BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations Educational and Cultural Organization (UNESCO) pada 29 Juni tahun 2012 (Kemendikbud, 2013:7; Windia dan Wiguna, 2013:205). Lebih jauh Windia dan Wiguna (2013:205) menyatakan bahwa penetapan subak sebagai WBD, masuk dalam katagori bentang budaya dengan judul The Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy (Lansekap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak Sebagai Manifestasi Filosofi Tri Hita Karana). Penetapan subak sebagai WBD di bawah UNESCO menjadi kebanggaan masyarakat Bali khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya. Namun dibalik kebanggaan tersebut, sesungguhnya juga merupakan sebuah tantangan yang sangat besar bagi masyarakat Bali, karena Bali merupakan salah satu destinasi wisata penting di dunia. Menjadi tantangan, karena ada kewajiban bagi masyarakat Bali untuk melestarikan sistem subak, yang telah ditetapkan sebagai WBD. Padahal Wiguna (2008) menyatakan bahwa luas lahan sawah di Bali selalu berkurang, yang mencapai rata-rata ha per tahun, karena adanya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, terutama disebabkan oleh berkembangnya sektor pariwisata. Sejalan dengan Windia (dalam Antara 2013), yang menyatakan bahwa alih fungsi lahan pertanian selama lima tahun terakhir mencapai hektar, atau rata-rata

2 2 hektar setiap tahun. Nampak dengan jelas bahwa pengembangan pariwisata di Bali telah banyak berkontribusi terhadap berkurangnya lahan pertanian yang merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem subak. Di kawasan Seminyak, Kabupaten Badung, misalnya ratusan hektar lahan pertanian sawah telah beralih fungsi menjadi fasilitas pariwisata seperti hotel, vila, bungalow, café, dan art shop. Pembangunan fasilitas pariwisata tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mengganggu sistem distribusi air irigasi dalam sistem subak. Padahal sistem distribusi air irigasi merupakan bagian yang sangat penting dalam keberlanjutan sistem subak. Karena tidak ada subak tanpa air irigasi, dan melalui sistem subak petani mengembangkan budidaya pertanian yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Bali, sebagai masyarakat agraris. Berkembangan sektor pariwisata, tidak tertutup kemungkinannya akan menyebabkan hilangnya salah satu budaya warisan leluhur masyarakat Bali. Karena menurut Windia dan Wiguna (2013:32) bahwa subak yang diperkirakan lahir pada abad ke-11, merupakan sebuah warisan masyarakat Bali yang memiliki nilai budaya yang sangat luar biasa. Melihat kenyataan tersebut, maka harus ada solusi yang dapat mensinergiskan pembangunan pariwisata dan pertanian, terlebih pada kawasan subak yang masuk dalam WBD Provinsi Bali. Sinergisme pembangunan sektor pariwisata dan pertanian sebagai sebuah budaya masyarakat Bali akan dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, pelestarian budaya dan lingkungan (Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali). Desa Mengesta Kabupaten Tabanan merupakan salah satu desa yang terletak di dalam kawasan Warisan Budaya Dunia (WBD) Provinsi Bali, sebagai bagian

3 3 dalam lansekap Catur Angga Batukaru. Lansekap Catur Angga Batukaru, merupakan kawasan dengan luas ha yang mencakup Danau Buyan, Danau Tamblingan di sisi paling utara, hutan lindung di sekitar gunung tertinggi kedua di Bali yaitu Gunung Batukau (2.276 m), kawasan hutan dan kebun di lereng selatan hingga hamparan sawah bertingkat-tingkat dari subak Jatiluwih hingga subak Rejasa. Terdapat 14 subak yang masuk dalam lansekap Catur Angga Batukaru, 5 pura sebagai kawasan suci umat Hindu, 12 desa pekraman dan 4 desa dinas sebagai kawasan pemukiman dan pengembangan ekonomi (Kemenbudpar, 2010:10). Sebagai salah satu bagian lansekap Catur Angga Batukaru dalam kawasan WBD, Desa Mengesta memiliki berbagai potensi alam dan budaya, termasuk sistem subak yang perlu mendapatkan perlindungan. Perlindungan dan pengelolaan subak sebagai WBD perlu dilakukan dengan baik dan berkelanjutan, agar memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat serta terjaganya pelestarian alam dan budaya. Potensi dan daya tarik wisata Desa Mengesta yang berlokasi di dalam situs WBD, harus dikelola secara baik dan bijaksana untuk membangun kesejahteraan generasi masa kini maupun generasi mendatang, sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland Report dalam United Nations Conference on Environment and Development, UNCED). 1 Terkait dengan hal 1 Bandung Magazine.com. 8 Juni Pembangunan Berkelanjutan, Gagasan, Implementasi dan Kecenderungan Realitas di Indonesia" [diunduh 22 Desember 2014]. Sumber: - gagasan-implementasi-dan-kecenderungan-realitas-di-indonesia

4 4 tersebut maka pengelolaan dan pemanfaatan kawasan WBD harus mengacu pada kaidah-kaidah warisan dunia yaitu dengan tetap menjaga keaslian (authenticity) dan keberlanjutan (sustainability). World Tourism Organization (WTO) telah menggariskan kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menitikberatkan pada tiga hal yaitu keberlanjutan alam, sosial budaya, dan ekonomi. Konsep ini secara jelas menjabarkan bahwa pengembangan pariwisata tidak boleh merusak budaya lokal, alam lingkungan, terutama lahan pertanian. Warisan Budaya Dunia (WBD) memiliki makna yang sangat penting bagi umat manusia dan sebagai sebuah warisan bagi generasi berikutnya. Situs warisan dunia adalah suatu tempat budaya dan alam, serta benda yang sangat berarti bagi umat manusia sehingga menjadi warisan bagi generasi berikutnya. 2 Adanya predikat Warisan Budaya Dunia bagi subak di Bali, diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi masyarakat lokal di sekitar kawasan. Seperti yang terjadi di kawasan wisata Jatiluwih, jumlah kunjungan wisatawan meningkat cukup signifikan sejak ditetapkan sebagai WBD oleh UNESCO tahun Sebelum tahun 2012, jumlah kunjungan wisatawan ke Jatiluwih tidak lebih dari 200 orang per hari, namun setelah ditetapkan menjadi WBD, jumlah kunjungan terus meningkat dan kini telah mencapai rata-rata lebih dari 450 orang per hari. Pada periode Januari-Desember 2014, jumlah kunjungan wisatawan ke Jatiluwih mencapai orang atau rata-rata 452 orang per hari. Dari jumlah kunjungan 2 Wikipedia. Situs Warisan Dunia UNESCO. [diunduh 22 Desember 2014] Sumber: Dunia_UNESCO

5 5 wisatawan tersebut telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp ,- (Badan Pengelola DTW Jatiluwih, 2015). Kunjungan wisatawan tersebut, mulai memberikan manfaat bagi masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh Bendesa Adat Jatiluwih, Wayan Yasa bahwa sejak beroperasinya Badan Pengelola Daerah Tujuan Wisata Jatiluwih pada 1 Januari 2014, pendapatan Desa Adat Jatiluwih mencapai Rp ,- per bulan antara Januari-Juni Pendapatan tersebut meningkat menjadi 20 juta rupiah per bulan antara Juli dan Desember Badan Pengelola Daerah Tujuan Wisata Jatiluwih tersebut ditetapkan oleh Bupati Tabanan melalui Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Tabanan Nomor 84 tahun Berdasarkan Perbup tersebut pendapatan masyarakat Jatiluwih dari sektor pariwisata, mulai meningkat. Pendapatan tersebut telah didistribusikan ke berbagai pihak termasuk subak yang berperan dalam pembangunan pariwisata di kawasan Jatiluwih sebagai bagian WBD Provinsi Bali. Oleh karena itu pengembangan pariwisata di kawasan Desa Mengesta, juga memiliki peluang yang cukup besar karena Mengesta juga merupakan bagian dari WBD Provinsi Bali. Melalui pariwisata maka potensipotensi lain yang ada di kawasan tersebut juga akan memperoleh peluang untuk berkembang sebagai kelengkapan penting dalam suatu sistem industri pariwisata. 4 3 Pos Bali. 12 Desember WBD Jatiluwih Menjanjikan. [diunduh 23 Des 2014]. Sumber: 4 Pariwisata sebagai Pilihan Bentuk Pemanfaatan Warisan Budaya Situs Trowulan: Sebuah Gagasan Awal. [Diunduh 13 November 2013]. Sumber: com/index.php?option=com_content&view=article&id=88: pariwisata-sebagai-pilihan -bentuk-pemanfaatan-warisan-budaya-situs-trowulan-sebuah-gagasan-awal&catid =35:arkeologi-&Itemid=93

6 6 Berdasarkan potensi, maka Desa Mengesta berpeluang untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata berbasis pertanian (agriculture based tourism). Petani sebagai pelaku utama, dengan modal kesederhanaan dan keunikan kehidupan keseharian serta adat budayanya dapat menjadi daya tarik pariwisata, sehingga petani akan mendapat nilai tambah (value added) dalam kehidupan ekonominya. Melalui pendekatan ini diharapkan pembangunan kepariwisataan akan lebih diterima dan mampu memberikan manfaat ekonomi dan sosial budaya masyarakat serta lingkungan. Masyarakat atau komunitas lokal, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata (Damanik dan Weber, 2006:8). Oleh karena itu pengembangan pariwisata di Desa Mengesta harus bersinergi dengan pembangunan sektor pertanian, khususnya sistem subak sebagai salah satu potensi dan daya tarik wisata. Pengembangan pariwisata berbasis pertanian (agrowisata) merupakan model pengembangan pariwisata yang memiliki keterkaitan erat antara pertanian dan pariwisata. 5 Pengembangan agrowisata (agrotourism) merupakan model pengembangan yang tepat dan melengkapi model pengembangan pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali. Agrowisata merupakan pengembangan pariwisata yang berbasis pertanian, dengan memanfaatkan aktivitas pertanian seperti membajak, menanam padi dan memanen sebagai objek wisata, daya tarik wisata dan atraksi wisata. Selain itu pemanfaatan hasil-hasil pertanian seperti beras, 5 Pariwisata Bali. Sinergisme Pertanian dengan Pariwisata. [Diunduh 13 November 2014). Sumber:

7 7 sayur dan buah untuk keperluan industri pariwisata seperti hotel dan restoran di suatu daerah tujuan wisata juga merupakan bagian dari pengembangan agrowisata. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap berhasil tidaknya sebuah agrowisata, khususnya yang terkait dengan manajemen pengelolaan. Objek agrowisata yang tidak dikelola dengan baik mulai dari penataan areal agrowisata, operasional agrowisata, kegiatan tur, dan sumber daya manusia serta pemasaran, merupakan faktor penting dalam mengelola sebuah objek agrowisata. Gagalnya objek Agrowisata Sibetan misalnya, disebabkan oleh faktor pemasaran yang belum dilakukan secara maksimal oleh manajemen pengelolanya, sehingga kurang dikenal oleh para operator tur yang menjual paket-paket wisata di Bali. Kegagalan tersebut juga disebabkan oleh rendahnya peran pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem dalam mempromosikan agrowisata melalui media masa, televisi, internet dan media publikasi lainnya. Selain manajemen pemasaran, maka kerjasama antar stakeholder pariwisata seperti pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat lokal, industri pariwisata, dan akademisi juga sangat penting untuk keberhasilan sebuah agrowisata. Oleh karena itu agrowisata sebagai wujud sinergisme pertanian dengan pariwisata harus dilakukan dengan komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder pariwisata. Komitmen tersebut sangat perlu dalam menerapkan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berbasiskan sumber daya alam dan sosial budaya, sehingga akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Manfaat dan tantangan subak sebagai warisan budaya dunia berbeda-beda dialami dalam tiap kawasan WBD. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai

8 8 pendapat, yang sering dikemukakan masyarakat melalui mass media. Sebagian masyarakat merasa senang dan bersyukur dengan penetapan subak menjadi WBD oleh UNESCO, sebagian lainnya, khususnya petani atau anggota subak di sekitar kawasan belum merasa manfaat. Seperti yang ditulis dalam Tempo, di kawasan Jatiluwih, yang termasuk dalam kawasan WBD, bagaikan simalakama. Niat baik UNESCO untuk melestarikan subak, justru oleh pemerintah lokal/kabupaten dimanfaatkan untuk promosi daya tarik dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) semata. Kunjungan dan retribusi wisatawan semakin meningkat dan petani mulai merasakan nilai tambah pendapatan. Akan tetapi pelestarian ekosistem subak kurang mendapat perhatian, seperti perbaikan irigasi, pemberdayaan petani atau peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). 6 Fakta yang terjadi di lapangan, sebagian besar warga desa setempat khususnya petani belum mendapatkan hasil dan keuntungan dari kegiatan wisata yang dilakukan di daerahnya. Kondisi tersebut terjadi karena tur operator yang menjual paket wisata seperti sightseeing, cycling dan trekking di Desa Wisata Jatiluwih secara langsung menyediakan sendiri pemandu wisata (tour guide). Keperluan makanan dan minuman juga disediakan oleh pihak tour travel masing-masing sehingga masyarakat lokal sama sekali tidak mendapatkan keuntungan. Sebaliknya masyarakat lokal hanya menerima sisa-sisa sampah dan jejak kaki para wisatawan 6 Tempo. 19 Juni Simalakama Penetapan Warisan Budaya Dunia. [Diunduh 20 November 2014]. Sumber: 19/ antonemus/simalakama-penetapan-warisan-budaya-dunia

9 9 yang justru sering merusak pematang persawahan. 7 Kondisi ini telah berlangsung lama jauh sebelum penetapan warisan budaya dunia. Semestinya, para operator tour yang menjual obyek Desa Wisata Jatiluwih memberikan insentif kepada para petani agar tetap melakukan aktivitas pertanian dan membantu mengurangi beban biaya yang dikeluarkan petani. Tidak adanya kontribusi dari sektor pariwisata kepada petani, menyebabkan beberapa petani mengembangkan usaha peternakan ayam, untuk menutupi kekurangan biaya dalam usaha tani di lahan sawah. Kondisi tersebut mengurangi keindahan di objek wisata di Jatiluwih dan mencemari udara akibat bau kotoran ayam. Padahal pariwisata mengandalkan modal utamanya pada lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Oleh karena itu unsur-unsur ekologi yang menjadi modal utama pariwisata harus dipelihara dan dijaga kelestariannya agar dapat berfungsi secara berkelanjutan. Desa Mengesta sesuai dengan karakter kawasannya yang masih alami dan bercirikan pedesaan menawarkan keseluruhan suasana keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, budaya, adat istiadat, maupun lingkungan ekologis yang khas, serta peninggalan arkeologi memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai komponen pariwisata. Desa Mengesta juga memiliki daya tarik wisata alam dan budaya, khususnya panorama alam pegunungan yang terhampar dalam persawahan berterasering dengan hasil pertaniannya yang khas yaitu tanaman padi lokal beras 7 Artikel Pariwisata. 22 Pebruari Artikel Pariwisata: Pariwisata dan Pertanian. [Diunduh 15 November 2014]. Sumber: com/2009/ 02/artikel

10 10 merah organik. Desa Mengesta juga memiliki obyek wisata sumber air panas yang bermanfaat bagi kesehatan, serta terdapat kerukunan beragama diantara masyarakat. Desa Mengesta juga memiliki berbagai peninggalan sejarah seperti arca Ganesa, arca Lingga Yoni yang terdapat di Pura Luhur Batu Panes. Masyarakat Desa Mengesta juga masih menjalankan kehidupan pertanian dan ritualnya secara berkelanjutan (Wingarta, 2006:149). Semua potensi alam dan budaya tersebut sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata, yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Keindahan alam dan aktivitas budaya pertanian yang dilakukan oleh petani atau masyarakat dapat menjadi daya tarik yang diminati wisatawan. Atraksi pertanian seperti: membajak sawah dengan ternak, menanam padi, panen, trekking untuk menikmati pemandangan sawah dengan ATV atau berjalan kaki dapat menjadi komoditas industri pariwisata yang memiliki keunikan dan menjadi pilihan wisatawan. Komoditas industri pariwisata tesebut akan mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik dan terkoordinasi serta melibatkan masyarakat lokal. Sebagian besar kegiatan wisata yang telah berjalan di Desa Mengesta masih dikelola secara pribadi oleh pemiliki usaha, tanpa melibatkan masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat kurang merasakan manfaat pembangunan pariwisata. Padahal pengelolaan kegiatan wisata akan sangat baik jika melibatkan dan memberdayakan masyarakat. Sebaliknya tanpa memberdayakan masyarakat sekitar, maka keuntungan yang diperoleh tidak akan dirasakan oleh masyarakat, sehingga tidak bermanfaat bagi masyarakat setempat.

11 11 Lokasi Desa Mengesta juga strategis karena dekat dengan situs kawasan suci Pura Luhur Batukaru dan kawasan Jatiluwih yang sudah sangat dikenal wisatawan. Keberadaan obyek wisata Jatiluwih sesungguhnya dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi Desa Mengesta, karena wisatawan tidak hanya terkonsentrasi di Jatiluwih, tetapi juga dapat berkunjung ke Desa Mengesta sebagai tujuan wisata dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan Jatiluwih sebagai bagian dari kawasan Warisan Budaya Dunia. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjamin pelestarian kawasan WBD yang selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diperlukan komitmen dan tanggungjawab semua pihak baik swasta, masyarakat maupun pemerintah. Pemerintah sebagai inisiator, penggerak sekaligus fasilitator dan masyarakat sebagai partisipan aktif harus selalu berkoordinasi dalam setiap proses pengembangan pariwisata, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga ke tingkat evaluasi. Pengembangan pariwisata dan upaya pelestarian kawasan bisa lebih maksimal melalui keterlibatan atau partisipasi aktif masyarakat. Sementara dengan pengembangan pariwisata yang tidak terarah dapat merusak pelestarian kawasan serta mencederai masyarakat sekitar dan berpotensi memunculkan konflik sosial. Pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi solusi terbaik untuk dapat menanamkan arti penting pelestarian sekaligus untuk memberdayakan dan mendukung ekonomi masyarakat setempat. Sesungguhnya predikat WBD memiliki manfaat strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis pertanian di Desa Mengesta. Pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan pertanian, sejalan dengan

12 12 pelestarian budaya subak serta upaya melibatkan masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata di Desa Mengesta. Upaya tersebut di satu sisi akan mampu memperkecil dampak yang kurang menguntungkan dalam pengembangan sektor pariwisata, seperti terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya subak yang telah ditetapkan menjadi WBD. Di sisi lain akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis subak sebagai bagian Warisan Budaya Dunia di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi atau masukan bagi semua pihak khususnya masyarakat dan pemerintah yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di Desa Mengesta, Kabupaten Tabanan. 1.2 Rumusan Masalah Terdapat tiga masalah yang dirumuskan dalam penelitian tentang Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Subak Sebagai Bagian Warisan Budaya Dunia di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan, antara lain: 1) Bagaimanakah posisi subak sebagai basis agrowisata dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta sebagai bagian dari WBD? 2) Seberapa besar manfaat Warisan Budaya Dunia bagi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta? 3) Bagaimanakah peran pemerintah setelah penetapan subak sebagai WBD dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta?

13 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis subak sebagai bagian Warisan Budaya Dunia di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan yang telah ditetapkan UNESCO pada tanggal 29 Juni Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian tentang Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Desa Mengesta Kabupaten Tabanan Sebagai Bagian dari Warisan Budaya Dunia, adalah untuk menganalisis dan mengetahui: 1) Posisi subak sebagai basis agrowisata dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta sebagai bagian dari Warisan Budaya Dunia. 2) Manfaat Warisan Budaya Dunia bagi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta. 3) Peran pemerintah setelah penetapan subak sebagai Warisan Budaya Dunia Provinsi Bali dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang peran subak sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali, maupun di daerah lainnya. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan rujukan dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan di waktu mendatang.

14 Manfaat Praktis 1). Untuk Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan pariwisata yang dapat mendukung subak dan pertanian Bali, khususnya di Desa Mengesta sebagai bagian WBD. Selanjutnya akan mendorong terbangunnya sinergisme antar komponen pariwisata untuk bekerjasama dalam menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Desa Mengesta. 2). Untuk Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan berpartisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata Desa Mengesta, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta tetap terjaganya pelestarian sumber daya alam dan warisan budaya lokal. 3). Untuk Industri Pariwisata Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu industri pariwisata dalam memberikan informasi dan dukungan untuk mempromosikan pariwisata di Desa Mengesta. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat meningkatkan keragaman destinasi pariwisata di Bali, yang bermanfaat bagi masyarakat Bali umumnya dan masyarakat Desa Mengesta khususnya.

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki BAB I PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki keunikan tersendiri berupa keindahan panorama alam dan budayanya, sehingga menarik perhatian wisatawan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN JUMPA 2 [1] : 79-103 ISSN 2406-9116 PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA UNESCO DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN Niluh Herawati Email: hera.nehh11@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN TESIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS SUBAK SEBAGAI BAGIAN WARISAN BUDAYA DUNIA DI DESA MENGESTA KABUPATEN TABANAN NILUH HERAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy Ni Made Ayu Adi Suartiani. 1211305025. 2017. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi pada Sistem Subak di Kawasan Warisan Budaya Dunia Catur Angga Batukau. Dibawah bimbingan Dr. Sumiyati, S.TP.MP sebagai pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau ini tidak hanya terkenal di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Sektor pariwisata menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam terutama sumber daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman dan keunikannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Kajian-kajian terdahulu yang menunjang penelitian ini dan dijabarkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Kajian-kajian terdahulu yang menunjang penelitian ini dan dijabarkan dalam 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Dalam sub bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini. 2.1 Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan industri pariwisata perlu dilakukan secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata berbasis pertanian atau sektor agrowisata di Indonesia dapat dikatakan pengembangan suatu sektor yang menjanjikan. Dewasa ini banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman dalam hal kebudayaan dan sumber daya alamnya. Hal ini merupakan daya tarik yang sangat kuat yang dimiliki oleh Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sering dipertentangkan dengan konservasi sumber daya alam. Bahkan ada yang mengatakan konservasi sumber daya alam dapat menghambat pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian. Masyarakat Bali aktif berperan serta dalam pembangunan sektor pertanian. Menginjak tahun 1980

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas yang sangat potensial. Pariwisata mempunyai pengaruh besar dalam membangun perekonomian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 hektar yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Kudus memiliki potensi pariwisata

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Lot merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat atas persetujuan pemerintah sejak tahun 2000. Hak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang

Lebih terperinci

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fandeli (1995:37) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi, terutama pada peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua Samudra dan juga dua Benua. Pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat 1 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Bertolak dari kajian dan hasil analisis pada Bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Dilihat dari aspek potensi, pengembangan wilayah Desa Pelaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sektor pariwisatanya telah berkembang. Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri di Indonesia yang prospeknya memiliki nilai yang cerah dimana industri pariwisata di Indonesia ini memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. 1.1 Latar belakang Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian dalam kaitannya pada perancangan dan perencanaan Ekowisata Rice Terrace di Jatiluwih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya alih fungsi ruang hijau menjadi ruang terbangun, merupakan sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua Kabupaten Kota di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah kegiatan perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan atau kenikmatan, mengetahui sesuatu, menunaikan tugas ataupun berziarah. Pariwisata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di negara beriklim tropis, memiliki tanah yang cukup subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa wilayah di Indonesia cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI

DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI DESA KERTA DAN DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR, BALI Oleh : Ni Wayan Siti KERJASAMA LPPM UNUD LPPM UNDWI PEMDA GIANYAR 1 1. PENDAHULUAN Kondisi eksisting Wilayah 1. Berlokasi di dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisata Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata Gunung Api Purba yang menjadi obyek wisata utama, wisata embung, kebun buah,

BAB I PENDAHULUAN. wisata Gunung Api Purba yang menjadi obyek wisata utama, wisata embung, kebun buah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Nglanggeran merupakan desa wisata yang terletak di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Pada saat ini Nglanggeran memiliki empat destinasi wisata yaitu wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggungjawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya interelasi antara pihak perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan dari berbagai dampak yang

Lebih terperinci

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Pariwisata dunia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNWTO, World Tourism barometer pada tahun 2014 bahwa wilayah Asia Pasifik merupakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan dituangkan dalam visi dan misi Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia. Daya tarik Bali sebagai daerah tujuan wisata adalah karena faktor keindahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang : a. bahwa kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Wonosobo dengan kondisi geografis pegunungan dan panorama alam yang memukau merupakan kekayaan alam yang tak ternilai bagi potensi pariwisata. Selain itu budaya dan keseniannya

Lebih terperinci

Sistematika presentasi

Sistematika presentasi Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan Wiwik D Pratiwi Sistematika presentasi Mengapa? Apa prinsipnya? Apa pertimbangannya? Apa elemen-elemen strategisnya? Apa hal-hal yang diperlukan bila berdasar pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan keanekaragaman yang sangat kompleks. Keanekaragaman yang terjadi dikarenakan faktor budaya yang

Lebih terperinci