HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Desa Pengempon dan desa Karangpule terletak di daerah pegunungan merupakan bagian dari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Mayoritas penduduk kedua desa tersebut berprofesi sebagai petani, buruh (tukang), sedangkan yang berprofesi sebagai pegawai negeri kurang dari 1% dari jumlah penduduk yang ada. Desa Pengemepon merupakan suatu desa dengan potensi sumberdaya pertanian yang cukup tinggi sehingga memungkinkan untuk dikembangkan sebagai sumber utama pendapatan penduduk. Desa Pengempon berjarak sekitar 10 km dari kota Kecamatan Sruweng ke utara, bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan kota dan ojek atau sepeda gunung.desa Karangpule juga merupakan desa dengan sumberdaya pertanian yang cukup tinggi. Desa Karangpule berjarak sekitar 5 km dari kota Kecamatan Sruweng ke arah utara, dapat dicapai dengan menggunakan angkutan kota, ojek sepeda motor atau sepeda gunung. Desa Pengempon berpenduduk 4606 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 2013 orang dan perempuan sebanyak 2593 orang, dengan jumlah KK 812. Jumlah penduduk Desa Karangpule sebanyak 2760 jiwa, terdiri atas laki-laki 1343 dan perempuan 1405, dengan jumlah KK 630. Secara umum karakteristik masyarakat kedua desa tersebut tidak jauh berbeda dalam hal aktivitas sehari-hari dan aktivitas sosial. Mata pencaharian penduduk kedua desa tersebut adalah petani, buruh pabrik genteng dan pertukangan. Perbedaaan terletak pada pembangunan infrastruktur jalan desa, di mana jalan Desa Karangpule 70% sudah diaspal dan dibeton, sedangkan jalan Desa Pengempon baru 50% yang sudah dibeton, itupun jalan yang berada di lereng-lereng gunung, adapun jalan yang ada di dataran rendah masih berupa jalan makadam. Menurut Kepala Desa Pengempon hal tersebut dilakukan karena selama ini masyarakat yang tinggal di pegunungan belum merasakan enaknya jalan yang mulus, sehingga pembangunan jalan di pegunungan diprioritaskan

2 terlebih dahulu, sedangkan pembangunan jalan yang ada di dataran rendah (datar) menyusul kemudian menunggu anggaran tahun berikutnya. Mayoritas penduduk di Desa Pengempon dan Desa Karangpule beragama Islam dengan persentase 99%. Sarana ibadah dan sarana pendidikan terdiri atas: masjid, musholah (langgar), dan Majlis Ta lim, Madrasyah Diniah yang berdiri di sekitar rumah penduduk. Sarana pendidikan formal yang terdapat di kedua desa tersebut adalah: Desa Pengempon terdapat SD/MI (madrasah ibtidaiyah), MTs/SMP, dan di Desa Karangpule hanya terdapat sekolah SD dan MI (Madrasah Ibtidaiyah). Mata Pencaharian Mata pencaharian utama penduduk kedua desa tersebut mayoritas menggantungkan pada sektor pertanian lahan kering. Komoditas yang dibudidayakan oleh penduduk kedua desa tersebut antara lain: padi, singkong, jagung, kelapa, jagung dan ubi-ubian. Di samping berprofesi sebagai petani, sebagian penduduk juga ada berprofesi pengrajin kayu skala industri rumah tangga, seperti membuat kusen, meubel, kursi, lemari dan lain sebagainya. Selain bertani dan bertukang masyarakat kedua desa tersebut juga mengembangkan kegiatan beternak seperti; beternak kambing, sapi, ayam dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Hasil yang diperoleh para peternak tidak saja berupa hewan ternak yang dapat dijual, tetapi juga mendapatkan manfaat lain berupa kotoran hewan ternak yang dibuat menjadi pupuk. Pemanfatan kotoran hewan sebagai pupuk kandang dapat mengurangi input modal petani dalam pembelian saprodi untuk usaha pertanian. Pupuk kandang tersebut dimanfaatkan oleh penduduk untuk menyuburkan tanaman yang ada di lahan/kebun. Sebagian penduduk di dua desa tersebut ada juga yang merantau ke luar kota, seperti ke Jakarta, Bandung, Semarang, Cirebon dan Yogyakarta bekerja sebagai buruh pabrik. Warga kedua desa yang merantau ke luar kota didominasi oleh penduduk yang berusia muda. Pada awal tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam hal ini Dinas Pertanian mempunyai program reboisasi di lahan-lahan kosong milik

3 masyarakat. Bibit tanaman yang diberikan kepada penduduk untuk ditanam di lahan-lahan mereka yang masih kosong antara lain : jati, albasia, mahoni, jenistri, sengon. Kebijakan tersebut diambil sebagai langkah untuk konservasi tanah dan mencegah terjadinya erosi. Setelah satu tahun program tersebut berjalan nampak lahan-lahan yang dulunya gundul berangsur-ansur terlihat menghijau. Keberhasilan program reboisasi tersebut di satu sisi mendatangkan manfaat secara ekologis bagi penyelematan lingkungan desa setampat, di sisi lain menurut tanggapan masyarakat justru merugikan mereka karena berdampak menurunnya hasil pertanian terutama jenis sayuran. Sayuran yang ditanam dengan memanfaatkan ruang tumbuh di antara tanaman kayu tidak dapat tumbuh optimal karena kekurangan sinar matahari akibat penanaman tanaman kayu yang terlalu rapat. Permasalahan tersebut sampai saat ini belum bisa teratasi, baik oleh pemerintah maupun petani itu sendiri. Masalah yang sampai saat ini belum bisa teratasi yaitu, tentang pembagian pupuk bersubsidi dari pemerintah. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah tetang pembagian distribusi pupuk bersubsidi, dimana setiap petani yang akan mendapatkan pupuk bersubsidi adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani (gapoktan). Kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian adalah sulitnya para petani untuk bergabung dalam wadah kelompok tani. Organisasi Desa Struktur pemerintahan desa di kedua desa penelitian terdiri atas: kepala desa atau disebut juga lurah dibantu sekretaris desa (carik) bertugas mengurus adminitrasi desa yang dibantu oleh stafnya seperti, bayan yang bertugas mengurusi masalah perpajakan, kaum yang bertugas mengatasi masalah-masalah keagamaan dan RT/RW yang manangani masalah sosial, pendataan penduduk dan pengurusan pembuatan KTP dan seterusnya. Di Desa Pengempon dan Desa Karangpule dalam satu minggu sekali terdapat pelayanan kesehatan (Puskesmas) dari Kecatamatan Sruweng. Pelayanan kesehatan masyarakat menggunakan kartu askeskin bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kartu askeskin dapat juga dimanfaatkan untuk berobat ke

4 rumah sakit. Kartu tersebut bermanfaat bagi penduduk terutama mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit daerah. Kartu askeskin dikeluarkan oleh pihak kecamatan setelah mendapat rekomendasi dari pemerintah desa. Organisasi keagamaan yang terdapat di Desa Pengempon dan Desa Karangpule adalah NU dan Pemuda Ansor yang didukung oleh para Ulama sepempat. Salah satu kegiatan rutin organisasi ini adalah pengajian selapanan atau setiap 38 di Musholla atau Masjid secara bergiliran. Pengajian ini biasanya di hadiri oleh berbagai kalangan Nahdiyyin tua muda, petugas desa dan mendatangkan Da i kondang, guna memberi nasehat-nesehat kepada hadirin. Organisasi keagamaan tersebut mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat desa menjadi lebih tenang dan damai dalam suasana kerukunan antar warga. Proses Pembuatan Oyek Untuk membuat oyek yang berkualitas dan bernilai jual tinggi ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan, adalah sebagai berikut: 1. Bahan (singkong) dikupas, dipotong-potong miring dan tipis. 2. Kemudian dicuci hingga bersih, lalu lakukan perendaman selama tiga hari tiga malam sampai membusuk. Tujuannya adalah untuk menghilangkan racun yang terdapat didalam singkong tersebut. 3. Diangkat dan dicuci kembali, lalu dilakukan penjemuran diterik mata hari selama dua sampai tiga hari hingga kering. 4. Rendam kembali selama satu malam/satu hari, diangkat lalu diperas dengan menggunakan alat tertentu untuk mengurangi kadar air. 5. Ditumbuk-tumbuk sampai hancur dengan menggunakan lesung dan alu (alat trasional) atau alat sejenis, lakukan pengayakan untuk memisahkan butiran yang kecil dan yang besar, 6. Tiriskan selama satu jam, kemudian butiran oyek tersebut siap untuk dikukus atau dimasak sampai matang, angkat lalu diamkan sampai selama satu hari agar butiran oyek tidak menggumpal. 7. Lakukan penjemuran kembali selama tiga hari atau sampai kering, tergantung pada terik mata hari.

5 8. Setelah kering butiran tersebut disimpan dengan menggunakan kantong plastik. Hal tersebut bertujuan agar beras oyek tersebut tidak berubah warna (warna putih ke kuning-kuningan). Menurut warga setempat tujuan penyimpanan dengan menggunakan kantong plastik, agar beras oyek tersebut dapat tahan lama dan tidak berubah warna dan rasanya, bahkan bisa bertahan sampai satu tahun. Informasi yang penulis peroleh dari masyarakat setempat, setiap 1 kg singkong akan menghasilkan ¼ kg beras oyek siap jual. Setiap keluarga rata-rata mampu memproduksi oyek tersebut 5-7 ton per musim. Waktu yang baik untuk memproduksi oyek tersebut yaitu pada musim kemarau, karena pada musim tersebut bahan baku (singkong) sudah siap untuk dipanen, dan juga panas matahari akan sempurna. Harga jual oyek yang berlaku di kedua desa tersebut adalah rata-rata Rp 2500,00/kg di tingkat pedagang desa dan Rp 3500,00/kg di tingkat pasar. Oyek di di samping sebagai komoditas perdagangan, juga dimanfaatkan oleh penduduk sebagai alat transaksi (barter) dengan berbagai jenis kebutuhan sehari-hari, misalnya minyak goreng, sayur-mayur, bahan-bahan makanan (sembako), dan lain-lain. Proses Pemasakan Oyek Proses memasak beras oyek menjadi bahan makanan yang siap saji cukup mudah. Proses tersebut adalah sebagai berikut: 1. Beras oyek dicuci sampai bersih 2. Ditiriskan kurang lebih 30 menit 3. Kemudian dikukus sampai matang (siap dihidangkan) Oyek yang sudah matang dapat dikonsumsi dengan dua macam cara. Pertama, dikonsumsi langsung tanpa dicampur dengan nasi, dan kedua dikonsumsi dengan cara dicampur dengan nasi. Proses pencampuran antara oyek dengan nasi dapat dilakukan dengan cara mengaduk kedua bahan makanan tersebut dalam satu wadah. Hal yang perlu dihindari adalah memasak dengan cara mencampur kedua bahan makanan tersebut dalam satu wadah, karena proses pematangan kedua

