EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN"

Transkripsi

1 i EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Disusun Oleh : PIPIT DIAN SIDHARTO PUTRI NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA 2015 i

2 ii LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Diajukan Untuk memenuhi sebagai prasyaratan Mencapai Gelar sarjana 1 (S1) kependidikan program studi Bimbingan Dan konseling Oleh : Nama : Pipit Dian Sidharto Putri NIM : Disetujui oleh dosen pembimbing untuk diusulkan kepada dewan penguji Skripsi tanggal 9 Januari 2015 Pembimbing Bernardus Widodo, M.Pd. NIDN ii

3 iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul : EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Dewan Penguji : Penguji 1 Telah diuji pada tanggal 12 Januari 2015 Drs. Anton Sudarmanta, M.S NIDN Penguji II Dra. Fransisca Mudjijanti, M.M NIDN Penguji III Bernardus Widodo, M. Pd NIDN Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bernardus Widodo, M. Pd. NIDN iii

4 iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA TULIS TIDAK MEMUAT KARYA ATAU BAGIAN KARYA ORANG LAIN. Kecuali YANG TELAH DISEBUTKANDALAM DAFTAR PUSTAKA, SELAYAKNYA KARYA ILMIAH. APABILA TERNYATA TERBUKTI HASIL JIPLAKAN, DENGAN SENDIRINYA SKRIPSI SAYA DINYATAKAN BATAL DAN SAYA BERSEDIAN GELAR SARJANA SAYA DICABUT DAN HAK SAYA SEBAGAI MAHASISWA AKAN HILANG. 9 Januari 2015 YANG MEMBUAT PERNYATAAN Pipit Dian Sidharto Putri NIM: iv

5 v HALAMAN PERSEMBAHAN Karyaku ini kupersembahkan kepada: 1. Terima kasih kepada Alloh SWT Yang selalu melindungi dan membuat hidupku selalu berhasil. 2. Terima kasih kepada kedua orang tua, kakak, adik dan kekasih saya yang selama ini telah memberi motivasi dan dukungan baik moril maupun materi serta doa demi keberhasilan studi saya. 3. Kepada almamaterku Universitas Katolik Widya Mandala madiun 4. Kepada para dosen yang telah membekali saya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman. v

6 vi KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas berkat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini denagan judul Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi disusun guna untuk mencapai gelar sarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Tak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pihak yang telah membantu sehingga terselesaikan skripsi ini, maka pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih kepada : 1. Bernardus Widodo, M. Pd, Selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar dan setia memberikan waktunya membimbing dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Anton Sudarmanta, M.S, selaku dosen penguji I terima kasih atas dukungannya, motivasi, semangat dan abntuan yang diberikan selama penulis kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. 3. Dra. Fransisca Mudjijanti, M.M, selaku dosen penguji II yang banyak memberikan masukan dan saran bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Suprayogi, selaku kepala sekolah SMP Negeri 14 Madiun berserta para guru khususnya konselor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Negeri 14 Madiun. 5. Kepada keluarga saya terlebih Bapak dan Ibu teriama kasih atas doa dan kesabaran serta kasih sayang dalam mendidik saya selama ini serta materi vi

7 vii yang telah diberikan, kepada kakak, adik terimakaih banyak karena telah menjadi penyemangat dalam menyusun skripsi ini. 6. Untuk teman-teman prodi Bimbingan Konseling khususnya teman seangkatan 2009 terima kasih telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai. 7. Untuk seseorang yang selalu setia mendampingi saya terimakasih banyak atas motivasi dan dorongannya dalam mengerjakan skripsi. Satu harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mereka yang memiliki kepedulian dalam bidang pendidikan. Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk ini saya mengharap saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan ini. Madiun, 9 Januari 2015 Penulis Pipit Dian Sidharto Putri vii

8 viii ABSTRAK Pipit Dian Sidharto Putri, 2015, Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, Dosen Pembimbing Bernardus Widodo,M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan konsep diri positif siswa kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Ajaran 2014/2015 berjumlah 8 konseli yang diberikan layanan Bimbingan Kelompok. Adapun model penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental Design dengan one group pre test and post test design karena tidak ada perbandingan kelompok kontrol. Dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa angket skala konsep diri positif dan Check List Observasi. Diperoleh hasil skor angket konsep diri diperoleh selisih mean hitung pre test - post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, df = 6 dan p < 0,05. Karena probabilitas 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan ditolaknya Ho menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan konsep diri siswa antara sebelum dan sesudah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Hal ini secara signifikan layanan bimbingan kelompok efektif terhadap peningkatan konsep diri siswa. Metode analisis data untuk skala konsep diri dengan menggunakan t-test dengan taraf signifikan 5% dan N sebanyak 8, hasil perhitungan Uji T-Test sebesar 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif. Hal ini didukung oleh hasil analisa check list observasi ini menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125. Dengan demikian hasil analisa data check list observasi dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri positif dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini efektifnya untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: Konsep Diri Positif, Layanan Bimbingan Kelompok viii

9 ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv v vi viii ix xii xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Definisi Operasional F. Asumsi G. Batasan Masalah BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Diri Pengertian Konsep Diri Positif Aspek-aspek Konsep Diri Positif Ciri-ciri Konsep diri Peranan konsep Diri Positif B. Layanan Bimbingan kelompok Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok ix

10 x 2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok Peranan Anggota Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Peranan Pemimpin Kelompok/Konselor Perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan konseling kelompok Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok C. Hipotesa BAB III : METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Penelitian B. Model penelitian Jenis Penelitian Variabel Penelitian C. Instrumen penelitian Bahan Perlakuan Metode Pengumpulan Data Uji Validitas Dan Reliabilita D. Prosedur penelitian Penentuan Subjek Penelitian Pelaksanaan Penelitian E. Analisis Data Analisis Kuantitati Analisis Kualitatif F. Pengujian Hipotesis BAB IV : LAPORAN EMPIRIS A. Persiapan Penelitian B. Pelaksaan Layanan Bimbingan Kelompok x

11 xi C. Pengolahan Data Dan Pembahasan Proses Layanan Bimbingan Kelompok D. Penyajian Data Hasil Analisa Uji Validitas Hasil Analisa Uji Reliabilitas BAB V : HASIL PENELITIAN A. Analisa Data Kuantitatif Analisis Deskriptif Skala Konsep Diri Analisis Deskriptif Ceklist Observasi B. Analisis Kualitatif C. Simpulan Hasil Pengujian Hipotesis D. Pembahasan BAB VI : TINJAUAN KEMBALI, KESIMPULAN DAN SARAN A. Tinjaun kembali B. Kesimpulan C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 xii DAFTAR TABEL TABEL 3.1 Desain Penelitian Eksperimen TABEL 3.2 Distribusi Skor Untuk Pertanyaan Angket TABEL4.1 Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif TABEL4.2 Ringkasan Hasil Uji Validitas Angket Konsep diri Positif TABEL4.3 Hasil Data Uji Statistik Reliabilitas TABEL5.1 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Skala Konsep Diri TABEL5.3 Hasil Total Score Pretest dan Postest TABEL5.4 Hasil Pengolahan Data Pretest dan Posttest Observasi TABEL5.5 Hasil Observasi Pretest dan Posttest TABEL5.7 Hasil Uji T Test Angket Konsep Dir TABEL5.8 Hasil Uji T test Cheklist Observasi xii

13 xiii DAFTAR GAMBAR Grafik 5.1 Skala Konsep Diri Pre test dan Post Test Grafik 5.6 Grafik Hasil Observasi xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi masyarakat memasuki sebuah tahapan baru yang banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat perubahan dan kemajuan yang cepat, terjadi baik pada aspek sosial, budaya, dan teknologi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi akibat perubahan tersebut semakin kompleks, baik masalah pribadi, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu untuk meningkatkan konsep diri secara positif hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan diri secara fisik maupun mental, agar mampu mengatasi berbagai hal untuk mencapai kesuksesan. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa 1

15 2 yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya. Peserta didik pada usia remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal untuk berbagai aspek kehidupan. Untuk kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-iq (Intelligence Quotions) tinggi gagal untuk menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil untuk menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal. Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50). Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya

16 3 yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah, serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Dari studi pendahuluan melalui pengamatan/observasi dan wawancara dengan guru pembimbing di SMP NEGERI 14 Madiun Pada bulan Juli 2014 sampai dengan Agustus 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015, hampir 50% siswa kelas VIII mempunyai konsep diri yang rendah, hal ini sejalan dengan perilakunya seperti membolos, hasil prestasi belajar yang rendah, suka menyontek, membuat gaduh saat pelajaran, berkelahi, adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah, adanya siswa yang memiliki perasaan minder

17 4 atau rendah diri, dan adanya siswa yang mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat meningkatkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki tujuh jenis layanan yang semuanya merupakan kegiatan bantuan dan tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah untuk rangka meningkatkan mutunya. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan konsep diri positif. Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan untuk suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana untuk membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus. Layanan bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Gazda, dalam Prayitno dan Amti, 1999:309). Pemilihan Layanan bimbingan kelompok merupakan metode untuk menciptakan

18 5 lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Layanan bimbingan kelompok diharapkan dapat menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman nilai-nilai positif bagi dirinya. Berdasarkan pemikiran diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian dengan judul Efektifitas Pelaksanaan Layanan bimbingan kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahan untuk penelitian ini yaitu Apakah Layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan

19 6 kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis. 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan teori layanan bimbingan kelompok untuk mengetahui konsep diri positif. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing, maupun peneliti itu sendiri. a. Bagi siswa Siswa dapat menumbuhkan konsep diri positif setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok. b. Bagi guru pembimbing di sekolah Sebagai bahan masukan untuk melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok.

20 7 c. Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan ketrampilan cara menumbuhkan konsep diri positif siswa melalui pemberian layanan layanan bimbingan kelompok. E. Definisi Operasional 1. Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok adalah adanya perubahan diakhir Layanan Bimbingan Kelompok pada konseli setelah diberi perlakuan/treatmen, yang secara statistik menunjukkan perbedaan secara bermakna sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Oleh karena itu layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok individu yang dalam pelaksanaannya melalui empat tahap yaitu tahap pembentukan, kegiatan, dan pengakhiran. 2. Konsep Diri Positif Konsep diri positif adalah cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang ditandai ciri-ciri seperti : yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

21 8 F. Asumsi a. Konsep diri positif individu berbeda antara individu yang satu dengan lainnya. b. Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif pada siswa. c. Konsep diri positif diperlukan untuk meraih kesuksesan dimasa akan datang. G. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka batasan-batasan untuk penelitian ini: a. Penelitian ini hanya untuk mengetahui efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok dengan menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa. b. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa-siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. c. Hasil dari penelitian ini akan digeneralisasi pada SMP NEGERI 14 Madiun atau populasi lainnya yang memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian.

22 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Positif Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting untuk setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burns (1993:7) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau 9

23 10 ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Untuk kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu

24 11 terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya. 2. Aspek-aspek Konsep Diri Konsep diri positif merupakan cara pandang atau persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Terkait dengan definisi operasional ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri positif meliputi yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya. Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai dan khususnya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Untuk merumuskan isi dari konsep diri tidaklah mudah, kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita

25 12 sendiri, namun demikian secara umum isi konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Burns (dalam Jersild, 1993: ) mendiskripsikan aspek dari konsep diri meliputi : a. Karakteristik fisik Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain tentang dirinya sendiri, contohnya kalau seorang bintang film yang cantik pasti akan dijadikan idola. Hal ini kadang dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan dengan temannya yang memiliki kelebihan, seperti kurang tinggi, terlalu gemuk, tidak cantik, perasaan ini dapat berkembang menjadi konsep diri yang negatif apabila masyarakat memperhatkan dan menjunjung individu yang mempuyai kelebihan dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan. b. Penampilan Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak pernah memakai make up

26 13 suatu saat disuruh temannya memakainya, tentunya pada saat itu ada perbedaan antara temannya yang sudah terbiasa memakai make up dengan dirinya yang malu dan menutupi wajahnya dengan kain. c. Kesehatan dan kondisi fisik Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu untuk menjalani hidup ini, terutama untuk mencapai karier. Individu yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik akan mengakibatkan gangguan kenormalan yang berakibat individu itu merasa tidak aman atau kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif, individu yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang baik akan percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah. d. Rumah dan hubungan keluarga Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar. Diuntuk rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan sebagai suatu informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup individu untuk berinteraksi, untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan hubungan keluarga yang dimilikinya, tetapi seorang individu yang rumah dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik,

27 14 misalnya kedua orang tuanya sering bertengkar, bercerai atau broken home ini akan menyebabkan individu memiliki pandangan negatif tentang keluarganya. e. Hobi dan permainan Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha meningkatkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya. Individu yang memiliki hobi dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk meningkatkannya dan tentunya individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya. f. Sekolah dan pekerjaan sekolah Sekolah merupakan tempat belajar individu untuk tahap pencarian ilmu. Untuk sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi diuntuk mengerjakan tugastugas sekolah. Seorang individu yang selalu mendapat nilai tidak bagus ini akan mempengaruhi cara belajarnya atau pandangan individu bahwa dirinya seorang yang cenderung gagal atau bodoh.

28 15 g. Kecerdasan Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu. Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari kecerdasan ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak yang memiliki kecerdasan yang baik/tinggi akan dipuji oleh guru, orang tua dan temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri saat mengerjakan tugas atau mengikuti tes. h. Bakat dan minat Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas atau asalasalan, sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa atau tidak percaya diri. i. Ciri kepribadian Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu untuk bertindak atau untuk berfikir, misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, untuk segi kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak mengaturnya.

29 16 j. Sikap dan hubungan sosial Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan dengan teman sebaya. Seorang individu ekstrovet cenderung akan senang dengan keadaan ramai dan akan mudah untuk mencari teman atau memulai pembicaraan, hal ini dapat membuat individu itu semakin bertambah wawasan, informasi, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan pada individu introvert akan cendeung menutup diri, dan berusaha menjauh dari teman-temannya dengan berpikiran dirinya mempunyai banyak kelemahan. k. Religius Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, karena tanpa bantuan dan karunia-nya, kita tidak bisa hidup. Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan perintahperintah-nya dan meninggalkan larangan-larangan-nya, untuk itu religius yang positif ini akan mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku atau bertindak yang mengarah kepada penilaian diri yang percaya diri dan positif. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi.

30 17 3. Ciri-ciri Konsep Diri Positif Menurut William (dalam Rahmat, 2005:105) bahwa untuk menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Selanjutnya William (dalam Rahmat, 2005:105), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif meliputi : a. Yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah. Merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan percaya diri, bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku, lebih mantap menghadapi masalah sebagai suatu ujian dan memandang segala sesuatunya ditanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. b. Merasa setara dengan orang lain. Selalu merendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain. Tidak melakukan suatu hal yang menyakiti orang lain, tidak menyombongkan diri atas sesuatu yang dimiliki, dan tidak memandang rendah orang lain atas ketidak sempurnaannya.

31 18 c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya,tidak meremehkan orang lain. Orang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa sangat senang terhadap segala macam pujian yang ditujukan kepadanya. Sehingga segala bentuk pujian dan tindakan yang menjunjung harga diri akan menjadi perhatian utamanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri positif yang akan menghargai pujian dari orang lain tanpa merendahkan ataupun sombong. d. Peka terhadap perasaan orang lain. Menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Lebih peka terhadap perasaan orang lain terhadap segala sesuatu yang terjadi padanya. e. Mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Mampu mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri rendah akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari lingkungannya.

32 19 Penelitian yang dilakukan Naan Sahputra (2010) menunjukkan adanya hubungan konsep diri positif dengan prestasi akademik. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. Individu yang memiliki konsep diri positif untuk segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri, percaya diri, bersikap yakin untuk bertindak dan berperilaku sehingga memperoleh prestasi akademik yang memuaskan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri positif memiliki ciri-ciri yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya. 4. Peranan Konsep Diri Positif Rogers (untuk Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri memainkan peranan yang sentral untuk tingkah laku manusia, dan bahwa semakin besar kesesuaian di antara konsep diri dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya. Hal ini karena cara individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Konsep diri mempunyai peranan penting untuk menentukan perilaku individu.

33 20 Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses untuk melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan untuk perilakunya. Konsep diri berperan untuk mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan untuk mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi. Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang akan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif, anak akan meningkatkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan meningkatkan perasaan

34 21 tidak mampu dan rendah diri. ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula. Konsep diri juga dikatakan berperan untuk perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu tersebut untuk menafsirkan setiap aspek pengalaman pengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara-berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena masing-masing individu mempunyai pandangan dan sikap berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran individu terhadap sesuatu peristiwa banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Tafsiran negatif terhadap pengalaman disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan untuk menentukan perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan Individu yang merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan. Menurut Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan untuk komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dia bodoh, individu tersebut akan menjadi bodoh. Sebaliknya apabila individu tersebut merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi. Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label

35 22 yang diletakkan pada dirinya.dengan kata lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, positif atau negatif. B. Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Prayitno (1995: 178) menjelaskan bahwa Layanan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564) layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan. Menurut pendapat Romlah (2003: 3) Layanan Bimbingan Kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapt mencapai perkembangannya secara otimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan untuk situasi kelompok. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan meningkatkan potensi siswa. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan meningkatkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Untuk kelompok ini semua peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya;

36 23 topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta lainnya. Layanan bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya. 2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok Kesuksesan layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh mana keberhasilan tujuan yang akan dicapai untuk layanan layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan. Adapun tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995) yaitu: mampu berbicara di muka orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), dapat bertenggang rasa, menjadi akrab satu sama lainnya, membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama. Menurut pendapat Romlah (2003: 14-15) bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok adalah memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang

37 24 berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial, memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok, untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual, serta untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif. Dengan adanya kegiatan layanan bimbingan kelompok memungkinkan kepada individu untuk bisa melatih diri dan meningkatkan dirinya untuk memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Adanya interaksi dan dinamika kelompok yang hidup, memberikan stimulus dan dukungan kepada anggota kelompok untuk bisa mewujudkan kemampuannya untuk hubungan dengan orang lain, melatih diri untuk berbicara di depan teman-temannya untuk ruang lingkup yang berkelompok, memahami dirinya untuk membina sikap yang responsibel dan perilaku yang normatif. Dengan demikian layanan bimbingan kelompok ini mempunyai tujuan yang praktis dan dinamis untuk mewujudkan konsep diri untuk setiap individu. 3. Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok Menurut Prayitno (1995: 179) ada empat asas-asas untuk layanan bimbingan kelompok, yaitu: a). asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang disarankan dan dipikirkannya, b). asas kesukarelaan yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pemimpin kelompok, c). asas

38 25 kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan untuk kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku, d). asas kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan data apa saja dan informasi yang di dengar dan dibicarakan untuk kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asas untuk kegiatan layanan bimbingan kelompok ada empat, yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas kenormatifan. Asas-asas layanan bimbingan kelompok perlu dilaksanakan supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama untuk kelompok. 4. Peranan anggota dalam Layanan Bimbingan Kelompok Prayitno (1995: 32) menyebutkan peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti yang diharapkan, yaitu: membantu terbinanya suasana keakraban untuk hubungan antar anggota kelompok, mencurahkan segenap perasaan untuk melibatkan diri untuk kegiatan kelompok, berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama, membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik, benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta untuk seluruh kegiatan kelompok, mampu mengkomunikasikan secara terbuka, berusaha membantu anggota lain, memberikan kesempatan kepada

39 26 anggota lain untuk juga menjalani perannya, menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut. 5. Peranan Pemimpin Kelompok/Konselor Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi untuk kelompok itu, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. Lebih lanjut lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok pemegang aturan permainan (menjadi wasit) pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan. Peranan para anggota dan pemimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan dari pelaksanaan layanan layanan bimbingan kelompok, apabila anggota dan pemimpin kelompok tidak bisa membina keakraban, melibatkan diri untuk kegiatan kelompok, mematuhi aturan untuk kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk menuju ketahap demi tahap untuk layanan bimbingan kelompok. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang untuk kelompok itu baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang

40 27 dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu. 6. Perbedaan Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok Bimbingan dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan pokok dari sejumlah layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah atau di luar seting sekolah. Mahler (Prayitno, 1995) memaknai layanan bimbingan dan konseling kelompok sebagai proses untuk memanfaatkan suasana antar hubungan yang ada di untuk kelompok guna memungkinkan terbinanya pengertian diri sendiri dan penerimaan diri sendiri yang lebih. Gazda (1984) dan Rochman Natawidjaja (1987) membedakan layanan bimbingan kelompok dengan konseling kelompok. Pakar pendidikan dan konseling ini merumuskan layanan bimbingan kelompok sebagai upaya mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Oleh karena itu, kegiatan layanan bimbingan kelompok lebih banyak diisi dengan kegiatan penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah social yang tidak disajikan untuk bentuk pelajaran, melainkan kelompok terbatas. Sementara itu, konseling kelompok dimaknai sebagai upaya bantuan kepada individu untuk suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan untuk rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Lebih lanjut Gazda (1984) merumuskan konseling kelompok (group counseling) sebagai proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-

41 28 fungsi terapi seperti terapi permisif, orientasi terhadap realitas, katarsis, serta saling mempercayai, menyayangi, memahami, menerima, dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi diciptakan dan dikembangkan untuk sebuah kelompok kecil dengan jalan berbagai pemikiran antar personal (klien) maupun klien dengan konselor. Klien-klien untuk Konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian untuk penanganannya. Klien untuk Konseling kelompok dapat menggunakan interaksi untuk kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilanngkan sikap-sikap dan perilaku tertentu. 7. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok Pada pelaksanaan eksperimen layanan bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar layanan bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap tersebut yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. 1) Tahap I (Pembentukan) Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke untuk kehidupan suatu kelompok. Pada

42 29 tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicaapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap ini merupakan masa keheningan dan kecanggungan. Para anggota mulai mempelajari perilaku-perilaku dasar dari menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan. Untuk tahap ini anggota kelompok mulai belajar untuk terlibat untuk interaksi kelompok. Menurut Prayitno (1995: 44) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal, adalah: mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan asasasas kegiatan layanan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama pemimpin selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Pemimpin kelompok harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi untuk interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dikucilkan. 2) Tahap II (Peralihan) Tahap kedua, tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah

43 30 mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan) dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. Menurut Prayitno (1995: 47) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan). 3) Tahap III (Kegiatan) Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspekaspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk di gali untuk kelompok, dan belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral sekaligus memahami kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring umpan balik yang diterima dan membuat

44 31 kesimpulan yang komprehensif dari berbagai pendapat masukanmasukan untuk pembahasan kelompok dan memutuskan apa yang harus dilakukannya nanti. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah masing-masing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas. Adapun fungsi utama dari pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari. 4) Tahap IV (Pengakhiran) Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi. Pada tahap ini pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus bertemu namun pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok ketika menghentikan pertemuan (Prayitno, 1995: 58). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari.

45 32 Selama tahap akhir kelompok akan muncul sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan perpisahan. Para anggota memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka ambil. Tugas utama yang di hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari untuk kelompok ke dunia luar. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, mengemukakan pesan dan harapan. Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat, memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikut sertaan anggota serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan untuk kehidupan sehari-hari serta menekankan kembalin akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir. Setelah semua tahap di atas telah terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah

46 33 ditempuh. Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan dan keberhasilan untuk kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk kehidupan sehari-hari. Pemimpin kelompok dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok. C. HIPOTESIS Hipotesa dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa Layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif, yang ditandai dengan meningkatnya konsep diri positif pada siswa.

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Penelitian Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menurut Ruslan (2008:24) menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Sugiyono (1999) menyatakan metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi dan merupakan rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan. Menurut Soekamto (Dalam Ruslan, 2008:24) yang dimaksud penelitian adalah kegiatan ilmiah berkaitan dengan analisis dan kontruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Nasir (1988:51) menyatakan metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Hal ini juga dikemukakan oleh Sugiyono (2004:1) bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. 34

48 35 B. Model Penelitian 1. Jenis Penelitian Menurut Nasir (2005:84) Jenis penelitian adalah semua proses yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Eksperimen. Penelitian Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktorfaktor yang lain yang bisa menganggu (Arikunto, 2006:3). Sugiyono (2011) menjelaskan metode eksperimen adalah metode mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap kondisi yang terkendali. Lebih lanjut Latipun (2002) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengetahui akibat manipulasi perilaku yang diamati dan dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment/ perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan Pre-eksperimental Design karena tanpa menggunakan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah pre experiment (eksperiment tidak sebenarnya) atau quasi experiment. Peneliti menggunakan one group pre-test and post-test design karena tidak ada perbandingan dengan kelompok kontrol, sehingga satu

49 36 kelompok tes diberikan satu perlakuan yang sama sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan tertentu. Untuk desain ini, subjek dikenakan dua kali pengukuran. Pengukuran yang pertama dilakukan untuk mengukur konsep diri positif sebelum diberikan kegiatan layanan bimbingan kelompok (pre test) dan pengukuran yang kedua untuk mengukur konsep diri positif sesudah diberikan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok (post test). Adapun Desain penelitian yang digunakan sebagaimana dalam Arikunto (2006:312) sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen Subjek Pre test Perlakuan Post test Eks 01 X 02 Keterangan : Eks = Eksperimen O1 = Pre Test O2 = Post Test X = Treatmen - = Tanpa Treatmen Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen yaitu 1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes kepada sampel penelitian sebelum diadakan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok.

50 37 2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada subjek penelitian melalui kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok yang dalam prosesnya meliputi adanya tahap-tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran. 3. Melakukan Post-test yaitu pemberian tes kembali kepada sampel penelitian setelah diberi perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok pada subjek penelitian. 4. Analisis Data. 2. Variabel Penelitian Menurut Narbuko (dalam Ruslan, 2002 ) yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2009) menambahkan Variabel Penelitian adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga ditarik kesimpulannya. Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian meliputi segala sesuatu yang diamati dan ditetapkan untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan : 1). Variabel Bebas (X) berupa perlakuan yaitu pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok. 2). Variabel Terikat (Y) yaitu Konsep Diri Positif.

51 38 C. Instrumen Penelitian 1. Bahan Perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Prayitno: 1995). Bahan perlakuan dalam bentuk paduan Layanan Bimbingan Kelompok yang terdiri atas dua komponen penting yaitu : a) Komponen pendahuluan yang menjelaskan mengenai kegiatan Layanan Bimbingan kelompok yang digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan konsep diri siswa dengan menggunakan metode diskusi. b) Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok yang terdiri atas tujuan dan langkah pelaksanaan. Pada komponen tujuan berisikan rumusan secara operasional mengenai sasaran yang akan dicapai berdasarkan pada tiap tahapan. Selanjutnya, pada komponen langkah pelaksanaan berisikan tentang jabaran operasional yang harus dilakukan oleh peneliti selama proses konseling kelompok berlangsung. Bahan perlakuan yang telah disusun selanjutnya dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan-masukan yang ada sebagai dasar melakukan revisi panduan Layanan Bimbingan Kelompok sampai dinyatakan cukup memadai dan memenuhi syarat validitas isi, yang selanjutnya dipergunakan sebagai strategi intervensi untuk meningkatkan masalah konsep diri positif pada subyek penelitian / konseli.

52 39 Layanan Bimbingan Kelompok merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan meningkatkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Semua anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain sebagainya; topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta lainnya. Layanan bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya. Layanan Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan meningkatkan potensi diri pada siswa. Layanan Bimbingan Kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan untuk membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data (Arikunto, 1998). Metode

53 40 menunjukkan suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah Angket dalam bentuk Skala Konsep Diri. a. Skala Konsep diri Skala konsep diri dikembangkan berdasarkan William (dalam Jersild, 1993: ), yang memiliki ciri-ciri: yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, dan mampu memperbaiki diri dan sanggup mengubahnya. Setiap aspek disusun dalam bentuk pertanyaan menurut skala Likert yang terdiri dari terdiri dari 4 kemungkinan jawaban, yaitu : Sangat setuju (SS), Setuju (S), Kurang setuju (KS), dan Sangat Tidak setuju (STS). Sedangkan unutk kelompok jawaban item negatif skor jawaban bergerak dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk setuju (S), 3 untuk Kurang setuju (KS) dan 4 untuk Sangat Tidak setuju (TS). Tabel 3.2 Distribusi Skor Untuk Pertanyaan Angket Jawaban Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Sangat Tidak Setuju (STJ) Skor (+) Skor (-)

54 41 b. Observasi Dalam penelitian ini digunakan Non Participant Observation karena peneliti tidak secara langsung terlibat untuk kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Respondennya adalah Guru/Konselor yang ditunjuk. Alat yang digunakan untuk teknik observasi ini disusun dalam bentuk check list. Selanjutnya hasil check list observasi ini akan dicatat dan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statatistik dengan program computer SPSS for window. 3. Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Untuk menguji validitas item instrumen dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: Keterangan : r xy N. x N 2 ( xy ( x) 2 x)( N. y y) 2 ( y) 2 r xy : Koefiosien korelasi antara variabel X dan Y x : skor butir y : total skor x : jumlah skor item y : jumlah skor total

55 42 xy : jumlah skor total item x2 : jumlah skor item kuadrat y2 : jumlah skor total kuadrat n : jumlah subyek b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu cukup baik (Arikunto, 2006: 178). Untuk hal ini suatu alat ukur itu disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dan stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan, mampu mengungkapkan data sama atau sesuai untuk beberapa kali pemberian kepada responden sehingga hasilnya akurat. Untuk mengukur realibilitas menggunakan rumus alpha cronbach. Koefisien alpha ini digunakan untuk instrument yang jawabannya berskala (Aswar, 2001:63). Menurut Nurgiyantoro (2004: ) rumus formula koefisien alpha adalah sebagai berikut: r k 1 k 1 2 i 2 Keterangan : r k : Koefisien reliabilitas yang dicari : Jumlah butir pertanyaan atau soal σi² : Varians butir-butir pertanyaan atau soal

56 43 σ² : Varians skor tes i : Jumlah varian butir Kriteria reliabilitas menggunakan nilai r alpha dengan signifikansi 5%, dengan ketentuan harga r diperoleh paling tidak mencapai 0,60 (Nurgiyantoro, 2004:332). D. Prosedur Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian Dalam sebuah penelitian subjek penelitian memiliki peran strategis karena pada subjek inilah data tentang variabel penelitian akan diamati. Arikunto (dalam Idrus, 2009:91) berpendapat bahwa subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau subjek yang menjadi pusat perlakuan atau sasaran peneliti. Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penentuan kelas. Berdasarkan anjuran konselor SMP NEGERI 14 Madiun, kelas yang akan dijadikan objek penelitian adalah kelas VIII yang berjumlah 7 kelas. Mengingat jumlah kelas yang banyak maka untuk menentukan kelas mana yang akan dipergunakan dalam penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan konselor sekolah untuk menentukan kriteria subjek penelitian dengan mengacu pada kriteria sebagai berikut:

57 44 1) Kurang yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah. 2) Kurang berani tampil di depan kelas. 3) Kurang berani menyampaikan pendapat. 4) Merasa minder dengan orang lain. 5) Takut menghadapi masalah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa kelas VIIIG berpotensi memenuhi kriteria tersebut sehingga konselor sekolah menyarankan kepada peneliti agar mengambil kelas VIIIG sebagai kelas yang terpilih dan dijadikan sasaran dalam penelitian tersebut untuk dijadikan tujuan penelitian. b. Penentuan subyek penelitian. Penentuan subjek merupakan cara yang ditempuh untuk menentukan subjek yang dikenakan dalam penelitian sesuai syarat yang berlaku. Natawijaya (2009:82) mengemukan bahwa jumlah individu dalam bimbingan kelompok adalah 5-10 individu. Setelah menetapkan kelas selanjutnya adalah hasil skor angket skala konsep diri yang diambil dari kelas VIIIG dengan skor terendah sehingga terpilih 8 siswa dengan sistem rengking yang dijadikan subjek dalam penelitian ini. 2. Pelaksanaan Penelitian a. Tahap Pre Test Peneliti menyebarkan angket skala konsep diri kepada 8 siswa sebagai subyek penelitian dan alat observasi dalam bentuk check list kepada guru/konselor yang telah ditunjuk.

58 45 b. Tahap Eksperimen Tahap eksperimen merupakan tahap dimana peneliti memberikan perlakuan kepada 8 siswa dalam usaha meningkatkan konsep diri positif. Perlakuan yang diberikan menggunakan Model Layanan Bimbingan Kelompok Metode diskusi dengan 10 kali pertemuan, setiap pertemuan 1 Jam 40 menit. Tahap-tahap pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok yaitu: 1) Tahap I : Pembentukan Pada tahap ini, Layanan Bimbingan Kelompok memusatkan perhatian pada pembentukan kelompok, pembiasaan terhadap struktur layanan bimbingan kelompok, dan penemuan prilaku bermasalah yang akan diperbaiki. Dalam tahap ini konselor membangun kepercayaan kepada anggota kelompok.tujuan dalam tahap ini adalah menyakinkan konseli untuk terlibat dan memiliki komitmen yang kuat untuk ikut terlibat dalam kegiatan bimbingan kelompok. Langkah-langkah kegiatan: a) Konselor membuka pertemuan dengan salam pembuka pada peserta dan mengawali dengan doa. b) Konselor memperkenalkan dirinya dan anggota kelompok. c) Konselor menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini. d) Konselor menbacakan tata tertib/aturan dasar kegiatan.

59 46 e) Konselor menjelaskan pentingnya kejujuran, keterbukaan, dan kerjasama dalam kelompok. f) Konselor menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok: (a) Kesukarelaan (b) Keterbukaan (c) Kenormatifan (d) Kerahasiaan g) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok) ketulusan hati, kehangatan dan empati. h) Perkenalan dengan menggunakan permainan Siapa dia? Perkenalan SIAPA DIA? Petunjuk : Konselor meminta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran Konselor meminta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ). Misal: Nama saya Retno, Nama saya Rachman. Konselor meminta peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri. Misal : teman saya Retno, saya Mika.

60 47 Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya. Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : siapa nama anda? atau siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi? 2) Tahap II: Kegiatan a) Tujuan, Adapun tujuan dalam tahap kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui konsep diri pada siswa. Dalam tahap ini konselor mulai menggunakan teknik diskusi dalam Layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa. b) Langkah-langkah kegiatan: (1) Konselor bertanya kepada masing-masing anggota kelompok mengenai konsep diri mereka. Misalnya dengan pertanyaan: (a). Apa yang dimaksud dengan konsep diri? (b). Bagaimana menurut kamu, apa itu konsep diri? (2) Konselor membuat diskusi dengan anggota kelompok mengenai konsep diri positif. Misalnya dengan pertanyaan: (a). Ada yang tahu mengenai konsep diri positif?

61 48 (b). Ada yang tahu apa usaha untuk meningkatkan konsep diri positif? (3) Konselor memberikan penguatan pada setiap anggota kelompok yang telah menyampaikan pendapatnya. (4) Konselor memberikan kesimpulan dari hasil diskusi. (5) Konselor bertanya kepada kelompok mengenai usaha yang dilakukan dalam meningkatkan konsep diri. (6) Konselor menyimpulkan kembali hasil diskusi. (7) Konselor menjelaskan pentingnya konsep diri. (8) Konselor menjelaskan konsep diri dari sudut teori. (9) Konselor memotivasi kelompok untuk terus berusaha merubah perilaku yang dapat menimbulkan rendahnya konsep diri. Misalnya dengan mengatakan: Saya Bisa (10) Membuat kontrak kontigensi adalah dengan menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, atau menghentikan kegiatan, (11) Konselor menberikan hadiah jika anggota berhasil melakukan perubahan atas perilakunya. 3) Tahap III: Pengakhiran a) Tujuan : Tahap ini konselor berusaha membantu anggota kelompok untuk mengalihkan perubahan yang telah diperoleh kedalam kelompok kepada keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari.

62 49 b) Langkah-langkah kegiatan: (1) Konselor memulai proses ini dengan pemberian salam dilanjutkan doa bersama. (2) Konselor membahas tentang pertemuan sebelumnya mengenai usaha yang dilakukan anggota untuk merubah perilakunya. (3) Konselor menanyakan kembali mengenai komitmen anggota kelompok untuk merubah perilakunya. (4) Konselor mendorong dan meminta setiap peserta secara bergiliran untuk mengungkapkan pengalaman perilaku sescra jujur dan terbuka. (5) Konselor meminta peserta lain untuk memberikan tanggapan/ masukan yang dapat mendukung dan meneguhkan temannya. (6) Konselor membagikan lembar evaluasi dan meminta kelompok untuk mengisi secara obyektif berkaitan dengan kegiatan bimbingan kelompok. (7) Konselor mengucapkan terimakasih atas partisipan kelompok dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. (8) Konselor mengagendakan pertemuan selanjutnya. (9) Konselor mengakhiri kegiatan dengan doa penutup bersama. (10) Konselor menutup kegiatan

63 50 3. Post Test Tahap Post Test merupakan tahap yang dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi sebagai efek dari eksperimen. Pada tahap ini peneliti membagikan kembali skala konsep diri dan check list kepada subjek penelitian yang berjumlah 8 orang yang telah mendapatkan perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok. Disamping itu juga membagikan alat Observasi dalam bentuk check list kepada guru/konselor yang ditunjuk. E. Analisis Data Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting untuk kegiatan penelitian. Dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian (Nasir, 2005: 346), sehingga dapat membuktikan hipotesis dan menarik tentang masalah yang akan diteliti. 1. Analisa Kuantitatif Untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Peneliti menggunakan uji T-Test berpasangan guna mengetahui perubahan perilaku sebelum dan sesudah perlakuan. Analisa ini dianggap penting untuk mengetahui perubahan atau peningkatan dalam konsep diri postif sebelum dan sesudah perlakuan.

64 51 Menurut Subiyakto (1995:160), rumus uji T sampel berpasangan adalah sebagai berikut: T 2 S1 n1 X S2 n 2 1 X 2 S1 2r n1 S2 n2 Keterangan: 2 S 1 2 S 2 : Varian sampel 1 : Varian sampel 2 r : Korelasi antara dua sampel X 1 : Rata-rata sampel 1 X 2 : Rata-rata sampel 2 S 1 : Simpangan Baku sampel 1 S 1 : Simpangan Baku sampel 2 2. Analisis Kualitatif Selain menggunakan T-Test, dalam keefektifan pelaksanaan perlakuan dengan pendekatan layanan bimbingan kelompok, peneliti juga menggunakan analisis kualitatif dalam bentuk diskriptif naratif untuk menganalisa perubahan perilaku pada sebelum dan sesudah perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok. F. Pengujian Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hipotesis Nol (Ho) dalam penelitian ini adalah Layanan Bimbingan Kelompok tidak efektif untuk meningkatkan konsep diri positif

65 52 Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah Layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif. Ho ditolak, Ha diterima, dengan probabilitas 0,05 apabila t-test hitung > t- test tabel sehingga Layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif. Ho diterima, Ha ditolak, dengan probabilitas 0,05 apabila t- test hitung < t- test tabel sehingga Layanan Bimbingan Kelompok tidsk efektif untuk meningkatkan konsep diri positif.

66 BAB IV LAPORAN EMPIRIS Pada bab IV ini akan diuraikan tentang langkah-langkah yang ditempuh dalam mempersiapkan dan melaksanakan penelitian sehingga diperoleh gambaran jelas tentang kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat tentang efektifitas pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. A. Persiapan Penelitian Langkah persiapan merupakan langkah awal dalam mengadakan suatu penelitian. Adapun beberapa persiapan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah: 1. Pengajuan progress atau penyampaian pokok permasalahan penelitian yang dijadikan dasar dalam penentuan judul skripsi kepada dosen pembimbing. 2. Setelah pengajuan progress diterima dan mendapat persetujuan judul oleh dosen pembimbing selanjutnya peneliti menyusun proposal lengkap yang kemudian dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing sampai akhirnya disetujui. 3. Penyusunan Bab I yang berisi pendahuluan, Bab II yang berisi Landasan Teori dan Bab III yang berisi Metode Penelitian. 53

67 54 4. Penyusunan Alat Ukur/Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yang dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing sampai akhirnya disetujui. 5. Uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur dan menganalisa alat. 6. Penyusunan Model Layanan Bimbingan Kelompok dan dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing sampai akhirnya disetujui. 7. Tanggal 10 September 2014, peneliti mengurus surat permohonan izin ke Prodi BK untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 14 Madiun. 8. Tanggal 17 September 2014, pelaksanaan try out di SMP Negeri 14 Madiun untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. 9. Penentuan subjek penelitian dan pelaksanaan penelitian. B. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Pada langkah ini, peneliti menjabarkan kegiatan yang akan dilakukan yaitu: 1. Tanggal 27 September 2014 Melakukan Pre Test dengan memberikan angket penelitian dalam bentuk skala konsep diri yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan alat menyebar observasi dalam bentuk cheks list kepada 8 konseli. 2. Tanggal 30 September 2014, Peneliti mengadakan pertemuan awal bersama dengan 8 konseli dan mengisi surat pernyataan sebagai bukti tertulis akan komitmen mengikuti kegiatan layanan Bimbingan Kelompok dari awal sampai akhir.

68 55 3. Penerapan Modul a. Tahap Pembentukan Tanggal 30 September 2014, pertemuan pertama tahap pembetukan untuk mempersiapkan anggota kelompok dan membangun hubungan. b. Tahap Kegiatan 1) 2 Oktober 2014, Pertemuan kedua menggali Contoh kasuskasus konsep diri negatif. 2) 4 Oktober 2014, Pertemuan ketiga dengan membahas pengertian dan perlunya konsep diri. 3) 7 Oktober 2014, Pertemuan keempat dengan tema Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri. 4) 9 Oktober 2014, Pertemuan kelima dengan tema Isi Mensikapi permasalahan diri dan orang lain. 5) 11 Oktober 2014, Pertemuan keenam dengan tema Cara meningkatkan kepercayan diri 6) 14 Oktober 2014, Pertemuan ketujuh dengan tema Cara menghindari prasangka dan akibatnya 7) 16 Oktober 2014, Pertemuan kedelapan dengan tema Cara meningkatkan sikap positif. 8) 18 Oktober 2014, Pertemuan kesembilan dengan tema Cara mengendalikan dan mengarahkan emosi

69 56 c. Tahap Pengakhiran Pertemuan kesepuluh merupakan pertemuan terakhir tanggal 21 Oktober 2014 dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari. Sekaligus evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. d. Tanggal 23 Oktober 2014 Memberikan Post Test kepada 8 konseli yang telah mendapatkan perlakuan/treatmen dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu skala konsep diri dan observasi dalam bentuk cheks list. C. Pengolahan Data dan Pembahasan Proses Layanan Bimbingan Kelompok Setelah dilakukan pengumpulan data dan pemberian skor terhadap 8 subjek penelitian (konseli) selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan program SPSS Data skor Try Out Variabel Konsep Diri Positif. Hasil Tabulasi data konsep diri positif tercantum pada lampiran. 2. Uji Validitas dan reliabilitas alat ukur Untuk menguji validitas alat ukur, peneliti menggunakan product moment dan reliabilitas dengan rumus alpha cronbach.

70 57 3. Hipotesis Untuk mengetahui perbandingaan dari pre test dan post test digunakan uji T- Test. Dengan ketentuan probabilitas > 0,05, maka Ho diterima, jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak (Santosa, 2011:287). D. Penyajian Data 1. Hasil Analisis Uji Validitas Hasil Uji Validitas dilihat pada Skala konsep diri positif dapat tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Hasil Uji validitas angket Konsep Diri Positif No soal rᵪᵪ r tabel Kategori Item 1 0,403 > 0,388 Valid Item 2 0,477 > 0,388 Valid Item 3 0,454 > 0,388 Valid Item 4-0,308 < 0,388 Tidak Valid Item 5-0,324 < 0,388 Tidak Valid Item 6 0,677 > 0,388 Valid Item 7 0,5 > 0,388 Valid Item 8 0,3913 > 0,388 Valid Item 9 0,5123 > 0,388 Valid Item 10 0,7034 > 0,388 Valid Item 11 0,434 > 0,388 Valid Item 12 0,631 > 0,388 Valid Item 13 0,674 > 0,388 Valid Item 14 0,401 > 0,388 Valid Item 15 0,6859 > 0,388 Valid Item16 0,6954 > 0,388 Valid

71 58 No soal rᵪᵪ r tabel Kategori Item17 0,6775 > 0,388 Valid Item18 0,5509 > 0,388 Valid Item19 0,43 > 0,388 Valid Item 20 0,422 > 0,388 Valid Item 21-0,38 < 0,388 Tidak Valid Item 22 0,6307 > 0,388 Valid Item 23 0,413 > 0,388 Valid Item 24 0,4012 > 0,388 Valid Item 25 0,686 > 0,388 Valid Item 26 0,6954 > 0,388 Valid Item 27 0,5773 > 0,388 Valid Item 28 0,425 > 0,388 Valid Item 29 0,4757 > 0,388 Valid Item 30 0,133 < 0,388 Tidak Valid Item 31 0,407 > 0,388 Valid Item 32 0,469 > 0,388 Valid Item 33 0,454 > 0,388 Valid Item 34 0,483 > 0,388 Valid Item 35 0,4362 > 0,388 Valid Item 36 0,677 > 0,388 Valid Item 37 0,5 > 0,388 Valid Item 38 0,5191 > 0,388 Valid Item 39 0,529 > 0,388 Valid Item 40 0,703 > 0,388 Valid Item 41 0,434 > 0,388 Valid Item 42 0,631 > 0,388 Valid Item 43 0,674 > 0,388 Valid Item 44 0,401 > 0,388 Valid Item 45 0,686 > 0,388 Valid Item 46 0,5768 > 0,388 Valid

72 59 No soal rᵪᵪ r tabel Kategori Item 47 0,643 > 0,388 Valid Item 48 0,2388 < 0,388 Tidak Valid Item 49 0,408 > 0,388 Valid Item 50 0,397 > 0,388 Valid Keterangan: Batas nilai tabel r product moment dengan taraf signifikan 5% untuk N= 26 adalah 0,388. Jika hasil rᵪᵪ > r tabel maka alat ukur dinyatakan valid, jika hasil rᵪᵪ< r tabel maka alat ukur dinyatakan tidak valid. Dari hasil pengolahan data disimpulkan bahwa dari 50 item variabel angket konsep diri positif ditemukan 5 item soal yang tidak valid yaitu nomor 4, 5, 21, 30, dan 48 dalam angket konsep diri positif sehingga tidak digunakan dalam penelitian. Ringkasan hasil uji validitas konsep diri positif pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Ringkasan Hasil Uji Validitas Angket Konsep Diri Positif No Indikator Valid Tidak Valid 1 Yakin akan kemampuan untuk 1,2,3,6, ,5 mengatasi masalah 2 Merasa setara dengan orang lain 11,12,13,14,15, - 16,17,18,19,20 3 Menerima pujian tanpa rasa malu 22,23,24,25,26,27,2 21,30 8,29 4 Peka terhadap perasaan orang lain 31,32,33,34,35,36,3-7, 38,39,40 5 Mampu memperbaiki karena sanggup 41,42,43,44,45, 48 mengungkapkan aspek-aspek 46,47,49,50 kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya Jumlah 45 5

73 60 2. Uji Reliabilitas Untuk mengukur realibilitas dalam angket konsep diri positif menggunakan rumus alpha cronbach. Dengan criteria nilai r hitung > r tabel, maka alat ukur dinyatakan reliable. Sedangkan r hitung < r tabel maka alat ukur dinyatakan tidak reliable. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Data Uji Statistik Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Dari uji reliabilitas diatas, dapat diketahui bahwa angket konsep diri positif memiliki reliabilitas sebesar 0,7033, maka angket sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas dan dapat dipergunakan sebagai alat ukur dalam penelitian.

74 BAB V HASIL PENELITIAN Pada Bab V ini, berisikan uraian hasil analisis statistik asumsi data deskriptif, hasil analisis personal dan pengujian hipotesis. Hasil analisis sebagai berikut: A. Analisis Kuantitatif B. Analisis Kualitatif Yang selanjutnya akan diuraikan kedua analisis tersebut lebih rinci. A. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif diperlukan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh perlakuan. Analisis kuantitatif dengan uji statistik deskriptif guna menguji hipotesis yang diajukan. 1. Analisis Deskriptif skala konsep diri Analisis deskriptif statistik untuk melihat kecenderungan skor pre test dan post test skala konsep diri terhadap Layanan Bimbingan Kelompok. a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif skala konsep diri Hasil analisis statistik deskriptif skor pre test dan post test skala konsep diri: 61

75 62 Tabel 5.1 Hasil Pengolahan Data Pre Test-Post Test Skala Konsep Diri Descriptives N Mean STd.Devia Std. % confidence Interval Mean Minimu Maksimu tion Error lower Bound Opper Bound m m PRE POS T b. Pemaparan grafik pre test dan post test Skala konsep Diri Hasil Skor pre test dan post test digunakan untuk mengetahui jumlah perbandingan prosentase setiap konseli. Apabila dilaporkan dalam bentuk grafik histogram hasil pre test dan post test adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Skor Skala Konsep Diri pre test-post test

76 63 Untuk lebih jelasnya, berapa besar persentase kenaikan dapat dilihat tabel berikut ini: Tabel 5.3 Hasil Total Skor Pre Test dan Post Test Skala Konsep Diri Positif Kelompok Eksperimen No Konseli Skor Pre Test Skor Post Test Kenaikan 1 C C C C C C C C Berdasarkan total skor pre test dan post test skala konsep diri positif terlihat grafik 5.2 dan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor sebelum dan sesudah di berikan perlakuan. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 1 mendapat skor pre test 46 dan post test 94, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 48. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 2 mendapat skor pre test 55 dan post test 109, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 54. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 3 positif mendapat skor pre test 45 dan post test 152,

77 64 selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 67. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 4 mendapat skor pre test 53 dan post test 102, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 49. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 5 mendapat skor pre test 45 dan post test 99, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 54. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 6 mendapat skor pre test 82 dan post test 110, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 28. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 7 mendapat skor pre test 80 dan post test 179, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 99. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 8 mendapat skor pre test 67 dan post test 84, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah Analisis Deskriptif Chek List Observasi Analisis deskriptif statistik untuk melihat kecenderungan skor pre test dan post test observasi terhadap Layanan Bimbingan Kelompok. a. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Observasi Hasil analisis statistik deskriptif skor pre test dan post test Observasi N Mea n PRE POS T 5 Tabel 5.4 Hasil Pengolahan Data Pre Test-Post Test Observasi Descriptives STd.Devia tion Std. Error 95% confidence Interval Mean Minimu m Maksim um lower Opper Bound Bound

78 65 b. Pemaparan Grafik Hasil Skor pre test dan post test digunakan untuk mengetahui jumlah perbandingan prosentase setiap konseli. Apabila dilaporkan dalam bentuk grafik histogram hasil pre test dan post test adalah sebagai berikut Tabel 5.5 Hasil Observasi Pre Test dan Post Test No Konseli Hasil Pre Test Hasil Post Test Skor Selisih 1 CI C C C C C C C Jumlah Berdasarkan hasil tabel 5.5 haasil pre test dan post test alat observasi dapat disimpulkan sebagai berikut: Konseli 1 : Hasil observasi Konseli 1 mendapatkan skor pre test 6 dan skor post test 10, selisih antara pre test dan post test yaitu 4. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 2 : Hasil observasi Konseli 2 mendapatkan skor pre test 5 dan skor post test 6, selisih antara pre test dan post test yaitu 6. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan.

79 66 Konseli 3 : Hasil observasi Konseli 3 mendapatkan skor pre test 4 dan skor post test 8, selisih antara pre test dan post test yaitu 4. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 4: Hasil observasi Konseli 4 mendapatkan skor pre test 7 dan skor post test 10, selisih antara pre test dan post test yaitu 3. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 5: Hasil observasi Konseli 5 mendapatkan skor pre test 8 dan skor post test 12, selisih antara pre test dan post test yaitu 4. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 6 Hasil observasi Konseli 6 mendapatkan skor pre test 4 dan skor post test 7, selisih antara pre test dan post test yaitu 3. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 7: Hasil observasi Konseli 7 mendapatkan skor pre test 8 dan skor post test 11, selisih antara pre test dan post test yaitu 3. Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Konseli 8: Hasil observasi Konseli 8 mendapatkan skor pre test 3 dan skor post test 6, selisih antara pre test dan post test yaitu 3.

80 67 Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan antara pre test dan post test setelah diberikan perlakuan. Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Tabel 5.6 Grafik Hasil Observasi Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dari hasil alat observasi check list skala konsep diri antara pre test dan post test kelompok eksperimen. 2. Pengujian Hipotesis a. Uji T-Test Angket Konsep Diri Positif Tabel 5.7 Hasil Uji T Test Angket Konsep Diri Paired Sample Test Paired Differences Pair 1 pre-post Mean N STd.Deviatio n Std.De v. Error 95% confidence Interval of the Difference lower Opper T df Sig. (- tailed ) 6.003

81 68 Berdasarkan hasil Uji T-Test data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil selisih rata-rata hitung pre test -post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, t hitung = 2,002 sedangkan t tabel = 1,943, df = 6 dan p (probabilitas) = 005 < 0,05. Karena, t hitung ( 2,002) > t tabel ( 1,943) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif ditandai dengan adanya perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok. b. Uji T-Test Check List observasi Pair 1 pre-post Mea n N Tabel 5.8 Hasil Uji T Test Check List Observasi Paired Sample Test Paired Differences STd.Dev iation Std.Deviat ion Error 95% confidence Interval of the Difference lower Opper t d f Sig. (- taile d) Berdasarkan hasil Uji T-Test data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil selisih rata-rata hitung pre test -post test adalah 8,932 dengan SD (Standard deviasi) : 3,812, t hitung = 3,8125, t tabel = 1,943, df = 6 dan p (probabilitas) = 005 < 0,05. Karena, t hitung ( 3,8125) > t tabel ( 1,943) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif ditandai

82 69 dengan adanya perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok. Hasil analisa check list observasi ini menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,812 dengan demikian hasil analisa check list observasi pada skala konsep diri dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok apakah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015. B. Analisis Kualitatif 1. Tahapan Layanan Bimbingan Kelompok Tahap layanan Bimbingan Kelompok merupakan tahapan eksperimen merupakan tahap dimana peneliti memberikan perlakuan kepada 8 siswa dalam usaha meningkatkan konsep diri positif. Perlakuan yang diberikan menggunakan Model Layanan Bimbingan Kelompok Metode diskusi dengan 10 kali pertemuan, setiap pertemuan 1 Jam 40 menit. Pada pelaksanaan eksperimen layanan bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar layanan bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok.

83 70 1. Pertemuan I (1) Tahap I Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke untuk kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicaapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Langkah-langkah kegiatan: i) Konselor membuka pertemuan dengan salam pembuka pada peserta dan mengawali dengan doa. j) Konselor memperkenalkan dirinya dan anggota kelompok. k) Konselor menjelaskan maksud -tujuan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok a) Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan konseling. b) Meningkatnya suasana kelompok. c) Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok. d) Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota. e) Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. f) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan kelompok. l) Konselor menbacakan tata tertib/aturan dasar kegiatan.

84 71 m) Konselor menjelaskan pentingnya kejujuran, keterbukaan, dan kerjasama dalam kelompok. n) Konselor menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok : a) Asas kerahasiaan, yaitu semua yang hadir harus menyimpan dan merahasiakan apa saja, data dan informasi yang didengar dan dibicarakan dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Para peserta berjanji tidak akan membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia di luar kelompok. b) Asas keterbukaan, yaitu semua peserta bebas dan terbukamengeluarkan pendapat, ide, saran, dan apa saja yang dirasakannya dan dipikirkannya; tidak merasa takut, malu, atau ragu-ragu, bebas berbicara tentang apa saja, baik tentang dirinya,sekolah, pergaulan, keluarga, dan sebagainya. c) Asas kesukarelaan, yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pembimbing kelompok. d) Asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan berlaku; semua yang dilakukan dibicarakan dalam bimbingan konseling kelompok harus sesuai dengan norma adat, norma agama, norma hukum, norma ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.

85 72 e) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok) ketulusan hati, kehangatan dan empati. o) Perkenalan dengan menggunakan permainan Siapa dia? Konselor meminta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran Konselor meminta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ). Misal: Nama saya Retno, Nama saya Rachman. Konselor meminta peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri. Misal : teman saya Retno, saya Mika. Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya. Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : siapa nama anda? atau siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi? Sebelum memulai

86 73 permainan ini konselor memberi tahu waktu pelaksanaanya yaitu 5-10 menit. Agar siswa lebih jelas dalam melaksanakan permainan konselor memberikan contoh dari permainan yang akan dimainkan. Setelah anggota paham cara permainanya konselor memulai permainan. Konselor menyampaikan kalimat yang sudah dibuat kepada salah satu anggota yang mendapat posisi paling belakang. Konselor menyuruh anggota tersebut menyampaikan berita keanggota kelompok yang berada didepannya sampai anggota kelompok terakhir dengan kalimat sama.selanjutya sampai barisan anggota paling depan. Anggota kelompok paling depan disuruh menyampaikan pesan yang diterima dari anggota sebelumya. Setelah waktu berjalan tepat 5-10 menit,konselor mengakhiri permainan,dan meminta kelompok menghentikan permainan. Konselor sebagai pemimpin harus melihat permainan anggota dalam melakukan perminan ini.untuk mengamati reaksi atau respon anggota. Setelah permainan selesai konselor bisa memberikan hadiah berupa ucapan selamat,atas terselesainya permainan.

87 74 Contoh : Bagus ternyata anda begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Konselor meminta anggota duduk dengan posisi melingkar. Setelah peserta sudah terlihat santai kembali,konselor Mengajak siswa untuk mendiskusikan atas permainan yang telah dilaksanakannya tadi. Dengan mengajukan pertanyaan yaitu: Apa yang anda rasakan setelah melakukan permainan tadi? Konseli 1 Permainannya menarik bu,,,mau ikut terus kalau kegiatannya kaya gini Konseli 2 Saya sangat senang bu,,,melatih komunikasi kita dengan orang lain serta daya ingat juga,,,habis saya lupa beberapa nama temen lainnya Konseli 3 Saya masih malu bu kalau berbicara dengan orang lain yang belum saya kenal Menurut anda kesulitan apa yang paling mendasar dari permainan tadi? Konseli 4 Merasakan kesulitan waktu disuruh menghafalkan nama nama teman baru,,,sulit dan panjang lagi namanya,,, Konseli 5 Kalau saya yang penting happy aja bu,,,walau kalah karna tidak hafal nama temen lainnya

88 75 Konseli 6 Saya merasa semua orang melihat saya ketika saya berdiri memperkenalkan diri,, saya tidak pantas bu dilihat orang banyak, saya makin grogi dan salah semua tingkah saya Konseli 7 Apa Ya? Kan ini Cuma permainan, tapi kok saya takut melakukannya. Konseli 8 Senang aja bu,,walau tadi saya tidak yakin bias menyelesakan dengan baik Pada tahap pembentukan ini, konselor telah membangun kepercayaan kepada anggota kelompok, anggota kelompok telah saling mengenal dengan baik sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik sesama konseli dapat terlibat dan memiliki komitmen yang kuat untuk ikut terlibat dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok. (2) Tahap II (Peralihan) Tahap kedua, tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Pada kondisi demikian Konselor perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada

89 76 tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. Konselor bertanya Apakah layanan Bimbingan Kelompok dilanjutkan? Atau kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan). Apabila Semua konseli setuju maka siap untuk ke tahap selanjutnya. (3) Tahap III (Kegiatan) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah masing-masing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas. Konselor membacakan suatu kasus, dan setiap konseli diberikan kesempatan untuk menanggapi. Konseli 1: Memang kasus tersebut banyak terjadi dikalangan remaja, makanya kita harus mengantisipasi diri kita agar jangan sampai seperti pada kasus tersebut terutama bagi cewek jangan mudah terbujuk oleh rayuan gombal dari para lelaki. Penyebabnya peristiwa itu dari si ceweknya meskipun sebenarnya dia cantik ia tidak percaya diri, sehingga mudah dirayu oleh pacarnya apalagi dari segi agamanya juga kurang, ditambah lagi suasana sepi dalam

90 77 rumahnya sehingga bisa terjadi hal tersebut. Kita harus yakin bisa menghadapi setiap masalah masalah. Konseli 2 : Ya tidak semuanya cowok itu perayu dan ngegombal, tapi cewek itu juga seneng digombali he he... Karna Saya kan cowok..kalau saya, si ceweknya itu tidak percaya diri sehingga mudah saja dirayu oleh cowoknya padahal kalau dia cantik pasti banyak cowok yang suka sama dia dan tentunya lebih baik dari dia kayaaku, he.... Konseli 3 : Cewek itu harus hati-hati sama cowoknya, jelek-jelek begini meskipun aku cewek yang gendut hitam tapi aku orangnya PD tapi aku tidak kepedean lho, ya apa yang dikatakan Konseli 1 sama Konseli 2 itu benar, cewek harus percaya diri...selain itu cewek itu harus bisa menjaga diri kita sendiri, kita harus bisa menjaga nama baik diri kita dan keluarga, pikiran dari cewek pada kasus tersebut sangat sempit hanya karena takut diputus pacarnya saja ia mau menyerahkan keperawanannya. Masak takut kehilangan cowok yang suka ngegombal, mending milih cowok yang percaya diri, menerima apadanya, memahami kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah SWT.

91 78 Konseli 4: Wah jawaban kalian bagus-bagus jadi aku binggung mau jawab apa, ya hampir sama dengan kalian, jadi ada beberapa faktor sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi dari diri individu si cewek tersebut memang ia nampaknya orang yang tidak percaya diri, terus kalau dia tidak percaya diri dia tidak mempunyai ketrampilan berkomunikasi tidak bisa memberikan apa yang ada dalam hatinya bahwa sebenarnya ia menolak untuk melalukan hal tersebut, dia tidak bisa mengambil keputusan mana yang benar dan mana yang salah, terus dia itu tidak punya prinsip. Jujur saja aku ini belum pernah punya pacar saya malah kalau dengan cewek itu sedikit grogi. Kalau faktor dari luar ya lingkungan seperti teman, itu sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku kita jadi ya kita itu harus bisa memilih teman yang baik, dari segi agama itu mengajarkan kalau hal itu boleh dilakukan setelah kita menikah, dan orang tua juga harus bisa memantau anak-anaknya. Konseli 5 : Betul apa yang dikatakan konseli 2 saya sama sajalah. Konseli 6 :

92 79 Kalau menurut saya apa ya, memang kita itu harus bisa menjaga diri kita, kita boleh saja berpacaran tetapi pacaran yang wajar jangan sampai melebihi batas dan melanggar norma. Memang masa remaja itu rawan sekali terhadap hal-hal seperti itu seperti sek bebas, dan narkoba, ya intinya no free sex and no drugs gitu. Kaya iklan iklan ditv. Konseli 7 : Saya juga ingin memberikan pendapat saya bahwa sebaiknya kasus tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita, kita harus bisa menerapkan cara yang benar dalam berpacaran kita harus bisa mengendalikan hawa nafsu kita, kita bisa menyalurkannya kehal-hal yang positif seperti olah raga misalnya. Konseli 8: Saya ini sebenarnya orangnya kurang percaya diri tapi saya akan mencoba memberikan pendapat saya, jadi seperti Konseli 2 itu juga takut terhadap lawan jenis, makanya dengan kegiatan seperti ini saya seneng, mengenai gaya berpacaran pada remaja itu sekarang memang sudah melampau batas, sekarang saja banyak siswa siswa SMP yang nonton VCD porno sehingga mereka punya keinginan

93 80 apa yang belum ketahui, maraknya HP yang canggih juga membuat mereka bisa melihat dan menyimpan film porno di hp mereka, sebagai orang tua harus bisa mengontrol anakanaknya betul tidak. Konseli 5: Betul konseli 8 saya setuju, dari pihak sekolah sekarang sudah banyak melakukan rasia HP yang canggih yang didalamnya ada film pornonya ini salah satu tindakan pencegahan, Itu cara yang bagus. Konseli 6 : Kalau saya belum pernah berpacaran jadi kaya apa ya, ya kalau berpacaran itu harus berpedoman pada nilai-nilai agama dan norma. Konseli 1 : Kita harus punya prinsip dalam berpacaran, kita tidak usah ikut-ikutan seperti teman yang lain karena pacaran itu hanya taraf penjajagan sebelum menikah. Konseli 8: Berarti kita berpacaran harus menghargai prinsip masing-masing pihak.

94 81 Konseli 4 : Kita harus punya hak suara yang sama dalam berpacaran artinya tidak egois. Adapun kesimpulan dalam tahap kegiatan ini adalah untuk mengetahui konsep diri pada siswa, dalam tahap ini konselor mulai menggunakan teknik diskusi dalam Layanan bimbingan kelompok untuk mengtahui konsep diri positif pada masing-masing konseli. Langkah-langkah kegiatan selanjutnya: (10) Konselor bertanya kepada masing-masing konseli mengenai konsep diri mereka. Misalnya dengan pertanyaan : (a). Apa yang dimaksud dengan konsep diri? Konseli 1 : Kalau menurut saya yang dimaksud konsep diri adalah pemahaman diri Konseli 2 : Saya berpendapat konsep diri merupakan cara individu menilai dirinya, Konseli 3: (malu) kalau saya belum paham bu..masih bingung,,,

95 82 (b). Bagaimana menurut kamu, apa itu konsep diri? Konselor membuat diskusi dengan anggota kelompok mengenai konsep diri positif. Konseli 4: Konsep diri mungkin artinya konsep-konsep pemahaman terhadap dirinya sendiri,,, Konseli 5: Kalau saya konsep diri itu,,, cenderung mengenai apa yang yang menjadi prinsip-prinsip dalam diri kita Konseli 6: Yang Saya pahami bahwa konsep diri merupakan cara saya memperkenalkan diri, dan semua orang melihat saya ketika saya berdiri memperkenalkan diri,, saya tidak pantas bu dilihat orang banyak, saya makin grogi dan salah semua tingkah saya (c). Ada yang tahu mengenai konsep diri positif? Konseli 7 : Apa Ya? Konsep diri? Kok rumit, tapi saya takut melakukannya.

96 83 Konseli 8 : Pemahaman terhadap diri bu,,sejauh mana saya yakin terhadap suatu hal,,,walau tadi saya tidak yakin bisa menyelesaikan dengan baik Selanjutnya setiap pendapat konseli, yang dilakukan konselor adalah : (1) Memberikan penguatan pada setiap anggota kelompok yang telah menyampaikan pendapatnya. Seperti: - Bagus sekali pendapatnya. - Bijaksana sekali pendapat kamu, - Smart dan Luar biasa. Saya sangat terkesan atas pendapat kamu (2) Memberikan kesimpulan dari hasil diskusi. Pada tahap ini kita telah berdiskusi tentang apa yang dimaksud dengan konsep diri. Karena dari setiap konseli belum paham sepenuhnya sehingga kita akan membahasnya lebih lanjut. (3) Konselor bertanya kepada kelompok mengenai usaha yang dilakukan dalam meningkatkan konsep diri.

97 84 Konselor : Apa saja usaha yang akan anda lakukan untuk meningkatkan konsep diri? Konseli1: Saya akan berlatih menjadi orang percaya diri. Konseli 2: Kalau menurut saya, usaha yang saya lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif dalah dengan melakukan apapun yang kita inginkan sesuai dengan kemampuan kita tanpa melanggar norma yang ada Konseli 3: Usaha yang saya lakukan untuk meningkatkan konsep diri adalah dengan terus mewujudkan semua hal yang menjadi keinginan kita, tujuan kita, impian kita tanpa takut apaun hambatan yang menghadang

98 85 Konseli 4: Untuk meningkatkan konsep diri positif saya akan lebih meningkatkan kemampuan komunikasi saya menjadi lebih baik. Konseli 5: Saya setuju cara-cara pendapat teman-teman untuk meningkatkan konsep diri. Konseli 6: Saya akan percaya pada kemampuan saya, tidak mudah terpengaruh teman, lingkungan atau iklan televisi, atau internet yang membawa pesapesan negatif Konseli 7: Saya akan mengendalikan diri saya dengan baik, mulai dari berfikir dan bertingkah laku. Konseli 8: Saya bingung,,, apa ya yang harus saya lakukan (malu)

99 86 Konseli 4: Ya belajar dong biar tau caranya meningkatkan konsep diri (4) Konselor menyimpulkan kembali hasil diskusi. Setelah tadi kita sudah membicarakan usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan konsep diri, maka akan saya simpulkan dari semua pendapat kalian adalah dengan belajar percaya diri, melakukan apapun yang kita inginkan sesuai dengan kemampuan kita tanpa melanggar norma yang ada terus mewujudkan semua hal yang menjadi keinginan kita, tujuan kita, impian kita tanpa takut apaun hambatan yang menghadang, meningkatkan kemampuan komunikasi saya menjadi lebih baik, tidak mudah terpengaruh teman, lingkungan atau iklan televisi, atau internet yang membawa pesa-pesan negative, dan belajar untuk mengendalikan diri saya dengan baik, mulai dari berfikir dan bertingkah laku. (5) Konselor menjelaskan pentingnya konsep diri. Konsep diri penting karena pandangan dan sikap individu terhadap dirinya mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan,

100 87 moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. (6) Konselor menjelaskan konsep diri dari sudut teori. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. (7) Konselor memotivasi konseli untuk terus berusaha merubah perilaku yang dapat menimbulkan rendahnya konsep diri. Untuk konseli yang masih memiliki konsep diri rendah perlu melakukan perubahan dan bisa melakukannya

101 88 dengan baik. Tidak mudah putus asa walau tidak mudah apabila dilakukan secara terus-menerus akan terbiasa merubah perilaku menjadi lebih positif. (11) Membuat kontrak kontigensi adalah dengan menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, atau menghentikan dari setiap konseli Konselor: Apa saja yang ingin kamu lakukan, ingin dirubah, ingin dihentikan? Konseli1: Saya akan berlatih lebih percaya diri Konseli 2: Saya akan melakukan apapun yang kita inginkan sesuai dengan kemampuan kita tanpa melanggar norma yang ada terus mewujudkan semua hal yang menjadi keinginan kita Konseli 3: Mewujudkan tujuan kita, impian kita tanpa takut apaun hambatan yang menghadang

102 89 Konseli 4: Meningkatkan kemampuan komunikasi saya menjadi lebih baik Konseli 5: Saya akan percaya pada kemampuan yang saya miliki Konseli 6: Saya akan patuhi norma/aturan Konseli 7: Hal yang ingin saya rubah adalah mengendalikan hawa nafsu kita Konseli 8: Saya tidak akan mudah terpengaruh teman, lingkungan atau iklan televisi, atau internet yang membawa pesa-pesan negative, dan belajar untuk mengendalikan diri saya dengan baik, mulai dari berfikir dan bertingkah laku. (12). Konselor pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang di inginkan dengan cara menberikan hadiah jika

103 90 anggota berhasil melakukan perubahan atas perilakunya. Baiklah,siapa diantara para konseli yang bisa merubah, memperbaiki mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari akan saya berikan hadiah khusus di pertemuan akan datang. Dari tahap ini dapat disimpulkan bahwa, setiap konseli sudah memahami apa yang dimaksud dengan konsep diri positif. Dari setiap konseli memiliki komitmen untuk merubah, memperbaiki atau menerapkan tingkah laku baru yang mengarah ke perilaku konsep diri positif. 4) Tahap IV (Pengakhiran) Tahap ini konselor berusaha membantu konseli untuk mengalihkan perubahan yang telah diperoleh kedalam kelompok kepada keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari Tahap keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari, mentransfer apa yang telah mereka pelajari untuk kelomluar mengajak para anggota untuk menerapkan untuk kehidupan

104 91 sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir. Konselor : Kegiatan akan segera diakhiri, apa yang sudah kita jadikan komitmen pada tahap sebelumnya akan kita terapkan di kehidupan nyata kita sesuai dengan kondisi ataupun situasi yang akan dihadapi. Dan jangan lupa dengan teman-teman dalam kelompok ini yang sama-sama sudah kenal kita bangun komunikasi yang baik, kalau bertemu saling sapa,,yachhh Pengakhiran kegiatan kelompok sering diikuti oleh pertanyaan: Konselor: Apakah kelompok akan bertemu kembali dan melanjutkan kegiatan? Pertanyaan ini dijawab ya oleh semua konseli, maka pertanyaan lanjutnya adalah : Konselor: Berapa kalikah kelompok harus bertemu? Konselor dan konseli akan membahas jika masih perlu segera juga ditentukan waktu dan tempat akan dilaksanakan layanan bimbingan kelompok lanjutan.

105 92 Setelah itu konselor meminta setiap konseli untuk sharing mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan serta mengusahakan suasana yang hangat, memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikut sertaan konseli serta memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati, dan melaporkan tentang kesulitan-kesulitan serta dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah ditempuh. Konseli 1 Saya sudah cukup paham bu tentang layanan ini,, saya akan melakukan beberapa hal agar saya lebih baik lagi Konseli 2 Saya sukacita dalam kelompok ini bu,,. Banyak pengalaman yang saya dapat.terimakasih Konseli 3 Saya akan membiasakan perilaku saya yang bermasalah akan saya diperbaiki Konseli 4 Saya tidak merasa sendiri, ternyata orang lain memiliki masalah yang sama dengan saya. Konseli 5 Saya bisa membangun kepercayaan kepada orang lain yaitu anggota kelompok. Saling menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan lebih bertanggung jawab pada diri sendiri serta orang lain

106 93 Konseli 6 Saya ternyata sudah memiliki konsep diri, akan tetapi saya baru memahami maknanya pentingnya konsep diri bagi kehidupan kita,,karna dulu saya anggap sepele: Konseli 7 Saya bersemangat lagi untuk kepertemuan selanjutnya,,,jadi penasaran apa yang akan dibahas lagi Konseli 8 Saya Setuju pendapat teman-teman, sudah mewakili apa yang saya rasakan. Dapat disimpulkan dalam tahap akhir kelompok, konseli merasa sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan perpisahan. dan kembali ke kehidupan nyata. Para konseli akan memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka ambil. Terakhir Konselor membagikan lembar evaluasi dan meminta kenseli untuk mengisi secara obyektif berkaitan dengan kegiatan bimbingan kelompok serta ditutup dengan doa. Konselor: Sesuai komitmen kita akan merubah perilakuperilaku yang cenderung ke konsep diri negatif kearah konsep diri positif sesuai dengan permasalahan ataupun situasi kondisi yang dihadap. Terimakasih atas partisipan konseli dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok

107 94 dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Terakhir Konselor mengakhiri kegiatan dengan doa penutup bersama bahwa kegiatan telah berakhir. Dan kita akan bertemu sesuai jadwal Dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama dari tahap pembentukan hinggan tahap akhir pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari beberapa anggota seperti konseli 1, konseli 2, konseli 3, konseli 4, konseli 6, dan konseli 7. Sejauh ini para anggota sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya, meskipun ada dua anggota yaitu konseli 5 dan konseli 8 yang hanya mengucapkan kata sama ketika mengeluarkan pendapat dan hanya tersenyum karena merasa malu dan ragu. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik. 2. Pertemuan II Pada tahap kegiatan ini setelah konselor mendiskusikan mengenai apa itu konsep diri, jenis-jenis konsep diri dan perlunya konsep diri.

108 95 Konselor menanyakan ada yang tahu apa yang dimaksud dengan konsep diri? Anggota kelompok memberi tanggapan/pendapat : Konseli 3 : Konsep diri itu seperti gambaran dari pada diri kita. Konseli 2 : Kalau menurut saya konsep diri itu merupakan pandangan mengenai apa yang ada pada diri kita. Konseli 1 : Saya sependapat dengan kedua teman saya bahwa konsep diri itu pandangan atau sikap individu terhadap dirinya sendiri. Kemudian Konselor menyimpulkan berdasarkan pendapat dari anggota yang disesuaikan dengan materi yang ada. Ada beberapa jenis konsep diri ada yang negatif dan juga ada yang positif. Konsep diri yang positif antara lain : yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, peka terhadap perasaan orang lain, mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya, sedangkan konsep diri yang

109 96 negatif ia peka terhadap kritik, ia responsif sekali terhadap pujian, ia cenderung bersikap hiperkritis, ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, ia bersikap pesimis terhadap kompetisi. Konseli 6: Apa yang dimaksud dengan tidak bersikap hiperkritis, Konselor menjawab bahwa tidak bersikap hiperkritis itu adalah kita tidak mengeluh, kita mampu menghargai orang lain, senang terhadap keberhasilan orang lain. Setelah itu para konseli mendiskusikan berdasarkan kasus pada pertemuan pertama dilihat dari tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif. Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya peristiwa yang terjadi pada kasus kemarin: Konseli 4: Dengan melihat kasus kemarin bahwa siceweknya itu tidak memiliki konsep diri yang positif seperti tidak percaya diri ia tidak mampu berbicara kepada pacarnaya, kemudian tidak menerima apa adanya, tidak menerima kelebihan dan kekurangannya.

110 97 Konseli 3 : Kalau saya ia itu tidak mampu menghadapi satu pkonseli 3salahan, tidak merasa yakin atas kemampuan yang dimilikinya. Konseli 6 : Menurut saya peristiwa kemarin itu ia tidak merasa setara dengan orang lain sehingga sebenarnya ia cantik tapi ngak percaya diri. Konseli 2 : Ya jadi kasus yang terjadi itu karena tidak memiliki konsep diri yang positif, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya Konseli orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Konselor memberikan contoh sebagai gambaran para anggota kelompok tentang perlunya konsep diri. Konselor: Sering kita jumpai siswa ber-iq (Intelligence Question) tinggi gagal dalam menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak siswa yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil dalam menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan

111 98 sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal. Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Konselor menanyakan menanyakan apakah kalian sudah memiliki konsep diri yang positif : Konseli 6 : Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri positif ada pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri, kemudian menerima apa adanya. Konseli 1 : Kayaknya saya juga belum sepenuhnya memiliki konsep diri positif, saya sudah percaya diri, sudah dapat berbicara di depan umum, setara dengan orang lain. Konseli 3 : Wah kayaknya saya sudah memiliki konsep diri positif seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya, tidak bersikap hiperkritis, meskipun belum semua kriteria itu ada pada saya.

112 99 Konseli 2 : Saya sama seperti yang lain saya sudah bisa percaya diri, merasa setara dengan orang lain, mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang terjadi, contohnya saya habis kecelakaan dan hampir patah tulang ini memberikan hikmah bagi saya, menerima apa adanya. Konseli 4: Kalau saya ya belum semua kriteria konsep diri positif ada pada saya, tapi saya sudah memiliki percaya diri, kemudian menerima apa adanya, tidak bersikap hiperkritis, dan mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang terjadi. Konseli 8 : Beberapa kriteria sudah ada pada diri saya, seperti percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apa adanya. Konseli 5 : Kayaknya saya belum mempunyai konsep diri yang positif tapi saya sudah muncul rasa percaya diri saya.

113 100 Konseli 7 : Saya sedikit-sedikit sudah mulai mempunyai konsep diri yang positif kayak percaya diri, merasa setara dengan orang lain dan menerima apadanya. Konseli 2 : Kalau saya memang tidak semuanya kriteria konsep diri positif ada pada diri saya namun saya sudah percaya diri. Konselor menanyakan atau membuat komitmen kepada semua konseli apakah anggota kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif dan akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok sebagai konseli mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali, meskipun konseli terlihat gugup ingin cepat pulang Secara umum dapat disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana dengan baik terlihat dari beberapa indikator yang sudah muncul seperti Anggota kelompok sebagai konseli telah mendapatkan pemahaman baru

114 101 dari pengertian konsep diri, jenis-jenis konsep diri dan perlunya memiliki konsep diri yang positif. 3. Pertemuan III Pada tahap kegiatan ini setelah konselor memberikan informasi mengenai isi dari pada konsep diri dan selanjutnya asal-usul atau faktor pembentuk konsep diri. Konselor : Isi dari konsep diri mulai dari karakteristik fisik, penampilan, kesehatan dan kondisi fisik, rumah dan hubungan keluarga, hobi dan sekolah serta pekerjaan sekolah, kecerdasan, bakat dan minat, ciri dan kepribadian, sikap dan hubungan sosial, dan religius. Selanjutnya konselor melanjutkan: Asal-usul konsep diri bisa dari orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan pengalaman Sekarang tugasnya untuk setiap konseli mengemukakan/mengungkapkan kelemahan dan kelebihan yang didalamya terdapat sifat-sifat positif dan negatif. Para konseli memberi pendapat tentang dirinya dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki : Konseli 2 : Kelebihan yang ada dalam diri saya yaitu saya yaitu saya orangnya tidak sombong, menerima apa adanya, tidak

115 102 senang adanya permusuhan. Sedangkan kelemahan yang ada pada saya yaitu saya kadang cepat emosi. Konseli 3 : Kelebihan yang saya miliki yaitu berat badan, saya orangnya humoris, percaya diri, bisa bergaul dengan siapa saja, tidak suka kekerasan. Sedangkan kelemahan yang saya miliki yaitu apabila ada orang yang menyakiti saya saya sulit untuk memaafkannya tetapi saya tidak sampai pada kekerasan. Konseli 1 : Kalau saya kelebihan yang saya punya itu saya senang membantu teman yang membutuhkan atau suka menolong, tegar dalam menghadapi setiap permasalahan, menghargai orang lain, jujur. Kekurangan atau kelemahan yang saya miliki kadang boros dalam hal keuangan. Konseli 4: Kelebihan saya itu saya orangnya penyabar, percaya diri, menghargai orang lain, jujur, peka terhadap orang lain. Sedangkan kekurangan saya kadang timbul rasa takut terhadap lawan jenis.

116 103 Konseli 8 : Kelebihan yang saya miliki tidak membeda-bedakan teman, yakin atas kemampuan yang saya miliki, tidak mengeluh. Sedangkan kelemahan saya itu saya orangnya kadang cepat tersinggung, kadang sering mengumpat apabila saya gagal. Konseli 7 : Kelemahan saya itu tidak bisa bangun pagi, malas, sering menyontek, tidak bisa dalam pelajaran eksak. Sedangkan kelebihan saya kata orang saya itu orangnya baik, tidak sombong. Konseli 6 : Kalau kelebihan saya itu saya rajin, setiap ada masalah langsung saya selesaikan, tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Sedangkan kekurangan saya pelupa. Konseli 8 : Kelebihan yang saya miliki menerima diri apa adanya, pandai bergaul, senang dengan adanya tantangan. Kelemahan saya boros dalam hal keuangan. Pada pertemuan ini konselor mengajak konseli untuk meningkatkan diri artinya akan berusaha menutupi kelemahan yang ada pada diri mereka

117 104 dengan cara menanyakan atau membuat komitmen kepada semua konseli apakah anggota kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengetahui faktor-faktor yang membentuk konsep diri positif. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif. 4. Pertemuan IV Pada pertemuan ini setelah konselor mendiskusikan mengenai bagaimana kita menyikapi permasalahan diri dan orang lain. Konselor: Apabila kita punya masalah, kemudian ada teman kita yang minta bantuan apa yang harus kita lakukan? Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai permasalahan dan observasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Konseli 3 : Melihat masalahnya dari teman kita apa masalahnya berat atau tidak apabila ringan langsung kita bantu dan apabila berat

118 105 kita bisa menjadi pendengar yang baik, kita bisa beri support atau dukungan, nasehat. Konseli 5 : Hampir sama seperti Konseli 4, semampu kita, mari kita bantu masalah teman kita yang penting jangan sampai malah masalah itu menjadi masalah pada diri kita. Konseli 6 : Kalau saya mending saya menyelesaikan masalah saya dulu biar tidak pusing karena masalah kita belum selesai, kalau masalah kita sudah selesai baru kita membantu masalah teman kita. Konseli 8 : Kalau saya minta bantuan teman lain dulu karena saya masih memiliki masalah, tetapi secara halus biar teman kita tidak marah kepada kita. Konseli 3 : Kita bantu teman kita yang punya masalah dulu, selesai kita baru selesaikan masalah kita sendiri apabila kita tidak bisa kita bisa minta bantuan kepada teman kita yang kita bantu tadi.

119 106 Konseli 2 : Menurut saya kita bahas dulu bersama-sama masalahnya kalau tidak bisa kita minta bantuan pada teman yang lain juga,terus masalah kita dibahas bersama-sama juga. Bereskan! Konseli 5 : Kita bantu teman kita karena tidak enak apabila kita langsung menolaknya. Menurut saya kita harus bantu teman kita yang punya masalah, biar nanti masalah kita juga bisa dibantu teman kita. Konseli 7 : Ya saya akan membantu teman dulu baru masalah kita. Konseli 6 : Kita berusaha bantu teman jangan sampai menjadi beban pada kita. Bagaimana cara kita mensikapi kesalahan kita? Para anggota menjawab : Konseli 1 : Saya akan langsung menyelesaikan masalah tersebut dan tidak akan membiarkannya berlarut-larut.

120 107 Konseli 6 : Saya akan semaksimal mungkin menyelesaikan masalah kalau tidak bisa baru minta bantuan pada orang lain. Konseli 8 : Kalau kita menunda-nunda masalah maka masalahnya tidak selesai jadi harus segera diselesaikan. Konseli 2 : Kita harus bisa mengidentifikasi dulu masalahnya, apa yang menjadi penyebab jangan grusah-grusuh lalu kita membuat pilihan atau keputusan yang tepat. Konseli 3 : Menurut saya kita harus memahami dulu masalahnya kita bisa seringkan kepada sahabat kita atau teman terdekat agar dapat menambah jawaban dari persoalan yang kita hadapi. Konseli 8 : Saya juga sama seperti yang lain akan menyelesaikan masalahnya langsung itu juga.

121 108 Bagaimana cara kita mensikapi permasalahan orang lain? Para anggota menjawab : Konseli 4: Seperti yang saya bilang tadi kita bisa menjadi pendengar yang baik, kita bisa beri support atau dukungan, nasehat. Konseli 6 : Kita bisa memberikan nasehat tapi diberikan pada saat yang tepat. Konseli 7 : Kita harus peka terhadap orang lain, kita bisa memberikan simpati kita menolong meringan beban. Konseli 5 : Ya kita beri saran,nasehat yang penting jangan sok pintar. Pada pertemuan keempat dapat disimpulkan pemberian layanan bimbingan kelompok, situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok sudah mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Ini terlihat dari semua anggota seperti Konseli 3, Konseli 1, Konseli 2, Konseli 8, Konseli 7, Sugeng, Konseli 5, Konseli 6 juga memberikan pendapatnya. Sejauh ini semua konseli sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.

122 Pertemuan V Pada tahap kegiatan ini konselor mendiskusikan mengenai cara meningkatkan kepercayaan diri yang didalamnya terdapat pengertian percaya diri, karakteristik individu yang percaya diri dan yang tidak percaya diri kemudian bagaimana upaya mengatasi rasa kurang percaya diri. Konselor: Ada yang tahu apa itu percaya diri? Para konseli menjawab dan konselor melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Konseli 2 : Percaya diri itu percaya atas kemampuan yang dimiliki. Konseli 1 : Percaya diri itu merupakan dorongan yang ada dalam diri dalam rangka menghadapi segala yang ada. Konseli 3 : Kalau menurut saya percaya diri itu ya sikap yang kita miliki dalam menghadapi segala situasi atau keadaan.

123 110 Dari anggota kelompok muncul permasalahan : Konseli 5 : Begini saya punya masalah mengenai kurang percaya diri misalkan harus ngomong didepan kelas apalagi dedepan umum. Konseli 4: Kalau saya memiliki masalah kadang merada tidak percaya diri dengan lawan jenis makanya sampai saat ini saya belum mempunyai pacar. Konseli 7 : Saya merasa grogi ketika bertanding jadi kadang saya menyerah dulu. Konselor: Baik setelah kita tahu, beberapa permasalahan kita tentukan masalah siapa dulu yang akan kita bahas? Para konseli sepakat untuk memecahkan masalahnya Konseli 5, dengan memberikan tanggapan dan saran sebagai berikut : Konseli 6 : Konseli 5 bisakah menjelaskan kenapa tidak percaya diri misalkan harus ngomong didepan kelas apalagi dedepan umum?

124 111 Konseli 5 : permasalahannya ketika saya masih duduk di kelas VI ada diskusi dalam kelas kemudian saya diminta untuk memberi jawaban kemudian jawaban atau tanggapan saya ditertawakan oleh teman-teman sehingga ini membuat saya malu dan tidak mau lagi untuk memberi jawaban lebih baik saya diam saja. Setelah tahu persalahannya maka para anggota pun memberi saran : Konseli 3 : Dengan melihat apa yang menjadi masalah kamu saya bisa menganalisis bahwa kamu memiliki satu pikiran yang mana kamu ketika akan menjawab maka akan ditertawakan lagi oleh teman-teman padahal belum tentu begitu. Konseli 2 : Apa yang dikatakan Konseli 3 betul itu, jadi ketika kita punya pikiran yang begitu maka kita tidak akan bisa untuk mengungkapkan pendapat jadi pikiran itu harus dihilangkan.

125 112 Konseli 8 : Kalau menurut saya kamu harus punya kemauan dulu atau tekad bahwa harus berani ngomong didepan kelas misalnya tanpa mempedulikan apa kata teman. Konseli 1 : Betul yang dikatakan oleh Konseli 8 tetapi ketika akan memberi jawaban kita pikir dulu artinya kita tahu betul apa yang menjadi persoalan kemudian dalam benak kita sudah ada jawaban sehingga jawaban kita akan bermutu dan ini tidak bakal ditertawakan oleh teman malah kita akan mendapat sanjungan dari teman-teman. Konseli 6 : Saya juga setuju. Konselor: Bagaimana konseli 5? Konseli 5: Saya dapat menerima saran dari teman-temannya, sehingga saya memutuskan mulai sekarang dia akan percaya diri tidak akan takut lagi untuk ditertawakan, dengan kegiatan bimbingan kelompok ini masalahnya bisa teratasi, merasa

126 113 senang, dan bisa belajar berbicara meskipun dalam lingkup kelompok. Pada pertemuan kelima pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir,, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Sejauh ini para konseli sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Dengan bantuan teman-teman dalam kelompok, konseli 5 sudah dapat memecahkan masalahannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan konseli lain untuk memecahkan permasalahan orang lain. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik. 6. Pertemuan VI Pada tahap kegiatan ini, konselor mendiskusikan mengenai cara menghindari prasangka dan akibatnya yang didalamnya terdapat pengertian prasangka, terbentuknya prasangka, usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangka, akibat prasangka. Konselor: Ada yang tahu apa itu prasangka? Anggota kelompok menjawab dan konselor melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan

127 114 mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Konseli 1 : Prasangka adalah anggapan yang kurang baik kepada orang lain. Konseli 2 : Prasangka itu merupakan perasaan kita kepada orang lain yang bisa bersifat positif maupun negatif. Konselor selanjutnya bertanya: Apa pandangan kita terhadap seorang pelukis atau seniman? Anggota kelompok yang menjawab : Konseli 5 : Pasti pelukis itu hidupnya tidak teratur, jorok, tidak pernah mandi. Konseli 3 : Belum tentu semua pelukis atau seniman seperti itu kita harus punya prasangka yang positif. Kamu kan belum tahu sendiri bagaimana kehidupan pelukis.

128 115 Konseli 6 : Apa yang dikatakan Konseli 3 benar jadi belum tentu seorang pelukis itu menti jorok, jarang mandi, semrawut acak-acakan rambutnya gondrong tetapi banyak juga pelukis yang bersih. Konselor bertanya lagi: Bagaimana pandangan kalian terhadap karakter orang madura? Konseli 2 : Yang pasti karakter orang madura itu keras. Konseli 8 : Belum tentu tidak semua orang madura itu keras. Seanjutnya konselor mengajukan pertanyaan: Apabila kalian mendapat nilai lima pada pelajaran matematika, apa yang kalian lakukan? Konseli 1 : Introspeksi diri mungkin kita tidak belajar dengan sungguhsungguh.

129 116 Konseli 7 : Ya itu mungkin kesalahan gurunya, gurunya tidak senang pada kita. Konseli 4: Yang dikatakan Konseli 1 itu benar kita harus instrospeksi diri kita dulu kenapa kok sampai nilai kita jelek mungkin kita jarang mengerjakan PR, terus kalau ulangan kita tidak belajar. Konselor menceritakan suatu kasus: Misalkan kalian melihat Pak Karto guru matematika, marah kepada Konseli 6 sehingga dihukum, apa tanggapan kalian? Konseli 3 : Ya saya menganggap bahwa Pak Karto itu orang yang galak dan senang menghukum. Konseli 4 : Kalau saya tidak setuju mungkin kenapa Konseli 6 dihukum karena Konseli 6 bandel tidak mengerjakan tugas artau PR jarang mengikuti pelajaran yag penting menghukumnya.

130 117 Pada pertemuan keenam dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif dalam tanya jawab sehingga suasana kelompok terkendali. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik. 7. Pertemuan VII Pada tahap kegiatan ini konselor mendiskusikan mengenai cara meningkatkan sikap positif yang meliputi pengertian, langkah-langkah menumbuhkan sikap positif dan manfaat bersikap positif. Konselor menanyakan: Bagaimana sikap positif kita sebagai pelajar?. sekaligus melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Dan konseli lainnya menanggapi. Konseli 1 : Kita harus belajar dengan giat, mentaati peraturan sekolah seperti memakai seragam lengkap, datang tepat waktu tidak terlambat, selalu mengikuti pelajaran di sekolah atau tidak membolos.

131 118 Konseli 8 : Kita harus sopan terhadap guru, menghormati guru, selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Konseli 6 : Selalu mengikuti upacara bendera sebagai bukti cinta tanah air, tidak hanya guru yang dihormati, petugas TU juga harus kita hormati pokoknya menghormati kepada yang lebih tua. Konseli 5 : Kita harus mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Konseli 8 : Yang jelas kita sebagai belajar kita harus giat belajar. Konseli 6 : Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di sekolah. Konseli 7 : Tidak mencemarkan nama baik sekolah. Konseli 2 : Membuat prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik.

132 119 Konseli 3 : Tidak boleh menyontek. Konseli 4: Jangan membuat gaduh saatpelajaran. Konselor bertanya: Bagaimana sikap positif kita berada dilingkungan keluarga? Para anggota menjawab : Konseli 4: Patuh terhadap perintah orang tua Konseli 2 : Menghormati orang tua, Konseli 1 : Mentaati norma dalam keluarga, Konseli 3 : Menghargai dan menyangi adik/kakak Konseli 8 : Selalu berbuat baik kepada orang tua. Selanjutnya konselor bertanya: Bagaimana sikap positif kita dalam lingkungan masyarakat?

133 120 Anggota kelompok menjawab: Konseli 6 : Selalu mentaati norma yang berlaku dimasyarakat Konseli 6 : Menghargai dan menghormati orang yang lebih tua Konseli 7 : Bersedia menolong tetangga yang mendapat musibah. Sejauh ini pada pertemuan ketujuh saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, jadi dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik ini dapat terlihat dari indikator yang muncul, dan anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara meningkatkan sikap positif. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik. 8. Pertemuan VIII Pada tahap kegiatan ini konselor mendiskusikan mengenai cara mengendalikan dan mengarahkan emosi yang meliputi pengertian emosi, macam-macam emosi dan cara mengendalikan emosi. Konselor bertanya sambil melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana

134 121 keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Bagaimana cara mengenali emosi? Para konseli menjawab Konseli 2 : Contoh emosi misalnya kita punya barang kemudian dihilangkan oleh teman kita kemudian kita marah kemudian memukul maka kita tidak bisa mengarahkan emosi kita, dan akibatnya kita tidak punya teman kemudian dijauhi temanteman. Maka kita harus bisa mengendalikan emosi marah kita. Konselor bertanya kembali: Apabila teman satu kelompok kita ada yang sakit apa emosi kita dan apa yang harus kita lakukan?. Para anggota menjawab : Konseli 1 : Emosi yang muncul adalah sedih, dan akan menjenguk teman yang sakit.

135 122 Konseli 7 : Apa yang dikatakan Konseli 1 benar, kita tidak boleh senang masak teman kita sakit kita malah senang, kita harus mendoakan dia biar cepat sembuh. Konseli 6 : Dalam ajaran agamapun mengajarkan kita untuk menjenguk dan mendoakan orang yang sakit meskipun orang yang sakit itu orang yang dibenci kita. Selanjutnya konselor bertanya: Apabila ada teman kita meraih juara satu dalam lomba bola basket apa emosi kita? Konseli lainnya menanggapi : Konseli 3 Merasa senang dan memberikan selamat kepada teman kita. Konseli 2 : Sama seperti Konseli 3, jadi kita harus bangga kepada teman kita karena berprestasi, sehingga kita bisa termotivasi agar bisa seperti teman kita.

136 123 Konselor bertanya lagi : Apabila nilai Konseli 6 lebih besar dari pada nilai kalian.apa yang dilakukan?. Konseli lainnya menjawab : Konseli 1 : Saya merasa iri tetapi saya akan berusaha agar nilai mereka lebih baik dari Konseli 6 dengan cara belajar dengan giat. Konseli 8 : Emosi yang muncul pertama kali memang emosi iri tetapi kita menjadi termotivasi masak nilai saya kok dibawah Konseli 6. Konseli 4: Ya kita termotivasi agar nilai kita lebih tinggi dari pada Nis tapi motivasi yang positif artinya tidak menghalalkan segala cara biar nilainya lebih baik dari pada Konseli 6mdengan cara menyontek atau berbuat curang. Pada pertemuaan ini semua konseli sudah dapat mengarahkan emosi mereka ke hal-hal yang positif, tanggapan dari para anggota kelompok sangat baik. Sejauh ini para anggota sudah aktif terbuka dalam

137 124 mengemukakan pendapat, ide, dan tanggapan. Dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik, anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara mengendalikan dan mengarahkan emosi. Setiap pertemuan yang telah terlaksana, diakhir kegiatan diadakan evaluasi dan follow up. Konselor dapat mengadakan evaluasi dengan memberikan pertanyaan/angket secara tertulis atau wawancara lisan dengan batas tertentu dan dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan follow up para anggota kelompok sebagai konseli telah dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah ditempuh, melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai kesukacitaan dan keberhasilan untuk kelompok. Para anggota kelompok menyampaikan tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk kehidupan seharihari. Apabila ada konseli yang belum menguasai/kesulitan ataupun permasalahan dapat ditindak lanjuti dengan konseli individu agar dapat membantu permasalahan secara optimal. 9. Perilaku Setelah Bimbingan Kelompok Perilaku konsep diri positif setelah hasil bimbingan kelompok ini menggunakan data hasil alat observasi yang digunakan sehingga mendukung hasil skala konsep diri positif serta untuk mengetahui

138 125 bimbingan kelompok yang dipergunakan sebagai intervensi untuk mengatasi perilaku konsep diri positif dikalangan konseli dapat berjalan efektif. Observasi ini disusun berdasarkan hasil cek list yang berisis 12 item perilaku yang diamati oleh konselor. Pelaksanaan Pre test dan Post test dengan alat ukur observasi langsung dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Post Test dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan Layanan bimbingan Kelompok. Hasil analisis obeservasi dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dari hasil alat observasi check list skala konsep diri antara pre test dan post test kelompok eksperimen. C. Simpulan Hasil Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil Uji T-Test data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil selisih rata-rata hitung pre test -post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, t hitung = 2,002 sedangkan t tabel = 1,943, df = 6 dan p (probabilitas) = 005 < 0,05. Karena, t hitung ( 2,002) > t tabel ( 1,943) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif ditandai dengan adanya perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok. Hal ini didukung oleh hasil analisa check list observasi ini menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125. Dengan demikian hasil analisa data check list observasi dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri positif dan

139 126 pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ini efektifnya untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hipotesa dalam penelitian ini, sehingga dapat dikemukakan simpulan dalam penelitian ini bahwa pengujian hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif, yang ditandai dengan meningkatnya konsep diri positif pada siswa. D. Pembahasan Berdasarkan hasil Uji T-Test data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil selisih rata-rata hitung pre test -post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, t hitung = 2,002 sedangkan t tabel = 1,943, df = 6 dan p (probabilitas) = 005 < 0,05. Karena, t hitung ( 2,002) > t tabel ( 1,943) maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif ditandai dengan adanya perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan Layanan Bimbingan Kelompok Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsep diri pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa konsep diri setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok lebih tinggi atau positif dibandingkan sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok.. Sedangkan hasil dari data check list Observasi, menunjukkan ada selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post

140 127 Test sebesar 3,8125 sehingga hasil analisa data check list observasi ini memperkuat analisa hasil angket skala konsep diri positif dalam pemberian rekomendasi tentang efektifnya perlakuan pemberian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini terdapat 8 konseli dalam kategori rendah yang diberikan layanan bimbingan kelompok mencapai hasil yang maksimal. Setelah mendapatkan treatment atau perlakuan berupa bimbingan kelompok, ternyata terjadi perubahan konsep diri dari yang negatif menjadi positif setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok pada lima indikator konsep diri positif dengan delapan kali pertemuan. Dengan diadakannya kegiatan bimbingan kelompok ini dapat membentuk konsep diri positif pada diri konseli tersebut, juga membuat konseli sangat senang karena dapat menyelesaikan suatu topik atau tema dalam setiap pertemuan secara mendalam dan adanya kerjasama yang baik antara para anggota kelompok dan konselor. Gambaran tentang efektifitas bimbingan kelompok dalam mengembangkan konsep diri positif dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif dari 5 indikatornya yaitu : 1). yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah, 2). merasa setara dengan orang lain, 3). menerima pujian tanpa rasa malu, 4).peka terhadap perasaan orang lain,dan 5). mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Hal ini didukung hasil skor skala konsep diri positif konseli 1 mendapat skor pre test 46 dan post test 94, selisih skor setelah

141 128 diberikan perlakuan adalah 48. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 2 mendapat skor pre test 55 dan post test 109, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 54. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 3 positif mendapat skor pre test 45 dan post test 152, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 67. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 4 mendapat skor pre test 53 dan post test 102, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 49. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 5 mendapat skor pre test 45 dan post test 99, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 54. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 6 mendapat skor pre test 82 dan post test 110, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 28. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 7 mendapat skor pre test 80 dan post test 179, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 99. Hasil skor skala konsep diri positif konseli 8 mendapat skor pre test 67 dan post test 84, selisih skor setelah diberikan perlakuan adalah 17. Dalam kegiatan Layanan bimbingan kelompok ini yang paling utama adalah dengan menggunakan kelompok tugas sehingga terarah apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, dari topik-topik yang dibahas merupakan pengembangan dari aspek-aspek yang terdapat dalam konsep diri positif, dari tiap pertemuan mulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir ini merupakan rangkaian satu kesatuan yang saling berkaitan dari setiap topik yang dibahas sehingga ketika mengikuti kegiatan ini dengan baik maka akan terjadi proses perubahan yang akan mereka alami terutama dalam proses meningkatkan konsep diri yang positif.

142 129 Dari jadwal kegiatan pemberian layanan ini juga berpengaruh, peneliti frekuensi yaitu dua kali dalam seminggu dilakukan karena apabila dilakukan satu minggu sekali ini frekuensinya terlalu lama sehingga membuat siswa jadi lupa dan enggan atau malas untuk mengikuti karena dilakukan selama 8 kali, begitu pula apabila frekuensinya terlalu sering ini akan membuat siswa jenuh dan bosan dari para anggota sehingga ini tidak efektif, dengan pertimbangan hal tersebut maka peneliti menggunakan frekuensi pertemuan dua kali dalam seminggu dan ini sangat efektif untuk mencapai tujuan ini. Berdasarkan hasil kegiatan bimbingan kelompok, ada beberapa kesan yang diungkapkan oleh anggota kelompok, yaitu kegiatan dalam bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat karena dapat menambah wawasan, pengetahuan, mengakrabkan teman, belajar untuk lebih menerima diri, belajar bergaul, belajar lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar pendapat, belajar berkomunikasi, belajar memberi dan menerima atau tack in give, belajar memecahkan masalah, lebih peka kepada orang lain, lebih mengerti bahwa orang lain juga punya masalah, belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain. Layanan yang diberikan untuk suasana kelompok selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa membantu siswa menyusun rencana untuk membuat keputusan yang tepat sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa yang nantinya akan menumbuhkan konsep diri yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus. Layanan bimbingan kelompok

143 130 disekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekolompok siswa untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Gazda, dalam Prayitno dan Amti, 1999:309). Hal ini sesuai dengan perkembangan hasil analisa check list observasi pada konseli 1 mendapatkan skor pre test 6 dan skor post test 10, selisih antara pre test dan post test yaitu 4, konseli 2 mendapatkan skor pre test 5 dan skor post test 6, selisih antara pre test dan post test yaitu 6, konseli 3 mendapatkan skor pre test 4 dan skor post test 8, selisih antara pre test dan post test yaitu 4, konseli 4 mendapatkan skor pre test 7 dan skor post test 10, selisih antara pre test dan post test yaitu 3, konseli 5 mendapatkan skor pre test 8 dan skor post test 12, selisih antara pre test dan post test yaitu 4, konseli 6 mendapatkan skor pre test 4 dan skor post test 7, selisih antara pre test dan post test yaitu 3, konseli 7 mendapatkan skor pre test 8 dan skor post test 11, selisih antara pre test dan post test yaitu 3, konseli 8 mendapatkan skor pre test 3 dan skor post test 6, selisih antara pre test dan post test yaitu 3. Sehingga dapat disimpulkan hasil dari data check list Observasi skala konsep diri antara pre test dan post test kelompok eksperimen diperoleh selisih positif yang menunjukkan adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125 sehingga hasil analisa data check list observasi ini mendukung/memperkuat hasil skala konsep diri positif menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi tentang efektifnya perlakuan pemberian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun pelajaran 2014/2015.

144 131 Pemilihan Layanan bimbingan kelompok merupakan metode untuk menciptakan lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Adanya dinamika dalam kelompok dapat tercipta dengan baik, para konseli sudah merasa memiliki kelompok, ini terlihat para konseli yang selalu hadir pada saat pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Para konseli antusias dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok karena ini berhubungan dengan diri mereka, adanya interaksi yang baik antara konseli dengan konselor, konseli dengan konseli saling memberikan pendapat dan saran ketika kegiatan berlangsung, mengakrabkan teman, belajar untuk lebih menerima diri, belajar bergaul, belajar lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar mengungkapkan pendapat, belajar berkomunikasi, belajar memberi dan menerima atau take in give, belajar memecahkan masalah, lebih peka kepada orang lain, lebih mengerti bahwa orang lain juga mempunyai masalah, belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain. Bimbingan kelompok merupakan tempat bersosialisasi dengan anggota kelompok dan masing-masing anggota kelompok akan memahami

145 132 dirinya dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya, selain itu dalam layanan bimbingan kelompok ketika dinamika kelompok sudah dapat tercipta dengan baik ikatan batin yang terjalin antar anggota kelompok akan lebih mempererat hubungan diantara mereka sehingga masing-masing individu akan merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain, serta timbul penerimaan terhadap dirinya. Menurut teori proses pembentukan konsep diri menurut Centi (1993:16-23) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri antara lain orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat, dan pengalaman sedangkan Calhoun (1995:74) mengatakan bahwa konsep diri dihasilkan dari interaksi dua faktor yaitu diri individu itu sendiri dan lingkungan. Hal ini didukung pendapat Sullivan (2005:101) konsep diri merupakan produk sosial, menjelaskan bahwa individu mengenal dirinya dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Dalam hal ini penilaian orang lain terhadap individu tersebut akan membentuk konsep dirinya sesuai dengan penilaian itu. Misalnya jika individu itu diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, dia akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolaknya, individu akan cenderung tidak menyenangi dirinya. Melalui pengalaman interaksi dengan orang lain dan cara orang lain memperlakukan individu tersebut akan menangkan pantulan tentang dirinya dan akhirnya membentuk gagasan dalam dirinya seperti apakah dirinya sebagai

146 133 pribadi. Pendek kata konsep diri individu itu dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Suasana atau keadaan lingkungan seperti ini ada dalam bimbingan kelompok, seperti yang telah diuraikan sebelumnya di atas sehingga penelitian ini dapat berhasil, bahwa Layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan konsep diri positif. Hal ini didukung oleh pendapat Rahmat (2005:105), setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupunkekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya. Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang

147 134 dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan bimbingan kelompok efektif menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman konsep diri positif bagi dirinya. Layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan konsep diri positif siswa karena layanan bimbingan merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu. Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing.

148 BAB VI TINJAUAN KEMBALI, KESIMPULAN DAN SARAN A. Tinjauan Kembali Perlu kiranya mengadakan suatu tinjauan kembali tentang pokokpokok masalah yang dibahas pada bagian terdahulu sebelum penulis mengambil keputusan. Melalui tinjauan kembali penulis berharap dapat member gambaran secara singkat dan menyeluruh materi dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Positif Pada Siswa Kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan pembahasan Layanan Bimbingan Kelompok menunjukkan bahwa rata-rata tingkat konsep diri pada siswa kelas VIIIG SMP NEGERI 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015 konsep diri setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok lebih tinggi atau positif dibandingkan sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok. Konsep diri siswa mengalami perubahan dari yang negatif menjadi positif setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok pada lima indikator konsep diri positif dengan delapan kali pertemuan. 135

149 136 B. Kesimpulan Berdasarkan data yang peneliti dapat diperoleh, dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses pemberian layanan bimbingan kelompok ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan topik tugas yang diberikan dalam setiap pertemuan dari awal pertemuan pertama yaitu tahap pembentukan hingga tahap akhir yaitu pengakhiran sehingga konsep diri positif pada siswa dari hasil layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif. 2. Hasil Pre Test Angket Konsep diri menunjukkan 8 konseli sebelum diberi perlakuan menunjukkan konsep diri yang tergolong rendah sedangkan hasil pre test check list observasi konsep diri positif bahwa 8 konseli diberi check list juga menunjukkan konsep diri yang rendah. 3. Hasil post test Angket Skala Konsep Diri maka 8 siswa yang tergolong kategori rendah konsep dirinya, setelah diberikan layanan bimbingan kelompok terjadi perubahan yang signifikan dan hasil post test check list observasi menunjukkan adanya perubahan hasil setelah konseli diberi perlakuan. 4. Hasil analisis angket konsep diri positif menunjukkan adanya selisih rata-rata hitung pre test -post test adalah 57,75 dengan SD (Standard deviasi) : 54,81, t hitung = 1,943, df = 6 dan p < 0,05. Karena probabilitas, 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sehingga dapat

150 137 disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga Layanan Bimbingan Kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif. 5. Analisis Data Pre Test dan Post Test Check List Observasi menunjukkan ada selisih positif yang tampak pada adanya peningkatan mean dari hasil Pre Test ke Post Test sebesar 3,8125 dengan demikian hasil analisa check list observasi pada skala konsep diri dapat dipergunakan untuk mendukung/memperkuat hasil analisa angket konsep diri dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Dari analisa data diatas, baik secara kualitatif dan kuantitatif dapat disimpulkan bahwa layanan Bimbingan Kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa kelas VIIIG SMP Negeri 14 Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. C. Saran Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa saran kepada guru pembimbing dan sekolah SMP Negeri 14 Madiun sebagai berikut : 1. Untuk Sekolah Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling baik untuk bimbingan kelompok maupun layanan individual. 2. Untuk Konselor

151 138 a. Layanan Bimbingan Kelompok dapat dipergunakan oleh konselor sebagai salah satu model untuk membantu meningkatkan konsep diri positif pada siswa. b. Mendorong konselor untuk mengembangkan model layanan konseling baik untuk setting kelompok maupun individual dengan pendekatan yang bervariasi dan untuk pengentasan masalh-masalah tertentu. 3. Untuk Siswa Hendaknya para siswa dapat lebih memanfaatkan layanan bimbingan kelompok untuk membentuk konsep diri positif siswa dan memotivasi untuk memanfaatkan layanan bimbingan kelompok sebagai tempat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

152 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Burns, R.B.1993.Self Consept: In Teory Measurement, Development and Behavior. Longman Group Limited.New York. Gazda, George Group Counseling and Group Psychotherapy: Theory and Applications. Boston: Eastern Group Psycotherapy Society. Hurlock.E.B Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan) Alih bahasa : Soedjarno dan Istiwidayanti. Jakarta :Erlangga. Jersild, Arthur.1993.Child Psychology.New York: Englewood Cliffs, N.J.Prentice Hall, INC. Latipun Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press. Masri Singarimbun & Sofyan Effendi Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES. Mulyana, Deddy Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasir, Muh Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah. 139

153 140 Narbuko, C Metodelogi Penelitian Memberi Bekal Pada Mahasiswa Tentang Metodelogi Penelitian Serta Dapat Melaksanakan Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Natawidjaja, Rochman Materi Pokok Bimbingan dan Penyuluhan. Modul 1-3. Jakarta. Depdikbud. UT. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada press. Prayitno dan Amti Dasar-dasar Bimbingan da Konseling. Jakarta ; Rineka Cipta. Prayitno Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia Indonesia. Rahmat, J Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remaja Karya. Romlah, Tatiek Teori dan Praktek Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri Malang. Ruslan, Rosady Manajemen Public Relatoins & Media Komunikasi. Jakarta: PT Raja grafindo Persada. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alvabeta. Winkel dan Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta

154

155 PENDAHULUAN Peserta didik pada usia remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal untuk berbagai aspek kehidupan. Untuk kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai siswa ber-iq (Intelligence Quotions) tinggi gagal untuk menempuh ujian. Tetapi sering kita dengar pula bahwa banyak peserta didik yang memiliki IQ sedang-sedang saja ternyata mereka berhasil untuk menempuh ujian. Bila kita berpikir bahwa diri kita bisa, maka kita cenderung akan sukses, sebaliknya bila kita berpikir bahwa diri kita akan gagal, maka sebenarnya kita mempersiapkan diri untuk gagal. Dengan kata lain harapan terhadap diri sendiri merupakan prediksi untuk mempersiapkan diri sendiri. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan menunjukkan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dipunyainya. Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya inilah yang dikenal dengan konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns, 1993:50). Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri

156 tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupunkekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif adalah individu yang mudah marah, serta tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dengan kata lain individu kurang menerima peraturan/norma yang telah ditetapkan, sehingga ada sifat membrontak pada dirinya yang menentang aturan tersebut. Perilaku siswa yang menyimpang

157 dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Layanan bimbingan kelompok efektif menjadi media untuk membantu siswa untuk pemahaman konsep diri positif bagi dirinya. Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah konsep diri yang positif. Di dalam kelompok, anggota belajar meningkatkan diri dan kepercayaan terhadap orang lain, selain itu mereka juga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan bimbingan kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing. Pemberian layanan bimbingan kelompok dengan 10 kali pertemuan dengan setiap pertemuan 40 menit dilaksanakan mulai tanggal 27 September 2014 sampai tanggal 23 Oktober Adapun jadwal pelaksaan penelitian sebagai berikut:

158 No. Tanggal Materi September 2014 Pre Test September 2014 Pertemuan I Tahap Pembentukan 3. 2 Oktober 2014 Pertemuan II Tahap Kegiatan Contoh kasus konsep diri negatif 4. 4 Oktober 2014 Pertemuan III Tahap Kegiatan Pengertian dan perlunya konsep diri 5. 7 Oktober 2014 Pertemuan IV Tahap Kegiatan Isi dan asal-usul pembentukan konsep diri 6. 9 Oktober 2014 Pertemuan V Tahap Kegiatan Mensikapi permasalahan diri dan orang lain Oktober 2014 Pertemuan VI Tahap Kegiatan Cara meningkatkan kepercayan diri Oktober 2014 Pertemuan VII Tahap Kegiatan Cara menghindari prasangka dan akibatnya Oktober 2014 Pertemuan VIII Tahap Kegiatan Cara meningkatkan sikap positif Oktober 2014 Pertemuan IX Tahap Kegiatan Cara mengendalikan dan mengarahkan emosi Oktober 2014 Pertemuan X Tahap Pengakhiran Evaluasi dan Tindak Lanjut (Follow Up) Oktober 2014 Post Test

159 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Pada pelaksanaan eksperimen layanan bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40). PERTEMUAN PERTAMA TAHAP I PEMBENTUKAN Dalam pertemuan pertama merupakan tahap pembentukan diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok. dan membangun hubungan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan, perlibatan diri atau memasukkan diri dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin Adapun Langkah-langkah dicapai, mulai kegiatan: mempelajari perilaku-perilaku dasar dari rasa menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan mulai belajar

160 p) Konselor membuka pertemuan dengan salam pembuka dan mengawali dengan doa. q) Konselor memperkenalkan dirinya dan anggota kelompok. r) Konselor menjelaskan maksud-tujuan kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok g) Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok. h) Meningkatnya suasana kelompok. i) Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok. j) Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu diantara para anggota. k) Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka. l) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan kelompok. s) Konselor menbacakan tata tertib/aturan dasar kegiatan. t) Konselor menjelaskan pentingnya kejujuran, keterbukaan, dan kerjasama dalam kelompok. u) Konselor menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok: f) Asas kerahasiaan, yaitu semua yang hadir harus menyimpan dan merahasiakan apa saja, data dan informasi yang didengar dan dibicarakan dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Para peserta berjanji tidak akan membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia di luar kelompok. g) Asas keterbukaan, yaitu semua peserta bebas dan terbukamengeluarkan pendapat, ide, saran, dan apa saja yang dirasakannya dan dipikirkannya;

161 tidak merasa takut, malu, atau ragu-ragu, bebas berbicara tentang apa saja, baik tentang dirinya,sekolah, pergaulan, keluarga, dan sebagainya. h) Asas kesukarelaan, yaitu semua peserta dapat menampilkan dirinya secara spontan tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh pembimbing kelompok. i) Asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dan yang dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan peraturan berlaku; semua yang dilakukan dibicarakan dalam bimbingan konseling kelompok harus sesuai dengan norma adat, norma agama, norma hukum, norma ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. j) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain (dalam hal ini anggota kelompok) ketulusan hati, kehangatan dan empati. v) Perkenalan dengan menggunakan permainan Siapa dia? a. Konselor meminta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran b. Konselor meminta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ). Misal: Nama saya Retno, Nama saya Rachman. c. Konselor meminta peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri.

162 Misal : teman saya Retno, saya Mika. d. Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya. e. Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : siapa nama anda? atau siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi? Sebelum memulai permainan ini konselor memberi tahu waktu pelaksanaanya yaitu 5-10 menit. f. Agar siswa lebih jelas dalam melaksanakan permainan konselor memberikan contoh dari permainan yang akan dimainkan. Setelah anggota paham cara permainanya konselor memulai permainan. g. Konselor menyampaikan kalimat yang sudah dibuat kepada salah satu anggota yang mendapat posisi paling belakang. h. Konselor menyuruh anggota tersebut menyampaikan berita keanggota kelompok yang berada didepannya sampai anggota kelompok terakhir dengan kalimat sama.selanjutya sampai barisan anggota paling depan. i. Anggota kelompok paling depan disuruh menyampaikan pesan yang diterima dari anggota sebelumya. j. Setelah waktu berjalan tepat 5-10 menit, konselor mengakhiri permainan,dan meminta kelompok menghentikan permainan.

163 k. Konselor sebagai pemimpin harus melihat permainan anggota dalam melakukan permainan ini.untuk mengamati reaksi atau respon anggota. l. Setelah permainan selesai konselor bisa memberikan hadiah berupa ucapan selamat, atas terselesainya permainan. Contoh: Bagus ternyata anda begitu antusias mengikuti kegiatan ini. m. Konselor meminta anggota duduk dengan posisi melingkar. n. Setelah peserta sudah terlihat santai kembali, konselor Mengajak siswa untuk mendiskusikan atas permainan yang telah dilaksanakannya tadi. Dengan mengajukan pertanyaan yaitu: Apa yang anda rasakan setelah melakukan permainan tadi? Kesulitan apa yang paling mendasar dari permainan tadi? Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal, adalah mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan layanan bimbingan kelompok, menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan layanan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama konselor selama tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Konselor harus dapat memastikan semua anggota berpartisipasi untuk interaksi kelompok sehingga tidak ada seorangpun yang merasa dikucilkan. Sehingga telah membangun kepercayaan

164 kepada anggota kelompok, anggota kelompok telah saling mengenal dengan baik sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik sesama konseli dapat terlibat dan memiliki komitmen yang kuat untuk ikut terlibat dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok TAHAP KEGIATAN Tahap Kegiatan ini dilakukan dalam 8 pertemuan mulai pertemuan kedua hingga pertemuan kesembilan. Pada tahap ini diharapkan suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Pada kondisi demikian konselor perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. Karakteristik tahap transisi ditandai perasaan ditandai perasaan khawatir, defence (bertahan)

165 dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin kelompok perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa mendengarkan. PERTEMUAN II Pada tahap kegiatan ini untuk mengali contoh kasus-kasus konsep diri negatif. Tahap ini merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk digali untuk kelompok, dan belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral

166 sekaligus memahami kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring umpan balik yang diterima dan membuat kesimpulan yang komprehensif dari berbagai pendapat masukan-masukan untuk pembahasan kelompok dan memutuskan apa yang harus dilakukannya nanti. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah masingmasing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas. masingmasing anggota secara bebas menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah secara tuntas. Adapun fungsi utama dari konselor pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk menerapkan untuk menerapkan tingkah laku untuk kehidupan sehari-hari.

167 Contoh kasus: Ada seorang Cewek cantik tapi tidak percaya diri... mau dirayu pacarnya hanya karena takut diputus pacarnya saja ia mau menyerahkan keperawanannya. Langkah-langkah kegiatan selanjutnya: (11) Konselor bertanya kepada masing-masing konseli mengenai konsep diri mereka. Misalnya dengan pertanyaan: a) Apa yang dimaksud dengan konsep diri? b) Bagaimana menurut kamu, apa itu konsep diri? Konselor membuat diskusi dengan anggota kelompok mengenai konsep diri positif.

168 c) Ada yang tahu mengenai konsep diri positif? Selanjutnya setiap pendapat konseli, yang dilakukan konselor adalah (8) memberikan penguatan pada setiap anggota kelompok yang telah menyampaikan pendapatnya (9) memberikan kesimpulan dari hasil diskusi. (10) Konselor bertanya kepada kelompok mengenai usaha yang dilakukan dalam meningkatkan konsep diri. (11) Konselor menyimpulkan kembali hasil diskusi. (12) Konselor menjelaskan pentingnya konsep diri. (13) Konselor menjelaskan konsep diri dari sudut teori. (14) Konselor memotivasi konseli untuk terus berusaha merubah perilaku yang dapat menimbulkan rendahnya konsep diri. (15) Membuat kontrak kontigensi adalah dengan menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan, atau menghentikan dari setiap konseli (16) Konselor pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingkah laku kelompok yang di inginkan dengan cara menberikan hadiah jika anggota berhasil melakukan perubahan atas perilakunya.

169 Pertemuan III Pada tahap kegiatan membahas pengertian dan perlunya konsep diri. Materi 1). Pengertian Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting untuk setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Menurut Burns (1993:7) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain

170 mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Untuk kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi

171 kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya. 2). Jenis-jenis Konsep diri Menurut William (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa untuk menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Selanjutnya William (dalam Rakmat, 2005:105), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif meliputi: a. Yakin akan kemampuan untuk mengatasi masalah. Merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Orang yang memiliki konsep diri positif akan percaya diri, bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku, lebih mantap menghadapi masalah sebagai suatu ujian dan memandang segala sesuatunya

172 ditanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. b. Merasa setara dengan orang lain. Selalu merendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain. Tidak melakukan suatu hal yang menyakiti orang lain, tidak menyombongkan diri atas sesuatu yang dimiliki, dan tidak memandang rendah orang lain atas ketidak sempurnaannya. c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya,tidak meremehkan orang lain. Orang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa sangat senang terhadap segala macam pujian yang ditujukan kepadanya. Sehingga segala bentuk pujian dan tindakan yang menjunjung harga diri akan menjadi perhatian utamanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri positif yang akan menghargai pujian dari orang lain tanpa merendahkan ataupun sombong. d. Peka terhadap perasaan orang lain. Menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Lebih peka terhadap perasaan orang lain terhadap segala sesuatu yang terjadi padanya.

173 e. Mampu memperbaiki karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Mampu mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri rendah akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari lingkungannya. 3). Pentingnya Konsep Diri Setiap individu pasti memiliki konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Siswa yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif untuk berbagai situasi. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Siswa yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Untuk hal ini siswa dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun siswa yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupunkekurangannya atau sesuatu yang ia hargai untuk hidupnya.

174 Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rahmat, 2005:105). Konsep diri merupakan penentu sikap individu untuk bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Langkah-langkah: 1. Konselor menanyakan ada yang tahu apa yang dimaksud dengan konsep diri? Anggota kelompok memberi tanggapan/pendapat 2. Konselor menyimpulkan berdasarkan pendapat dari anggota yang disesuaikan dengan materi yang ada. 3. Setelah itu para konseli mendiskusikan berdasarkan kasus pada pertemuan pertama dilihat dari tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif. Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya peristiwa yang terjadi pada kasus kemarin. 4. Konselor memberikan contoh sebagai gambaran para anggota kelompok tentang perlunya konsep diri yang positif. 5. Konselor menanyakan menanyakan apakah kalian sudah memiliki konsep diri yang positif.

175 6. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif dan akan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 7. Secara umum dapat disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok dalam pertemuan kali ini dapat terlaksana dengan baik melihat dari beberapa indikator yang sudah muncul seperti Anggota kelompok sebagai konseli telah mendapatkan pemahaman baru dari pengertian konsep diri, jenisjenis konsep diri dan perlunya memiliki konsep diri yang positif.

176 PERTEMUAN IV Pada tahap kegiatan ini membahas isi dari pada konsep diri dan selanjutnya asal-usul atau faktor pembentuk konsep diri Materi 1). Isi Konsep Diri Menurut Burns (dalam Jersild 1993: ) mendiskripsikan aspek dari konsep diri meliputi: a. Karakteristik fisik Karakteristik yang merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan individu satu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain tentang dirinya sendiri. b. Penampilan Penampilan dari setiap individu tentunya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, hal ini dapat menggambarkan kepribdian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make-up, dengan keadaan seperti ini, individu dimungkinkan percaya diri atau tidak. c. Kesehatan dan kondisi fisik Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu untuk menjalani hidup ini apabila kesehatan dan kondisi fisik tidak baik akan

177 mengakibatkan gangguan kurang percaya diri, yang berakibat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif yang memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau lemah. d. Rumah dan hubungan keluarga Rumah dan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan luar. Di rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan sebagai suatu informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup individu untuk berinteraksi, untuk itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat individu senang dan bahagia dengan rumah dan hubungan keluarga yang dimilikinya, tetapi seorang individu yang rumah dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik. e. Hobi dan permainan Hobi dan permainan sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha meningkatkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya. Individu yang memiliki hobi dan permainan yang dapat dikembangkan secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk meningkatkannya dan tentunya individu itu akan dipandang lingkungan sekitarnya. f. Sekolah dan pekerjaan sekolah Sekolah merupakan tempat belajar individu untuk tahap pencarian ilmu. Untuk sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi diuntuk mengerjakan tugas-tugas sekolah.

178 g. Bakat dan minat Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang dan biasanya timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas atau asal-asalan, sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa atau tidak percaya diri. i. Ciri kepribadian Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tenpramen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu untuk bertindak atau untuk berfikir, misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, untuk segi kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau dia berhak mengaturnya. j. Sikap dan hubungan sosial Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan dengan teman sebaya. Seorang individu ekstrovet cenderung akan senang dengan keadaan ramai dan akan mudah untuk mencari teman atau memulai pembicaraan, hal ini dapat membuat individu itu semakin bertambah wawasan, informasi, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan pada individu introvert akan cendeung menutup diri, dan berusaha menjauh dari teman-temannya dengan berpikiran dirinya mempunyai banyak kelemahan. Para konseli memberi pendapat tentang dirinya dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki : Pada pertemuan ini konselor mengajak konseli untuk meningkatkan diri artinya akan berusaha menutupi kelemahan yang ada pada diri mereka dengan cara menanyakan atau membuat komitmen kepada semua konseli apakah anggota

179 kelompok akan berusaha untuk mempunyai konsep diri positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengetahui faktorfaktor yang membentuk konsep diri positif. Semua anggota menjawab bersedia untuk berusaha mempunyai konsep diri positif.

180 PERTEMUAN V Pada pertemuan ini membahas bagaimana kita menyikapi permasalahan diri dan orang lain. Konselor bertanya apabila kita punya masalah, kemudian ada teman kita yang minta bantuan apa yang harus kita lakukan? Para anggota kelompok saling memberikan pendapatnya mengenai permasalahan dan observasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut.

181 PERTEMUAN VI Pada tahap kegiatan ini membahas cara meningkatkan kepercayaan diri yang didalamnya terdapat pengertian percaya diri Dengan bantuan teman-teman dalam kelompok, salah satu konseli dibantu untuk dapat memecahkan masalahannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan konseli lain untuk memecahkan permasalahan orang lain. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik. Para konseli sepakat untuk memecahkan masalahnya. Setelah tahu persalahannya maka para anggota pun memberi saran : Pada pertemuan kelima layanan bimbingan kelompok ini, diharapkan situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir,, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif mengemukakan pendapatnya sehingga suasana kelompok terkendali. Sejauh ini para konseli sudah mulai terbuka dalam mengemukakan pendapatnya.

182 PERTEMUAN VII Pada tahap kegiatan ini, membahas cara menghindari prasangka dan akibatnya Pada pertemuan ini diharapkan pemberian layanan bimbingan kelompok ini situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik, anggota kelompok mau aktif dalam tanya jawab sehingga suasana kelompok terkendali. Secara keseluruhan proses dalam kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan dengan baik.

183 PERTEMUAN VIII Pada tahap kegiatan ini membahas cara meningkatkan sikap positif Konselor menanyakan: Bagaimana sikap positif kita sebagai pelajar?. sekaligus melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Dan konseli lainnya menanggapi. Pada pertemuan ketujuh saat pemberian layanan bimbingan kelompok ini, diharapkan situasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, jadi dinamika kelompok sudah dapat muncul dengan baik ini dapat terlihat dari indikator yang muncul, dan anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara meningkatkan sikap positif.

184 PERTEMUAN IX Pada tahap kegiatan ini konselor mendiskusikan mengenai cara mengendalikan dan mengarahkan emosi yang meliputi pengertian emosi, macam-macam emosi dan cara mengendalikan emosi. Konselor bertanya sambil melakukan pengamatan proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan mengamati sejauhmana keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Pada pertemuaan ini semua konseli diharapkan dapat mengarahkan emosi mereka ke hal-hal yang positif, tanggapan dari para anggota kelompok sangat baik, para anggota sudah aktif terbuka dalam mengemukakan pendapat, ide, dan tanggapan. Dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik, anggota kelompok begitu kompak dalam membahas topik cara mengendalikan dan mengarahkan emosi.

185 PERTEMUAN KE X TAHAP PENGAKHIRAN Pada tahap Pengakhiran membahas hal-hal yang telah dipelajari pada bimbingan kelompok dan mampu menerapkan pada kehidupan anggota sehari-hari Sekaligus evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Pada tahap ini konselor berusaha membantu konseli untuk mengalihkan perubahan yang telah diperoleh kedalam kelompok kepada keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari. Pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota sehari-hari, mentransfer apa yang telah mereka pelajari untuk menerapkan untuk kehidupan sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir. Selama tahap akhir kelompok akan muncul sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan perpisahan. Para anggota memutuskan tindakantindakan apa yang harus mereka ambil. Tugas utama yang di hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari untuk kelompok ke dunia luar. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri,

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok 2.1.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF Rury Muslifar Program

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang berkembang dan mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal

Lebih terperinci

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Sri Redjeki FIP IKIP Veteran Semarang Email : basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Setiap manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH Dyah Rahayu Armanto (dyahrahayuarmanto15@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh prestasi akademik sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan konsep pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peserta didik pada usia remaja di sekolah sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA FILM TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK INCREASEMENT OF STUDENT IS SELF ADJUSTMENT WITH PEER GROUP USING GROUP COUNSELING SERVICES Octaria Nawala (octaria.nawala@yahoo.com)

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing II. TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang Teoritis Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang saling berkaitan. Variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok dan variabel terikat adalah berpikir positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN

STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN STUDI KASUS PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA MENYONTEK SAAT ULANGAN DI SMK MAMBAUL FALAH PIJI DAWE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh MOH NUR ACHSIN NIM. 200731026 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK UNTUK MENANGANI SIKAP PERCAYA DIRI RENDAH PADA SISWA KELAS X SMA 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK UNTUK MENANGANI SIKAP PERCAYA DIRI RENDAH PADA SISWA KELAS X SMA 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 PENERAPAN KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK UNTUK MENANGANI SIKAP PERCAYA DIRI RENDAH PADA SISWA KELAS X SMA 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas 12 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas XII SMA Negeri 1 Labuhan Maringgai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Nawa Kartika, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, yang berlokasi di Jalan Raya Solo Wonogiri

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF SIMULATION TECHNIQUES TO IMPROVE INTERPERSONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian dan lokasi serta sampel

Lebih terperinci

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI DI SMK PEMUDA PAPAR KAB KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI DI SMK PEMUDA PAPAR KAB KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI DI SMK PEMUDA PAPAR KAB KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE EEFECTIVENESS OF DISCUSSION TECHNIQUES TO IMPROVE DISCIPLIN IN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Windra Kepala SDN 005 Banjar Guntung Kecamatan Kuantan Mudik windra157@gmail.com ABSTRAK Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH : PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG PEMAHAMAN DIRI TERHADAP RASA RENDAH DIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA- 1 SMAN 1 CAMPURDARAT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH: PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI PEMASARAN 1 SMK YP 17 PARE TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN JURNAL UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE WAY TO INCREASE THE RESPONSIBILITY OF STUDY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1978) mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya.

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal,

Lebih terperinci

ISTIQOMAH NIM:

ISTIQOMAH NIM: STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIOR UNTUK MENGATASI MALAS BELAJAR SISWA KELAS V SD 2 JEPANGPAKIS KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ISTIQOMAH NIM: 2008-31-175 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA 1 MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA Fatwa Mustika Adji (fatwamustikaadji@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Didalam dunia pendidikan saat ini terjadi kesadaran akan pentingnya penerimaan atas diri. Salah satunya adalah menghargai diri sendiri. Dalam hidup ini kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi kemampuan lebih dibanding makhluk lain. Kelebihan dan keunggulan manusia dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Oleh: UTHA CAHYA SEPTIADI A

Oleh: UTHA CAHYA SEPTIADI A PENGARUH STRATEGI BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN SISWA KELAS V SD N KESTALAN NO. 05 SURAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Norma Indah Pratiwi 1 (Norma_sweety26@yahoo.com) 2 Yusmansyah 3 Shinta mayasari ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR DI SEKOLAH (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Siswa Kelas VIII i SMP Negeri 2 Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016) SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

SUISWATI A SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SUISWATI A SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR, FASILITAS BELAJAR, DAN CARA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 SULANG REMBANG TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Disusun oleh: Candra Setyabudi NIM: 111444200076 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

THE EFFECTIVENESS OF GRUP COUNSELING BASED GAMES TO IMPROVE PEER COMMUNICATION SKILLS OF CLASS VIII-E STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TALUN IN ACADEMIC YEAR

THE EFFECTIVENESS OF GRUP COUNSELING BASED GAMES TO IMPROVE PEER COMMUNICATION SKILLS OF CLASS VIII-E STUDENTS OF SMP NEGERI 1 TALUN IN ACADEMIC YEAR JURNAL EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI TEMAN SEBAYA SISWA KELAS VIII-E DI SMP NEGERI 1 TALUN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA SERING TIDAK MASUK SEKOLAH KELAS X SMK NU LASEM REMBANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA SERING TIDAK MASUK SEKOLAH KELAS X SMK NU LASEM REMBANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA SERING TIDAK MASUK SEKOLAH KELAS X SMK NU LASEM REMBANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh NUR HANDAYANI NIM. 200831045 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada

II. TINJAUAN PUSTAKA. diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada 18 II. TINJAUAN PUSTAKA Sebelum membahas lebih lanjut mengenai bimbingan kelompok, disini akan diberikan gambaran umum mengenai bidang-bidang bimbingan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian disiplin belajar Disiplin merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mendididk dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN Azhar, Enny Fitriani 1) dan Zakiah Hasibuan 2) 1) Dosen FKIP UMN Alwashliyah dan

Lebih terperinci

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017

JURNAL THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA TECHNIQUE TO MINIMIZE HIGH BULLYING BEHAVIOR AT EIGHT GRADE OF SMPN 2 PAPAR ACADEMIC YEAR 2016/2017 Artikel Skripsi JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MEMINIMALISIR PERILAKU BULLYING TINGGI PADA SISWA KELAS VIII F DI SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFECTIVENESS OF SOCIODRAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMA SANTO MICHAEL SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Irma Oktaviani Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta SIMPOSIUM GURU JUDUL : Upaya Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas X TS A SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons

Lebih terperinci