspeksi 05:10,47 05:13, Total Waktu Waktu Inspeksi 2.83 Waktu Operasi Program Studi Teknik Industri Page 27

28 C BB S GG GB GD D PBB KD RD PBK AR Rd Ey GK AR Rd Ey Ey Rd T PD TPD RB BRB Bt R RB BRB Bt R RK Bt R RK Bt R BTR TB B KB RB BRB Bt R RB BRB Bt R Ey Rd Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri 4.3 Assembly Chart Chasis (1) Bumper belakang (1) A 1 Sekrup(2) A 2 Gardan (1) A 3 Gear Besar (1) A 4 Gear Dinamo (1) SSA 51 SA 5 A 5 Dinamo (1) Plat belakang Besar (1) Rumah Dinamo (1) SSSA 52 SSA 52 Plat belakang Kecil (1) As Roda (1) SSA 6 SA 6 A 6 Roda assy (1) Eyelet (1) Eyelet (1) A 7 Roda assy (1) A 8 Pengunci dinamo (1) A 9 Gear kecil (1) A 10 As roda (1) SSA 11 SA 11 A 11 Roda assy (1) eyelet (1) eyelet (1) A 12 Roda assy (1) A 13 Tuas on/off (1) A 14 Plat depan (1) A 15 penutup plat depan (1) A 16 Roller besar (1) Bantalan roller SSSA 17 SSA 17 SA 17 A 17 besar (1) Baut (1) Ring (1) Roller besar (1) SSSA 18 SSA 18 SA 18 A 18 Bantalan roller besar (1) Baut (1) Ring (1) Roller kecil (1) SSA 19 SA 19 A 19 Baut (1) Ring (1) Roller kecil (1) SSA 20 SA 20 A 20 Baut (1) Ring (1) Roller besar (1) SSSA 21 SSA 21 SA 21 A 21 Bantalan roller besar (1) Baut (1) Ring (1) Roller besar (1) SSSA 22 SSA 22 SA 22 A 22 Bantalan roller besar (1) Baut (1) Ring (1) Batteray (2) A 23 Penutup batteray (1) A 24 body (1) A 25 Pengunci body (1) A 26 I Inspeksi Mini 4 WD Gambar 4.1 Assembly Chart Program Studi Teknik Industri Page 28

29 4.4 OPC Nama Proyek : Proses Perakitan Tamiya Dipetakan oleh : Tanggal Dipetakan : 11 November 2010 Pengunci body Body Penutup baterai Baterai Ring Roller besar belakang kiri Bantalan roller besar 3,36 44 Baut 2,08 3, Ring Roller besar belakang kanan Bantalan roller besar 3,92 40 Baut 2,16 3, Ring Roller kecil kiri 3,04 4,72 Baut 37 Ring Roller kecil kanan 3,84 Baut 34 3, Roller Roller besar Bantalan besar Bantalan depan roller Baut Ring depan roller Baut Ring kiri besar kanan besar 8,72 6, , , , ,44 28 PETA PROSES OPERASI Penutup As roda Plat Roda Roda Gear kecil Pengunci Roda assy plat depan depan Tuas assy Eyelet Eyelet dinamo kiri depan on-off kanan kanan 4, ,48 19 Eyelet Eyelet Gear Roda As roda belakang besar kanan 7, ,34 12 Gardan Plat belakang kecil Plat belakang besar Gear Dinamo Rumah Sekrup dinamo Sekrup kiri kanan 6,61 4 4,80 5 5,78 6 7,74 7 Bumper belakang Chasis 3,57 1 8,68 2 Obeng 9,43 3 Obeng 3,62 8 menyekrup menyekrup 3,42 9 7, , , , , , , , , , , , ,76 29 Obeng 13,36 33 Obeng 10,16 36 Obeng 19,76 39 Obeng 12,56 43 Obeng 14,18 47 Obeng 5,02 48 membaut membaut membaut membaut membaut membaut 2, ,14 2, ,83 I-1 inspeksi Keterangan: Aktivitas Jumlah Waktu Operasi ,57 Inspeksi 1 2,83 Gambar 4.2 Peta Proses Operasi Program Studi Teknik Industri Page 29

30 4.5 Presedence Diagram Tabel 4.3 Daftar Predesessor No Operasi Kerja predesessor 1 Memasang bumper belakang ke chasis bagian belakang - 2 Menyekrupkan bumper belakang kanan ke chasis 1 3 Menyekrupkan bumper belakang kiri ke chasis 1,2 4 Memasang gear dinamo ke dinamo - 5 Memasang plat belakang besar ke rumah dinamo - 6 Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo assy - 7 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy 4,5,6 8 Memasang gardan 4WD ke chasis assy - 9 Memasang gear besar ke chasis assy - 10 Memasang rumah dinamo assy ke chasis assy 7,8,9 11 Memasang roda assy belakang kanan ke as roda - 12 Memasang eyelet ke as roda assy belakang kanan - 13 Memasang as roda assy belakang kanan ke chasis assy 9,11,12 14 Memasang eyelet ke as roda belakang kiri chasis assy Memasang roda assy ke as roda belakang chasis assy kiri Memasang Pengunci Dinamo ke chasis assy 10,15 17 Memasang Gear kecil ke chasis assy - 18 Memasang roda assy depan kanan ke as roda - 19 Memasang eyelet ke as roda assy depan kanan - 20 Memasang roda assy ke as roda depan kanan chasis assy 17,18,19 21 Memasang eyelet ke as roda depan kiri chasis assy Memasang roda assy ke as roda depan kiri chasis assy Memasang tuas on-off ke chasis assy - 24 Memasang plat depan ke chasis assy - 25 Memasang penutup plat depan ke chasis assy 8,17,22,23,24 26 Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan kanan - 27 Memasang baut ke roller besar depan kanan assy Memasang ring ke roller besar depan kanan assy Membautkan roller besar depan kanan assy ke chasis assy Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan kiri - 31 Memasang baut ke roller besar depan kiri assy Memasang ring ke roller besar depan kiri assy Membautkan roller besar depan kiri assy ke chasis assy Memasang baut ke roller kecil kanan - 35 Memasang ring ke roller kecil kanan assy Membautkan roller kecil kanan assy ke chasis assy Memasang baut ke roller kecil kiri - Program Studi Teknik Industri Page 30

31 Lanjutan Tabel Memasang ring ke roller kecil kiri assy Membautkan roller kecil kiri assy ke chasis assy Memasang bantalan roller besar ke roller besar belakang kanan - 41 Memasang baut ke roller besar belakang kanan assy Memasang ring ke roller besar belakang kanan assy Membautkan roller besar belakang kanan assy ke chasis assy 3,42 44 Memasang bantalan roller besar ke roller besar belakang kiri - 45 Memasang baut ke roller besar belakang kiri assy Memasang ring ke roller besar belakang kiri assy Membautkan roller besar belakang kiri assy ke chasis assy 3,46 48 Memasang baterai ke chasis assy 16,25 49 Memasang penutup baterai ke chasis assy Memasang body ke chasis assy 29,33,36,39,43,47,49 51 Memasang pengunci body ke chasis assy Inspeksi 48 Program Studi Teknik Industri Page 31

32 3,92' 2,16' 3,28' 12,56' ,68' 3,57' ,43' 3 3 3,36' 2,08' 3,36' 14,18' ,40' ,96' ,16' ,72' 6,96' 2,96' 2,96' 2,83' ,48' 7,92' 5,02' 2,82' 3,14' 2,97' ,62' 8 8 6,61' 4 4 4,80' 7,74' 7,76' ,44' 5,78' ,42' 9 9 7,79' 16,48' 5,60' 7,28' ,44' ,72' 2,08' 3,44' 11,76' ,80' 2,00' 2,96' 13,36' ,84' 3,12' 10,16' ,04' 4,72' 19,76' Gambar 4.3 Presedence Diagram Program Studi Teknik Industri Page 32

33 4.6 Flow Diagram Data dibawah ini merupakan gambar stasiun kerja dari PT Tami Jaya yang belum direstrukturisasi, yang belum mengimplementasikan ilmu keteknik industrian dalam perusahaannya. 3,92' 2,16' 3,28' ,56' 43 8,68' 3,57' 2 1 9,43' 3 3,36' 2,08' 3,36' 14,18' ,40' 23 4,96' 24 2,16' 17 4,72' 6,96' 2,96' 2,96' 2,83' ,48' 7,92' 5,02' 2,82' 3,14' 2,97' ,62' 8 6,61' 4 4,80' 7,74' 7,76' ,44' 5,78' ,42' 9 7,79' 16,48' 5,60' 7,28' ,44' 12 8,72' 2,08' 3,44' 11,76' ,80' 2,00' 2,96' 13,36' ,84' 3,12' 10,16' ,04' 4,72' 19,76' Gambar 4.4 Stasiun Kerja Program Studi Teknik Industri Page 33

34 Berikut ini merupakan rekapan data dari penentuan stasiun kerja : Tabel 4.4 Jumlah Stasiun Kerja dan Operasi Kerja Stasiun Kerja Nomor Operasi Kerja 1 37, 38, , 35, 36, 23, , 18, 19, 20, 21, 22, 8 4 4, 5, 6, 7, , 10, 11, , 14, , 1, 2, , 45, 46, 47, , 30, 31, 32, , 26, 27, 28, , 41, 42, 43, 50, 51 Stasiun Kerja Tabel 4.5 Stasiun Kerja, Nomor dan Nama Operasi Kerja Nomor Operasi Kerja Nama Operasi Kerja 37 Memasang baut ke roller kecil kiri 38 Memasang ring ke roller kecil kiri assy 39 Membautkan roller kecil kiri assy ke chasis assy 34 Memasang baut ke roller kecil kanan 35 Memasang ring ke roller kecil kanan assy 36 Membautkan roller kecil kanan assy ke chasis assy 23 Memasang tuas on-off ke chasis assy 24 Memasang plat depan ke chasis assy 17 Memasang Gear kecil ke chasis assy 18 Memasang roda assy depan kanan ke as roda 19 Memasang eyelet ke as roda assy depan kanan 20 Memasang roda assy ke as roda depan kanan chasis assy 21 Memasang eyelet ke as roda depan kiri chasis assy 22 Memasang roda assy ke as roda depan kiri chasis assy 8 Memasang gardan 4WD ke chasis assy 4 Memasang gear dinamo ke dinamo 5 Memasang plat belakang besar ke rumah dinamo 6 Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo assy 7 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy Program Studi Teknik Industri Page 34

35 Lanjutan Tabel Memasang gear besar ke chasis assy 25 Memasang penutup plat depan ke chasis assy 10 Memasang rumah dinamo assy ke chasis assy 11 Memasang roda assy belakang kanan ke as roda 12 Memasang eyelet ke as roda assy belakang kanan 13 Memasang as roda assy belakang kanan ke chasis assy 14 Memasang eyelet ke as roda belakang kiri chasis assy 15 Memasang roda assy ke as roda belakang chasis assy kiri 16 Memasang Pengunci Dinamo ke chasis assy 1 Memasang bumper belakang ke chasis bagian belakang 2 Menyekrupkan bumper belakang kanan ke chasis 3 Menyekrupkan bumper belakang kiri ke chasis Memasang bantalan roller besar ke roller besar belakang 44 kiri 45 Memasang baut ke roller besar belakang kiri assy 46 Memasang ring ke roller besar belakang kiri assy 47 Membautkan roller besar belakang kiri assy ke chasis assy 48 Memasang baterai ke chasis assy 52 Inspeksi 30 Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan kiri 31 Memasang baut ke roller besar depan kiri assy 32 Memasang ring ke roller besar depan kiri assy 33 Membautkan roller besar depan kiri assy ke chasis assy 49 Memasang penutup baterai ke chasis assy Memasang bantalan roller besar ke roller besar depan 26 kanan 27 Memasang baut ke roller besar depan kanan assy 28 Memasang ring ke roller besar depan kanan assy 29 Membautkan roller besar depan kanan assy ke chasis assy Memasang bantalan roller besar ke roller besar belakang 40 kanan 41 Memasang baut ke roller besar belakang kanan assy 42 Memasang ring ke roller besar belakang kanan assy Membautkan roller besar belakang kanan assy ke chasis 43 assy 50 Memasang body ke chasis assy 51 Memasang pengunci body ke chasis assy Program Studi Teknik Industri Page 35

36 Dalam membuat flow diagram, sebelumnya harus mengetahui tempat yang digunakan dalam proses perakitan Tamiya Mini 4WD. Proses perakitan Tamiya Mini 4WD pada kali ini dapat dilakukan di laboratorium PSK&E atau di ruang sidang dimana memiliki ruang yang cukup terbatas, sehingga rancangan stasiun kerja kami berbentuk U. DIAGRAM ALIRAN Pekerjaan Aliran Perakitan Mini 4WD Nomor Pola 1 Dipetakan Oleh Tanggal Dipetakan 15 November 2010 STASIUN 1 STASIUN 11 STASIUN 2 STASIUN 10 STASIUN 3 STASIUN 9 STASIUN 4 STASIUN 5 STASIUN 6 STASIUN 7 STASIUN 8 Gambar 4.5 Flow Diagram Program Studi Teknik Industri Page 36

37 BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Operasi Kerja Operasi kerja merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu proses produksi. Dengan melihat tabel operasi kerja yang ada, kita bisa mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh operator dalam menyusun produk mini 4WD beserta waktu prosesnya. Untuk menyusun produk mini 4WD, kita harus melakukan 52 operasi kerja. Pada 52 operasi kerja tersebut yang membutuhkan waktu paling lama adalah kegiatan membautkan, seperti membautkan roller kecil kiri assy ke chasis assy, menyekrupkan bumper belakang kanan ke chasis assy, dan membautkan roller besar depan kanan assy ke chasis assy yang rata-rata membutuhkan waktu 10 sampai 20 detik. Selain itu roda assy belakang kanan ke as roda juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Yang membuat operasi kerja ini dilakukan dalam waktu yang lama karena operator mengalami kesulitan saat menyekrupkan karena ukuran sekrup yang kecil sedangkan tangan operator besar. Misalnya pada saat membautkan roller kecil kiri assy ke chassis assy membutuhkan waktu sebesar 19,76 detik, artinya operator sempat mengalami kesulitan saat harus membautkan roller kecil yang harus berulang-ulang memutar obeng. Waktu mulainya proses dihitung mulai saat tangan operator akan menjangkau atau mengambil benda kerja selanjutnya. Waktu mulainya proses belum tentu sama dengan waktu selesainya proses pada operasi kerja sebelumnya karena ada jeda waktu berapa milidetik saat operator melepaskan benda kerja dan akan menjangkau benda selanjutnya. 5.2 Analisis Assembly Chart Assembly chart yang ada di atas merupakan penggabungan dari komponen-komponen mini 4 WD yang kemudian dirangkai menjadi sub assembly. Sub-sub assembly ini nantinya akan di rangkai menjadi finish product mini 4 WD yang telah jadi. Komponen utama yang digunakan sebagai landasan Program Studi Teknik Industri Page 37

38 dalam assembly ini adalah chasis yang kemudian digabungkan dengan komponenkomponen lainnya seperti dinamo, gear besar, gear kecil, roda, batteray dan lainlain. Tiap-tiap komponen yang telah di assembly diberi nama assy yang diberi tanda lingkaran dengan diameter 9 mm berbeda dengan komponen yang diberi tanda lingkaran berdiamter 6 mm. Sedangkan sub assembly tersebut kemudian dirakit menjadi mini 4 WD yang diberi tanda lingkaran berdiameter 12 mm. Pada gambar assembly chart di atas terdapat tanda kotak yang berarti inspeksi yang dilakukan untuk memeriksa apakah proses assembly telah benar atau belum. Dalam assembly chart yang kami buat terdapat 26 komponen dua di antaranya terdapat dua buah benda yaitu batteray dan sekrup. Terdapat juga 5 sub sub sub assembly, 10 sub sub assembly, 9 sub assembly, 26 assembly dan 1 inspeksi serta produk jadi berupa mini 4 WD. 5.3 Analisis OPC Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Dari gambar OPC (Operation Process Chart), kita dapat mengetahui urutan proses kerja penyusunan Mini 4WD dari awal, yang masih berupa komponenkomponen, sampai akhir (finish product). Informasi lain yang dapat diketahui yaitu bahwa Mini 4WD memiliki 52 operasi kerja yang terdiri dari 51 kegiatan operasi dan 1 kegiatan inspeksi. Dari 51 kegiatan operasi diantaranya adalah plat besar dan plat kecil ke rumah dinamo, membautkan roller, menyekrupkan bumper, dll. Kegiatan inspeksi dilakukan setelah kegiatan baterai pada chasis assy, apakah baterai dapat menyala atau tidak dan juga memeriksa apakah semua komponen sudah terpasang dengan baik sehingga dapat menggerakkan roda. Di dalam peta proses operasi ini digambarkan seluruh operasi kerja dari awal sampai menjadi produk Mini 4WD. Bagian paling atas adalah kepala peta yang terdiri atas Judul, nama pembuat peta,dan tanggal pembuatan peta. Dicatatkan sebelah paling kanan adalah urutan operasi-operasi yang dirakitkan pada chasis Mini 4WD. Baris sebelah atas menunjukkan komponen-komponen yang dirakit. Program Studi Teknik Industri Page 38

39 Lambang lingkaran merupakan lambang operasi sedangkan lambang persegi merupakan lambang dari inspeksi atau kegiatan pemeriksaan. Nomor-nomor yang ada di dalam lingkaran adalah nomor urutan dari proses perakitan yang dijalankan. Waktu tiap-tiap operasi juga dicatatkan pada sebelah kiri lingkaran atau persegi disertai dengan proses yang dilakukan pada sebelah kanan. Proses yang dilakukan antara lain adalah, menyekrupkan dan membautkan. Pada operasi yang membutuhkan alat tambahan juga dituliskan alat bantunya seperti obeng. Dalam peta ini juga ditunjukkan ringkasan dari peta yang menunjukkan terdapat 51 operasi dengan 1 inspeksi sehingga totalnya ada 52 dengan jumlah waktu operasi adalah 301,57 detik dan inspeksi 2,83 detik sehingga totalnya adalah 304,4 detik. 5.4 Analisis Presedence Diagram Pada precedence diagram menggambarkan operasi yang terjadi, keterkaitan antar operasi, waktu operasi dan komponen-komponen yang harus dirakit terlebih dahulu sebelum masuk ke operasi selanjutnya. Sehingga dapat diketahui operasi apa saja yang harus dilakukan terlebih dahulu. Selain itu precedence diagram juga membantu dalam menentukan stasiun kerja. Dari gambar presedence diagram dapat dilihat operasi independen yang dapat dilakukan tanpa menunggu operasi kerja yang lainnya dilakukan.yaitu operasi kerja yang bernomor 1,4,5,6,8,9,11,12,17,18,19,23,24,26,30,34,37,40 dan 44. Sedangkan operasi kerja yang lain merupakan operasi kerja yang baru bisa dikerjakan dengan menunggu operasi kerja yang lainnya selesai dikerjakan. 5.5 Analisis Flow Diagram Dari flow diagram diatas dapat dilihat bahwa dari proses perakitan Mini 4WD terdapat 2 kegiatan yaitu operasi kerja dan inspeksi. Perakitan Mini 4WD dimulai dari stasiun pertama hingga ke-11, dimana pada stasiun ke-9 terdapat kegiaatan ganda yaitu operasi kerja dan inspeksi. Bentuk dari flow diagram yang dibuat adalah bentuk U, karena kami mengasumsikan tempat yang digunakan untuk perakitan Mini 4WD adalah Laboratorium PSK&E atau Ruang Sidang, dengan keadaan yang seperti itu maka Program Studi Teknik Industri Page 39

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado PETA-PETA KERJA Oke Sofyan,Ita Novita Sari Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Kampus J Universitas Gunadarma Jl. KH. Noer Ali, kalimalang, Bekasi Telp: (021) 94122603 Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R. 0810670002 CONTOH OPC DAN FPC Peta Proses Operasi (OPC) dan Peta Aliran Proses (FPC) merupakan dua jenis peta kerja digunakan untuk mengetahui secara jelas proses

Lebih terperinci

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES MODUL 4 PERENCANAAN PROSES 1. Deskripsi Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses produksi dan perakitan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN (Improving The Plug Assembling Method Through The Left and Right Hand Motions) I Wayan Sukania*,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PEMBUATAN DONAT Siapkan dan timbang tepung terigu Tambah gula, mentega, telur campur rata Setelah tercampur, potong dan bentuk bulat kecil Diamkan sejenak agar adonan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN I Wayan Sukania, Oktaviangel 2, Julita 2. Staf pengajar Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Untar 2. Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( ) M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri DEFINISI Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja MACAM Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri Peta Pekerja dan Mesin : Menggambarkan Koordinasi

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 dunia dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas. Dalam suatu industri manufaktur, tercapainya output merupakan target yang harus dicapai terutama dalam divisi produksi. Akan tetapi untuk mencapai target output

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK Konsumsi Semen PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA DAN KANAN Cut Ita Erliana 1, Listiani Nurul Huda 2, A. Rahim Matondang 2 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL Disusun oleh : Kelompok 6 Kelompok 10 1. Nika Awalistyaningrum (9118) 2. Esti Rumaningsih (9127)

Lebih terperinci

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM II-13 BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM 2.1 Landasan Teori Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA LABORATORIUM MENENGAH TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK/KALIMALANG 05 Modul Peta Peta Kerja (Work

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

Bagian Assembly Chart

Bagian Assembly Chart Materi #4 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Assembly Chart 2 x : nomor part, berada dalam lingkaran kecil yyy : nama part, lingkaran yang agak besar SiAj : subassembly A : final product 6623

Lebih terperinci

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA Jurusan Teknik Industri Semester Genap 2015/2016 Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA 5 Debrina Puspita Andriani e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/

Lebih terperinci

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri

BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA. Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri BUKU AJAR ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA Oleh : Tim Dosen Analisis Dan Pengukuran Kerja Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra 2009 KATA PENGANTAR Mata kuliah Analisis dan

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d #4 - AC dan OPC 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Assembly Chart (AC) (1) 2 Bagian paling kiri AC merupakan nama part. Semakin ke kiri, penomoran S bertambah dan semakin ke bawah penomoran A bertambah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

Modul III: Analisis Sistem Manufaktur

Modul III: Analisis Sistem Manufaktur Analisis Sistem Manufaktur 1 Modul III: Analisis Sistem Manufaktur Modul ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendesain sebuah proses produksi. Berawal dari spesifikasi produk yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA PETA KERJA Peta Kerja : alat yg menggambarkan kegiatan kerja secara

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan Tata Letak Fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dimana penempatan suatu departemen dan sub departemennya diletakkan sesuai kebutuhan yang diinginkan

Lebih terperinci

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan lintasan produksi seoptimal mungkin merupakan tujuan yang ingin dicapai tiap industri. Penggunaan lintasan produksi secara optimal dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS

PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS Momentum, Vol. 3, No. 1, April 0 : 6-12 PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS I. Syafa at *) Abstrak Pengaturan tata letak pabrik (plant lay-out) tidak

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA)

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) Ratna Purwaningsih, Prima Hazairin Program Studi Teknik Industri Email : ratna_ti2005@yahoo.com Abstrak Line balancing

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 Peningkatan Produktivitas dengan Peubahan Lay Out Line di Departemen Step Motor PT.Japan Servo Batam Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2, Staf

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam penugasan kerja

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan usaha yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii

DAFTAR ISI. Halaman. viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Produk Meja Komputer LEX - 941 Sistem yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sistem perakitan komponen-komponen yang menyusun sebuah meja komputer (LEX 941).

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja Teknik Tata Cara Kerja adalah suatu ilmu yang mempelajari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan suatu rancangan

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat akan sangat berdampak terhadap suatu proses kehidupan. Perusahaan atau instansi dituntut untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw-

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hill, hlm Chase, dkk., Operations Management for Advantage Competition. New York: McGraw- BAB LANDASAN TEORI.1. Jabaran Pekerjaan Dalam mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan maka perlu ditentukan apa yang dilakukan diurutkan menjadi kesatuan yang disusun secara sistematis. Hal ini juga tentu

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional Identitas Judul Mata Kuliah : PERANCANGAN KERJA DAN STUDI GERAKAN SKS : 3(1-2) Semester : 4 PK : MANAJEMEN INDUSTRI Prasyarat : - Pengajar : Ir. Purana Indrawan, MP (PJMK) Annisa Kartikawati, STP, MT Angga

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) TNR, Font 16 pt Bold, Center LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA METODE DASAR PENGUKURAN WAKTU (METHOD TIME MEASUREMENT- 1) Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Methods Time Measurement Pengukuran waktu metoda atau Methods Time Measurement adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dilakukan secara tidak langsung dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah 57 Observasi Lapangan Pengamatan dilakukan pada bagian perakitan resleting PT. Fajarindo Faliman Zipper. Untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci