5 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan"

Transkripsi

1 5 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia adalah mengkonstruksikan model 3 dimensi sebagai panduan dalam merencanakan desain pencahayaan ruang kerja kantor. Penelitian visual performance menyimpulkan bahwa task illuminance sebesar 50 lux, 100 lux, 150 lux, 250 lux, 350 lux, dan 500 lux adalah tidak berpengaruh terhadap visual performance. Penelitian visual perception menyimpulkan bahwa responden mempersepsikan paling nyaman jika nilai task illuminance sebesar 250 lux. Hasil penelitian ini membuktikan keterkaitan antara penelitian visual performance dan visual perception dalam merancang model 3 dimensi ruang kerja kantor. Kenyamanan visual ruang tercipta jika surround illuminance lebih tinggi daripada task illuminance yaitu dengan nilai ratio task/surround illuminance sebesar 1:2 hingga 1:5 dan paling nyaman jika ratio illuminance sebesar 1:2 atau 250:500 lux. Konstruksi model 3 dimensi dirancang berdasarkan program SPSS MDS similarity dan Matlab. Model 3 dimensi dibentuk berdasarkan proporsi ruang, sifat ruang, pencahayaan ruang, impresi spatial dan kenyamanan pada bidang kerja, dimana masing masing klasifikasi ini membentuk model 2 dan 3 dimensi. Kelima klasifikasi kuesioner ini, digabungkan untuk mengkonstruksikan model 3 dimensi kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia Performa Visual (Visual Performance) Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rerata visual performance dengan nilai task illuminance sebesar 50 lux, 100 lux, 150 lux, 250 lux, 350 lux, dan 500 lux adalah mendekati sama, yaitu antara 31,32 (52 %) sampai 36,80 (61%). Nilai rerata visual performance tertinggi, yaitu 36,80 pada setting 150 lux. Analisis completely randomised design dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rerata jumlah koreksi naskah pada task illuminance lux. Hasil analisis Levena test yang diperoleh adalah sebesar 0,109 dan hasil tersebut digunakan untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa variance dari 255

2 setting lux adalah sama (merupakan asumsi Anova). Hasil analisis test between subject effect menunjukkan nilai mean square sebesar 210,90 dan nilai F sebesar 3,44 atau signifikan pada 0,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata koreksi naskah antara setting 50 lux, 100 lux, 150 lux, 250 lux, 350 lux, dan 500 lux. Perbedaan nilai rerata antara setting tidak terjadi secara keseluruhan. Perbedaan atau signifikansi (<0,05) nilai rerata jumlah koreksi naskah terjadi antara setting yang satu dengan setting yang lain, yaitu (1) setting 100 lux dan 350 lux; (2) 100 lux dan 500 lux; (3) 150 lux dan 350 lux; (4) 150 lux dan 500 lux; dan (5) 250 lux dan 500 lux. Hubungan antara setting lainnya tidak berbeda dengan nilai rerata antara settingnya (tabel 4.8), sehingga hasil ini dapat disimpulkan sama atau tidak signifikan (>0,05). Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh task illuminance terhadap visual performance. Hasil penelitian ini tidak dapat dirumuskan dalam menentukan rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja kantor di Indonesia, karena masih terdapat banyak variabel yang perlu dipertimbangkan. Penelitian ini memiliki sejumlah kekurangan dalam hal penilaian visual performance antara lain durasi aktivitas koreksi naskah cukup pendek, serta nilai kontras dan sudut penglihatan tidak dipertimbangkan. Clark (1980) dan Boyce (1980) berpendapat bahwa visual performance berpengaruh terhadap kelelahan mata (visual fatigue). Pada penelitian ini, tidak menganalisis tentang pengaruh task illuminance terhadap visual fatigue karena aktivitas koreksi naskah hanya dilakukan selama 30 menit atau tidak sesuai dengan waktu kerja, yaitu 8 jam. Durasi aktivitas visual performance dilakukan selama 30 menit dengan pertimbangan bahwa penelitian akan dilanjutkan pada penilaian visual perception sehingga aktivitas yang dilakukan responden membutuhkan waktu 120 menit. Pada penelitian ini, eksperimen pertama menggunakan 90 responden berumur tahun dengan pertimbangan bersifat homogenitas dan bahwa umur tersebut merupakan umur pekerja. Pada eksperimen kedua, menggunakan 32 responden dengan umur yang beragam yaitu antara tahun, namun pada penelitian ini tidak menganalisis pengaruh antara umur dan visual performance Hal ini dirumuskan oleh Smith dan Rea (1978) bahwa 256

3 penilaian dengan aktivitas membaca pada tingkat iluminasi lux pada umur tahun dan tahun, menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap visual performance. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan beragam nilai kontras. Sebagai contoh, penelitian Rea (1986) yang menyimpulkan bahwa nilai kontras adalah <1. Pada penelitian ini, nilai kontras dipertimbangkan tetapi tidak bervariasi, yaitu nilai kontras antara kertas (L B ) dan tulisan (L T ) sebesar 0,71 bersifat homogenitas pada setiap setting, misalnya pada task illuminance 150 lux adalah C=(L B -L T )/L B= (37,2610,99)/37,26). Ukuran huruf yang digunakan bersifat umum, yaitu Times New Roman berukuran 12. Uraian ini merupakan kekurangan pada penelitian visual performance yang dilakukan ini, sehingga diketahui bahwa hasil penelitian ini belum dapat dirumuskan sebagai rekomendasi standar iluminasi ruang kerja kantor di Indonesia. Meskipun demikian, penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan dalam melanjutkan penelitian tentang visual performance untuk menciptakan rekomendasi tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh task illuminance terhadap visual performance dan tidak ada pengaruh aktivitas yang dilakukan dengan urutan setting yang berbeda. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa walaupun standar iluminasi tidak sesuai dengan nilai yang telah direkomendasikan SNI (2001), aktivitas kerja dapat berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini terkait dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh dari task illuminance terhadap visual performance, yaitu Nelson dkk (1983), Smith dan Rea (1982), Nilson dan Johnson (1984), Horst dkk (1988), Kaye (1988), dan Veitch (1990). Aktivitas koreksi naskah dilakukan dengan urutan setting yang berbeda antara grup 1, 2, 3, dan 4. Analisis completely block design menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan aktivitas koreksi naskah antara grup 1 4. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12 tentang homogenitas subset yang grup 1 4 terletak pada satu subset. Analisis subset design memperjelas perbedaan atau pun persamaan antara dua setting. Sebagai contoh, setting 50 lux antara grup 1 dan 2 adalah berbeda, grup 1 dan 3 adalah sama, dan seterusnya seperti yang diuraikan pada 257

4 tabel Hal ini memperjelas pernyataan bahwa tidak ada perbedaan nilai rerata jumlah koreksi naskah antara grup 1, 2, 3, dan 4 walaupun aktivitas dilakukan dengan urutan setting yang berbeda oleh setiap grup. Aktivitas visual performance bersifat kognitif, artinya walaupun hasil koreksi naskah tidak maksimal, responden dapat memahami naskah yang dibaca sehingga responden tersebut dapat menjawab pertanyaaan dengan baik. Nilai rerata jawaban pertanyaan keseluruhan setting mendekati sama, yaitu antara 3,8 sampai 4,4. Nilai rerata responden menjawab pertanyaan naskah sebesar 81.33% pada keenam setting pencahayaan sehingga dapat disimpulkan bahwa naskah yang terbaca dapat dipahami dengan baik. Persentase nilai rerata koreksi naskah lebih rendah dari nilai rerata jawaban pertanyaan, yaitu sebesar 65,3% sehingga menunjukkan bahwa nilai task illuminance tidak mempengaruhi pemahaman naskah yang dibaca (reading comprehension) Persepsi Visual (Visual Perception) Visual perception dilakukan dengan menjawab 24 kuesioner pada 11 setting pencahayaan ruang (eksperimen 1) dan 5 setting pencahayaan ruang (eksperimen 2). Persepsi responden berpengaruh terhadap nilai iluminasi bidang kerja (task illuminance) dan nilai iluminasi dinding/plafon (surround illuminance), tergantung pada arti kuesioner yang dipersepsikan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan adanya persepsi kuesioner/klasifikasi kuesioner sebagai berikut: 1) Nilai iluminasi pada sekeliling ruang (surround illuminance) berpengaruh terhadap persepsi kuesioner, yaitu kecil-besar, rendah-tinggi, sesak-luas, sempit-lebar, pribadi-umum, sepi-ramai, tertutup-terbuka, interior tidak jelasinterior jelas, silau-tidak silau, dan gelap-terang; 2) Nilai iluminasi bidang kerja (task illuminance) dan nilai iluminasi dinding/plafon (surround illuminance) berpengaruh terhadap persepsi kuesioner, yaitu kabur-jelas, pudar-bersinar, buruk-baik, tidak suka-suka, tidak selaras-selaras, tegang-santai, membosankan-menarik, panas-sejuk, dan tidak nyaman-nyaman; 258

5 3) Nilai iluminasi pada bidang kerja (task illuminance) berpengaruh terhadap persepsi kuesioner, yaitu bidang kerja tidak nyaman-nyaman, bidang kerja tidak silau-silau, dan bidang kerja gelap-terang. Hasil penelitian ini merupakan design guideline dalam merencanakan sistem pencahayaan ruang kerja kantor. Kenyamanan visual ruang kerja kantor didasarkan pada nilai rerata seluruh kuesioner (tabel 5.1). Tabel 5.1 Nilai rerata klasifikasi kuesioner Setting Setting 1 Setting 3 Setting 2 Setting 4 Setting 5 Nilai Rerata Tidak Tidak Persepsi Netral Nyaman Nyaman nyaman nyaman Task illuminance (lux) Suround illuminance (lux) Rasio E.task/surround 1:1 5:1 1:1 1:5 1:2 Tabel 5.2 menguraikan nilai rerata kelima klasifikasi kuesioner pada setting 1 5. Nilai rerata setting 1 dan 3 sebesar 3,21 dan 3,77 terletak pada skor nilai 3,21 3,84 atau dipersepsikan tidak nyaman sedangkan setting 2 sebesar 4,52 terletak pada skor nilai 3,85-4,57 atau dipersepsikan netral artinya antara nyaman dan tidak nyaman. Nilai rerata setting 4 dan 5 sebesar 4,89 dan 5,33 terletak pada skor nilai 4,58-5,31 atau dipersepsikan nyaman. diantara kelima setting ini, ruang dipersespikan paling nyaman adalah pada setting 5 dengan nilai task illuminance sebesar 250 lux dan surround illuminance sebesar 500 lux. Uraian tersebut menunjukkan bahwa ruang dipersepsikan nyaman jika surround illuminance lebih tinggi dari task illuminance dan ruang dipersepsikan tidak nyaman apabila task illuminance lebih tinggi dari surround illuminance. Persepsi kenyamanan ruang berdasarkan ratio task illuminance/surround illuminance, di antaranya (1) ruang dipersepsikan tidak nyaman dengan rasio 5:1 atau setting 3, rasio 1:1 atau setting 1; (2) ruang dipersepsikan nyaman dengan rasio 1:5 atau setting 4, rasio 1:2 atau setting 5; (3) ruang dipersepsikan netral (antara nyaman dan tidak nyaman) rasio 1:1 atau setting 4. Berdasarkan hasil 259

6 pengolahan data maka rasio iluminasi sebesar 1:1 dapat dipersepsikan nyaman dan tidak nyaman. Rasio 1:1 dipersepsikan nyaman dengan nilai iluminasi antara lux dan dipersepsikan tidak nyaman dengan nilai iluminasi antara lux. Penelitian ini mengkontruksikan model 3 dimensi kenyamanan visual ruang kerja kantor seperti pada gambar 5.1. Pemodelan ini dirancang dalam bentuk 3 dimensi karena model ini menunjukkan area nyaman dan tidak nyaman berdasarkan 3 variabel yaitu: task illuminance (variabel X), surround illuminance (variabel Y), dan rasio task/surround illuminance (variabel Z). Pada gambar tersebut, terlihat bahwa setting 4 dan 5 terletak pada area nyaman serta setting 1 dan 3 terletak pada area tidak nyaman. Adapun setting 2 terletak antara area nyaman dan tidak nyaman. Pemodelan ini menjadi design guideline dalam merencanakan sistem pencahayaan pada bangunan perkantoran. Area nyaman Area tdk nyaman Gambar 5.1 Model kenyamanan visual ruang kerja kantor Berdasarkan pemodelan proporsi, sifat, pencahayaan, impresi spasial, dan impresi bidang kerja, dapat disimpulkan bahwa kenyamanan visual pada bidang kerja tercipta jika nilai surround illuminance lebih tinggi daripada task illuminance, dan ruang dipersepsikan paling nyaman jika ratio illuminance sebesar 1:2 atau 250 lux:500 lux. 260

7 Hasil penelitian yang dilakukan ini menyimpulkan rasio kenyamanan visual ruang kerja kantor yaitu rasio antara task illuminance dan surround illuminance. Kesimpulannya adalah tingkat iluminasi pada surround lebih tinggi daripada task. Beberapa peneliti terdahulu, antara lain: Bean & Hopskin (1980), Fisher (1980), Balder (1957), Madsen dan Osterhaus (2005), Slater (2001), dan York dan Ginthner (1987) juga menyimpulkan hal yang sama, namun dengan nilai rasio yang beragam tetapi intinya adalah surround illuminance lebih tinggi daripada task illuminance. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan hasil yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu task luminance/illuminance lebih tinggi daripada surrounding antara lain penelitian yang dilakukan oleh: Newsham (2001), Newsham dkk (2005), James Thomas Duff dan Kevin Kelly (2011) Veicth (1997), Tabuchi dkk (1995), Tabuchi dkk (1991), Tregenza dkk (1974), dan Miller (1994). Peneliti terdahulu menyimpulkan tentang rasio iluminasi/luminasi berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: Newsham (2001), Newsham dkk (2005) Veicth (1997), dan James Thomas Duff dan Kevin Kelly (2011). Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa tingkat iluminasi/luminasi pada task lebih tinggi daripada surrounding. Penemuan tentang rasio task:surrounding adalah berbeda, oleh karena eksperimen dilakukan dengan menggunakan variabel yang beragam. Ada yang menggunakan surrounding berupa partisi sebagai penyekat workstation, dinding ataupun plafon, dan desktop atau screen computer digunakan sebagai task. Berdasarkan perbedaan variabel yang digunakan pada penelitiannya berbeda sebagai task dan surrounding sehingga kesimpulan rasio dapat berbeda atau terbalik. Beberapa peneliti terdahulu yaitu: Newsham dkk (2005), Tabuchi dkk (1995), dan Tabuhci dkk (1991) juga menyimpulkan rasio task:surrounding berbeda, walaupun variabel digunakan adalah sama, dimana variabel surround adalah ambient atau wall surfaces dan task adalah desktop. Perbedaan ini terjadi, oleh karena rasio yang diteliti menggunakan tingkat iluminasi yang berbeda yaitu lebih besar atau sama dengan 500 lux (>500 lux) dan pada penelitian yang 261

8 dilakukan ini, yaitu lebih kecil atau sama dengan 500 lux (<500 lux) sehingga menyimpulkan nilai rasio yang berbeda. Walaupun hasil penelitian terdahulu menyimpulkan berbeda, tetapi juga mengutarakan bahwa jika task illuminasi dibawah 500 lux maka rasio illuminasi/luminasi antara task:surrounding adalah sama (unifotmity) atau surrounding lebih tinggi dari task. Pada eksperimen kedua, responden menjawab kuesioner similarity untuk mengetahui persamaan /perbedaan desain setting pencahayaan. Eksperimen kedua dilakukan untuk memperjelas hasil penelitian ini dengan menggunakan 5 macam setting pencahayaan yang merupakan bagian dari setting pada eksperimen pertama. Hasil kuesioner similarity berbentuk 3 dimensi dan 2 dimensi, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui faktor atau variabel yang dipengaruhi oleh persepsi persamaan/perbedaan setting. Multi Dimentional Scaling (MDS) similarity menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi persepsi perbedaan dan persamaan ruang berdasarkan kelima desain setting yang digunakan pada eksperimen kedua, yaitu (1) faktor surround illuminance; (2) faktor ratio antara task illuminance dan surround illuminance; (3) faktor task illuminance. Kesimpulan visual perception menyatakan bahwa surround iluminance, task illuminance, dan ratio illuminance berpengaruh terhadap kenyamanan visual ruang kerja kantor di Indonesia. Pada penelitian ini, faktor atau variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah program MDS similarity dan Matlab. Hasil analisis menunjukkan faktor/variabel yang sama pada kedua program tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa task illuminance, surround illuminance dan ratio task/surround illuminance berpengaruh terhadap visual perception. Oleh karena terdapat 3 variabel yang terkait dalam menciptakan kenyamanan visual ruang kerja kantor, sehingga model yang dirancang berbentuk 3 dimensi. Kelebihan penelitian yang dilakukan ini adalah kenyamanan visual ruang kerja kantor didesain dalam bentuk 3 dimensi sehingga para perancang dapat mendesain pencahayaan ruang sesuai hasil penelitian ini, sehingga kinerja pengguna ruang dapat dilakukan dengan baik atau produktivitas kerja semakin meningkat. Model 3 dimensi yang dirancang ini, menguraikan 5 model klasifikasi 262

9 yaitu proporsi ruang, sifat ruang, pencahayaan ruang, impresi spasial dan impresi bidang kerja dan kesimpulan terakhir menciptakan model 3 dimensi yang mencakup kelima klasifikasi kuesioner. Kekurangan pada penelitian ini adalah pada penelitian visual performance dilakukan dalam waktu singkat yaitu 3 menit dalam mengoreksi naskah dan 2 menit menjawab pertanyaan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan semakin panjang apabila beraktivitas lama pada penelitian visual performance sedangkan penelitian ini akan dilanjutkan pada visual perception. Parameter pada penelitian visual performance tidak digunakan secara keseluruhan yaitu ratio, kesilauan, ukuran huruf, sudut pandang dan lain-lain, sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan untuk memperjelas beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang hal ini dan hasil penelitian ini menjadi panduan atau landasan dalam melanjutkan penelitian visual performance. Pemodelan kenyamanan visual ruang kerja kantor dapat menjadi konstribusi ke bidang arsitektur yaitu perancang dapat mendesain pencahayaan ruang kerja kantor sesuai hasil pemodelan ini, yaitu distribusi cahaya diarahkan bukan hanya pada bidang kerja tetapi surround illuminance perlu perhatian, sesuai ratio task/surround illuminance yang telah dipaparkan. Dalam mendesain pencahayaan ruang kerja kantor, desain setting surround illuminance lebih tinggi daripada task illuminance dengan nilai rasio task/surround illuminance sebesar 1:2. Nilai iluminasi pada bidang kerja sebesar 250 lux dan permukaan sekeliling ruang sebesar 500 lux, sehingga pengguna ruang dapat beraktivitas dengan baik dan merasakan kenyamanan jika berada dalam ruang kerja. Penelitian yang dilakukan ini adalah menggabungkan penelitian dalam bidang visual perception dan visual performance dalam satu rangkaian eksperimen, sehingga dapat dihasilkan rekomendasi yang mempertimbangkan visual perception dan visual performance. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan penerangan pencahayaan tidak hanya tercapainya tingkat iluminasi pada bidang kerja sesuai persyaratan, tetapi juga pada suasana interior yang dihasilkan oleh tata cahaya. 263

10 5.2 Saran Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam melanjutkan penelitian tentang visual performance dan visual perception. Penelitian visual performance dapat dilanjutkan dengan mengunakan beberapa variabel yang terkait, sehingga dapat merumuskan hasil yang lebih terinci dan akurat. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi panduan dalam merumuskan rekomendasi standar iluminasi pada ruang kerja kantor di Indonesia. Penelitian visual perception dilanjutkan dengan merencanakan ruang eksperimen berupa mock up ruang kerja kantor yang lebih terencana baik, misalnya mendesain workstation dengan menggunakan partisi atau lainya, sehingga hasil penelitian tidak hanya fokus pada surrounding atau wall/ceiling illuminance tetapi memperhatikan immediate surround illuminance. 264

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain pencahayaan merupakan salah satu faktor dalam perencanaan pembangunan gedung, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam hal ini, tata cara perancangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN DASAR VISUAL

BAB II KAJIAN DASAR VISUAL Teori dan Aplikasi Kenyamanan Visual BAB II KAJIAN DASAR VISUAL Landasan teori dan rancangan kajian kenyamanan visual ruang kerja kantor merupakan kajian baru setelah dibandingkan dengan kajian dan penelitian

Lebih terperinci

Analisis Standar Iluminasi pada Ruang Kerja Kantor

Analisis Standar Iluminasi pada Ruang Kerja Kantor TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Standar Iluminasi pada Ruang Kerja Kantor Husni Kuruseng, Nurul Jamala Lab.Sains Building, Fisika Bangunan, Pencahayaan, Arsitektur, Fakultas teknik, Universitas Hasanuddin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja Rizky A. Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan metode yang telah diakui. berbagai metode, dan salah satunya adalah metode pengukuran NASA TLX.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan metode yang telah diakui. berbagai metode, dan salah satunya adalah metode pengukuran NASA TLX. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap mahasiswa ketika melakukan aktivitas belajar mengajar pada ruang kuliah, pasti mengalami beban kerja. Beban kerja tersebut dibagi dua yaitu beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya teralokasi dengan baik sehingga dapat diakomodasi segera kepada para

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya teralokasi dengan baik sehingga dapat diakomodasi segera kepada para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perpustakaan merupakan pusat data dan informasi yang memiliki peranan yang besar dalam menunjang sistem pendidikan. Ketersediaan bahan pustaka hendaknya

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: indahpratiwi.ums@gmail.com Abstrak Kondisi kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Samsuddin Amin, Nurul Jamala, Jacklyn Luizjaya Lab.Sains Building, Fisika Bangunan, Pencahayaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi apakah PVT dapat dijadikan sebuah alat ukur kelelahan mental/stress yang dialami oleh pekerja. Tujuan penelitian ini didasari

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

berjumlah 27% atau 8 orang. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram pai berikut. Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC U

berjumlah 27% atau 8 orang. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada diagram pai berikut. Gambar 5.1. Jenis Kelamin Responden Fakultas TC U BAB V STUDI DAN ANALISIS DATA EKSPERIMEN 5.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian eksperimen semu ini dilakukan untuk meneliti pengaruh elemen visual dalam desain terhadap persepsi visual manusia dengan

Lebih terperinci

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL Etika Muslimah 1, Much. Djunaedi 2, Galih Obor Nusa 3 1,2,3 Jurusan Teknik Indutri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyamanan adalah bagian dari salah satu tujuan utama dari ilmu ergonomika yang harus dicapai. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebisingan adalah salah satu kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi performansi kerja seseorang. Pada dasarnya, segala bunyi yang tidak dikehendaki oleh penerimanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan atau yang disebut SMK merupakan bagian terpadu dari Sistem Pendidikan Nasional yang mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

Teori dan Aplikasi Kenyamanan Visual. Nurul Jamala Ramli Rahim

Teori dan Aplikasi Kenyamanan Visual. Nurul Jamala Ramli Rahim ! Teori dan Aplikasi Kenyamanan Visual Nurul Jamala Ramli Rahim 1 Teori dan Aplikasi Kenyamanan Visual Hak Cipta @ 2017 oleh Nurul Jamala & Ramli Rahim Hak cipta dilindungi undang-undang Cetakan Pertama,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Konsep Penelitian Bab ini membahas tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini Metode penelitian berisi uraian tentang: bahan atau materi penelitian, alat, cara

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis data dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dilakukan pada bulan Maret 2010 kepada 99 orang responden. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto Ps, dkk,

BAB III METODE PENELITIAN. individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto Ps, dkk, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto Ps, dkk, 1986:95). Adapun

Lebih terperinci

MODUL III LINGKUNGAN KERJA FISIK

MODUL III LINGKUNGAN KERJA FISIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, sumber daya manusia merupakan salah satu aspek terpenting dalam jalannya sistem. Namun seringkali banyak ditemui halangan keberhasilan dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR)

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) Nurul Jamala *1, Ramli Rahim 1, Baharuddin Hamzah 1, Rosady Mulyadi 1, Asniawaty Kusno 1, Husni Kuruseng 1,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Horizontal Light Pipe (HLP) merupakan salah satu metode pencahayaan alami yang dapat mendistribusikan cahaya ke area yang kurang atau tidak dapat mengakses cahaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan cinta altruis peserta didik dengan menggunakan eksperimen kuasi, menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas seseorang sangat dipengaruhi banyak faktor, misalnya daya ingat (memory), kondisi lingkungan kerja, kondisi psikologis dan mental, kondisi fisiologis, dan

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR DIAGRAM...

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BANGUNAN DENGAN KINERJA TOTAL DAN INTEGRASI BANGUNAN PADA BERBAGAI GEDUNG BERTINGKAT DI SURABAYA

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BANGUNAN DENGAN KINERJA TOTAL DAN INTEGRASI BANGUNAN PADA BERBAGAI GEDUNG BERTINGKAT DI SURABAYA Dimensi Teknik Sipil, Vol., No., September 001, 16- ISSN 110-90 ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BANGUNAN DENGAN KINERJA TOTAL DAN INTEGRASI BANGUNAN PADA BERBAGAI GEDUNG BERTINGKAT DI SURABAYA Herry P. Chandra

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Putra Baru Swalayan Putra Baru Swalayan merupakan salah satu dari bisnis ritel yang ada di Indonesia. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variasi persentase limbah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 20 orang sampel, dengan dua jenis perlakuan yaitu melakukan pekerjaan midang dengan alat pemidangan konvensional

Lebih terperinci

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Aplikasi

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam proses penelitian yang berjudul Analisis Post Occupancy Evaluation (POE) Penataan Elemen Interior Ruangan Teori Bangunan A ini peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dilaksanakan adalah randomized control group pretest-posttest design. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen semu, dengan desain yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat menuntut pelayanan yang lebih optimal dalam segala aspek termasuk dalam dunia kesehatan. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds MODUL TATA CAHAYA Desain Interior Universitas Esa Unggul Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds CARA MENGGUKUR INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN RUANG LINGKUP PENERANGAN Penerangan yg baik adalah penerangan yg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kantor Sebagai Lingkungan Binaan Kognitif Beban kerja yang tinggi dan aktivitas yang padat dalam jangka waktu yang relatif lama tentunya menjadi masalah utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental (Experimental Research) yang bertujuan untuk menguji model pembelajaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan 63 BAB V ANALISA DATA 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Cahaya merupakan penyebab kelelahan mata yang kurang disadari oleh kebanyakan orang. Seluruh sumber cahaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi. Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Ideal Kantor Rizky Amalia Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan ideal di

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI PERANCANGAN TINGKAT ILLUMINASI UNTUK MENGURANGI KELELAHAN MATA DI RUANG BACA BEBERAPA PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penting yang menunjang perkembangan suatu bangsa adalah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penting yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan harus mampu mengelola Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel-variabel yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Ruang Pada Tapak

Pokok Bahasan Ruang Pada Tapak Pokok Bahasan Ruang Pada Tapak Subject Matter Expert Ir.Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST., MT. Multimedia Designer Edi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 8 E. Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 8 E. Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini, dilaksanakan di Jakarta. Penelitin ini mulai dilakukan pada bulan Juli 2016. Objek penelitian adalah manajer investasi yang berdomisili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.1.1 Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas adalah 1ariable yang mempengaruhi 1ariable terikat baik yang pengaruhnya

Lebih terperinci

PENGARUH PREFERENSI MUSIK TERHADAP PERFORMA KERJA MENTAL

PENGARUH PREFERENSI MUSIK TERHADAP PERFORMA KERJA MENTAL PENGARUH PREFERENSI MUSIK TERHADAP PERFORMA KERJA MENTAL Debora Anne Yang Aysia 1) dan Herry Christian Palit 2) 1) Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensasi dan kenyamanan termal telah menjadi fokus masyarakat dalam beberapa periode terakhir. Lingkungan yang nyaman telah menjadi salah satu syarat untuk menunjang

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III -.. -- e---"l PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian mengenai Pengendalian Pengaruh Iklim Mikro terhadap Kenyamanan Thermal dengan mengambil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI x. Halaman HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii HALAMAN KHUSUS iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK viii ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x. Halaman HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii HALAMAN KHUSUS iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK viii ABSTRACT ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii HALAMAN KHUSUS iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK viii ABSTRACT ix DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xviii DAFTAR LAMPIRAN xx

Lebih terperinci

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain 100 Data pada Tabel 5.1 menunjukkan intensitas cahaya, suhu kering dan suhu basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain interior berbeda bermakna atau tidak sama

Lebih terperinci

Metamerisme dan Iluminan Isi

Metamerisme dan Iluminan Isi S O L U S I J A H I T C O AT S Metamerisme dan Iluminan Isi Pengantar Apa itu metamerisme? Jenis-Jenis Metarisme Pentingnya Cahaya dalam Metarisme Apa itu iluminan? Apa perbedaan antara sumber cahaya dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: BAB IV PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut: Ruang studio di kampus Ruang studio di kampus Tabel 4.1 Perbandingan ruang studio desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental dengan menggunakan rancangan pre-experimental (pre-post test with control group design) untuk

Lebih terperinci

1 MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN

1 MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN 1 MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN Gambar kerja tampak dan potongan pada proses merancang bangunan adalah hasil dari pemikiran semua aspek bangunan. Potongan dan tampak bangunan belum dapat dipastikan jika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi BAB IV HASIL PENELITIAN 4. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi Universitas Dian Nuswantoro yang tahu mengenai penggunaan e-filing dan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk menyediakan kondisi kerja terbaik sangat dibutuhkan adanya pengendalian terhadap seluruh faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja dan efisiensi manusia. Salah

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN READING GUIDE

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN READING GUIDE PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN READING GUIDE DAN POSTER SESSION SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DHIAN ALFIANA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya

BAB V PENUTUP. terhadap consumer purchase intention Mega Prima swalayan. Korelasinya BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Didasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Cleanliness (kebersihan) memberikan pengaruh yang positif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memori atau daya ingat merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia karena merupakan kekuatan jiwa manusia untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan,

Lebih terperinci

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 319 Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan Sadida Aghnia dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas model siklus belajar hipotesis deduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencaari

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Data populasi diambil dari sistem data mahasiswa Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang. Pengambilan

Lebih terperinci

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN 03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN AKSESIBILITAS 31 Pada bab pembahasan ini akan memaparkan kritik desain yang dikaji bedasarkan hasil dari pendekatan masalah yang dikaji dengan teori mengenai aspek psikologi

Lebih terperinci

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Oleh : Amir Subagyo Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. Selaras dengan

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI DIY TAHUN PANDUAN TEKNIS/KISI-KISI Bidang Lomba CADD Bangunan

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI DIY TAHUN PANDUAN TEKNIS/KISI-KISI Bidang Lomba CADD Bangunan LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI DIY TAHUN 2011 PANDUAN TEKNIS/KISI-KISI Bidang Lomba CADD Bangunan KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sawit dan siswa kelas

Lebih terperinci

BAB 5. Simpulan dan Saran

BAB 5. Simpulan dan Saran BAB 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Strategi reading guide merupakan salah satu strategi belajar yang termasuk dalam metode active learning dalam rangka meningkatkan kemampuan pembaca dalam memahami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir,

III. METODE PENELITIAN. lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku (Nazir, III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Dalam proses penelitian yang berjudul Evaluasi Kinerja Ruang Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bandung (studi kasus laboratorium komputer), metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah didakan uji coba instrumen untuk menentukan apakah instrumen tersebut layak dipakai. Pengujian validitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu kebutuhan yang fundamental bagi seorang siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perbedaannya adalah untuk variabel bebas, Tangmanee & Prapakornkiat (2012)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perbedaannya adalah untuk variabel bebas, Tangmanee & Prapakornkiat (2012) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Penelitian ini adalah sebuah penelitian replikasi dengan modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tangmanee & Prapakornkiat (2012). Perbedaannya

Lebih terperinci