PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA KONSUMSI MAHASISWA TERHADAP PANGAN ASAL TERNAK (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011) AGUSTIN NEORIMA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA * Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Agustin Neorima NIM H

4

5 ABSTRAK AGUSTIN NEORIMA. Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN. Mahasiswa FEM memiliki karakteristik yang beragam sehingga menimbulkan perbedaan pengambilan keputusan dalam konsumsi, salah satunya konsumsi pangan asal ternak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi pangan asal ternak, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak, dan menganalisis tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari pangan asal ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan mahasiswa maka semakin rendah total pengeluaran mahasiswa yang dialokasikan untuk konsumsi pangan asal ternak. Proporsi terbesar dari total pengeluaran mahasiswa FEM digunakan untuk konsumsi daging ayam ras, diikuti oleh susu sapi, telur ayam ras, dan daging sapi. Variabel harga sendiri, harga silang, total pengeluaran, dummy jenis kelamin, dummy status tempat tinggal cenderung dominan berpengaruh secara signifikan terhadap proporsi pengeluaran pangan asal ternak pada taraf nyata (α) 0,10. Elastisitas harga sendiri daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras bersifat inelastis sedangkan elastistas harga sendiri susu sapi bersifat elastis. Sebagian besar elastisitas harga silang bertanda negatif, pangan asal ternak memiliki hubungan komplementer dengan pangan asal ternak lainnya. Elastisitas pendapatan daging ayam ras dan telur ayam ras bernilai kurang dari satu yang mengartikan bahwa komoditas tersebut merupakan kebutuhan pokok. Elastisitas pendapatan daging sapi dan susu sapi bernilai lebih besar dari satu yang mengartikan bahwa komoditas ini dianggap barang mewah. Kata kunci: elastisitas, model Almost Ideal Demand System (AIDS), pangan asal ternak, permintaan, pola konsumsi

6 ABSTRACT AGUSTIN NEORIMA. An Analysis of Consumption Pattern of Students to The Food from Livestock. (Case Studies: Undergraduate Students of FEM IPB Period 2011). Supervised by UJANG SEHABUDIN. FEM Students have a diverse characteristic, which rise to differences in consumption decisions, one of which is the consumption of the food from livestock. This study aims to analyze the consumption pattern of the food from livestock, identify the factors that influence the demand for the food from livestock, and analyze the level of price and income elasticity of the food from livestock with the application of the Almost Ideal Demand System (AIDS) model. The results of this studies showed that the higher the students income, the lower the total expenditure of FEM students allocated to consumption of food from livestock. The largest proportion of total expenditure of FEM students is used for the consumption of chicken meat, followed by cow s milk, eggs of chicken, and beef. The own price variable, cross-price, total expenditure, gender, residence status tends to be dominant significantly affect the proportion of food from livestock expenditure on the real level (α) of 0,10. The own price elasticity of beef, chicken meat, and eggs is inelastic while the own price elasticity of cow s milk is elastic. Most of cross-price elasticity have negative sign, its mean that the livestock has the complementary relationship with other food from livestock. The income elasticity for chicken meat, and eggs of chicken shown the value less than one, its mean that commodities are a staple goods. The income elasticity for beef and cow s milk shown the value more than one, its mean that commodity is considered luxury good. Keywords: Almost Ideal Demand System (AIDS) Model, consumption patterns, demand, elasticity, food from livestock

7 ANALISIS POLA KONSUMSI MAHASISWA TERHADAP PANGAN ASAL TERNAK (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011) AGUSTIN NEORIMA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 mengambil topik tentang pola konsumsi dengan judul Analisis Pola Konsumsi Mahasiswa Terhadap Pangan Asal Ternak (Studi Kasus: Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Tahun Masuk 2011). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Hastuti SP, M.Si selaku dosen perwakilan departemen yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta, yaitu H. Imam Subikhi, SE dan Hj. Nurbaini, kedua adik tersayang Esar dan Shafa, serta seluruh keluarga besar atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. Terima kasih kepada ketua angkatan 48 (Faisal, Vozu, Yogo, Rayyan, dan Amin) dan seluruh mahasiswa FEM angkatan 48 atas kerjasamanya dalam membantu pengisian kuesioner penelitian; Angga Priandhika yang selalu menemani saat jenuh, memberikan doa, bantuan serta dukungan; sahabat-sahabat (Nurul Puspita, Amalia Dwi Marseva, Nana Winnit, Suci Angraini, Puti, Bintang, Summayah), Marlina, Nindya Shinta IE 47, teman sebimbingan (Adilla, Sri, Jaza, Rendy R, Rendy M, Andry, Firmansyah), serta keluarga besar ESL 47 yang selalu memberikan bantuan dan motivasi; sahabat-sahabat terbaik Tria, Riri, Irma, Vionita, Riza, Uci, Anggi, Maya, Vindy, Ica, Wati, Ayi, Anes, Putri, yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Januari 2015 Agustin Neorima

12

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II TINJAUAN PUSTAKA Pangan Asal Ternak Daging Telur Susu Perilaku Konsumen Teori Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Teori Permintaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsep Elastisitas Model Almost Ideal Demand System (AIDS) Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengelompokan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS) Analisis Elastisitas xv

14 V GAMBARAN UMUM Karakteristik Responden Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pangan Hewani yang Paling Sering Dikonsumsi Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak Pola Konsumsi Daging Sapi Pola Konsumsi Daging Ayam Ras Pola Konsumsi Telur Ayam Ras Pola Konsumsi Susu Sapi VI HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pola Konsumsi Pangan Asal Ternak Pola Pengeluaran Pangan Asal Ternak Proporsi Pengeluaran Pangan Asal Ternak Terhadap Pengeluaran Pangan Asal Ternak Total Analisis Permintaan Pangan Asal Ternak Elastisitas Permintaan Permintaan Daging Sapi Permintaan Daging Ayam Ras Permintaan Telur Ayam Ras Permintaan Susu Sapi VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 99

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Sasaran skor Pola Pangan Harapan (PPH) Distribusi jumlah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk Distribusi jumlah responden berdasarkan mayor Matriks analisis data Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin Distribusi jumlah responden berdasarkan status tempat tinggal Distribusi jumlah responden berdasarkan asal daerah Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan Distribusi jumlah responden berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi daging sapi Rata-rata pengeluaran konsumsi daging sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi daging sapi Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi daging ayam ras Rata-rata pengeluaran konsumsi daging ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi daging ayam ras Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi telur ayam ras Rata-rata pengeluaran konsumsi telur ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi telur ayam ras Distribusi mahasiswa berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi Distribusi jumlah responden berdasarkan frekuensi konsumsi susu sapi Rata-rata pengeluaran konsumsi susu sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi... 48

16 23 Alasan mahasiswa FEM mengonsumsi susu sapi Rata-rata pengeluaran mahasiswa FEM untuk bahan makanan dan bukan bahan makanan berdasarkan kelas pendapatan Pengeluaran pangan asal ternak total mahasiswa FEM terhadap pengeluaran bahan makanan dan total pengeluaran mahasiswa berdasarkan kategori sosial ekonomi Proporsi terhadap pengeluaran pangan asal ternak total berdasarkan kategori sosial ekonomi Koefisien dugaan variabel model AIDS untuk masing-masing pangan asal ternak pada mahasiswa tanpa pengelompokan Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan daging sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan daging ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan telur ayam ras berdasarkan kategori sosial ekonomi Elastisitas permintaan harga sendiri, elastisitas harga silang, dan elastisitas pendapatan susu sapi berdasarkan kategori sosial ekonomi... 71

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Tabel Komposisi Pangan Asal Ternak Distribusi jumlah sampel dengan perbedaan karakteristik Kuesioner penelitian Hasil output model Almost Ideal Demand System dengan menggunakan software SAS Editor SAS pada data mahasiswa tanpa pengelompokan... 98

18

19 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia. Peran utama pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis agar bisa hidup sehat, aktif, dan cerdas. Pangan juga mempunyai peran untuk memenuhi kebutuhan psikososial, budaya, ekonomi, sekuriti, dan bahkan juga mempunyai peran politik. Peran pangan secara fisiologis ditinjau dari kandungan gizi pangan dan manfaatnya bagi kerja jaringan dan organ tubuh untuk hidup sehat (Nugraheni 2013). Pangan hewani merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan mempunyai peranan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Selain itu, protein hewani lebih mudah dicerna dan diabsorpsi, sehingga mempunyai nilai hayati yang lebih baik (Sudono et al. 1989). Pentingnya mengonsumsi pangan hewani dalam mencapai kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik tercermin dalam Pola Pangan Harapan (PPH) (Budiar 2000). Skor Pola Pangan Harapan (PPH) dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 sasaran pencapaian kebutuhan gizi dapat tercermin oleh meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH) dari 86,4 pada tahun 2010 menjadi 93,3 pada tahun Pangan hewani memiliki skor tertinggi setelah padi-padian sebagai sumber karbohidrat diantara beberapa komoditas pangan. Hal ini menunjukkan bahwa pangan hewani memiliki peranan strategis dalam pencapaian kebutuhan gizi konsumsi pangan yang baik. Daging, telur, dan susu merupakan pangan hewani asal ternak yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Konsumsi atau permintaan terhadap protein pangan hewani asal ternak selama tahun mengalami peningkatan terhadap komoditas daging sedangkan konsumsi komoditas telur dan susu mengalami penurunan. Rata-rata konsumsi protein penduduk di Indonesia untuk kelompok makanan sumber protein hewani, contohnya pada rata-rata konsumsi

20 2 daging sebesar 2,47 gram protein/ kapita/ hari, telur dan susu sebesar 3,08 gram/ kapita/ hari (Badan Pusat Statistik 2013). Tabel 1 Sasaran skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun Makanan Padi-padian 54,90 53,90 52,90 51,90 51,00 Umbi-umbian 5,00 5,20 5,40 5,60 5,80 Pangan hewani 9,60 10,10 10,60 11,10 11,50 Minyak dan lemak 10,10 10,10 10,10 10,00 10,00 Buah/biji berminyak 2,80 2,90 2,90 2,90 3,00 Kacang-kacangan 4,30 4,40 4,60 4,70 4,90 Gula 4,90 4,90 5,00 5,00 5,00 Sayur dan buah 5,20 5,40 5,50 5,70 5,80 Lain-lain 2,90 2,90 2,90 2,90 3,00 SKOR PPH 86,40 88,10 89,80 91,50 93,30 Sumber: Renstra Kementrian Pertanian (2009) Menurut Hardinsyah et al. (2012), Angka Kecukupan Protein (AKP) tahun 2012 berdasarkan golongan umur tahun untuk laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 62 gram/ kapita/ hari dan 56 gram/ kapita/ hari. Dari AKP rata-rata per kapita per hari tersebut direkomendasikan sebanyak 25% dari AKP dipenuhi dari protein sumber hewani untuk memperoleh mutu protein dan mutu gizi yang lebih baik. Porsi ikan akan lebih banyak dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani penduduk Indonesia karena dalam pola pangan penduduk saat ini sekitar 60% kuantitas pangan hewani penduduk berasal dari ikan. Mahasiswa program sarjana merupakan seseorang yang mempunyai kisaran umur tahun. Pemenuhan konsumsi pangan asal ternak pada kisaran umur tersebut penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan kandungan gizi pangan asal ternak dibutuhkan mahasiswa guna menunjang aktivitas keseharian dan meningkatkan konsentrasi belajar. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada seseorang akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Kekurangan gizi akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, dan produktivitas rendah (Soekirman 2000).

21 Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) merupakan fakultas di Institut Pertanian Bogor dengan jumlah mahasiswa program sarjana terbanyak setelah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). FEM terdiri dari lima mayor, yaitu Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP), Manajemen (MAN), Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), dan Ekonomi Syariah (EKS). Jumlah mahasiswa yang banyak dan perbedaan karakteristik menjadikan mahasiswa FEM memiliki pola konsumsi yang beragam. Distribusi jumlah mahasiswa Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi jumlah mahasiswa program sarjana Institut Pertanian Bogor berdasarkan fakultas dan tahun masuk Fakultas Tahun Masuk Total Pertanian Kedokteran Hewan Perikanan dan Ilmu Kelautan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi Manusia Sumber: TPB dalam Angka (2010, 2011, 2012) Pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM dicirikan oleh keragaman daerah (letak geografis) seperti lokasi desa-kota. Karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan perbedaan pendapatan juga merupakan penyebab keragaman pola konsumsi pangan asal ternak. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pola konsumsi pangan asal ternak mahasiswa FEM Perumusan Masalah Mahasiswa program sarjana FEM merupakan peserta didik yang terdaftar dan memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh Institut Pertanian Bogor. Mahasiswa sama halnya dengan masyarakat atau rumah tangga, melakukan aktivitas ekonomi sehari-hari termasuk konsumsi. Selain itu, mahasiswa juga memiliki karakteristik beragam yang akan menimbulkan perbedaan pengambilan

