KAUSALITAS JUMLAH UANG (M1) DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN
|
|
- Siska Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAUSALITAS JUMLAH UANG (M1) DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Gunung Rinjani Selong, Lombok Timur Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kausalitas jumlah dengan ekonomi di Indonesia periode Variabel penelitian digunakan jumlah (M1) ekonomi di proksi ke PDBriil harga konstan tahun Menggunakan data skunder bentuk tahunan. Alat analisis digunakan penelitian ini adalah kausalitas Granger 1969 hasilnya menyimpulkan terjadi hubungan satu arah antara jumlah ke ekonomi dimana jumlah dapat ekonomi di indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fstatistik=4,52362>Ftabel=3,49. Hal ini disebabkan faktor perilaku stabil selama periode penelitian sehingga dapat memudahkan bank sentral menentukan besarnya target ekonomi direncanakan. Kata kunci : Jumlah (M1), Pertumbuhan ekonomi kausalitas Granger. Abstract This study aimed to analyze the causality of the money supply to economic growth in Indonesia period Research variables used in the money supply (M1) and economic growth in the proxy to PDB real constant prices of Using secondary data in the form of annual. Analyzer used in this research is the result concluded in 1969 Granger causality happens one-way relationship between the money supply to economic growth in which the money supply can affect economic growth in Indonesia. It can be seen from the value F statistic = > F table = This is due to behavioral factors of money supply stable during the study period so as to facilitate the central bank in determining the magnitude of the planned economic growth target. Keywords: The money supply (M1), economic growth and Granger causality. PENDAHULUAN Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Uang memiliki peranan strategis perekonomian terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa adalah suatu dapat diterima umum sebagai alat pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung sebagai alat penyimpan kekayaan. Hadirnya sistem perekonomian akan perekonomian suatu negaara, biasanya berkaitan dengan kebijakankebijakan moneter. Pada umumnya analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas ukuran. Samuelson mengatakan bahwa banyak ekonom percaya bahwa perubahan jumlah jangka panjang terutama akan 48
2 menghasilkan tingkat harga, segkan dampaknya terhadapa output real, adalah sedikit atau bahkan tidak ada. Perdebatan mengenai peranan perekonomian telah menjadi isu krusial antara aliran Monetaris Keynesian. Menurut aliran Monetaris, memiliki peranan penting mendorong ekonomi. Sebaliknya Keynes, Aliran Keynes mengatakan tidak memiliki peranan penting mendorong ekonomi, menurut keynes justru ekonomi memainkan peranan penting mendorong. Di sisi lain perubahan ekonomi sebagian besar disebabkan oleh faktor struktural (Husain Rashid, 2006: 1). Munculnya perbedaan pangan tersebut telah mendorong para ekonom diberbagai negara untuk menguji kebenarannya. Sims (1972: ) mengatakan bahwa memiliki peranan penting ekonomi. Hal ini dibuktikan penelitiannya menggunakan pendekatan Grenger diaaplikasikan pada data U.S menguji hubungan antara dengan ekonomi. Hasil penelitiannya menemukan bukti aya hubungan satu arah dari ke ekonomi seperti di klaim oleh aliran Monetaris. Willian dkk (1976: ) menerapkan prosedur Sims di Inggris. Hasil temuannya membuktikan aya hubungan satu arah dari ekonomi ke seperti ditemukan Sims (1972). Khan Sidiqui (1990: ) menemukan aya hubungan kausalitas satu arah dari ekonomi ke jumlah. Namun demikian, hasil studi dilakukan oleh para ekonom tersebut tidak memberikan hasil studi konsisten memuaskan. Hal ini karena hasil studi mereka menunjukkan bahwa velocity selalu berubah-ubah. Pada suatu periode velocity stabil dapat diprediksi, pada periode lain tidak stabil. Disamping itu terdapat perbedaan pendekatan analisis, spesifikasi model observasi lokasi penelitian dipilih. Konfigurasi perkembangan selalu dihadapkan pada problema dikotomi. Yakni, ketika jumlah rendah, konsekuensinya terhadap kegiatan ekonomi menjadi menurun. Disisi lain, jika jumlah berlebihan akan memicu kenaikan harga-harga (inflasi) akhirnya akan mengganggu ekonomi. Hal sama juga diungkapkan oleh Warjiyo (2003:1) mengatakan bahwa jumlah berlebihan dapat mendorong kenaikan harga melebihi tingkat diharapkan sehingga jangka panjang akan mengaganggu ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Kenaikan harga menyebabkan investor cendrung melakukan investasi finansial jangka pendek bersifat spekulatif dari pada melakukan investasi proyek riil bersifat produktif. Disamping itu, tingkat harga tinggi juga cermin dari ketidakpastian nilai menyebabkan tingginya premi risiko (risk premium) di pasar kean mengakibatkan passar kean menjadi tidak efisien. Dalam kondisi demikian, tinggi berpluktuattif merupakan faktor secara signifikan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian seperti tercermin dari tingginya volatilitas nilai tukar, tidak stabilnya pasar kean, serta tingginya sensitivitas aliran modal. Fenomena tersebut pernah dialami oleh perekonomian Indonesia, dimana turunnya harga minyak dunia dipasar internasional sekitar tahun 1980an telah menyebabkan penerimaan negara berkurang. Akibatnya ekspansi menjadi menurun, programprogram pembangunan ekonomi telah direncanakan menjadi terhambat padahal pembangunan ekonomi pada periode tersebut sebagian berasal dari penerimaan sektor minyak. Hal ini ditunjukkan tabel berikut ini : 49
3 Tabel 1.1 Indikator Makroekonomi Indonesia Tahun Rata-rata Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi M1 (%) (%) ,15 7, ,67 7, ,55 4, ,63 6, ,64 6,95 Sumber : Bank Indonesia, Statistik Kean Indonesia, Beberapa Edisi (Diolah) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata Uang mengalami fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun dengan rata-rata sebesar 38,15% berasal dari pendapatan dari sektor minyak. Tingginya pendapatan dari sektor minyak menyebabkan program ekonomi rencanakan dapat tercapai. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ekonomi mencapaai 7,6% lebih tinggi dibandingkan tahun lain. Penurunan terendah terjadi pada tahun sebesar 12,55% berasal dari turunnya harga minyak di pasar internasional akibatnya program ekonomi direncanakan pemerintah menjadi terhambat. Permasalahan mengenai hubungan antara jumlah dengan ekonomi telah menjadi isu krusial perekonomian terutama setelah munculnya perbedaan pendapat antara Monetaris Keynesian. Monetaris cendrung menggunakan variabel sebagai faktor utama menentukan perubahan ekonomi. Sebaliknya Keynes cendrung menggunakan variabel ekonomi sebagai faktor utama menentukan perubahan jumlah. Aya perbedaan pendapat itu dapat berimplikasi serius terhadap arah kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal dianut oleh setiap negara. Beberapa studi pnelitian pernah dilakukan di beberapa negara ternyata menunjukkan arah hubungan beragam tidak konsisten. Penyebabnya velocity selalu berubah-ubah, terdapat perbedaan pendekatan analisis, spesifikasi model observasi, pemilihan model penelitian, periode observasi lokasi penelitian dipilih. Berdasarkan kontroversi dari perbedaan pendapat telah diuraikan diatas, maka pokok permasalahan akan dijawab penelitian ini adalah apakah terjadi hubungan kausalitas antara jumlah dengan ekonomi di Indonesia di mana jumlah mendorong ekononomi ataukah ekonomi mendorong jumlah ataukah terjadi hubungan timbal balik antara jumlah dengan ekonomi ataukah sebaliknya, tidak terjadi hubungan timbal balik antara jumlah dengan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kausalitas antara jumlah dengan ekonomi di Indonesia. Sebagai masukan bagi pemerintah maupun Bank Sentral membuat kebijakan makroekonomi Indonesia Dan Menambah Khasanah ilmu pengetahuan khususnya di big ekonomi kean perbankan. METODE Penelitian ini menggunakan data skunder dari tahun 1990 sampai tahun 2011 diperoleh dari berbagai publikasi. Data berkaitan dengan jumlah (M1 nominal diperoeh dari statistik ekonomi kean Indonesia (SEKI) dikeluarkan oeh bank Indonesia dari beberapa edisi. Data mengenai PDB riil diperoleh dengan membagi PDB nominal dengan IHK tahun Untuk data PDB nominal diperoleh 50
4 dari statistik Indonesia dikeluarkan oleh BPS beberapa edisi. Untuk mengestimasi data ini menggunakan program Eviews. Alat Analisis Ide dasar dari kausalitas Granger adaah waktu tidak dapat berjaan mundur, sehingga jika kejadian A terjadi sebelum kejadian B, maka ada kemungkinan bahwa A menyebabkan B, tidak mungkin B menyebabkan A. Dengan kata lain, hanya masa lalu dapat masa kini tidak demikian dengan masa depan. Dalam praktek peneliti ingin mengetahui apakah kejadian A terjadi mendahului kejadian B atau kejadian B terjadi mendahului kejadian A, atau kedua kejadian tersebut saling. Hal iniah sebenarnya menjadi tujuan dari uji kausalitas Granger (Maddala,1992:393 Koop, 2000:175). Terhadap dua variabel runtun waktu Xt Yt. Variabel Yt dikatakan mempunyai hubungan kausalitas Granger denganvariabel Xt jika prediction error diperoleh dari hasil regresi Yt terhadap Xt akan menurun secara signifikan ketika memasukkan nilai masa lalu dari variabel Xt Yt (Darrat Haj,2001:9). Hubungan kausalitas granger antara Xt Yt dapat diformulasikan sebagai berikut : Xt = Yt = Keterangan Yt = jumlah M2 Xt = Ekonomi Di mana Xt-1 Yt-1 adalah operasi kelambanan (lag) dari variabe Xt Yt Adalah variabe pengganggu diasumsikan tidak saling berkorelasi. Persamaan 2.16 menyatakan bahwa nilai saat ini dari variabel Xt mempunyai Tabel 3.3 Uji Kausalitas Granger Pairwise Granger Causality Tests Date: 08/17/11 Time: 10:06 Sample: Lags: 2 hubungan dengan nilai masa lalu dari variabe itu sendiri Xt-1 nilai masa lalu dari variabel itu sendiri Xt-1 nilai masa lalu dari variabel Yt (Yt-j) persamaan 2.17 juga menyatakan hal sama bahwa nilai saat ini dari variabel Yt mempunyai hubungan dengan nilai masa lalu dari variabel itu sendiri Yt-1 nilai masa lalu dari variabel Xt (Xt-j). Hasil regresi persamaan dapat dibedakan menjadi empat jenis regresi (Gujarati,2003:697) 1. Kausalitas satu arah dari Yt ke Xt. Hal ini terjadi jika koefisien diestimasi dari masa lalu Yt pada persamaan 2.16 secara statistik signifikan berbeda dari nol ( βj 0) jika koefisien diestimasi dari nilai masa lalu Xt pada persamaan 2.17 secara statistik sama dengan nol ( ƛ = 0). 2. Kausalitas satu arah dari Xt ke Yt. Hal ini terjadi jika koefisien diamati dari nilai masa lalu Xt pada persamaan 2.17 secara statistik signifikan berbeda dari nol ( ƛ 0). Dan jika koefisien diestimasi dari nilai masa lalu Yt pada persamaan 2.16 secara statistik sama dengan nol ( βj = 0). 3. Kausalitas dua arah antara Xt Yt. Hal ini terjadi jika pada persamaan nilai masa lalu dari Xt Yt secara statistik signifikan berbeda dari nol. 4. Tidak ada hubungan kausalitas antara Xt Yt. Hal ini terjadi jika kedua persamaan nilai masa lalu Xt Yt secara statistik sama dengan nol. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat arah hubungan kausalitas antara jumlah dengan ekonomi peneliti menggunakan program Eviews hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : 51
5 Null Hypothesis: M1 does not Granger Cause PDB PDB does not Granger Cause M1 Obs F-Statistic Probability Sumber : lampiran 2 (diolah) Berdasarkan hasil estimasi uji kausalitas Granger diatas dapat diketahui bahwa nilai Fstastik adalah kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai Ftabel (nilai kritis tabel). Apabila nilai Fstatistik lebih besar dari Ftabel maka jumlah (M1) ekonomi. Dan sebaliknya jika nilai Fstatistik lebih kecil dari Ftabel berarti ekonomi jumlah. Berdasarkan olah data di ketahui nilai Ftabel sebesar 3,49. nilai Fstatistik = 4,52632 > Ftabel =3.49 artinya jumlah ekonomi di Indonesia. Berdasarkan analisis data diatas dapat diketahui bahwa jumlah di Indonesia besarnya ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mendukung aliran klasik menyatakan memainkan peranan penting mendorong ekonomi. Salah satu faktor penyebabnya adalah perilaku stabil sehingga memudahkan bank sentral mencapai target ekonomi di inginkan. Hal ini dapat di buktikan dengan melakukan uji stabilitas model cusum pada jumlah didasarkan pada kumulatif dari sejumlah recursive residual. Nilai recursive residual ini diplot dengan band serupa garis kritis 5%. Jika nilai kumulatif resurcive residual ini berada band maka mengindikasikan aya kestabilan parameter estimasi di periode penelitian. Sebaliknya jika nilai komulatif recursive residual berada berada diluar band berarti menunjukkan aya ketidakstabilan parameter estimasi jumlah di periode penelitian. Berdasarkan hasil estimasi ditemukan stabil hal ini dilihat dari nilai kumulatif resurcive residual berada band SIMPULAN DAN SARAN Terdapat hubungan kausalitas satu arah dari jumlah ke ekonomi dimana jumlah (M1) ekonomi di Indonesia selama periode hal ini disebabkan faktor velocity stabil sehingga dapat memudahkan bank sentral menentukan target ekonomi ingin dicapai. Dari hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut : 1. Hendaknya bank sentral selalu memperhatikan velocity agar selalu stabil karna dengan velocity stabil dapat mendorong ekonomi 2. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan hubungan dengan ekonomi untuk penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Abbas, K Husein, F., Money Income and Prices in Fakistan: A Bivariate Causality, Pakistan Development Review, April, Hal Arsyad, Ekonomi Lincolin, 2004, Pembangunan, Edisi ke Empat, cetakan ke Dua, STIE Yogyakarta Instrumen-instrumen Ascarya, 2002, Pengendalian Moneter, Pusat Pendidikan Studi Kebanksentralan (PPSK) No.3 Bank Indonesia. 52
6 Ba Pusat Statistik, 2005, Statistik Indonesia. Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, Beberapa Edisi. Boediono, 1992, Ekonomi Makro, BPFE Yogyakarta Darrat, A.F., 1999, Measuring Deepening and Economic Growth Causality Related? Another Look at the evidence International Economic Journal 13, hal Granger C.W.J., 1969, Investigating Causal Relations By Economitric Models an Gross Spectral Methods Econometrica, 37 (3), hal Gujarati, D.N., 2003 Basic Econometrics, 4th edition, Mc Graw Hill, Boston. 53
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA INFLASI DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SURAKARTA TAHUN
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA INFLASI DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SURAKARTA TAHUN 1986 2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Lebih terperinciANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B
ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE 2015.7-2017.12 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Lebih terperinciV. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS
59 V. SPESIFIKASI MODEL DAN HUBUNGAN CONTEMPORANEOUS 5.1 Pengujian Asumsi Time Series 5.1.1 Uji Stasioneritas Uji Stasioneritas merupakan uji awal untuk setiap data time series yang masuk dalam model dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan
BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari skripsi ini, akan disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan disampaikan pula saran yang didasarkan pada hasil kesimpulan.
Lebih terperinciKAUSALITAS BEBERAPA VARIABEL MIKRO EKONOMI DI PROVINSI BENGKULU PENDAHULUAN
KAUSALITAS BEBERAPA VARIABEL MIKRO EKONOMI DI PROVINSI BENGKULU P R O S I D I N G 209 Nusril, Apri Andani 1, Witman Rasyid 1) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Email:
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang
Lebih terperinciSKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun
Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Tahun 1977-2007 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata I Jurusan Ilmu Ekonomi
Lebih terperinciBAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).
BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di dasari oleh dua indikator ekonomi makro yaitu tingkat bunga (BI Rate) dan inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat ditandai dengan meningkatnya
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017:
ANALISIS UTANG LUAR NEGERI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI: KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Salawati Ulfa 1*, T. Zulham 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda
Lebih terperinciPERMINTAAN UANG. Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan
PERMINTAAN UANG Adil Fadillah dan Mumuh Mulyana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Pendahuluan Uang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, terlebih pada aspek perekonomian. Begitu pentingnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciPENGARUH GDP TERHADAP INFLASI DI INDONESIA: TAHUN Novi Darmayanti Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
PENGARUH GDP TERHADAP INFLASI DI INDONESIA: TAHUN 2000-2012 Novi Darmayanti novismile_ub@yahoo.com Universitas Islam Darul Ulum Lamongan Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui GDP terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara
Lebih terperinciANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN MASYARAKAT DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PALEMBANG (TAHUN )
JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN, Desember 2015 Volume 32, No.2 hal: 86-95 JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN Journal of Economic & Development HAL:86-95 ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN MASYARAKAT DENGAN PERTUMBUHAN
Lebih terperinciKAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract
KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang secara otomatis akan terjadi. Perbedaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI VARIABEL MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH PADA PERMINTAAN UANG DI INDONESIA
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.64-70 IDENTIFIKASI VARIABEL MAKRO EKONOMI YANG BERPENGARUH PADA PERMINTAAN UANG DI INDONESIA Hida Supriyanto Pusat Pengembangan
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM KONVENSIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIODE
PENGARUH PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM KONVENSIONAL TERHADAP PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIODE 2002 2008 TRI NOVEMBINANTO Kebon Baru No. 10 RT.007 RW.010 Kel. Semper Barat, Kec. Cilincing Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan
Lebih terperinciANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR, INFLASI, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Paidi Hidayat Dosen Dept. EP FE USU e-mail : pay_s@yahoo.com Abstract: This study aimed to
Lebih terperinciPENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh : Mahdi, Hasdi Aimon, Efrizal Syofyan ABSTRACT
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh : Mahdi, Hasdi Aimon, Efrizal Syofyan ABSTRACT This study aims to analyze and determine the effect of: (1) government
Lebih terperinciPENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE
PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE Oleh : Hendry Wijaya Staf Pengajar STIE Rahmaniyah Sekayu Email : hendrywijaya2001@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN dan SARAN. inflasi dengan pengangguran di Indonesia periode , yang terjadi pada
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger ada hubungan satu arah antara inflasi dengan pengangguran di Indonesia periode 1991-2014, yang terjadi pada lag 3. Artinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini.
BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.
Lebih terperinciISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012
ISSN: 2303-1751 Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 e-jurnal Matematika, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, 99-102 ISSN: 2303-1751 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PDB INDONESIA DENGAN PERSAMAAN SIMULTAN 2SLS NI MADE
Lebih terperinciJurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INVESTASI, DAN KONSUMSI DI INDONESIA ABSTRACT
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, INVESTASI, DAN KONSUMSI DI INDONESIA Oleh : Dewi Ernita, Syamsul Amar, Efrizal Syofyan ABSTRACT This study aims to analyze (1) Effect of consumption, investment, government
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi tentang rata-rata bersyarat pada Y
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari sering dijumpai data time series yang terdiri dari beberapa variabel yang saling terkait yang dinamakan dengan data time series
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh setiap negara. Dimana setiap negara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com
Lebih terperinciMODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGKAT BUNGA DI INDONESIA
MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE LAJU INFLASI DAN TINGKAT BUNGA DI INDONESIA Oleh: Algifari Abstract: With regard to the importance of the rate of interest and inflation in economy, this research aim at developing
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN 1995-2014 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN
70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciBAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini
BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang mempengaruhi dalam mencapai tujuan ekonomi di negara sedang berkembang. Menurut Friedman
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SAAN. Berikut ini akan diuraikan secara rinci: terhadap IHSG pada periode Januari 2004 Desember 2008.
63 BAB V KESIMPULAN DAN SAAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab empat, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Dari hasil penelitian tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN NOTA DINAS... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN NOTA DINAS... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... i
Lebih terperinciSkripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI
Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis
Lebih terperinciINFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA
Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang
Lebih terperinciPENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado
PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied
I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk
Lebih terperinciAnalisis Kausalitas dan Kointegrasi Antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) di Australia
Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Antara Foreign Direct Investment (FDI) dengan Pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) di Australia (Metode Cointegrasi test dan Granger Causality test) MUHAMMAD ALHASYMI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : terhadap permintaan uang (M2) 2000:Q1 2008:Q2.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan nasional (Y) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang (M2) 2000:Q1
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil. kesimpulan yaitu
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan yaitu 1) Dalam jangka pendek jumlah uang beredar tidak berpengaruh atau tidak signifikan terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Desember 2009 dalam kondisi jangka pendek.
45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara individu variabel Jumlah Uang Beredar (M1) tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara tanpa memasukkan besaran uang. Uang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Masri Singarimbun dan Sofian Effendi membagi jenis penelitian ke dalam tiga jenis yaitu : 1. Penelitian Penjajakan (Exploratif Research) yaitu penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingginya tingkat inflasi, nilai tukar. pertumbuhan ekonomi yang masih rendah (Boediono, 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak permasalahan diberbagai bidang, terutama pada sektor makro ekonomi. Permasalahan tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: interest rates, dollar exchange rate, inflation, risk, return. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT In the year 2007 2009, Indonesian economy suffered significant shocks to the banking sector. Investors tug tide also causes the value of interest rate, exchange rate and inflation. This is because
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN INFLASI DI INDONESIA (2011.I VI)
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS DENGAN INFLASI DI INDONESIA (2011.I - 2016.VI) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK
PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinci: LILIS SETIOWATI B
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BI RATE DENGAN INFLASI DI INDONESIA PERIODE JULI 2006-JULI 2013 MENGGUNAKAN METODE GRANGER DAN FINAL PREDICTION ERROR NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : LILIS SETIOWATI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah
Lebih terperinciPENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE )
PENENTUAN TINGKAT KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT DI PASAR VALUTA ASING INDONESIA (PERIODE 1998.1 2014) THE DETERMINATION OF FOREIGN EXCHANGE RUPIAH TO US DOLLAR IN INDONESIAN FOREX MARKET
Lebih terperinciANALISIS PENGHITUNGAN INFLASI BERDASARKAN BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) SUMATERA SELATAN PERIODE
JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN Journal of Economic & Development HAL: 141-149 ANALISIS PENGHITUNGAN INFLASI BERDASARKAN BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) SUMATERA SELATAN PERIODE 2001-2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan makro yang dijalankan oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal yang dijalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai jalur kredit dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : TEORI EKONOMI 2 / IT-022255 SKS : 2 Semester
Lebih terperinci