PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
|
|
- Siska Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN NURSES KNOWLEDGE MANAGEMENT OF CYTOTOXIC FOR CHEMOTHERAPY IN dr. ZAINOEL ABIDIN Kana Rizkiya 1 ; Anda Kamal 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Rezkiyakana@yahoo.co.id; Anda_kamal@yahoo.com ABSTRAK Kemoterapi pada pasien kanker menggunakan obat-obat sitotoksik yang bersifat karsinogenik, mutagenik, dan teratogonik. Obat-obat sitotoksik berpotensi terpapar melalui kontak kulit, inhalasi, tertelan, dan kecelakaan suntik sehingga dalam proses penyiapan obat harus dilakukan secara aman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penanganan obat-obat sitotoksik yang aman dalam pemberian kemoterapi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 22 responden. Alat pengumpul data berupa kuesioner terdiri dari 30 item pertanyaan dalam bentuk multiple choice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran penanganan obat-obat sitotoksik yang aman dalam pemberian kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2016 berada pada kategori kurang 45,5%. Untuk setiap metode penanganan obat sitotoksik, pengetahuan perawat tentang penyiapan obat kurang 63,6%, teknik pemberian obat kurang 40,9%, tindakan pembuangan limbah obat cukup 54,5%, penanganan alat tajam kurang 54,5% dan penanganan tumpahan obat kurang 45,5%. Disarankan pada pengambil kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh agar dapat membuat pelatihan-pelatihan tentang kemoterapi dan evaluasi minimal 1 tahun sekali. Kata kunci : Pengetahuan, perawat, ABSTRACT Chemotherapy in cancer patients uses cytotoxic drugs which carcinogenic, mutagenic, and teratogonic. Cytotoxic drugs potentially be exposed through skin contact, inhalation, ingested, and accidents resulting in the process of preparing injectable medications must be done. The purpose of this study to describe the nurse's knowledge about methods of handling cytotoxic drugs are safe in the administration of chemotherapy. This research was a descriptive exploratory study with cross sectional design. Sampling used total sampling as many of 22 respondents. The data collection was done by using questionnaire with 30 items in the form of multiple choice questions. The results showed that the description of the nurse's knowledge about methods of handling cytotoxic drugs are safe in the administration of chemotherapy in the dr. Zainoel Abidin general hospital Banda Aceh in the category less than 45.5%. For each method ofthe nurse's knowledge about 63.6% of the drug preparation, drug delivery techniques are 40.9%, waste disposal measures 54.5%, handling sharp tools 54.5% and skills to drug spill 45.5%. It is recommended on policy makers Regional dr. ZainoelAbidin general hospital Banda Aceh in order to make training on the evaluation of chemotherapy and at least 1 year in the administration of chemotherapy. Keywords : Knowledge, nurse, cytotoxic drug treatment method 1
2 PENDAHULUAN Kanker sebagai salah satu penyakit yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas yang menyerang sel-sel tubuh dan pertumbuhannya tidak dapat dikontrol. Ini mengakibatkan terjadinya pembengkakan pada suatu jaringan. Selain itu, sel kanker juga memiliki kemampuan dalam berpindah ke jaringan sekitarnya untuk merusak sel sehat lain melalui aliran darah dan limfe yang dapat mempengaruhi jaringan lain dalam tubuh (Tjay,2007). Prevalensi penyakit kankerpada tahun 2012 mencapai 8,2 juta orangdan merupakan penyebab kematian kanker di seluruh dunia sebagai kasus baru sebesar dan kematian. Dengan persentase tertinggi jenis kanker payudara 43,3%, kanker prostat 30,7% dan kanker paru 23,1%.Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker pada semua umur pada tahun 2013 mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dengan prevalensi tertinggi pada penyakit kanker serviks sebesar 0,8 per 1000 penduduk dan kanker payudara 0,5 per 1000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Menurut Hulls (2003) p erawat yang menangani obat-obat kemoterapi dapat beresiko pada kesehatannya, keadaan yang terjadi bisa karena terkontaminasi pada kulit, terhirup melalui partikel-partikel obat dan kecelakaan suntik. Keadaan tersebut bisa terjadi saat melakukan aktifitas penanganan obat kemoterapi, baik saat penyiapan obat, pemberian obat, pembuangan limbah pasien dan tumpahan obat. Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada petugas kesehatan ditemukan bahwa obat-obat kemoterapi terdapat dalam urin petugas kesehatan, diketahui ada 6 jenis obat yang ditemukan yaitu metrhrotexate, ifosfamide, cyclophosphamide, epirubicin, cisplatin atau carboplatin. Kejadian ini terjadi, sehubungan dengan risiko dalam penanganan obat kemoterapi yang berpotensi terpapar melalui udara, tempat kerja, pakaian atau container obat. Efek kesehatan bagi petugas kesehatan yang bekerja dekat dengan obat kemoterapi dapat menyebabkan cacat pada janin, bayi berat lahir rendah, infertilitas dan kanker (Harrison di dalam The National Institute for Occupational Safety and Health, 2004). Untuk itu dalam mencegah paparan obat-obatan kemoterapi yang berbahaya bagi petugas kesehatan maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Siregar (2005) dalam pemberian kemoterapi perawat harus mengetahui metode penanganan obat-obat sitotoksik yang aman ditinjau dari persiapan obat, pemberian obat, pembuangan limbah, penanganan alat tajam obat dan penanganan tumpahan obat. Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang metode penanganan obatobat sitotoksik yang aman dalam pemberian kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Tujuan secara khusus untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang persiapan obat, pemberian obat, pembuangan limbah, penanganan alat tajam obat dan penanganan tumpahan obat. METODE Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif eksploratif (Notoatmodjo, 2010), desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional study Pengumpulan data penelitian telah dilakukan pada bulan Juni 2016 serta alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan total pertanyaan 30 pertanyaan dalam bentuk multiple choice. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang memberikan tindakan kemoterapi di ruang rawat inap Mamplam III yaitu 18 orang perawat dan Pusat Onkologi Anak 14 orang perawat. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian adalah 32 orang perawat, namun peneliti mengambil 10 orang perawat untuk uji kuesioner dan mereka 2
3 tidak dilibatkan lagi dalam penelitian maka yang menjadi responden adalah 22 orang perawat, hal ini disebabkan oleh ketidaktersediaan perawat kemoterapi selain di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel adalah mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian yaitu 22 orang perawat. HASIL Pengumpulan data penelitian telah dilakukan pada bulan Juni 2016 di ruang rawat inap Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak. Adapun hasil sebagai berikut: Data Demografi Tabel 1. Distribusi Data Demografi Responden Data f % Usia: tahun (dewasa awal) 26-35tahun (dewasa awaldewasa tengah) tahun (dewasa menengah) tahun (dewasa akhir) ,1 54,5 27,3 9,1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan ,5 95,5 Agama: Islam Tingkat Pendidikan: SPK D-III Keperawatan D-IV Keperawatan Ners ,5 68,2 4,5 5 22,7 Status perawat: PNS Kontrak Bakti ,5 31,8 3 13,6 Lama bekerja diruang kemoterapi: 1-5tahun 6-10 tahun >10 tahun ,5 18,2 27,3 Pernah mengikuti pelatihan kemoterapi: Tidak Pernah ,4 13,6 Alat pelindung diri yang tersedia di ruangan kemoterapi: Baik Kurang disimpulkan bahwa 54,5% responden berusia tahun, 95,5% responden berjenis kelamin perempuan, 100% responden beragama Islam, 68,2% tingkat pendidikan responden D-III Keperawatan, 54,5% status perawat sebagai PNS, 54,5% lama bekerja perawat diruang kemoterapi yaitu 1-5 tahun, 86,4% responden tidak pernah mengikuti pelatihan kemoterapi, dan 100% alat pelindung diri yang tersedia di ruang kemoterapi baik. Pengetahuan perawat tentang metode penanganan obat-obat sitotoksik penanganan obat-obat sitotoksik yang aman dalam pemberian kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tersaji pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Perawat Pengetahuan metode penanganan obat sitotoksik f % 3
4 Baik 5 22,7 Cukup 7 31,8 Kurang 10 45,5 tentang metode penanganan obat-obat sitotoksik berada pada kategori kurang (45,5%). Jika dilihat dari setiap variabel didapatkan hasil kurang kecuali variabel penanganan limbah pasien dengan hasil cukup. Untuk hasil penelitian semua variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Persiapan obat sitotoksik persiapan obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tersaji pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Persiapan Obat Persiapan obat f % sitotoksik Baik 2 9,1 Cukup 6 27,3 Kurang 14 63,6 tentang persiapan obat-obat sitotoksik berada pada kategori kurang, yaitu 14 responden (63,6%). Pemberian obat sitotoksik pemberian obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tersaji pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Pemberian Obat Pemberian f % obat sitotoksik Baik 7 31,8 Cukup 6 27,3 Kurang 9 40,9 tentang pemberian obat-obat sitotoksik berada pada kategori kurang, yaitu 9 responden (40,9%). Pembuangan limbah obat pembuangan limbah obat di Rumah Sakit Aceh tersaji pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Pembuangan Limbah Obat Pembuangan f % limbah obat Baik 4 18,2 Cukup 12 54,5 Kurang 6 27,3 tentang pembuangan limbah obat berada pada kategori cukup, yaitu 12 responden (54,5%). Penanganan alat tajam obat penanganan alat tajam obat di Rumah Sakit Aceh tersaji pada tabel 6 berikut: Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Penanganan Alat Tajam 4
5 Penanganan alat tajam tentang penanganan alat tajam berada pada kategori kurang, yaitu 12 responden (54,5%). Penanganan tumpahan obat penanganan tumpahan obat di Rumah Sakit Aceh tersaji pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat tentang Penanganan Tumpahan Obat tentang penanganan tumpahan obat sitotoksik berada pada kategori kurang, yaitu 10 responden (45,5%). PEMBAHASAN f % Baik 3 13,6 Cukup 7 31,8 Kurang 12 54,5 Penanganan f % tumpahan obat Baik 5 22,7 Cukup 7 31,8 Kurang 10 45,5 metode penanganan obat-obat sitotoksik dalam pemberian kemoterapi Berdasarkan data secara umum dari hasil penelitian tabel 2 diperoleh bahwa gambaran pengetahuan perawat tentang metode pemberian kemoterapi di Rumah Sakit Aceh berada pada kategori kurang 45,5%. Jika dilihat dari setiap variabel hasil penelitian yang diperoleh kurang, ditinjau dari persiapan obat berada pada kategori kurang 63,6%, pemberian obat berada pada kategori kurang 40,9%, penanganan alat tajam obat berada pada kategori kurang 54,5% dan penanganan tumpahan obat berada pada kategori kurang 45,5% kecuali variabel pembuangan limbah pasien berada pada kategori cukup 54,5%. Hasil penelitian yang dapat mempengaruhi pengetahuan perawat dalam penanganan obat-obat sitotoksik dalam pemberian kemoterapi berhubungan dengan tingkat pendidikan responden terbanyak D- III Keperawatan 68,2%, lama bekerja responden di ruang kemoterapi masih 1-5 tahun dan responden banyak yang belum pernah mengikuti pelatihan kemoterapi 86,4%. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan perawat adalah pendidikan. Menurut Mubarak (200 7), pendidikan merupakan suatu pembelajaran dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang didapat dari seseorang kepada orang lain untuk dapat diketahui, dipahami dan diaplikasikan. Setiap perbedaan tingkat pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi kemampuan dan keterampilannya dalam bertindak. Hal ini didukung dengan jenjang pendidikan perawat dengan persentase terbanyak yaitu D-III Keperawatan (68,2%), sehubungan dengan kurikulum pendidikan D-III Keperawatan hanya berfokus pada ilmu-ilmu dasar dan teori keperawatan sedangkan untuk teknik dalam pemberian kemoterapi hanya didapat dengan mengambil spesialis onkologi. dari persiapan obat tabel 3 diperoleh data bahwa gambaran 5
