BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP Bagian ini menjadi konklusi terhadap hasil penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab sebelumnya. Dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan serta memberikan saran terhadap organisasi yang diteliti, yakni BaleBengong terkait dengan advokasi manajemen pemberitaan mereka terhadap isu reklamasi Teluk Benoa. Kesimpulan terhadap bagaimana BaleBengong melakukan manajemen pemberitaan yang mengadvokasi gerakan sosial Bali Tolak Reklamasi dalam isu reklamasi Teluk Benoa. A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Manajemen pemberitaan di media komunitas BaleBengong tidak dilaksanakan sebaik media pada umumnya. BaleBengong tidak melaksanakan beberapa dari elemen POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling dari konsep manajemen pemberitaan itu sendiri. Dalam aspek perencanaan, BaleBengong tidak melakukan perencanaan konten sebagaimana media arus utama merencanakan konten pemberitaan untuk terbitan berikutnya. Konten yang ada berasal dari warga, dan hal tersebut tidak dapat direncanakan oleh pihak BaleBengong. Sekalipun ada, hal tersebut tidak terlaksana secara formal; Dari aspek pengorganisasian, BaleBengong mengorganisasikan anggotanya sesuai dengan masingmasing posisi dalam pengelolaan situs BaleBengong tersebut. Meski demikian, tidak ada struktur formal seperti redaktur, redaktur pelaksana, wartawan dan lain sebagainya. Hanya tiga dari delapan orang anggota yang aktif mengelola situs BaleBengong, antara lain sebagai editor, administrator 133

2 media sosial, dan divisi pemasaran, di mana ketiga orang tersebut juga aktif menulis di situs BaleBengong; Aspek pelaksanaan yang meliputi elemenelemen seperti peliputan, penulisan, penyuntingan, serta penerbitan dilaksanakan dengan baik dibandingkan dengan aspek-aspek manajemen pemberitaan lainnya. Meskipun frekuensi pelaksanaannya dapat dikatakan kurang dari aspek pelaksanaan media pada umumnya. Anggota pengelola BaleBengong tidak melaksanakan peliputan dan penulisan berita secara rutin. Hal yang rutin dilakukan adalah penyuntingan dan penerbitan konten pemberitaan masyarakat yang masuk. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pelaksanaan dilakukan dengan baik dibandingkan aspek manajemen pemberitaan lainnya; Sementara dari aspek pengawasan cukup terlaksana dengan baik. Anton Muhajir selain berperan sebagai editor yang menyaring konten pemberitaan yang masuk juga berperan penting dalam menjaga situs BaleBengong sesuai dengan tujuan awal. Pengawasan juga dilakukan untuk menjaga konsistensi tulisan yang masuk, serta membatasi topik konten agar tidak muncul berita yang itu-itu saja. 2. Dikarenakan pelaksanaan manajemen pemberitaan yang terbatas dan tidak terlaksana secara keseluruhan, advokasi BaleBengong juga menjadi tidak dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini peneliti melihat ada beberapa aspek dari advokasi BaleBengong terhadap gerakan sosial Bali Tolak Reklamasi sesuai dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Aimee Whitman tidak terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan oleh aspek manajemen pemberitaannya sendiri, yang menjadi basis dilakukannya advokasi media BaleBengong terhadap gerakan sosial Bali Tolak Reklamasi, dapat dikatakan tidak terlaksana dalam bentuk yang konkret sebagaimana media arus utama melakukan perencanaan dalam memanajemen pemberitaan. Beberapa langkah advokasi Whitman yang dapat terlaksana dalam setiap aspek POAC dalam manajemen pemberitaan tersebut, tidak dilakukan dengan baik oleh BaleBengong. Media komunitas ini tidak melakukan perencanaan dalam melakukan proses advokasi. Meski demikian, peneliti tetap menemukan beberapa aspek lainnya, seperti 134

3 mempersiapkan organisasi (menempatkan editor media komunitas tersebut sebagai jembatan antara media dengan organisasi Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) ujung tombak gerakan sosial tersebut), pembuatan rangkaian pemberitaan dan konten yang mendukung gerakan tersebut di media sosial Twitter dan Instagram (di mana media sosial ini juga menjadi sarana BaleBengong untuk mengamati tren masyarakat terkait isu reklamasi Teluk Benoa), serta melakukan kegiatan publikasi terkait reklamasi Teluk Benoa secara terus-menerus hingga waktu yang tidak ditentukan. Dari temuan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, BaleBengong tidak melaksanakan kegiatan advokasi secara eksplisit melalui kegiatan manajemen pemberitaan media komunitasnya. Meskipun pihak BaleBengong sendiri telah menyatakan bahwa media komunitas tersebut bersifat terbuka terkait isu reklamasi tersebut, mereka secara tidak langsung menunjukkan keberpihakan mereka terhadap gerakan sosial Bali Tolak Reklamasi pada saat editor yang juga direktur yayasan penaung BaleBengong, Sloka Institute, merupakan salah satu pelopor organisasi ForBALI. Selain itu, kegiatan-kegiatan dukungan di media sosial seperti yang telah dipaparkan di bab sebelumnya menunjukkan bahwa ada dukungan BaleBengong terhadap kelangsungan gerakan sosial menolak megaproyek tersebut. B. Saran Dari paparan hasil kesimpulan di atas, peneliti dapat menguraikan beberapa saran dari penelitian ini untuk melakukan penelitian berikutnya, yakni: 1. Agar memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan referensi untuk penelitian serupa mendatang. Serta mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan subjek dan objek serupa lainnya. 2. Peneliti lain agar melakukan penelitian tentang advokasi di media lainnya, atau advokasi berbeda di media BaleBengong yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana advokasi terhadap isu serupa di media 135

4 lainnya, maupun bagaimana BaleBengong melakukan advokasi terhadap isu lain di media komunitasnya. 3. Meneliti lebih dalam mengenai keberadaan media komunitas BaleBengong dalam posisinya sebagai media online berbasis user generated content. Temuan lain dari penelitian terhadap media jenis ini tentu akan berguna di masa mendatang. Selain saran untuk penelitian berikutnya, ada pula saran untuk media komunitas BaleBengong serta masyarakat pengguna media komunitas tersebut, dalam kaitannya dengan isu reklamasi Teluk Benoa: 1. Pelaksanaan manajemen pemberitaan di BaleBengong sudah cukup baik dilakukan untuk sekaliber media komunitas. Pihak pengelola situs BaleBengong hanya perlu melakukan improvisasi di aspek-aspek yang masih terlihat kurang seperti aspek perencanaan dengan melakukan komunikasi kepada masyarakat yang akan menyampaikan aspirasinya melalui media komunitas tersebut. 2. Terkait dengan advokasi media terhadap gerakan sosial Bali Tolak Reklamasi, pihak pengelola mungkin bisa menawarkan advokasi resmi kepada gerakan tersebut untuk menunjukkan bahwa media komunitas tersebut memang bertujuan untuk mengangkat aspirasi masyarakat Bali. 3. Melakukan promosi eksternal terhadap situs BaleBengong untuk menarik semakin banyak pembaca serta penulis warga, terutama di daerah Bali. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa BaleBengong merupakan media komunitas yang dapat menampung aspirasi masyarakat Bali, terutama menyangkut tentang isu reklamasi Teluk Benoa melalui tulisan-tulisan yang mereka buat. Jika bagus, dampaknya akan meluas hingga ke mata masyarakat dunia. 4. Masyarakat agar mempergunakan situs BaleBengong tersebut sebaikbaiknya untuk kepentingan aspirasi masyarakat Bali. Masyarakat dapat secara kolektif menyalurkan aspirasi mereka mengenai masalah apa saja, terutama aspirasi yang terkait dengan isu reklamasi Teluk Benoa agar suara 136

5 masyarakat terkait isu tersebut tidak hanya terdengar di kalangan masyarakat Bali, namun juga hingga ke mancanegara. 5. Masyarakat agar membantu menyebarkan informasi mengenai media komunitas BaleBengong agar sampai ke telinga-telinga masyarakat yang belum mengetahuinya, agar keberadaan media tersebut dapat secara positif dan proaktif diterima di masyarakat sebagai media alternatif penampung suara masyarakat Bali. Serta membantu BaleBengong (terutama Sloka Institute) dalam mengadvokasi berbagai isu yang terjadi di tengah masyarakat Bali. 137