SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum,wight) TERHADAP WAKTU KEMATIAN Ascaris suum, Goeze In Vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gagat Ragil Andaru P G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit 2012 to user

2 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Gagat Ragil Andaru P, G , Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum,wight) terhadap Waktu Kematian Ascaris suum,goeze In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Daun salam (Syzygium polyanthum,wight) mengandung tannin yang telah diketahui memiliki efek antihelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze secara In Vitro. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah cacing Ascaris suum,goeze dewasa yang aktif bergerak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dibagi dalam 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 cacing, replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Kelompok kontrol negatif menggunakan larutan garam fisiologis, kelompok kontrol positif menggunakan pyrantel pamoate 5 mg/ml sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Cacing direndam dalam larutan uji sebanyak 25 ml dan diinkubasi pada suhu 37 C. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam dan dihitung jumlah cacing yang mati. Data dianalisis dengan uji regresi linier, dan analisis probit. Hasil penelitian : Hasil pengamatan rerata waktu kematian total Ascaris suum, Goeze kontrol negatif selama 96 jam, kontrol positif 2,5 jam, Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, 90% selama 10 jam 15 menit, 8 jam, 6 jam, 4 jam 45 menit dan 3 jam. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama kematian cacing. Hasil analisis probit diperoleh LC 50 dan LT 50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) adalah 76,228% dan 3 jam 36 menit. Simpulan penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) mempengaruhi waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro, peningkatan konsentrasi ekstrak berbanding terbalik dengan waktu kematian cacing Kata kunci : Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight), Ascaris suum,goeze iv

3 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Gagat Ragil Andaru P, G , The Effect of Syzygium polyanthum,wight Leaves Extract Towards Death Time of Ascaris suum,goeze In Vitro. Mini Thesis. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background : Syzygium polyanthum,wight leaves contain tannin that have been known to have anthelmintic effect. This study aimed to determine the effect of Syzygium polyanthum,wight leaves extract toward death time of Ascaris suum, Goeze In Vitro Methods : The study was a laboratory experimental research using the post-test only controlled group design. Subjects were adult Ascaris suum, Goeze. The sampling technique used was purposive sampling. Subjects were divided into 7 groups, each group consisting of 4 worms, replication performed 4 times. Saline solution was used in negative control group, pyrantel pamoate 5 mg/ml was used in positive control group, while the treatment group used Syzygium polyanthum,wight leaves extract concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, and 90%. Worms immersed in the test solution at 25 ml and incubated at 37 C. Observations were made every 1 hour and counted the number of dead worms. Data were analyzed with regression linier and probit analysis. Results : Observations of total deaths mean time Ascaris suum,goeze sp negative control for 96 hours, the positive control 2 hours 30 minutes, the concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, 90% for 10 hours 15 minutes, 8 hours, 6 hours, 4 hours 45 minutes and 3 hours. Linear regression test results show that the variation of the concentration affects long worm death. Probit analysis results obtained LC 50 and LT 50 Syzygium polyanthum,wight leaves extract is 76,228% and 3 hours 36 minutes. Conclusion : Based on this study, it can be concluded that of Syzygium polyanthum,wight leaves extract affects mortality of Ascaris suum, Goeze sp In Vitro, the increasing of extract concentration is inversely proportional with the death time of worms Keywords: Syzygium polyanthum,wight leaves extract, Ascaris suum,goeze v

4 digilib.uns.ac.id PRAKATA Puji Syukur ke hadirat Tuhan YME, atas segala limpahan rahmat dan berkat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum,wight) terhadap Waktu Kematian Ascaris suum,goeze In Vitro. Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,sp.pd-kr-finasim selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. FX. Bambang Sukilarso S., dr., Sp.ParK, selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis. 4. Sri Haryati, Dra., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes, selaku Ketua Penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran bagi penulis 6. P. Murdani K, dr., MHPEd Selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik dan saran bagi penulis. 7. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam skripsi ini. 8. Yang tercinta, kedua orang tua saya Ir. Ign. Rachmat Pratomo dan Anastasia Suparmi Damayanti yang senantiasa mendoakan tiada henti dan memberikan semangat hingga terselesaikanya tulisan ini. 9. Sahabat-sahabat terbaik saya, Arianto Adi, Indah Puspitasari, Ludi Junapati, Bagus Budi, Dedy, Bagus Dwi, Yurita yang telah setia membantu saya dalam doa dan semangat dalam penelitian ini 10. Keluarga PMPA VAGUS tercinta atas doa dan dukungannya 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya dan bagi pembaca umumnya. Surakarta, November 2012 Gagat Ragil Andaru P vi

5 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI... 5 A. Tinjauan Pustaka... 5 B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Variabel penelitian F. Definisi Operasional Variabel Penelitian G. Rancangan Penelitian H. Alat dan Bahan I. Cara Kerja J. Teknik Analisis Data Statistik BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Analisis Data vii

6 digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN BAB VI PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,goeze pada penelitian pendahuluan Tabel 4.2 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,goeze pada penelitian akhir Tabel 4.3 Presentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian 2,5 jam Tabel 4.4 Hasil analisis probit untuk mengetahui LC 50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) Tabel 4.5 Hasil analisis probit untuk mengetahui LT 50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) Tabel 4.6 Hasil analisis probit untuk LT50 pirantel pamoat 5 mg/ml ix

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka pemikiran Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir Gambar 4.1 Diagram rerata waktu kematian cacng pada penelitian akhir Gambar 4.2 Diagram perbandingan presentase daya antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan pirantel pamoat Gambar 4.3 Grafik persamaan regresi linier antara ekstrak daun salam dan waktu kematian cacing x

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Normalitas Data Lampiran 2. Uji Regresi Linier Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian Lampiran 4. Ijin Penelitian Lampiran 5. Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Salam xi

10 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Penyakit ini menduduki peringkat prevalensi tertinggi dari seluruh penyakit Soil Transmitted Helminth (Hadju, 2011). Infeksi askaris banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis (Hendratno, 1998). Bagi negara berkembang, termasuk Indonesia yang juga negara tropis, infeksi askaris menjadi suatu hal yang serius (Acevedo dan Carabalo, 2011). Angka kejadian askariasis di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar % (Margono, 2003). Berdasarkan data WHO tahun 2004, dilaporkan bahwa prevalensi kejadian askariasis pada anak sekolah di berbagai daerah di Indonesia masih tinggi yaitu 19,5% di Sulawesi Tengah, 41,3% di Banten, 16,7% di Jawa Barat 22,8% di Sumatera Selatan, dan 13,9% di Kalimantan Barat. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Faktor yang pertama adalah iklim dan suhu di Indonesia cocok untuk perkembangan telur cacing askaris. Kebiasaan defekasi dan pola hidup yang kurang bersih menjadi faktor kedua. Rendahnya status ekonomi masyarakat melengkapi kedua faktor di atas (Damarjati, 2007). Penyakit kecacingan dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia di Indonesia. Gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi parasit ini berupa rasa tidak nyaman, nyeri perut, lemas, dan gangguan absorbsi nutrisi 1

11 digilib.uns.ac.id 2 pada penderita (Pasaribu, 1993). Jika cacing ini menginfeksi anak maka pertumbuhan dan perkembangan belajar akan terganggu. Migrasi larva cacing ini dapat menimbulkan gejala klinis seperti perdarahan dan gangguan paru seperti panas, batuk darah, dan pneumonitis askaris. Sedangkan stadium dewasanya dapat menyebabkan obstruksi usus, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi (Pohan, 2006). Obat-obat askariasis yang masih digunakan saat ini yaitu mebendazol, piperazin, dan pirantel pamoat dilaporkan menimbulkan efek samping yaitu mual, muntah, sakit kepala, dan sakit perut (Syarif dan Elysabeth, 2007). Dalam suatu Case report dilaporkan bahwa pengobatan askariasis menggunakan mebendazol menimbulkan efek samping berupa erratic migration yaitu keluarnya cacing askaris melalui mulut dan hidung penderita. Fenomena ini menimbulkan ketakutan pasien terhadap terapi mebendazol (Brawley, 1986). Tanaman obat merupakan alternatif pengobatan yang telah banyak digunakan masyarakat Indonesia. Hasil survey Badan Pusat Statistik di tahun 2000 menunjukkan 15,6 % masyarakat Indonesia menggunakan tanaman obat tradisional, dan jumlah ini meningkat menjadi 31,7 % di tahun berikutnya. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, hal ini mendukung ketersediaan tanaman obat bagi masyarakat. Selain mudah didapat dan murah, penggunaan obat tradisional memiliki efek samping yang minimal dibanding obat yang tersedia di pasaran. Serta penggunaan obat tradisional diharapkan bisa mengurangi ketergantungan

12 digilib.uns.ac.id 3 pemerintah karena impor bahan baku obat yang nilainya mencapai US$ 160 per tahun (Departemen Pertanian, 2007). Tanaman salam yang tumbuh subur di Indonesia merupakan salah satu tanaman tradisional yang digunakan sebagai bumbu dapur oleh masyarakat Indonesia dan termasuk sembilan tanaman unggulan yang masih diteliti lebih lanjut (Dewoto, 2007). Hasil uji fitokimia membuktikan bahwa daun salam memiliki kandungan yang bervariasi yaitu tannin, flavonoid, alkaloid, steroid, karbohidrat dan triterpenoid (Kusuma et al, 2011). Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan tanaman salam memiliki efek antidiabetik, antibakteri, antifungi, analgesik dan antiinflamasi (Studiawan, 2005; Hendrajatin, 2009; Sumono, 2008). Tetapi hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai daun salam sebagai antihelmintik. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa zat aktif pada tanaman yang memberikan efek antihelmintik adalah tannin (Bachaya, 2007; Duke, 2009). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin membuktikan apakah daun salam memiliki aktivitas antihelmintik, dengan kandungan tannin di dalamnya. Dalam penelitian ini akan digunakan Ascaris suum. Ascaris suum memiliki kemiripan morfologi, fisiologi dan biokimia dengan Ascaris lumbricoides, sehingga cacing jenis ini sering menjadi model pengganti Ascaris lumbricoides dalam penelitian (Loreille dan Bouchet, 2003).

13 digilib.uns.ac.id 4 B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum,goeze In Vitro? 2. Berapa konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) yang memberikan efek antihelmintik? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum,goeze In Vitro. 2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) yang memberikan efek antihelmintik. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Syzygium polianthum, Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum,goeze In Vitro. 2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan di bidang farmasi untuk penelitian lebih lanjut sebagai alternatif obat askariasis.

14 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum,wight) a. Sinonim Eugenia polyantha b. Nama Daerah Sumatra Jawa Kangean : Meselangun, ubar serai (Melayu) : Salam, gowok (Sunda), Salam (Madura), Manting : Kastolam (Dalimartha, 2000) c. Taksonomi Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Dicotyledonae : Dialypetalae : Myrtales : Myrtaceae : Syzygium : Syzygium polyanthum, Wight (Tjitrosoepomo, 1998; Heyne, 1987) 5

15 digilib.uns.ac.id 6 d. Deskripsi Tanaman salam tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis, mulai dari Birma ke selatan sampai ke Indonesia. Di pulau Jawa tanaman ini tumbuh pada ketinggian 5 m hingga 1000 m di atas permukaan laut. Tanaman salam dapat tumbuh di tanah dengan ketinggian hingga 1800 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987; Mardisiswojo dan Radjamangunsudarso, 1968). Tanaman salam berupa pohon dengan batang bulat. Tinggi pohon dapat mencapai 25 m. Daun tunggal, panjang 5 15 cm, lebar 3 8 cm. bersilang berhadapan, berbentuk lonjong dengan ujung runcing, pertulangan menyirip berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau muda di permukaan bawah. Bunga majemuk berwarna putih dengan bau harum. Biji bulat berwarna cokelat dengan diameter sekitar 1 cm. Buahnya buah buni dengan diameter 8 9 cm, buah muda berwarna hijau, setelah masak berubah menjadi merah gelap (Haryanto, 2009). e. Kandungan Kimia Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah tannin, flavonoid, alkaloid, karbohidrat, steroid dan triterpenoid (Kusuma, 2011). Tannin merupakan molekul golongan polifenol, yang ada hampir di setiap bagian tanaman, termasuk akar, batang, daun, buah bahkan rambut tanaman. Tannin diklasifikasikan berdasar molekulnya menjadi Condensed Tannin (CT) dan Hydrolizable Tannin (HT). Secara struktural, CT terdiri atas monomer dan oligomer dari flavanoid, yang

16 digilib.uns.ac.id 7 dihubungkan dengan ikatan karbon tanpa adanya nukleus monosakarida (Barry dan McNabb, 1999; Hagerman dan Butler, 1981; Foo et al., 1986). Senyawa tannin bersifat polar, sehingga tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, dan benzena (Harborne, 1987). Penelitian terhadap domba yang terinfeksi cacing yang diberi pakan mengandung CT dengan kadar tinggi menunjukkan penurunan yang drastis dari jumlah hitung cacing dan telur yang terdapat pada fesesnya (Niezen et al, 1998). Menurut penelitian di Pakistan didapatkan bahwa tannin yang terdapat pada beberapa tanaman, tidak termasuk daun salam dalam penelitian ini, menunjukkan efek antihelmintik yang signifikan (Bachaya, 2007). Tannin memiliki efek vermifuga yaitu dapat merusak protein tubuh cacing (Duke, 2009). Efek antihelmintik pada tannin bekerja secara In Vivo dan In Vitro pada kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006: Iqbal et al, 2007; Cenci et al, 2007; Anthanasiadou et al, 2001). Penelitian lain menyebutkan tannin juga dapat menghambat migrasi cacing pada tubuh kambing (Alonzo et al, 2008). f. Khasiat Suatu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak daun salam terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum (Noveriza dan Miftakhurohmah, 2010). Penggunaan daun salam dalam menurunkan gula darah menunjukkan hasil yang bermakna karena daun salam memiliki aktivitas hipoglikemik (Studiawan, 2005). Selain itu,

17 digilib.uns.ac.id 8 daun salam juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap V. cholera dan E.coli enteropatogen (Hendrajatin, 2009). Di dunia kedokteran gigi, daun salam memiliki banyak manfaat. Flavonoid pada daun salam memiliki efek analgetik dan antiinflamasi sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka sesudah bedah mulut. Kandungan tannin dan flavonoid memiliki efek antibakteri yang mengurangi pertumbuhan dari Streptococcus mutants, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan pulpitis (Sumono, 2008) 2. Ascaris lumbricoides, linn a. Taksonomi Subkingdom Filum Kelas Subkelas Ordo Superfamili Famili Genus Spesies : Metazoa : Nemathelminthes : Nematoda : Scernentea : Ascaridia : Ascaridoidea : Ascarididae : Ascaris : Ascaris lumbricoides, linn (Utari,2002) b. Morfologi Cacing jantan memiliki ukuran cm, sedangkan yang betina cm. Stadium dewasa dari cacing ini hidup di usus

18 digilib.uns.ac.id 9 halus. Setiap harinya, seekor betina dapat menghasilkan telur sejumlah butir terdiri dari telur fertil dan infertil (Gandahusada et al., 2000) Telur yang dibuahi memiliki kulit luar yang transparan tetapi kuat. Di dalam telur masih terdapat suatu membran vitelin yang lebih tipis. Telur fertil ini mengandung satu buah ovum yang tidak bersegmen. Pada setiap kutub telur terdapat bentukan mirip bulan sabit yang merupakan suatu rongga berisi udara yang disebut celah semilunaris. Telur fertil ini ada yang memiliki selubung albumin di kulit luar dan ada yang tidak. Telur yang tidak dibuahi atau infertil memiliki bentuk lebih lonjong dari telur fertil. Dindingnya tipis berwarna coklat dengan selubung albumin yang tidak teratur (Utari, 2002). c. Daur Hidup Penyebaran askariasis dapat dimulai dari penderita yang membuang tinjanya di sembarang tempat. Tinja ini dapat mengandung telur fertil. Telur ini akan menjadi stadium yang infektif setelah 21 hari pada lingkungan yang sesuai. Jika telur ini termakan manusia, maka akan menetas di usus halus. Larva tipe rhabditoid ini akan menembus dinding usus dan akan menuju pembuluh darah atau aliran limfe. Kemudian ke jantung dan paru-paru (Gandahusada et al, 2000).

19 digilib.uns.ac.id 10 Larva di paru-paru akan menembus dinding pembuluh darah, kemudian ke alveolus. Dari rongga alveolus akan menuju bronkus dan trakea. Pada fase ini penderita mengalami gejala batuk. Larva kemudian menuju oesophagus dan hidup di usus halus. Di usus halus, larva akan berkembang menjadi stadium dewasa. Dari telur menetas hingga dewasa membutuhkan waktu 2 bulan (Gandahusada et al. 2000). d. Gejala Klinis dan Diagnosis Stadium larva dapat menyebabkan gangguan ringan hati, sedangkan di paru akan menyebabkan demam, eosinofilia, sesak nafas, dan pada foto thorax dapat menunjukkan suatu infiltrat yang menetap selama 3 minggu, yang disebut sindroma loeffler. Cacing dewasa dapat hidup 6-24 bulan di dalam usus halus. Keaadaan ini dapat menunjukkan gejala tak spesifik pada pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan konstipasi. Jika menembus peritoneum dapat menyebabkan akut abdomen (Gandahusada, 2000; Pohan, 2006; Utari, 2002). Ketika larva memasuki kandung empedu, pankreas, dan hepar dapat menimbulkan gejala penyakit seperti kolesistisis akut, pankreatitis akut, cholangitis akut, dan abses hepar (Rasmaliah, 2001). Diagnosis askariasis ditegakkan bila menemukan telur pada tinja dan menemukan cacing yang keluar melewati anus, hidung, maupun mulut (Gandahusada, 2000; Pohan 2006).

20 digilib.uns.ac.id 11 e. Pengobatan Mekanisme obat antihelmintik ada 2, yaitu vermifuga dan vermisida. Vermifuga berperan dalam memabukkan, menghalau, atau mengeluarkan cacing, sedangkan vermisida bekerja membunuh cacing. Obat-obat dalam dosis terapi biasanya berperan sebagai vermifuga, sehingga cacing tidak dibunuh. Mekanisme ini dibantu dengan pemberian pencahar, agar cacing lebih mudah dikeluarkan dari tubuh (Tanu, 1972). Obat pilihan pertama untuk terapi askariasis adalah mebendazol dan pirantel pamoat. Sedangkan obat pilihan kedua adalah albendazol dan piperazin (Katzung, 2004; Syarif dan Elysabeth, 2007). Mebendazol merupakan obat dengan indeks terapi yang lebar. Mebendazol menyebabkan kerusakan subselular dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan glukosa tanpa mengganggu host. Obat ini diabsorbsi kurang dari 10% oleh tubuh. Mebendazol tidak mempunyai efek toksik sistemik karena absorbsinya yang buruk. Tetapi obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, dan diare. Keadaan ini sering muncul pada infestasi yang berat diserati ekspulsi cacing melalui mulut (erratic migration). Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak berusia di bawah 2 tahun. Mebendazol tersedia dalam bentuk sirup 10 mg/ml dan tablet 100 mg (Syarif dan Elysabeth, 2007).

21 digilib.uns.ac.id 12 Pirantel pamoat berupa kristal putih tidak larut air. Obat ini menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastik. Pirantel pamoat juga menghambat enzim kolinesterase yang membuat kontraksi otot yang berlebihan (Syarif dan Elysabeth, 2007). Piperazin sangat efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan Enterobius vermicularis yang dibuktikan dalam uji klinik. Piperazin menyebabkan blokade respons otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan. Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis (Syarif dan Elysabeth, 2007). Albendazole adalah obat anthelmintik yang efektif untuk askariasis ringan hingga berat, tetapi merupakan kontraindikasi bagi ibu hamil. Efek samping dari obat ini berupa nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, mual, lemah, pusing dan insomnia (Syarif dan Elysabeth, 2007).

22 digilib.uns.ac.id Ascaris suum,goeze a. Taksonomi Subkingdom Filum Kelas Subkelas Bangsa Superfamili Famili Marga : Metazoa : Nemathelminthes : Nematoda : Scernentea (Phasmidia) : Ascaridia : Ascaridiodea : Ascarididae : Ascaris Jenis : Ascaris suum,goeze (Miyazaki, 1991) b. Deskripsi Cacing Ascaris suum,goeze disebut juga Ascaris suilla yang secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides, Linn. Perbedaan antara kedua cacing ini hanya pada deretan gigi dan bentuk bibirnya (Miyazaki, 1991). Cacing jantan memiliki panjang cm dan diameter 3 mm. Cacing betina memiliki panjang sampai 41 cm dan diameter 5 mm. Tubuh cacing diselimuti lapisan kutikula yang relatif tebal. Sistem pencernaan berupa esophagus sepanjang 6,5 mm. Telur Ascaris suum,goeze menunjukkan adanya lapisan albuminoid yang tebal dan pada ujungnya terdapat operkulum (Yamaguchi, 1992).

23 digilib.uns.ac.id 14 Hospes yang penting untuk cacing ini adalah babi tetapi cacing ini dapat juga menjadi parasit pada manusia, kambing, domba, anjing dan ayam. Ascaris suum,goeze memiliki siklus hidup dan cara infeksi yang sama dengan Ascaris lumbricoides (Miyazaki, 1991). 4. Teknik Ekstraksi Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Maserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan pertama yang merata dan seterusnya. Peneliti menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol 50% untuk mendapatkan zat tannin pada daun salam (Syzygium polyanthum, Wight). Penggunaan etanol 50% sebagai bahan pelarut dikarenakan bahan ini bersifat polar dan penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa pelarut ini dapat mengekstraksi 29% kadar tannin pada daun salam (Fauzi, 2010)

24 digilib.uns.ac.id 15 B. Kerangka Pemikiran Ekstrak daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) flavonoid alkaloid steroid karbohidrat triterpenoid Tannin Denaturasi protein tubuh cacing Ascaris suum, Goeze Ascaris suum, Goeze Mati Variabel terkendali 1. Jenis cacing 2. Suhu lingkungan 3. Ukuran cacing Waktu kematian Variabel tak terkendali a. Umur cacing b. Kepekaan individu cacing c. Varietas tanaman Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

25 digilib.uns.ac.id 16 C. Hipotesis 1. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) memiliki pengaruh terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro 2. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) memiliki konsentrasi optimal yang memberi efek antihelmintik

26 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subjek Penelitian Sampel penelitian ini berupa cacing Ascaris suum, Goeze yang didapat dari tempat penyembelihan Radjakaya Surakarta dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi : Cacing yang masih hidup dan aktif bergerak, jantan maupun betina, dengan ukuran tubuh dan berat badan relatif sama besar. 2. Kriteria eksklusi : Cacing yang sudah mati atau tidak aktif bergerak. D. Teknik Sampling Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling dengan menyamakan ukuran cacing serta tidak membedakan jenis kelamin cacing, Penentuan jumlah sampel di tiap cawan petri menggunakan rumus Federer: 17

27 digilib.uns.ac.id 18 (n-1) (t-1) > 15 Keterangan : n t : jumlah sampel : jumlah kelompok perlakuan Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan maka perhitungannya: (n-1) (t-1)) > 15 6 n 6 > 15 6 n > 21 n > 3,5 maka besar sampel yang digunakan adalah 4 ekor cacing. Dengan Rumus Federer juga dapat ditentukan besar pengulangan: Keterangan : (n-1)(r-1) > 15 t : jumlah kelompok perlakuan r : ulangan/replikasi (Purawisastra, 2001) Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka: (t-1)(r-1) > 15 (7-1)(r-1) >15 6 r > 21 r > 3,5 Dengan perhitungan tersebut, maka setiap kelompok perlakuan akan direplikasi sebanyak 4 kali.

28 digilib.uns.ac.id 19 E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) yang berskala rasio. 2. Variabel Terikat Waktu kematian cacing yang berskala pengukuran variabel terikat menggunakan skala rasio. 3. Variabel Luar a. Variabel luar yang dapat dikendalikan Jenis cacing, konsentrasi larutan uji, suhu ruang penelitian dan ukuran tubuh cacing. b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan Umur cacing, varietas tanaman ekstrak, kepekaan individu cacing. F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Ekstrak daun salam Ekstrak daun salam adalah ekstrak serbuk daun salam yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50 % yang hasil akhirnya berbentuk ekstrak kental dan konsentrasinya dianggap 100%. Ekstrak daun salam diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada. 2. Waktu kematian cacing Waktu kematian cacing adalah waktu matinya semua cacing dalam tiap rendaman setelah pemberian perlakuan. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam hingga semua cacing mati selama waktu maksimal pengamatan.

29 digilib.uns.ac.id 20 Waktu maksimal pengamatan adalah waktu kematian seluruh cacing pada kontrol negatif pada penelitian pendahuluan. Cacing yang dianggap mati adalah cacing yang tidak bergerak atau tidak berespon ketika digerakkan. 3. Variabel luar terkendali a. Jenis cacing Jenis cacing yang digunakan adalah Ascaris suum, Goeze yang hidup di usus babi. b. Suhu ruangan Suhu ruangan dikendalikan dengan inkubator bersuhu 37 0 C. c. Ukuran tubuh cacing Ukuran cacing dikendalikan dengan memilih cacing berukuran 20 cm sampai 35 cm. 4. Variabel luar tak terkendali a. Umur cacing Umur cacing merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan. Pernyataan tersebut disebabkan peneliti tidak dapat mengetahui sejak kapan cacing hidup di usus babi, serta tidak mengetahui waktu pasti telur menetas menjadi cacing dewasa. b. Varietas tanaman ekstrak Varietas dari spesies tanaman ini merupakan variabel yang tidak terkendali.

30 digilib.uns.ac.id 21 c. Kepekaan individu cacing terhadap larutan uji. Variabel kepekaan cacing dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga merupakan variabel luar yang tidak terkendali G. Rancangan penelitian 1. Skema Rancangan Penelitian Pendahuluan Ascaris suum, Goeze Direndam dalam larutan NaCl 0,9 % Direndam dalam larutan uji dengan rentang konsentrasi 40 %, 60 % dan, 80 % Direndam dalam larutan Pyrantel pamoate 5 mg/ml Inkubasi 37 o C Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati Dicatat lama waktu kematian semua cacing Hasil yang diperoleh digunakan sebagai acuan waktu maksimal pengamatan pada penelitian akhir Hasil digunakan sebagai acuan pemilihan konsentrasi pada penelitian akhir Hasil yang diperoleh digunakan sebagai kontrol positif Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan

31 digilib.uns.ac.id Skema rancangan penelitian akhir Ascaris suum, Goeze Direndam dengan NaCl 0,9 % Direndam dengan larutan Pyrantel pamoat 5 mg/ml Direndam dalam ekstrak daun salam konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90% Inkubasi dengan suhu 37 C Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati Dicatat lama waktu kematian semua cacing Uji Regresi linier Analisis probit Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir

32 digilib.uns.ac.id 23 H. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Cawan petri dengan diameter 15cm. b. Pengaduk kaca. c. Labu takar. d. Gelas ukur. e. Pinset anatomis. f. Inkubator. g. Handscoen. h. Timbangan elektrik i. Toples. j. Stopwatch. k. Penggaris 30 cm. l. Alat tulis. m. Pemanas. n. Kamera digital. 2. Bahan Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a. Cacing Ascaris suum, Goeze. b. NaCl 0,9 %. c. Ekstrak daun salam. d. Pyrantel pamoate 125 mg.

33 digilib.uns.ac.id 24 I. Cara Kerja 1. Pembuatan ekstrak daun salam di LPPT UGM a. Pemilihan bahan ekstrak Daun salam didapatkan langsung dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada. b. Pembuatan serbuk daun salam Daun salam dicuci dengan air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran. Daun salam kemudian dikeringkan dalam almari pengering 40 0 C selama 24 jam sampai kering. Kemudian daun salam diserbuk dengan mesin penyerbuk. c. Proses ekstraksi 1) Daun Salam dicuci hingga bersih pada air mengalir. 2) Daun salam dikeringkan sehingga kandungan airnya tersisa 10% saja untuk menghindari kontaminasi bakteri atau jamur sehingga berbentuk serbuk yag disebut dengan simplisia. 3) Serbuk yang dibutuhkan ditimbang dengan timbangan 4) Serbuk dimasukkan ke dalam wadah tertentu kemudian ditambah dengan penyari, 5) Serbuk dan penyari tersebut diaduk hingga rata kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari dengan sesekali diaduk 6) Setelah waktu perendaman selesai, campuran disaring menggunakan kain flannel

34 digilib.uns.ac.id 25 7) Ampas dicuci dengan cairan penyari hingga diperoleh 100 bagian ekstrak 8) Ekstrak cair disimpan dalam wadah dan diberi label. 9) Cairan ekstrak daun kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut sehingga tersisa ekstrak kental 2. Penentuan konsentrasi larutan uji Pengenceran dilakukan dengan penambahan NaCl 0.9 % pada ekstrak kental daun salam dengan konsentrasi 100% yang didapat dari LPPT UGM. a. Konsentrasi ekstrak penelitian pendahuluan Konsentrasi I : 10 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % = Larutan ekstrak daun salam 40 % b/v Konsentrasi II : 15 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % = Larutan ekstrak daun salam 60 % b/v Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % = Larutan ekstrak daun salam 80 % b/v b. Konsentrasi ekstrak penelitian akhir Konsentrasi I : 17,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% = Larutan ekstrak daun salam 70% b/v Konsentrasi II : 18,75 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% = Larutan ekstrak daun salam 75% b/v

35 digilib.uns.ac.id 26 Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% = Larutan ekstrak daun salam 80% b/v Konsentrasi IV : 21,25 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% = Larutan ekstrak daun salam 85% b/v Konsentrasi V : 22,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% = Larutan ekstrak daun salam 90 % b/v 3. Langkah penelitian a. Penelitian pendahuluan 1) Lima buah cawan petri disiapkan kemudian diisi larutan NaCl 0,9% 25 ml, 25 ml pirantel pamoat 5 mg/ml dan ekstrak daun salam dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%. Cawan Petri dihangatkan terlebih dahulu pada suhu 37 0 C di dalam inkubator. 2) Ascaris suum Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan petri. 3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C. 4) Cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis untuk mengetahui apakah cacing hidup atau sudah mati, jika sudah tidak bergerak, maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam. 5) Hasil waktu kematian yang diperoleh kemudian dicatat. 6) Lama waktu yang diperoleh, akan menjadi acuan yang digunakan pada penelitian akhir

36 digilib.uns.ac.id 27 b. Penelitian akhir 1) 7 buah cawan petri disiapkan, kemudian diisi dengan 25 ml NaCl 0,9 %, 25 ml pirantel pamoat dan ekstrak daun salam dengan konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%. 2) Ascaris suum, Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan petri. 3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C. 4) Untuk melihat apakah cacing mati atau hidup cacing-cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis. Jika sudah tidak bergerak, maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam. 5) Penelitian direplikasi 4 kali. 6) Hasil yang diperoleh dicatat.

37 digilib.uns.ac.id 28 J. Teknik Analisis Data Statistik Data yang diperoleh berupa waktu kematian dianalisis secara statistik menggunakan regresi linier dan analisis probit. Uji regresi linier menunjukkan hubungan dan memprediksi nilai antara 2 variabel numerik. Variabel yang diprediksi adalah variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah waktu kematian, sedangkan yang diukur adalah variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak daun salam (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Analisis probit digunakan untuk mengetahui daya bunuh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) terhadap Ascaris suum, Goeze (Matsumura, 1975)

38 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Tahap penelitian pendahuluan dilakukan dengan mengamati jumlah cacing Ascaris suum, Goeze yang mati pada kelompok kontrol positif, negatif, dan kelompok perlakuan. Tahap penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) yang dapat membunuh 100% cacing dengan waktu tercepat. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan konsentrasi tersebut akan menjadi acuan dalam menentukan konsentrasi ekstrak pada penelitian tahap akhir. Hasil uji pendahuluan didapatkan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan konsentrasi 80% dapat membunuh 100% cacing dalam 6 jam. Waktu kematian cacing pada kontrol negatif larutan NaCl 0,9%, didapatkan hasil yaitu 96 jam yang kemudian digunakan sebagai waktu maksimal pengamatan pada penelitin akhir. Waktu kematian pada larutan pirantel pamoat yang merupakan kontrol positif, digunakan sebagai acuan waktu kematian cacing dengan intervensi obat antihelmintik Hasil uji pendahuluan disajikan dalam tabel

39 digilib.uns.ac.id 30 Tabel 4.1. Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,goeze pada penelitian pendahuluan Lama Kematian Cacing (Jam) NaCl Konsentrasi Ekstrak Daun Salam Pirantel Pamoat 0,9% 40% 60% 80% 5 mg/ml Rerata Penelitian Akhir Tahap penelitian akhir dilakukan dengan mengamati waktu kematian cacing Ascaris suum,goeze pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, yaitu ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) dengan serial konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90 %. Dalam penelitian ini, cacing diamati tiap 1 jam dengan waktu maksimal pengamatan 96 jam. Data dari hasil penelitian akhir kemudian disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil pengamatan waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze pada penelitian akhir Lama Waktu Kematian Ascaris suum,goeze (Jam) Replikasi NaCl 0,9% Ekstrak daun salam 70% 75% 80% 85% 90% Pirantel pamoat 5mg/ml I II III IV Rerata 96 jam 10 jam 15 menit 8 jam 6 jam 4 jam 45 menit 3 jam 2 jam 30 menit Data dari Tabel 4.2. dapat dibuat grafik rerata waktu kematian cacing pada masing-masing kelompok commit perlakuan to user sebagai berikut:

40 digilib.uns.ac.id NaCl 0,9% 10, ,75 3 2,5 70% 75% 80% 85% 90% Pirantel pamoat Gambar 4.1. Diagram rerata waktu kematian cacing pada penelitian akhir Diagram di atas menjelaskan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) mulai dari konsentrasi 70% hingga 90% berpengaruh terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze. Pengaruh antihelmintik ini meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan konsentrasi tertinggi, yaitu 90%, memiliki efek antihelmintik yang hampir mendekati obat pirantel pamoat. Besarnya persentase efek antihelmintik dapat diketahui dengan membandingkan lama waktu kematian total cacing dalam ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan pirantel pamoat. Hasil perhitungan tersebut disajikan commit dalam to user tabel 4.3. Besar persentase daya

41 digilib.uns.ac.id 32 antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : D ekstrak (%) = T pirantel (%) D pirantel T ekstrak D = daya antihemintik T = waktu kematian semua cacing Tabel 4.3. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian 2.5 jam Konsentrasi ekstrak Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam dengan pirantel pamoat 70% 24,3 % 75% 31,2 % 80% 41,67 % 85% 52,6 % 90% 83,34% Perhitungan persentase pada tabel 4.3. digunakan untuk melihat efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dari persen kematian cacing dalam 2,5 jam dimana pirantel pamoat sebagai obat standar mampu menyebabkan kematian 100% Ascaris suum,goeze sp secara In Vitro. Peningkatan hasil perhitungan persentase, dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight), efek antihelmintik yang muncul juga semakin tinggi dan semakin mendekati efek antihelmintik pirantel pamoat. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) 90% commit adalah to 83,34%. user Hal ini berarti konsentrasi

42 digilib.uns.ac.id 33 ekstrak 90% menyebabkan kematian 83,34% cacing dalam waktu 2,5 jam, dan hasil ini merupakan hasil yang paling mendekati efek pirantel pamoat pada percobaan ini. Data persentase tabel 4.3. dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut : Gambar 4.2. Diagram perbandingan persentase daya antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) dengan pirantel pamoat B. Analisis Data Hasil penelitian yang berupa waktu kematian cacing, dianalisis dengan regresi linier dengan menggunakan program komputer statistical product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows, yang didahului uji normalitas data. 1. Uji normalitas data Data yang semula berupa waktu kematian. Mula mula dihitung residualnya, kemudian diuji normalitas datanya menggunakan 1-sample Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil uji normalitas menunjukkan hasil

43 digilib.uns.ac.id 34 significancy sebesar 0,990, dimana jika nilai significancy α > 0,05 memiliki arti H 0 diterima yaitu data memiliki distribusi normal. 2. Uji regresi linier Uji regresi linier digunakan untuk megetahui persamaan garis yang dibentuk oleh variabel bebas dan terikat, yag dapat mengetahui hubungan keduanya. Hasil dari tabel Correlation merupakan matrik korelasi antara konsentrasi dan waktu kematian. Dari hasil output di atas dapat diketahui koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan waktu kematian menunjukkan angka 0,989 bertanda negatif, sig 2-tailed.0,000 Interpretasinya yaitu: a) Nilai probabilitas atau sig 2-tailed menunjukkan angka 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti ada korelasi yang signifikan antara variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing. b) Koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing bernilai 0,989 bertanda negatif. Menunjukkan hubungan yang negatif, sehingga semakin besar konsentrasi ekstrak maka waktu kematian cacing semakin kecil. Hasil dari tabel Model Summary dapat dibaca pada kotak R square tampak nilainya 0,977. Hal tersebut mengandung makna bahwa pengaruh variabel konsentrasi terhadap variabel waktu kematian cacing adalah 97,7% sedangkan 2,3% dipengaruhi oleh variabel lain selain varianel konsentrasi

44 digilib.uns.ac.id 35 Dari hasil tabel ANOVA diketahui bahwa F tabel untuk derajat kemaknaan 0,01 didapatkan sebesar 8,53 dan F hitung yang diperoleh adalah 952,961, sehingga F hitung > F tabel. Selain itu dari tabel uji Anova didapatkan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05). Kedua hal tersebut mengandung makna bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama kematian cacing. Pada tabel coefficients didapatkan pada kolom B pada constant (a) bernilai 93,716 dan pada konsentrasi (b) bernilai -1,086. Nilai R pada hasil regresi linier pada penelitian ini sebesar 0,989, sedangkan nilai R 2 sebesar 0,977. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresinya yaitu: Y : a + bx 93,716 1,086x Y X : Lama kematian cacing : Konsentrasi ekstrak daun salam Persamaan regresi linier di atas dapat disajikan berupa grafik sepeti pada gambar 4.3.

45 digilib.uns.ac.id jam Observed Linear % Gambar 4.3. Grafik persamaan regresi linier antara ekstrak daun salam dan waktu kematian cacing Kemudian untuk mengetahui daya bunuh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) terhadap Ascaris suum, Goeze dilakukan uji analisis probit. 3. Analisis Probit Data yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan analisis probit untuk mengetahui LC 50 dan LT 50 ekstrak daun salam, serta LT 50 pirantel pamoat. Hasil analisis sebagai berikut: a. Lethal concentration 50 (LC 50) ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) LC 50 adalah konsentrasi yang diperlukan untuk dapat membunuh 50% cacing dalam waktu tertentu. LC 50 untuk mengetahui tingkat efektifitas dosis ekstrak daun salam. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.4.

46 digilib.uns.ac.id 37 Tabel 4.4. Hasil analisis probit untuk mengetahul LC50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) Persentase Konsentrasi ekstrak Batas bawah (%) Batas atas (%) Kematian 10 Daun Salam 65,612 56,408 69, ,691 65,811 74, ,228 72,547 79, ,052 78,178 85, ,561 84,302 99,041 Berdasarkan hasil analisis probit tersebut, didapatkan nilai LC 50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) berada pada konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas 79,054%. b. Lethal Time 50 (LT 50 ) Analisis probit dilakukan untuk mengetahui perbandingan daya antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,wight) dengan pirantel pamoat dengan cara mencari LT 50 dari ekstrak daun salam yang akan dibandingkan dengan LT 50 pirantel pamoat. LT 50 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian 50% cacing pada konsentrasi tertentu. Tabel 4.5. Hasil analisis probit untuk mengetahi LT 50 salam (Syzygium polyanthum Wight)75% ekstrak daun Persentase Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam) kematian(%) 10 1,526 0,919 2, ,536 1,880 3, ,604 2,962 4, ,123 4,321 6, ,511 6,722 12,829

47 digilib.uns.ac.id 38 Data dari tabel 4.5. dapat disimpulkan bahwa LT 50 dari ekstrak daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit dengan batas bawah 2 jam 57 menit dan batas atas 4 jam 16 menit. Analisis probit juga dilakukan untuk mengetahui LT 50 dari pirantel pamoat. Data hasil analisis probit disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil analisis probit untuk LT 50 Pirantel pamoat 5mg/ml Persentase Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam) kematian(%) 10 0,670 0,445 0, ,974 0,741 1, ,262 1,035 1, ,634 1,397 1, ,374 2,005 3,049 Data tabel 4.6. dapat disimpulkan LT 50 Pirantel Pamoat adalah 1 jam 15 menit dengan batas bawah 1 jam 2 menit dan batas atas 1 jam 28 menit.

48 digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan yang menggunakan larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif, mencerminkan lama hidup cacing Ascaris suum,goeze di luar tubuh babi sebagai hospes utamanya tanpa pengaruh antihelmintik. Rerata waktu kematian pada larutan tersebut adalah 96 jam, sehingga waktu tersebut ditetapkan sebagai waktu maksimal pengamatan pada penelitian ini dengan interval pengamatan 1 jam sekali. Uji pendahuluan dilakukan perendaman cacing pada beberapa konsentrasi ekstrak daun salam, yaitu 40%, 60%, dan 80% yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai acuan pada penelitian akhir. Konsentrasi yang dipilih berdasarkan hasil uji pendahuluan adalah ekstrak daun salam 80% yang memiliki waktu kematian 6 jam yang merupakan konsentrasi dengan waktu kematian mendekati waktu kematian akibat kontrol positif, yang dalam penelitian ini adalah pirantel pamoat 5 mg/ml. Ekstrak daun salam 80% digunakan sebagai acuan dalam pemilihan konsentrasi ekstrak pada penelitian akhir, dengan interval 5% didapatkan serial konsentrasi ekstrak 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Konsentrasi 100% tidak digunakan dalam penelitian ini karena bentuknya yang terlalu kental membuat cacing sulit terendam dan bergerak sehingga meningkatkan kemungkinan timbulnya bias. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier untuk memprediksi lamanya waktu kematian cacing yang dipengaruhi konsentrasi 39

49 digilib.uns.ac.id 40 ekstrak daun salam. Prediksi waktu kematian cacing oleh ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,wight) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi sebagai berikut: y : a + bx Keterangan : 93,716 1,086x y x : Lama kematian cacing : konsentrasi ekstrak daun salam Analisis regresi linier didapatkan nilai R sebesar 0,989 yang berarti dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,wight) memiliki hubungan yang kuat dalam mempengaruhi lamanya waktu kematian cacing. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mematikan cacing Ascaris suum, Goeze. Nilai R 2 sebesar 0,977 menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel konsentrasi ekstrak daun salam terhadap variabel waktu kematian adalah sebesar 97,7% dan sisanya sebesar 2,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil analisis probit didapatkan nilai LC 50 ekstrak daun salam berada pada konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas 79,054%. Artinya pada konsentrasi tersebut, ekstrak daun salam dapat membunuh 50% dari seluruh cacing gelang uji. Selain itu, dari analisis probit juga diketahui bahwa LT 50 dari ekstrak daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit. Angka ini bermakna bahwa waktu yang dibutuhkan ekstrak daun salam 75% untuk membunuh 50%

50 digilib.uns.ac.id 41 cacing gelang uji adalah 3 jam 36 menit. Hasil ini berbeda jauh dengan LT 50 Pirantel pamoat yang bernilai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah dari pirantel pamoat yang merupakan drug of choice dari askariasis, karena dalam rentang waktu yang sama pirantel pamoat membunuh lebih banyak cacing dibandingkan ekstrak daun salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,wight) memiliki efek antihelmintik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa daun salam (Syzigium polyanthum,wight) memiliki zat aktif tannin yang berperan dalam efek antihelmintik. Zat aktif tannin ini memiliki efek yang menyebabkan denaturasi protein tubuh cacing. Meskipun efek antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah daripada pirantel pamoat, ekstrak daun salam memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat alternatif dalam pengobatan askariasis. Hal ini ditunjukkan dengan hasil presentase perbandingan daya antihelmintik ekstrak daun salam 90% dengan pirantel pamoat yang memiliki nilai 83.34%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 3 jam ekstrak daun salam konsentrasi 90% mampu membunuh 83,34% cacing dalam rendaman dan dengan ini konsentrasi 90% ekstrak daun salam merupakan konsentrasi terbaik pada penelitian ini dalam memberikan efek antihelmintik. Ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,wight) memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi obat antihelmintik karena efek samping yang terdapat dalam pirantel pamoat seperti gangguan pencernaan, demam, sakit kepala mungkin tidak ditemukan pada penggunaan ekstrak daun salam (Syzigium

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi

Lebih terperinci

EFEK ANTIHELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI ADAS MANIS (Pimpinella anisum L.) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum GOEZE) IN VITRO SKRIPSI

EFEK ANTIHELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI ADAS MANIS (Pimpinella anisum L.) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum GOEZE) IN VITRO SKRIPSI EFEK ANTIHELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI ADAS MANIS (Pimpinella anisum L.) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum GOEZE) IN VITRO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OKKY

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun teh (Camellia sinensis, Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi cacing merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di negara-negara berkembang (Rasmaliah, 2001). Jenis cacing yang sering

Lebih terperinci

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA

ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP CACING Ascaris suum SECARA IN VITRO Manasye Jutan, 2014 ; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc Askariasis adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) de Wit. 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta : Magnolipsida :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang menginfeksi manusia dengan cara penularannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, infeksi cacing di seluruh dunia mencapai 650 juta sampai 1 milyar orang, dengan prevalensi paling tinggi di daerah tropis. Populasi di daerah pedesaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO Maria Y. N, 2011; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr, M.Sc Pembimbing II:

Lebih terperinci

IDENTITAS DOKUMEN (Preview)

IDENTITAS DOKUMEN (Preview) IDENTITAS DOKUMEN (Preview) Judul : DAYA ANTIHELMINTIK AIR REBUSAN DAUN KETEPENG (Cassia alata L) TERHADAP CACING TAMBANG ANJING IN VITRO Nama Jurnal : Jurnal Logika Edisi : Volume 5-Nomor 1-Agustus 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Soil-transmitted helminthiasis merupakan kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing parasit usus, antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,

Lebih terperinci

PENGARUH INFUSA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava, Linn) TERHADAP KEMATIAN Ascaris suum, Goeze IN VITRO

PENGARUH INFUSA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava, Linn) TERHADAP KEMATIAN Ascaris suum, Goeze IN VITRO PENGARUH INFUSA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava, Linn) TERHADAP KEMATIAN Ascaris suum, Goeze IN VITRO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RISANG GALIH S G 0006146 FAKULTAS

Lebih terperinci

The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli

The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli Efek Antelmintik Perasan Wortel (Daucus carota) terhadap Ascaridia galli The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli Semmy Damarjatie Rahayu 1, Sri Sundari 2 1

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro

Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro 67 Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro Leonov Rianto 1, Indri Astuti 2, &Ika Prihatiningrum 2 1,2 Akademi Farmasi

Lebih terperinci

EFEK GRANUL EKSTRAK BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI

EFEK GRANUL EKSTRAK BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI EFEK GRANUL EKSTRAK BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELISABETH DEA RESITARANI G0011082

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan digunakan dengan mengamati jumlah cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau disebut dengan askariasis merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui di masyarakat. Infeksi cacing nematoda

Lebih terperinci

DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO

DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro

ABSTRAK. UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro ABSTRAK UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro Surveni E.S.S., 2011. Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II: Budi Widyarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit parasit di Indonesia masih menempati posisi penting seperti juga penyakit infeksi lainnya. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit ini

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro, BAB V PEMBAHASAN Penelitian tentang uji antihelmintik esktrak etanol daun katuk (Sauropus androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro, dilakukan dalam dua tahap penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) 2.1.1 Klasifikasi tanaman Kingdom Divisio : Plantae : Magnoliophyta Sub division: Spermatophyta Kelas Ordo Famili Genus Species

Lebih terperinci

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO

ABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO ABSTRACT THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO Dewi Sylvia Kartika, 2005 1 st Tutor: Budi Widyarto.L,dr 2 nd Tutor:MeilinahHidayat,dr.Mkes Worm infection happen

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6 UJI EFEKTIVITAS ANTELMINTIK Dosen Pembimbing Praktikum: Fadli, S.Farm, Apt Hari/tanggal praktikum : Senin, 29 Desember 2014 Disusun oleh: KELOMPOK 5 / GOLONGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah

Lebih terperinci

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi

Distribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi Distribusi Geografik Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90%. Etiologi Cara

Lebih terperinci

DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS

DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS Marlin R. K. Yowi dkk, Daya Membunuh Cacing 11 DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS Marlin R. K. Yowi, Devi Y. J. A. Moenek 1) dan Tri A. Y. Foenay 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis merupakan salah satu infeksi parasit usus yang paling sering terjadi serta ditemukan di seluruh dunia.penyakit askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS IJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUTIANI RIZKI G0012142 FAKULTAS

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO Submitted : 2 Mei 2016 Edited :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Askaridiosis merupakan salah satu penyakit cacing yang sering menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaridia galli. Cacing

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Peneiltian Penelitian ini menggunakan eksperimen murni dengan metode post test only control group design. Desain penelitian ini dipilih karena perlakuannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infestasi nematoda usus terutama yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) banyak terdapat pada anak-anak dan merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Aktivitas Antelmintik Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap Cacing Gelang Babi (Ascaris suum) secara In Vitro The In Vitro Anthelmintic

Lebih terperinci

Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro

Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. No. : 0, Oktober 00 Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro Antihelmintic Effect of Pineapple (Ananas comocus) for Ascaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askaris lumbricoides menyebabkan Askariasis yang merupakan salah satu infestasi cacing yang paling sering ditemukan di dunia. Kasus askariasis diperkirakan lebih dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helminthiasis merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita penyakit tersebut. Di Indonesia,

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN RIMPANG Curcuma heyneana (TEMU GIRING) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satunya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacing ini dapat menurunkan kondisi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER

PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER SKRIPSI oleh Taufiq Gemawan NIM 072010101040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO Yanthy Susanti, Indri Astuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP. MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP. MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ajeng Oktavia Griselda

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO Virginia N. Lasut 1), Paulina V. Y. Yamlean 2), Hamidah Sri Supriati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini besifat eksperimental dengan rancangan penelitian the post test only controlled group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Farkhan Kuncoro G0012075 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir 66 LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir Keberadaan bakteri mempunyai nilai yang penting dalam patogenesis pulpa dan periapeks. Eliminasi mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi merupakan fokus utama pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR. DAN INFUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP. Ascaridia galli SECARA IN VITRO

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR. DAN INFUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP. Ascaridia galli SECARA IN VITRO UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR DAN INFUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO Debra Tiwow, Widdhi Bodhi, Novel S.Kojong Program Studi Farmasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

Uji Daya Antihelmintik Dekok Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum secara In Vitro

Uji Daya Antihelmintik Dekok Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum secara In Vitro Uji Daya Antihelmintik Dekok Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum secara In Vitro Vanji Budi Himawan*, Agustina Tri Endharti **, Indriati Dwi Rahayu*** ABSTRAK Askariasis merupakan salah

Lebih terperinci

Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari

Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari UJI DAYA ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO (Leucaena leucocephala (LAM.) de wit) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze) SECARA IN VITRO Astuti, K. W 1., Samirana, P. O 2., Sari, N.

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL DAUN LAMTORO

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL DAUN LAMTORO UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze) SECARA IN VITRO Skripsi PANDE KETUT SUWANTI DEVI 1108505014 JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze IN VITRO

PENGARUH INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze IN VITRO PENGARUH INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze IN VITRO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran REZA HANDRY PRATAMA

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN TEH (Camellia sinensis, Linn) TERHADAP PENINGKATAN KEMATIAN CACING GELANG BABI (Ascaris suum, Goeze) In vitro SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN TEH (Camellia sinensis, Linn) TERHADAP PENINGKATAN KEMATIAN CACING GELANG BABI (Ascaris suum, Goeze) In vitro SKRIPSI digilib.uns.ac.id PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN TEH (Camellia sinensis, Linn) TERHADAP PENINGKATAN KEMATIAN CACING GELANG BABI (Ascaris suum, Goeze) In vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI BINTARO (Cerbera manghas) SEBAGAI LARVASIDA PADA LARVA Anopheles aconitus

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI BINTARO (Cerbera manghas) SEBAGAI LARVASIDA PADA LARVA Anopheles aconitus EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI BINTARO (Cerbera manghas) SEBAGAI LARVASIDA PADA LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhammad Natsir G0012139

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Surakarta, April Muhammad Natsir NIM. G iii

PERNYATAAN. Surakarta, April Muhammad Natsir NIM. G iii PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola posttest only with control

Lebih terperinci

EFEK GRANUL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight.) Walp] TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI

EFEK GRANUL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight.) Walp] TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI EFEK GRANUL EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM [Syzygium polyanthum (Wight.) Walp] TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhamad Dwi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen kuantitatif, metode ini dipilih karena digunakan untuk menguji sebab-akibat serta mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Karena dalam penelitian mempunyai tujuan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan metode eksperimen kuasi dimana rancangan penelitiannya adalah after only with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris post test with control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR PACE (Morinda citrifolia) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR PACE (Morinda citrifolia) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR PACE (Morinda citrifolia) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) PADA CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze) SECARA IN VITRO Skripsi NI PUTU ERIKARNITA SARI 0908505028

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze in vitro SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze in vitro SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaris suum, Goeze in vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHANIF

Lebih terperinci

ABSTRAK. JUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA Ascaris suum INVITRO. Pembimbing II: Budi Widyarto Lana, dr.

ABSTRAK. JUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA Ascaris suum INVITRO. Pembimbing II: Budi Widyarto Lana, dr. ABSTRAK JUS DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) SEBAGAI ANTELMINTIK PADA Ascaris suum INVITRO Ni Putu Widiyanti. 2007. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II: Budi Widyarto Lana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK. Nama kelompok. Ogy Goesgyantoro ( ) Nur azaniah Rakhmadewi ( )

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK. Nama kelompok. Ogy Goesgyantoro ( ) Nur azaniah Rakhmadewi ( ) LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK Nama kelompok Ogy Goesgyantoro (10060309086) Nur azaniah Rakhmadewi (10060309087) Nina Nurwila (10060309088) Siska Hotimah (10060309089) Eldi Ali

Lebih terperinci