6 bahan makanan tersebut tidak sama. Bahan makanan oyek lebih cepat matang dibadingkan dengan nasi. Sehingga kalau dimasak secara bersama-sama dalam satu wadah, yang terjadi adalah seperti bubur. Hal tersebut disebabkan sifat oyek yang sangat lunak dan ketika dimasak hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit, sedangkan nasi memerlukan waktu sekitar 1 jam. Sehinga ketika dimasak secara bersamaan yang terjadi adalah oyeknya sudah matang tetapi nasinya belum. Cara yang baik adalah oyek dan nasi dimasak secara terpisah. Ketika nasi dan oyek sudah matang, kemudian baru kedua bahan makanan tersebut dicampur dengan cara diaduk-aduk. Adapun perbandingannya tergantung pada selera masyarakat bisa 1 : 1, 1 : 2, 1: 3, atau kebalikannya. Identifikasi Responden Tabel 9. Identifikasi Demografi (n = 100) No Faktor Demografi Kategori Persentase 1 Umur > Pekerjaan Pelajar 1 Wiraswasta 13 Petani 31 Buruh 49 PNS 6 3 Pendidikan SD 63 SMP 26 SMA 9 PT 2 4 Pendapatan < > Tabel 9 di atas memperlihatkan bahwa peubah umur, dari 100 responden yang mengkonsumsi nasi oyek didominasi oleh responden yang berusia di atas 50 tahun yaitu sebanyak 35 responden (35%). Sedangkan yang paling sedikit pada

7 umur tahun atau (12%). Peubah pekerjaan terdapat 49 responden (49%) sebagai pekerja buruh. Peubah pendidikan terdapat 63 responden (63%) yang berpendidikan SD. Terdapat 41 responden (41%) yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp Hanya terdapat 1 responden (1%) yang mempunyai pendapatan di atas Rp (Mak ). Tabel 10. Identifikasi Peubah Sosial Budaya (n = 100) No Faktor Sosial Budaya Kategori Persentase 1 Kerukunan Tidak Setuju 2 Setuju 59 Sangat Setuju 39 2 Adat-istiadat Tidak Setuju 6 Setuju 68 Sangat Setuju 26 3 Pengajian Setuju 24 Sangat Setuju 76 4 Kesediaan oyek dalam Sangat Tidak Setuju 16 upacara Tidak Setuju 61 Setuju 16 5 Kebiasaan makan oyek warisan nenek moyang Sangat Setuju 7 Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 7 Setuju 91 Tabel 10 terlihat bahwa terdapat 59 responden (59%) yang menjawab setuju, bahwa kerukunan antar umat beragama, etnis perlu dijaga. Hanya 2 responden (2%) yang menjawab tidak setuju. Terdapat 68 responden (68%) yang menjawab bahwa, adat istiadat perlu dilestarikan, dan terdapat 6 responden (6%) yang menjawab tidak setuju. Peubah pengajian terdapat 76 responden (76%) yang mengatakan sangat setuju dilaksanakannya kegiatan pengajian. Peubah ketersediaan oyek dalam upacara, terdapat 61 responden (61%) yang menyatakan tidak setuju jika makanan oyek dihidangkan pada upacara-upacara tertentu di desa. Peubah kebiasaan makan oyek sebagai warisan nenek moyang, terdapat 91 responden (91%) yang menyatakan setuju oyek sebagai warisan nenek moyang,

8 Tabel 11. Identifikasi Peubah Ekonomi (n = 100) No Faktor Ekonomi Kategori Persentase 1 Kecukupan ladang Tidak mencukupi 50 Mencukupi 49 Sangat mencukupi 1 2 Jenis tanah Tanah kering 73 Tanah dataran rendah 18 Tanah pekarangan 9 3 Luas tanah >1 ha 88 1 ha 9 1,5 ha 2 2 ha 1 4 Kepemilikan Milik sendiri 87 Bagi hasil 11 Sewa 2 5 Tanah kering Tidak mencukupi 79 Mencukupi 20 Sangat mencukupi 1 6 Sawah Tidak mencukupi 46 Mencukupi 52 Sangat mencukupi 2 7 Dataran rendah Tidak mencukupi 78 Mencukupi 15 Sangat mencukupi 7 Tabel 11 di atas terlihat bahwa terdapat 50 responden (50%) yang mengatakan bahwa ladang yang mereka miliki tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga. Satu responden (1%) yang mengatakan dari hasil ladang yang mereka miliki sangat mencukupi untuk menghidupi keluarganya. Terdapat 73 responden (73%) yang mempunyai jenis tanah berupa tanah kering, dan terdapat 9 responden (9%) yang mempunyai jenis tanah berupa pekarangan. Terdapat 88 responden (88%) yang mempunyai luas tanah kurang dari 1 ha, dan hanya 1 responden (1%) yang mempunyai tanah lebih dari 2 ha atau lebih (maksimal 5 Ha). Terdapat 87 responden (87%) dalam hal kepemilikan lahan, dan hanya 2 responden (2%) lahannya menyewa dari orang lain. Ada 52 responden (52%) yang mengatakan bahwa hasil dari sawah mencukupi untuk menghidupi keluarga, dan terdapat 2 responden (2%) yang mangatakan bahwa hasil sawah sangat mencukupi untuk menghidupi keluarganya. Ada 78 responden (78%) yang mempunyai lahan dataran rendah tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga, dan terdapat 7 responden (7%) mengatakan hasilnya sangat mencukupi.

9 Tabel 12. Identifikasi Peubah Pola Pertanian (n = 100) No Faktor Pola Pertanian Kategori Persentase 1 Pola Tanam Tumpangsari 81 Monokultur 19 2 Jenis Tanaman Padi 46 Ubi kayu, jagung, kedelai, kacang panjang, dll 33 Kelapa, pisang, rambutan, 21 papaya, sirsak, dll 3 Berapa kali panen 1 kali/th 39 2 kali/th 59 3 kali/th 2 4 Gudang Ya 94 Tidak 6 5 Alat teknologi Tradisional 81 Modern 19 Tabel 12 memperlihatkan bahwa terdapat 81 responden (81%) yang mengatakan bahwa sistem pola tanam berupa tumpang sari, dan terdapat 19 responden (19%) yang mengatakan pola tanam monokultur. Pola tumpangsari yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di lokasi penelitian merupakan bentuk pemanfaatan lahan secara optimal untuk memperoleh hasil secara berkesinambungan. Pola tersebut berdampak pada kontinuitas pendapatan yang diperoleh masyarakat dari sektor pertanian. Terdapat 46 responden (46%) yang mengatakan bahwa jenis tanaman yang mereka tanam berupan padi, dan 21 responden (21%) yang menanam kelapa, pisang dan lain-lain. Sebanyak 59 responden (59%) yang mengalami masa panen 2 kali/tahun, dan 2 responden (2%) yang mengalami panen 3 kali/tahun. Sebanyak 94 responden (94%) mengatakan bahwa hasil ladang, sawah, pekarangan sudah dapat menghidupi keluarga. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pola pertanian di lokasi penelitian masih bersifat subsisten, sehingga hasilnya lebih banyak untuk dikonsumsi sendiri dibandingkan dijual. Pola pertanian yang subsisten merupakan pola pertanian sebagian besar petani dengan tingkat kepemilikan lahan yang tidak terlalu luas. Terdapat 81 responden (81%) yang mangatakan alat yang digunakan berupa alat tradisional, dan terdapat 19 responden (19%) yang menggunakan alat modern.

10 Tabel 13. Identifikasi Peubah Lingkungan (n = 100) No Faktor Lingkungan Kategori Persentase 1 Hubungan tetangga Kadang-Kadang 6 Selalu 94 2 Menjaga lingkungan Kadang- 6 Kadang Selalu 94 3 Menjaga hewan Tidak pernah 3 Kadang-kadang 31 Selalu 66 4 Nasihat ke anak 1,2,3 Kadang- 12 Kadang Selalu 88 5 Keterlibatan warga Tidak pernah 2 Kadang-kadang 12 Selalu 86 Tabel 13 di atas terlihat bahwa terdapat 94 responden (94%) mengatakan selalu berhubungan baik dengan tetangganya, dan terdapat 6 responden (6%) yang kadang-kadang berhubungan baik dengan tetangganya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat di lokasi penelitian relatif berjalan damai, rukun, dan terjalin interaksi sosial yang baik antar sesama warga. Pola hubungan antar warga terjalin dalam semangat kebersamaan dan solidaritas sejalan dengan sistem nilai dan norma yang berlaku. Hubungan antar warga merupakan salah satu modal sosial yang dapat dikembangkan untuk berbagai aktivitas warga masyarakat yang lebih produktif. Terdapat 94 responden (94%) menjawab selalu menjaga lingkungan, dan hanya 6 responden (6%) yang mengatakan kadang-kadang menjaga lingkungan. Terdapat 66 responden (66%) yang selalu menjaga hewan yang hidup di alam sekitar, dan hanya 3 responden (3%) yang mengatakan tidak pernah. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara lingkungan masih cukup baik. Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan merupakan salah satu kearifan tradisional untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Sebanyak 88 responden (88%) yang selalu memberi nasehat kepada anaknya untuk pertanyaan 1,2,3, dan 12 responden (12%) yang kadang-kadang memberi nasehat kepada anaknya. Terdapat 86 responden (86%) yang berpartisipasi dalam menjaga lingkungan, dan hanya 2 responden (2%) yang tidak pernah menjaga lingkungan.

11 Tabel 14. Identifikasi Peubah Makanan Selingan (n = 100) No Faktor Makanan Selingan Kategori Persentase 1 Jajanan Singkong rebus, goreng 54 Ubi jalan rebus, goreng, kerupuk singkong, lanting, dll 17 Lapis, pipis, lemper, 29 pisang, dll 2 Frekuensi Setiap hari 25 1 kali/ minggu 51 1 kali/bulan 24 3 Asal Buatan sendiri 48 Pasar/warung 52 4 Jajanan dalam upacara Selalu tersedia 21 Tidak tersedia 42 Kadang-kadang 37 5 Peran makanan tradisional Setuju 66 mengurangi ketergantungan Sangat setuju 27 pada beras Tidak setuju 7 Tabel 14 memperlihatkan terdapat 54 responden (54%) yang mengkonsumsi jajanan berupa singkong direbus atau digoreng, 17 responden (17%) mengkonsumsi jenis jajanan berupa ubi jalar, kerupuk dan lain-lain. Kondisi tersebut mengungkapkan bahwa pola makanan selingan masyarakat di lokasi penelitian berkaitan dengan pola pemanfaatan sumberdaya lahan di desa tersebut. Pola pemanfaatan lahan-lahan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman ubiubian, pisang, dan tanaman jangka pendek lainnya merupakan strategi yang dikembangkan masyarakat desa untuk memperoleh bahan makanan tambahan yang hasilnya bisa dikonsumsi sendiri ataupun dijual untuk memperoleh tambahan penghasilan. Sebanyak 51 responden (51%) mengatakan seminggu sekali dalam mengkonsumsi jajanan tersebut, dan 25 responden (25%) yang mengkonsumsi setiap hari. Terdapat 52 responden (52%) jajanan tersebut merupakan buatan sendiri, dan 48 responden (48%) mengatakan bahwa jajanan tersebut berasal dari pasar/warung (membeli). Makanan selingan berupa makanan tradisional yang berbahan dasar hasil pertanian setempat merupakan kebutuhan pelengkap bagi masyarakat desa di lokasi penelitian. Hal ini memperlihatkan bahwa di samping terpenuhinya kebutuhan makanan pokok, masyarakat juga memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan makanan selingan sebagai

12 pelengkap dalam kehidupan sehari-hari. Sebanyak 42 responden (42%) mengatakan bahwa setiap ada upacara tertentu jajanan tersebut tidak tersedia, dan 21 responden (21%) mengatakan selalu tersedia jajanan tersebut pada upacara tertentu. Terdapat 66 responden (66%) mengatakan setuju, peran makanan tradisional bisa mengurangi ketergantungan pada beras, dan 7 responden (7%) mengatakan tidak setuju, bahwa peran makanan tradisional bisa mengurangi ketergantungan pada beras. Makanan selingan dengan bahan baku non beras yang dikonsumsi masyarakat merupakan salah satu alternatif yang dapat terus dikembangkan untuk mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat pada beras. Kondisi ini dapat meningkatkan daya tahan masyarakat sewaktu-waktu terjadi krisis pangan karena persediaan beras yang menipis. Identifikasi Hubungan Kebiasaan Makan Oyek Hubungan peubah-peubah penelitian secara garis besar mencangkup empat peubah. Pertama peubah komsumsi oyek ada tiga sub pertanyaan yaitu, konsumsi oyek masa panen, meliputi setiap hari, 2-3 kali/minggu, dan tidak sama sekali. Konsumsi oyek masa paceklik, meliputi setiap hari, 2-3 kali/minggu, tidak sama sekali, dan konsumsi pada musim biasa, meliputi setiap hari, 2-3 kali/minggu, tidak sama sekali. Kedua peubah perbandingan antara beras dan oyek ada tiga sub pertanyaan yaitu, perbandingan beras dengan oyek pada masa panen, meliputi: 1 (beras) berbanding 0 (oyek), 3 (beras) berbanding 1 (oyek), 2 (beras) berbanding 1 (oyek), 1 (beras) berbanding 1 (oyek). Perbandingan beras dengan oyek pada masa biasa meliputi: 3 (beras) berbanding 1 (oyek), 2 (beras) berbanding 1 (oyek), 1(beras) berbanding 1 (oyek), 1 (beras) berbanding 0 (oyek). Perbandingan beras dengan oyek pada masa paceklik, meliputi: 3 (beras) berbanding 1 (oyek), 2 (beras) berbanding 1 (oyek), 1(beras) berbanding 1 (oyek), 1 (beras) berbanding 0 (oyek). Ketiga terdapat satu pertanyaan yaitu peubah alasan mengkonsumsi oyek, meliputi: enak rasanya, mudah pengolahannya, dan murah harganya. Keempat peubah menu lauk-pauk ada dua sub pertanyaan yaitu, menu oyek lauk sayur, meliputi: tiap hari, satu kali seminggu, satu kali sebulan. Menu lauk daging, meliputi: tiap hari, satu kali seminggu, satu kali sebulan.

13 Analisis hubungan menggunakan Chi-Square. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Identifikasi Kebiasaan Makan Oyek Dicampur Nasi (n = 100) No Peubah Kebiasaan Makan Oyek Kategori Pengempon Desa Karangpule 1 Konsumsi oyek masa panen Setiap hari kali/minggu Tidak sama sekali Konsumsi oyek masa Setiap hari peceklik kali/minggu Tidak sama sekali Konsumsi oyek musim biasa Setiap hari kali/minggu Tidak sama sekali Perbandingan beras oyek A panen 5 Perbandingan beras oyek B biasa 6 Perbandingan beras oyek C peceklik 1: : : : : : : : : : : : Alasan mengkonsumsi oyek Enak rasanya Mudah pengolahannya 4 4 Murah harganya Menu Oyek lauk sayur Tiap hari Seminggu sekali Sebulan sekali Menu Oyek lauk daging Tiap hari 2 0 Seminggu sekali 12 4 Sebulan sekali x 2 P ** * * * * Keterangan: **Hubungan sangat nyata pada alfa P < 0.01, * Nyata paada alfa P < 0.05 Tabel 15 memperlihatkan hubungan peubah konsumsi pada masa panen dengan kebiasaan makan oyek di dua desa sangat nyata pada alfa 0.003, nilai Chi- Square sebesar Pada masa paceklik berhubungan nyata pada alfa 0.054,

