BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptif menggunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptif menggunakan"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptif menggunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif mengenai variabel-variabel yang diteliti untuk mengetahui gambaran perilaku pasien BPJS ketenagakerjaan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan tingkat pertama di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016 dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PTPN IV Adolina di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Oktober 2016 Januari Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 435 orang. 38

2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan kriteria bersedia diwawancarai langsung oleh penulis untuk mengisi kuisioner yang telah disusun oleh penulis dalam penelitian. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2010) sebagai berikut : n = N 1 + N(d 2 ) Keterangan : n N = Jumlah sampel = Jumlah populasi d = Tingkat signifikan (10% = 0,1) Perhitungan Besar Sampel : = n = N 1 + N(d 2 ) (0,1 2 ) n = ,35 n = 60,05 n = 60 Responden

3 40 Jumlah besar sampel dalam penelitian ialah sebanyak 60 orang responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yaitu yaitu metode pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel. Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat undian sejumlah pekerja yang menjadi pesert BPJS Ketenagakerjaan di Puskesbun PTPN IV Adolina yang berjumlah 435 orang. Dari jumlah tersebut ditulis nama dan nomor undiannya kemudian dikocok dan diambil sebanyak 60 kali. Dari undian yang sudah diambil dicatat nama sesuai dengan urutan undian yang terambil. Kriteria responden dalam penelitian ini ialah responden merupakan peserta pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai serta responden bersedia untuk diwawancarai langsung oleh peneliti untuk mengisi kuisioner yang telah disusun sesuai dengan rumusan permasalahan yang diteliti. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan adalah pengisian kuesioner melalui wawancara. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden secara langsung dengan harapan responden akan memberi respon jawaban yang sebenarbenarnya atas pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

4 Data Sekunder Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari PTPN IV Adolina serta studi kepustakaan dan studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti dalam penelitian yang sedang dilaksanakan. 3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1. Umur yaitu jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun terakhir responden. 2. Jenis kelamin, yaitu karateistik seksual responden yang dibedakan dalam kategori-laki-laki dan perempuan. 3. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden. 4. Pendapatan, yaitu jumlah pendapatan yang dimiliki atau didapatkan responden dalam setiap bulan yang disesuikan dengan nilai UMP (Upah Minimum Provinsi) sebesar Rp /bulan. 5. Intensitas pemanfaatan layanan kesehatan sebagai peserta BPJS Ketengakerjaan, yaitu seberapa sering pasien menggunakan kartu BPJS Ketengakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang disedikan oleh BPJS. 6. Pengetahuan, yaitu tingkat pengetahuan responden mengenai manfaat BPJS Ketenagakerrjaan untuk memperoleh layanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedaga.

5 42 7. Sikap, yaitu pendapat atau pertanyaan responden mengenai manfaat BPJS Ketenagakerjaan untuk memperoleh layanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. 8. Tindakan, yaitu perbuatan nyata responden dalam memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan untuk memperoleh layanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. 3.6 Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan pada kuisioner yang disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengetahuan Pengetahuan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai tingkat pengetahuan responden dengan jumlah 10 (sepuluh) pertanyaan pilihan berganda. Setiap jawaban responden yang benar akan memperoleh nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001). Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

6 43 1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden 75% atau ) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau ) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden 50% atau Sikap Sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai sikap responden dengan jumlah 20 (dua puluh) pertanyaan yang dibedakan dengan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap positif dan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap negatif. Untuk penilaian sikap positif responden didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert, yaitu : SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 3; S (Setuju) dengan bobot nilai 2; TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1; dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 0. Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert, yaitu : SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 0; S (Setuju) dengan bobot nilai 1; TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2; dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 3. Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari penilaian sikap responden ialah sebanyak 3x20=60.

7 44 Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) : 1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden 75% atau ) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau ) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden 50% atau Tindakan Tindakan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai tindakan responden dengan jumlah 10 (sepuluh) pertanyaan dengan pilihan YA dengan bobot nilai 1 dan TIDAK dengan bobot nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Sugiyono, 2008). Nilai maksimal yang diperoleh responden dalam penilaian tindakan ialah 10. Berdasarkan jawaban tersebut, tindakan responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) : 1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden 75% atau ) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau ) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden 50% atau Metode Pengolahan dan Analisa Data Metode Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : 1. Editing (Pemeriksaan Data)

8 45 Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara atau menanyakan kembali jawaban pengisian kuisioner kepada responden. 2. Coding (Pemberian Kode) Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual. 3. Entry (Memasukkan Data) Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service Solution. 4. Cleaning (Pembersihan Data) Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap sumber data atau respon yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali. 5. Scoring (Pemberian Skors) Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh peneliti terhadap isian kuisinoner yang diisi oleh responden, pemberian skors terhadap isian kuisioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang akan dipakai dalam penelitian.

9 Metode Analisa Data Analisa data dilakukan dengan analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan hitungan persentasenya. Analisa data dilakukan dengan menggunakan aplikasi statistik komputer yaitu SPSS (Statistic Program System Solution) untuk menggambarkan variabel penelitian yang diteliti untuk mengetahui perilaku pasien BPJS ketenagakerjaan terhadap pemanfaatan layanan kesehatan tingkat pertama di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016.

10 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi PTPN IV Unit Usaha Adolina terletak di daerah Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbanungan Kabupaten Serdang Bedagai berjarak sekitar 38 km dari kota Medan. PTPN IV Unit Usaha Adolina merupakan sentral pengolahan kelapa sawit yang daerah kerjanya tersebat di 2 Kabupaten, 8 Kecamatan dan dikelilingi 27 desa. Sebagai bentuk perusahan yang bestatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PTPN IV Adolina juga memberikan layanan kesehatan melalui pemanfataan BPJS Ketenagakerjaan bagi para pekerjanya yang pelayanananya dilakukan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina. Adapun batas-batas PTPN IV Adolina adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Pantai Cermin Kecamatan Perbaungan Sebelah Selatan : Kecamatan Galang Kabupten Serdang Bedagai Sebelah Timur : Kota Lubuk Pakam Sebelah Barat : Kota Tanjung Morawa Adapun visi dari PTPN IV Adolina ialah : Menjadi perusahaan yang unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi. Untuk mewujudkan visi tersebut PTPN IV Adolina memiliki misi sebagai berikut : 1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan daya saing tinggi. 47

11 48 2. Menyelenggarakan usaha agroindustri dengan manajemen yang handal berbasis kelapa sawit dan teh. 3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, usaha agroindustri hilir dan produk baru, usaha pendukung agroindustri dan usaha pendayagunaan aset dengan preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan. 4.2 Gambaran Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini ialah pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan di PTPN IV Adolina Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki karakteristik tertentu yang berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, serta pemanfaatan layanan kesehatan di Puskesbun sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) Umur Tahun 12 20, Tahun 25 41, Tahun 13 21, Tahun 4 6,7 Diatas 40 Tahun 6 10,0 Total Jenis Kelamin Laki-laki 42 70,0 Perempuan 18 30,0 Total Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat 29 48,3 Perguruan Tinggi 31 51,7 Total ,0

12 49 Tingkat Pendapatan Rp ,0 Total Pemanfaatan Layanan Kesehatan di Puskesbun sebagai Peserta BPJS Ketenagakerjaan Kurang dari 5 kali 34 56, kali 22 36,7 Lebih dari 10 kali 4 6,6 Total Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar responden berada pada rentang usia tahun yakni sebanyak 25 orang (41,7%), responden yang berada pada rentang usia tahun yakni sebanyak 13 orang (21,7%), responden yang berada pada rentang usia tahun yakni sebanyak 12 orang (20%), kemudian responden yang berada pada rentang usia diatas 40 tahun yakni sebanyak 6 orang (10%), dan responden yang berada pada rentang usia tahun yakni sebanyak 4 orang (6,7%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 42 orang (70%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 orang (30%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yakni sebanyak 31 orang (48,3%), dan responden yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat SMA/Sederajat yakni sebanyak 29 orang (48,3). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan yaitu seluruh responden atau sebanyak 90 orang (100%) memiliki tingat pendidikan lebih dari Upah Minimum Provinsi (UMP) yakni sebesar Rp setiap bulannya.

13 50 Karakteristik responden berdasarkan intensitas pemanfaatan layanan kesehatan di Puskesbun sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan, sebagian besar responden telah memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesbun sebagai peserta BPJS Ketenegakerjaan kurang dari 5 kali ykni sebanyak 34 orang responden (56,7%), kemudian responden yang memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesbun sebagai peserta BPJS Ketenegakerjaan antara 5 10 kali yakni sebanyak 22 orang responden (36,7%), dan responden yang memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesbun sebagai peserta BPJS Ketenegakerjaan lebih dari 10 kali yakni hanya sebanyak 4 orang responden (6,7%). 4.3 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap BPJS Ketenagakerjaan Pengetahuan responden terhadap BPJS Ketengakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap BPJS Kesehatan No Pengetahuan Responden terhadap BPJS Ketenagakerjaan Kepanjangan dari BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tujuan program dari BPJS adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mempermudah akses layanan kesehatan Peserta BPJS yang berhak menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tak mampu Jawaban Benar Salah Total n % n % n % 31 51, , , , , ,

14 Peserta BPJS yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau mandiri adalah PNS, TNI/ Polri, Karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta Pasien peserta BPJS Ketenagakerjaan jika pertama kali ingin melakukan pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat seharusnya pergi kepuskesmas, Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS Pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Ketenagakerjaan adalah rumah sakit Layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS Ketnagakerjaan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat darurat Pelayanan kesehatan yang dibatasi oleh BPJS ialah pemberian alat bantu dengar danan alat bantu gerak di rumah sakit negeri Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS ialah tindakan untuk tujuan kecantikan dan pelayanan kesehatan pada kegiatan bakti sosial Peserta BPJS bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kapan saja ketika merasakan sakit atau gangguan kesehatan 15 20, , , , , , , , , , , , , , Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang sudah dianggap baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden

15 52 (65%) sudah mengetahui bahwa layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS Ketnagakerjaan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat, kemudian sebanyak darurat dan 36 orang responden (60%) sudah mengetahui bahwa pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Ketenagakerjaan adalah rumah sakit, dan sebanyak 31 responden (51,7%) sudah mengetahui bahwa kepanjangan dari BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sedangkan pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya 16 orang responden (26,7%) yang sudah mengetahui bahwa tujuan program dari BPJS adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mempermudah akses layanan kesehatan, serta peserta BPJS yang berhak menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tak mampu, kemudian hanya ada sebanyak 15 orang responden (20%) yang sudah mengetahui bahwa peserta BPJS yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau mandiri adalah PNS, TNI/ Polri, Karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta, dan hanya ada sebanyak 10 orang responden (16,7%) yang sudah mengetahui bahwa pasien peserta BPJS Ketenagakerjaan jika pertama kali ingin melakukan pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat seharusnya pergi kepuskesmas, Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di

16 53 pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina, maka kategori pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Kategori Pengetahuan Responden Jumlah (n) Persentase (%) Baik 17 28,3 Cukup Baik 27 45,0 Kurang Baik 16 26,7 Total Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (45%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang cukup baik, kemudian 17 orang responden (28,3%) memiliki pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang baik, dan 16 orang responden (26,7%) memiliki pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang masih kurang baik. 4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Gambaran sikap positif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

17 54 Tabel 4.4 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan No Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Pernyataan Sikap Positif Setiap masyarakat yang bekerja di Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan harus menyimpan dan menjaga kartu BPJS Ketenagakerjaan Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan menggunakan fasilitas kesehatan yang bekerjasama BPJS Ketenagakerjaan Peserta BPJS Ketenagakerjaan memiliki keuntungan ketika menggunakan pelayanan kesehatan Peserta BPJS Ketenagakerjaan membutuhkan biaya yang lebih murah jika melakukan pengobatan alternatif/ tradisional Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan biaya yang jauh lebih murah jika menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan tidak menggunakan BPJS Derajat kesehatan masyarakat pekerja dapat meningkat dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan sebaiknya segera pergi ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala sakit Jawaban Sangat Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju n % n % n % n % 20 33, ,7 8 13,3 7 11, , ,0 3 5,0 1 1, , , ,3 9 15, , , ,3 5 8, , , ,7 4 6, , ,0 8 13,3 2 3, , , ,7 1 1, , ,7 9 15,0 2 3,3

18 Program BPJS telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Penyelenggara BPJS telah melakukan sosialisasi yang baik untuk menginformasikan pemanfaatan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan 24 40, , ,3 3 5, , ,7 1 1,7 4 6,7 Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sikap postif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang paling dominan ialah bahwa sebanyak 36 orang responden (60%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan sebaiknya segera pergi ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala sakit, kemudian sebanyak 33 orang responden (55%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan penyelenggara BPJS telah melakukan sosialisasi yang baik untuk menginformasikan pemanfaatan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan, dan sebanyak 29 orang responden (48,3%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan harus menyimpan dan menjaga kartu BPJS Ketenagakerjaan, serta setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan biaya yang jauh lebih murah jika menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan tidak menggunakan BPJS. Sedangkan sikap positif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinilai masih kurang baik perlu ditingkatkan dan mengarah ke sikap negatif ialah bahwa hanya ada 22 orang responden (36,7%)

19 56 yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan menggunakan fasilitas kesehatan yang bekerjasama BPJS Ketenagakerjaan, kemudian hanya ada sebanyak 21 orang responden (35%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan peserta BPJS Ketenagakerjaan membutuhkan biaya yang lebih murah jika melakukan pengobatan alternatif/ tradisional, dan hanya ada sebanyak 20 orang responden (33,3%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan setiap masyarakat yang bekerja di Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Gambaran sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan No. 1 Sikap Negatif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Pernyataan Sikap Negatif Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berbeda dengan yang tidak menggunakan BPJS Ketenagakerjaan Jawaban Sangat Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju n % n % n % n % 3 5,0 8 13, , ,0

20 Setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal Pengobatan tradisional (dukun, tabib) dinilai lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medis dengan menggunakan BPJS Program BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membuat orang yang tidak mampu membayar pengobatan secara mandiri menjadi terpinggirkan Pasien BPJS Ketenagakerjaan akan dikucilkan ketika berobat ke fasilitas kesehatan Petugas kesehatan tidak melayani dengan optimal apabila pasien yang datang merupakan peserta BPJS Ketenagakerjaan Sangat repot mengurusi persyaratan untuk memperoleh layanan kesehatan melalui BPJS Ketenagakerjaan Tidak wajib menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila kita masih mampu menggunakan uang pribadi untuk berobat Barulah mengurus atau menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila penyakit yang diderita sudah parah Tetap saja memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk memperoleh layanan kesehatan, meskipun sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan 13 21, , , ,3 6 10, , , ,7 7 11, , , ,0 3 5, , , ,7 4 6, , , ,7 8 13, , , ,0 8 13, , , ,3 2 3, , , ,3 4 6, , , ,7

21 58 Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang paling dominan ialah sebanyak 20 orang responden (33,3%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa tidak wajib menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila kita masih mampu menggunakan uang pribadi untuk berobat, kemudian sebanyak 19 orang responden (31,7%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa pengobatan tradisional (dukun, tabib) dinilai lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medis dengan menggunakan BPJS, dan sebanyak 17 orang responden (18,3%) yang menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Sedangkan sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinilai sudah baik dan mengarah ke sikap positif ialah sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (45%) meyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berbeda dengan yang tidak menggunakan BPJS Ketenagakerjaan, kemudian sebanyak 28 orang responden (46,7%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa tetap saja memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk memperoleh layanan kesehatan, meskipun sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, dan sebanyak 32 orang responden (53,3%) menyatakan sangat

22 59 tidak setuju pada pernyataan bahwa barulah mengurus atau menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila penyakit yang diderita sudah parah. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran sikap responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina, maka kategori sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 Kategori Sikap Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Kategori Sikap Responden Jumlah (n) Persentase (%) Baik 15 25,0 Cukup Baik 19 31,7 Kurang Baik 26 43,3 Total Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 26 orang responden (43,3%) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang masih kurang baik, kemudian sebanyak 19 orang responden (31,7) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketanagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang cukup baik, dan hanya ada sebanyak 15 orang responden (25%) yang memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

23 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Gambaran tindakan responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan No Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Langsung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) apabila merasakan gangguan kesehatan dengan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan Lebih memilih layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) dibandingkan dengan pengobatan alternatif (dukun, tabib) Memanfaatkan layanan kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) menggunakan BPJS Ketengakerjaan secara rutin Memanfaatkan layanan kesehatan kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui BPJS Ketenagakerjaan untuk meminta rujukan medik di Fasilitas Kesehatan untuk pengobatan lanjut di rumah sakit Jawaban Ya Tidak Total n % n % n % 40 66, , , , , , , ,

24 Memanfaatkan layanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui BPJS Ketengakaejaan apabila terjadi kasus kejadian sakit yang gawat darurat Pekerja yang sakit akan langsung mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Kejadian sakit atau kecelakaan kerja pada pekerja langsung ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Kejadian sakit atau kecelakaan kerja pada pekerja tidak dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) apakah langsung di rujuk ke Rumah Sakit yang bekerjasama dengan BPJS Ketengakerjaan Melakukan proses rawat jalan bagi pekerja yang sakit di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Melakukan konsultasi kesehatan pada tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan 35 58, , , , , , , , , , , ,

25 62 Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa tindakan responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinili sudah baik ialah sebagian besar responden yakni sebanyak 42 orang responden (70%) sudah memanfaatkan layanan kesehatan kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui BPJS Ketenagakerjaan untuk meminta rujukan medik di Fasilitas Kesehatan untuk pengobatan lanjut di rumah sakit, serta melakukan proses rawat jalan bagi pekerja yang sakit di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan, kemudian sebanyak 40 orang responden (66,7%) menyatakan langsung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) apabila merasakan gangguan kesehatan dengan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan, dan sebanyak 38 orang responden (63,3%) menyatakan pekerja yang sakit akan langsung mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan. Sedangkan tindakan responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinilai masih kurang baik dan perlu ditingkatkan ialah bahwa hanya ada 34 orang responden (56,7%) yang sudah memanfaatkan layanan kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) menggunakan BPJS Ketengakerjaan secara rutin, serta

26 63 melakukan konsultasi kesehatan pada tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan, kemudian hanya ada sebanyak 33 orang responden (55%) yang menyatakan lebih memilih layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) dibandingkan dengan pengobatan alternatif (dukun, tabib), dan hanya hanya ada sebanyak 32 orang responden (53,3%) yang menyatakan bahwa kejadian sakit atau kecelakaan kerja pada pekerja langsung ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) melalui pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran tindakan responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina, maka kategori tindakan responden dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan Kategori Tindakan Responden Jumlah (n) Persentase (%) Baik 15 25,0 Cukup Baik 25 66,7 Kurang Baik 20 33,3 Total Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 25 orang responden (66,7%) memiliki tindakan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang cukup

27 64 baik, kemudian 20 orang responden (33,3%) memiliki tindakan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang masih kurang baik, dan hanya ada sebanyak 15 orang responden (25%) yang memiliki tindakan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang baik.

28 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk Mendapatkan Layanan Kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi para pekerja di suatu perusahaan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang sudah dianggap baik yaitu sebagian besar responden yakni sebanyak 39 orang responden (65%) sudah mengetahui bahwa layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS Ketnagakerjaan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat, kemudian sebanyak darurat dan 36 orang responden (60%) sudah mengetahui 65

29 66 bahwa pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Ketenagakerjaan adalah rumah sakit, dan sebanyak 31 responden (51,7%) sudah mengetahui bahwa kepanjangan dari BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sedangkan pengetahuan responden terhadap BPJS Ketegakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang masih dinilai kurang baik dan perlu ditingkatkan yaitu bahwa hanya 16 orang responden (26,7%) yang sudah mengetahui bahwa tujuan program dari BPJS adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mempermudah akses layanan kesehatan, serta peserta BPJS yang berhak menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tak mampu, kemudian hanya ada sebanyak 15 orang responden (20%) yang sudah mengetahui bahwa peserta BPJS yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau mandiri adalah PNS, TNI/ Polri, Karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta, dan hanya ada sebanyak 10 orang responden (16,7%) yang sudah mengetahui bahwa pasien peserta BPJS Ketenagakerjaan jika pertama kali ingin melakukan pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat seharusnya pergi kefasilitas penyedia layanan kesehatan, Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (45%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS Ketagkerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang cukup baik, kemudian 17 orang responden (28,3%) memiliki

30 67 pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang baik, dan 16 orang responden (26,7%) memiliki pengetahuan terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang masih kurang baik. Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati (2013), tingkat pendidikan dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni (2010) menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Secara umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang

31 68 terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya. Tingkat pengetahuan peserta BPJS Ketenagakerjaan pada dimensi ini memang disebabkan karena kemampuan dan pengetahuan petugas kesehatan di failitas penyedia jasa layanan kesehatan untuk menjawab setiap pertanyaan peserta sehingga dapat memberikan pelayanan yang menimbulkan rasa aman dan percaya. Hal ini tentu sangat membantu peserta, mengingat masih banyaknya peserta yang tampak bingung atau tidak paham dengan prosedur pendaftaran dan pemanfaatan kartu BPJS Ketenagakerjaan maupun kebijakan mengenai kepesertaan. Bebrapa responden menyatakan bahwa informasi yang mereka terima dari petugas kadang tidak sama antara petugas yang satu dengan petugas lainnya. Hal yang juga menentukan dalam kualitas pelayanan kesehatan adalah service excellent, yaitu sikap atau cara petugas dalam melayani serta memuaskan pelanggan. Petugas harus memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu, berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah dan sopan serta mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara profesional. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rahman (2015) yang menyatakan bahwa intensitas pemberian informasi yang mencukupi mengenai akses serta proses pelayanan jaminan kesehatan dengan BPJS memiliki hubungan yang signifikan dengan kemauan dan kemampuan pasien untuk menggunakan BPJS dalam memperolah layanan kesehatan. Semakin baik informasi yang diberikan kepada pasien maka pasien cenderung akan mau datang berobat secara berulang menggunakan BPJS.

32 69 Hal serupa juga disampaikan oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh oleh Girma dkk (2014) mengenai pemanfaatan layanan BPJS di fasilitas penyedia layanan kesehatan Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dan layanan BPJS, namun ternyata masih terdapat 65% responden yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan dengan BPJS di fasilitas kesehatan. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan tingkat pemanfaatan layanan kesehatan sebagai peserta BPJS, responden yang memiliki pengetahuan yang baik diketahui 3,4 kali lebih baik dalam memanfaatan status kepesrtaannya sebagai peserta BPJS untu mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas penyedia jasa layanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat menentukan layanan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. 5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk Mendapatkan Layanan Kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.

33 70 Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi para pekerja di suatu perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap postif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang paling dominan ialah bahwa sebanyak 36 orang responden (60%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan sebaiknya segera pergi ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala sakit, kemudian sebanyak 33 orang responden (55%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan penyelenggara BPJS telah melakukan sosialisasi yang baik untuk menginformasikan pemanfaatan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan, dan sebanyak 29 orang responden (48,3%) menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan harus menyimpan dan menjaga kartu BPJS Ketenagakerjaan, serta setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan biaya yang jauh lebih murah jika menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan tidak menggunakan BPJS. Sedangkan sikap positif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan

34 71 kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinilai masih kurang baik perlu ditingkatkan dan mengarah ke sikap negatif ialah bahwa hanya ada 22 orang responden (36,7%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan menggunakan fasilitas kesehatan yang bekerjasama BPJS Ketenagakerjaan, kemudian hanya ada sebanyak 21 orang responden (35%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan peserta BPJS Ketenagakerjaan membutuhkan biaya yang lebih murah jika melakukan pengobatan alternatif/ tradisional, dan hanya ada sebanyak 20 orang responden (33,3%) yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan setiap masyarakat yang bekerja di Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang paling dominan ialah sebanyak 20 orang responden (33,3%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa tidak wajib menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila kita masih mampu menggunakan uang pribadi untuk berobat, kemudian sebanyak 19 orang responden (31,7%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa pengobatan tradisional (dukun, tabib) dinilai lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medis dengan menggunakan BPJS, dan sebanyak 17 orang responden (18,3%) yang menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

35 72 Sedangkan sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina yang dinilai sudah baik dan mengarah ke sikap positif ialah sebagian besar responden yakni sebanyak 27 orang responden (45%) meyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa setiap peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berbeda dengan yang tidak menggunakan BPJS Ketenagakerjaan, kemudian sebanyak 28 orang responden (46,7%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa tetap saja memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk memperoleh layanan kesehatan, meskipun sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, dan sebanyak 32 orang responden (53,3%) menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan bahwa barulah mengurus atau menggunakan BPJS Ketenagakerjaan apabila penyakit yang diderita sudah parah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 26 orang responden (43,3%) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan di pusat pelayanan kesehatan perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina dalam kategori yang masih kurang baik, kemudian sebanyak 19 orang responden (31,7%) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketanagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang cukup baik, dan hanya ada sebanyak 15 orang responden (25%) yang memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan layanan kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

36 73 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Simangunsong (2015) yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas perilaku kesehatan adalah sikap individu. Jika individu setuju dengan bagian bagian isi stimulis yang diberikan, maka individu akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan individu berbeda dengan stimulus yang di respon oleh individu maka upaya untuj membentuk suatu tindakan yang diinginkan tidak akan bisa tercapai, Sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai program BPJS ini, hal ini merupakan salah satu hal positif dari suatu program yang harapannya dapat berjalan secara berkelanjutan. Hal yang sama juga disampaikan dalam hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rumengan (2015) yang menjelaskan bahwa berarti ada hubungan yang bermakna antarasikap responden tentang BPJS dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Fasilitas penyedia layanan kesehatan. Dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa responden dengan persepsi yang baik mempunyai kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di Fasilitas penyedia layanan kesehatan. 5.3 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Ketenagakerjaan untuk Mendapatkan Layanan Kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan Perkebunan (Puskesbun) PTPN IV Adolina. Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Pada penjelasan terdahulu disebutkan bahwa mutu barang atau jasa itu bersifat multidimensi, demikian pula dengan mutu

37 74 pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan bersifat multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyelenggara pelayanan kesehatan yang pada dasarnya ialah mengutamakan kepuasan pasien. Adanya pilihan untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan oleh fasilitas penyedia layanan kesehatan merupakan suatu bentuk nyata yang berhubungan dengan persepsi pasien. Hal ini dinyatakan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa persepsi terhadap petugas kesehatan dan persepsi terhadap program BPJS yang kurang akan mendorong kurangnya pemanfaatan fasilitas penyedia layanan kesehatan. Suatu pernyataan yang memilih atau tidak memilih, memanfaatkan atau tidak memanfaatkan Fasilitas penyedia layanan kesehatan terkait dengan adanya penilaian suka ataupun tidak suka terhadap pelayanann yang diberikan. Sikap ini juga merupakan suatu hasil evaluatif dari kumpulan aspek yang menjadi informasi dan menjadi bentuk konkrit yang dihasilkan berupa tindakan. Sikap seseorang pasien sangat dipengaruhi oleh adanya kriteria penilaiannya yang diolah dalam pemahamannya, dan kriteria tersebut terbentuk melalui suatu proses interaksi sosial bersama dengan orang lain pula. Penting dalam membangun persepsi masyarakat terkait dengan Program BPJS oleh BPJS agar program ini dapat terlaksana dengan maksimal dan dimanfaatkan oleh peserta BPJS dengan baik. Program yang baik perlu disosialisasikan fungsi dan manfaatnya baik oleh Pengelola maupun oleh penyedia layanan yakni Fasilitas penyedia layanan kesehatan. Seluruh petugas kesehatan pula perlu ditingkatkan kesadaran dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang memiliki tanggapan yang berbeda-beda. Adanya komunikasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulalowo wilayah kerja Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen merupakan salah satu indikator yang menentukan kepuasan konsumen terhadap apa yang diberikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau merupakan hak bagi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Karangasem, Kabupaten

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Karangasem, Kabupaten 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI PROGRAM JKN PADA FASKES I DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016

BAB V EVALUASI PROGRAM JKN PADA FASKES I DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 BAB V EVALUASI PROGRAM JKN PADA FASKES I DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselengarakan oleh Badan Penyelenegara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatanan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011). 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang kesehatan merupakan salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu.kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3)

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3) NOMOR RESPONDEN :... I. PROFIL RESPONDEN Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang disediakan sesuai dengan identitas Bapak/Ibu/Sdr/i dengan memberikan tanda silang ( ) di bawah ini : 1. Nama :... Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mengambil ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Manajemen Pemasaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 2.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien pengguna Jampersal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Kudus yang merupakan kedudukan dari R&D PT Pura Group Kudus. 3.1.2. Waktu Penelitian Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Moutong

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Moutong BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Moutong Kecamatan Moutong Kabupaten Parigi Moutong. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN

KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN KUESIONER JUDUL : AKUNTABILITAS PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT PADA PROGRAM BPJS KESEHATAN DALAM MELAYANI PERSALINAN ( Studi Kasus Di Puskesmas Batangtoru Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia bisnis yang dari tahun ke tahun semakin meningkat, menyebabkan banyak sekali perusahaan baik dibidang produk atau jasa saling berkompetisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan menganalisis untuk mencari hubungan antar variabel melalui pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Petugas Serta Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kabupaten Kendal Tahun 2015 Muhammad Nur Fathoni *), Agus Perry Kusuma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini, penulis menganalisa kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan oleh seluruh pegawai rumah sakit, yang lebih dikhususkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengguna jasa pelayanan kesehatan di puskesmas menuntut pelayanan yang berkualitas, tidak hanya menyangkut kesembuhan dari penyakit secara fisik akan tetapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi 38 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe survey sedangkan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe survey sedangkan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe survey sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif, merupakan tipe keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran khusus Institusi 1. Desktripsi Lingkungan Rumah sakit ini terletak pada ruas jalur utama Semarang Jakarta pada koordinat LS : 0,6 o 59 04,8 dan BT : 110 o 21 22,7 yang

Lebih terperinci

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan, pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 42 III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI PENELITIAN BAB V METODOLOGI PENELITIAN 5.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif, dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan. Kondisi masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan III. METODE PENELITIAN Pada Bab sebelumnya peneliti telah mengkerangkakan beberapa tinjauan pustaka dalam beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap partisipasi politik masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya dibidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data 1. Uji Kualitas Instrumen a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur

Lebih terperinci

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB 5 METODE PENELITIAN BAB 5 METODE PENELITIAN 5.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan metode analisis secara deskriptif dan pengumpulan data primer dilakukan dengan survey

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat dan telah menempatkan internet menjadi layaknya sebuah kebutuhan pokok. Kesadaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013 41 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana objek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.1.1. Definisi Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah studi yang meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan di restoran Tairyo Indonesia yang terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada ibu hamil dengan Hiperemesis

Lebih terperinci

166 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

166 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN KETERKAITAN ANTARA KEBUTUHAN (NEED) PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPEMILIKAN JAMINAN KESEHATAN DALAM ERA JKN Fitriyah Kusumawati (Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA Merry Tiyas Anggraini, Afiana Rohmani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam, 2008).

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena Experience

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional, Alasan menggunakan ini yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. angka-angka analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:7). Penelitian

III. METODE PENELITIAN. angka-angka analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:7). Penelitian 31 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian barupa angka-angka analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 01:7). Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan analisis deskriptif, yaitu suatu studi yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Lubuk Besar Bangka Tengah Berdasarkan Perda Kabupaten bangka Tengah Nomor 31 tahun 2006 Kecamatan Koba dipecah menjadi dua, yaitu Kecamatan Koba dan Kecamatan Lubuk Besar, resmi

Lebih terperinci

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB III METODE PENELITIAN

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dilakukan pada Tanggal 29 April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian non eksperimental observasional dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo Kota Gorontalo selama ± 2 bulan mulai Mei s.d Juni 2013. 1.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dan turut menentukan produk, menciptakan keuntungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dan turut menentukan produk, menciptakan keuntungan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Swastha (2002:176) Marketing (pemasaran) merupakan kegiatan yang sangat penting dan turut menentukan produk, menciptakan keuntungan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Syari ah Hasanah Pekanbaru, dengan tujuan untuk menganalisa hubungan proses bisnis pembiayaan dan penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1) Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Konsep

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Konsep BAB 3 METODOLOGI Penilaian ini dilakukan dengan melakukan survei, observasi, serta wawancara dimana tools yang digunakan berupa kuisioner. Hasil yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui faktor faktor

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2016 S U N G A I L I A T 2016 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan menerangkan masalah penelitian yang terjadi pada anak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatancross sectional. Tujuan dari desain ini adalah untuk mengetahui dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan cross-sectional. Adapun teknik pengumpulan data. dengan menggunakan kuesioner, dimana peneliti menanyakan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan cross-sectional. Adapun teknik pengumpulan data. dengan menggunakan kuesioner, dimana peneliti menanyakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka. 1 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas tentang jenis, rancangan, dan desain

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN

LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN RUMAH SAKIT INTAN MEDIKA BLAWI RUMAH SAKIT INTANN MEDIKA BLAWI JL. RAYA UTARA PASAR BLAWI KARANGBINANGUN LAMONGAN 62293 322-338266, 815864971 Email :

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Nama : Noprilyana Anugraheni Eka Putri. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Satelit Rawat

Nama : Noprilyana Anugraheni Eka Putri. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Satelit Rawat LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent Kepada Yth. Responden di tempat Dengan Hormat, Saya mahasiswi S1 program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Nama : Noprilyana Anugraheni Eka Putri Nim

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 88 KUESIONER PENELITIAN Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 I. Karakteristik Responden No. Responden : Umur :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005,

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat. untuk praktik kedokteraan atau kedokteran gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat. untuk praktik kedokteraan atau kedokteran gigi. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010). Teluk) di wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010). Teluk) di wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik tetapi masih ada di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam pemanfaatan puskesmas. Ini terlihat

Lebih terperinci