22 4 keputusan dalam konsumsi kebutuhan pangannya, salah satunya yaitu konsumsi pangan asal ternak. Daging, telur, dan susu merupakan komoditas pangan hewani berprotein tinggi yang harganya relatif mahal dibandingkan pangan lainnya (Budiar 2000). Dengan demikian, konsumsi atau permintaan pangan asal ternak sangat berkaitan erat dengan tingkat pendapatan atau uang saku yang beragam. Pemahaman perilaku konsumsi pangan asal ternak juga diperlukan untuk menyusun total pengeluaran mahasiswa terhadap pangan asal ternak termasuk informasi mengenai besaran pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap permintaan pangan asal ternak. Proses pengambilan keputusan untuk mengonsumsi pangan asal ternak ditentukan oleh besarnya pendapatan mahasiswa, harga komoditas tersebut, harga komoditas lain, jenis kelamin, status tempat tinggal, dan asal daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model Almost Ideal Demand System (AIDS) yang dikembangkan oleh Deaton and Muellbauer pada tahun 1980, sehingga hubungan dua arah antar komoditas dapat dianalisis dengan baik. Hal lain yang mendasari adalah bahwa model AIDS selama ini digunakan untuk menganalisis pola konsumi di daerah yang mempunyai cakupan wilayah yang luas, sedangkan untuk menganalisis wilayah yang lebih sempit setingkat fakultas belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola konsumsi pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor? 3. Bagaimana tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari komoditas pangan asal ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS) pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

23 5 1. Menganalisis pola konsumsi pangan asal ternak seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pangan asal ternak seperti daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor. 3. Menganalisis tingkat elastisitas harga dan pendapatan dari komoditas pangan asal ternak dengan penerapan model Almost Ideal Demand System (AIDS) pada mahasiswa FEM Institut Pertanian Bogor. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Akademisi dan peneliti, sebagai referensi untuk melakukan penelitian terkait pola konsumsi pangan asal ternak dengan menggunakan model Almost Ideal Demand System (AIDS). 2. Pemerintah, untuk meningkatkan perhatian terhadap konsumsi pangan asal ternak yang berupa daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan susu sapi. 3. Produsen, untuk menentukan strategi pemasaran pangan asal ternak yang berupa daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan susu sapi. 4. Mahasiswa dan masyarakat luas, untuk menambah pengetahuan mengenai pola konsumsi pangan asal ternak dan mengontrol pengeluaran pangan asal ternak agar lebih baik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Batasan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal, diantaranya adalah: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada mahasiswa program sarjana FEM Institut Pertanian Bogor angkatan Pangan asal ternak yang diteliti yaitu daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, dan susu sapi yang sudah diolah menjadi makanan/minuman siap saji dengan satuan ukuran rumah tangga.

24 6 3. Tingkat pendapatan mahasiswa adalah jumlah keseluruhan penghasilan yang diterima oleh mahasiswa baik yang bersumber dari orangtua, beasiswa maupun penghasilan sampingan dari hasil usaha. 4. Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan mahasiswa mengonsumsi daging sapi/daging ayam/telur ayam ras/susu sapi yang dibeli oleh mahasiswa FEM. 5. Konsumsi atau pengeluaran pangan asal ternak dihitung dengan satuan rupiah per kilogram (kg). 6. Konsumsi pangan asal ternak diasumsikan homogen dengan konversi satuan mengikuti ukuran rumah tangga yaitu satu potong daging sapi = 50 gram, satu potong daging ayam ras = 50 gram, dan satu butir telur ayam ras = 60 gram 7. Susu sapi yang dihitung ada tiga jenis yaitu susu cair, susu kental manis, dan susu bubuk. Konsumsi susu kental manis dan susu bubuk dihitung berdasarkan susu yang dibeli dalam satu kemasan yang diasumsikan setara dengan susu cair ukuran 200 ml. Konsumsi susu cair dihitung berdasarkan volume sebenarnya per satu kemasan saji dalam satuan milliliter (ml) yang dikonversikan menjadi satuan kilogram. 8. Penelitian dilakukan dengan teknik recall yaitu mencatat pengeluaran pangan asal ternak dengan mengingat kembali penyajian menu makanan selama satu bulan.

25 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pangan Asal Ternak Pangan hewani asal ternak merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan mempunyai peranan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan. Hal ini dikarenakan protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Protein hewani lebih mudah dicerna dan diabsorbsi, sehingga mempunyai nilai hayati yang lebih baik (Sudono et al. 1989). Pangan hewani terutama pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu konsentrasi dan imbangan asam amino esensial sesuai bagi kebutuhan tubuh manusia untuk pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (Kamaruddin 1990). Menurut Karyadi dan Muhilal dalam Budiar (2000), bahan pangan hewani sebagai salah satu komponen bahan pangan memiliki beberapa keunikan: a) Mempunyai komposisi asam esensial yang lebih lengkap dibandingkan dengan pangan nabati yang kandungan lisin dan methioninnya lebih rendah; b) Mengandung vitamin yang mudah diserap (B-12, preformed vitamin A, D-3), sedangkan pada pangan nabati hanya vitamin D-2; c) Mengandung zat besi (haem) yang mudah diserap (15%-20%), juga Zn, Selenium, Cu, dan Ca, sedangkan kandungan zat besi pangan nabati yang mudah diserap hanya 1%-15%; d) Nilai cerna protein dan zat besi bahan pangan hewani lebih baik dari bahan pangan nabati. Sebanyak 20% nitrogen dikeluarkan dalam tinja dari bahan pangan hewani yang dikonsumsi (nilai cerna (90%), sedangkan dari bahan pangan nabati dikeluarkan sebanyak 35% (nilai cerna 70%-80%). Tabel komposisi gizi pada daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan susu sapi berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992) dapat dilihat pada Lampiran Daging Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain penganekaragaman jenis olahan dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang mengonsumsinya, keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi karena kandungan gizinya

26 8 lengkap. Daging dapat diolah dengan cara dimasak, digoreng, dipanggang, disate, diasap atau dapat diolah menjadi produk lain yang menarik (Soeparno 1994). Daging yang biasa dikonsumsi masyarakat berupa daging sapi, daging kerbau, kambing, babi, kelinci, dan unggas (seperti ayam, itik, burung, dan kalkun) (Tarwotjo 1998). Konsumen dalam mengonsumsi daging dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain nilai gizinya tinggi, mudah diperoleh, kesehatan, variasi, bersifat mengenyangkan dan prestise (Natasasmita et al. dalam Pratiwi 2002) Telur Telur merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak maupun dewasa. Telur mempunyai arti penting karena mengandung bahan-bahan yang bernilai gizi tinggi, sebagai bahan pangan sumber protein, telur mengandung semua jenis asam amino esensial. Kecuali protein, di dalam telur juga terdapat aneka gizi lain terutama lemak, vitamin, dan mineral (Anjarsari 2010). Telur-telur yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai jenis unggas yang diternakkan. Macam-macam telur yang diperdagangkan di masyarakat antara lain telur ayam kampung (buras), telur ayam negeri (ras), telur burung puyuh, telur itik, telur angsa dan telur kalkun Susu Susu didefinisikan sebagai sekresi normal kelenjar mamari atau ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat, tanpa dikurangi atau ditambah sesuatu. Dari aspek kimia, susu yaitu emulsi lemak di dalam larutan air dari gula dan garam-garam mineral dengan protein dalam keadaan koloid (Anjarsari 2010). Susu yang banyak dikonsumsi diperoleh dari sapi. Selain itu, susu juga diperoleh dari induk hewan lainnya, seperti kambing, kerbau, kuda, unta, domba, dan lain-lain. Selain sebagai minuman, susu juga digunakan sebagai campuran membuat kue. Hasil olahan susu, bisa berbentuk mentega, keju, yoghurt, susu skim atau susu tanpa lemak (nonfat). Jenis susu yang banyak diperdagangkan di

27 9 pasaran yaitu susu cair segar, susu kental tidak manis, susu kental manis, susu bubuk, dan sebagainya (Tarwotjo 1998). Komposisi susu bervariasi dan tergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu adalah jenis ternak, waktu laktasi, waktu pemerahan, urutan pemerahan, keragaman akibat musim, pengaruh susu, umur sapi, penyakit, pakan ternak, dan faktor-faktor lain. Normalnya rata-rata susu mengandung lemak 3,8%, protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu (mineral) 0,885%, air 87,25% serta bahan kering 12,75% (Anjarsari 2010). 2.2 Perilaku Konsumen Asumsi pokok tentang perilaku konsumen adalah bahwa rumah tangga memaksimumkan apa yang seringkali disebut kepuasan, kesejahteraan, kemakmuran, atau utilitas konsumen. Jika rumah tangga dihadapkan dengan pilihan antara dua kelompok alternatif konsumsi, setiap rumah tangga diasumsikan memilih sekelompok yang disukainya, atau dengan kata lain rumah tangga menentukan pilihannya dalam rangka memaksimumkan kepuasannya atau kesejahteraannya (Lipsey et al. 1995). Menurut Nicholson (2002), utilitas/kepuasan didefinisikan sebagai kepuasan yang diterima seseorang akibat aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Konsep utilitas ini sendiri sebenarnya memiliki makna yang luas karena tingkat kepuasan seseorang merupakan suatu hal yang bersifat subjektif dan nilainya tidak dapat diukur secara pasti. Namun terdapat beberapa sifat mendasar mengenai preferensi individu ini, yaitu : 1. Complete Preferences (Preferensi yang lengkap) Sifat dasar ini diasumsikan bahwa para individu mampu menyatakan apa yang diinginkannya dari antara dua pilihan. Individu tersebut diharapkan dapat secara tegas menyatakan kelompok satu akan lebih baik dari kelompok lainnya jika terdapat dua kelompok konsumsi A dan B. 2. Transitivity of Preferences (Preferensi bersifat transitif) Sifat dasar ini dijelaskan bahwa jika A lebih diinginkan dari B, dan B lebih diinginkan dari C, maka A harus lebih diinginkan dari C. Jadi dalam hal ini

28 10 diasumsikan bahwa individu akan bersikap konsisten dalam menentukan pilihannya. 3. More is better than less Sifat dasar ketiga ini diasumsikan bahwa individu akan lebih menyukai banyak barang daripada sedikit barang. Sebagai tambahan menurut Pindyck dan Rubinfeld (2009), konsumen tidak akan pernah puas atau kenyang dan menganggap lebih banyak konsumsi selalu lebih menguntungkan, meskipun kelebihan untungnya hanya sedikit. 2.3 Teori Permintaan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Teori Permintaan Permintaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi tertentu. Jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta, konsep jumlah yang diminta ini adalah jumlah yang diinginkan, yaitu berapa banyaknya yang ingin dibeli oleh konsumen dengan mempertimbangkan harga barang itu, tingkat harga barang lain, pendapatan konsumen dan selera konsumen tersebut (Lipsey et al. 1995). Deaton dan Muellbeaur (1980b) telah meringkas beberapa sifat dari fungsi permintaan Hicksian dan Marshallian yaitu sebagai berikut: a) Adding Up Nilai total atau penjumlahan dari permintaan (baik fungsi permintaan Hicksician maupun fungsi permintaan Marshallian) merupakan total pengeluaran dari suatu rumah tangga dalam mengonsumsi barang dan jasa. b) Homogenitas Fungsi permintaan Hicksician akan homogen berderajat nol terhadap harga, sedangkan untuk fungsi permintaan Marshallian akan homogen berderajat nol terhadap harga dan pengeluaran rumah tangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk fungsi permintaan Marshallian apabila terjadi perubahan harga dan pengeluaran secara proporsional, maka permintaan rumah tangga terhadap suatu barang atau jasa tidak akan berubah.

29 11 c) Simetri Penurunan koefisien harga silang dari permintaan Hicksician adalah simetris. Simetris di sini menunjukkan bahwa koefisien harga silang yang dihasilkan adalah sama. Sifat ini merupakan jaminan dari cara untuk menguji aksioma yang menyatakan bahwa konsumen bersifat konsisten dalam menentukan preferensinya. d) Negativitas Antara harga suatu komoditi dengan jumlah yang diminta akan terdapat hubungan yang negatif. Hal ini sesuai yang dinyatakan dalam hukum permintaan (the law of demand), sehingga apabila harga suatu barang meningkat dengan utilitas diasumsikan tetap, maka permintaan barang tersebut akan turun. Dari keempat sifat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat adding up dan homogenitas merupakan konsekuensi dari spesifikasi kendala anggaran linier yang ditunjukkan melalui garis anggaran. Sedangkan sifat simetri dan negativitas adalah konsekuensi dari sifat preferensi konsumen yang konsisten. Tanpa kedua sifat ini, berarti konsumen tidak konsisten terhadap pilihannya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Lipsey et al. (1995) mengatakan bahwa banyaknya komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh enam faktor yaitu: (1) harga komoditi itu sendiri, (2) harga komoditi yang berkaitan, (3) selera, (4) distribusi pendapatan, (5) rata-rata pendapatan rumah tangga, dan (6) besarnya populasi/ jumlah penduduk. Bilas (1989) menyatakan hubungan-hubungan tersebut secara matematis dapat dirumuskan secara umum dengan fungsi sebagai berikut : Qd A = f (P A, P B *,..., P Z *, I*, T*, W*) Keterangan : Qd A = kuantitas barang A yang diminta per unit waktu P A = harga A P B,..., P Z = harga barang-barang lain dari komoditi B sampai Z I = pendapatan (income) T = selera (taste) W = kemakmuran (wealth)

30 12 dan tanda *, berarti variabel ini konstan. Jadi Q d A = f (P A ) ; ceteris paribus Faktor Harga Komoditi itu Sendiri Menurut Lipsey et al. (1995), suatu hipotesis dasar adalah bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan catatan faktor lain tetap dianggap tetap 1. Harga didefinisikan sebagai tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukarkan dengan barang lain. Semakin tinggi harga maka jumlah permintaan semakin berkurang dan sebaliknya semakin rendah harga maka jumlah permintaan semakin tinggi Faktor Harga Komoditi yang Berkaitan Penurunan harga suatu komoditi komplementer akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga (Lipsey et al. 1995). Sedangkan kenaikan harga barang substitusi komoditi tertentu akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Kaitan diantara suatu barang dengan berbagai jenis barang yang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu : 1). Barang substitusi yaitu suatu barang lain yang dapat menggantikan fungsi dari barang tersebut, 2). Barang komplementer yaitu suatu barang yang cenderung digunakan bersama-sama dengan barang lain, dan 3). Barang netral yaitu dua macam barang yang tidak mempunyai kaitan yang erat, perubahan atas permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lain Faktor Selera Lipsey et al. (1995) mengatakan bahwa selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera bisa terjadi dalam waktu yang lama dan bisa juga berubah dalam waktu yang cepat, tetapi cepat atau lambatnya perubahan perubahan selera terhadap suatu komoditi akan menyebabkan lebih banyaknya komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Menurut Soekartawi (2002), selera dan pilihan konsumen bukan saja dipengaruhi oleh 1 Ahli ekonomi terkemuka di Inggris, Alfred Marshall menyebut hubungan fundamental ini hukum permintaan.

31 13 struktur umur konsumen, tapi juga karena faktor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan atau lainnya Faktor Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Soekartawi (2002) berpendapat bahwa perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah akan tetapi juga kualitas barang tersebut. Tinggi rendahnya pendapatan konsumen mempengaruhi besar kecilnya daya beli terhadap barang yang dibutuhkannya. Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa rumah tangga yang menerima rata-rata pendapatan lebih besar maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak komoditi walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama 2. Dengan melihat keseluruhan rumah tangga, kita memperkirakan bahwa harga berapa pun yang kita ambil, jumlah komoditi yang diminta akan lebih banyak daripada yang diminta sebelumnya pada tingkat harga yang sama Faktor Distribusi Pendapatan Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang akan dibeli terutama oleh rumah tangga yang berkurang pendapatan (Lipsey et al. 1995). Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali kepada sejumlah penduduk, permintaan akan berubah. Pertumbuhan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan, tetapi biasanya pertumbuhan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini akan menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan meningkatkan permintaan. 2 Beberapa komoditi disebut barang normal. Jika banyaknya komoditi yang dibeli menurun apabila harganya naik, maka komoditi semacam itu disebut barang inferior.

32 Faktor Jumlah Penduduk Soekartawi (2002) mengatakan bahwa semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar pula barang yang dikonsumsi. Dalam banyak kejadian penambahan jumlah penduduk berarti adanya perubahan struktur umur. Sebagai tambahan menurut Lipsey et al. (1995), tambahan orang berusia kerja, tentunya akan menciptakan pendapatan baru. Jika ini terjadi, permintaan untuk semua komoditi yang dibeli oleh penghasil pendapatan baru akan meningkat. Jadi biasanya adalah benar bahwa kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga. 2.4 Konsep Elastisitas Lipsey et al. (1995) merumuskan bahwa untuk melihat seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Menurut Nicholson (2002) elastisitas merupakan ukuran persentase perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh satu persen perubahan variabel lainnya. Konsep elastisitas permintaan ini memiliki beberapa macam variasi, yaitu : 1. Elastisitas Harga dari Permintaan Salah satu aplikasi elastisitas yang paling penting ialah elastisitas harga dari permintaan (price elastisity of demand). Perubahan P (harga barang) akan menyebabkan perubahan Q (kuantitas yang dibeli/dikonsumsi), dan elastisitas harga dari permintaan mengukur hubungan ini. Secara khusus, elastisitas harga dari permintaan (e Q,P ) didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas sebagai respon atas satu persen perubahan harga. Bentuk matematisnya ialah sebagai berikut :, = er enta e eru ahan er enta e eru ahan (1) Elastisitas ini menunjukkan bagaimana perubahan Q (dalam bentuk persentase) sebagai respon terhadap perubahan persentase P. P dan Q bergerak dalam arah yang berlawanan, maka e Q,P biasanya bernilai negatif 3. Misalnya nilai 3 Kadang-kadang, elastisitas harga dari permintaan didefinisikan sebagai nilai absolut dari hasil definisi persamaan 1. Dengan menggunakan definisi ini, elastisitas tidak akan pernah bernilai negatif.

33 E Q,P sebesar -1 berarti bahwa kenaikan 1 persen dalam harga mengarah pada penurunan 1 persen dalam jumlah, sementara nilai E Q,P sebesar -2 mencatat fakta bahwa kenaikan 1 persen dalam harga menyebabkan jumlah menurun 2 persen. Perbedaan seringkali dibuat di antara nilai-nilai E Q,P yang kurang dari, sama dengan, atau lebih besar dari -1. Elastisitas harga (E Q,P > 1) dikatakan elastis jika kenaikan harga diikuti dengan penurunan jumlah dalam proporsi yang lebih besar. Elastisitas harga (E Q,P = 1) dikatakan unik jika kenaikan harga dan penurunan jumlah memiliki besar proporsi yang identik. Elastisitas harga (E Q,P < 1) dikatakan inelastis jika kenaikan harga secara proporsional lebih besar daripada penurunan jumlah (Nicholson 2002). Lipsey et al. (1995) meringkas secara umum hubungan antara elastisitas dengan perubahan harga sebagai berikut: a. Jika permintaan bersifat elastis, harga dan total pengeluaran berhubungan secara negatif. Penurunan harga meningkatkan total pengeluaran dan kenaikan harga akan menurunkan total pengeluaran. b. Jika permintaan bersifat inelastis, harga dan total pengeluaran berhubungan secara positif. Penurunan harga menurunkan total pengeluaran dan kenaikan harga akan meningkatkan total pengeluaran. c. Jika elastisitas permintaan adalah satu, peningkatkan ataupun penurunan harga tidak mempengaruhi total pengeluaran. 2. Elastisitas Pendapatan dari Permintaan Tipe elastisitas lainnya adalah elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand) (e Q,I ). Konsepnya, elastisitas jenis ini merupakan persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta sebagai respon atas perubahan pendapatan sebesar satu persen. Secara matematis, elastisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut :, = er enta e eru ahan er enta e eru ahan (2) Konsep elastisitas pendapatan ini dapat digunakan untuk mengkategorikan suatu barang, apakah barang tersebut tergolong sebagai komoditi normal, inferior, atau barang mewah (luxury). Untuk suatu barang normal, e Q,I adalah positif karena kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian barang. Di sisi lain, suatu barang termasuk kepada barang inferior jika nilai e Q,I adalah negatif. Hal ini

34 16 berarti peningkatan pendapatan justru menurunkan kuantitas barang yang dibeli. Barang-barang dengan elastisitas pendapatan e Q,I > 1 dapat dikategorikan sebagai barang- barang mewah (luxury). Barang-barang yang oleh konsumen dianggap sebagai kebutuhan pokok akan mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi pada tingkat pendapatan rendah, tetapi pada batas pendapatan tertentu elastisitas pendapatannya rendah. Hal ini dikarenakan bahwa dengan semakin tingginya pendapatan, maka bagi rumah tangga semakin memungkinkan untuk menyediakan proporsi yang lebih kecil dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan proporsi yang lebih besar untuk barang yang selalu mereka ingin beli tetapi tidak mampu membelinya. Beberapa dari kebutuhan pokok ini bahkan bisa menjadi barang inferior. Barang-barang yang tergolong mewah cenderung tidak dibeli pada tingkat pendapatan rendah, tetapi akan memiliki elastisitas yang tinggi, segera seketika pendapatan meningkat yang memungkinkan rumah tangga memilih barang-barang yang tersedia untuk kehidupan yang lebih baik (Lipsey et al. (1995). 3. Elastisitas Harga Silang dari Permintaan Salah satu faktor yang akan mempengaruhi kuantitas permintaan suatu jenis barang ialah perubahan harga barang-barang lainnya. Untuk mengukur efek perubahan tersebut, terdapat suatu konsep elastisitas harga silang dari permintaan (cross price elastisity of demand). Elastisitas ini didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta (Q) sebagai respon atas satu per en peru ahan harga arang lain ( ). Maka :, = er enta e eru ahan er enta e eru ahan......(3) Konsep elastisitas harga silang ini dapat digunakan untuk menggolongkan hubungan antara dua komoditi, apakah saling bersubtitusi atau saling melengkapi (komplementer). Dua barang akan saling bersubtitusi jika elastisitas harga silangnya bernilai positif, dimana harga satu barang dengan kuantitas permintaan barang lain bergerak dengan arah yang sama. Sebaliknya, dua barang akan saling melengkapi (komplementer) jika elastisitas harga silangnya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa harga satu barang dan kuantitas barang lain akan bergerak pada arah yang berlawanan.

35 Model Almost Ideal Demand System (AIDS) Model Permintaan Almost Ideal Demand System (AIDS) ini pertama kali diperkenalkan oleh Deaton dan Muellbauer pada tahun Berbeda dengan model permintaan lainnya, model ini dapat menjawab tuntutan preferensi konsumen, dan bentuk fungsinya lebih fleksibel. Hal tersebut disebabkan restriksi-restriksi dari model ini seperti additivitas, homogenitas, dan simetri dapat diuji secara statistik (Deaton dan Muellbauer 1980). Selain itu, model permintaan ini juga mempertimbangkan keputusan konsumen dalam menentukan seperangkat komoditi secara bersama-sama. Hal tersebut tidak ditemukan dalam model permintaan lainnya, sehingga hubungan silang dua arah antara dua komoditi dapat ditentukan. Hal itu sesuai dengan fakta yang ada bahwa pemilihan suatu komoditi dilakukan oleh konsumen secara bersama-sama. Menurut Deaton dan Muellbauer (1980) beberapa karakteristik penting dari model permintaan AIDS ini ialah (1) model ini merupakan pendekatan orde pertama terhadap sembarang fungsi sistem permintaan, (2) dapat memenuhi aksioma perilaku pemilihan komoditi dengan tepat, (3) dapat digunakan untuk menguji restriksi homogenitas dan simetrik (4) bentuk fungsinya konsisten dengan pengeluaran rumah tangga, (5) dapat mengagregasi perilaku rumah tangga tanpa menerapkan kurva Engel yang linier dan yang terpenting parameternya mudah diduga tanpa harus menggunakan metode non linier. Model ini merupakan pendekatan orde pertama dari suatu fungsi permintaan dengan titik awalnya adalah sebuah kelas preferensi yang spesifik. Kelas tersebut menurut teori Muellbeaur (1980) memungkinkan pengagresasian yang tepat dari konsumen, sebagai gambaran dari permintaan pasar yang merupakan hasil pengambilan keputusan konsumen secara rasional. Kelas preferensi tersebut dikenal sebagai PIGLOG Class ditunjukkan melalui fungsi biaya atau pengeluaran, yang menentukan pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat utilitas khusus pada tingkat harga tertentu. Kita dapat menotasikan fungsi tersebut c(u,p) untuk u adalah utilitas dan p adalah vektor harga, dan mendefinisikan PIGLOG Class sebagai : log c (u,p) = (1-u) log [a(p)] + u log [b(p)].. (4)

36 18 Dengan syarat bahwa u berada diantara 0 (subsisten) dan 1 (kemewahan) sehingga fungsi linier positif homogen dari a(p) dan b(p) dapat dikatakan sebagai biaya subsisten dan kemewahan. Selanjutnya digunakan fungsi yang khusus dari fungsi log a(p) dan log b(p). Agar fungsi biaya yang dihasilkan menjadi bentuk yang fleksibel, fungsi tersebut harus memiliki sejumlah parameter yang mencukupi, ehingga pada em arang titik, turunan δc/δp, δc/δu, δ 2 c/δp i p j, δ 2 δuδp i, dan δ 2 c/δu 2 dapat dianggap sama dengan fungsi-fungsi biaya yang berubah. Untuk itu digunakan : log a(p) = α 0 + α k k log k * log kj k log j.(5) k j log (p) = log a(p) + 0 k k...(6) k Sehingga fungsi biaya AIDS dapat ditulis sebagai berikut : log c(u,p) = α 0 + α k log k k * log kj k log j +u 0 k k.(7) k j k Secara mudah dapat diperiksa bahwa c(u,p) homogen linier dalam p (sebagai gambaran preferensi), yang dipenuhi oleh : α i = 1, * i j k j, j =0 j Fungsi permintaan dapat diturunkan secara langsung dari persamaan (7). Suatu fungsi biaya memiliki sifat fundamental yang apabila fungsi tersebut diturunkan terhadap harganya maka akan dihasilkan jumlah komoditi yang diminta. δ c(u,p) δ i i c (u,p) = i... (8) Apabila kedua sisi dikalikan dengan Pi / c(u,p) didapat : ( ) ( )...(9) W i adalah proporsi pengeluaran komoditi i sehingga penurunan logaritmik dari persamaan (4) dengan proporsi pengeluaran sebagai fungsi dari harga dan utilitas adalah : i ( u,p )= α i + ij j log j + u i 0 k k..(10)

37 19 eterangan: ij = 1 2 ( * ij + * ).. (11) ji Untuk maksimisasi utilitas konsumen, pengeluaran total X harus sama dengan c (u,p) dan dari persamaan tersebut dapat kita balikkan untuk mendapatkan u sebagai fungsi dari P dan X merupakan fungsi utilitas tidak langsung. Apabila kita melakukan hal tersebut pada persamaan (7) dan mensubstitusi hasilnya ke persamaan (9), kita akan mendapatkan fungsi permintaan AIDS dalam bentuk proporsi pengeluaran. i (p, ) = α i + ij log j + i j log( / ).....(12) Keterangan : X/P adalah pendapatan dibagi oleh indeks harga P. Indeks harga P didefinisikan sebagai berikut : log = α 0 + α k k log k * log kj k log j (13) k j Sehingga secara umum model permintaan AIDS adalah : ( ) ( ).(14) Persamaan (14) menyajikan fungsi permintaan yang konsisten jika memenuhi restriksi-restriksi berikut : Adding up omogenita n : α i =1, ij =0, i = (15) i=1 n i=1 n i=1 : ij =0.... (16) j Simetri : Y ij = Y ji... (17) Dari persamaan (14) dapat dilihat bahwa model AIDS merupakan model non linier akibat adanya penggunaan indeks harga P. Sehingga agar dapat diestimasi secara linier maka perlu dilakukan pendekatan terhadap nilai indeks P dengan mengeksploitasi hubungan kolinieritas antar harga, salah satunya adalah melalui penggunaan Indeks Stone (log *= Σi Wi log Pi), sehingga model AIDS menjadi : i (p, ) = α i + ij log j + i log ( * )....(18) j

38 20 Dengan catatan : α i * = α i - i log σ, apa ila = σ * Fungsi diatas dikenal dengan aproksimasi linier dari AIDS. 2.6 Penelitian Terdahulu Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa penelitian yang terkait dengan pola konsumsi, permintaan dan penggunaan model Almost Ideal Demand System (AIDS). Penelitian tersebut dijadikan bahan rujukan pada penelitian ini. Budiar (2000) melakukan penelitian tentang permintaan dan konsumsi sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan model AIDS, perhitungan nilai elastisitas, pembentukan harga agregat dan indeks stone. Variabel yang digunakan untuk mengetahui pola konsumsi berupa harga ikan, daging, telur, susu, dan pengeluaran. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu rata-rata pengeluaran total per kapita untuk sumber protein hewani rumah tangga di Pulau Jawa tahun 1999 adalah sebesar Rp 2.389,72 setiap bulannya. Kelompok daging dan ikan termasuk dalam komoditas superior dan bersifat elastis sedangkan kelompok telur dan susu bersifat inelastis dan memiliki hubungan komplementer satu dengan lainnya. Pratiwi (2002) melakukan penelitian tentang pola konsumsi daging dan telur di rumah tangga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis AIDS, analisis penduga/proyeksi konsumsi sebagai alat analisisnya. Variabel yang digunakan dalam model AIDS berupa harga kelompok daging, telur, dan pengeluaran total pangan hewani rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan pola konsumsi daerah pedesaan dengan proporsi konsumsi daging sebesar 15,588% dan telur 6,396% dan rata-rata konsumsi daging 9,242 kg/ kapita/tahun dan telur 11,418 kg/ kapita/tahun, sedangkan pola konsumsi daerah perkotaan dengan proporsi daging sebesar 22,142% dan telur 5,751% dan rata-rata konsumsi daging 18,28 kg/ kapita/tahun dan telur sebesar 14,207 kg/ kapita/tahun. Elastistas harga sendiri untuk komoditas daging dan telur bersifat inelastis, elastisitas harga silang bertanda negatif yang mengartikan bahwa daging dan telur memiliki hubungan komplementer, dan elastisitas pendapatan bertanda positif yang mengartikan bahwa daging dan telur adalah komoditas normal.

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DAN AYAM BURAS DI PROPINSI DKI JAKARTA : PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM DENGAN DATA SUSENAS 2005 SKRIPSI HILMA RAMDHIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 162 166 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H

POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H POLA KONSUMSI DAN KECUKUPAN PROTEIN HEWANI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKABUMI NINDYA SHINTA H14100010 ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP)

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP) Juni Trisnowati 1, Kim Budiwinarto 2 1) 2) Progdi Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI

ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI ANALISIS POLA KONSUMSI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI BERDASARKAN GOLONGAN PENDAPATAN DI KABUPATEN CIREBON RADEN HENI HINDAWATI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data rumah tangga, khususnya untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 137-148 137 PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG Rini Desfaryani 1, Sri Hartoyo 2, dan Lukytawati Anggraeni 2 1)Program

Lebih terperinci

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI PANGAN HEWANI PADA KONSUMEN RUMAHTANGGA DI KOTA PADANG Noni Novarista, Rahmat Syahni, Jafrinur Abstract: The objectives of this research were to determine: (1)

Lebih terperinci

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA Daru Wahyuni, Losina Purnastuti, & Mustofa Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: daruwahyuni@yahoo.co.id Abstrak: Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan ketergantungan

Lebih terperinci

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA A. Pengertian Pangan Asal Ternak Bila ditinjau dari sumber asalnya, maka bahan pangan hayati terdiri dari bahan pangan nabati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran

Lebih terperinci

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas Kim Budiwinarto * ) * ) Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah

PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah Dosen Pembimbing : Dr. Hamonangan Ritonga M.Sc. LATAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT SKRIPSI Disusun Oleh : VILIYAN INDAKA ARDHI 24010211140090 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA BARAT ENDAH NORA SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya

TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya 5 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya Dikemukakan oleh Maslow, pangan merupakan salah satu kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup (Sumarwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU

RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU RESPON PERMINTAAN IKAN DI PROVINSI RIAU Dinda Julia, Djaimi Bakce, Jumatri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085278262490; Email: dinda_agb08@yahoo.com ABSTRACT This research aim to analyze

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 3201023 ht tp :/ /w w w.b p s. go.i d Pola Pengeluaran dan Konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam (Worabai, 1997), daging sapi adalah sebagian hasil ternak yang hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam (Worabai, 1997), daging sapi adalah sebagian hasil ternak yang hampir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Arti Penting Daging Sapi Disain pembangunan sangat sentralistik dengan perlakuan yang sangat beragam terhadap keragaman yang ada di nusantara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991). 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi pangan yang bergizi tinggi sudah semakin baik. Kesadaran ini muncul dikarenakan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah adalah peternakan sapi perah. Tujuan utama dari upaya tersebut adalah meningkatkan kemampuan produksi susu sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi vii viii x xii xiii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia dikenal dengan istilah ayam ras dan ayam bukan ras. Dalam pengertian ayam ras menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Produk 2.1.1 Susu Kita mengenal beberapa bahan makanan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bagian-bagian yang sangat diperlukan (vital) untuk tubuh kita. Dalam

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN DOMESTIK DAGING SAPI INDONESIA SKRIPSI ADITYA HADIWIJOYO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADITYA HADIWIJOYO.

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori Teori Permintaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Hubungan antara jumlah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Factors which affecting the demand of beef in Special Region of Yogyakarta Anisa Haryati / 20130220035 Ir. Lestari Rahayu,

Lebih terperinci

TEORI ELASTISITAS. Tata Tachman

TEORI ELASTISITAS. Tata Tachman TEORI ELASTISITAS Hubungan sebab akibat berapa persen satu variable (y) berubah jika variable lain (x) berubah sebesar satu persen? Analisis sensitivitas atau elastisitas Angka elastisitas (koefisien elastisitas)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012

Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012 Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2014 Vol. 16 (3) ISSN 1907-1760 Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012 Price Trend Analysis of Animal

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR

ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR ANALISIS POLA KONSUMSI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN SERTA KETERKAITANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI PROPINSI BANTEN MUHARDI KAHAR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daging Sapi Daging berasal dari hewan ternak yang sudah disembelih. Daging tersusun dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan syaraf, pembuluh darah dan lemak. Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal (The Relationship of Social

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS

POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT BERBASIS KARBOHIDRAT DI KOTA BENGKULU: APLIKASI MODEL AIDS CARBOHYDRATE-BASED FOOD CONSUMPTION PATTERNS OF SOCIETY IN THE CITY OF BENGKULU Felycia Tiera Kencana, Ketut Sukiyono,

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Consumption Pattern of Social Forestry Farmer Household In West Lampung Regency) Asih Sulistyorini Uly Damora

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telur Ayam Ras Telur ayam adalah bahan makanan yang dikonsumsi berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi telur sebenarnya merupakan salah satu alternatif pemenuhan

Lebih terperinci

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN Pengantar Survei Konsumsi Pangan Tujuan Survei Konsumsi Pangan Metode berdasarkan Jenis Data yang diperoleh Metode berdasarkan Sasaran Pengamatan Neraca Bahan Makanan Pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (3): 81-87 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya Nanang Febrianto

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH HARAFANI IMANNANDA E10013238 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI

ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup, khususnya manusia pasti membutuhkan zat gizi sebagai penunjang kelancaran pertumbuhan dan perkembangan. Apabila zat gizi yang dibutuhkan tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PREDIKSI KONSUMSI SERTA PRODUKSI DAGING BROILER DI KOTA KENDARI PROPINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PERMINTAAN DAN PREDIKSI KONSUMSI SERTA PRODUKSI DAGING BROILER DI KOTA KENDARI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Buletin Peternakan Vol. 35(3):202-207, Oktober 2011 ISSN 0126-4400 ANALISIS PERMINTAAN DAN PREDIKSI KONSUMSI SERTA PRODUKSI DAGING BROILER DI KOTA KENDARI PROPINSI SULAWESI TENGGARA DEMAND AND CONSUMPTION

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan KATA PENGANTAR Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan setiap tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan yang

Lebih terperinci