14 dengan nilai Chi-Square Pada musim biasa berhubungan tidak nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square sebesar Peubah perbandingan antara beras dengan kebiasaan makan oyek pada masa panen berhubungan nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square Pada musim biasa berhubungan nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square 7.656, sedangkan pada musim paceklik berhubungan tidak nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square Peubah alasan mengkonsumsi oyek dengan kebiasaan makan oyek berhubungan tidak nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square Hubungan peubah menu lauk sayur dengan kebiasaan makan oyek di dua desa tersebut tidak nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square 1.143, menu oyek lauk daging dengan kebiasaan makan oyek berhubungan nyata pada alfa dengan nilai Chi-Square Berbeda nyata pada peubah konsumsi masa panen, masa paceklik dan masa biasa, perbandingan beras dengan oyek pada musim panen, musim paceklik dan musim biasa, peubah alasan mengkonsumsi oyek dan peubah menu lauk daging. Sedangkan yang berbeda tidak nyata adalah peubah menu lauk sayur. Analisis Hubungan antar Peubah Analisis hubungan ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana keeratan hubungan antara peubah demografi, sosial budaya, ekonomi, pertanian, lingkungan dan peubah makanan selingan. Dengan menggunakan rumus Koefisien Rank Spearman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 sampai Tabel 16. Tabel 16. Hubungan Demografi Dengan Kebiasaan Makan Oyek No Faktor Demografi Pengempon Desa Karangpule Total 1 Umur * 2 Pekerjaan ** 3 Pendidikan * Keterangan: **Hubungan sangat nyata pada alfa P < 0.01, * Nyata pada alfa P < p

15 Hipotesis yang menyatakan kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor demografi diterima. Tabel 16 memperlihatkan sub peubah umur berhubungan nyata dengan kebiasaan makan oyek pada alfa 0.04, dengan nilai korelasi negatif, artinya makin tinggi umur responden makin rendah intensitas kebiasaan makan oyek di dua desa tersebut. Peubah pekerjaan berhubungan sangat nyata dengan kebiasaan makan oyek sangat nyata pada alfa 0.00, dengan nilai korelasi negatif, artinya makin banyak curahan waktu yang digunakan oleh penduduk untuk berbagai aktivitas produktif, menyebabkan tingkat kebutuhan akan asupan gizi dan sumber makanan pokok semakin meningkat. Hal ini menyebabkan mereka mencari sumber bahan makanan selain oyek untuk dikonsumsi sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang dimanfaatkan dalam menjalankan pekerjaan. Peubah pendidikan berhubungan sangat nyata negatif dengan kebiasaan makan oyek pada taraf alfa Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin rendah pula intensitas kebiasaan makan oyek. Pendidikan merupakan proses perubahan perilaku masyarakat. Semakin tinggi pendidikan penduduk, berarti mereka memiliki peluang dan kesempatan yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran. Kondisi ini secara tidak langsung dapat mengubah perilaku penduduk menyangkut pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk diduga berhubungan dengan pemahamannya tentang perlunya strategi ketahanan pangan penduduk dengan diversifikasi bahan makanan pokok. Tabel 17. Hubungan Sosial Budaya dengan Kebiasaan Makan Oyek Desa No Faktor Sosial Budaya Total Pengempon Karangpule P 1 Kerukunan Adat Istiadat Pengajian Ketersediaan oyek dlm upacara Makan oyek warisan nenek 5 moyang Keterangan: **Hubungan sangat nyata pada alfa P < * Nyata pada alfa P < 0.05 Hipotesis yang mengatakan kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor sosial budaya ditolak. Tabel 17 di atas

16 memperlihatkan peubah sosial budaya yang meliputi; kerukunan, adat istiadat, pengajian, ketersediaan oyek dalam upacara tertentu, dan oyek warisan nenekmoyang, berhubungan tidak nyata dengan kebiasaan makan oyek. Peubah adat istiadat dan pengajian di dua desa tersebut memiliki nilai korelasi negatif, dan peubah makan oyek warisan nenek moyang memiliki nilai korelasi negatif, dan hubungannya tidak nyata. Masyarakat berpendapat bahwa ketersediaan makanan oyek pada acara tertentu seperti; acara adat istiadat, pengajian, upacara-upacara tertentu, tidak pantas untuk disajikan, karena oyek merupakan makanan yang biasa dikonsumsi pada tingkat rumah tangga. Kenyataan tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk resistensi masyarakat akan kehadiran makanan oyek pada acara-acara yang menurut pandangan masyarakat cukup sakral. Artinya, makanan oyek masih dipandang sebagai makanan bernilai rendah dan tidak layak untuk dihidangkan dalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak di desa dan cukup dikonsumsi pada skala rumah tangga. Sebagai salah satu makanan tradisional, oyek belum mendapatkan posisi yang layak sebagai salah satu bentuk hidangan pada upacara-upacara di desa. Upacara-upacara di desa biasanya melibatkan seluruh warga masyarakat termasuk aparat desa dan tokoh masyarakat. Kehadiran orang-orang yang menduduki posisi penting dalam struktur masyarakat desa merupakan faktor pembatas tidak dihidangkannya oyek sebagai salah satu hidangan pelengkap upacara tersebut. Tabel 18. Hubungan Ekonomi Dengan Kebiasaan Makan Oyek Desa Total No Faktor Ekonomi Pengempon Karangpule P 1 Kecukupan ladang Luas tanah Kepemilikan Tanah kering Sawah Tanah dataran rendah Pendapatan * Keterangan: **Hubungan sangat nyata pada alfa P < * Nyata pada alfa P < 0.05

