BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penanganan Sitostatika A. Pengertian Sitostatika Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil. (Hanifa Wignjosastro, 1997) Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit Penanganan sitostatika harus memperhatikan : 1. Tehnik aseptik 2. Pemberian dalam biological safety cabinet 3. Petugas yang bekerja harus terlindungi 4. Jaminan mutu produk 5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih 6. Adanya Protap Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi : 1. Tehnik khusus penanganan sitostatika 2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan) 3. Pelatihan petugas 4. Penandaan, pengemasan, transpotasi 5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

2 6. Penanganan limbah Contoh Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari : 1. Persiapan Bahan : obat sitostatika, pelarut Alat : spuit, jarum, baju, sarung tangan, masker, topi, sarung kaki 2. Protap ruang aseptik 3. Protap pengerjaan dalam ampul 4. Protab pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan sitostatika 5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah 6. Protap penanganan limbah sitostatika Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk penanganan sitostatika a. Ruang 1. Persyaratan Ruang Aseptik - Ruang tidak ada sudut atau siku - Dinding terbuat dari epoksi - Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, partikel/liter - Aliran udara diketahui dan terkontrol - Tekanan ruangan diatur - Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : derajat celcius dan kelembaban 35-50%) - Ada Hepa filter 2. Ruang Transisi Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di ruanngan ini petugas menggunakan perlengkapan steril 3. Ruang Cuci Tangan Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan penanganan obat sitostatatika

3 b. Alat 1. Pass Box Jendela antara ruang administrasi dan ruang aseptik berfunsi untuk keluar masuknya obat kedalam ruang aseptik 2. Laminan Air Flow (LAF) LAF yang digunakan untuk pecampuran sitostatika adalah tipe : Biological Safety Cabinet (BSC). Validasi hepa filter dilakukan setiap 6 bulan dengan jalan kalibrasi. Hepa filter diganti setiap 4 tahun sekali. Aliran udara yang masuk kedalam LAF harus konstan 3. Kelengkapan APD ( Alat pelindung diri) Kelengkapan ini terdiri dari : a. Baju : Terbuat dari bahan yang tidak mengandung serat harus menutupi seluruh anggota badan kecuali muka b. Topi : Harus menutupi kepala sampai leher c. Masker : Harus mempunyai kaca plastik d. Sarung tangan : Digunakan rangkap dua dan terbuat dari bahan latex e. Sepatu : terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam 4. Biological Safety cabinet (BSC) Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6 bulan. (depkes, 2009)

4 B. Tujuan Pemberian Kemoterapi - Meringankan gejala - Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker C. Cara Pemberian Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara : 1. PO : Per Oral 2. SC : Sub Cutan 3. IM : Intra Muscular 4. IV : Intra Vena 5. IT : Intra Thecal 6. IP : Intra Peritoneal / Pleural Pemilihan vena dan tempat penusukan Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak Prosedur Kerja Penanganan Obat sitostatika Sebelum kita memulai melaksanakan kegiatan preparasi obat sitostatika yang aman dan menghasilkan produk yang bermutu, harus disusun dahulu standar prosedur kerja sebagai pedoman petugas dalam melaksanakan kegiatan. Standar Prosedur Kerja meliputi : - Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk melindungi operator dan produk - Pakaian pelindung yang melindungi operator dan produk - Prosedur pelatihan untuk personal - Teknik khusus yang diperlukan untuk safe handling cytotoxic

5 - Prosedur pembersihan tumpahan obat - Prosedur pemberian label, pengemasan, transportasi dan pembuangan limbah cytotoxic 1. Fasilitas Fisik Australian standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom. Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room : - Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent - Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu. - Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas sediaan - Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room dilakukan secara periodic. 2. Pakaian Pelindung Pakaian ( Gown ) - Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar - Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak melepaskan debu dan serat. - Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan - Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada tangan dan kaki

6 Sarung tangan - Sarung tangan yang digunakan double untuk melindungi jika terjadi tusukan dan harus menutupi manset baju. - Sarung tangan yang dipakai harus bebas dari bedak, untuk menghindari partikel tersebut masuk kedalam vial. - Sarung tangan yang robek harus segera diganti Tutup Kepala Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan. Tutup Kaki Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam Masker & Kaca mata Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan masker. Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk mengurangi kontaminan. Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari kemungkinan adanya percikan obat kanker. 3. Personal Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan penanganan obat sitostatika. Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitistatika Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari tugas ini. Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : 1. Complete blood count 2. Liver Function Test

7 3. Renal Function Test Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6 bulan, jika terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam Semua hasil harus didokumentasikan 4. Tehnik Penanganan sediaan Sitostatika 1. Penyiapan Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik. Penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan jarum suntik. 1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat dosis, rute dan waktu pemberian) 2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan. 3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak lengkap. 4. Menghitung kesesuaian dosis. 5. Memilih jenis pelarut yang sesuai. 6. Menghitung volume pelarut yang digunakan. 7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran (contoh label obat, lampiran 1). 8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket (contoh label pengiriman, lampiran 2). 9. Melengkapi dokomen pencampuran. 2. Pencampuran a. Proses pencampuran sediaan sitostatika 1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP 2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP 3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan. 4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP 5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.

8 6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika. 7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%. 8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box. 9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC. 10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis. 11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan sitostatika 12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus terlindung cahaya. 13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus. 14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk pengiriman. 15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box. 16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap (lampiran 4): 3. Cara Pemberian Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali intramuskular 4. Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja 1. Penanganan tumpahan Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari: 1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril a Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan. b Beri tanda peringatan di sekitar area. c Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) d Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan. e Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.

9 f Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong tersebut. g Cuci seluruh area dengan larutan detergent. h Bilas dengan aquadest. i Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat. j Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama. k Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua. l Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam, tempatkan dalam kantong kedua. m Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator. n Cuci tangan. 2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC a Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan serbuk. b Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru. c Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan. d Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan. e Ulangi pencucian 3 x. f Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan. g Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir. h Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator. i Cuci tangan. 2. Penanganan kecelakaan kerja a. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh: 1) Kontak dengan kulit: a) Tanggalkan sarung tangan. b) Bilas kulit dengan air hangat.

10 c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat. d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %. f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus. g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD) h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan. 2) Kontak dengan mata a) Minta pertolongan. b) Tanggalkan sarung tangan. c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5 menit. d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%. e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata. f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung. g) Catat jenis obat yang tumpah. h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan kerja. 3) Tertusuk jarum a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi. b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang. c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan yang tertusuk. d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat. e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat. f) Tanggalkan semua APD. g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi. h) Laporkan ke supervisor. i) Lengkapi format kecelakaan kerja. j) Segera konsultasikan ke dokter.

11 4. Pengelolaan limbah sitostatika Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD). b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah. d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup. e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC. f. Cuci tangan. 5. PROTAP DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI I. PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT a. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari Alkohol swab Alkohol 70 % dalam botol spray Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 % b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari Mensterilkan alas untuk sitostatika Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin) Mensterilkan sarung tangan, masker, baju, topi, sarung kaki Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan. Jarum Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik u/ disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %

DAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A.

DAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A. DAFTAR ITEM KEGIATAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA Rini Noviyani 1, Siti Khoiriyatussolehah 1, Ni Nyoman Ayu Suastiti 1, A.A. Raka Karsana 2 1 Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, 2 Instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan parenteral Sediaan parenteral bisa didefinisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspensi yang dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan diberlakukannya standar tersebut adalah sebagai pedoman praktik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PELAKSANAAN DISPENSING OBAT KANKER DENGAN BIAYA TERBATAS. Erlina Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan

MEWUJUDKAN PELAKSANAAN DISPENSING OBAT KANKER DENGAN BIAYA TERBATAS. Erlina Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan MEWUJUDKAN PELAKSANAAN DISPENSING OBAT KANKER DENGAN BIAYA TERBATAS Erlina Instalasi Farmasi RSUD Dr.Pirngadi Medan Dispensing Obat Kanker Termasuk salah satu kegiatan Farmasi Klinis, tugas dan tanggung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Drs. Abdul Muchid, Apt. NIP

KATA PENGANTAR. Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Drs. Abdul Muchid, Apt. NIP 362.11 Ind p 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Dispensing

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

TEKNIK ASEPTIK. Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF

TEKNIK ASEPTIK. Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF TEKNIK ASEPTIK Sebelum melakukan preparasi sediaan steril hal-hal yang harus dilakukan adalah Cuci tangan Memakai APD Mengoperasikan LAF Mengusap LAF Pastikan tidak memakai aksesoris Tidak boleh berkuku

Lebih terperinci

CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes

CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes DR.Dr.Sutoto,M.Kes CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in Health Care), Regional

Lebih terperinci

Produksi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit

Produksi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Produksi Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004, kegiatan produksi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan kegiatan membuat,

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH SAKIT. DRS.MUJIANA, APT. Sp. FRS INSTALASI FARMASI RS DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH SAKIT. DRS.MUJIANA, APT. Sp. FRS INSTALASI FARMASI RS DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH SAKIT DRS.MUJIANA, APT. Sp. FRS INSTALASI FARMASI RS DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA DI RUMAH SAKIT Apa itu Obat Sitostatika(OS) Mengapa Penanganan

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA NOMOR TENTANG KEBIJAKAN PERSIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DI RUMAH SAKIT DIREKTUR RUMAH SAKIT Menimbang : a. bahwa agar pemberian obat tepat dosis, tepat pasien, dan tepat waktu, Rumah

Lebih terperinci

SARANA - PRASARANA PENCAMPURAN ASEPTIK dan TATA CARA BEKERJA DI RUANG ASEPTIK. Dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt

SARANA - PRASARANA PENCAMPURAN ASEPTIK dan TATA CARA BEKERJA DI RUANG ASEPTIK. Dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt SARANA - PRASARANA PENCAMPURAN ASEPTIK dan TATA CARA BEKERJA DI RUANG ASEPTIK Dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt SARANA DAN PRASARANA: 1. BANGUNAN 2. PERALATAN 3. SDM 4. BAHAN BAKU 5. KEBIJAKAN 6. PROSEDUR

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3 Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Ada sisa obat yang terbuang Limbah Rumkital Dr Ramelan Limbah Medis a. Perban

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

INJEKSI SUB CUTAN (SC) INJEKSI SUB CUTAN (SC) NO ASPEK NG DI BOBOT.... Menempatkan alat dekat klien 2.. 1 Mengatur posisi klien sesuai penyuntikan 2 Memasang perlak/pengalas 2 Mendekatkan bengkok 2 4 Memilih tempat penyuntikan

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 SPESIFIKASI WADAH PESTISIDA a. Volume Volume wadah dinyatakan dengan satuan yang jelas seperti ml (mililiter),

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Halaman CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Dokumen nomor : -02-001-00 Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan

Lebih terperinci

WORKSHOP IV ADMIXTURE & TPN DESIANA DEWI ANGGARAENI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

WORKSHOP IV ADMIXTURE & TPN DESIANA DEWI ANGGARAENI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO WORKSHOP IV ADMIXTURE & TPN DESIANA DEWI ANGGARAENI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO WORKSHOP TARGET : Verifikasi obat suntik dan TPN Perhitungan obat suntik & TPN Praktek menulis etiket Praktek pencampuran

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Saya Mahasiswi: Nama : Kristina Magdaria NIM : 201131072 Fakultas : Kesehatan Masyarakat (Universitas Esa Unggul) Jurusan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Jenjang : S1 Bertujuan

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka KUESIONER PENELITIAN Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka Kuman dan Pada Ruangan ICU di RSUD Dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 200

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes Konsep Dasar Pemberian Obat Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN OBAT Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. JENIS DAN BENTUK OBAT 1. Obat obatan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN FARMASI KLINIK SEMESTER GENAP 2014

SOAL UJIAN FARMASI KLINIK SEMESTER GENAP 2014 SOAL UJIAN FARMASI KLINIK SEMESTER GENAP 2014 1. Jelaskan definisi Farmasi Klinik menurut Clinical Resource and Audit Group (1996)? (10) disiplin ilmu yang berkaitan dengan penerapan keahlian farmasi untuk

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2 No Dokumen : No Revisi : 00 drhjnilawati NIP 19621030 200210 2 001 1 2 3 Pengertian Tujuan Kebijakan Berbagai alat dan pemrosesan spesimen di laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas Untuk mencegah

Lebih terperinci

KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN

KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN Klonalitas :perubahan sel berproliferasi sel ganas Autonomi : Pertumbuhan tdk diatur dg benar oleh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan Anaplasia : Tdk tdp diferensiasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata

Lebih terperinci

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT ERAWATAN YANG LEBIH LANJUT 1. engertian Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawatan dan alat alat kedokteran dengan cara memisahkan, membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya. 2.

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012 1. Identifikasi produk dan perusahaan Nama Produk: Maxforce Forte Gel0,05 Alamat Perusahaan: Environmental Science Division Mid Plaza I lt. 14 Jl. Jend. Sudirman Kav.10-11, Jakarta 10220 P.O. Box 2507

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

Pengertian Persiapan:

Pengertian Persiapan: Pengertian Persiapan: Syringe Jarum (needle) Medication: Ampul Vial Mencampur obat dalam satu syringe Parenteral Medication - 2 Parenteral medication (pengobatan secara parenteral) adalah pemberian obat

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Hal. 1 dari 6 Dokumen nomor : -03-001-01 Tanggal : Mengganti nomor : -02-001-00 Tanggal : 26 Februari 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS

SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS SEMEN ALUMINA KIMIA CEMENT, ALUMINA, CHEMICALS 1. N a m a Golongan Campuran Sinonim / Nama Dagang Calcium aluminate cement; Alumina cement; Cement bonded alumina Nomor Identifikasi : Nomor CAS : 65997-16-2

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut : Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang

Lebih terperinci

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi

Lebih terperinci

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI PAKAIAN KERJA 1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan dialami pekerja. 2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja 3. Pakaian yang longgar/dasi

Lebih terperinci

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT OLEH Ahyar Riza NIP: 132 316 965 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ahyar Riza : Asepsis Sesudah Tindakan Bedah Mulut, 2009 ASEPSIS SESUDAH

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI

KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A

Lebih terperinci

SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS. Retno Muliawati, M.Sc Apt

SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS. Retno Muliawati, M.Sc Apt SAFE HANDLING OF CYTOTOXICS Retno Muliawati, M.Sc Apt Tiga Prinsip Dasar dalam Penanganan Obat Chemotherapy Perlindungan terhadap pasien Teknik aseptik Pencegahan ekstravasasi Perlindungan terhadap petugas

Lebih terperinci

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM

Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM STERILISASI MENGGUNAKAN STERILISATOR OZON & IM ( INFRA MERAH ) Sterilisasi adalah suatu pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN 99 Lampiran 1 No. Kode : LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul penelitian : Hubungan antar pengetahuan perawat tentang kewaspadaan universal dengan rotasi perawat ke ruang isolasi di RSUD Cengkareng. Peneliti

Lebih terperinci

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES PANDUAN PRAKTIKUM PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES dr. SOEPRAOEN PANDUAN LABORATORIUM SKILL FARMAKOLOGI TA. 2014/2015 POLITEKNIK KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN MALANG 2015 JENIS KETRAMPILAN : PEMBERIAN INJEKSI

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

SKALA PRIORITAS ICRA TERAPI CAIRAN

SKALA PRIORITAS ICRA TERAPI CAIRAN N O JENIS KELOMPOK RESIKO 1. Percabangan/ pencampuran injeksi 2. Penyiapan injeksi/infus 3. Pemberian Terapi Elektrolit SKOR PRIORITAS TUJUAN KHUSUS STRATEGI EVALUASI PROGRESS/ANALISA 48 Pasien mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/6 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Paliogen* Blue L 6385 Penggunaan: Colorants for the Paints, lacquers and varnishes industry Perusahaan: PT BASF Indonesia

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENANGANAN SITOTOKSIK DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN NURSES KNOWLEDGE MANAGEMENT OF CYTOTOXIC FOR CHEMOTHERAPY IN dr. ZAINOEL ABIDIN Kana Rizkiya 1 ;

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Contoh Audit Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

Metode Pencampuran IV Admixture & Total Parenteral Nutrisi di Farmasi

Metode Pencampuran IV Admixture & Total Parenteral Nutrisi di Farmasi Metode Pencampuran IV Admixture & Total Parenteral Nutrisi di Farmasi Presented by : Center Of Aseptik Dispensing services RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo TARGET PESERTA Memahami Bagaimana Pencampurn IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci