Pendahuluan. Bab Satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendahuluan. Bab Satu"

Transkripsi

1 Bab Satu Pendahuluan Pagi menjelang siang hari itu, di satu petak sawah di sebuah desa di kawasan Jatiluwih, Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan-Bali beberapa wisatawan asing bergegas turun dari mobil menuju kubu (kandang) seekor sapi yang tengah makan rumput. Para wisatawan yang berasal dari Eropa bergantian foto bersama dengan latar belakang panorama sawah bertingkat dan Gunung Batukaru. Para wisatawan juga mengabadikan aktivitas penduduk di lahan pertanian mereka. Wilayah Jatiluwih mempunyai bentangan sawah yang sangat luas sehingga hampir sepanjang mata memandang seluruh desa dipenuhi hamparan sawah bertingkat. Petani yang lalu lalang membawa cangkul, sabit dan piranti untuk sembahyang di pura sawah (pura subak) juga menjadi objek yang tidak kalah menariknya bagi wisatawan. Semua yang disuguhkan oleh kawasan ini merupakan sebuah karisma Desa Jatiluwih, Desa Mengesta dan beberapa desa lain di sekitarnya. Inilah yang menjadi pertimbangan areal bercocok tanam ini diusulkan sebagai salah satu Kawasan Budaya Dunia (world cultural heritage) ke UNESCO. Walaupun areal sawah garapan di desa ini relatif sempit (hanya berkisar 303 hektar) tetapi wilayah ini cukup berkontribusi terhadap Kabupaten Tabanan sebagai Lumbung Beras Provinsi Bali. Dari beberapa cerita penduduk setempat tradisi agraris dan harmonisasi yang ada pada wilayah ini adalah manifestasi dari ajaran Hindu di Bali yang tertuang dalam Tri Hita Karana yaitu hubungan 1

2 Perempuan Bali dalam Ritual Subak harmonis antar tiga komponen yaitu Tuhan, manusia, dan lingkungan (alam). Ada juga cerita (mitos) mengenai tradisi agraris yang diyakini oleh masyarakat desa di wilayah ini adalah ketika suatu saat terjadi kemarau panjang di seputar wilayah Pura Batukaru, sehingga rakyat sampai harus masuk hutan untuk mencari makanan. Pada saat berada di hutan beberapa dari mereka seolah mendapat mimpi gaib, ternyata di wilayah itu ada padi yang sedang menguning yang ditunggui oleh seorang kakek. Kemudian kakek ini memberikan beberapa benih padinya untuk ditanam petani di lahan pertaniannya. Sejak saat itu secara turun-temurun petani di wilayah ini selalu mengikuti pola tanam yang disarankan oleh kakek itu yaitu pada musim hujan harus menanam secara kertamasa (tanam padi lokal merah atau putih serentak), dan pada musim kemarau (gadon) petani boleh menanam padi unggul. Kebiasaan ini kemudian dituangkan dalam awig-awig yang sampai saat ini menjadi acuan subak dalam melakukan pola tanam. Konon pernah ada pelanggaran pada pola bercocok tanam, maka terjadilah kegagalan panen dan serangan hama tikus maupun wereng secara meluas. Selain itu sanksi bagi yang melakukan pelanggaran adalah sanksi melakukan upacara di pura subak 1. Pengalaman pribadi saya sebagai orang Bali dari Kabupaten Tabanan, memang merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh para turis yang berkunjung ke kawasan Jatiluwih tersebut. Sering timbul pertanyaan dalam benak saya bagaimana cara masyarakat di sekitar wilayah ini menjaga lingkungan dan tradisi mereka secara berkelanjutan, dan bagaimana mereka menjaga harmonisasi antara kepentingan pelestarian alam serta tuntutan gemerincing dolar yang seolah dijanjikan oleh para turis yang datang silih berganti. Pertanyaan-pertanyaan ini memang tidak pernah terjawab. Saya dan mungkin juga masyarakat Bali umumnya hanya turut merasa bangga dan puas karena sering mendengar pujian akan keasrian wilayah Jatiluwih ini. Sampai pada suatu saat keingintahuan saya akan keberhasilan masyarakat wilayah ini untuk tetap bertahan dengan tradisi terusik ketika perdebatan tentang Bali yang sedang dalam persimpangan akhir-akhir 1 Sanksi ritual yang dilakukan sampai menghabiskan biaya Rp (tiga juta rupiah) (Kompas, 5 Februari 2011) 2

3 Pendahuluan ini menjadi topik utama dalam berita surat kabar daerah, Bali Post. Menurut beberapa berita tersebut Bali saat ini sedang mengalami permasalahan serius dalam beberapa hal seperti: pengangguran, masih terseok-seoknya sektor pertanian, dan semakin meluasnya alih fungsi lahan pertanian. Di samping itu ketegangan antara Desa Adat dan semakin melebarnya filosofi keagamaan terutama Agama Hindu. Masalah-masalah ini menjadi perhatian para pemegang kebijakan, pemuka agama dan pemerhati Bali. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada bulan Nopember 2009 diadakan seminar tentang Revitalisasi Bali melalui Revitalisasi Pertanian. Seminar ini sebenarnya menunjukkan bahwa kegalauan pemerintah, praktisi dan pemerhati Bali terhadap kondisi Bali yang terkenal sukses sebagai daerah tujuan wisata dunia, tetapi ternyata rapuh dalam menjamin kesejahteraan masyarakatnya yang sebagian besar masih bergelut di sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wiguna (2008), hampir 75% penduduk Bali masih menggantungkan kehidupan di sektor pertanian, dan sebagian besar dari petani tersebar di daerah perdesaan. Situasi paradoksal yang memenuhi benak saya yaitu di satu sisi ada wilayah di Bali Utara (kawasan Jatiluwih) yang masih mampu memadukan kehidupannya sebagai petani dan daerah tujuan wisata alam dengan harmonis, sedangkan di sisi lain ternyata ada fenomena petani di kawasan Bali Selatan terhimpit gemerincing dolar pariwisata. Bertitik tolak dari ilustrasi yang dimuat pada Kompas (2011) maka keberhasilan kawasan Jatiluwih sebagai salah satu wilayah yang tetap menjaga keharmonisan antara pertanian dengan pariwisata adalah adanya organisasi tradisional subak. Subak merupakan salah satu kearifan lokal yang masih eksis di beberapa wilayah di Bali adalah organisasi pembagian air di areal sawah secara tradisional. Organisasi subak memiliki 4 (empat) elemen seperti lahan pertanian (sawah), sumber air, anggota subak dan pura subak (water temple). Jadi dalam setiap organisasi subak keempat elemen tersebut akan selalu ada dan merupakan syarat mutlak sebuah organisasi subak. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Wiguna (2008) subak sampai saat ini masih 3

4 Perempuan Bali dalam Ritual Subak dipercaya dan diinginkan oleh hampir 70% masyarakat Bali untuk tetap eksis. Di samping itu pemerhati subak seperti Pitana (1993), Windia (2002), Sutawan (2003), meyakini bahwa melestarikan subak merupakan salah satu cara untuk tetap menjaga pelestarian pertanian dan lingkungan dalam rangka pencapaian ketahanan pangan dan hayati khususnya di daerah Bali. Keyakinan ini berdasarkan alasan elemenelemen dalam organisasi subak seperti adanya lahan pertanian, adanya anggota subak, masih berfungsinya pembagian air, dan kegiatankegiatan ritual di pura subak juga masih berfungsi dengan baik. Penelitian-penelitian tentang subak sudah banyak dilakukan baik oleh peneliti Bali maupun peneliti dari luar negeri. Peneliti Bali yang peduli dengan keberadaan subak di antaranya adalah Sirtha (1996) yang meneliti subak dari sisi hukum dan perubahan sosial. Penekanan pada penelitian ini masih pada sisi hukum, walaupun secara umum akhirnya disimpulkan bahwa subak merupakan konsep pertanian religius. Karena dalam tulisan ini Sirtha juga memaparkan tentang intensifnya ritual yang dilakukan oleh subak Panaraga Bali sebagai unit amatan. Akan tetapi bagaimana konsep religius yang dikemukannya berlangsung pada subak belum secara eksplisit dijelaskan, sehingga ritual religius yang menyita waktu dan biaya tersebut tidak mendapat penekanan dalam tulisan ini. Windia (2010) dalam orasi ilmiahnya yang mengemukakan sebagian hasil penelitiannya tentang transformasi teknologi yang dialami subak karena adanya kebijakan pemerintahan melalui Dinas Pekerjaan Umum untuk memberikan sarana irigasi teknis kepada subak. Dari hasil penelitian ini akhirnya hanya disinggung bagaimana konflik pembagian air mulai sering terjadi akibat kebijakan pemerintah tersebut. Walaupun pada kesimpulan tulisannya, Windia (2002) menyatakan bahwa subak adalah sesuatu yang bersifat dinamis sehingga terbuka terhadap teknologi. Jadi pada tulisan ini disebutkan bahwa ada beberapa elemen subak yang berperan dalam keberlanjutan subak di Bali, akan tetapi belum ditemukan bahwa ada satu elemen yang berperan penting dan justru menjadi spirit ketahanan pangan dan ketahanan hayati di Bali. 4

5 Pendahuluan Peneliti Bali berikutnya adalah Sutawan (2008) merangkum hasil-hasil penelitian dan kajiannya tentang perubahan manajemen subak dari waktu ke waktu, kemudian fleksibilitas dalam penentuan keanggotaan dan tantangan pelestarian subak ke depan. Akan tetapi tulisan ini belum secara eksplisit menyebutkan bahwa ritual yang dilakukan dalam subak merupakan sesuatu yang penting untuk keberlanjutan subak. Tulisan dari seorang peneliti asing yaitu Lansing (1987) yang meneliti tentang keterkaitan antara satu pura subak di suatu areal subak tertentu dengan pura subak di daerah lainnya ternyata memiliki ikatan dan jejaring yang sangat kuat dan mampu mempersatukan subak di seluruh Bali. Penekanan pada tulisannya yaitu bagaimana pura subak berperan dalam menjaga jaringan antara subak di Bali. Namun penekanan pada penelitian Lansing (1987) adalah pemeliharaan jejaring antar subak sehingga dengan kekuatan jaringan, subak diyakini tetap mampu bertahan. Namun tulisan tersebut juga belum secara tegas menyatakan bahwa ada ritual religius terkait dengan pura subak yang berperan dalam menjamin ketahanan pangan dan ketahanan hayati pada setiap organisasi subak. Peneliti lainnya adalah Yuliana (2010) yang meneliti tentang proses transformasi pertanian moderen ke pertanian organik di Subak Wongaya Betan. Dalam penelitian ini penulis hanya memaparkan tentang proses transformasi yang terjadi, tanpa melihat ada apa di balik kesuksesan transformasi yang terjadi. Dari hasil-hasil penelitian tersebut secara umum subak ternyata masih diinginkan untuk berperan dalam proses pembangunan di Bali. Pembangunan Bali berarti pembangunan yang mampu mensejahterakan masyarakat Bali secara keseluruhan, menjaga stabilitas Bali dari konflik-konflik adat, agama dan etnik. Di samping itu beberapa pemerhati subak termasuk pemerintah masih meyakini bahwa mengajegkan 2 subak merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan budaya Bali dari pengaruh globalisasi pariwisata. 2 Ajeg: mempertahankan sesuatu berlangsung secara berkelanjutan 5