17 Hipotesis yang menyatakan bahwa kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor ekonomi diterima. Tabel 18 memperlihatkan peubah ekonomi yang meliputi: Peubah pendapatan berhubungan nyata dengan kebiasaan makan oyek pada taraf alfa dengan nilai korelasi negatif. Semakin tinggi pendapatan penduduk semakin menurun pula kebiasaan makanan oyek. Tingkat pendapatan penduduk berkaitan dengan tinggi rendahnya sumberdaya uang yang dimiliki penduduk tersebut. Semakin tinggi pendapatan berarti pemasukan keuangan juga semakin besar. Pola pemanfaatan uang oleh penduduk berkaitan dengan pola pemenuhan kebutuhan primer menyangkut sandang, pangan, dan papan penduduk. Pendapatan yang diperoleh oleh penduduk di kedua desa tersebut biasa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain : 1) memenuhi kebutuhan sehari-hari, 2) investasi rumah tangga, 3) keperluan musim tanam berikutnya, dan 4) kebutuhan jangka panjang. Banyaknya kebutuhan rumah tangga yang harus dipenuhi menyebabkan pola hidup penduduk tidak konsumtif. Pola hidup yang tidak konsumtif menyebabkan penduduk masih tetap mengkonsumsi oyek, karena pendapatan keluarga lebih dialokasikan untuk berbagai keperluan produktif. sub peubah kecukupan ladang, luas tanah, kepemilikan, tanah kering, sawah, dan tanah dataran rendah berhubungan tidak nyata dengan kebiasaan masyarakat makan nasi oyek. Sub peubah kecukupan ladang dan luas tanah berhubungan tidak nyata dengan kebiasaan masyarakat makan nasi oyek dengan nilai korelasi negatif. Artinya semakin sedikit ladang yang dimiliki oleh masyarakat dan semakin sempit luas tanah yang dimiliki masyarakat, maka intensitas kebiasaan makan oyek semakin tinggi. Hal tersebut terjadi karena masyarakat ke dua desa tersebut masih berada di bawah garis kemiskinan. Asumsi tersebut diperkuat dengan rata-rata kepemilikan lahan masyarakat yang sempit, dan pola pertanian tadah hujan. Kepemilikan lahan yang sempit dan pola pertanian tadah hujan berimplikasi pada rendahnya hasil pertanian sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat. Rendahnya pendapatan masyarakat berakibat pada rendahnya daya beli masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan masyarakat di lokasi penelitian menyikapi hal tersebut adalah dengan mengkonsumsi makanan oyek sebagai makanan pokok.

18 Oyek dijadikan sebagai salah satu bahan makanan untuk pemenuhan kebutuhan primer masyarakat akan pangan dalam kondisi yang serba terbatas. Kondisi ini dilakukan untuk menjaga agar masyarakat tetap survive dan strategi untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa masyarakat cukup memiliki ketahanan pangan sehingga dapat memunculkan sikap kemandirian pangan masyarakat dan mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat pada beras. Oyek merupakan bahan makanan alternatif selain beras untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Oyek sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Pengempon dan Desa karangpule. Tabel 19. Hubungan Lingkungan dengan Kebiasaan Makan Oyek Desa No Faktor Lingkungan Total Pengempon Karangpule P 1 Hubungan tetangga Menjaga lingkungan Menjaga hewan Nasehat ke anak dari indikator Keterlibatan warga Keterangan: **Hubungan sangat nyata pada alfa P < 0.01 * nyata pada alfa P < 0.05 Hipotesis yang menyatakan bahwa kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor lingkungan ditolak. Tabel 19 memperlihatkan kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan tidak nyata dengan faktor lingkungan. Nilai korelasi untuk peubah hubungan tetangga, menjaga lingkungan, menjaga hewan dan keterlibatan warga di Desa Pengempon adalah negatif. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tingkat kemajuan masyarakat berkorelasi negatif dengan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi oyek. Semakin maju masyarakat maka semakin berkurang intensitasnya mengkonsumsi oyek, atau dengan kata lain semakin kurang maju suatu masyarakat maka semakin sering mengkonsumsi oyek.

19 Peubah menjaga lingkungan berhubungan tidak nyata positif.dengan kebiasaan makan oyek masyarakat Desa Karangpule. Artinya masyarakat di desa Pengempon masih tradisional sehingga masih mempertahankan tradisi makanan yang ada, di samping itu makanan oyek merupakan makanan yang murah dan mudah. Sedangkan di desa Karangpule masyarakatnya sudah jauh lebih maju, sehingga tingkat pemahamannya jauh lebih baik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat mengkonsumsi oyek sejalan dengan kondisi kehidupan masyarakat tersebut. Semakin maju suatu masyarakat, maka semakin meninggalkan kebiasaan makan makanan oyek. Makanan oyek sebagai salah satu makanan tradisional lama kelamaan dapat menghilang dari kehidupan masyarakat sejalan dengan berbagai perubahan dan kemajuan yang terjadi. Tabel 20. Hubungan Pola Pertanian dengan Kebiasaan Makan Oyek Desa No Faktor Pola Pertanian Pengempon Karangpule Total P 1 Pola tanam ** 2 Jenis tanaman Berapa kali panen Gudang Alat teknologi * Keterangan: **Hubungan sangat Nyata pada alfa P < 0.01 * Nyata paada alfa P < Hipotesis yang menyatakan bahwa kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor pola pertanian ditolak. Tabel 20 memperlihatkan hubungan antara pola pertanian dengan kebiasaan makan oyek mempunyai hubungan sangat nyata antara lain pola tanam pada alfa 0.00, dan alat teknologi mempunyai hubungan nyata pada taraf alfa Sedangkan peubah jenis tanaman, berapa kali panen, gudang lumbung berhubungan tidak nyata dengan kebiasaan makan oyek. Jadi makin banyak jenis tanaman semakin rendah intensitas kebiasaan makan oyek. Lahan merupakan sumberdaya produksi bagi petani yang menghasilkan berbagai bentuk hasil pertanian.

20 Semakin banyak jenis tanaman yang ditanam, maka semakin banyak pula sumber pendapatan bagi petani dari berbagai komoditas hasil pertanian. Banyaknya jenis komoditas yang dipanen berkorelasi dengan pendapatan petani yang semakin banyak. Semakin banyak pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani baik sawah maupun lahan kering akan meningkatkan daya beli petani. Kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan menunjukkan tingkat kesejahteraan petani. Untuk peubah alat teknologi berhubungan nyata dengan nilai korelasi positif. Artinya, semakin modern alat teknologi yang di gunakan maka semakin tinggi intensitas kebiasaan makan oyek masyarakat di dua desa tersebut. Penggunaan alat-alat pertanian yang lebih modern merupakan pilihan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sarana produksi pertanian, walaupun dengan konsekuensi meningginya input produksi yang harus dikeluarkan petani. Tingginya input produksi menyangkut modal usahatani berdampak pada output yang diperoleh petani semakin berkurang. Sehingga untuk mengelola output (pendapatan) petani yang terbatas, sementara kebutuhan hidup semakin meningkat maka salah satu cara yang dilakukan adalah penghematan pengeluaran bagi keluarga petani. Konsumsi oyek dengan intensitas yang cukup tinggi merupakan cara yang ditempuh oleh masyarakat (petani) untuk menghemat pengeluaran rutin rumah tangga. Tabel. 21. Hubungan Makanan Selingan dengan Kebiasaan Makan Oyek Desa No Faktor Makanan Selingan Pengempon Karangpule Total P 1 Jenis jajanan Frekuensi Asal jajanan Jajanan dalam upacara Peran Keterangan: **Hubungan sangat Nyata pada alfa P < 0.01 * Nyata paada alfa P < Hipotesis yang menyatakan bahwa kebiasaan masyarakat makan nasi oyek berhubungan nyata dengan faktor makanan selingan ditolak. Tabel 21

21 memperlihatkan hubungan peubah makanan selingan dengan kebiasaan makan oyek yang meliputi: jenis jajanan, frekuensi, asal jajanan, jajanan dalam upacara dan peranan, berhubungan tidak nyata. Untuk peubah frekuensi di Desa Pengempon nilai korelasinya negatif, sedangkan di Desa Karangpule nilai korelasinya positif, begitu juga peubah asal jajanan di Desa Pengempon nilainya negatif, sebaliknya di desa Karangpule positif. Untuk peubah jajanan dalam upacara di dua desa tersebut nilai korelasinya negatif, artinya; makin banyak jajanan yang tersedia pada upacara-upacara tertentu semakin sedikit intensitas kebiasaan makan oyek. Jadi kebiasaan masyarakat makan oyek tidak dipengaruhi oleh peubah makanan selingan. Makanan selingan merupakan makanan pelengkap dari kebutuhan makan sehari-hari. Makanan selingan bukan merupakan makanan pokok karena bersifat komplementer. Makanan selingan dikonsumsi masyarakat di antara waktu makan atau waktu senggang dan bersifat temporer atau sewaktu-waktu. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi nasi oyek berhubungan dengan faktor demografi yang terdiri atas sub peubah umur, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Di samping, itu sub peubah pola tanam dan alat teknologi pada peubah pola pertanian berhubungan nyata dengan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi nasi oyek.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS 92 BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS Kelembagaan menurut Uphoff (1993) dikutip Soekanto (2009) adalah seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu dengan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya beraneka ragam Jajanan Pasar merupakan kue tradisional beserta modifikasinya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008. A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Gambaran Umum Desa Pucuk Letak Daerah dan Keadaan Alam Desa Pucuk terletak di Kecamatan Dawarblandong

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Gambaran Kelurahan Cikaret Kelurahan Cikaret merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan 96 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci