LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK. Nama kelompok. Ogy Goesgyantoro ( ) Nur azaniah Rakhmadewi ( )
|
|
- Lanny Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II AKTIVITAS ANTELMINTIK Nama kelompok Ogy Goesgyantoro ( ) Nur azaniah Rakhmadewi ( ) Nina Nurwila ( ) Siska Hotimah ( ) Eldi Ali Rakhman ( ) Syamza Madya Jannati ( ) Kelompok: 2C Asisten : Tanggal Praktikum : Kamis, 15 Maret 2012 Tanggal Laporan : Kamis, 22 Maret 2012 LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2 2012 AKTIVITAS ANTELMINTIK I. Tujuan Percobaan Merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas antelmintik (anti cacing) suatu bahan uji secara in vitro. Menjelaskan perbedaan paralisis spastik dan flasid yang terjadi pada cacing setelah kontak dengan antelmintik (anti cacing). II. Teori Dasar Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Obat cacing baru umumnya lebih aman dan efektif dibanding dengan yang lama, efektif untuk beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu, pemberiannya tidak memerlukan pencahar dan beberapa dapat diberikan secara oral sebagai dosis tunggal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007: 541). Antelmintik merupakan obat untuk mengurangi atau membunuh cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing dari larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay,2007). Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih diutamakan untuk cacing didalam rongga usus agar kadar setempat setinggi mungkin, lagi pula karena kebanyakan antelmintika juga bersifat toksik pada tuan rumah. Sebaliknya, terhadap cacing
3 yang dapat menembus dinding usus dan menjalar ke jaringan dan organ lain, misalnya cacing gelang, hendaknya digunakan obat sistemik yang justru diresorpsi baik kedalam darah hingga bisa mecapai jaringan (Tjay,2007). Adapun macam-macam obat antelmitik diantaranya sebagai berikut: a. Bekerja pada Otot 1. Piperazin Piperazin sitrat merupakan obat cacing yang pertama zat basa yang sangat efektif terhadap Oxyrus, Ascaris lumbricoides dan E. vermicularis berdasarkan perintangan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja memblokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehinggga terjadi paralisis dan cacing dilumpuhkan untuk kemudian mudah dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik usus (Tjay,2007). 2. Pirantel Pamoat Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan di kalangan masyarakat saat ini. Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik. Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis). Mekanisme kerja Pirantel Pamoat melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh biasanya tanpa memerlukan pencahar. b. Bekerja pada Produksi Energi 1. Niridazol Senyawa ini bekerja menghambat enzim fosforilase sehingga membuat cadangan glikogen berkurang. Efektif untuk Schistosoma haematobium dn Schistosoma mansoni. Kontraindikasi pada hati, ginjal dan darah. 2. Senyawa antimoni organik
4 Senyawa ini bekerja pada enzim fosfofruktokinase. 3. Levamizol Merupakan derivat imidazol yang sangat efektif terhadap ascaris dan cacing tambang dengan jalan melumpuhkannya (Tjay,2007). Levamizol juga merupakan inhibitor fumarat reduktanse yang mekanisme kerja lainnya yaitu berikatan pada reseptor nikotinik yang mengakibatkan kontraksi berkepanjangan sehingga menimbulkan paralisis spastik. c. Bekerja pada Tahap-Tahap Proses Produksi Energi 1. Niklosamid Merupakan senyawa nitrosalisilanilida yang efektif sebagai vermisid terhadap cacing pita manusia/hewan, tetapi terhadap telurnya tidak aktif (Tjay,2007). Niklosamid menghambat fosforilasi oksidatif yang mengakibatkan cacing lemas karena kekurangan energi. 2. Kelompok Benzimidazol Kelompok ini merupakan inhibitor uptake glukosa yang menghambat sintesa mukrotubule sehingga mengakibatkan cacing tidak bergerak karena kekurangan energi dan akan dikeluarkan oleh tubuh secara perlahan, yang termasuk kedalam kelompok ini: i. Tiabendazol Efektif terhadap Stongyloidiasis, Askariasis, Oksiuriasis dan larva migrans kulit. ii. Mebendazol Merupakan antelmintikum berspektrum luas yang efektif terhadap cacing kremi, gelang, pita, cambuk, dan tambang (Tjay,2007). Merupakan ester-metil dari benzimidazol yang merupakan antelmintik berspektrum luas dan banyak digunakan sebagai monoterapi untuk penanganan masal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan dua atau lebih jenis cacing (Tjay,2007).
5 Mebendazol bekerja sebagai vermisid, larvisid, dan juga ovisid. Mekanisme kerjanya melalui perintangan pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada cacing. Contoh mebendazol adalah Vermox (Tjay,2007). iii. Flubendazol 3. Pirvinium Pirvinium merupakan zat warna sianin yang dapat memblok asupan oksigen dan memblok transport glukosa. III. Alat dan Bahan Alat: 1. Cawan petri 2. Gelas kimia 3. Sarung tangan 4. Pinset 5. Batang pengaduk 6. Termometer 7. Inkubator 8. Tissue IV. Prosedur 1. Cacing diaktifkan cacing aktif Bahan: 1. Combantrin Pirantel pamoat 2. Neu Ultiaxon Piperazin Sitrat 3. NaCl 0.9% b/v 4. Air suling 5. Air 50 o C 6. Ascaris suum T = 37 C Cawan petri I Cawan petri II Cawan petri III NaCl 2. Pirantel Pamoat 5% Piperazin Sitrat 20% fisiologis 0,9% Diinkubator, T= 37 C Diletakan 1 pasang Ascaris Suum aktif Dicatat waktu
6
7 V. Data Pengamatan Perhitungan Pirantel pamoat (Combantrin) Konsentrasi awal = 125 mg/5ml = 250 mg/10ml Konsentrasi C ½ = ½ x 250 mg/10ml = 125 mg/10ml V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 250 mg/10ml = 10 ml x 125 mg/10ml V1 = V1 = 5 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 5 ml = 5 ml Konsentrasi C 1/4 = 1/4 x 250 mg/10ml = 62,5 mg/10ml V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 250 mg/10ml = 10 ml x 62,5 mg/10ml V1 =.
8 V1 = 2,5 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 2,5 ml = 7,5 ml Konsentrasi C 1/8 = 1/8 x 250 mg/10ml = 31,25 mg/10ml V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 250 mg/10ml = 10 ml x 31,25 mg/10ml V1 = V1 = 1,25 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 1,25 ml = 8,75 ml Piperazin sitrat (Neo Ultraxon) Konsentrasi awal = 1 g/ 5ml = 3 g/15 ml Konsentrasi C ½ = ½ x 3 g/ 15 ml = 1,5 g/15 ml V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 3 g/15 ml = 10 ml x 1,5 g/15 ml
9 V1 = V1 = 5 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 5 ml = 5 ml Konsentrasi C 1/4 = 1/4 x 3 g/ 15 ml = 0,75 g/15 ml V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 3 g/15 ml = 10 ml x 0,75 g/15 ml V1 = V1 = 2,5 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 2,5 ml = 7,5 ml Konsentrasi C 1/8 = 1/8 x 3 g/ 15 ml = 0,375 g/15 ml V1 x C1 = V2 x C2
10 V1 x 3 g/15 ml = 10 ml x 0,375 g/15 ml V1 = V1 = 1,25 ml (combantrin) NaCl yang ditambahkan = 10 ml 1,25 ml = 8,75 ml Tabel 1. Pengamatan Uji Aktivitas Antelmintik Kelompok 2C Nama Sediaan Uji Pirantel pamoat (C 1/4) Piperazin sitrat (C 1/4) NaCl fisiologis 0.9% Efek Cacing Jantan Cacing Betina Waktu (menit) Waktu (menit) N Ps Ps Ps Ps Ps Ps M N N N Ps Ps Ps Ps M N N Pf Pf Pf Pf Pf M N N N Pf Pf Pf Pf Pf N N N N N N N N N N N N N N N N
11 Tabel 2. Pengamatan Uji Aktivitas Antelmintik Kelompok 4C Nama Sediaan Uji Pirantel pamoat (C 1/2) Piperazin sitrat (C 1/8) NaCl fisiologis 0.9% Efek Cacing Jantan Cacing Betina Waktu (menit) Waktu (menit) N Ps Ps M N Ps Ps M N N N Pf Pf Pf Pf Pf N N N Pf Pf Pf Pf Pf N N N N N N N N N N N N N N N N Tabel 3. Pengamatan Uji Aktivitas Antelmintik Kelompok 6C Nama Sediaan Uji Pirantel pamoat (C 1/4) Piperazin sitrat (C 1/2) NaCl fisiologis 0.9% Efek Cacing Jantan Cacing Betina Waktu (menit) Waktu (menit) N P s P s M N N P s P s M N P f M N P f M N N N N N N N N N N N N N N N N
12 Keterangan : N = Normal P s = Paralisis Spastik P f = Paralisis Flasid M = Mati
13 VI. Pembahasan Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Antelmintik merupakan obat untuk mengurangi atau membunuh cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing dari larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay,2007). Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan aktivitas antelmentik secara in vitro dengan berbagai konsentrasi. Percobaan ini dilakukan tidak menggunakan organisme yang terinfeksi, melainkan hanya dibuat keadaan lingkungan yang mirip dengan keadaan aslinya atau tubuh. Pengamatan aktivitas yang dilakukan hanya dilihat dari segi perubahan kerja saraf dan otot pada cacing. Cacing yang digunakan pada praktikum ini ialah Ascaris suum yang merupakan hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Ascaris suum diasumsikan sama seperti cacing gelang biasa (Ascaris lumbricoides) yang menginfeksi usus halus manusia. Percobaan dilakukan dengan mernggunakan obat antelmintik pirantel palmoat dan piperazin sitrat dengan penggunaan NaCl fisiologis sebagai pembanding. Pirantel Pamoat bekerja melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Sedangkan piperazin sitrat bekerja berdasarkan perintangan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja memblokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehinggga terjadi paralisis dan cacing dilumpuhkan untuk kemudian mudah dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik usus. Percobaan dilakukan dengan menggunakan obat-obat antelmintik dengan berbagai konsentrasi yaitu konsentrasi 1/2, 1/4, dan 1/8 dari konsentrasi awalnya yaitu 125 mg/5ml.
14 Pada hasil pengamatan kelompok 2C dengan menggunakan obat antelmintik pirantel pamoat dan piperazin sitrat dengan konsentrasi keduanya sama yaitu ¼ VII.Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo: Jakarta. Piperazin Zat basa ini (1949) sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris berdasarkan perintangan penerusan-impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik usus. Di samping itu piperazin juga berkhasiat laksans lemah. Dahulu obat ini banyak digunakan karena efektif dan murah, tetapi dibanyak negara Barat sejak tahun 1984 tidak lagi digunakan karena efek sampingnya, terutama neurotoksisitasnya. Resorpsinya oleh usus cepat dan k.l 20% diekskresikan melalui urin dalam keadaan utuh. Efek sampingnya jarang terjadi (mual, muntah, reaksi alergi), pada overdose timbul gatal-gatal (urticaria), kesemutan (paresthesia), dan gejala neurotoksis (rasa kantuk, pikiran kacau, konvulsi, dan lain-lain). Hati-hati penggunaannya pada pasien epilepsy, gangguan hati dan ginjal. Wanita hamil dapat diberikan piperazin. (Tjay, 2007: 203) Dosis: terhadap Ascaris 75 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 g (terhitung sebagai heksahidrat 6 aq.) selama 2 hari. Terhadap Oxyuris 65 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 2,5 g selama 7 hari.
15 Untuk anak-anak terhadap Ascaris: 50 mg/kg berat badan, yakni 1-2 tahun 1 g, 3-5 tahun 2 g dan di atas 6 tahun 3 g sekaligus. Terhadap Oxyuris: dosis sama, tetapi selama 4-7 hari. (Tjay, 2007: 204) Pirantel: Combantrin Derivat-pirimidin ini (1966) berkhasiat terhadap Ascaris, Oxyuris, dan cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan perlumpuhan cacing dengan jalan menghambat penerusan impuls neuromuskuler (seperti piperazin). Lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksans. Resorpsinya dari usus ringan; 50% zat diekskresikan dalam keadaan utuh bersama metabolitnya melalui tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui air seni. Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna dan kadang kala sakit kepala. Kehamilan: pirantel tidak dianjurkan penggunaannya oleh wanita hamil maupun anak-anak di bawah usia 2 tahun. Dosis: pada cacing kremi dan gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg (pamoat = embonat), anak-anak ½-2 tablet sesuai usia (10 mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari). (Tjay, 2007: 204) Pirantel Pamoat Pirantel dipasarkan sebagai garam pamoat yang berbentuk Kristal putih, tidak larut dalam alkohol maupun air, tidak berasa, dan bersifat stabil. Oksantel pamoat merupakan analog m-oksifenol dari pirantel yang efektif dalam dosis tunggal untuk T. trichiura. Efek antelmintik. Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel pamoat
16 juga berefek menghambat enzim kolinesterase, terbukti pada askaris meningkat kontraksi ototnya. Farmakokinetik. Absorpsinya sedikit melalui usus dan sifat ini memperkuat efeknya yang selektif pada cacing. Ekskresi pirantel pamoat sebagian besar bersama tinja, dan kurang dari 15% diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolitnya. Efek samping dan kontaindikasi. Efek samping pirantel pamoat jarang, ringanm dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna, demam, dan sakit kepala. Penggunaan obat ini pada wanita hamil dan anak usia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan, karena studi untuk ini belum ada. Karena kerjanya berlawanan dengan piperazin maka pirantel pamoat tidak boleh digunakan bersama piperazin. Penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan riwayat hati, karena obat ini dapat meningkatkan SGOT pada beberapa pasien. Indikasi. Pirantel pamoat merupakan obat terpilih untuk askariasis, ankilostomiasis, dan enterobiasis. Dengan dosis tunggal angka penyembuhannya cukup tinggi. Untuk infestasi campuran dengan T. trichiura perlu dikombinasikan dengan oksantel pamoat. Sediaan dan Posologi. Pirantel pamoat tersedia dalam bentuk sirop berisi 50 mg pirantel basa/ml serta tablet 125 mg dan 250 mg. Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgbb, dapat diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi oleh makanan dan minuman. Untuk enterobiasis (infestasi cacing kremi) dianjurkan mengulang dosis setelah 2 minggu. Pada infeksi N. americanus yang sedang dan berat diperlukan pemberian 3 hari berturut-turut. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007: ) Piperazin
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6 UJI EFEKTIVITAS ANTELMINTIK Dosen Pembimbing Praktikum: Fadli, S.Farm, Apt Hari/tanggal praktikum : Senin, 29 Desember 2014 Disusun oleh: KELOMPOK 5 / GOLONGAN
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit paling umum tersebar dan mengjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, infeksi cacing di seluruh dunia mencapai 650 juta sampai 1 milyar orang, dengan prevalensi paling tinggi di daerah tropis. Populasi di daerah pedesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit parasit di Indonesia masih menempati posisi penting seperti juga penyakit infeksi lainnya. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satunya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacing ini dapat menurunkan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askaris lumbricoides menyebabkan Askariasis yang merupakan salah satu infestasi cacing yang paling sering ditemukan di dunia. Kasus askariasis diperkirakan lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helminthiasis merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita penyakit tersebut. Di Indonesia,
Lebih terperinciTUGAS SEDIAAN SOLIDA. Arjun Nurfawaidi FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2014
TUGAS SEDIAAN SOLIDA Arjun Nurfawaidi 122210101017 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2014 PRAFORMULASI a. Sifat Kimia Nama Sinonim : Albendazol : Albendazole Rumus bangun : Rumus molekul : C 12 H 15
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infestasi nematoda usus terutama yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) banyak terdapat pada anak-anak dan merupakan salah satu masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Soil-transmitted helminthiasis merupakan kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing parasit usus, antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Lebih terperinciProsiding Farmasi ISSN:
Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Aktivitas Antelmintik Infusa Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap Cacing Gelang Babi (Ascaris suum) secara In Vitro The In Vitro Anthelmintic
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO
ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO Submitted : 2 Mei 2016 Edited :
Lebih terperinciDAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO
DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,
BAB V PEMBAHASAN Penelitian tentang uji antihelmintik esktrak etanol daun katuk (Sauropus androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro, dilakukan dalam dua tahap penelitian,
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK
UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO Virginia N. Lasut 1), Paulina V. Y. Yamlean 2), Hamidah Sri Supriati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta : Magnolipsida :
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Parasit ini bersifat kosmopolitan karena tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah
Lebih terperinciProsiding Farmasi ISSN:
Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Aktivitas Antelmintik Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Cacing Gelang Babi Dewasa dan Telur (Ascaris suum) secara In Vitro Anthelmintic Activity
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.)) de Wit. 2.1.1 Klasifikasi Lamtoro Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Suku Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta
Lebih terperinciUji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro
67 Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro Leonov Rianto 1, Indri Astuti 2, &Ika Prihatiningrum 2 1,2 Akademi Farmasi
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-transmitted helminths Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda satu sama lain dalam habitat, daur hidup dan hubungan
Lebih terperinciANTI INFEKSI. dr. Agung Biworo, M.Kes. Mekanisme Kerja Obat Anti Mikroba. atau transpor aktif melalui membran sel.
ANTI INFEKSI dr. Agung Biworo, M.Kes Mekanisme Kerja Obat Anti Mikroba 1. Penghambatan sintesis dinding sel. 2. Perubahan permeabilitas membran sel atau transpor aktif melalui membran sel. 3. Penghambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides atau disebut dengan askariasis merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui di masyarakat. Infeksi cacing nematoda
Lebih terperincicacing kremi. Pada kasus dimana diduga atau terbukti adanya penyakit cacing pita atau Strongyloides stercoralis, dosis 400 mg
Albendazole dengan pemberian sekali sehari 400 mg selama 1, 2 dan 3 hari. 1.3. Tujuan Penelitian. 1.3.1. Tujuan umum: Untuk mengetahui dosis efektif Albendazole dalam menanggulangi infeksi cacing Trichuris
Lebih terperinciEfektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur
Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi
Lebih terperinciDistribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi
Distribusi Geografik Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90%. Etiologi Cara
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO
ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO Yanthy Susanti, Indri Astuti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi cacing merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di negara-negara berkembang (Rasmaliah, 2001). Jenis cacing yang sering
Lebih terperinciCONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi cacing atau kecacingan merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang utama di negara miskin atau negara berkembang, dan menempati urutan tertinggi pada
Lebih terperinciAktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L)
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L) Devi ratnawati 1, Rochmah Supriyati
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Infeksi Cacing Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang menginfeksi manusia dengan cara penularannya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan
BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun teh (Camellia sinensis, Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER
PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER SKRIPSI oleh Taufiq Gemawan NIM 072010101040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciMAKALAH FARMAKOLOGI II ANTI-HELMINTHES (OBAT CACING) DOSEN PENGAMPU : RESSI SUSANTI, M.Sc., Apt ANGGOTA :1.RIFANI AMALIA I
MAKALAH FARMAKOLOGI II ANTI-HELMINTHES (OBAT CACING) DOSEN PENGAMPU : RESSI SUSANTI, M.Sc., Apt KELOMPOK : 11 ANGGOTA :1.RIFANI AMALIA I1021131060 2. SA DIAH I1021131061 3.SHULHANA NUDJIYA I1021131062
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing tularan tanah merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia, biasanya hidup di dalam saluran pencernaan manusia (WHO, 2011). Spesies cacing tularan
Lebih terperinciThe Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli
Efek Antelmintik Perasan Wortel (Daucus carota) terhadap Ascaridia galli The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli Semmy Damarjatie Rahayu 1, Sri Sundari 2 1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah
Lebih terperinciDaya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro
Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. No. : 0, Oktober 00 Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro Antihelmintic Effect of Pineapple (Ananas comocus) for Ascaris
Lebih terperinciUJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI
UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan Oleh : Restian Rudy Oktavianto J500050011 Kepada : FAKULTAS
Lebih terperinciABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA
ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP CACING Ascaris suum SECARA IN VITRO Manasye Jutan, 2014 ; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc Askariasis adalah infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO
ABSTRAK EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA SECARA IN VITRO Maria Y. N, 2011; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr, M.Sc Pembimbing II:
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang, terutama di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Asia,
Lebih terperinciIDENTITAS DOKUMEN (Preview)
IDENTITAS DOKUMEN (Preview) Judul : DAYA ANTIHELMINTIK AIR REBUSAN DAUN KETEPENG (Cassia alata L) TERHADAP CACING TAMBANG ANJING IN VITRO Nama Jurnal : Jurnal Logika Edisi : Volume 5-Nomor 1-Agustus 28
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil-transmitted helminths merupakan kelompok parasit cacing nematoda
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Soil-transmitted Helminths Soil-transmitted helminths merupakan kelompok parasit cacing nematoda yang menyebabkan infeksi pada manusia akibat tertelan telur atau melalui kontak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah memegang peranan penting bagi masyarakat. Kehidupan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama dengan kekuatan fisik dan kimia murni menata tubuh tanah menjadi bagian-bagian
Lebih terperinciUJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO
UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO Debra Tiwow, Widdhi Bodhi, Novel S.Kojong Program Studi Farmasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Soil Transmitted Helminhs Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik. Panjang cacing ini mulai
Lebih terperinciPada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Kecacingan 2.1.1 Definisi Kecacingan Helmintiasis (kecacingan) menurut WHO adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus
Lebih terperinciDAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA In Vitro DAN PROFIL KLTNYA ABSTRACT
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. No. Desember 008 DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA In Vitro DAN PROFIL KLTNYA Riyanta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinciObat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -
Dalam keseharian hidup kita, kita sangat dekat dengan obat-obatan, apakah karena suatu sakit menahun yang diderita atau yang membantu meringankan rasa sakit saat kita sedang dalam keadaan tidak fit. Tidak
Lebih terperinciABSTRAK. UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro
ABSTRAK UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro Surveni E.S.S., 2011. Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II: Budi Widyarto,
Lebih terperincimenghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Hal ini, menuntut manusia untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman herbal yang biasanya dijadikan sebagai menjadi tanaman hias. Tanaman patah tulang selain tanaman
Lebih terperinciAnalisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita
Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tan dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri merupakan suatu
Lebih terperincixvii Universitas Sumatera Utara
xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths Manusia merupakan hospes yang utama untuk beberapa nematoda usus. Sebagian besar dari nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan yang penting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecacingan 1. Definisi Kecacingan secara umum merupakan infeksi cacing (Soil transmitted helminthiasis) yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Askariasis merupakan salah satu infeksi parasit usus yang paling sering terjadi serta ditemukan di seluruh dunia.penyakit askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecacingan Menurut asal katanya helminth berasal dari kata Yunani yang berarti cacing. Cacing merupakan hewan yang terdiri dari banyak sel yang membangun suatu jaringan
Lebih terperinciPETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM
PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth
Lebih terperincimempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan
BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode-metode pemeriksaan tinja Dasar dari metode-metode pemeriksaan tinja yaitu pemeriksaan langsung dan tidak langsung. Pemeriksaan langsung adalah pemeriksaan yang langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Askaridiosis merupakan salah satu penyakit cacing yang sering menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaridia galli. Cacing
Lebih terperinciARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN RIMPANG Curcuma heyneana (TEMU GIRING) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman. Pada umumnya nyeri berkaitan dengan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi
Lebih terperinciABSTRACT. THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO
ABSTRACT THE ANTHELMINTIC EFFECT OF PAPAYA SEEDS (Caricae semen) ON Ascaris suum IN VITRO Dewi Sylvia Kartika, 2005 1 st Tutor: Budi Widyarto.L,dr 2 nd Tutor:MeilinahHidayat,dr.Mkes Worm infection happen
Lebih terperinciUJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)
UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze) Putra, B.P.A. 1, Astuti, K.W. 1, Dwinata, I.M. 2 1 Jurusan Farmasi Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) 2.1.1 Klasifikasi tanaman Kingdom Divisio : Plantae : Magnoliophyta Sub division: Spermatophyta Kelas Ordo Famili Genus Species
Lebih terperinciUJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO
UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS IJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas
Lebih terperinciGambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9
BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENYAKIT CACINGAN OLEH Via Wiyana, S.Tr.Keb AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 60 persen orang Indonesia
Lebih terperinciPREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciMATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR
MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR AKADEMI FARMASI TADULAKO FARMA PALU 2015 SEMESTER II Khusnul Diana, S.Far., M.Sc., Apt. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap fungsi organ dengan jalan mempercepat/memperlambat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cacing Usus Cacing usus yang dimaksud di sini adalah beberapa jenis nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cacing Tambang dan Cacing Gelang 1. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) a. Batasan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus kedua parasit ini di
Lebih terperinci