6 Perempuan Bali dalam Ritual Subak Seperti disebutkan oleh Geertz (1983) bahwa Bali adalah salah satu daerah selain Jawa yang memiliki lahan yang subur. Sehingga kalau keunggulan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik maka Bali sebenarnya tidak akan mengalami permasalahan seperti saat ini. Walaupun pariwisata merupakan satu harapan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan sebagai penyerap tenaga kerja, akan tetapi pada kenyataannya sektor ini lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat luar (asing). Pemerataan hasil dari industri pariwisata bagi masyarakat Bali masih mengalami ketimpangan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya banyak posisi penting dalam industri pariwisata dikuasai oleh masyarakat luar, sedangkan putra-putri daerah hanya menempati posisi bawahan, sehingga dari sisi upah mereka mendapatkan gaji yang lebih rendah. Situasi seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kesejahteraan masyarakat secara umum, sehingga perlu mendapat penekanan dan jalan keluar dari pemegang kebijakan di Bali. Demikan juga dengan analisa Howe (2005) memaparkan dengan sangat jelas bahwa telah terjadi permasalahan dalam pelaksanaan keagamaan dan perubahan sosial di Bali akibat dari pembangunan ekonomi di bidang pariwisata. Apalagi setelah terjadinya bom Bali pada akhir tahun Kejadian tersebut menyebabkan seluruh dunia terkejut dan terguncang apalagi Bali sebagai daerah yang langsung merasakan dampak dari adanya bom Bali. Pada saat perekonomian dari sektor pariwisata mengalami penurunan akibat adanya serangan bom, ternyata sektor pertanian muncul sebagai penyangga perekonomian Bali. Dari realitas ini sebenarnya sudah terlihat bagaimana sektor pertanian akan sangat ideal apabila digunakan sebagai penyangga industri pariwisata di Bali. Di samping itu berdasarkan pada kekuatan budaya pertanian yang melekat pada budaya Hindu di Bali, maka sangatlah relevan apabila sektor pertanian dibangun sejalan dengan sektor pariwisata. Apalagi kalau kita menyimak pernyataan Susilo Bambang Yudoyono pada awal terpilihnya sebagai presiden, maka pertanian sebagai ujung tombak dalam menyikapi isu-isu ketahanan pangan. Prioritas 100 hari kepemimpinan beliau adalah mencapai ketahanan 6

7 Pendahuluan pangan (food security) bagi seluruh rakyat Indonesia 3. Dalam pelaksanaannya maka area ketahanan pangan yang dimaksudkan meliputi empat dimensi yaitu: (1) penyediaan pangan; (2) akses masyarakat miskin dalam penyediaan pangan; (3) stabilitas harga; (4) kemanfaatan (utility). Untuk mencapai prioritas tersebut maka blue print (rencana pelaksanaan) telah dibuat yaitu mendorong pemberdayaan petani sebagai ujung tombak penghasil pangan terutama beras. Dalam blue print tersebut disebutkan bahwa salah satu elemen lokal yang mesti dipertahankan untuk tujuan tersebut adalah Kearifan Lokal (Local Wisdom) (Sujono, 2009). Hal ini didukung oleh pendapat seorang pengamat pertanian Arifin (2009) bahwa pengembangan kearifan lokal memang sudah saatnya digalakkan. Salah satu pertimbangan untuk mendorong pemanfaatan kearifan lokal dalam usaha pencapaian ketahanan pangan adalah karena Indonesia merupakan negara pluralistik baik dari sisi pulau, etnik, suku, adat, agama, dan budaya, yang secara otomatis akan memiliki kearifan lokal yang khas di masing-masing daerah dan komunitas. Bali sebagai salah satu daerah di Indonesia memiliki nilai kearifan lokal yang unik dan masih banyak dipraktikkan di daerah survei. Malahan kearifan lokal masih lebih mampu memberdayakan masyarakat dibandingkan dengan cara-cara modern yang dianjurkan pemerintah. Lebih lanjut ditambahkan bahwa praktik-praktik kearifan lokal tersebut biasanya lebih banyak dipraktikkan dalam pengelolaan lahan pertanian, oleh karena bagi masyarakat di perdesaan hampir 80% mata pencaharian pokok mereka adalah bertani (Arifin 2009). Jadi Bali dengan kearifan lokal subak sebagai ujung tombak pelestari pertanian, dan konsep ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah yang berbasis kearifan lokal, merupakan suatu wacana yang saling mendukung dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Apalagi dengan ciri khas budaya Bali yang sangat terikat dengan kepercayaan agama Hindu, maka di Bali kegiatan-kegiatan ritual ke- 3 Sujono (2009) Ketua Lembaga Survey pada wawancara MetroTV tanggal 11 Nopember

8 Perempuan Bali dalam Ritual Subak agamaan memang melekat dalam budaya Bali (Geertz, 1979). Di sisi lain dalam mengimplementasikan Agama Hindu masyarakat Bali akan melakukannya melalui kegiatan ritual yang telah diatur dalam Kalender (penanggalan Bali) yang disusun berdasarkan hari baik (pawekon). Menurut Geertz (1992) masyarakat yang sudah terikat dan merasa nyaman melaksanakan sesuatu yang diyakini akan menganggap bahwa hal yang dilakukan adalah benar dan akan menjadi sebuah tatanan yang dapat dipahami bersama dan dilaksanakan tanpa rasa keterpaksaan. Semua implementasi keagamaan tersebut dilakukan melalui ritual oleh anggota subak. Dari hasil wawancara dengan anggota subak kawasan Jatiluwih yaitu di Banjar Wongaya Betan, Desa Mengesta, Kabupaten Tabanan ternyata setiap satu kali musim tanam (sekitar 6 bulan) anggota subak tersebut akan melaksanakan ritual Agama lebih kurang 10 kali. Dari 10 kali ini ada ritual yang dilakukan oleh kelompok, dan ada juga ritual yang dilakukan secara pribadi. Dalam areal satu subak saja memiliki beberapa tempat suci yang menjadi sungsungan (areal persembahyangan) misalnya seperti Pura Bedugul, Pura Ulun Carik, Pura Ulun Suwi, Pura Sad Kahyangan (lihat: Geertz, 1983). Dalam pelaksanaan ritual tersebut biasanya lebih banyak dipersiapkan dan dilaksanakan oleh anggota subak perempuan. Anggota subak laki-laki hanya bertugas mempersiapkan tempat untuk melakukan upacara, setelah itu yang bertanggung jawab terhadap jalannya upacara adalah kaum perempuan. Kaum perempuan selain sebagai pelaksana ritual pada lahan pertanian, ternyata juga memiliki peran dalam aktivitas fisik di lahan pertanian. Perempuan melakukan aktivitas di lahan pertanian mulai pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen bahkan sampai memasarkan produk pertanian tersebut. Dari kenyataan tersebut maka peran perempuan sebagai pelaksana sebagian besar kegiatan pertanian dengan peran perempuan sebagai pelaksana ritual di lahan pertanian adalah saling terkait. Dari penjelasan di atas, telah terbentuk situasi paradoksal antara tujuan pemerintah untuk mencapai ketahanan pangan dan ketahanan hayati melalui revitalisasi kearifan lokal dengan melestarikan pertanian 8

9 Pendahuluan (melalui subak). Di sisi lain terjadi pengaruh globalisasi yang seolah menggerus kearifan lokal masyarakat maka timbul pertanyaan bagaimana kearifan lokal (subak) mampu sebagai penjamin tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan hayati? Untuk menjelaskan secara kualitatif maka pertanyaan-pertanyaan empirisnya adalah; 1) bagaimana petani di Subak Wongaya Betan menjaga ketahanan pangan dan ketahanan hayati di wilayahnya; 2) bagaimana aktivitas anggota subak perempuan dalam pelaksanaan ritual subak; 3) bagaimana kearifan lokal berperan sebagai modal dalam mempertahankan ketahanan pangan dan ketahanan hayati untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi acuan untuk menggambarkan peran subak dalam proses pelaksanaan pertanian organik di Subak Wongaya Betan menuju ketahanan pangan dan ketahanan hayati, serta menjelaskan bagaimana proses ritual di lahan pertanian mampu menjadi spirit dalam setiap kegiatan subak untuk pencapaian ketahanan pangan dan katahanan hayati dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Hasil Penelitian dalam bentuk disertasi ini akan menyajikan tahapan dan proses pada bab-bab yang disusun dengan pengorganisasian yang berbeda. Diawali dengan pemaparan beberapa kerangka teoritis pada bab dua, yang bertujuan untuk memberikan beberapa penyatuan pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran peneliti terdahulu. Pemikiran-pemikiran tersebut akan terkait dengan aspek yang menjadi penekanan pada tulisan ini yaitu pemahaman tentang kearifan lokal (local wisdom), ritual, modal sosial, ketahanan pangan (food security) dan ketahanan hayati (biosecurity), dan subak. Bab tiga, memuat pemaparan tentang metodologi penelitian yang berisikan tentang penjelasan metode penelitian, unit amatan, unit analisa. Selain itu pada bab ini juga saya sisipkan pengalaman saya meneliti secara kualitatif di daerah sendiri (backyard reseach) yang memberikan saya pengalaman berharga dengan segala kesulitan dan kemudahan yang saya rasakan. 9

10 Perempuan Bali dalam Ritual Subak Bab-bab empiris akan saya uraikan satu per satu dari bab empat yang mengulas tentang unit amatan penelitian yaitu Subak Wongaya Betan yang selanjutnya akan saya singkat menjadi SWB. SWB ini merupakan salah satu subak yang terletak di daerah kawasan budaya dunia (culture heritage) Catur Angga Batukaru, yang merupakan kawasan suci sebagai identitas umat Hindu di Bali. SWB selain berhasil menjaga kelestarian lingkungan dan lahan pertaniannya, mereka juga berhasil menjadi pelopor pelaksana padi organik di wilayah ini dengan memperoleh sertifikat SNI (Sertifikat Nasional Indonesia), sehingga produk berasnya sudah mampu dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bagian ini juga akan memuat perkembangan subak dari zaman Kerajaan, zaman Kolonial, zaman Orde Lama, zaman Orde Baru dan zaman Reformasi. Bab lima, secara umum akan menjelaskan bagaimana SWB berada dalam kondisi sulit akibat adanya program revolusi hijau. Kemudian dilanjutkan dengan uraian tentang bagaimana mereka keluar dari kemelut sisi negatif revolusi hijau, sampai kemudian bangkit dengan memenangkan pergulatan dengan meraih sertifikat organik. Pada bab ini juga diungkap elemen-elemen yang berperan dalam perjuangan menuju sertifikat organik seperti peran aktor sebagai inovator perubahan ke pertanian organik, peran perempuan, keteguhan pada pelaksanaan ritual, keyakinan terhadap agama Hindu dan peran filosofi Tri Hita Karana yang dianut oleh SWB, dan juga peran pemerintah sebagai mitra subak dalam melaksanakan pembangunan di bidang pertanian. Bab enam khusus menceritakan tentang peran perempuan dalam pelaksanaan ritual yang menjadi salah satu ciri khas subak di Bali. Ritual menjadi penting karena adanya elemen pura subak yang menjadi landasan dilakukannya ritual dan juga keyakinan anggota subak sebagai umat Hindu yang harus selalu melaksanakan filosofi Tri Hita Karana. Pada bab ini diungkap bahwa kekuatan ritual sangat kuat mengikat anggota subak, sehingga dituangkan dalam awig-awig subak (aturan subak) yang mengikat baik secara internal maupun eksternal. Ritual Ngusaba Nini dan Nangluk Merana yang merupakan dua dari sekian 10

11 Pendahuluan jenis ritual yang dilaksanakan subak akan diuraikan pada bab ini. Jenis ritual yang pertama sangat kuat mengimplementasikan rasa syukur kepada Tuhan karena produksi beras berhasil dan melimpah (Ngusaba Nini), sedangkan Nangluk Merana sangat kuat mengimlementasikan penghormatan terhadap lingkungan termasuk hama tikus yang dikendalikan dengan cara ritual. Di sini terlihat bagaimana nilai-nilai kearifan lokal masih melekat pada masyarakat subak di Bali. Bab tujuh adalah bab empiris yang menguraikan tentang keterkaitan antara nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh SWB dengan konsep ketahanan pangan dan ketahanan hayati yang menjadi salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang pertanian melalui UU No 7 tahun 1996 dan UU No 4 tahun Bab delapan adalah pemaparan sintesa dari berbagai temuan di lapangan yang telah tertuang dalam bab-bab empiris. Pada bab ini akan dijelaskan tentang keterkaitan antara elemen-elemen subak dengan ketahanan pangan dan hayati, faktor-faktor penguat seperti agama Hindu dengan filisofi Tri Hita Karana. Kemudian konsep suci dan leteh yang berkaitan dengan kepercayaan pencegahan pencemaran di areal pertanian. Pada bab ini juga akan dikaitkan dengan adanya hukum karma pala dan reinkarnasi yang dipercaya dapat dijadikan sebagai buffer (penyangga) untuk selalu berbuat berdasarkan etika dan menghindarkan diri dari perbuatan yang melanggar ajaran agama Hindu. Kekuatan-kekuatan ini ternyata menjadi suatu spirit bagi subak untuk tetap mempertahankan lahan pertanian dalam rangka menjamin ketahanan pangan dan ketahanan hayati di Bali. Bagian ini juga membahas posisi sumberdaya perempuan dalam beraktivitas baik di lahan pertanian dan dalam pelaksanaan ritual, sehingga isu-isu kesenjangan gender dapat digali melalui pendekatan budaya. Bab sembilan adalah bab kesimpulan yang merupakan bab terakhir dari rangkaian disertasi ini. Penyajian bab ini lebih diarahkan pada kontribusi teoritis dari penemuan-penemuan lapangan, yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pencapaian ketahanan pangan dan ketahanan hayati dalam rangka pembangunan pertanian berkelanjutan. 11

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig) Bab Sembilan Kesimpulan Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berperan penting dalam penyediaan dan pemenuhan pangan bagi masyarakatnya. Dengan adanya eksplositas

Lebih terperinci

Sumber Daya Perempuan dalam Ritual Subak

Sumber Daya Perempuan dalam Ritual Subak Bab Delapan Sumber Daya Perempuan dalam Ritual Subak Pengantar Dari bahasan bab-bab empiris sebelumnya, pada bab sintesa ini saya membahas tentang bagaimana perempuan memiliki peran yang sentral dalam

Lebih terperinci

Bab Tiga Metode Penelitian

Bab Tiga Metode Penelitian Bab Tiga Metode Penelitian Seperti Menatap Cermin Ketertarikan saya dengan bidang pertanian berawal ketika pada masa kanak-kanak sampai remaja (masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas) sering menemani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations Educational and Cultural Organization (UNESCO)

Lebih terperinci

Kearifan Lokal Modal Pelestarian Ketahanan Pangan dan Hayati di Subak Wongaya Betan

Kearifan Lokal Modal Pelestarian Ketahanan Pangan dan Hayati di Subak Wongaya Betan Bab Tujuh Kearifan Lokal Modal Pelestarian Ketahanan Pangan dan Hayati di Subak Wongaya Betan Pengantar Ada tantangan yang dihadapi subak saat ini dan masa yang akan datang yaitu dalam menghadapi globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

Subak Wongaya Betan di Kawasan Catur Angga

Subak Wongaya Betan di Kawasan Catur Angga Bab Empat Subak Wongaya Betan di Kawasan Catur Angga Pengantar Di tengah tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat nasional yang semakin besar, ternyata organisasi subak di Bali termasuk di

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia. Daya tarik Bali sebagai daerah tujuan wisata adalah karena faktor keindahan

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang kuat di bidang pariwisata. Menurut Ramadhanny (2014), keunggulan utama Bali dibandingkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy Ni Made Ayu Adi Suartiani. 1211305025. 2017. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi pada Sistem Subak di Kawasan Warisan Budaya Dunia Catur Angga Batukau. Dibawah bimbingan Dr. Sumiyati, S.TP.MP sebagai pembimbing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN JUMPA 2 [1] : 79-103 ISSN 2406-9116 PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN Niluh Herawati Email: hera.nehh11@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah dan sistem irigasi yang dibangun atas swadaya masyarakat itu sendiri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki berbagai potensi sumber daya baik nasional maupun aras lokal. Sumberdaya tersebut semestinya harus dikelola secara bijak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini mendorong pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga pertanian merupakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian dalam kaitannya pada perancangan dan perencanaan Ekowisata Rice Terrace di Jatiluwih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sering dipertentangkan dengan konservasi sumber daya alam. Bahkan ada yang mengatakan konservasi sumber daya alam dapat menghambat pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama penduduknya sebagai petani. Bertani adalah salah satu profesi yang ditekuni oleh banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

PELESTARIAN SUBAK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KETAHANAN PANGAN DAN HAYATI

PELESTARIAN SUBAK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KETAHANAN PANGAN DAN HAYATI PELESTARIAN SUBAK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KETAHANAN PANGAN DAN HAYATI Ni Gst.Ag.Gde Eka Martiningsih Universitas Mahasaraswati, Denpasar Abstract This paper present in accordance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat atas persetujuan pemerintah sejak tahun 2000. Hak masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PELESTARIAN BUDAYA DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP (HERITAGE AND PROTECTION) BAGI KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kelurahan Ubud Ubud merupakan salah satu destinasi utama pariwisata di Privinsi Bali. Nama Ubud sendiri berasal dari kata Ubad yang memilki arti sebagai obat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air

BAB I PENDAHULUAN. pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan berbagai suku bangsa mempunyai keanekaragaman kearifan lokal, kearifan tradisional, dan budaya yang didalamnya terkandung nilai-nilai etik dan moral,

Lebih terperinci

PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali)

PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali) PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali) Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT. Kepala Sub Direktorat Kawasan Permukiman Perdesaan Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya pada sektor pariwisata. Pembangunan dibidang pariwisata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka kesempatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III TEMUAN DATA. penelitian ini yaitu umur responden dan luas perubahan peruntukan lahan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III TEMUAN DATA. penelitian ini yaitu umur responden dan luas perubahan peruntukan lahan BAB III TEMUAN DATA 3.1 Identitas Responden Identitas responden merupakan data diri yang dimiliki oleh individu untuk mengetahui karakteristik guna mengenali dan mengetahui jati diri dan informasi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan sumber daya alamnya. Hal ini merupakan daya tarik yang sangat kuat yang dimiliki oleh Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TABANAN BERDASARKAN KONDISI EKSISTING, KUALITAS SDM, PELUANG KERJA, DAN KEBUTUHAN SDM YANG SESUAI*)

PELUANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TABANAN BERDASARKAN KONDISI EKSISTING, KUALITAS SDM, PELUANG KERJA, DAN KEBUTUHAN SDM YANG SESUAI*) PELUANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TABANAN BERDASARKAN KONDISI EKSISTING, KUALITAS SDM, PELUANG KERJA, DAN KEBUTUHAN SDM YANG SESUAI*) I. Pengantar Oleh : I Ketut Suda**) Sejak diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap daerah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Pemerintah daerah memiliki kuasa penuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, baik bertani sayuran, padi, holtikultura, petani ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung perlu dikaji

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung perlu dikaji 17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung perlu dikaji secara mendalam. Hal ini penting karena hutan akan lestari jika para petani yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

PEREMPUAN BALI DALAM RITUAL SUBAK

PEREMPUAN BALI DALAM RITUAL SUBAK PEREMPUAN BALI DALAM RITUAL SUBAK PEREMPUAN BALI DALAM RITUAL SUBAK Katalog Dalam Terbitan (KDT) 338.195986 Nig Ni Gst. Ag. Gde Eka Martiningsih P Perempuan Bali dalam Ritual Subak / Ni Gst. Ag. Gde Eka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci