STUDI POLA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI POLA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG"

Transkripsi

1 STUDI POLA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG Zuni Mitasari 1, Yuswa Istikomayanti 2 Program Studi Pendidikan Biologi / Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang Alamat Korespondensi : Jl. Telaga Warna Blok C, Malang, Telp (0341) / Fax (0341) , Universitas Tribhuwana Tunggadewi 1) zmitasari@gmail.com, 2) yuswa2710@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyesuaian diri mahasiswa luar Jawa yang kuliah di Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data diambil dengan metode purposive sampling dengan instrumen penelitian berupa angket dan wawancara. Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi bahwa mahasiswa luar Jawa mengalami culture shock di tahun pertama kuliah di Malang. Masalah yang dialami yaitu berkaitan dengan, 1) finansial, 2) kesulitan bahasa, 3) makanan, 4) suhu dan iklim. Upaya-upaya penyesuaian diri yang dilakukan yaitu dengan aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus. Banyaknya teman yang berasal dari daerah yang sama dan keikutsertaan dalam organisasi mahasiswa dapat membantu mempercepat penyesuaian diri mahasiswa yang berasal dari luar Jawa. Kata kunci: Luar Jawa, Mahasiswa, Penyesuaian Diri, UNITRI 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan ragam budaya, agama, suku, dan adat istiadat. Hal tersebut didukung dengan letak geografis Indonesia yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tingginya tingkat gerak sosial-geografis memungkinkan terjadinya kontak budaya diantara penduduk Indonesia [1]. Interaksi antar budaya dialami oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang mengambil pendidikan tinggi di kota-kota besar Indonesia. Beberapa kota besar di Indonesia yang dijadikan tujuan utama untuk melanjutkan studi tingkat perguruan tinggi, yaitu Jakarta, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, dan Malang. Kota-kota pendidikan tersebut memiliki banyak pilihan universitas maupun sekolah tinggi dengan sarana dan prasarana yang lengkap, tempat dan iklim yang kondusif sebagai tempat belajar, dan juga memiliki daya saing dan prestasi yang membanggakan. Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Kota Malang. Mahasiswa kampus ini sangat beragam baik ditinjau dari asal daerah, agama, suku, bahasa, dan budaya sehingga bisa merepresentasikan keberagaman rakyat Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada awal tahun masuk ajaran baru ada banyak mahasiswa baru yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, terutama berasal dari Indonesia timur. Mahasiswa UNITRI berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua bahkan dari negara tetangga, yaitu Timor Leste. Malang merupakan salah satu Kota Pendidikan di Jawa Timur yang memiliki iklim yang kondusif dan nyaman untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Mahasiswa yang berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia ini menyebabkan dinamika sosial dan budaya yang tinggi. Para pelajar inilah yang membentuk keanekaragaman budaya dan muncul nuansa multikultural baik di lingkungan kampus maupun suasana di lingkungan tempat tinggal mereka. Malang khususnya kampus UNITRI dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia karena dapat ditemukan sejumlah mahasiswa dengan berbagai macam latar belakang budaya dengan berbagai macam karakter yang mencerminkan kekhasan budaya tanah air. Para mahasiswa baru yang pertama kali merantau ke daerah baru berpotensi mengalami culture shock. Culture shock merupakan suatu bentuk tekanan dan kecemasan yang dialami oleh 796 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

2 orang-orang ketika berpindah ke suatu tempat dengan kondisi sosial dan budaya yang baru [2]. Seseorang yang pergi ke suatu tempat baru dan menetap dalam jangka waktu tertentu akan menghadapi tantangan hidup berupa keadaan lingkungan yang baru dan asing. Contohnya adalah mahasiswa dari luar pulau Jawa yang memiliki lingkungan dan budaya yang sangat berbeda kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi di pulau Jawa. Culture shock dapat menyebabkan seseorang mengalami kebingungan terhadap lingkungannya dan menimbulkan emosi negatif [3]. Seseorang yang mengalami culture shock akan merasa tidak mengetahui harus berbuat apa atau tidak mengetahui cara mengerjakan sesuatu di lingkungan yang baru, secara umum ini dialami oleh mahasiswa baru pada awal kedatangan di lingkungan yang baru. Mahasiswa luar Jawa harus berusaha menyesuaikan diri atau melakukan tindakan adaptif untuk menghadapi masalah dan tekanan dengan melakukan proses penyesuaian diri terhadap keadaan masyarakat dan budaya di tempat baru. Upaya dan pola penyesuaian diri mahasiswa mahasiswa sangat beragam sesuai dengan kepribadian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, lingkungan dan status sosial ekonomi [4]. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru yang memungkinkan adanya banyak tuntutan agar dapat memahami budaya di tempat baru. Respon yang terjadi tidaklah cepat karena ada perbedaan bahasa, adat istiadat, dan cara berkomunikasi yang memerlukan waktu tidak singkat [1]. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melakukan penyesuaian diri karena perlu mempelajari dan memahami secara terus-menerus. Informasi mengenai culture shock diperlukan karena faktor tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar mahasiswa. Selain itu hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan kajian institusi dalam merancang kegiatan pendidikan dan kemahasiswaan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui penyebab terjadinya culture shock mahasiswa luar jawa yang menempuh pendidikan di UNITRI, 2) mengetahui dampak terjadinya culture shock, dan 3) mengetahui pola penyesuaian diri mahasiswa luar jawa dalam menghadapi culture shock. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Studi Pola Penyesuain Diri Mahasiswa Luar Jawa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa UNITRI yang berada pada tahun pertama kuliah (angkatan 2016) sedangkan sampel penelitian berjumlah 79 orang mahasiswa. Gambaran data penelitian berdasarkan asal daerah mahasiswa, yaitu Nusa Tenggara Timur (63 responden), Kalimantan (9 responden), Maluku (4 responden), Papua (2 responden), Timor Leste (1 responden). Jika ditinjau dari agama yang dianut mahasiswa, maka ada tiga kelompok agama, yaitu Katholik (44 responden), Kristen (20 responden), dan Islam (15 responden). Metode yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu purposive sampling, yaitu secara sengaja menentukan suatu kriteria dengan tujuan agar peneliti memperoleh manfaat dari pengetahuan dan pengalaman dari kelompok yang menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan, yaitu teknik aksidental karena populasi penelitian tidak dapat ditentukan sebelumnya secara pasti sehingga menjadikan siapa saja yang dianggap cocok sebagai sumber data. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket dan hasil wawancara. Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Maret sampai Juni 2017 di UNITRI. Survei penelitian dilakukan terhadap mahasiswa yang memiliki syarat-syarat responden penelitian, yaitu 1) mahasiswa UNITRI yang berasal dari luar Jawa 2) belum pernah tinggal menetap di kota Malang sebelumnya, 3) sedang menjadi mahasiswa untuk program studi di UNITRI dengan lama studi minimal 1 semester dan berada pada tahun pertama perkuliahan (semester awal), dan 4) tidak memiliki keluarga yang tinggal menetap di kota Malang. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyesuaian memiliki arti yang sangat luas dan umum digunakan dalam berbagai konteks yang mengandung arti manajemen perilaku dalam kaitannya dengan lingkungan [5]. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai istilah yang mengacu pada kemampuan individu dalam bersosialisasi Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

3 dengan lingkungannya dan sekaligus melihat sejauh mana peran individu tersebut dalam lingkungan masyarakat. Seseorang yang dapat menyesuaikan diri akan merasakan nyaman secara psikologis dengan hal-hal yang ada pada lingkungan barunya. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang berjalan dinamis dan bertujuan untuk tingkah laku seseorang agar tercipta hubungan yang baik antara individu dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang dihadapi oleh mahasiswa perantauan menyangkut aspek akademis dan non-akademis, anatara lain aspek psikologis, seperti rasa rindu ingin pulang (homesick) dan jarak geografis dari keluarga, aspek kultural seperti harus menyesuaikan diri terhadap norma sosial yang baru dan juga interaksi antara dosen dan mahasiswa yang berbeda pengalaman orientasi nilai, seperti jarak kekuasaan (power distance), selain itu juga faktor cuaca dan makanan [3]. Kriteria kemampuan adaptasi mahasiswa dijabarkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kualifikasi Kemampuan Adaptasi Mahasiswa No Kriteria Interval 1 Sangat Tinggi 76%-100% 2 Tinggi 51%-75% 3 Sedang 26%-50% 4 Rendah 0%-25% Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata kondisi culture shock yang dialami oleh mahasiswa yaitu sebesar 60% (kategori tinggi) dan faktor-faktor yang menyebabkannya sebesar 48% (kategori sedang) meskipun demikian kemampuan adaptasi mahasiswa juga tergolong tinggi yaitu sebesar 51%. Kemampuan adaptasi mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi dengan persentase sebesar 54% (kategori tinggi). 3.1 Penyebab Terjadinya Culture Shock pada Mahasiswa Luar Jawa Setiap mahasiswa yang memasuki budaya baru akan mengalami penyesuain diri dalam bentuk interaksi sosial. Hal mendasar yang dialami mahasiswa baru dai luar Jawa adalah kesulitan sosial antara mahasiswa tersebut dengan penduduk asli di tempat baru [3]. Selama kurun waktu proses penyesuain diri tersebut, mahasiswa akan mengalami beberapa tahap penyesuaian diri dalam menghadapi culture shock. Beberapa aspek yang dapat menyebabkan culture shock berdasarkan hasil angket dn wawancara terhadap informan, yaitu: 1. Faktor Internal Pengaruh intrapersonal dalam diri Individu, seperti keterampilan komunikasi, pengalaman dalam setting lintas budaya, kemampuan bersosialisasi dan ciri karakter individu, toleransi dan kemandirian berada jauh dari keluarga berpengaruh pada besar kecilnya terjadi penyebab culture shock. Informan yang tidak memiliki saudara yang dikenal di Malang cenderung mengalami culture shock yang cukup tinggi karena kurangnya informasi terkait lingkungan baru maupun kondisi perkuliahan di Malang, khususnya di UNITRI. Kurangnya persiapan dalam menghadapi budaya baru dapat mengakibatkan timbulnya masalah ketidaknyamanan secara luas dan lebih kompleks [1]. 2. Faktor Eksternal Culture shock dapat terjadi lebih cepat jika budaya di tempat baru semakin berbeda dari daerah asal. Pebedaan tersebut diantaranya perbedaan sosial, budaya, adat istiadat, agama, iklim, makanan, bahasa, pendidikan, serta aturan dan norma-norma sosial [1]. a. Linearitas jurusan SMA/SMK dan kuliah Ada mahasiswa yang kesulitan memahami materi kuliah dikarenakan ketidaksesuaian jurusan waktu di SMA dengan jurusan yang diambil di kuliah. Misalnya, waktu SMA masuk jurusan bahasa sedangkan kuliah mengambil Program Studi Agribisnis. Mereka harus mempelajari matakuliah Kimia, Biologi, maupun Fisika yang termasuk ke dalam rumpun IPA. Hal tersebut 798 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

4 dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa dan juga berdampak pada proses dan hasil belajar mahasiswa. b. Bahasa Bahasa dan logat yang berbeda menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Kesulitan dalam pemahaman bahasa dapat mengakibatkan sulitnya komunikasi antar individu dan pada akhirnya akan memicu stres. Volume suara mahasiswa dari lar Jawa yang cenderung tinggi juga terasa asing bagi mahasiswa dari Jawa yang terbiasa dengan volume suara yang cenderung rendah. c. Ekonomi Berdasarkan infomasi yang didapat dari informan mereka menyampaikan bahwa sebagian besar mata pencaharian orang tua mereka adalah petani sehingga mereka harus belajar mengatur uang kuliah agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tidak adanya laptop dan komputer juga menjadi salah satu kendala karena mahasiswa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas dosen. Pada akhirnya informasi cukup sulit untuk diperoleh. d. Sosial budaya Adat istiadat Jawa yang berbeda jauh dengan adat istiadat daerah asal informan mau tidak mau mengharuskan mereka mengikuti semua peraturan yang sudah ditetapkan jika melanggar aturan maka mereka akan menerima sanksi oleh masyarakat. Meskipun begitu informan menyampaikan bahwa masyarakat Malang yang termasuk ke dalam suku Jawa sangat ramah dan bahasanya halus. Selain itu, lingkungan sangat tertib dan masyarakatnya pun juga sopan. e. Lingkungan akademik Lingkungan di perguruan tinggi sangatlah berbeda jauh jika dibandingkan dengan kehidupan sekolah. Mahasiswa baru harus aktif mencari informasi terkait dengan kegiatan awal perkuliahan. Perencanaan perkuliahan dengan sistem Satuan Kredit Semester (SKS) dan juga penjadwalan matakuliah menggunakan Kartu Rencana Studi (KRS) pada akhirnya mengharuskan mahasiswa baru harus aktif membaca dan bertanya. Mahasiswa baru cenderung merasa gelisah, cemas, atau bahkan takut jika mereka ketinggalan informasi. f. Makanan Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi culture shock. Kebiasaan, pola, dan juga menu makanan menjadi kendala mahasiswa baru yang berada di Malang. Mahasiswa baru harus melakukan penyesuaian diri terhadap hal ini. Informan lebih cenderung menyukai memasak makanan sendiri karena dapat menyesuaikan dengan selera. Pola, jenis, rasa dan porsi makan setiap orang sangat berkaitan erat dengan kultur dimana ia tinggal. Oleh karena itu, ketika individu tersebut berada di daerah baru dengan pola, jenis, rasa dan porsi makan yang berbeda, maka akan mengalami kekagetan dan frustasi yang mengarah pada terjadinya culture shock [1]. Ketidak cocokan dalam pola, jenis, rasa, dan pori makanan ini seringkali dapat mengakibatkan keluhan penyakit pencernaan. g. Iklim dan cuaca Wilayah Malang termasuk ke dalam wilayah pegunungan yang beriklim dingin. Hal tersebut menjadi masalah bagi mahasiswa baru yang berasal dari luar Jawa. Jika diabaikan maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti batuk, demam, dan flu bahkan penyakit alergi. 3.2 Dampak Culture Shock yang Dialami Mahasiswa Luar Jawa Stres merupakan suatu keadaan dimana seorang individu mengalami tekanan atau tuntutan agar dapat melakukan penyesuaian diri, misalnya tuntutan untuk beradaptasi dengan budaya baru dengan melakukan perubahan sikap dan tingkah laku ketika berada dan tinggal di daerah baru [6]. Adanya berbagai tekanan dan tuntutan tersebu, seorang individu akan berupaya untuk mencari cara untuk menghadapinya. Terdapat enam aspek yang menjadi ciri terjadinya culture shock, yaitu 1) Ketegangan karena adanya usaha untuk beradaptasi secara psikis, 2) Perasaan kehilangan keluarga, teman, status, dan kepemilikan, 3) Penolakan terhadap dan dari orang-orang di lingkungan yang baru, 4) Adanya kebingungan mengenai peran, harapan terhadap peran tersebut, nilai yang dianut, perasaan dan identitas diri, 5) Tidak menyukai kenyataan adanya perbedaan bahasa, kebiasaan, nilai atau norma Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

5 dan sopan santun antara daerah asal dan daerah baru, dan 5) Perasaan tidak berdaya yang disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru [7]. Culture shock yang dialami oleh mahasiswa baru dapat menyebabkan perasaan tidak menyenangkan dan menimbulkan frustasi dengan tingkat tekanan yang berbeda-beda antar individu. Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa lebih dari 50% mahasiswa yang disurvei merasakan beberapa hal berikut. a. Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal b. Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan yang baru c. Merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan baru d. Lebih tersinggung apabila ada yang menyinggung budaya asal e. Selalu sedih / menangis karena jauh dari keluarga f. Sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga dan teman-teman di rumah (homesickness) g. Merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di budaya yang baru h. Merasa kehilangan orang-orang yang telah dikenal sebelumnya i. Merasa budaya asal lebih baik daripada budaya baru j. Merasa kehilangan jati diri selama berada di lingkungan baru k. Orang- orang di lingkungan baru membentuk suatu stereotip (pandangan negatif) terhadap nilainilai budaya asal l. Merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan latar belakang budaya m. Merasa tertekan setelah pindah ke Malang n. Merasa sedih berada di lingkungan yang tidak familiar 3.2 Pola Penyesuaian Diri Mahasiswa Luar Jawa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Pada dasarnya, setiap individu memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri tetapi setiap individu memiliki tingkat kemampuan penyesuaian diri yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor personal, finansial, sosial, dan pendidikan [8]. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Khawaja dan [9] bahwa stres yang dialami oleh mahasiswa berkaitan dengan isu finansial, akomodasi, akademik, dan juga lingkungan. Akibatnya, stres ini berdampak signifikan terhadap penyesuaian diri mahasiswa [10]. Mahasiswa yang memiliki stres tinggi akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, begitu juga sebaliknya [3]. Beberapa peneliti mengelompokkan penanggulangan stres menjadi empat katagori, yaitu 1) memutuskan menghadapi target stres secara langsung, 2) menghindari hal-hal atau situasi yang dapat memicu stres, 3) mengurangi dampak stres melalui aktivitas religius, dan 4) memutuskan menerima hidup apa adanya [11]. Penyesuaian diri seorang mahasiswa yang merantau di Malang berkaitan erat dengan kemandiriannya, artinya semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat penyesuaian diri mahasiswa baru yang merantau tersebut [12]. Pada dasarnya seseorang yang berada pada lingkungan baru akan mengalami beberapa fase culture shock dengan empat tingkatan (Gambar 1). Keempat tingkatan tersebut membentuk pola u- curve [13] yaitu. a. Fase optimistik / honeymoon Fase ini berisi perasaan gembira, rasa penuh harapan baru, dan euforia sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru. Pada fase ini informan merasa senang dan antusias karena dapat kuliah di Jawa meskipun mereka belum pernah ke Malang sebelumnya. b. Fase masalah kultural Fase kedua di mana masalah dengan lingkungan baru mulai muncul, misalnya karena kesulitan dalam berbahasa. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini adalah tahap krisis dalam culture shock. Mahasiswa merasa bingung dan tercengang dengan sekitarnya, sehingga menimbulkan frustasi dan mudah tersinggung, bersikap permusuhan, mudah marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten. Pada fase ini mahasiswa akan menemui banyak perbedaan dalam bahasa dan logatnya baik di lingkungan kampus maupun lingkungan tempat tinggal mereka. c. Fase penyembuhan 800 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

6 Fase ketiga ini orang mulai mengerti dan memahami budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dan menemukan cara dalam menghadapi budaya baru. Pada tahap ini informan mempunyai waktu yang berbeda-beda dalam menghadapi budaya baru. Pada akhir semester satu mereka masih menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Meskipun demikian, rata-rata informan sudah tidak merasa khawatir dengan lingkungan mereka tetapi sampai pada semester kedua mereka masih terus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. d. Fase perbaikan Pada fase keempat orang telah memahami elemen kunci dari budaya barunya seperti nilai-nilai, adat istiadat, pola komunikasi, dan keyakinan. Pada tahap ini sebagian kecil mahasiswa tahun pertama sudah merasa nyaman tinggal di Malang. Hal ini didukung oleh keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan sehingga memiliki teman yang banyak dan ikut kegiatan sesuai bakat minatnya. Semakin banyak interaksi sosial maka mahasiswa baru akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri. Gambar 1 : Keempat Tahapan dalam Culture Shock U-Curve Berdasarkan data dari informan diperoleh informasi bahwa 84% mahasiswa melakukan upaya untuk mengatasi culture shock dengan cara aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-temannya baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu banyaknya teman-teman yang berasal dari daerah sama serta keikutsertaan dalam himpunan organisasi daerah asal juga membantu dalam mempercepat kemampuan adaptasi mahasiswa baru. Bahasa merupakan kendala kedua yang dialami oleh mahasiswa baru. Mereka harus belajar memahami Bahasa dan logat teman-teman dari berbagai macam daerah. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran di kelas melalui berbagai macam model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen dapat mebantu mereka dalam beradaptasi. Pemilihan kelompok secara heterogen juga merupakan salah satu upaya dalam menyatukan keberagaman mahasiswa dalam satu kelas. Upaya penyesuaian diri mahasiswa baru tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang berperan penting, yaitu. a. Kemampuan berbahasa jawa b. Tingkat kepercayaan diri dalam memulai berkomunikasi dengan orang lain c. Ketergantungan untuk selalu berkumpul dengan teman yang berasal dari daerah yang sama d. Keinginan dalam eksistensi diri e. Keaktifan bertukar informasi dengan lingkungan baru. f. Kecemasan dan rasa canggung bertemu dengan orang lokal (Malang) g. Ketakutan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan baru h. Rasa memiliki lingkungan yang baru [14]. Adaptasi terhadap culture shock akan berlangsung baik jika mahasiswa baru tersebut memiliki kepekaan kultural. Kepekaan tersebut dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir dalam pola pikir mereka. Kepekaan terhadap budaya tersebut merupakan modal yang sangat besar dalam Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

7 membangun toleransi, rasa pengertian yang akan tercipta antara mahasiswa perantau dengan budaya masyarakat setempat. Kesimpulannya, culture shock yang terjadi pada setiap individu yang merantau berbeda-beda terkait sejauh mana culture shock dapat mempengaruhi hidupnya [1]. Semakin tinggi interaksi sosial maka semakin rendah tangkat culture shock yang dialami oleh mahasiswa luar Jawa yang kuliah UNS Surakarta begitu juga sebaliknya. Interaksi sosial yang baik dapat mengurangi dampak culture shock yang dialami oleh individu. Interaksi sosial tersebut antara lain menerima, berusaha memahami, dan toleransi terhadap budaya baru dengan sikap terbuka. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari aturan-aturan sosial yang berlaku di lingkungan budaya yang baru [15]. 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa baru yang berada di tahun pertama perkuliahan mengalami culture shock. Setiap mahasiswa mempunyai waktu yang berbeda-beda dalam beradaptasi. a. Penyebab terjadinya culture shock pada mahasiswa luar jawa ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keterampilan komunikasi, pengalaman dalam setting lintas budaya, kemampuan bersosialisasi dan ciri karakter individu, toleransi dan kemandirian. Sedangkan faktor eksternal, yaitu linearitas jurusan SMA/SMK dan kuliah, Bahasa, ekonomi, sosial budaya, lingkungan akademik, makanan, serta iklim dan cuaca. b. Dampak culture shock yang dialami mahasiswa luar jawa, yaitu merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal, merasa asing dan sendiri berada di lingkungan yang baru, merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan baru, lebih tersinggung apabila ada yang menyinggung budaya asal, selalu sedih / menangis karena jauh dari keluarga, sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga dan teman-teman di rumah (homesickness), merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di budaya yang baru, merasa kehilangan orang-orang yang telah dikenal sebelumnya, merasa budaya asal lebih baik daripada budaya baru, merasa kehilangan jati diri selama berada di lingkungan baru, merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan latar belakang budaya, merasa tertekan setelah pindah ke Malang, dan merasa sedih berada di lingkungan yang tidak familiar. c. Pola penyesuaian diri mahasiswa luar Jawa di Universitas Tribhuwana Tunggadewi, yaitu mahasiswa melakukan upaya untuk mengatasi culture shock dengan cara aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-temannya baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu banyaknya teman-teman yang berasal dari daerah sama serta keikutsertaan dalam himpunan organisasi daerah asal juga membantu dalam mempercepat kemampuan adaptasi mahasiswa baru. Penelitian mengenai pola penyesuain diri mahasiswa ini merupakan penelitian dasar yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian-penelitian pendidikan selanjutnya di UNITRI. Analisis mengenai culture shock ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan objek penelitian mahasiswa yang heterogen dari segi agama, bahasa, dan adat istiadat. Penelitian selanjutnya yang dapat dikembangkan diantara mengenai gaya belajar, model-model pembelajaran, multiple intelegensi, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Devinta, M., Hidayah, N., dan Hendrastomo, G Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi [2] Odera, P Culture Shock in A Foreign Land: Rwandan Experience. [Online]. Dari: journals.sfu.ca/kigali/viewarticle.php?id=8 -.[Diakses pada 29 September 2017]. [3] Hutapea, B Stres Kehidupan, Religuisitas, dan Penyesuaian Diri Warga Indonesia sebagai Mahasiswa Internasional. Jurnal Makara Hubs-Asia, 18(1): SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

8 [4] Niam, E.K Koping terhadap Stres pada Mahsiswa Luar Jawa yang Mengalami Culture Shock di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ilmiah Berkala Indigenous, 11(1): [5] Chouhan, V.L & Salini, V Coping Strategies for Stress and Adjustment among Diabetics. Journal of The IndianAcademy of Applied Psychology, 32(2): [6] Nevid, J.S., Rathus, S.A. dan Beverly Greene Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. [7] Oberg, K Cultural Shock: Adjusment to New Cultural Environments. [Online]. Dari: berg%20%25.pdf. [Diakses pada 29 September 2017]. [8] Gajdzik, P.K Relationship between Self-efficiacy Beliefs and Sosio-cultural Adjustment of International Graduate Students and American Graduate Students. [Online]. Dari: pdf?sequence=5. [Diakses pada 20 Mei 2016]. [9] Khawaja, N.G. & Dempsey, J A Comparison of International and Domestic Tertiary Student in Australia. Australian Journal of Guidence & Counselling, 18(1): [10] Skowron, E.A., Wastern, S.R., & Azen, R Differentiation of Self-modian Collage Gives any Adjustment. Journal of Counseling & Development, 8(2): [11] Baqutayan, S.M.S The Importance of Religious Orientation in Managing Stress. International Journal of Psychological Studies, 3(1): [12] Anggraini, E.N Hubungan antara Kemandirian dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Baru yang Merantau di Kota Malang. [Online]. Dari: [Diakses pada 25 Mei 2016]. [13] Samovar, dkk Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: CV Alfabeta. [14] Pyvis, D & Chapman, A Culture Shock and The International Student offshore. Journal of Research in International Education, 4(1): [15] Hasibuan, R.M.W., Wiyanti, S., dan Karyanta, N.A Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Culture Shock pada Mahasiswa Luar Jawa di Universitas Sebelas Maret Surakarta. [Online]. Dari: [Diakses pada 25 September 2017]. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal seperti sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada era globalisasi saat ini, pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa depan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara

BAB I PENDAHULUAN. sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, yang setiap sukunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang dimaksud antara lain dalam

Lebih terperinci

FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA. Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan Grendi Hendrastomo UNY

FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA. Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan Grendi Hendrastomo UNY Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) Pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta 1 FENOMENA CULTURE SHOCK (GEGAR BUDAYA) PADA MAHASISWA PERANTAUAN DI YOGYAKARTA Oleh: Marshellena Devinta / Nur Hidayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui proses belajar. Apa yang dipelajari oleh manusia pada umumnya dipengaruhi oleh sosial

Lebih terperinci

CULTURE SHOCK PADA MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DITINJAU DARI ETNIS DAN DUKUNGAN SOSIAL

CULTURE SHOCK PADA MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DITINJAU DARI ETNIS DAN DUKUNGAN SOSIAL CULTURE SHOCK PADA MAHASISWA LUAR JAWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DITINJAU DARI ETNIS DAN DUKUNGAN SOSIAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dengan ditetapkannya wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dengan ditetapkannya wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, maka pendidikan dirasakan sangat penting dan menjadi fokus utama pemerintah dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

DIAN AMELIA F

DIAN AMELIA F CULTURE SHOCK DAN PERILAKU KOPING PADA MAHASISWA ASING SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DIAN AMELIA F 100 030 033 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara pada

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan era modern saat ini membawa dampak positif pada bidang pendidikan. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menempuh pendidikan tinggi merupakan impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari memperoleh pengalaman baru, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

KOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Erni Khoirun Niam 69 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract. Students

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) Dikti tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia mengalami peningkatan, baik perguruan tinggi negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan biaya pendidikan gratis bagi siswa berprestasi dan beasiswa

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan biaya pendidikan gratis bagi siswa berprestasi dan beasiswa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemerataan pembangunan di Indonesia saat ini telah diwujudkan melalui program beasiswa yang ditawarkan oleh perusahaan maupun lembaga dengan memberikan biaya pendidikan

Lebih terperinci

CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA PUBLIKASI ILMIAH. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika

CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA PUBLIKASI ILMIAH. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG Rayhanatul Fitri 15010113130086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Mahasiswa asing merupakan individu dimana setiap individu lahir di dunia tanpa memiliki pemahaman apapun tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Biasanya masyarakat di Indonesia mengikuti pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Biasanya masyarakat di Indonesia mengikuti pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Zaman era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi sangatlah penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Culture Shock 2.1.1 Definisi Culture Shock Culture shock mengacu pada reaksi psikologis yang dialami individu karena berada ditengah budaya yang berbeda dengan budayanya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik, BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perguruan tinggi di Indonesia, khususnya yang berada di pulau Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perguruan tinggi di Indonesia, khususnya yang berada di pulau Jawa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi di Indonesia, khususnya yang berada di pulau Jawa, memiliki keunggulan dan memiliki tenaga pengajar yang berpengalaman, serta memilki sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi saat ini menjadi incaran para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di Indonesia menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif.mereka aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan.mereka berusaha untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi layaknya nafas kehidupan manusia. Kodratnya sebagai makhluk sosial membuatnya senantiasa berinteraksi demi pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gegar budaya atau biasa dikenal dengan culture shock sering kali dialami oleh individu ketika mereka memasuki budaya baru. Ketika memasuki budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di Indonesia. Semua warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di Indonesia. Semua warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di Indonesia. Semua warga negara Indonesia berhak mengikuti pendidikan setinggi-tinggi nya untuk meraih cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI Diajukan oleh : Rozi Januarti F. 100 050 098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain. Hubungan antar anak kos t dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk interaksi kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan warga asing masuk ke perguruan tinggi Indonesia adalah untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan warga asing masuk ke perguruan tinggi Indonesia adalah untuk melanjutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi di Indonesia menerima warga asing sebagai mahasiswanya. Tujuan warga asing masuk ke perguruan tinggi Indonesia adalah untuk melanjutkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Penelitian kompetensi komunikasi lintas budaya untuk beradaptasi dalam ruang lingkup pendidikan multikultural semakin penting dilakukan karena memiliki beberapa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) dan universitas merupakan dua institusi yang memiliki perbedaan nyata baik dari segi fisik hingga sistem yang meliputinya. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang sedang dalam proses pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut maupun akademi. Mahasiswa adalah generasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2). BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung 1 Rina Ramdani, 2 Ihsana Sabriani Borualogo, 3 Stephanie Raihana Hamdan

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA (Introduction to Cross-Cultural Understanding)

PENGENALAN PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA (Introduction to Cross-Cultural Understanding) PENGENALAN PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA (Introduction to Cross-Cultural Understanding) Oleh: Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA ABSTRAKSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia. *Keperluan korespondensi, telp/fax: (0271) , ABSTRAK

Surakarta, Indonesia. *Keperluan korespondensi, telp/fax: (0271) ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 6 No. 1 Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 24-30 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH LINGKUNGAN KELAS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

juga orang baru dan pemula. Bagi mereka kondisi selama sebelum dan

juga orang baru dan pemula. Bagi mereka kondisi selama sebelum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai seorang akademisi memiliki beragam tuntutan dan permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Tuntutan tersebut dapat berupa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini arus dunia pendidikan semakin pesat. Proses itu sering disebut dengan globalisasi. Seiring berjalannya arus dunia pendidikan global di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sebagai makhluk hidup senantiasa berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DALAM INTERAKSI SOSIAL (Deskriptif Kualitatif Pada Mahasiswa Etnis Minangkabau di Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2010-2013)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Culture Shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase dewasa awal yang dimulai usia 10 hingga 12 tahun hingga berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

dapat menghadapi satu sama lain secara fisik, legal, kultural, dan psikologis. Maka dari itu, pendidikan dengan adanya keragaman budaya memberikan keu

dapat menghadapi satu sama lain secara fisik, legal, kultural, dan psikologis. Maka dari itu, pendidikan dengan adanya keragaman budaya memberikan keu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya keragaman budaya dalam dunia pendidikan memberikan berbagai keuntungan, seperti yang diungkapkan oleh Gurin, Nagda, dan Lopez (2004, 19) bahwa para pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya dan mampu mengembangkan kemampuan intelektual yang mereka miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK

CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK Skripsi ini berjudul Culture Shock Pelajar Minang di USU, masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci