BAB 1 PENDAHULUAN. Riset-riset Teknologi Informasi (TI) sebagian besar fokus pada TI yang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset-riset Teknologi Informasi (TI) sebagian besar fokus pada TI yang berorientasi produktivitas (berorientasi tugas), seperti pemrosesan dan penyebarannya.akan tetapi, sedikit yang memberi perhatian untuk menginvestigasi TI yang berorientasi entertainment, seperti virtual world dan social network (Holsapple dan Wu, 2007).Heijden (2004) mengklasifikasikan tipe sistem ini sebagai hedonic information systems (HIS). Riset-risethedonic information systems(his) rata-rata masih membahas dari segi keberterimaannya (Gudkk., 2010; Heijden, 2004; Holsapple dan Wu, 2007; Wang dan Scheepers, 2012). Heijden (2004) menyampaikan penelitian yang membahas keadaan hedonispada sistem informasi dalam kondisi terbatas yang penting untuk divalidasi. Pengguna TI bukan pengguna yang sederhana, dalam banyak hal mereka juga merupakan konsumen (Holsapple dan Wu, 2007). Wang (2007) menemukan kesuksesan sistem informasi yang berkaitan dengan niatan perilaku ditentukan oleh kepuasan pelanggan dan nilai persepsian (Wang, 2007). Kepuasan pelanggan dan nilai persepsian terbentuk dari kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas pelayanan (DeLone dan McLean, 1993; 2003; Seddon, 1997), kemudahan penggunaan persepsian, kebermanfaatan persepsian (Davis, 1989; Davis 1

2 dkk.,1989; Roca dkk., 2006), konfirmasi (Roca dkk., 2006), penyerapan kognitif, personal innovativeness, dan playfulness (Agarwal dan Karahana, 2000). Beberapa penelitian telah membahas pengintegrasian karakteristik utilitarian dan hedonic dalam bidang sistem informasi. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui keberterimaan perdagangan elektronik (Childers, 1991), memprediksi perilaku niatan melanjutkan penggunaan (Zhou dkk., 2012); dan menguji perilaku niatan (Venkatesh dkk., 2012, Gu dkk., 2010). Kajian penelitian-penelitian tersebut belum memberikan pemahaman kesuksesan sistem informasi yang komprehensif. Perdagangan elektronik sepenuhnya dimediasi oleh TI, diantaranya adalah penggunaan social network maupun virtual world (Wells dkk., 2011). Banyak perusahaan mulai menggunakan platform media sosial seperti twitter, facebook, blog, dan forum-host client untuk berkomunikasi dengan pelanggan mereka (Culnan dkk., 2010). Di Indonesia mulai tampak pebisnis perorangan (eceran) yang menggunakan media sosial untuk berdagang. Beberapa perusahaan online juga menggunakan media sosial untuk beriklan (seperti tokobagus.com dan berniaga.com). Dalam three-demensional virtual worlds (3DVWs), seperti second-life, bahkan memungkinkan kegiatan bisnis dan permasaran dengan lingkungan yang lebih kompleks. Beberapa perusahaan telah hadir di second-life, seperti American Apparel, Intel, Dell, Verizon, Cisco Systems, Warner Brothers, IBM, Circuit City, Unilever, Telecom Italia, dan Nissan (Nah dkk., 2011). 64% pengguna web dengan platform2.0 (media sosial) menggunakannya untuk 2

3 kebutuhan internal, 56% untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan 40% untuk bekerja dengan rekan kerja eksternal atau suplaier (Culnan dkk., 2010). Holbrook dan Hirschman (1982) menerangkan perilaku konsumen dari perspektif memproses informasi dan perspektif eksperiensial. Dalam hal ini, utilitarian diklasifikasikan ke dalam pandangan memproses informasi sedangkan hedonis diklasifikasikanke dalam perspektif eksperiensial. Perspektif memproses informasi melibatkan otak kiri dan perspektif eksperiensial melibatkan otak kanan. Penelitian ini berusaha untuk mengintegerasikan karakteristik utilitarian dan hedonis dalam satu kerangka model sistem informasi, dengan asumsi individu memiliki kebutuhan yang direspon oleh otak kiri dan otak kanan. Artinya, setiap individu memiliki kebutuhan utilitarian dan hedonis dalam dirinya. Pengintegerasian karakteristik utilitarian dan hedonis dalam sistem informasi akan mendorong upaya penggunaan sistem informasi yang luasdan pencapaian pangsa pasar yang luas bagi sistem perdagangan elektronik. Ditambah lagi, penelitian HIS masih relatif baru dan termasuk area penelitian yang belum banyak dieksplorasi (Wang dan Zceepers, 2012) Rumusan Masalah Fenomena perdagangan elektronik melalui media sosial menjadi fenomena menarik untuk dipelajari dan difahami. Pada dasarnya sistem informasi memiliki karakteristik hedonis dan utilitarian yang sudah melekat.studi ini menguji pengintegrasian nilai hedonis dan utilitarian dalam satu model kesuksesan sistem informasi. Pada penelitian ini dirumuskan enam pertanyaan penelitian, yaitu: 1) 3

4 Apakah nilai hedonis berpengaruh positif terhadap pengalaman aliran? 2) Apakah pengalaman aliran berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna? 3) Apakah nilai utilitarian berpengaruh positif terhadap nilai persepsian? 4) Apakah nilai persepsian berpengaruh terhadap kepuasan pengguna? 5) Apakah kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap niatan membeli kembali pengguna? 6) Apakah terdapat perbedaan pada nilai hedonis dan nilai utilitarian dalam menjelaskan perilaku kepuasan pengguna dan niatan membeli kembali pengguna? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan membangun model baru yang mengintegrasikan nilai hedonis dan utilitarian dalam sistem informasi untuk menjelaskan perilaku niat membeli kembali. Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, pembangunan model tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menguji apakah nilai hedonis berpengaruh positif terhadap pengalaman aliran. 2. Menguji apakah pengalaman aliran berpengaruh posistif terhadap kepuasan pengguna. 3. Menguji apakah nilai utilitarian berpengaruh positif terhadap nilai persepsian. 4. Menguji apakah nilai persepsian berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. 5. Menguji apakah kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap niatan belanja kembali pengguna. 4

5 6. Mengidentifikasi komparasi nilai hedonis dan nilai utilitarian dalam menjelaskan perilaku kepuasan pengguna dan niatan membeli kembali Kontribusi Penelitian Penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Berikut penjelasan mengenai kontribusi penelitian ini: Kontribusi Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang aspek-aspek yang berkontribusi dalam kesuksesan informasi, yakni dengan pemenuhan kebutuhan hedonis dan utilitarian individu. Manusia memiliki kebutuhan hedonis yang dirangsang oleh otak kanan dan kebutuhan utilitarian yang dirangsang oleh otak kiri (utilitarian) (Hirschman dan Holbrook, 1982). Pengintegrasian karakteristik hedonis dalam model kesuksesan sistem informasi memberikan warna baru di dunia sains sistem informasi. Sejalan dengan pandangan Hirschman dan Holbrook (1982), karakteristik hedonis dimasukkan dalam model kesuksesan sistem informasi bukan untuk menggantikan model yang lama, tetapi untuk mencapai penggunaan sistem informasi yang lebih luas Kontribusi Praktis Harmonisasi nilai seni dan utilitas dalam rancang bangun sistem informasi akan menghasilkan sistem informasi yang seimbang. Seimbang yang dimaksud adalah memiliki nilai manfaat dan nilai kebernikmatan. Penelitian ini 5

6 berkontribusi bagi desainer website e-commerce dan pedagang elektronik untuk merancang website toko online mereka. Pengelola sistem informasi perdagangan elektronik dapat memasukkan konten hedonis dan utilitarian pada desain halaman toko online mereka. Hal tersebut dilakukan dalam upaya mencapai adopsi pasar yang lebih luas dan mencapai keberlangsungan usaha (going concern). Penekanan pada konten-konten tertentu dapat ditentukan oleh model bisnis, pengalaman, dan riset berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh pengelola sistem informasi perdagangan elektronik. Hasil riset pada penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi penggunaan media sosial. Media sosial dapat digunakan sebagai wadah perdagangan elektronik. Dengan mempertimbangkan unsur hedonis dan utilitarian yang dimiliki pengguna media sosial, pengguna yang produktif dan kreatif dapat mendesain website dan halaman media sosialnya sebagai upaya mendapatkan perilaku pembelian dari pengguna lainnya.dengan demikian, penelitian ini dapat menstimuli pengguna media sosial untuk dapat bertindak produktif. Sebagaimana diketahui, berwirausaha adalah wacana yang digalakkan pemerintah Indonesia sebagai salah satu upaya pengentasan pengangguran dan kemiskinan. 6