6 persiapan obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Acehberada pada kategori kurang, yaitu 14 responden (63,6%). Hasil penelitian Donadear, Prawesti, dan Anna (2009), menyebutkan bahwa pelaksanaan tindakan kemoterapi di ruang Kemuning lantai 2 Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin hampir seluruhnya dilakukan sesuai SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku di ruangan. Namun sebagian dari pelaksanaan tindakan kemoterapi tidak seluruhnya dilakukan, hal ini berhubungan dengan kemampuan petugas kesehatan yang belum terampil dan belum mendukung pelaksanaan serta penyediaan alat di ruangan masih belum lengkap. Hasil wawancara penulis di ruang Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak, dalam penyiapan dan pencampuran obatobat sitotoksik tidak dilakukan oleh perawat, untuk penyediaan obat sitotoksik yang akan diberikan kepada pasien hanya dilakukan oleh tenaga farmasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, Utami dan Agrina (2013), menunjukkan bahwa banyak responden yang belum pernah mengikuti pelatihan/workshopyaitu 33 orang (64,7%) mengenai kemoterapi. Hal ini penting sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas diri petugas kesehatan, terutama untuk mengembangkan kecerdasan dan individualitas yang baik. Semakin banyak seseorang mengikuti pelatihan maka semakin baik dari segi pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku guna menghasilkan pelayanan kerja yang baik. Penulis berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dalam persiapan obat kemoterapi disebabkan karena perawat yang bekerja di ruang rawat inap Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin kurang mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang kemoterapi khususnya dalam proses peracikan atau pencampuran sedian obat sitotoksik, data ini didukung dengan 86,4% belum pernah mengikuti pelatihan kemoterapi sedangkan yang sudah pernah mengikuti pelatihan kemoterapi 13,6%. dari pemberian obat tabel 4 diperoleh data bahwa gambaran pemberian obat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori kurang, yaitu 9 responden (40,9%). Hasil penelitian Donadear, Prawesti dan Anna (2009), bahwa petugas kesehatan yang melakukan persiapan dalam tindakan kemoterapi 50,23% dilakukan sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure). Ditunjukkan dalam pemakaian alat pelindung diri di ruangan tindakan seperti sarung tangan latex, masker surgical dan baju pelindung. Namun hal ini berbeda dari ketentuan yang aman dalam pemberian kemoterapi, menurut Siregar (2005) jenis alat pelindung diri yang digunakan yaitu sarung tangan sekali pakai, masker pelindung, baju pelindung, kacamata pelindung dan sepatu pelindung. Pengalaman masa kerja seseorang belum menentukan keamanan diri dalam penanganan obat sitotoksik seperti penggunaan alat pelindung diri. Salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi pengunaan alat pelindung diri secara lengkap adalah sarana di ruangan.ketentuan yang berlaku dalam penanganan sitostatika yang aman dan petugas kesehatan yang berpengalaman dibidang kemoterapi dengan adanya penyediaan alat pelindung diri yang lengkap (Sarce, 2009). 6
7 Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa, ketersediaan pelindung diri di rumah sakit dalam pemberian obat kemoterapi masih sedikit.ketersediaan alat pelindung diri bertolak belakang dari hasil yang didapatkanyaitu berada dalam kategori baik (100%). Sementara hasil pengamatan peneliti di ruang rawat inap Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak yang didapatkan terlihat dari alat pelindung diri yang digunakan hanya masker dan sarung tangan.sementara untuk pelindung mata, sepatu khusus tidak digunakan oleh perawat dan untuk baju pelindung hanya menggunakan baju tindakan. dari pembuangan limbah obat tabel 5 diperoleh data bahwa gambaran penanganan limbah obat di Rumah Sakit Acehberada pada kategori cukup, yaitu 12 responden (54,5%). Berdasarkan hasil penelitian, dari hasil wawancara penulis mendapatkan bahwa prosedur keamanan dalam penanganan limbah pasien hanya diberitahukan secara lisan oleh perawat yang sudah pernah melakukan pelatihan kemoterapi, tidak ada peraturan khusus yang menjelaskan tentang penanganan limbah pasien. Hasil penelitian Asmarhany (2014), bahwa penanganan limbah medis dalam pemberian label dan kode pada setiap jenis limbah yang berbeda ditempatkan pada tempat sampah yang dilapisi plastik berwarna seperti limbah inveksius ditempatkan pada plastik berwarna kuning, limbah noninveksius ditempatkan pada plastik berwarna hitam sedangkan limbah tajam obat ditempatkan pada safety box. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa, perawat yang bertugas di ruang Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak dalam penanganan limbah, mereka mengetahui bahwa hasil buangan obat sitotoksik ditempatkan pada wadah yang aman ( safety box) namun dalam penempatan wadah buangan tidak ada pemberian warna pada wadah. Hal ini bertolak belakang dengan standar yang berlaku. Hal ini juga dipengaruhi dari kemajuan rumah sakit dalam penyediaan wadah aman dengan berbagai warna untuk penempatan hasil buangan limbah yang berbeda. dari penanganan alat tajam obat tabel 6 diperoleh data bahwa gambaran penanganan alat tajam obat di Rumah Sakit Aceh berada pada kategori kurang, yaitu 12 responden (54,5%). Pengelolaan alat dan bahan bekas pakai sebagian besar dilakukan oleh petugas kesehatan 70,4%. Menurut Power &Polovich (2003) standar keamanan yang harus diperhatikan dalam pembuangan alat dan bahan bekas pakai harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehubungan dengan bahaya yang memungkinkan terpapar pada petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan 70% kecelakaan kerja terjadi setelah penggunaan peralatan serta saat pembuangan alat dan bahan bekas yang telah digunakan (Depk es RI 2003, dalam Parsihaningsih, 2008). Berdasarkan hasil penelitian, penulis berpendapat bahwa teknik perawat dalam penanganan alat tajam kemoterapi kurang, disebabkan karena dari beberapa perawat belum mengetahui dengan jelas peraturan- 7
8 peraturan yang ada. Hal ini sehubungan dengan perawat masih sedikit mendapatkan pelatihan-pelatihan kemoterapi, sementara itu untuk meningkatkan mutu pelayanan perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas serta terampil sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan dapat meminimalkan tingkat terjadinya paparan obat kemoterapi. dari penanganan tumpahan obat tabel 7 diperoleh data bahwa gambaran penanganan tumpahan obat di Rumah Sakit Aceh berada pada kategori kurang, yaitu 10 responden (45,5%). Penanganan tumpahan obat dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau meminta bantuan petugas lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit, yang harus dilakukan petugas harus menggunakan alat pelindung diri, kawasan tumpahan obat diberi tanda peringatan, mengumpulkan pecahan kaca obat, serap tumpahan obat dengan kassa penyerap lalu diserap kembali dengan handuk basah, cuci seluruh area dengan larutan detergent dan dibilas dengan aquadest serta dilakukan berulang sampai bersih (Direktorat Bi na Farmasi Komunitas dan Klinik,2009). Penanganan tumpahan obat sitotoksik yang aman untuk menghindari terkontaminasi pada area kerja, dapat digunakan sodium hipoklorit sebagai agen pengikat yang kuat terhadap kandungan obat, yang bermanfaat untuk dekontaminasi pada wilayah tumpahan obat. Sementara untuk penggunaan alkohol 70%, tidak mampu untuk mengikat/menghilangkankan dengan obat kemoterapi (Seminar dan Mini Workshop: Safety Handling Chemotherapy, 2010) Hasil wawancara penulis pada perawat di ruang Mamplam III menjelaskan bahwa kejadian penanganan tumpahan obat, mereka mengatakan jika terjadi tumpahan obat pada lingkungan kerja harus ditangani sesuai dengan standar dan butuh waktu untuk menjelaskan prosesnya. Sehingga dapat diasumsikan bahwa perawat kurang mengetahui cara menangani tumpahan obat dengan benar dan aman. Penulis berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan perawat dalam penanganan tumpahan obat ini berhubungan erat dengan pelatihan kemoterapi, hanya 13,6% responden yang pernah mengikuti pelatihan dalam penanganan obat kemoterapi. Hal ini juga berhubungan dengan tidak adanya evaluasi tentang keamanan pemberian obat kemoterapi membuat sebagian perawat berasumsi bahwa pekerjaan yang mereka lakukan dalam kondisi yang tidak berbahaya, didukung dengan tidak adanya kejadian yang tidak pasti di ruang rawat inap Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak. KESIMPULAN Pengetahuan perawat tentang metode penanganan obat-obat sitotoksik yang aman dalam pemberian kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori kurang yaitu 10 responden (45,5%), ditinjau dari persiapan obat berada pada kategori kurang yaitu 14 responden (63,6%), permberian obat berada pada kategori kurang yaitu 9 responden (40,9%), pembuangan limbah obat berada pada kategori cukup yaitu 12 responden (54,5%), penanganan alat tajam obat berada pada kategori kurang yaitu 12 responden (54,5%) dan penanganan tumpahan obat berada pada kategori kurang yaitu 10 responden (45,5%). Bagi petugas kesehatan khususnya perawat di ruang rawat inap Mamplam III dan Pusat Onkologi Anak Rumah Sakit 8
9 Aceh agar lebih meningkatkan wawasan dengan mencari informasi tentang kemoterapi serta meningkatkan kewaspadaan diri dengan menggunakan proteksi diri yang lengkap guna menjaga keamanan dan keselamatan dalam bekerja dan bagi institusi pelayanan kesehatan, disarankan pihak pelayanan kesehatan untuk mengadakan pelatihan atau workshop mengenai kemoterapi agar dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik. REFERENSI: Asmarhany, C. (2014). Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Diakses 18 Juni Budiarto, E. (2002). Biostatika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC. Donadear, Prawesti & Anna. (2009). Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung. Diakses 18 Juni Hidayati, Utami, & Agrina. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan perawat kemoterapi dengan tindakan pemberian kemoterapi pasien kanker payudara. Jurnal penelitian. Diakses 18 Juni Hulls, R. (2003). Handling Cytotocix Drugs in The Workplace. Managing Health & Safety Risks Associated with Handling Cytotoxic Drugs in The Healthcare Industry: Worksafe Victoria. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan Informasi. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Pusat data dan Informasi. Mubarak, W. (2007). Promosi Kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta:Graha Ilmu. Notoadmodjo, S. (200 7).Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta. National Institute for Occopational Safety and Health.(2004). Antineoplastic Agents Occupational Hazards in Hospital. Department of Health and Human Services.Diakses dari niosh. Sarce. (2009). Proteksi Diri Perawat dalam Pemberian Sitostatika di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Artikel Riset Keperawatan: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Diakses 20 Juni Seminar dan Mini Workshop. (2010). Safety Handling Chemotherapy. Jakarta: Rumah Sakit Dharmais. Siregar, C. (2005). Farmasi Klinik: Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. Tjay &Rahardja. (2007). Obat-obat penting: kasiat, Penggunaan dan Efek-efek sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 9
BAB I PENDAHULUAN. kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel. Sel merupakan satuan hidup yang paling kecil yang sanggup hidup mandiri. Mekanisme pertumbuhan sel ini teratur dan
Lebih terperinciDAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A.
DAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A. Raka Karsana 2 1 Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, 2 Instalasi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT MENERAPKAN UNIVERSAL PRECAUTION KETIKA MELAKUKAN KEMOTERAPI PASIEN KANKER DI RSUD
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT MENERAPKAN UNIVERSAL PRECAUTION KETIKA MELAKUKAN KEMOTERAPI PASIEN KANKER DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEMOTERAPI DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEMOTERAPI DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA Sri Hidayati 1, Gamya Tri Utami 2, Agrina 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Halaman
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciPERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI ACEH
PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI ACEH Nurses Behavior in The Implementation of The Occupational Health and Safety in Aceh Riska Nazirah 1 ; Yuswardi 2
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.
Jurnal Ilmu keperawatan ISSN: 2338-6371 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013 Correlation between Therapeutic
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SAFE HANDLING PADA PEMBERIAN OBAT SITOTOKSIK
TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) SAFE HANDLING PADA PEMBERIAN OBAT SITOTOKSIK Lisnadiyanti *, Susan Yuliasari * Staf Pengajar Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset
Lebih terperinciPatient Safety Implementation In Ward Of Dr. Zainoel Abidin General Hospital
Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1 ISSN: 2338-6371, e-issn 2550-018X Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Patient Safety Implementation In Ward Of Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN Saya Mahasiswi: Nama : Kristina Magdaria NIM : 201131072 Fakultas : Kesehatan Masyarakat (Universitas Esa Unggul) Jurusan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Jenjang : S1 Bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NINDY SAKINA GUSTIA 201110201112 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.
HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI Oleh Rizqi Fitria Prakasiwi NIM 052110101053
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 213 218 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG Liliana Dewi Purnamasari 1),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN
Lebih terperinciANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Liza Salawati, Nasyaruddin Herry Taufik dan Andi Putra Abstrak.
Lebih terperinciKOMPETENSI PERAWAT PELAKSANA DALAM MERAWAT PASIEN HIV/AIDS. Nurses Compentency In Caring Hiv/Aids Patients
ISSN : 2087-2879 KOMPETENSI PERAWAT PELAKSANA DALAM MERAWAT PASIEN HIV/AIDS Nurses Compentency In Caring Hiv/Aids Patients *Cut Husna 1 *Ita Fitriani 2 * *Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
99 Lampiran 1 No. Kode : LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul penelitian : Hubungan antar pengetahuan perawat tentang kewaspadaan universal dengan rotasi perawat ke ruang isolasi di RSUD Cengkareng. Peneliti
Lebih terperinciMEKANISME KOPING PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
MEKANISME KOPING PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH The Coping Mechanism of Cancer Patients Undergoing Chemotherapy In Dr. Zainoel Abidin General Hospital of
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di
Lebih terperinciPENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG DWI SUKRISTIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Manuscript Oleh : MOHAMAD ROZIKIN NIM. G2A212018 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembangunan di lakukan pemerintah dewasa ini tidak hanya meliputi satu bidang saja, tetapi meliputi berbagai bidang termasuk bidang kesehatan.salah satu upaya untuk
Lebih terperinciI.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip
I.Pengertian Identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%
Lebih terperinciUNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi
UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap
Lebih terperinciFORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM.
Lampiran 1 FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM.13612502 Saya adalah mahasiswa diploma DIII Akademi Kepaerawatan Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun
Lebih terperinci1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI
1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST
Lebih terperinciGAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga
Lebih terperinciPENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)
48 PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan) NURSES KNOWLEDGE WITH THE EFFORT OF PREVENTION OF NOSOCOMIAL INFECTION (Study at
Lebih terperinciTINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH
TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,
Lebih terperinciPERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENTINGNYA DISCHARGE PLANNING DI RSUDZA BANDA ACEH
PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TERHADAP PENTINGNYA DISCHARGE PLANNING DI RSUDZA BANDA ACEH NURSE S PERCEPTION OF THE IMPORTANCE OF DISCHARGE PLANNING IN RSUDZA BANDA ACEH Nelly Safrina 1, Ardia Putra 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN RADIO GRAFER TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Jurnal Aceh Medika, 1(), 67-73 Oktober 017 GAMBARAN PENGETAHUAN RADIO GRAFER TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Pocut Zairiana Finzia 1, Nurul
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO 1 Juwita Purnamasari 2 Pemsy M. Wowor 3 Elita Tambunan 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANG DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN GLOVE PADA TINDAKAN INJEKSI DI RSUD WONOSARI
HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANG DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN GLOVE PADA TINDAKAN INJEKSI DI RSUD WONOSARI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : HANI HANIFAH 201110201020 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperincinosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3
1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciEVALUASI KETEPATAN TEKNIK PENGGUNAAN PEN INSULIN OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
EVALUASI KETEPATAN TEKNIK PENGGUNAAN PEN INSULIN OLEH TENAGA KESEHATAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh: SOVY SAPTA NUARI PRAMOLIS K 100 090 181 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kementrian Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,
Lebih terperinciAnalisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Fauzul Hayat *
Analisis Faktor Praktik Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Fauzul Hayat * ABSTRAK Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena perawat dalam memberikan asuhan
Lebih terperinciKUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG
Lampiran 0 KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG No. Kode : Petunjuk pengisian:. Bacalah setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
Lebih terperinciPatria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...
9 PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PEMBERIAN TERAPI ORAL DAN INJEKSI DENGAN TERAPI INJEKSI SAJA Differences in Perception Of Patients on Giving Oral Treatment And Injection With Injection Therapy Only
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : MEIRINA MEGA MASTUTI 040112a028 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah
Lebih terperinciCURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes
DR.Dr.Sutoto,M.Kes CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in Health Care), Regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan
Lebih terperinciKHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S
HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OBAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PEMBERIAN OBAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG Veronica Erna Pudjowati 1), Dyah Widodo 2), Wahidyanti
Lebih terperinciKarakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)
Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah
Lebih terperinciInfeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat
BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas Manual Material
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini
Lebih terperinciSELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE
SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat
Lebih terperinciUNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK
UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 Teguh Imam Santoso 2013-35-004 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LIMFOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
Lebih terperinciKORELASI JUMLAH PASIEN DAN PRODUKSI LIMBAH MEDIS PADAT DI RUANG RAWAT INAP DAN UNIT GAWAT DARURAT RS SITI KHADIJAH, SEPANJANG SIDOARJO
Rahmi N.A. dan Lilis S., Jumlah Pasien dan Produksi Limbah Medis Padat KORELASI JUMLAH PASIEN DAN PRODUKSI LIMBAH MEDIS PADAT DI RUANG RAWAT INAP DAN UNIT GAWAT DARURAT RS SITI KHADIJAH, SEPANJANG SIDOARJO
Lebih terperinciSAFE HANDLING OF CYTOTOXICS. Retno Muliawati, M.Sc Apt
SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS Retno Muliawati, M.Sc Apt Tiga Prinsip Dasar dalam Penanganan Obat Chemotherapy Perlindungan terhadap pasien Teknik aseptik Pencegahan ekstravasasi Perlindungan terhadap petugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NANA TRIANA
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANA TRIANA
Lebih terperinciSITI KHOIRIYATUSSOLEHAH
EVALUASI PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA BLEOMISIN, ONCOVIN, MITOMISIN, DAN CISPLATIN UNTUK PASIEN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Skripsi SITI KHOIRIYATUSSOLEHAH 1008505062 JURUSAN
Lebih terperinciJurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUN PERAWAT DAN BIDAN TENTANG KANKER SERVIKS DI RUANG RPKK LANTAI 7 BLOK B RSUD KOJA JAKARTA UTARA Leo Rulino, S.Kep., Ners*, Yumina Mubata** *Dosen Akademi Keperawatan Husada Karya
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PEMILAHAN DAN PEWADAHAN LIMBAH MEDIS PADAT. Lailatul Fahriyah, Husaini, Noor Ahda Fadillah
PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PEMILAHAN DAN PEWADAHAN LIMBAH MEDIS PADAT Lailatul Fahriyah, Husaini, Noor Ahda Fadillah Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,
Lebih terperinciPROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme
Lebih terperinci