BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa"

Transkripsi

1 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa yang terisolir, dengan hasil sebagai berikut. Tabel 4. 1 Hasil Sosiometri Kelas VIII SMPN 11 Bandung Tahun Pelajaran No Kelas Jumlah Siswa Siswa Terisolir Total L P L P Total 1 VIII VIII VIII VIII Jumlah Berdasarkan tabel 4.1 dari jumlah siswa sebanyak 156, terdapat sebanyak 13 orang termasuk terisolir, jika dirata-ratakan berjumlah 8,3%. Dalam satu kelas berarti terdapat sekitar 8,3% siswa yang terisolir. Siswa terisolir laki-laki berjumlah 5 orang (3,2%), sedangkan siswa perempuan terisolir berjumlah 8 orang (5,1%). Dengan demikian jumlah siswa terisolir perempuan lebih banyak daripada siswa terisolir laki-laki. Hasil tersebut diatas sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heri Suherlan (2005) yang menyatakan dalam 100 orang siswa terdapat 14,14 % siswa yang termasuk

2 63 kategori terisolir, artinya dari setiap seratus orang siswa, terdapat 14 orang siswa terisolir. Siswa terisolir tidak hanya disebabkan kemampuan penyesuaian sosialnya yang rendah, tetapi bisa saja karena siswa tersebut menunjukkan sikap atau penampilan yang tidak diterima oleh teman-temannya. Yaya Sunarya (1999) menyebutkan bahwa siswa terisolir disebabkan oleh dua hal yaitu penerimaan sosial yang tidak wajar dari teman sekelompoknya dan ketidakmampuan melakukan hubungan sosial. Penelitian Smith (Yaya Sunarya, 1999) melaporkan bahwa anak-anak yang paling disukai adalah anak-anak yang tidak mementingkan diri sendiri, tidak berat sebelah dan selalu mementingkan orang lain. Senada dengan hasil penelitian diatas, hasil studi sosiometri Thibaut (1959, 49) menunjukkan bahwa seseorang cenderung dipilih menjadi sahabat atau teman kerja, jika dia dianggap mampu untuk membantu orang lain dan dapat berbuat sesuatu tanpa orang lain itu merasa tertekan. Sebaliknya seseorang itu ditolak (rejected) jika dia gagal memberi bantuan kepada orang lain mampu berbuat tapi tidak melakukannya, atau jika kehadirannya dapat menimbulkan perasaan cemas atau tidak senang pada orang lain. Berdasarkan hasil jawaban tertulis teman kelas mengenai karakter yang ditampilkan oleh siswa terisolir tersebut diatas, ternyata penyebab mereka tidak dipilih sebagai teman karena mereka cenderung menunjukkan sikap-sikap yang tidak disenangi atau tidak bisa diterima.

3 64 Hurlock (1980) mengemukakan salah satu hal yang dapat menyebabkan remaja ditolak oleh teman sekelompoknya adalah karena sifatsifat kepribadian yang mengganggu, lebih lengkap Hurlock menjelaskan bahwa sindrom penolakan tersebut diantaranya kesan pertama yang menyenangkan (penampilan menarik, sikap yang tenang, dan gembira), Reputasi sebagai seorang sportif dan menyenangkan, Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, sopan, dll), Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan. Jika siswa tidak mampu menunjukkan kesan yang menyenangkan kepada teman-temannya, tidak bisa bersikap sportif, pengertian, menyenangkan maka ia akan cenderung untuk dijauhi. Austin dan Thompson (Hawkes, 1962: 85) melaporkan bahwa alasan mengapa seseorang memilih yang lain sebagai sahabat yang paling baik adalah (1) karena ciri-ciri pribadi tertentu sebanyak 53,3%, seperti kegembiraan, kebahagiaan hati, kehangatan, dan kemurahan hati; (2) kesamaan minat dan hobi 22,2%, (3) alasan penampilan fisik 6,8%. Berdasarkan hasil penelitian, jelas bahwa penyebab siswa terisolir dalam penelitian ini karena tidak diterima secara social oleh teman-temannya. Hal itu disebabkan mereka berperilaku yang dianggap tidak menyenangkan oleh teman-temannya. B. Gambaran Umum Kemampuan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII Gambaran umum mengenai kemampuan penyesuaian sosial siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

4 65 Tabel 4. 2 Gambaran Kemampuan Penyesuaian sosial Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11 Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010 Kategori Rentang Skor Sampel f % Tinggi Sedang Rendah Jumlah Berikut disajikan dalam grafik kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMPN 11 Bandung tahun 2009/2010. Grafik 4. 1 Gambaran Umum Kemampuan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII SMPN 11 Bandung Tahun 2009/2010

5 66 Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas, kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bandung pada umumnya berada pada kategori sedang (79%). Ini berarti, siswa sudah memenuhi atau memiliki sebagian besar aspek-aspek yang diperlukan dalam penyesuaian sosial. Selanjutnya diperlukan suatu upaya untuk memfasilitasi siswa untuk mampu mencapai aspek-aspek kemampuan penyesuaian secara menyeluruh. Sebagian siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Bandung (21%) berada pada kategori tinggi. Ini berarti, siswa tersebut sudah memiliki atau mampu memenuhi aspek-aspek yang diperlukan dalam penyesuaian sosial. Siswa yang termasuk kedalam kategori tinggi ini sudah mampu menyesuaikan diri, kemudian berinteraksi dengan teman sebayanya. Ketika siswa sudah mampu menyesuaikan dan berinteraksi berarti dapat bekerjasama dengan temannya dalam situasi kelompok. Dalam situasi kelompok siswa yang termasuk ke dalam kategori ini, mampu mengontrol diri, berempati dan menghargai temannya. C. Aspek Kemampuan Penyesuaian Sosial a. Kelompok Eksperimen Pertemuan pertama penelitian terhadap kelompok ekperimen dimulai dengan melaksanakan pre test, kegiatan ini dilaksanakan bersamaan antara kelompok ekseprimen dengan kelompok kontrol. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2009.

6 67 Pertemuan kedua merupakan pemberian perlakuan pertama kepada kelompok eksperimen dengan memberikan permainan peleburan diri dan siapakah kamu?. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 31 Agustus Pertemuan kedua ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam memulai dan membina interaksi dengan teman. Pada pertemuan ini, terlihat suasana kelompok masih sedikit kaku tetapi peserta terlihat mau mengikuti semua kegiatan sebaik mungkin. terlihat beberapa peserta aktif dalam bertanya, sedangkan yang lain mengikuti perintah dengan baik. Refleksi peserta pada jurnal permainan sosial pertemuan kedua IS JHS JS RRF RB IR : Bahwa kita tidak boleh membuang-buang waktu. : Kita dapat mengenal juga berinteraksi terhadap orang lain dengan cara yang menyenangkan. : saya mendapat segala profil seseorang dan mengetahui kelebihan Dan kekurangan seseorang. : mendapat teman baru dan bisa tahu kepribadian orang lain yang Baru kita kenal dan harus lebih berani untuk bertanya. : kita harus tahu apakah sifat-sifat orang/teman yang kita kenal. : kita harus lebih aktif bertanya kepada seseorang yang belum kita Kenal. Pertemuan ketiga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan teman. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 3 September Permainan yang diberikan adalah permainan gambaran teman. Pada pertemuan ini, terlihat kelompok sudah mulai tidak kaku, komunikasi terlihat sudah mulai terjalin. Walaupun mereka adalah teman yang berbeda kelas tetapi mereka tidak canggung dalam berkomunikasi lisan.

7 68 Bahkan sudah mulai berani untuk meminta maaf ketika gambarannya jelek, atau memaklumi hasil gambaran teman pasangannya. Hal tersebut merupakan sebuah perkembangan yang baik. Refleksi peserta pada jurnal permainan sosial pertemuan ketiga IS JHS JS RRF RB IR : akrab dengan teman ternyata mengasyikkan. : kita dapat mengetahui seberapa orang itu ingin menjadi apa saja Dan yang ingin dia lakukan. : saya mengetahui profil teman dengan sifatnya : berani untuk memperkenalkan teman, berani berbicara di depan orang lain. : kita tidak peduli mau teman menilai kita aneh : kita bisa memilih seseuatu yang jauh lebih penting dari kebutuhan yang tidak terlalu dibutuhkan. Pertemuan keempat diadakan pada tanggal 7 September Pertemuan ini bertujuan mengembangkan minat untuk ikut serta dan bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Permainan yeng diberikan adalah kerajaan batu. Pada permainan ini kelompok eksperimen dibagi menjadi dua kelompok yang beranggotakan masing-masing tiga orang. Pada permainan ini terlihat kelompok merasa senang. Mereka terlihat menyusun strategi, berusaha menolong teman yang tertangkap, berusaha untuk menang, tetapi terkadang terlihat dalam usaha untuk memenangkan pertandingan anggota berjuang sendiri. Tetapi terlihat pula peserta memahami maksud dari permainan untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama. Refleksi pesertapada jurnal permainan sosial pertemuan keempat IS : permainan yang baik pasti hasilnya juga akan baik.

8 69 JHS JS RRF RB IR : kita dapat bekerja dengan orang lain karena bekerjasama Menyenangkan dan mempercayai orang lain. : kita harus bekerjasama satu sama lain. : kita belajar untuk bekerjasama : kita harus saling menjaga satu sama lain. : kita harus saling bekerjasama meski dengan orang yang belum Kita kenal. Pertemuan kelima diadakan pada 10 September pertemuan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam mengatasi konflik dengan teman. Permainan yang diberikan adalah permainan menjaga harta karun. Dalam pelaksanaannya terlihat peserta sangat fokus, baik sebagai penjaga harta atau perebut harta, semua terlihat berambisi untuk menjadi penjaga harta karun. Terlihat para perebut mencoba menggoda penjaga dengan gerakan-gerakan menipu, memberikan sindiran-sindiran agar penjaga harta karun lengah. Terlihat dalam permainan ini, semua bisa menjaga emosi untuk tidak marah atau terpengaruh oleh sindiran orang lain. Walaupun para perebut harta terus menggoda penjaga bisa tetap tenang melakukan tugasnya. Refleksi peserta pada jurnal permainan sosial pertemuan kelima IS JHS JS RRF RB IR : menjaga suatu barang itu harus sungguh-sungguh. : tidak marah jika barang kita diambil, namun kita harus berusaha Menjaga barang itu dengan teliti. : melindungi hal yang penting : untuk lebih menjaga apa yang kita punya. : jadi kalau kita punya harta harus dijaga baik-baik. : kita harus lebih teliti, sigap, dan berhati-hati.

9 70 Pertemuan keenam diadakan pada tanggal 1 Oktober pertemuan ini bertujuan untuk mengembangkan empati, kepekaan terhadap teman. Permainan yang diberikan adalah permainan geng buta. Dalam permainan ini dipilih satu pemimpin untuk memimpin teman-temannya yang harus berjalan dengan mata tertutup. Dalam pemilihan pemimpin terlihat semua antusias untuk ingin menjadi pemimpin sehingga pemilihan dilakukan melalui undian. Ketika memulai permainan semua terlihat tegang, hati-hati, saling berpegangan. Pemimpin berusaha untuk mengarahkan anggotanya. Menerima hasil undian, rasa peka terhadap teman, perasaan senasib sepenanggungan sangat kental terlihat dalam permainan ini, pemimpin juga terlihat berusaha keras dalam mengarahkan anggotanya sampai ke tujuan. Refleksi pesertapada jurnal permainan sosial pertemuan keenam IS JHS JS RRF RB IR : mengatur sesuatu itu tidak gampang. : Kita dapat bekerja dengan orang lain karena bekerjasama Menyenangkan dan mempercayai orang lain. : kita harus menjadi pemimpin yang berguna untuk anggotanya : bisa menjadi pemimpin dan memberi arahan kepada teman. : kita harus bisa menjadi pemimpin. : kita harus mendengarkan suruhan dari pemimpin. Pertemuan ketujuh merupakan pertemuan terakhir dalam pemberian permainan. Pertemuan ini diadakan pada tanggal 2 Oktober pertemuan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan sikap saling menghargai dengan orang lain. Kelompok dipersilakan duduk, kemudian saling mengungkapkan penghargaan kepada orang lain secara bergiliran. Mereka

10 71 bebas mengemukakan kesan, saran, dan kritikan terhadap sesama. Kelompok ini mampu untuk bisa saling menghargai. Refleksi peserta pada jurnal permainan sosial pertemuan ketujuh IS JHS JS RRF RB IR : lebih menghargai orang lain dan orang yang lebih berguna untuk orang lain. : lebih bisa bergaul dan orang yang mudah akrab juga memiliki banyak teman. : baik, ramah, mudah memberi penghargaan. : lebih menghargai orang lain. : ingin bisa memimpin kelompok. : menjadi orang yang berfikir jauh lebih teliti, berhati-hati dalam Mengerjakan sesuatu dan bekerjasama dengan siapa saja/ Berteman dengan siapa saja. Pertemuan kedelapan adalah akhir pertemuan dari rangakain kegiatan. Kegiatan terakhir ini kelompok eksperimen dan kontrol bertemu untuk melaksanakan post test. Tabel 4. 3 Kemampuan Penyesuaian Sosial Kelompok Eksperimen (sebelum dan setelah treatment) No Aspek % % Selisih Kemampuan Penyesuaian Sosial Pre-test Post-test (%) 1 Kemampuan dalam bekerjasama Kemampuan dalam menyesuaikan diri Kemampuan dalam berinteraksi Kemampuan dalam mengontrol diri Kemampuan berempati Kemampuan menghargai orang lain

11 72 Berdasarkan tabel 4.3, peningkatan dalam aspek kemampuan dalam bekerjasama ini mencapai 4%. Artinya siswa kelas VIII sudah mulai menunjukkan perkembangan yang bagus. Kerjasama terlihat dalam kegiatan permainan, khususnya permainan yang membutuhkan kerjasama seperti kerajaan batu, geng buta, gambaran teman. Walaupun diperkenalkan dalam sebuah kelompok dalam waktu yang cepat, tetapi mereka berusaha untuk bekerjasama walaupun masih terlihat rasa kaku ketika melakukan kegiatan. Hal tersebut merupakan awal yang bagus. Dalam memasuki masa remaja, siswa dituntut untuk mampu membina hubungan dengan teman sebaya baik sesame jenis maupun lawan jenis. Hurlock (1980) menyebutkan dalam waktu yang singkat remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai lawan jenis, inilah perubahan yang terjadi pada perilaku sosial remaja. Bekerjasama dengan teman sebaya pada awal masa remaja bagi beberapa remaja mungkin menjadi kesulitan. Tetapi dengan semakin banyaknya melakukan partisipasi sosial akan meningkat pula kemampuan penyesuaian sosialnya. Dalam penelitian ini kemampuan tersebut dikembangkan melalui permainan sosial. Yusuf (Euis Kurniati, 2006:152) menyebutkan bahwa dengan permainan dapat menyebabkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan kooperatif (kerjasama). Dalam aspek kemampuan menyesuaikan diri peningkatan mencapai 9%. Hal ini menunjukkan sebuah perkembangan yang bagus. Ketika pertama kali bertemu suasana seakan kaku. Tetapi, setelah mengikuti beberapa

12 73 permainan awal seperti :siapakah kamu, peleburan diri, dan gambaran teman;terlihat mereka mulai bisa menyesuaikan diri. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, baik dirumah maupun disekolah, maka kemampuan dalam menyesuaikan diri semakin membaik. Hurlock (1980) mengistilahkanya sebagai wawasan sosial, dengan semakin meluasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial menyebabkan penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik. Peningkatan dalam aspek kemampuan dalam berinteraksi adalah peningkatan tertinggi mencapai 12%. Interaksi yang terjalin pada saat kegiatan sangat bagus, interaksi sudah mulai bagus ketika pertemuan kedua. Artinya pada pertemuan awal mereka sudah berkomitmen untuk mengikuti kegiatan dengan bersungguh-sungguh. Sehingga interaksi yang terjalin dari awal hingga akhir kegiatan berjalan bagus. Kemampuan dalam mengontrol diri mengalami peningkatan sebesar 4%. Aspek ini merupakan aspek yang terlihat sulit untuk berkembang. Keinginan untuk menguasai permainan, keinginan untuk memimpin kelompok, dan keinginan untuk menang sangat kental terlihat. Terkadang keinginan untuk menguasai permainan, keinginan untuk menang dilakukan dengan cara yang curang, tetapi dengan pengarahan dan bimbingan mereka bisa mengontrol keinginan-keinginan tersebut. Euis Kurniati (2006) mengemukakan dalam menghindarkan diri dari kegiatan yang dapat membahayakan dirinya, munculnya sikap menahan diri dari kegiatan yang

13 74 bukan gilirannya menunjukkan siswa sudah memiliki kemampuan mengontrol diri. Kemampuan dalam berempati mengalami peningkatan sebesar 5%. Kemampuan ini terlihat mulai ada ketika kegiatan awal, sikap-sikap seperti meminjamkan alat tulis, memberitahu petunjuk, memberi tempat duduk sudah terlihat. Dalam melakukan kegiatan pun sudah terlihat rasa empati, seperti menolong teman yang jatuh, memberi air minum pada teman yang kehausan. Untuk anak-anak yang secara sikap tidak disenangi oleh teman sekelasnya hal tersebut suatu kemajuan yang bagus. Borba (2001) mengatakan bahwa empati merupakan kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Wantah (2004) mengatakan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan mendapatkan penghargaan dari orang lain seperti pengakuan terhadap sesuatu yang telah dilakukannya. Dalam penelitian ini, kemampuan dalam menghargai orang lain ini mengalami peningkatan sebesar 5%. Kemampuan untuk menilai kelebihan dan kelemahan diri sendiri, kemampuan menilai kelebihan dan kelemahan orang lain, dan mampu mengungkapkan hal tersebut dengan cara yang baik terlihat pada kegiatan. Khususnya ketika melakukan kegiatan ke-7 yaitu penghargaan. Berikut disajikan grafik perubahan aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (post-test).

14 75 Grafik 4. 2 Perbedaan hasil Pre-test dan Post-Test Kelompok Eksperimen b. Kelompok Kontrol Tabel 4. 4 Kemampuan Penyesuaian Sosial Kelompok Kontrol (pre-test dan post-test) No Aspek % % Selisih Kemampuan Penyesuaian Sosial Pre-test Post-test (%) 1 Kemampuan dalam bekerjasama Kemampuan dalam menyesuaikan diri Kemampuan dalam berinteraksi Kemampuan dalam mengontrol diri Kemampuan berempati Kemampuan menghargai orang lain Berdasarkan tabel 4.4, aspek kemampuan dalam berinteraksi mengalami peningkatan sebesar 4%, kemampuan dalam mengontrol diri

15 76 mengalami peningkatan sebesar 7%, kemampuan dalam berempati mengalami peningkatan sebesar 4%, kemampuan dalam menghargai orang lain mengalami peningkatan sebesar 6%, sedangkan kemampuan dalam bekerjasama dan kemampuan dalam menyesuaikan diri tidak berubah antara hasil pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil pengolahan data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, baik pre-test maupun post-test terdapat perubahan. Perubahan tersebut disajikan dalam tabel 4. 9 dibawah ini. No Tabel 4.5 Perubahan Kemampuan Penyesuaian Sosial antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Aspek Kemampuanan Penyesuaian Sosial Perubahan Kelompok Eksperimen (%) Perubahan Kelompok Kontrol (%) 1 Kemampuan dalam bekerjasama Kemampuan dalam menyesuaikan diri Kemampuan dalam berinteraksi Kemampuan dalam mengontrol diri Kemampuan berempati Kemampuan menghargai orang lain 5 6 Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mengalami peningkatan. Namun, dalam tabel 4. 9 terlihat pula bahwa peningkatan yang dialami oleh kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan peningkatan pada kelompok kontrol.

16 77 D. Efektivitas Permainan Sosial Dalam Menangani Siswa Terisolir Untuk menguji efektivitas dari permainan sosial terhadap kelompok eksperimen dilakukan perhitungan perbedaan dua rata-rata hasil post-test kelompok eksperimen dengan hasil post-test kelompok kontrol. Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji, yaitu : Ho : X 1 = X 2 H 1 : X 1 X 2 Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor hasil post-test kelompok eksperimen dengan rata-rata skor hasil post-test kelompok kontrol. H 1 : Rata-rata skor hasil post-test kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata skor hasil post-test kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan dengan rumus t-test dengan derajat kebebasan n 1 + n 2-2 = = 48 dan pada taraf signifikansi (α ) = 0,01, maka diperoleh hasil, t = > t Dengan demikian, permainan sosial berpengaruh terhadap penanganan siswa terisolir. E. Efektivitas Permainan Sosial Dalam Penanganan Siswa Terisolir Hasil temuan penelitian mengenai penggunaan permainan sosial dalam penanganan siswa terisolir pada kelompok eksperimen dapat dilihat dari perhitungan dengan menggunakan rumus uji-t yang didapatkan hasil akhirnya adalah t = > t 2,896. Dengan demikian, permainan sosial berpengaruh dalam mengatasi kemampuan penyesuaian sosial siswa terisolir.

17 78 Pengaruh dari permainan sosial terhadap kemampuan penyesuaian sosial dapat dilihat dari perubahan persentase aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial hasil pre-test dan aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial berdasarkan hasil post-test. Persentase aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial berdasarkan hasil pre-test adalah kemampuan dalam bekerjasama 67%, kemampuan dalam menyesuaikan diri 87%, kemampuan dalam berinteraksi 71%, kemampuan dalam mengontrol diri 67%, kemampuan dalam berempati 75 %, dan kemampuan dalam menghargai orang lain 78%. Persentase aspek-aspek kemampuan penyesuaian sosial berdasarkan hasil post-test adalah kemampuan dalam bekerjasama 71%, kemampuan dalam menyesuaikan diri 96%, kemampuan dalam berinteraksi 83%, kemampuan dalam mengontrol diri 71%, kemampuan dalam berempati 83%, dan kemampuan dalam menghargai orang lain 83%. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, terdapat perubahan persentase pada setiap aspek kemampuan penyesuaian sosial kenaikan dalam setiap aspek adalah kemampuan dalam bekerjasama 4%, kemampuan dalam menyesuaikan diri 9%, kemampuan dalam berinteraksi 12%, kemampuan dalam mengontrol diri 4%, kemampuan dalam berempati 5%, dan kemampuan dalam menghargai orang lain 5%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa permainan sosial mampu meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial siswa terisolir. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulan Sarianti (2008) permainan

18 79 kooperatif berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar. Melalui permainan sosial yang diberikan dalam penelitian ini. Ternyata, mampu mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial yang terdiri dari kemampuan dalam bekerjasama, kemampuan dalam menyesuaikan diri, kemampuan dalam berinteraksi, kemampuan dalam mengontrol diri, kemampuan berempati, kemampuan menghargai orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G dan VII C SMP Negeri 9 Salatiga yang memiliki keterampilan sosial rendah yang masing-masing berjumlah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa keterampilan berkomunikasi penting agar dapat berkomunikasi dengan efektif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok Pelaksanaan penelitian penggunaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penemuan dan pembahasan yang berorientasi kepa<33~"nnisalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penemuan dan pembahasan yang berorientasi kepa<33~nnisalah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penemuan dan pembahasan yang berorientasi kepa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa, serta masa dimana seseorang mulai mengembangkan dan memperluas kehidupan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, sebelum treatment diadakan Pre-Test atau tes awal. Data hasil tes awal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, sebelum treatment diadakan Pre-Test atau tes awal. Data hasil tes awal ini 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Lokasi Penelitian SMP Negeri 7 Salatiga merupakan tempat yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian. Sekolah ini beralamat di jalan Setiaki No.15, Salatiga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Efektivitas Teknik Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Tunalaras di SLB E Handayani Wiwiet Purwitawati Sholihah dan Dedy Kurniadi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian dan lokasi serta sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Pra Tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal di MI Al-Hidayah 02 Betak Kalidawir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Persiapan Penelitian Tanggal 5 Februari 2014, peneliti mengurus surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 104 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN Sulistiyana Program Pendidikan Guru Bimbingan Konseling Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian serta

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian serta BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS Identitas Diri Subyek : Nama : Usia : Berat Badan : Isilah dengan memberi tanda [ ] pada pernyataan yang sesuai dengan jawaban anda. Beri Tanda [ ] bila : SS : Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut Sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai sejak anak berada dalam kandungan sampai berusia kurang lebih delapan tahun (Santoso, 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Experimental Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari perbedaan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I 1. Topik Permasalahan : Tidak mampu menolak ajakan teman 2. Bidang Bimbingan : Pribadi 3. Kompetensi Dasar : Siswa dapat menemukan masalah yang dihadapi dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, definisi oprasional, kisi-kisi perilaku sosial siswa sekolah dasar, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya menunjukkan percaya diri siswa yang rendah. Dari 12 siswa dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMPN 45 Bandung yang terletak di Jalan Yogyakarta No. 1 Bandung. Sekolah ini memiliki latar belakang ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan ijin penelitian pada penulis. eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin dan usia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan ijin penelitian pada penulis. eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin dan usia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Penelitian Pada tanggal 4 Januari 2013, penulis mengurus surat permohonan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan

Lebih terperinci

Modul TEKNIK MEMOTIVASI. Oleh. Ir. Marhaenis Budi Santoso, M.Si. Widyaiswara Utama

Modul TEKNIK MEMOTIVASI. Oleh. Ir. Marhaenis Budi Santoso, M.Si. Widyaiswara Utama Modul TEKNIK MEMOTIVASI Oleh Ir. Marhaenis Budi Santoso, M.Si Widyaiswara Utama KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN BINUANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

5 KEY ELEMENT SERVICE

5 KEY ELEMENT SERVICE 5 KEY ELEMENT SERVICE 5 ELEMEN SERVICE TANGIBLE DAPAT DIRASAKAN OLEH PANCA INDRA Contoh : Sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dicium (hirup), dan di raba ( Bangunan Fisik Dealer, showroom,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konferensi Jenewa tahun 1979 ( Saputra, 2005: 3) bahwa aspek aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. konferensi Jenewa tahun 1979 ( Saputra, 2005: 3) bahwa aspek aspek yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Potensi yang ada pada anak usia dini meliputi aspek aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Ellis (dalam Richard et al., 201) konsep penerimaan diri disebut Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013.kepada anak anak di Panti Asuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013.kepada anak anak di Panti Asuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Penelitian Pada tanggal 29 Mei 2013 penulis meminta ijin kepada ketua Panti Asuhan AL-ITTIHAD Semowo untuk mengadakan penilitian di Panti Asuhan AL-ITTIHAD

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Izin Penelitian Pada tanggal 14 September 2013 peneliti meminta surat permohonan izin penelitian dari Dekan Falkultas dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan kepada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 83-88 SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted 1 BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Dengan Pemanfaatan Blok Aljabar Pada Materi Persamaan Kuadrat Terhadap Hasil Belajar Matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas VII MTsN 1 Bojonegoro dengan sampel penelitian dua kelas sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemberian angket dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan posttest.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemberian angket dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan posttest. 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah proses kegiatan penelitian selesai, maka dapat dilakukan pengelolaan dan analisis data terhadap hasil penelitian tersebut. Adapun pengelolaan dan analisis

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Penelitian Siswa SMP NU 01 Muallimin Weleri dalam kegiatan pembelajaran PAI, sebelum penelitian masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 2 Angket Field Test Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 3 Skoring Aspek Kematangan Emosi Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi dengan individu lainnya. Interaksi yang berlangsung tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Penggunaan Metode Value Clarification Technique (VCT) untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak dengan Hambatan Emosi dan Perilaku di SLB E Handayani Fadhisya Radzkymurti Sekarnegari dan Nandi Warnandi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di PAUD SAUYUNAN di jalan Maleber Utara Rt 02 Rw 06 Gang Wibawa III Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Bandung 40184 Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP NEGERI 1 NGABLAK Kabupaten Magelang. Subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

Malia 1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau

Malia 1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 26/27 Malia, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI

Lebih terperinci

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data BAB IV A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data Pada analisis uji coba instrumen terdiri dari 15 butir soal setelah di analisis diperoleh 10 butir soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lampung diperoleh hasil penelitian yang telah diolah menggunakan sofware

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lampung diperoleh hasil penelitian yang telah diolah menggunakan sofware 41 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 24 Bandar Lampung diperoleh hasil penelitian yang telah diolah menggunakan sofware

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini dikatakan semu karena peneliti tidak mengontrol semua variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan meningkatnya intensitas komunikasi dengan teman sebaya.dimana perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci