BAB V PERANCANGAN. Gambar 5.1 Kondisi lereng sebelum longsor dan setelah longsor. Tugas Akhir Hariish ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PERANCANGAN. Gambar 5.1 Kondisi lereng sebelum longsor dan setelah longsor. Tugas Akhir Hariish ( )"

Transkripsi

1 BAB V PERANCANGAN 5.1. Perancangan Penanganan Kelongsoran pada KM Pada kilometer Ruas Jalan Cadas Pangeran terjadi kelongsoran pada lereng bagian atas dan bagian bawah jalan lereng gambar 5.1 menunjukan kondisi lereng sebelum dan setelah longsor. Berdasarkan fungsi dan peranannya, jalan ini diharapkan dapat selalu memberikan pelayanan optimal pada arus lalu lintas yang lewat di atasnya. Gangguan yang terjadi pada ruas jalan ini seperti kelongsoran tidak hanya mengganggu lalu lintas kendaraan, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan. Gambar 5.1 Kondisi lereng sebelum longsor dan setelah longsor Untuk mencegah agar tidak terulang kembali perlu suatu upaya agar kestabilan lereng tetap terjaga. Metode yang akan digunakan adalah dengan mengubah geometri lereng pada lereng bagian atas dan dengan paku tanah pada lereng bagian bawah (gambar 5.2). TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

2 Gambar 5.2 Penanganan dengan Paku Tanah dan Mengubah Geometrik Lereng 5.2. Perancangan Pemakuan Tanah (Soil Nailing) Pada peristiwa longsor yang terjadi sebelumnya bahu jalan pada lereng bagian bawah hilang akibat ikut longsor. Bahu jalan merupakan bagian dari jalan yang tidak dapat dihiraukan, oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk mengembalikan jalan pada kondisi semula. Untuk mengembalikan kondisi jalan bahu jalan akan diadakan kembali dengan cara penimbunan dan perkuatan dengan paku tanah. Paku tanah pada kasus ini dirancang untuk mengikat antara tanah timbunan dan lereng agar tidak terjadi longsor karena pada kasus ini tanah timbunan dan lereng tidak akan memiliki ikatan yang dapat menahan gaya longsor Kriteria Perancangan Dalam perancangan paku tanah terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar didapatkan struktur penahan tanah yang dapat berfungsi dengan baik, berikut ini beberapa kriteria yang harus dipenuhi: a. Angka keamanan Angka keamanan dari setiap aspek perhitungan desain harus memenuhi angka keamanan minlmal yang diambil berdasarkan GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls dari FHWA dan pada tugas akhir ini angka keamanan yang harus di penuhi adalah sebagai berikut: TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

3 Mode keruntuhan Stabilitas eksternal Stabilitas internal Stabilitas Permukaan Tabel 5.1 Angka keamanan minlmal pemakuan tanah Komponen Penahan Lambang Angka keamanan minimum Stabilitas global FS G 1.5 Stabilitas penggeseran FS SL 1.5 Ketahanan Putusnya paku FST 1,8 Ketahanan lendutan Temporer FS FF 1.35 Permanen FS FF 1.5 Ketahanan punching Temporer FS FP 1.35 Permanen FS FP 1.5 Ketahanan putusnya Headed-Stud Permanen FS HT 1.8 Sumber : GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls FHWA b. Kemungkinan dikerjakan di lapangan Metode pengerjaan yang akan digunakan pada proyek harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan agar didapatkan hasil sesuai dengan harapan. Kondisi yang menentukan dalam pemilihan metoda pengerjaan diantaranya adalah jenis tanah di lapangan dan kondisi muka air tanah. Misalkan pada proses pengeboran lubang paku tanah perlu diperhatikan jenis tanah pada lokasi untuk menentukan metode pengeboran yang akan digunakan. Pada perancangan ini akan digunakan metode pengeboran dengan rotary drilled karena disesuaikan dengan jenis tanah yaitu lempung padat kelanauan. c. Keindahan Keindahan merupakan salah satu kriteria yang tidak dapat dihiraukan, kriteria ini perlu diperhatikan terutama pada struktur paku tanah yang dapat terlihat oleh pengguna jalan. Komponen yang berhubungan dengan faktor keindahan adalah komponen permukaan permanen karena merupakan bagian terluar dari struktur. Metoda pengerjaan bagian permukaan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keindahan yang akan didapatkan dari proses pengerjaan struktur. Apabila permukaan terlihat oleh pengguna jalan sebaiknya digunakan metoda pengerjaan dengan pengecoran dengan bekisting atau dengan beton precast. Apabila digunakan pada daerah yang tidak terlihat oleh pengguna jalan dapat digunakan dengan metode beton tembak dengan TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

4 cara ini keindahan yang dihasilkan kurang maksimal tetapi waktu pengerjaan dan biaya yang diperlukan lebih sedikit. Pada perancangan ini lokasi paku tanah tidak terlihat dari jalan oleh karena itu akan digunakan pembuatan tembok permanen dengan beton tembak. d. Umur rencana Umur rencana dari struktur soil nailing berpengaruh pada pemilihan penggunaan perlindungan tulangan terhadap karat apakah akan digunakan perlindungan tingkat satu atau tingkat dua. Pemilihan tingkat perlindungan terhadap karat pada GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls ditentukan berdasarkan umur rencana dari struktur, dan tingkat agresifitas tanah di lokasi. Umur rencana dibagi dua yaitu struktur sementara dan struktur permanen, struktur sementara adalah struktur dengan umur rencana < 18 bulan dan struktur permanen > 18 bulan, biasanya 50 tahun bisa juga lebih. Tingkat agresifitas tanah bergantung terhadap kandungan kimia dan tingkat keasaman tanah untuk mengetahuinya dapat dilakukan pengujian laboratorium Berikut ini perlindungan karat yang dibutuhkan untuk umur rencana permanen dan sementara. Kelas perlindungan I Level perlindungan Maksimum Tabel 5.2 Perlindungan karat Elemen perlindungan Grouting dan dilapisi epoxy atau groting dan dikapsulasi PVC II Menengah Grouting saja Umur rencana Permanen Sementara Permaen dengan ketentuan: tanah tidak agresif tidak ada ancaman kerusakan serius, dan harga yang terlalu tinggi. Sumber : GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls FHWA Pada perancangan kali ini akan digunakan perlindungan kelas 2 karena tanah tidak agresif dan tidak ada ancaman kerusakan serius. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

5 Data a. Geometrik Struktur yang Akan Dirancang Dalam perancangan ini akan direncanakan struktur paku tanah dengan geometrik sebagai berikut. H : 8.35 m δ : 0 α : β : 0 α FHWA : θ : Panjang bidang longsor (L f ): m Luas bidang longsor (A f ): m 2 Gambar 5.3 Sketsa geometrik struktur yang akan dirancang b. Paku Tanah Spesifikasi paku tanah yang akan digunakan pada perancangan adalah sebagai berikut. D DH : 0.15 m (didapatkan dengan coba-coba antara 100mm-300mm) sudut paku : 15 (didapatkan dengan coba-coba antara ) q u : 35 Kpa (dipilih yang terkecil antara Kpa) S H : 2 m (didapatkan dengan coba-coba antara m) S V : 2 m (didapatkan dengan coba-coba antara m) f y : 420 MPa (dipilih antara 420 dan 520 MPa) TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

6 E : MPa I : 3.218x10-9 m 4 f c : 21 MPa d : m (didapatkan dengan coba-coba dengan diameter yang ada dipasaran) Panjang paku tanah : 3.5 (didapatkan dengan coba-coba) Jenis tanah yang berada di belakang strukur adalah tanah keras Tufa Abu-abu Sisipan Breksi Kerakal Padat sehingga akan digunakan metode pemboran dengan rotary drilled, digunakanya pengeboran tipe ini karena jenis pemboran tipe ini dapat menembus tanah keras. c. Permukaan Paku Tanah (facing) tebal permukaan sementara : 75 mm (didapatkan dengan coba-coba antara 75mm-100mm) tebal permukaan permanen : 200 mm didapatkan dengan coba-coba antara 150mm-200mm) f y f c Ukuran pelat bearing t p : 420 MPa : 21 MPa : 200 x 200 mm (ukuran yang biasa digunakan) : 25 mm (ketebalan yang biasa digunakan) C f permanen : 1 C f sementara : 2 Tulangan sementara : wire mesh 102 x 102 MW19 x MW19 (didapatkan dengan coba-coba antara berdasarkan standar pada GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7, 2003) Tulangan permanen : wire mesh 102 x 102 MW26 x MW26 (didapatkan dengan coba-coba antara berdasarkan standar pada GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7, 2003) Headed Stud : 1/4 x 4 (didapatkan dengan coba-coba antara TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

7 berdasarkan standar pada GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7, 2003) d. Tanah Bahan Timbunan Tanah timbunan yang digunakan untuk urugan dibelakang perkuatan ialah berupa tanah pilihan yang diasumsikan sangat baik digunakan untuk timbunan jalan yang sekaligus dipadatkan dengan baik, nilai parameter tanah yang digunakan ialah: - Berat Isi ( ) = 20 KN/m 3 - Berat Isi Jenuh ( sat ) = 21 KN/m 3 - Sudut Geser Dalam ( ) = Kohesi ( c ) = 35 KN/m 2 Data Tanah Perancangan Pada perancangan pemakuan tanah data yang digunakan adalah data hasil analisa balik hasli dari studi kasus, hal ini diakarenakan lereng hasil timbunan diasumsikan tidak memiliki ikatan dengan lereng dibelakangnya. - Berat Isi ( ) = 14.5 KN/m 3 - Berat Isi Jenuh ( sat ) = KN/m 3 - Sudut Geser Dalam ( ) = Kohesi ( c ) = 11 KN/m 2 - Modulus reaksi tanah lateral (K S ) = 46000kN/m 3 - Tekanan pasif limit tanah (P y ) = 610 kn/m 2 Tanah di Belakang Struktur Berdasarkan uji SPT didapatkan nilai SPT > 60 maka berdasarkan pengujian ini dilakukan korelasi dan didapatkan data tanah sebagai berikut: - Berat Isi ( ) = 19 KN/m 3 - Berat Isi Jenuh ( sat ) = 21 KN/m 3 - Sudut Geser Dalam ( ) = 43 0 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

8 - Kohesi ( c ) = 150 KN/m Stabilitas Eksternal a. Stabilitas Global Stabilitas Global Sebelum Diberi Paku Tanah fs = ( ) W = A f x A f = luas segitiga1+ luas segitiga2+ luas segitiga3 A f = ( )+ ( )+ ( ) = = 17.2m 2 W = = kn/m W air = A f air W air = = kn/m Gambar 5.4 Sketsa geometrik lereng sebelum di beri paku tanah fs = ( ) = Dengan bentuk kelongsoran seperti pada gambar dengan metode Culmann didapatkan angka keamanan sebesar sedangkan syarat angka kestabilan adalah 1.5 oleh karena itu diperlukan perkuatan tambahan. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

9 Stabilitas Global Setelah Diberi Paku Tanah Pada perhitungan bagian paku tanah akan digunakan metode baji. Pada metode ini perhitungan stabilitas global secara bersamaan akan menghasilkan angka stabilitas internal pull out. Ketahanan paku tanah terhadap pull out akan sangat mempengaruhi kestabilan global lereng. Langkah awal untuk menghitung kuat cabut paku tanah adalah dengan mencari nilau Qu. Qu merupakan kuatnya ikatan antara paku tanah dengan tanah disekitarnya. Nilai Qu tergantung kepada jenis tanah, metode pengeboran, dan keliling lubang bor. Dalam panduan yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu dari FHWA GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls terdapat tabel untuk mendapatkan nilai kuat ikatan yang dihasilkan antara paku tanah dengan tanah yang terdapat pada halaman 43. Setelah didapatkan berapa ikatan yang dihasilkan yaitu dalam satuan kpa maka dikalikan dengan keliling lubang bor untuk mendapatkan kuat ikat antara tanah dan paku per meter. Q u = π.q u.d DH Qu = π = 16.5 kn/m Setelah didapatkan nilai Qu langkah selanjutnya adalah mengalikan dengan berapa panjang paku tanah yang berada di belakang garis kelongsoran lereng, dengan panjang paku tanah seragam sepanjang 3.5 m (didapatkan L p tabel 5.3). T p = Q u.l p Tabel 5.3 Gaya tahan paku tanah terhadap tarik Paku Panjang dibelakang garis Gaya tahan terhadap No. longsor (L P ) pull out Total (ΣT p ) ΣT p(perancangan) = ΣT p /1.4 ΣT p(perancangan) = /1.4 = kn TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

10 Gaya tarik yang dapat ditahan seluruh paku tanah terhadap gaya tarik dari gaya pelongsor adalah sebesar kn. Dari tabel 5.3 gaya tarik maksimal yang ditahan sebuah paku tanah adalah sebesar kn. R n = Fy As tul R n = = kn R c = 0.5 R n R c = = kn VF = ( ( )) VF = ( ( )) = kn TF = 4 VF tan (90-(α+kemiringan paku)) TF = tan( ) = kn L o = L o = = m V a = V max =P y x xl o V a = = kn Dari perhitungan didapatkan kekuatan terhadap geser adalah V a = kn dan VF = kn dan di ambil yang terkecil yaitu V a. Sehingga kuat geser satu paku tanah adalah sebesar V a Total V a = V a jumlah paku Total V a = = kn Gaya tarik yang terbesar yang ditahan pada sebuah paku tanah pada tabel 5.3 adalah sebesar kn dan TF (kuat tarik maksimal sebuah paku tanah) = kn maka kondisi tulangan pada paku tanah dalam kondisi aman. W = A f x W = = kn/m W air = A f x air TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

11 Fs= Fs= W air = = kn/m c. L f + ((W W air ). cos α + T pp. sin(α + sudut paku) V a. cos(α + sudut paku)). tan w. sinα T pp. cos(α + sudut paku) V a. sin(α + sudut paku) (( ). cos(38.12) sin( ) cos( )) tan sin cos( ) sin( ) = 1.62 > 1.5 OK b. Stabilitas terhadap penggeseran (sliding) Langkah pertama untuk menghitung kestabilan terhadap penggeseran adalah dengan menghitung koefisien tekanan tanah aktif. Koefisien ini didapatkan dengan menghubungkan faktor keadaan geometrik di sekitar tanah yang ditinjau dengan kuat geser tanah. Koefisien ini dibutuhkan untuk mengetahui berapa tekanan tanah aktif yang terjadi pada tanah bila mendapatkan tekanan tertentu. k a = ( ( )) ( ) [ ] = Lalu dilanjutkan dengan menghitung tekanan tanah aktif yang bekerja di bawah struktur paku tanah. P A = = kn Tekanan tanah aktif yang bekerja pada struktur kecil dikarenakan kondisi tanah yang berada di belakang struktur memiliki nilai sudut geser yang besar. Selanjutnya adalah dengan menghitung berat tanah yang berada di sekitar struktur paku tanah (daerah yang diarsir, gambar 5.5). TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

12 Gambar 5.5 Berat tanah yang berada di sekitar struktur paku tanah Karena terdapat dua jenis tanah maka: W = x x15.05 = kn/m Gaya lawan pada dasar paku tanah merupakan kekuatan geser tanah yang didapatkan dengan cara berikut: c (W ) R h = ( sin0) tan43 = kn Beban penggeseran yang bekerja pada dasar struktur merupakan tekanan tanah aktif dikalikan dengan sudut lereng yang berada di belakang struktur, pada kasus ini lereng yang terdekat berada 11 m dibelakang struktur dan merupakan tanah keras sehingga nilai β = 0. D = cos0 = kn Angka keamanan terhadap penggeseran adalah sebagai berikut. FS SL = FS SL = / = > 1.5 OK Stabilitas Internal a. Putusnya paku (nail tensile resistance) Kekuatan nail menahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh tanah yang berpotensi longsor pada bidang longsornya sangat bergantung terhadap TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

13 diameter tulangan dan mutu baja yang akan digunakan. Berdasarkan perhitungan kestabilan global kuat tarik tulangan adalah TF = kn dan beban tarik yang bekerja adalah sebesar kn. Angka keamanan terhadap putusnya paku: FS T = FS T = / = 1.88 > 1.8 OK Stabilitas Permukaan a. Gaya tarik yang bekerja pada permukaan Gaya tarik yang bekerja pada permukaan berbeda dengan gaya tarik yang bekerja pada paku. Gaya tarik yang bekerja pada permukaan dirumuskan dengan. T o = T max-s [ x(S max 1)] T o = [ x(2-1)] = kn b. Kegagalan akibat lendutan (Flexure Failure) Dinding sementara Langkah awal darlam perhitungan beton bertulang adalah menentukan batas minimum dan maksimum tulangan yang digunakan. ρmin = 20 = % ρmax = 50 (21/420). = % Setelah diketahui batas maksimum dan batas minimum lalu dipilih tulangan yang berada daiantaranya maka dipilihlah tulangan wire mesh 102 x 102 MW19 x MW19 dengan ρ sebesar. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

14 Karena tulangan pada daerah disekitar nail head sama dengan di tengah bentang maka: ρ n = ρ m = (186.3/1000)/(0.5 75) 100 = % Maka kapasitas dinding sementara dalam menahan lendutan adalah sebesar: R FF = 1.6 C F x(a vn +a vm ) Nilai C F didapatakn dari panduan FHWA GEOTECHNICAL ENGINEERING CIRCULAR NO. 7 Soil Nail Walls halaman 98. R FF = (186.3) = kn Angka keamanan terhadap lendutan: FS FF = R FF / T o FS FF = / = > 1.35 OK Dinding Permanen Batas maksimum dan minimum penulangan pada dinding permanen sama dengan dinding sementara, maka perhitungan dilanjutkan pada perhitungan ρ penulangan. ρ = (254.9/1000) ( ) 100 = 0.255% Maka kapasitas dinding permanen dalam menahan lendutan adalah sebesar: R FF = 1.6 CFx(avn +avm) R FF = (254.9) 0.2 = kn Angka keamanan terhadap lendutan: FS FF = R FF / T o FS FF = / = > 1.35 OK c. Kegagalan akibat punching (Punching Shear Failure) Dinding sementara Dalam menghitung kestabilan akibat kegagalan punching yang pertama kali harus dihitung adalah diameter (D c) dan tinggi (h c ) dari keruntuhan punching yang berbentuk kerucut, dirumuskan dengan: D c = = 275 mm TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

15 Kapasitas terhadap punching dirumuskan dengan: R FP = V F = 330 π = kn Angka keamanan terhadap punching: FS FP = / = > 1.35 OK Dinding Permanen Langkah yang dilakukan pada analisa kestabilan terhadap dinding permanen tidak berbeda jauh dengan pada dinding sementara, yang berbeda hanya pada tahap penentuan D c dan h c. h c = = mm D c 1 = ( ) = mm D c 2 = = mm yang dipilih adalah mm R FP = V F = 330 π = kn Angka keamanan terhadap punching: FS FP = / = 7.95 > 1.35 OK d. Putusnya Headed-Stud (Headed-Stud Tensile Failure) Dinding Permanen Langkah pertama dalam menghitung kekuatan headed-stud adalah dengan menghitung luas potongan melintang batang headed-stud, karena bagian ini adalah bagian yang menyalurkan gaya tarik dari kepala paku tanah ke dinding permanen. A SH = A SH = π = mm 2 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

16 Kuat tarik headed-stud dalam menahan gaya tarik adalah luas potongan melintang batang headed-stud dikalikan dengan mutu baja dan jumlah headed-stud yang digunakan pada pelat bearing. R HT = N H.A SH.f y R HT = = kn Angka kemanan terhadap putusnya Headed-Stud: FS HT = / = > 1.8 OK Metode Pengerjaan 1. Pemasangan pipa drainase Tahap pertama adalah proses pemasangan pipa drainase dan strip drainase geokomposit yang menyalurkan air dari geokomposit keluar dari lereng. 2. Penimbunan Pada tahap penimbunan hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemadatan. Pada proses pemadatan ketinggian setiap lapisannya adalah 2m dan pemadatan dilakukan setiap 20cm dan dipadatkan sampai mendekati kepadatan tanah asli. 3. Pengeboran lubang paku tanah Pemboran dilakukan dengan metode rotary drilled sampai mencapai kedalaman yang direncanakan. 4. Pemasangan paku tanah Setelah dilakukan pengeboran tahap selanjutnya adalah pemasukkan paku tanah lalu dilanjutkan dengan pengisian lubang dengan beton dengan cara penggroutingan. 5. Pemasangan drainase Tahap selanjutnya adalah menghamparkan strip drainase geokomposit yang sudah tertimbun dari proses pemasangan pipa untuk mengalirkan air dari bagian atas lereng ke bagian bawah lereng dimana terdapat pipa pengeluaran. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

17 6. Konstruksi permukaan sementara dengan beton tembak Setelah drainase geokomposit terpasang dilanjutkan dengan pemasangan wiremess. Pada bagian yang menghadap ke lereng harus dipasang beton tahu agar didapatkan ketebalan yang diingikan. Tahap selanjutnya adalah penyemprotan beton tembak hingga didapatkan ketebalan beton yang diinginkan. 7. Pengerjaan pada level berikutnya Lalu dilanjutkan pada bagian atas lereng dengan langkah 2,3,4,5,dan 6 setelah paku tanah sebelumnya berumur 28 hari. 8. Konstruksi permukaan permanen Setelah seluruh bagian lereng tertutup dengan permukaan sementara maka langkah terakhir adalah dengan pemasangan permukaan permanen. Tahap pertama dalam konstruksi permukaan permanen adalah pemasangan welded wire mesh yang telah di beri beton tahu pada bagian yang menghadap lereng. Dilanjutkan dengan penyemprotan beton tembak hingga di dapatkan ketebalan yang direncanakan Perkiraan kebutuhan Biaya Tabel 5.4 Perkiraan kebutuhan biaya NO. URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN (Rp.) I. Bahan 1 Tulangan deform d = kg mm 2 Shotcrete m Plat bearing buah Wire mess 102 x 102- kg mw13 x mw13 5 Wire mess 102 x 102- kg mw26 x mw26 6 Headed stud ¼ x 4 buah Centralizer buah JUMLAH HARGA (Rp.) TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

18 8 Baud buah Round hex nut buah Geokomposit lebar = 600mm m Pipa PVC 2 in m Filter buah Timbunan tanah pilihan II. Upah kerja + alat m Penimbunan m Shotcrete m Pengeboran m Total Perancangan Geometrik Lereng Penanganan dengan mengubah geometrik lereng dilakukan pada penanganan lereng atas. Selain dengan mengubah geometrik lereng juga ditambah dengan saluran penangkap dan rumput vertiver untuk menambah umur kestabilan lereng Kriteria Perancangan a. Angka keamanan Lereng dikatakan aman dari kelongsoran adalah apabila dari analisa kestabilan didapatkan angka kemanan lebih besar dari satu. Dalam perancangan ini saya akan menentukan angka keamanan lereng sebesar 1.3. b. Umur rencana Dalam perancangan ini direncanakan umur kestabilan lereng selama 50 tahun oleh karena itu untuk menjaga stabilitasnya perlu dilakukan suatu usaha untuk melindungi permukaan lereng dari erosi dan gangguan lain dari luar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan perkuatan lereng dengan tanaman, tetapi perkuatan ini tidak difungsikan untuk menahan beban. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

19 Data Tanah - Berat Isi ( ) = 14.5 KN/m 3 - Berat Isi Jenuh ( sat ) = KN/m 3 - Sudut Geser Dalam ( ) = Kohesi ( c ) = 10 KN/m 2 Curah Hujan Berikut merupakan data curah hujan di kecamatan Tanjung Sari tahun 2010 : Tabel 5.5 Data Curah Hujan Harian Tanggal JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

20 Penentuan Kemiringan Lereng Pada studi sebelumnya dilakukan analisa balik untuk mengetahui kuat geser tanah pada saat lereng longsor. Kemudian kuat geser tanah yang didapatkan dari analisa balik, digunakan untuk menghitung angka keamanan lereng didekatnya (yaitu lereng dibelakangnya yang tidak longsor) agar kelongsoran di kemudian hari dapat dicegah. Hasil perhitungan terhadap lereng di belakang didekat longsor sebelumnya didapatkan angka keamanan (gambar 5.5) oleh karena itu diperlukan penanganan agar tidak terjadi kelongsoran. Pada tugas akhir ini dipilih penanganan dengan mengubah geometrik lereng. Langkah awal dari penanganan kelongsoran dengan mengubah geometrik lereng adalah dengan menentukan perubahan kemiringan lereng hingga menghasilkan angka keamanan lereng yang diharapkan. Lereng diasumsikan berada pada kondisi ekstrim dimana muka air tanah berada pada permukaan tanah. Dengan menggunakan program GeoStudio dilakukan beberapa percobaan dan didapatkan lereng dengan geometrik sebagai berikut. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

21 Gambar 5.6 Permodelan lereng bagian belakang Gambar 5.7 Permodelan perubahan geometrik lereng TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

22 Gambar 5.8 Bentuk keruntuhan perubahan geometrik lereng Dengan perubahan geometrik seperti diatas didapatkan angka kemanan 1.3. Angka keamanan yang kecil didapatkan karena kuat geser tanah hasil analisa balik memiliki nilai yang sangat kecil. Ada kemungkinan tanah di belakang longsoran sebelumnya mempunyai kuat geser lebih besar karena tidak ikut longsor bersamaan dengan lereng di depannya. Tetapi ada satu keuntungan dengan menggunakan kuat geser tanah hasil analisa balik pada longsoran sebelumnya yaitu umur rencana penanganan menjadi lebih panjang. Hal dikarenakan kuat geser tanah yang digunakan dalam perancangan adalah kuat geser tanah yang telah berkurang. Untuk mendapatkan nilai kuat geser yang lebih akurat pada lereng di belakang longsoran sebelumnya sebaiknya dilakukan pengujian labolatorium Perencanaan Tanaman Penutup Pada perencanaan kali ini akan digunakan rumput Vertiver sebagai pelindung permukaan lereng. Dalam perancangan penanaman rumput vertiver digunakan Pedoman penanaman rumput vertiver untuk pengendalian erosi permukaan dan pencegahan longsoran dangkal pada lereng jalan. Karena nilai TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

23 erodibilitas dari tanah tidak ketahui maka dari dari tabel 5.8 diambil dipilih jarak antar setrip rumput Vertiver 80 cm dan jarak antar tunas pada rumput barisan 15 cm. Dipilihnya jarak diatas karena jarak antar strip dan jarak antar tunas pada rumput barisan diatas keduanya masih masuk dalam range sudut dan dalam range nilai K K > 0,2. Diantara tanaman vertiver dapat ditanam dengan tanaman penutup lainnya yang pertumbuhanya cenderung secara horizontal diantaranya adalah tanaman rumput bahia. Penanaman tanaman ini dapat dilakukan secara horizontal diantara tanaman vertiver Perencanaan saluran drainase lereng Untuk menjaga agar air permukaan tidak merembes masuk kedalam lapisan tanah dan mengalir diatas permukaan lereng, maka diperlukan suatu sistem drainase. a. Menentukan Frekwensi Hujan Rencana (RT) Karena data yang tersedia hanya data curah hujan harian maksimum selama satu hari maka digunakan metode Weduwen. Curah hujan maksimum pada tahun 2010 adalah 120 mm, dengan bantuan tabel 5.9 maka untuk n = 1 mp = 0.41, untuk n = 5 mp = R 70 = = mm R 5 = = mm Setelah didapatkan R 5 dilanjutkan dengan menghitung intensitas hujan di lokasi untuk periode ulang lima tahun. b. Menentukan Intensitas Hujan Rencana (I) (cara Talbot) dan Waktu Konsentrasi Pengaliran (t) 1. Intensitas hujan rencana Asumsi hujan harian ( 24 jam ) efektif selama 3 jam maka diambil durasi 60 menit dan 10 menit dari data hujan 70 tahunan di Jakarta. I 60 5 Jakarta = 75,25 mm RT I 60 5 Lokasi = = mm 3 3 Selisih = ,25 = mm TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

24 I 10 5 Jakarta = 129,00 mm I 10 5 Lokasi =129, = mm I 60 5 Lokasi a = ( ) b I 10 5 Lokasi a = ( ) b - = ,75.b b = a = Waktu konsentrasi t ,28. Lt. Dimana : t 1 Lt k nd t 2 nd k 0,167 = Inlet time (menit) = Panjang dari titika terjauh sampai saranan drainase (m) = Kelandaian permukaan = Koefisien hambatan = Waktu pengaliran (menit) Intensitas hujan rencana drainase lereng Sistem drainase lereng dapat disketsakan sebagai berikut : Gambar 5.9 Sketsa sistem drainase lereng TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

25 Waktu konsentrasi (t) = 2.3, ,2 0,35 0,167 = menit a I = t b = mm/jam Drainase lereng Setelah didapatkan waktu konsentrasi dilanjutkan dengan menghitung luas daerah pengaliran. c. Luas daerah pengaliran (A & Cw) Luas daerah pengaliran drainase lereng A (tanah) = 100,00 55 = 5500 m 2, C 4 (tanah) = 0,75, Fk 4 = 0,4 C Cw 1 2 = km 2 1. A1 C2. A2 C3. A3 C4. A4. A A C w = = 0.3 A 3 A 4 Fk Setelah didapatkan koefisien aliran rata-rata dan luas daerah pengaliran dilanjutkan dengan penghitungan debit aliran. d. Debit aliran (Qr) Cw. I. A Qr = 0,278. Cw. I. A 3,6 Dimana : Qr Cw I = Debit aliran (m 3 /detik) = Koefisien aliran rata-rata = Intensitas hujan rencana (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km 2 ) Q r = = m 3 /detik Setelah didapatkan debit air yang akan mengalir pada saluran langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran saluran yang dibutuhkan. 4 TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

26 e. Dimensi saluran (b.h) Dimensi saluran didapat dengan menghitung : Q Fd V Dimana : Fd = Luas penampang basah saluran (m 2 ) Q V = Debit aliran (m 3 /det) = Kecepatan rata-rata aliran yang diijinkan (m/det) Fd = 0,028 m 2 1,5 Bentuk penampang saluran yang digunakan adalah kotak ; w Fd b. h Gambar 5.10 Sketsa penampang saluran Jika b ditetapkan sebesar 0,4 m, maka : h Fd b 0,028 = 0,056 m 0,5 b Ditambah 10 cm untuk kondisi tak terduga sehingga h = 66 cm 70 cm Sehingga saluran drainase lereng berukuran b = 0.5 m dan h = 0.7 m. Agar air dapat mengalir diperlukan kemiringan tertentu oleh karena itu langkah selanjutnya adalah penentuan kemiringan saluran. h H TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

27 f. Kemiringan saluran (i s ) Kemiringan saluran dapat dihitung dengan persamaan : i s V. n 2 3 R b. h R b 2h Dimana : 2 i s = Kemiringan saluran (%) V R b h = Kecepatan rata-rata aliran yang diijinkan (m/det) = Jari-jari hidrolis (m) = Lebar saluran (m) = Tinggi genangan air dalam saluran (m) Kemiringan drainase samping jalan Kemiringan berdasarkan perhitungan ; R = 0,184 m 0.5 (2 0.7) 2 1,5.0,020 i 2 3 0,184 s = = 0.86 % Metode Pengerjaan 1. Pengukuran dan penandaan daerah yang akan digali Sebelum penggalian dimulai langkah pertama adalah pembuatan patok-patok untuk menandai daerah yang akan digali untuk pembuatan saluran drainase lereng dan perubahan geometrik lereng. Dilakukan dengan mengacu pada titik acuan yang sudah direncanakan dengan bantuan alat waterpas. 2. Penggalian Setelah ditentukan daerah penggalian proses penggalian dapat dimulai, penggalian dilakukan dengan cara manual dikarenakan tidak dapat masuknya alat berat ke lokasi proyek. Penggalian dimulai dari penggalian saluran penangkap dilanjutkan ke bagian atas lereng hingga bagain bawah. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

28 3. Penanaman rumput vertiver Setelah proses penggalian selesai dilanjutkan dengan penanaman rumput vertiver sesuai dengan yang direncanakan Perkiraan kebutuhan Biaya Tabel 5.6 Perkiraan kebutuhan biaya NO. URAIAN SATUAN VOLUME I. Pekerjaan Persiapan HARGA SATUAN (Rp.) JUMLAH HARGA (Rp.) 1 Mobilisasi ls II. Bahan 1 Rumput vertiver pot Rumput bahia pot Beton fc = 15 MPa m Bekisting m III. Upah kerja + alat Penggalian m Pembuangan galian m Pembetonan m Penanaman m Bekisting m Total TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

29 6.1. Data Hasil Perancangan BAB VI PENUTUP Berikut ini data hasil perancangan penanganan pada kelongsoran cadas pangeran Km Tabel 6.1 Data hasil perancangan bagian paku Elemen Penjelasan Nilai Pola paku Persegi - Jarak antar paku Vertikal 2 m Horizontal 2 m Kemiringan paku Seragam 15 Jumlah paku Per bagian 4 Panjang paku pola seragam L = 3.5 m Batangan paku Jenis Deform d = 16 mm Material Baja fy = 420 MPa Lubang bor Diameter minimum 150 mm Perlindungan dengan Proteksi kelas II beton tembak Perlindungan karat Selimut minimum 50 mm Centralizers 0.7 m Beton tembak Beton tembak basah Minmum f c =21 MPa Tabel 6.2 Data hasil perancangan bagian permukaan Elemen Penjelasan Permukaan temporer Permukaan permanen Ketebalan 75 mm 200 mm Umum Jenis permukaan Beton tembak Beton tembak f c Tipe welded wire mesh welded wire mesh Mutu baja 420 MPa 420 MPa Tulangan 102x102 MW 102x102 MW Ukuran 19xmw19 26xmw26 Plat bearing Headed Studs Tipe 4 Headed Studs x 4 Mutu baja 250 MPa - Ukuran Panjang = 200 mm - Ketebalan = 25 mm - - L s = 105 mm - D H =12.7 mm Dimensi - D S = 6.4 mm - t H = 4.7 mm - S HS = mm TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

30 Tabel 6.3 Data hasil perancangan pengubahan geometrik lereng Elemen Penjelasan Nilai Kemiringan lereng 30 lereng atas = 5.5 m Panjang lereng Geometrik lereng lereng bawah = 7.5 m lereng atas = 3.3 m Tinggi lereng lereng bawah = 4.3 m antar setrip rumput = 80 cm Rumput vertiver antar tunas pada rumput Tanaman penutup barisan = 15 cm Diantara rumput vertiver rumput bahia b = 0.5 m Dimensi saluran drainase h = 0.7 m Saluran drainase lereng Material saluran Beton Kemiringan saluran 0.86 % 6.2. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh setelah dilakukan perancangan diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil perancangan penanganan longsor dengan pemakuan tanah pada lereng bagian bawah didapatkan angka keamanan lereng sebesar 1.62 yang sebelum penanganan adalah sebesar Lereng setelah penanganan mempunyai angka keamanan global lebih besar dari 1.5 yang memenuhi angka keamanan standar untuk lereng dengan penanganan dengan paku tanah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penanganan dengan paku tanah dapat menambah angka keamanan pada lokasi yang ditangani sesuai dengan target perancangan. 2. Berdasarkan hasil perancangan penanganan longsor dengan mengubah geometrik lereng pada lereng atas didapatkan angka keamanan lereng sebesar 1.3 yang sebelum penanganan adalah sebesar Pertambahan angka keamanan pada lereng menunjukan bahwa penanganan dapat memenuhi target perancangan yaitu angka keamanan lereng 1.3. Pada penanganan lereng bagian atas dipadukan dengan penanganan tambahan yaitu dengan menambah saluran penangkap dan penanaman tanaman penutup agar dapat menambah umur kestabilan lereng. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

31 6.3. Saran Beberapa saran yang dapat diusulkan sebagai acuan dalam perancangan selanjutnya adalah. 1. Data topografi lokasi yang ditinjau harus seakurat mungkin agar dihasilkan penanganan yang baik dan efisien. 2. Dalam perancangan penanganan dengan paku tanah sebaiknya dibuat perhitungan dengan bantuan program EXEL agar perhitungan lebih cepat dan akurat. 3. Pada perancangan penanganan dengan mengubah geometrik lereng sebaiknya dimulai dengan perubahan geometrik lereng dari sudut lereng terkecil. TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PU POLBAN

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. TINJAUAN UMUM TAHAPAN PENELITIAN BERBASIS STUDI NUMERIK... 73

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. TINJAUAN UMUM TAHAPAN PENELITIAN BERBASIS STUDI NUMERIK... 73 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PENAMBATAN JARUM TANAH ( SOIL NAILING ) UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS LERENG

PENGGUNAAN TEKNIK PENAMBATAN JARUM TANAH ( SOIL NAILING ) UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS LERENG PENGGUNAAN TEKNIK PENAMBATAN JARUM TANAH ( SOIL NAILING ) UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS LERENG Ery Suryo Purnomo NRP : 9521058 NIRM : 41077011950319 Pembimbing : Theodore F. Najoan, Ir., M.Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN LERENG GALIAN

BAB IV PERENCANAAN LERENG GALIAN BAB IV PERENCANAAN LERENG GALIAN 4.1 Pendahuluan Pada perencanaan lereng galian (cut slope) ini akan membahas perhitungan stabilitas lereng yang meliputi perhitungan manual di antaranya perhitungan struktur

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut.

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut. BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Program Dalam membantu perhitungan maka akan dibuat suatu program bantu dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Adapun program tersebut memiliki tampilan input

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini antara lain : Sebagai perletakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi BAB IV PERENCANAAN PONDASI Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi tiang bor dengan material beton bertulang. Pondasi tersebut akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Bangunan dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong dan menahan tekanan tanah. Baik akibat beban hujan,berat tanah itu sendiri maupun akibat beban

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan

Gambar 6.1 Gaya-gaya yang Bekerja pada Tembok Penahan Tanah Pintu Pengambilan BAB VI ANALISIS STABILITAS BENDUNG 6.1 Uraian Umum Perhitungan Stabilitas pada Perencanaan Modifikasi Bendung Kaligending ini hanya pada bangunan yang mengalami modifikasi atau perbaikan saja, yaitu pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN 4.1 Pemilihan Tipe Dinding Penahan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menganalisis dinding penahan tipe gravitasi yang terbuat dari beton yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 + 4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR NOTASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii v ix xii xiv xvii xviii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng

Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng Bab V Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng V.1 Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng Metode stabilitas lereng bertujuan untuk mengurangi gaya dorong, meningkatkan gaya tahan, atau

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Umum Dalam mendesain suatu pondasi bored pile, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Langkah pertama adalah menentukan jenis pondasi yang akan digunakan. Dalam mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jembatan adalah sarana infrastruktur yang penting bagi mobilitas manusia. Terlepas dari nilai estetikanya jembatan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB V PENULANGAN STRUKTUR BAB V PENULANGAN STRUKTUR 5.1. PENULANGAN PELAT 5.1.. Penulangan Pelat Lantai 1-9 Untuk mendesain penulangan pelat, terlebih dahulu perlu diketahui data pembebanan yang bekerja pada pelat. Data Pembebanan

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total

Lebih terperinci

LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN. parameter yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:

LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN. parameter yang digunakan dalam perhitungan ini adalah: A-1 LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN 1. Perhitungan Manual Perhitungan manual yang dilakukan dalam penelitian mengacu pada Metode Baji (Wedge Method), dengan bidang longsor planar. Beberapa parameter yang

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 5 No. 2, Desember 2004 ( ) Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan

INFO TEKNIK Volume 5 No. 2, Desember 2004 ( ) Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan INFO TEKNIK Volume 5 No., Desember 004 (103-109) Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan Syafruddin 1 Abstrak Genangan Dinding penahan tanah dibuat untuk dapat menahan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Tanah juga merupakan salah satu penunjang yang membantu semua

Lebih terperinci

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan...

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.

Lebih terperinci

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 %

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 % BAB IV ANALISA DATA Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data baik dari instansional maupun pustaka, dilanjutkan dengan evaluasi data / review study, berikutnya dilakukan analisis

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A

Lebih terperinci

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bumi terdiri dari air, 97,5% adalah air laut, 1,75% adalah berbentuk es, 0,73% berada didaratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN) BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan t s = 0.35 m Tebal trotoar t t = 0.25 m Tebal lapisan aspal + overlay

Lebih terperinci

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi Widarto Sutrisno Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Ito_tok@yahoo.com Abstrak Areal bandara Muara Bungo Jambi

Lebih terperinci

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) A. PENGERTIAN Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT A. DATA BOX CULVERT h1 ta c ts d H h2 h3 L DIMENSI BOX CULVERT 1. Lebar Box L = 5,00 M 2. Tinggi Box H = 3,00 M 3. Tebal Plat Lantai h1 = 0,40 M 4. Tebal Plat Dinding h2 = 0,35 M 5. Tebal Plat Pondasi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA 3+000 STA 6+000 KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR Adalea Ivana P 3107030064 Rendy Ajan J 3107030074 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun galian, salah satunya adalah soil nailing. Dalam soil nailing, perkuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ataupun galian, salah satunya adalah soil nailing. Dalam soil nailing, perkuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai metode telah dikembangkan untuk perkuatan lereng timbunan ataupun galian, salah satunya adalah soil nailing. Dalam soil nailing, perkuatan lereng dilakukan

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA 3+500 6+450 Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Oleh : SHEILA MARTIKA N. (NRP 3109030070) VERONIKA NURKAHFY (NRP 3109030094) Pembimbing

Lebih terperinci

Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27.

Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27. Retakan Gambar III.23 Kondisi Badan Jalan di KM 96+660 B (Nov - Des 2007) ( Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU) Retakan Gambar III.24 Retak-retak Geoteknik Puslitbang Jalan dan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan pembangunan berkembang secara cepat. Pembangunan khususnya pada daerah-daerah yang curam

Lebih terperinci

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT WORKSHOP/PELATIHAN - 2015 Sebuah jembatan komposit dengan perletakan sederhana, mutu beton, K-300, panjang bentang, L = 12 meter. Tebal lantai beton hc = 20 cm, jarak antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kriteria perancangan adalah suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA

PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA Gagah Triambodo 3110100119 Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, M.Eng Putu Tantri Kumalasari, ST., MT. 1.1 Latar Belakang Surabaya adalah

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PERKUATAN DINnING GALIAN DENGAN METODE "SOIL NAILING" PADA PROYEK MENARA DEA

BABV PELAKSANAAN PERKUATAN DINnING GALIAN DENGAN METODE SOIL NAILING PADA PROYEK MENARA DEA BABV PELAKSANAAN PERKUATAN DINnING GALIAN DENGAN METODE "SOIL NAILING" PADA PROYEK MENARA DEA 5.1 Tinjauan Umum Proyek Menara Dea merupakan proyek pembangunan "multistorey building" di kawasan terpadu

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA 34+350 31+100, DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU Kabupaten Jombang - Jawa timur Mahasiswa 1 Muhammad Nur Alamsyah 3108.030.005 Dosen Pembimbing Ir.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

STUDI KORELASI ANTARA TIPE GEOTEKSTIL TERHADAP TANAH DASAR YANG MEMIKUL SUATU TIMBUNAN JALAN DENGAN BEBAN YANG BERBEDA

STUDI KORELASI ANTARA TIPE GEOTEKSTIL TERHADAP TANAH DASAR YANG MEMIKUL SUATU TIMBUNAN JALAN DENGAN BEBAN YANG BERBEDA STUDI KORELASI ANTARA TIPE GEOTEKSTIL TERHADAP TANAH DASAR YANG MEMIKUL SUATU TIMBUNAN JALAN DENGAN BEBAN YANG BERBEDA MELLIANA LAYUK NRP : 0721070 Pembimbing : Ir. Herianto Wibowo, M.Sc. FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI 50 PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI Tugiran 1) Subari 2) Isman Suhadi 3) 1) Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA SEMINAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA OLEH : AHMAD FARUQ FEBRIYANSYAH 3107100523 DOSEN PEMBIMBING : Ir.

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pada masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ini, Indonesia telah

BABI PENDAHULUAN. Pada masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ini, Indonesia telah BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ini, Indonesia telah rnemasuki babakan kemajuan di bidang perekonomian yang cukup berarti. Perkembangan ini menuntut antisipasi

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta)

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) Anita Widianti, Dedi Wahyudi & Willis Diana Teknik Sipil FT Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI

KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 42 KAJIAN PEMILIHAN PONDASI SUMURAN SEBAGAI ALTERNATIF PERANCANGAN PONDASI Virgo Erlando Purba, Novdin M Sianturi Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250) TUGAS AKHIR ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA 0+000 S/D STA 0+250) Oleh : Achmad Darozi Madjri 3107100059 Dosen Pembimbing Prof.

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Jalan

Perencanaan Sistem Drainase Jalan SOSIALISASI STANDAR PERENCANAAN TEKNIS BIDANG JALAN DITJEN. BINA MARGA DEP.PU Perencanaan Sistem Drainase Jalan GJW. Fernandez Peneliti Utama IVd Bidang Geoteknik Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan SPESIFIKASI

Lebih terperinci