Modul III: Analisis Sistem Manufaktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul III: Analisis Sistem Manufaktur"

Transkripsi

1 Analisis Sistem Manufaktur 1 Modul III: Analisis Sistem Manufaktur Modul ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mendesain sebuah proses produksi. Berawal dari spesifikasi produk yang diperoleh dari studi konsumen, pada modul ini akan diidentifikasi dan dirancang proses manufaktur yang kemudian akan dikembangkan menjadi rancangan sistem manufaktur untuk memenuhi permintaan konsumen

2 Analisis Sistem Manufaktur 2 Garis Besar Isi Modul Modul 3.1 Analisis Proses Manufaktur 1. Penentuan komponen produk 2. Pembuatan tools standarisasi Bill Of Material (BOM) Tree 3. Penentuan keputusan membeli atau membuat untuk setiap komponen 4. Pemilihan raw material 5. Pembuatan tools standarisasi Bill Of Material (BOM) Table 6. Penentuan proses produksi a. Penentuan alur produksi b. Penentuan proses produksi untuk masing-masing komponen buat c. Pemilihan metode proses produksi d. Pemilihan peralatan dan mesin yang dibutuhkan e. Penentuan proses paralel dan seri f. Perhitungan waktu proses produksi g. Penentuan operator yang dibutuhkan h. Penentuan energi yang dibutuhkan i. Pembuatan tools standarisasi Operation Process Chart (OPC) j. Pembuatan tools standarisasi Production Routing (PR) k. Pembuatan tools standarisasi Assembly Routing (AR) Modul 3.2 Analisis Sistem Manufaktur 1. Perhitungan Kebutuhan Target Produksi 2. Optimasi Lini Produksi a. Perhitungan Laju Produksi per Unit Kerja Ketersediaan unit kerja (Availability) Perhitungan Kapasitas Produksi Unit Kerja Perhitungan Jumlah Unit Kerja yang Dibutuhkan

3 Analisis Sistem Manufaktur 1 Modul 3.3 Analisis Material Handling dan Perencanaan Layout 1. Perencanaan Material Handling a. Karakteristik Material b. Penentuan Jenis Material Handling 2. Perencanaan Fasilitas a. Identifikasi Mesin dan departemen b. Penetapan kedekatan dan hubungan antar mesin dan departemen c. Pengelompokkan mesin dan departemen berdasarkan kedekatan 3. Analisis Layout 4. Rekapitulasi Biaya-biaya Proses Manufaktur

4 Analisis Sistem Manufaktur 1 S istem manufaktur mempunyai definisi sebagai keseluruhan entitas yang bekerja dalam suatu aturan tertentu untuk mengubah resource (material, modal, tenaga, energi dan keterampilan) menjadi produk (barang atau jasa) yang dapat dijual oleh perusahaan dengan melakukan proses produksi tertentu untuk meningkatkan added value suatu resource (Wignjosoebroto, 2006). Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Dari paparan diatas, dapat dilihat bahwa fungsi utama sistem manufaktur adalah memproduksi permintaan pelanggan. Ada dua aspek dari permintaan pelanggan yang harus dapat dipenuhi oleh sistem manufaktur yaitu aspek jumlah dan aspek rancangan. Aspek rancangan meliputi bentuk, warna, kemampuan, ketahanan dan lain-lain, sedangkan aspek jumlah berhubungan dengan kuantitas. Untuk memenuhi kedua aspek permintaan tersebut maka sistem manufaktur harus dirancang seoptimal mungkin. Perancangan tersebut akan meliputi pemilihan material, pemilihan peralatan, alur produksi, tata-letak lantai produksi, rancangan kualitas, perancangan peralatan material handling hingga biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rancangan tersebut. Maka modul ini dirancang, untuk membantu dalam melakukan perancangan sistem manufaktur. Modul ini terbagi atas tiga fokusan yaitu analisis proses produksi, analisis sistem produksi dan analisis tata letak lantai produksi. Untuk melengkapi tiga fokusan tersebut, maka di akhir perancangan, akan dilakukan kalkulasi biaya manufaktur akibat perancangan yang telah dibuat pada sub-modul sebelumnya. Pada sub-modul analisis proses produksi, akan dibahas bagaimana cara memproduksi sebuah produk, dimulai dari tahap pemilihan material, peralatan dan alur produksinya hingga dokumentasi terkait perancangan proses produksi. Untuk sub-modul analisis sistem manufaktur, akan dibahas bagaimana mendesain konfigurasi sistem produksi yang tepat berdasarkan data permintaan dan desain proses produksi pada sub-modul sebelumnya. Sedangkan dalam sub-modul analisis tata letak lantai produksi, akan dibahas mengenai tata letak lantai produksi berdasarkan alur produksi. Dan sebagai penutup modul, akan dilakukan rekapitulasi biaya-biaya yang muncul akibat perancangan sistem manufaktur secara umum, yaitu fix cost dan variable cost. Sebagai gambaran umum, berikut flow-chart yang dapat digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memahami alur pengerjaan dari modul tiga ini :

5 Analisis Sistem Manufaktur 2 START Survey Pasar Penentuan Komponen Produk BOM Tree Penentuan Keputusan Make or Buy Produk BOM Table Pemilihan Raw Material Penentuan Alur Produksi Operation Process Chart Penentuan Metode produksi Penentuan Peralatan dan Mesin Penentuan Operator Penentuan Proses Produksi Penentuan Poses Paralel atau seri Perhitungan Waktu Produksi Production Routing Assembly Routing Penentuan Kebutuhan Energi FINISH Gambar 3.1 Diagram Alur Modul 3.1

6 Analisis Sistem Manufaktur 3 START Defect rate Alur produksi Perhitungan Target Produksi Penentuan Avaibilitas Tiap unit kerja Target produksi BOM Tree Alur produksi Perhitungan Kapasitas Produksi Pembentukan konfigurasi lini produksi Perhitungan kebutuhan unit kerja Konversi target produksi ke dalam bentuk waktu Perhitungan kebutuhan jumlah unit kerja Perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja dalam unit kerja Analisis sensitivitas dengan mengubah jumlah shift FINISH Gambar3.2 Flowchart modul 3.2

7 Analisis Sistem Manufaktur 4 START Perencanaan material handling Penentuan karakteristik material handling Penentuan jenis material handling Perencanaan fasilitas Ukuran dan jumlah mesin Luas total pabrik Routing OPC Identifikasi mesin dan departemen dalam pabrik Flow diagram Penetapan kedekatan dan hubungan antar mesin dan departemen Pengelompokkan mesin dan departemen berdasarkan kedekatan Analisis layout FINISH Gambar3.3 Flowchart modul 3.3

8 Analisis Sistem Manufaktur Analisis Proses Produksi Sub-modul ini bertujuan untuk merancang proses manufaktur yang diperlukan oleh produk yang dihasilkan dari tahap pengembangan produk. Di modul ini dibutuhkan input berupa survey pasar dan spesifikasi produk yang merupakan hasil dari proses pengembangan produk dan akan dihasilkan output berupa metode, pemilihan dan jumlah resources (man, machine, material, energy), dan waktu dari proses manufaktur produk rancangan. Berikut alur input output untuk sub-modul 3.1 : Survey pasar dan pengembangan produk 3.1 Analisis Proses Produksi Metode, resource, waktu Gambar 3.2 Input dan Output modul 2 Dalam sub-bab ini ada 6 point yang akan dikerjakan yaitu : 7. Penentuan komponen produk 8. Pembuatan tools standarisasi Bill Of Material (BOM) Tree 9. Penentuan keputusan membeli atau membuat untuk setiap komponen 10. Pemilihan raw material 11. Pembuatan tools standarisasi Bill Of Material (BOM) Table 12. Penentuan proses produksi l. Penentuan alur produksi m. Penentuan proses produksi untuk masing-masing komponen buat n. Pemilihan metode proses produksi o. Pemilihan peralatan dan mesin yang dibutuhkan p. Penentuan proses paralel dan seri q. Perhitungan waktu proses produksi r. Penentuan operator yang dibutuhkan s. Penentuan energi yang dibutuhkan t. Pembuatan tools standarisasi Operation Process Chart (OPC) u. Pembuatan tools standarisasi Production Routing (PR) v. Pembuatan tools standarisasi Assembly Routing (AR)

9 Analisis Sistem Manufaktur 6 Proses produksi adalah aplikasi dari proses kimia dan fisik yang mengubah geometri, spesifikasi, dan/atau tampilan dari material awal untuk membuat komponen produk atau produk (groover,2001). Proses manufaktur harus dirancang seefektif dan seefisien mungkin karena biaya produksi diperkirakan menelan biaya 50%-80% dari harga total produk. Semakin rumit dan customized proses produksi yang diperlukan maka biaya yang tertelan untuk proses manufaktur akan semakin besar Penentuan Komponen Produk Produk terdiri atas sekumpulan komponen yang saling bersambung dan menunjang fungsi produk. Komponen sendiri adalah bagian yang lebih kecil dari produk atau penyusun dari suatu produk yang memiliki fungsi sendiri dan memiliki lingkup sendiri. Penentuan komponen produk sangat penting, karena akan menentukan perancangan produksi selanjutnya. Pemisahan produk utuh harus mencapai komponen yang terkecil yang tidak dapat dipecah lagi. Dari pem-breakdown-an (pemisahan) produk utuh harus mencapai komponen yang terkecil yang dibuat atau dibeli. Daftar pertanyaan dan petunjuk dibawah ini akan membantu anda dalam langkah penentuan komponen produk 1. Buatlah list komponen penyusun dari produk anda 2. Identifikasi apakah komponen produk tersebut masih dapat ter-breakdown menjadi komponen yang lebih kecil lagi. 3. Untuk lebih mempermudah pembedaan komponen, lengkapi komponen dengan informasi fungsi, dimensi, jumlah dan spesifikasi lain untuk masing-masing komponen sesuai tabel lampiran Pembuatan tools standarisasi Bill Of Material (BOM) Tree Bill of material atau daftar kebutuhan material merupakan daftar komponen atau material yang diperlukan untuk menyusun sebuah produk rakitan lengkap. Jumlah dan nama komponennya termasuk juga sumber asal perolehan (dibuat sendiri atau dibeli) akan diidentifikasikan disini. Umumnya yang tercantum dalam bill of material hanyalah komponen-komponen yang berkaitan langsung dengan produk yang akan dibuat atau dirakit. Bill of material (BOM) sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu BOM tree dan BOM Table. BOM tree adalah daftar kebutuhan material secara lengkap yang dibutuhkan beserta jumlah komponen penyusun, yang disajikan dalam bentuk skema secara berurutan menurut level breakdown. Secara umum informasi informasi yang bisa didapatkan dari BOM tree ini

10 Analisis Sistem Manufaktur 7 diantaranya mengetahui level pembreak-downan dari tiap komponen produk, kemudian mengetahui jumlah atau banyaknya komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan satu unit produk serta dapat mengetahui komponen komponen mana saja yang akan dilakukan proses assembly. Gambar BOM tree dapat dilihat sebagai berikut : BOM TREE Level 3 Level 2 Level 1 Level Bagian Atas 1 Pagar Frame (5 buah) Bagian Bawah Jeruji Besi rol Daun Roda Lempenga Bunga (19 buah) (18 buah) (8 buah) (2 buah) n Besi Pagar Geser 2 3 Rel 3.1 Roda Batang Penyangga Lempengan Besi Pipa Besi Gambar 3.3 Hirarki BOM Tree Penentuan Make or Buy untuk Masing-Masing Komponen Setelah diketahui komponen komponen yang diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah penentuan bagaimana memperoleh komponen tersebut, apakah akan membuat sendiri atau membeli di pasaran. Penentuan keputusan tersebut dapat dianalisis melalui banyak faktor mulai dari ketersediaan komponen di pasaran, dimensi dan spesifikasi masing masing komponen, serta harga masing masing komponen jika dilihat dari dua aspek yaitu jika komponen dibeli dan jika komponen dibuat. Dalam hal ketersediaan barang dipasaran dapat dilihat apakah barang tersebut banyak ditawarkan di pasaran atau tidak. Untuk dimensi dan spesifikasi tiap komponen apakah memiliki ciri khas khusus yang nantinya menjadi competitive advantage tersendiri untuk perusahaan atau komponen tersebut memiliki dimensi dan spesifikasi yang sama dengan yang ada di pasaran, dan dari segi harga juga dapat dipertimbangkan, apakah jika membeli komponen dipasaran akan lebih murah atau lebih mahal dan begitu pula jika membuat komponen itu sendiri. Dalam penentuan keputusan ini, berikut tahapan yang dapat membantu dalam melakukan penentuan komponen tersebut dibeli atau dibuat :

11 Analisis Sistem Manufaktur 8 1. Identifikasi ketersedian dari komponen komponen yang menyusun produk di pasaran 2. Apakah komponen merupakan competitive advantage. Buatlah list untuk memilah komponen mana yang harus dibeli dan komponen mana yang harus dibuat sendiri. Tuliskan pertimbangan dalam tabel lampiran Pemilihan Raw Material Perencanaan raw material suatu produk sangat penting untuk dilakukan karena dengan pemilihan material yang tepat maka akan berpengaruh terhadap berbagai macam biaya yang ditimbulkan dari material tersebut misalnya saja biaya pembelian material. Pemilihan raw material dapat berubah sesuai dengan hasil dari tahapan-tahapan berikutnya pada proses manufaktur 1. Dari list spesifikasi komponen produk, pilihlah 2 alternatif jenis raw material untuk masing-masing komponen, sebaiknya alternatif dibuat ekstrem berdasarkan salah satu parameter namun saling menguntungkan salah satu sisi (contoh satu alternatif ekstrem pada biaya yang murah tapi kelenturan bahannya sangat rendah). 2. Dari alternatif yang telah dibuat daftarnya pilih satu yang terbaik untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan komponen. Tuliskan pertimbangkan dan keputusan pemilihan raw tersebut dalam tabel lampiran Pembuatan tool standarisasi Bill of Material (BOM) Table BOM Table berfungsi untuk menyajikan daftar kebutuhan material tersebut dalam bentuk tabel, dengan mengacu pada BOM Tree yang telah dibuat. Secara umum BOM Table bisa diartikan sebagai bentuk visualisasi dari penjelasan BOM tree. Di dalam BOM Table ini berisi mengenai keterangan keterangan dari tiap tiap komponen yang menyusun produk tersebut. Keterangan keterangan yang ada di BOM Table tidak memiliki format baku, sehingga keterangan keterangan yang akan dicantumkan didalam BOM Table sesuai dengan kebutuhan dari pihak pembuat. Hasil output dari BOM Table dapat dilhat seperti Tabel berikut :

12 Analisis Sistem Manufaktur 9 Tabel 3.1. BOM Table No Komponen Nama Komponen Jumlah Unit Bahan Dimensi Keterangan 1 Pagar Bagian atas 1 Besi dan aluminium Besi dan aluminium L =3 m T = 2.5 m L =3 m T = 1.5 m Jeruji 19 Besi ulir Buat Bunga 1 Aluminim Beli Besi rol 18 Besi batangan L = 10mm T = 10mm Daun 8 Aluminium Beli 1.2 Frame 5 Besi pipa 1.3 Bag.bawah 1 Besi P= 60 mm T= 60 mm L= 3 m T= 1 m Roda 2 Baja ST 40 D= 8 cm Beli Lempengan besi 1 besi P= 3 m T= 1 m Tb= 1.2 mm 2 Rel 1 Besi siku P= 6 m Buat Buat Buat Buat Buat Buat Buat 3 Batang penyangga 1 Pipa besi silinder P= 1.5 m Buat 3.1 Roda 2 Baja ST 40 D= 5 cm Beli 3.2 Lempengan besi 1 Besi plat P= 15 cm Tb= 3 mm L= 3 cm 3.3 Pipa besi 1 Besi pipa D =4 cm buat Buat Berikut ini merupakan langkah langkah yang dilakukan dalam pembuatan bill of material : 1. Menginputkan hasi breakdownan dari BOM Tree. 2. Menentukan level dari setiap komponen yang breakdown 3. Memberikan urutan nomer ke setiap komponen berdasarkan level 4. Menentukan jumlah atau banyaknya dari tiap komponen yang menyusun didalam satu unit produk tersebut 5. Menambahkan keterangan keterangan yang dibutuhkan dalam pembuatan BOM Table seperti jumlah, dimensi, fungsi raw material serta keterangan asal komponen (make or buy) seperti dalam tabel lampiran Penentuan Proses Produksi Setelah raw material dipilih dan breakdown produk telah dilakukan, langkah berikutnya adalah merancang proses manufaktur untuk membuat produk. Perancangan proses manufaktur dimulai dengan menentukan alur proses, mulai dari kedatangan raw material, proses pembuatan komponen, perakitan komponen hingga pengepakan. Setelah menentukan alur prosesnya, langkah berikutnya adalah merancang cara pembuatan produk. Perancangan

13 Analisis Sistem Manufaktur 10 tersebut melibatkan menentuan metode proses produksi, peralatan (mesin) dan tenaga kerja yang dibutuhkan, hingga perhitungan waktu produksi dan penentuan sistem parallel-seri proses sehingga dapat ditentukan waktu total pembuatan produk Penentuan Alur Proses Produksi Pada sub bab ini akan dijelaskan lebih detail mengenai urutan proses manufaktur yang dilakukan untuk memproduksi produk yang bermula dari kedatangan raw material, proses pembuatan, proses perakitan dan proses pengepakan hingga akhirnya menjadi produk yang siap dipasarkan. Nantinya dari urutan proses tersebut, dapat diketahui proses mana yang menjadi syarat dilakukannya proses lain dan juga proses assembly yang dilakukan. Pada proses sebelumnya telah dilakukan tahapan pemisahkan komponen yang akan dibuat atau dibeli. Produk yang diputuskan untuk dibuat inilah yang akan dipikirkan proses manufaktur apa saja yang dilakukan hingga akhirnya terbentuk produk akhir yang diinginkan. Berikut adalah flowchart yang menggambarkan proses manufaktur produk : 1. Dari daftar komponen yang telah dibuat di awal, pisahkan komponen yang dibuat dengan yang dibeli. 2. Dari daftar komponen yang telah dibuat di awal, susunlah sebuah flowchart yang menggambarkan proses pembuatan produk. Flowchart Pembuatan Ballpoint Ballpoint jadi Merakit tutup ballpoint dengan badan ballpoint Membuat tutup ballpoint Merakit tabung, ujung depan, ujung belakang dan isi menjadi badan ballpoint Membuat ujung depan ballpoint Membuat ujung belakang ballpoint Merakit ujung ballpoint, tabung tinta dan tinta isi ballpoint Membeli ujung ballpoint Membuat isi ballpoint Membeli tabung tinta ballpoint Gambar 3.4 Contoh Flowchart Pembuatan Ballpoint

14 Analisis Sistem Manufaktur Penentuan Proses Produksi untuk Masing-Masing Komponen Alur proses manufaktur produk yang telah dibuat pada sub modul sebelumnya, belum dapat diketahui bagaimana detail pembuatan produk tersebut. Penentuan alur proses produksi hanya memberitahu urutan perakitan komponen, namun tidak ada informasi bagaimana komponen tersebut dibuat. Penentuan proses produksi komponen penting untuk diketahui karena akan menentukan jenis mesin serta operator yang dibutuhkan. Untuk membantu dalam melakukan penentuan proses produksi, maka berikut tahapantahapan yang dapat dilakukan : a. Tuliskan keseluruhan komponen yang membutuhkan proses produksi (kompen berlabel make dalam sub modul penentuan make or buy komponen) b. Identifikasi proses manufaktur yang dapat dilakukan untuk membuat komponen tersebut. Komponen dapat dikenai satu atau lebih proses produksi. Misalnya setelah dipotong, material perlu dilubangi, dll. c. Daftar seluruh rangkaian proses produksi untuk masing-masing komponen pada tabel lampiran Penentuan Metode Proses Produksi Pada sub-bab sebelumnya, proses produksi telah diidentifikasi untuk masing-masing komponen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah komponen dikenai satu atau lebih proses produksi. Namun identifikasi ini belum dapat secara detail menunjukkan metode proses manufaktur yang dipilih. Misalnya saja untuk jika komponen harus dilakukan dengan proses pengecoran, maka belum ditentukan metode pengecoran apa yang akan digunakan. Berikut tahapan yang dapat membantu dalam melakukan penentuan alur proses manufaktur sesuai tabel lampiran 6 : 1. Dari flowchart yang telah dibuat sebelumnya, tentukan proses yang perlu dilakukan 2. Buat daftar 2 metode alternatif yang dapat melakukan proses yang telah dibutuhkan sesuai speifikasi benda dan raw material yang telah ditentukan. 3. Pilih satu alternatif yang menurut anda paling sesuai untuk digunakan Pemilihan Peralatan dan mesin yang dibutuhkan Dengan melakukan pemilihan metode dari beberapa alternatif, maka secara tidak langsung dapat diketahui peralatan (mesin) yang dibutuhkan untuk melakukan produksi. Mesin-mesin tersebut tentunya harus memenuhi spesifikasi yang distandarkan perusahaan

15 Analisis Sistem Manufaktur 12 sehingga perusahaan perlu membuat spesifikasi peralatan produksi agar pemilihan mesin dapat berjalan lebih efektif. Spesifikasi dapat berupa ukuran kecepatan, defect rate, kapasitas produksi, hingga batasan harga. Berikut tahapan yang dapat membantu dalam melakukan penentuan mesin yang dibutuhkan : 1. Dari penentuan metode yang telah dibuat di tahap sebelumnya, identifikasi kebutuhan spesifikasi (kekuatan mesin, kepresisian dll) untuk masing-masing proses. (lampiran 7) 2. Kemudian dari spesifikasi proses, cari 2 jenis (merek, tipe) peralatan yang mampu memenuhi spesifikasi proses (lampiran 8) 3. Pilih satu alternatif yang menurut anda paling sesuai dengan spesifikasi untuk digunakan Penentuan Proses Paralel-Seri Dari flowchart produksi, maka dapat ditentukan proses mana yang dapat dikerjakan secara bersamaan (paralel) dan yang harus berurutan (seri). Hal ini dibutuhkan untuk menentukan total waktu proses produksi (MLT). Berikut tahapan yang dapat membantu dalam menganalisis penentuan proses paralel dan seri : 1. Tuliskan keseluruhan komponen yang membutuhkan proses produksi yang berada pada level terbawah pada flowchart. 2. Tuliskan proses maunfaktur yang perlu dilakukan untuk membuat komponen tersebut. 3. Lihat masing-masing proses dan tuliskan proses yang harus terlebih dahulu dilakukan sebelum proses lainnya. 4. Apabila proses tidak memiliki proses pendahulu maka buat proses tersebut menjadi awal urutan proses 5. Lanjutkan untuk komponen pada level selanjutnya hingga produk jadi terbentuk. 6. Untuk menentukan proses yang diseri atau di pararel telah disediakan petunjuk berupa tabel untuk membantu dalam menetukan proses yang dianggap seri maupun pararel yang dapat dilihat pada lampiran Perhitungan Waktu Proses Produksi Waktu proses adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah alat atau mesin untuk memproses material pada masing-masing stasiun kerja. Waktu proses untuk masing-masing stasiun kerja dapat ditentukan dengan menghitung waktu proses produksi untuk masing-

16 Analisis Sistem Manufaktur 13 masing komponen dan mengelompokkan waktu dengan stasiun kerja dan mesin yang sama. Data ini dibutuhkan untuk menghitung lamanya proses produksi produk keselurhan dan mengidentifikasi biaya keseluruhan proses produksi. Berikut tahapan yang dapat membantu dalam melakukan perhitungan waktu proses : 1. Dari data urutan proses produksi, metode dan peralatan yang digunakan tentukan waktu proses untuk masing-masing komponen. (lampiran 10) 2. Kelompokkan dan jumlahkan waktu proses yang dilakukan dengan peralatan yang sama dalam stasiun kerja yang sama. 3. Bila mesin mengeluarkan hasil produksi berupa batch maka jangan membagi waktu prosesnya dengan besar batch, tuliskan tetap dengan waktu proses batch dan sertakan ukuran batch. 4. Hitung total waktu proses produksi untuk menghasilkan satu produk tersebut. Waktu total produksi merupakan penjumlahan dari total waktu operasi dan waktu non operasi. 5. Untuk membuat perhitungan waktu proses telah disediakan petunjuk berupa tabel untuk membantu dalam menghitung waktu proses yang dapat dilihat pada lampiran Untuk menentukan total waktu proses, dapat pula digunakan pembuatan ganttchart dengan menggunakan software Ms. Project. Gambar 3.5 Contoh ganttchart

17 Analisis Sistem Manufaktur Penentuan Operator yang dibutuhkan Peralatan dan mesin yang digunakan tentu saja memerlukan operator untuk mengoperasikannya. Dalam sub-modul ini akan dianalisis kebutuhan sumber daya manusia untuk melakukan keseluruhan proses produksi. Berikut tahapan yang dapat membantu dalam menganalisis kebutuhan sumber daya manusia. 1. Dari list metode dan peralatan tentukan jumlah dan keahlian operator yang harus ada pada masing-masing peralatan. Perlu diketahui jumlah operator yang dimaksud bukan merupakan jumlah total tenaga kerja. Namun juga tidak berarti mengikuti variabel demand. Jumlah tenaga kerja disini dimaksudkan kebutuhan untuk satu mesin tersebut. 2. Tuliskan dalam tabel lampiran Perhitungan Kebutuhan energi Dari spesifikasi peralatan yang digunakan khususnya pada spesifikasi daya yang dibutuhkan dan waktu proses kita akan dapat menghitung jumlah kebutuhan energi listrik yang dipakai dan biaya listrik yang harus dikeluarkan. Berikut tahapan yang dapat membantu dalam menganalisis kebutuhan energi sesuai tabel lampiran 13 : 1. Dari daftar peralatan yang digunakan tentukan jenis kebutuhan energi (bensin, listrik) 2. Identifikasi daya yang diperlukan untuk mesin tersebut (jika berupa energi listrik) 3. Hitung waktu proses yang membutuhkan peralatan/ mesin tersebut. Jumlahkan waktu tersebut untuk satu mesin yang sama (ubah satuan dalam bentuk Kwh). 4. Kebutuhan sumber daya energi didapatkan dengan cara mengalikan daya dengan waktu total Pembuatan tool standarisasi Operation Process Chart Peta proses operasi (Operational Process Chart) merupakan penjelasan aliran material yang akan diproses dalam suatu proses produksi dari awal pembuatan sampai akhir terbentuk sebuah produk, dengan berbagai macam proses yang dilakukan. Pada OPC ini umumnya digunakan untuk menggambarkan urut-urutan kerja khususnya untuk kegiatan yang produktif saja seperti operasi dan inspeksi. Sedangkan istilah peta aliran proses (flow process chart) akan memberikan informasi yang lebih detail, seperti transportasi, delay, dan storage (penyimpanan). Penggambaran aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan dengan menggunakan

18 Analisis Sistem Manufaktur 15 simbol-simbol yang telah distandardkan oleh ASME (American Society of Mechanical Engineering). Berikut ini simbol simbol umum yang digunakan dalam pembutan OPC Simbol berbentuk lingkaran yang menggambarkan kegiatan operasi. Simbol empat persegi (kubus) yang menunjukkan aktivitas pemeriksaan(inspeksi). Simbol panah yang menunjukkan adanya langkah transportasi seperti pemindahan material. Simbol segitiga terbalik yang menggambarkan proses penyimpanan. Dalam OPC ini terdapat langkah sederhana dalam pembuatannya yang akan dijelaskansebagai berikut: 1. Menentukan Raw material ( Bahan, jenis, dan dimensi awal) dari setiap komponen yang akan dilakukan proses produksi 2. Mengurutkan setiap komponen berdasarkan proses assembly nya ( dimana komponen yang ditaruh paling ujung sebelah kiri merupakan komponen yang paling banyak dikenai proses assembly) 3. Jika terdapat komponen yang sama maka di dalam OPC tidak boleh dilakukan penggabungan, akan tetapi harus tetap dipisah 4. Dari setiap komponen yang telah diurutkan tersebut, kemudian tentukan urutan proses pengerjaan (operasi) dari setiap komponen dan diberi tanda operasi ( O ) 5. Dari setiap operasi yang dikenai pada setiap komponen tentukan mesin atau tools apa yang melakukan proses tersebut kemudian ditambahkan dengan waktu prosesnya. 6. Untuk node yang digunakan di dalam OPC mengikuti simbol simbol yang telah terstandarisasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 7. Dalam melakukan peng-assemblyan antara komponen yang satu dengan yang lain di harapkan jangan sampai terjadi penumpukan garis. 8. Untuk komponen penunjang seperti mur,baut,welding rod,dsb maka penginsertannya dilakukan dengan menguunakan tanda sebelum memasuki node operasi berukutnya 9. Untuk komponen beli, maka penginsertannya dilakukan dengan menggunakan tanda sebelum memasuki node operasi berikutnya

19 Analisis Sistem Manufaktur Setelah semua komponen telah ter-assembly keseluruhan dalam satu komponen utama (yang berada di sebelah ujung kiri ) beserta dengan proses inspeksi lainnya dan menjadi sebuah uni produk maka aliran material tersebut telah dikatakan selesai. Berikut merupakan contoh hasil Outputan dari OPC Besi pipa 5 (60x60)mm x 6 m Besi pipa 4 (60x60)mm x 6 m Besi pipa 3 (60x60)mm x 6 m Besi pipa 2 (60x60)mm x 6 m Besi pipa 1 (60x60)mm x 6 m 1' O-5 Pengukuran Rol meter 1' O-4 Pengukuran Rol meter 1' O-3 Pengukuran Rol meter 1' O-2 Pengukuran Rol meter 1' O-1 Pengukuran Rol meter 2' O-10 Pemotongan Cutting machine 2' O-9 Pemotongan Cutting machine 2' O-8 Pemotongan Cutting machine 2' O-7 Pemotongan Cutting machine 2' O-6 Pemotongan Cutting machine Bending Penghalusan Penghalusan Penghalusan 6' O-15 60' O-14 Bending 6' O-13 6' O-12 6' O-11 M. Gerinda M. Gerinda M. Gerindao- Machine Gambar 3.6 Contoh Operation Process Chart (OPC) 4' O-113 4' O-114 4' O-115 4' O-116 Penghalusan M. Gerinda Assembly Welding Frame Assembly Welding Frame Assembly Welding Frame Assembly Welding Frame Pembuatan tool standarisasi Production Routing Production routing merupakan urutan pelaksanaan proses produksi per komponen suatu produk berdasarkan operation process chart yang telah dibuat. Secara umum yang menjadi inputan di dalam production routing adalah OPC. Dalam penyusunan production routing ini harus disertakan nama komponen beserta nomornya, jenis bahan baku, nomor operasi dan jenis operasi, jenis mesin, tools, jigs & fixture (apabila mesin yang digunakan manual), serta waktu produksi yang dibutuhkan. Banyaknya tabel production routing bergantung terhadap banyaknya komponen yang dibuat di dalam OPC, mudahnya jika di dalam operation process chart terdapat 5 kolom komponen, maka dalam production routing juga terdapat 5 tabel yang berisi mengenai informasi dari setiap operasi yang dikenakan pada tiap komponen. Berikut akan dijelaskan mengenai langkah langkah sederhana di dalam pembuatan prduction routing : 1. Melihat jumlah komponen yang ada pada OPC sebelumnya 2. Membuat tabel sebanyak jumlah komponen yang ada di OPC

20 Analisis Sistem Manufaktur Mengisi setiap tabel yang telah dibuat dengan mengurutkan no operasi dari setiap komponen beserta keterangan keterangan yang ada pada OPC dari setiap operasi 4. Dalam Production Routing, tidak boleh memasukan operasi yang melakukan proses assembly ( proses assembly ditaruh pada assembly routing) 5. Melakukan langkah 3 untuk setiap komponen dalam keseluruhan tabel production routing Berikut ini diberikan sebuah contoh outptan dari production routing yang diambil dari hasil contoh OPC sebelumnya Tabel 3.2. Production Routing Nama komponen : Frame luar Material : Besi pipa 1 No Operasi Jenis Operasi Mesin Tool, Jig, Fixt Waktu produksi O-1 pengukuran - meteran 1 menit O-6 pemotongan Cutting - 2 menit machine O-11 penghalusan Mesin gerinda - 6 menit Pembuatan tool standarisasi Assembly Routing Assembly routing merupakan proses dimana suatu komponen dirakit dengan komponen lain untuk membentuk suatu produk berdasarkan level masing-masing. Assembly routing ini juga dibuat berdasarkan operation process chart yang telah dibuat sebelumya. Bedanya dengan production routing, dalam assembly routing ini informasi yang disajikan hanya berupa proses perakitan saja, dimana yang ditulis di dalam tabel hanya proses penggabungan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainya saja. Dalam penyusunan assembly routing yang harus dicantumkan adalah nomor urutan assembly, nomor komponen, mesin yang digunakan serta waktu yang dibutuhkan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai langkah langkah sederhana dalam membuat assembly routing No. Assembly O-113 Tabel 3.3. Assembly Routing Jenis Assembly Mesin Tool,Jig,Fix Menggabungkan hasil operasi O- 12 dengan O-11 Welding machine Waktu assembly 4 menit

21 Analisis Sistem Manufaktur 18 O-114 O-115 Menggabungkan hasil operasi O- 13 dengan O- 113 Menggabungkan hasil operasi O- 14 dengan O- 114 Welding machine Welding machine 4 menit 4 menit

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R. 0810670002 CONTOH OPC DAN FPC Peta Proses Operasi (OPC) dan Peta Aliran Proses (FPC) merupakan dua jenis peta kerja digunakan untuk mengetahui secara jelas proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES MODUL 4 PERENCANAAN PROSES 1. Deskripsi Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detil proses produksi dan perakitan,

Lebih terperinci

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL 2.1 Landasan Teori Operation Process Chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yang meliputi urutan proses

Lebih terperinci

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM II-13 BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM 2.1 Landasan Teori Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas produksi yang terjadi pada sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang berkaitan dengan menghasilkan produk saja, namun kegiatan tersebut erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( ) M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri (4411216140) Universitas Pancasila Jakarta Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado PETA-PETA KERJA Oke Sofyan,Ita Novita Sari Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta Kampus J Universitas Gunadarma Jl. KH. Noer Ali, kalimalang, Bekasi Telp: (021) 94122603 Email:

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, persaingan di dunia manufaktur menjadi sangat ketat, hal ini menyebabkan perusahaan harus mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola perusahaan

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU Perkembangan dan kemajuan manusia untuk mempermudah melakukan suatu pekerjaan,maka mesin perajang tembakau dapat membantu para petani tembakau

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

Bagian Assembly Chart

Bagian Assembly Chart Materi #4 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Assembly Chart 2 x : nomor part, berada dalam lingkaran kecil yyy : nama part, lingkaran yang agak besar SiAj : subassembly A : final product 6623

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

Penyebab. Pembangunan Pabrik Baru Perubahan Kapasitas Perubahan Design Produk Produk Baru Dll

Penyebab. Pembangunan Pabrik Baru Perubahan Kapasitas Perubahan Design Produk Produk Baru Dll LAY - OUT DESIGN Penyebab Pembangunan Pabrik Baru Perubahan Kapasitas Perubahan Design Produk Produk Baru Dll Kriteria Kinerja 1. Minimasi Kongesti 2. Minimasi Material Handling Cost 3. Effisiensi Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d #4 - AC dan OPC 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Assembly Chart (AC) (1) 2 Bagian paling kiri AC merupakan nama part. Semakin ke kiri, penomoran S bertambah dan semakin ke bawah penomoran A bertambah.

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR PROSES MANUFAKTUR MESIN PRESS BAGLOG JAMUR SKRIPSI / TUGAS AKHIR TRI HARTANTO (26410947) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Dalam industri agrobisnis terutama dalam bidang penanaman jamur. Keberadaan

Lebih terperinci

PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS

PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS Momentum, Vol. 3, No. 1, April 0 : 6-12 PETA RAKITAN, PETA PROSES OPERASI DAN DIAGRAM TALI PADA ANALISIS ALIRAN BAHAN PULLER JAWS I. Syafa at *) Abstrak Pengaturan tata letak pabrik (plant lay-out) tidak

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

Proces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant

Proces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant PROCESS DESIGN perencanaan tentang pembuatan produk yang telah ditetapkan pada produk desain dengan mempergunakan alat-alat yang ada atau dapat diadakan dengan caracara seekonomis mungkin Proces Design

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Pancakarsa Bangun Reksa adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa Konsultan, Desain dan Konstruksi, Mekanikal, Sipil dan Elektrikal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #3 Ganjil 2015/2016 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi Materi #3 Ganjil 2015/2016 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI Materi #3 TIN310 OTOMASI SISTEM PRODUKSI Definisi Manufaktur 2 Manufaktur dapat didefinisikan sebagai aplikasi proses fisik dan proses kimia untuk merubah geometri, sifat-sifat, dan/atau penampilan material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Dharma Polimetal merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada tanggal 27 maret 1989 yang didukung oleh afiliasi perusahaan dengan komitmen untuk selalu menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata letak fasilitas merupakan pengorganisasian fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan. Perencanaan fasilitas

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan lintasan produksi seoptimal mungkin merupakan tujuan yang ingin dicapai tiap industri. Penggunaan lintasan produksi secara optimal dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK

BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 PERANAN PRAKTIKAN Desainer sedang membuat desain part sebelum membuat sub assembly, tampak sedang membuat lempengan plat yang sedang didesain, untuk perancangan rak small

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan spesifikasi mold dan mesin injection mold yang dimiliki perusahaan, didapatkan target output produksi produk cap aqua galon. Namun Jumlah output yang ditargetkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PURWARUPA MESIN PENYAPU LANTAI

PROSES PEMBUATAN PURWARUPA MESIN PENYAPU LANTAI PROSES PEMBUATAN PURWARUPA MESIN PENYAPU LANTAI PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun Oleh: RIZAL MOCHTYONO WIDODO NIM. I8110034 PROGRAM DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam keahliannya dalam mengubah/merakit suatu bahan baku menjadi bahan jadi (perakitan suatu

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING DEVI JAYAWATI, ST., MT., MS Disusun Oleh : WAHYU PRADANA (15010010) FADJRI RAHMANTO (150100105) PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dilakukan beberapa analisa seperti yang dijelaskan berikut ini: 5.1 Analisa Aliran Material dengan From To

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan dan pembuatan kincir

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN Sutiyoko 1), Muhammad Farid Nur 2) 1),2) Jurusan Teknik Pengecoran Logam, Politeknik Manufaktur Ceper,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Cendana Baru merupakan usaha yang bergerak dibidang perancangan alat yang didirikan oleh Bapak Tut Wuri Handayani, S.T sejak tahun 1990. CV.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

(Sumber :

(Sumber : Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium pada program studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom. Laboratorium ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA Jurusan Teknik Industri Semester Genap 2015/2016 Analisis Operasional (Peta Kerja) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA 5 Debrina Puspita Andriani e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas. Dalam suatu industri manufaktur, tercapainya output merupakan target yang harus dicapai terutama dalam divisi produksi. Akan tetapi untuk mencapai target output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang PT. Dharma Polimetal merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada tanggal 27 maret 1989 yang didukung oleh afiliasi perusahaan dengan komitmen untuk selalu menjadi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) 4.1.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di Mechanical Fabrication Department (lantai produksi Divisi Mekanik). Dari hasil

Lebih terperinci

Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Manajemen Operasional PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-9 Peranan perancangan dan pengawasan produk Organisasi bagian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Yovie Rahmatullah 1, Bayu Wiro K 2, Fipka Bisono 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI 1 EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana, Nurhadi Siswanto, dan Dewanti Anggrahini Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci